Anda di halaman 1dari 19

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan di uraikan dari hasil tentang hubungan kelelahan

kerja (burnout) degan persepsi perawat dan persepsi pasien terhadap

pelayanan keperawatan bermutu Di Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang. Mendeskripsikan data adalah menggunakan data yang

berguna untuk memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih

mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil

penelitian yang dilakukan.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Analisa Univariat
Data Umum
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi

Variabel Jumlah Persentase (%)

Usia
< 30 tahun 20 59,3
≥ 30 tahun 16 40,7

Jenis kelamin
Perempuan 36 100

Tingkat pendidikan
D3 Kep 15 41,7
S1 Kep Ns 21 58,3

Masa Kerja
≤ 5 Tahun 31
> 5 Thun 5 18,5

Status Pernikahan
48

Menikah 32 88,9
Belum Menikah 4 11,1

Total 36 100 %

Sumber : Analisis Data Primer, 2021


Hasil analisa yang disajikan dalam tabel
Berdasarkan tabel karakteristik sosiodemografi dari responden
meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan status
pernikahan. Umur responden < 30 tahun sebanyak 20 responden (59,3 %)
dan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 36 responden (100 %)
Berdasarkan tingkat pendidikan S1 Kep Ns sebanyak 21 responden
(58,63%) dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 25 responden
(40,3 %).

1. Uji Validitas Instrumen

Uji Validitas dilakukan untuk melihat ketepatan dan kecermatan

instrumen sebagai alat ukur. Untuk mengatahui tingkat validitas

instrumen dapat dilihat dengan membandingkan nilai R hitung (Pearson

Correlation) instrumen dengan nilai R tabel. Jika nilai R hitung > 0,329

maka item pernyataan adalah valid. Hasil Uji Validitas Instrumen dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen

Pearson
Pernyataa Standa
Correlatio Ket.
n r
n
Burnout (X)
0,329 Vali
X.1 0.448
d
X.2 0.421 Vali
d
49

Vali
X.3 0.627
d
Vali
X.4 0.398
d
Vali
X.5 0.413
d
Vali
X.6 0.419
d
Vali
X.7 0.449
d
Vali
X.8 0.381
d
Vali
X.9 0.422
d
Vali
X.10 0.585
d
Vali
X.11 0.808
d
Vali
X.12 0.597
d
Vali
X.13 0.612
d
Vali
X.14 0.554
d
Vali
X.15 0.725
d
Vali
X.16 0.808
d
Vali
X.17 0.611
d
Vali
X.18 0.590
d
Vali
X.19 0.619
d
Vali
X.20 0.650
d
Vali
X.21 0.660
d
Vali
X.22 0.668
d
Pelayanan Keperawatan (Y)
Vali
Y.1 0.926
d
0,329 Vali
Y.2 0.888
d
Y.3 0.864 Vali
50

d
Vali
Y.4 0.627
d
Vali
Y.5 0.859
d
Vali
Y.6 0.909
d
Vali
Y.7 0.887
d
Vali
Y.8 0.631
d
Vali
Y.9 0.464
d
Vali
Y.10 0.528
d

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa

semua instrumen nilai koefisien korelasi berada di atas 0,329. Hal tersebut

berarti semua instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

berupa kuesioner hasilnya adalah valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila

dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Uji

Reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat ukur tersebut

konsisten atau tidak. Apabila nilai Alpha Cronbach lebih besar dari

0,70 maka hasil yang diperoleh dapat dikatakan handal. Hasil Uji

Reliabilitas Instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Jumlah Cronbach's
Variabel Standar Ket.
Instrumen Alpha
51

Burnout (X) 22 0,897 Reliabel


0,70
Pelayanan Keperawatan (Y) 10 0,890 Reliabel

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.2 didapat perhitungan

masing-masing variabel nilai Cronbach's Alphanya lebih besar dari 0,70.

Hal tersebut berarti semua instrumen sudah reliable dan penelitian dapat

dilanjutkan.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui keragaman

dari responden penelitian. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan

gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dan kaitannya dengan

masalah dan tujuan penelitian. Untuk memperjelas karakteristik

responden dimaksud, maka disajikan tabel mengenai data responden

yang dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, status, dan usia sebagai

berikut :

a) Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3
Persentase Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Jumlah
No N (Responden) % (persen)
Kelamin
1 Perempuan 36 100
Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh responden

adalah pada kelompok responden yang berjenis kelamin perempuan


52

yaitu sebanyak 100%.

b) Karakteristik Responden Menurut Umur

Adapun karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada

Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4
Persentase Karakteristik Responden Menurut Umur

Jumlah
No Umur
N (Responden) % (persen)
1 20-29 Tahun 7 19,4
2 30-39 Tahun 14 38,9
3 40-49 Tahun 15 41,7
Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden

terbanyak adalah pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak

41,7%, sedangkan responden terendah adalah pada kelompok umur

20-29 tahun yaitu sebanyak 19,4%.

c) Karakteristik Responden Menurut Status

Adapun karakteristik responden berdasarkan Status dapat dilihat

pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5
Persentase Karakteristik Responden Menurut Status

Jumlah
No N (Responden) % (persen)
Status
1 Menikah 32 88,9
2 Belum Menikah 4 11,1
Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden terbanyak

adalah pada kelompok responden yang sudah menikah yaitu


53

sebanyak 88,9%. Sedangkan responden terendah adalah responden

yang belum menikah yaitu 11,1%.

d) Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja

Adapun karakteristik responden berdasarkan Masa kerja dapat dilihat

pada Tabel 4.6 sebagai berikut

Tabel 4.6
Persentase Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja
Jumlah
No N (Responden) % (persen)
Masa Kerja
1 < 5 tahun 32 88,9
2 ≥ 5 tahun 4 11,1
Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden terbanyak

adalah pada kelompok responden yang masa kerja < 5 tahun yaitu

sebanyak 88,9%. Sedangkan responden terendah masa kerja ≥ 5

tahun adalah responden yang belum menikah yaitu 11,1%.

4. Analisa Univariat

a) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Burnout


Berikut adalah distribusi frekuensi berdasarkan skor Burnout
dan dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.7
Tabel Distribusi frekuensi berdasarkan Skor Burnout

Burnout

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 11 30.6 30.6 30.6


54

Sedang 12 33.3 33.3 63.9

Tinggi 13 36.1 36.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan dari 36 perawat

yang bekerja di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato

Suratani Tanjungpinang, bahwa yang memiliki skor Burnout

dengan kategori rendah yakni sejumlah 11 orang atau persentase

sebesar 30,6%. Selanjutnya, yang memiliki skor Burnout dengan

kategori sedang yakni sejumlah 12 orang atau persentase sebesar

33,3%. Terakhir, yang memiliki skor Burnout dengan kategori

berat yakni sejumlah 13 orang atau dengan persentase sebesar

36,1%. Hal ini menunjukan mayoritas rata-rata perawat yang

bekerja di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang memiliki Burnout dengan kategori Tinggi.

b) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pelayanan Keperawatan


Berikut adalah distribusi frekuensi berdasarkan skor Persepsi

Perawat Terhadap Pelayanan Keperawatan Bermutu dan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8
Distribusi frekuensi berdasarkan skor
Pelayanan Keperawatan Bermutu
55

Pelayanan Keperawatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 17 47.2 47.2 47.2

Cukup 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Tabel diatas menunjukkan dari 36 perawat yang bekerja di

bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang, bahwa yang memiliki skor pelayanan keperawatan

dengan kategori kurang yakni sejumlah 17 orang atau persentase

sebesar 47,2%. Selanjutnya, yang memiliki skor pelayanan

keperawatan dengan kategori cukup yakni sejumlah 19 orang atau

persentase sebesar 52,8%. Hal ini menunjukan mayoritas rata-rata

perawat yang bekerja di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr.

Midiyato Suratani Tanjungpinang memiliki pelayanan keperawatan

dengan kategori cukup.

5. Analisa Bivariat
a) Hubungan Burnout dengan Pelayanan Keperawatan pada
perawat yang bekerja di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr.
Midiyato Suratani Tanjungpinang
Berikut adalah hasil uji crosstab hubungan Burnout dengan

Pelayanan Keperawatan pada perawat yang bekerja di bagian IGD dan

ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang dan dapat dilihat

pada tabel:
56

Tabel 4.9
Crosstabulation Hubungan Burnout dengan Pelayanan
Keperawatan

Burnout * Pelayanan Keperawatan Crosstabulation

Pelayanan Keperawatan

Kurang Cukup Total

Burnout Rendah Count 2 9 11

Expected Count 5.2 5.8 11.0

% of Total 5.6% 25.0% 30.6%

Sedang Count 4 8 12

Expected Count 5.7 6.3 12.0

% of Total 11.1% 22.2% 33.3%

Tinggi Count 11 2 13

Expected Count 6.1 6.9 13.0

% of Total 30.6% 5.6% 36.1%


Total Count 17 19 36

Expected Count 17.0 19.0 36.0

% of Total 47.2% 52.8% 100.0%

Berdasarkan analisa bivariat menunjukkan bahwa hasil:

I. Penilaian pertama dilihat pada nilai Expected Count seluruh cell

memiliki nilai diatas 5, yang artinya penelitian ini lolos syarat

pertama pengujian crosstab chi square.

II. Hasil tabulasi silang pertama adalah seorang perawat dengan

tingkat Burnout rendah memiliki persentase lebih banyak pada

pelayanan keperawatan kategori cukup yakni sebesar 25.0%.

III. Hasil tabulasi silang kedua adalah seorang perawat dengan

tingkat Burnout sedang memiliki persentase lebih banyak pada

pelayanan keperawatan kategori cukup yakni sebesar 22,2%.


57

IV. Hasil tabulasi silang terakhir adalah seorang perawat dengan

tingkat Burnout tinggi memiliki persentase lebih banyak pada

pelayanan keperawatan kategori kurang yakni sebesar 30,6%.

Selanjutnya adalah hasil chi Square Test hubungan Burnout dengan

Pelayanan Keperawatan pada perawat yang bekerja di bagian IGD dan

ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang yang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.0
Chi-Square Test Hubungan Burnout dengan Pelayanan
Keperawatan

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.944a 2 .003


Likelihood Ratio 12.926 2 .002
Linear-by-Linear Association 10.597 1 .001
N of Valid Cases 36

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 5.19.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa, pearson chi-square

memiliki nilai signifikansi Asymptotic Significance (2-sided) sebesar

0.003 < 0,050. Ini menandakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Burnout dengan Pelayanan Keperawatan pada perawat

yang bekerja di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang.

A. Pembahasan

1. Karakteristik responden
58

Hasil penelitian diperoleh bahwa semuanya berjenis kelamin

perempuan yaitu 36 perawat (100,0%). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya oleh Iwan (2016), digambarkan bahwa

perawat wanita lebih banyak mengalami burnout. Tingginya burnout

pada perawat perempuan kemungkinan besar disebabkan karena perawat

mengalami konflik antara mengurus keluarga dan menolong pasien

secara profesional yang sudah menjadi tanggungjawabnya.

Hasil penelitian didapatkan bahwa kategori dengan umur tertinggi

berada pada dewasa awal 40 sampai 49 tahun yaitu sebanyak 15 perawat

(41,57%). Maslach (1982 dalam Gadis 2017) mengatakan orang usia

muda memiliki kemungkinan mengalami burnout lebih besar dari pada

orang usia lebih tua. Para pekerja pemberi pelayanan di usia muda

dipenuhi dengan harapan yang tidak realistik, jika dibandingkan dengan

mereka yang berusia lebih tua. Seiring dengan pertambahan usia pada

umumnya individu menjadi lebih teguh sehingga memiliki pandangan

yang lebih realistis.

Hasil penelitian berikutnya didapatkan bahwa kategori status

pernikahan tertinggi berada pada status sudah menikah yaitu sebanyak 32

perawat (88,7%). Andrew (1992 dalam Gadis 2017) mengatakan orang

yang belum menikah memiliki kemungkinan mengalami burnout lebih

besar dari pada orang sudah menikah. Para pekerja pemberi pelayanan

biasanya dipenuhi dengan tekanan, jika dibandingkan dengan mereka

yang sudah menikah.

2. Interpretasi Analisis Univariat


59

Dari hasil penelitian gambaran burnout menunjukkan bahwa dari 36

responden yang terdiri dari 11 reponden yang termasuk dalam kategori

rendah, 12 responden mengalami burnout sedang, dan 13 responden

mengalami burnout berat. Dari hasil penelitian ini diketahui mayoritas

terdapat kategori perawat yang mengalami burnout berat terdapat pada

ruang ICU dan IGD sebanyak 13 perawat.

Ruang ICU dan IGD sendiri merupakan ruang rawat di rumah sakit

yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan

mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang

mempunyai intensif efek fisiologi satu organ maupun mempengaruhi

organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat

menyebabkan kematian, selain itu angka (Dinda, 2015).

Menurut Hong Tao (2015), perawat di ICU dan IGD umumnya

memliki resiko tinggi mengalami stres dan merasa kurang puas dengan

pekerjaannya dibandingkan dengan perawat yang bekerja di unit lain.

Perawat yang bekerja di ICU dan IGD termasuk dalam pekerja yang

dilaporkan memiliki stres tingkat tinggi dan kemungkinan mengalami

burnout.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Awajeh (2018), mayoritas

perawat yang bekerja di ICU mengalami burnout dikarenakan bekerja di

lingkungan yang rentan menimbulkan stres. Ini dapat berhubungan

dengan banyak faktor seperti, kelebihan beban kerja, kekurangan tenaga

kerja, kompensasi. Termasuk tingginya tingkat pergantian perawat juga


60

merupakan indikator paling berpengaruh yang menyebabkan burnout

pada perawat ICU di King Saud Medical City (KSMC).

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas

pelayanan keperawatan IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang berada pada kategori cukup sebanyak 19 perawat. Hasil

kinerja yang cukup baik ini ditunjukkan dengan ketepatan waktu dalam

menyelesaikan tugas, penyelesaian pekerjaan yang menjadi lebih cepat

dan tidak berbuat kesalahan terhadap pekerjaan (Mangkunegara, 2005).

Hasil penelitian Nikpeyma (2014), mengungkapkan bahwa sistem

kinerja perawat dihadapkan dengan berbagai masalah, untuk

menyelesaikan masalah tersebut organisasi atau yang bersangkutan harus

meningkatkan struktur, proses dan hasil kinerja, dalam rangka mencapai

tingginya kualitas perawatan pasien. Michael Amstrong (2010)

mengemukakan bahwa “performance is indeed often regarde as simply

the outcomes achieved: a record of a person accomplishments”.

pengertian tersebut bermakna bahwa, kinerja memang dianggap hanya

sebagai hasil yang dicpai dan catatan prestasi seseorang. Kinerja dapat

dianggap sebagai perilaku atau cara diamana organisasi, tim dan individu

melihat pekerjaan yang dilakukan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkatan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral maupun etika. Pengertian kinerja lainnya adalah

kesuksesan seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan (Abas, 2017).


61

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan keperawatan instalasi IGD dan

ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang dengan hasil cukup

baik. Namun, masih perlu ditingkatkan dalam ketrampilan seperti

seringnya ikut seminar dan pelatihan, meningkatkan lagi pengetahuan

dan ketrampilan dalam asuhan keperawatan, menjalin hubungan baik

dengan rekan kerja dan atasan agar nyaman dalam lingkungan pekerjaan.

Tingginya tingkat burnout yang terjadi dapat juga dipengaruhi oleh

masa kerja perawat tersebut. Perawat dengan masa kerja yang lama

cenderung mampu mengatasi tekanan-tekanan selama bekerja, karena

sudah berpengalaman. Sedangkan perawat dengan masa kerja yang

rendah cenderung mengalami burnout karena tenaga kesehatan tersebut

masih beradaptasi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

3. Interpretasi Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh burnout terhadap pelayanan

keperawatan di IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang.yang dilakukan dengan uji chi square didapatkan nilai

signifikansi Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0.003 < 0,050

yang artinya terdapat pengaruh burnout terhadap pelayanan keperawatan.

Burnout atau kejenuhan kerja merupakan dampak dari kelelahan dimana

kinerja dan kualitas layanan dapat menurun (Nursalam, 2013).

Adanya faktor individual juga dapat menjadi penyebab terjadinya

burnout, faktor-faktor seperti jenis kelamin dan usia. Seseorang dengan

usia yang lebih tua cenderung mampu mengontrol emosi diri dan

cendeung mampu menjaga suasana kerja yang mampu mengurangi kadar


62

burnout di lingkungan kerja. Hal tersebut berbeda dengan perawat yang

berusia produktif yang cenderung tergesa-gesa dan egois.

B. Implikasi

Banyaknya tekanan atau stressor dalam suatu lingkungan kerja akan

mengakibatkan tingginya tingkat kejadian burnout, yang nantinya akan

menurunkan motivasi dalam bekerja, ketika motivasi bekerja turun maka

dampak yang terjadi akan mengarah ke hal yang negatif apabila tidak segera

ditangani, pada hal ini contohnya emosi tidak stabil, mudah marah, sensitif,

acuh dalam bekerja, kurang perhatian ke lingkungan kerja, tidak dapat

berkembang di tempat kerja, yang pada akhirnya akan mengarah ke hasil

kinerja yang dinilai kurang baik dalam memberikan pelayanan keperawatan.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah sampel yang digunakan peneliti terbatas.

2. Alat penelitian yang digunakan peneliti hanya berupa kuesioner sehingga

peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden apakah itu merupakan

jawaban yang sesungguhnya/tidak.

3. Penelitian ini diambil melalui skala, peneliti tidak terlibat langsung

dalam aktivitas keseharian perusahaan sehingga kesimpulan terbatas pada

data yang diperoleh dan dikumpulkan melalui penggunaan instrumen

skala secara tertulis


63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengaruh burnout terhadap persepsi

pelayanan keperawatan pada perawat di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr.
64

Midiyato Suratani Tanjungpinang. Dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dari hasil penelitian gambaran burnout menunjukkan bahwa dari 36

perawat di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang mayoritas 13 perawat (36,1%) mengalami burnout

berat. sementara itu dari hasil penelitian gambaran pelayanan

keperawatan menunjukkan bahwa dari 36 perawat mayoritas 19

perawat (52,8%) memperoleh persepsi pelayanan keperawatan dengan

kategori cukup.

2. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa mayoritas seorang perawat

di bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang dengan tingkat Burnout tinggi memiliki persentase

lebih banyak pada pelayanan keperawatan kategori kurang yakni

sebesar 30,6%.

3. Hasil chi-square didapatkan pearson chi-square memiliki nilai

signifikansi Asymptotic Significance (2-sided) sebesar 0.003 < 0,050.

Ini menandakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Burnout dengan Pelayanan Keperawatan pada perawat yang bekerja di

bagian IGD dan ICU Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

B. Saran

1. Bagi Perawat hendaknya tetap dapat memberikan pelayanan

keperawatan kepada klien dengan baik dan dapat memuaskan


65

meskipun burnout atau kejenuhan kerja yang dirasakan dalam kategori

rendah maupun berat.

2. Untuk mengembangkan lagi penelitian ini, dengan melihat faktor-

faktor yang bisa menyebabkan terjadinya burnout pada perawat atau

yang mempengaruhi penilaian pelayanan keperawatan. Pada

penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan kuesioner

sebagai instrumen penelitian akan tetapi juga melengkapi dengan

metode wawancara kepada responden.

Anda mungkin juga menyukai