Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Analisisi Isi
Analisis isi merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan
penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis
metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi
dari komunikasi internasional, membandingkan media atau ‘level’ dalam komunikasi,
mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam konten komunkasi, dan
lain-lain (Weber, 1990: 9). Dengan demikian, analisis isi lebih akrab digunakan di
bidang komunikasi. Dalam perkembangannya analisis isi terbelah menjadi dua aliran
metodologi. Pertama, analisis isi kuantitatif konvensional yang dalam penerapannya
sebatas pada melihat kecenderungan isi media terhadap permasalahan tertentu, lalu
menguantifikasikan isi media dengan menjumlah frekuensi kemunculan pokok pikiran
dari permasalahan tersebut sehingga analisis isi jenis ini hanya mampu menemukenali
atau mengi-dentifikasi pesan yang tampak (manifest messages) dan isi media yang
dianalisis. Kedua, analisis isi kuatitatif. Analisis isi kualitatif memiliki kecenderungan
me-maparkan isi media dilihat dari konteks dan proses dari dokumen-dokumen
sumber sehingga hasil yang diperoleh lebih mendalam dan rinci/tertafdil mengenai isi
media serta mampu menjelaskan keter-kaitan isi media dengan konteks realitas sosial
yang terjadi. Hal itu dikarenakan paradigma kajian analisis isi kualitatif memandang
pesan.media sebagai himpunan lambang atau simbol yang mere-presentasikan budaya
tertentu dalam lingkup kehidupan masyarakat (Ida, 2006: 187-188).

Menurut Krippendorff, ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan


pendekatan kualitatif, sebagai berikut:
1. Analisis Wacana, secara sederhana analisis wacana mencoba memberikan
pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan kata/frase yang
ditulis oleh pengarang. Analisis wacana fokus pada bagaimana fenomena-
fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks. Salah satu penelitian
yang pernah dilakukan dengan menggunkan analisis wacana adalah karya
Van Dijk (1991) yang mencoba mempelajari bagaimana pers mengungkap
masalah rasisme; kemunculan kaum mioritas, menjelaskan konflik antar
etnis, dan mengumpulkan data tentang pemberian stereotipe (penilaian buruk
kepada suatu kelompok).
2. Analisis retorika, Analisis retorika berfokus kepada bagaimana pesan itu
disampaikan serta dampak (langsung ataupun jangka panjang) yang
dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens. Peneliti yang menggunkan
pendekatan ini harus mengidientifikasi elemen-elemen struktural, seperti;
ungkapan, gaya argumentasi, serta gestur dsan penekanan dalam pidato.
3. Analisis isi etnografis, Analisis ini dimunculkan oleh Altheide (1987).
Walaupun terkesan sangat kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak
menghindari cara yang bersifat kuantitatif namun malah mendukung
penghitungan data dari analisis isi dengan tulisan.
4. Analisis percakapan, analisis ini dkerjakan diawali dengan merekam
percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil
rekaman itu di analisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif.
2.4 Konsep Situational Theory Of The Publics
Teori situasional yang dikembangkan oleh Grunig berupaya untuk
mengidentifikasikan permasalahan di sekitar publik. Situational Theory of Public
adalah bagian dari theory ofthe role of PR(teori peran PR) dalam manajemen strategi
yang dikemukakan Grunig. Teori Gruning meneyebutkan bahwa publik muncul ketika
organisasi membuat keputusan yang memiliki konsekuensi pada orang-orang di dalam
dan di luar organisasi, yang mana mereka tidak terlibat dalam membuat keputusan itu.
Gruning berpendapat bahwa istilah stakeholder digunakanuntuk kategori-kategori
umum, orang-orang yang dipengaruhi konsekuensi actual atau konsekuensi potensial
strategic atau penting, keputusan organisasional.Ia menyebutnya sebagai isu-isu
situasional. Grunig beragumen, bahwa penelitian komunikasi lebih memperhatikan
pemasaran pada produk dibandingkan publik-publik mereka (perusahaan). Teori
situasional mendorong pembentukan publik-publik mereka sewaktu orang-orang
mengatur transaksi dengan suatu konsekuensi organisasi pada mereka. Dan Grunig
menekankan, bahwa publik-publik ini menjadi target-target optimal untuk kampanye
komunikasi. Situational theory dapat digunakan untuk mengenal tipe-tipe publik yang
berbeda dalam setiap tingkatan, di mana mereka berkomunikasi secara aktif, pasif
atau tidak keduanya tentang keputusan organisasional yang mempengaruhi mereka,
dengan demikian situational theory dapat digunakan untuk mengidentifikasi publik-
publik yang aktif dalam program-program yang berhubungan denganlingkungan, isu-
isu manajemen dan krisis komunikasi.
Situational theory of the publics menggunakan tiga pendekatan variabel
independen yang pertama adalah pengenalan masalah dimana individu dihadapkan
dengan isu yang harus menyadari dan mengenali dampaknya. Kedua pengenalan
kendala sejauh mana publik menganalisis isu-isu dan mencari solusi terhadap sebuah
masalah sehingga publik cenderung akan mencari isu tersebut. Terakhir, keterlibatan
seberapa jauh seseorang individu peduli dengan sebuah isu.

Anda mungkin juga menyukai