Anda di halaman 1dari 10

FRAMING ANALISIS

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu:
Dr. Zamris Habib. M,Si.

Disusun Oleh:
Meisin Septianasari 2017530006
Dewi Maesaroh 2017530009
Sulton Fajarulloh 2017530013
Dzaki Saniyyah Nurman 2017530017
Dimas Wahyu Ariadin 2017530021
Fidela Dinka Puspita 2017530032

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019 M / 1441 H
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Framing
Analisis framing merupakan metode analisis teks sebagaimana
analisis isi kuantitatif, namun keduanya mempunyai perbedaan
karakteristik. Dalam analisis isi kuantitatif yang ditekankan adalah isi
dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara pusat perhatian analisis
framing adalah pembentukan pesan/makna dari teks. Framing melihat
bagaimana teks/pesan dikonstruksi oleh wartawan dan media serta
bagaimana menyajikannya kepada khalayak.

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh beterson


tahun 1995. Mulanya framing dimaknai sebagai struktur konseptual
atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik,
kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan wacana kategori-
kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Dalam prespektif
komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau
ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar
lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
mengiring interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain
framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif
atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu
dan menulis berita.1

Terminologi framing memiliki banyak definisi yang berbeda-beda.


Hampir tidak ada kesepakatan diantara para ahli untuk mengartikan
dan mengkonseptualisasikan apa sebenarnya framing. Namun satu hal
yang disepakati secara umum adalah bahwa framing adalah sebuah

1
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 162.

1
teori efek media massa yang menghubungkan bagaimana sebuah
pesan disajikan oleh media massa kepada khalayak dan bukan apa
yang disajikan kepada khalayak.

Untuk lebih memahami pengertian framing, kita simak beberapa


pengertian framing yang dirumuskan oleh para ahli berikut ini.

1. Thomas E. Nelson, Rosalee A. Clawson, dan Zoe M. Oxley (1997)


Mendefinisikan framing sebagai proses dimana sumber
komunikasi seperti organisasi berita, mendefinisikan dan
membentuk isu-isu politik atau kontroversi publik.
2. H.B Brosius dan P. Eps (1995)
Menyatakan bahwa framing bukanlah sebuah penjelasan yang
jelas dan bukan sebuah konsep yang secara umum dapat
diaplikasikan melainkan hanya merupakan metafora yang tidak
secara langsung dapat diartikan ke dalam pertanyaan penelitian
3. Baldwin van Gorp (2007)
menitikberatkan pada perbedaan yang harus dibuat antara
framing melalui media dan framing dengan media. Yang
dimaksud dengan framing melalui media adalah mengacu pada
pengaruh frame sponsor, yang dapat berupa kelompok
kepentingan, dokter, atau pengiklan yang peduli terhadap
persepsi langsung dan seleksi frame jurnalis berdasarkan
kepentingannya. Framing dengan media maksudnya adalah
pengaruh eksternal terhadap jurnalis yang tidak diperhitungkan.

B. Sejarah Framing
Teori framing muncul di era media massa pada sekitar tahun
1970an yang berakar dari interaksi simbolik dan konstruksi sosial.
Ketika itu, di Amerika Serikat  penelitian-penelitian mengenai media
mulai beralih dari model efek media ke bentuk khusus pengaruh media
terhadap khalayak. Berbagai penelitian terkait media saat itu ditujukan
untuk mengetahui peran media massa nasional dalam membentuk
berbagai permasalahan politik dalam publik  nasional.

2
Sejalan dengan semakin seringnya khalayak mendapat terpaan
informasi, maka media tidak hanya dipandang dapat mempengaruhi
khalayak selama kampanye pemilihan namun juga berperan besar
dalam menciptakan persepsi dunia dan wacana politik. Terkait dengan
hal ini, Benyamin Cohen berpendapat bahwa meskipun media tidak
secara khusus menyampaikan kepada khalayak apa yang dipikirkan
oleh khalayak namun sejatinya media benar-benar mengatakan
kepada khalayak apa yang harus dipikirkan Selama masa itu pula,
berbagai penelitian dimulai lebih jauh guna meneliti apa yang
disampaikan oleh Cohen. Dua peneliti yang bernama Maxwell
McCombs dan Donald Shaw mengembangkan pendekatan agenda
setting yang menyatakan bahwa terdapat kaitan antara jumlah liputan
dari  suatu isu politik tertentu dengan relevansi yang dirasakan dari isu
ini di antara agenda politik khalayak. Studi awal dalam penelitian
framing adalah mengidentifikasi frames pokok dalam pemberitaan
televisi yaitu sebuah frame episodik dan kerangka tematik yang
memposisikan sebuah isu dalam konteks wacana publik yang lebih
luas. Yang lainnya membahas frames yang digunakan dalam
kampanye pemilihan.2

Lopez-Rabadan dan Vicente Marino mengusulkan untuk membedakan perkembangan


teori framing ke dalam tiga fase utama, yaitu :
1. Tahap awal yang berlangsung tahun 1974-1990 yang ditandai dengan dimulainya
penerapan instrumental berbasis definisi sosiologis framing. Pada tahap inilah teori
framing mulai masuk ke dalam bidang studi komunikasi.
2. Tahap kedua yang berlangsung selama tahun 1990an, sesuai dengan definisi frames
sebagai studi media khusus, dengan sebuah aplikasi dalam analisis wacana media,
dengan metodologi yang  agak tidak terkontrol dan tersebar. Selama periode ini,
terdapat perdebatan teoretis yang intens antara mereka yang berpendapat bahwa
framing tidak lebih dari perpanjangan agenda setting dan mereka yang berpendapat
bahwa framing adalah teori yang saling melengkapi tetapi berbeda.

2
https://pakarkomunikasi.com/teori-framing, (diakses pada November 27, 2019 12:25 WIB)

3
3. Tahap ketiga yaitu tahap reorganisasi dan pengembangan empiris dimulai pada
pergantian abad 21 dan berlanjut hingga kini. Selama tahap ini ada upaya untuk
melakukan penyatuan konseptual dan metodologis yang memungkinkan
perkembangan yang lebih solid dan pesat melalui sinergi penelitian.

C. Konsep dan Model Analisis Framing


Menurut Robert N. Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan
empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa
dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal
interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang
dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu
menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang
memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi
moral penilaian atas penyebab masalah.
Ada dua konsep framing model Zhondhang Pan dan Gerald M
Kosicki yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep
sosiologis yaitu :
1. Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan
informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen
tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam
kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih
penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat
membuat keputusan tentang realitas.
2. Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses
bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan
realitas diluar dirinya.
Secara umum konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan
internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat frame dari
sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang.  Dalam model ini,
perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar,
yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum
berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke

4
dalam berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar
hubungan hubungan kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana menekankan arti
tententu dalam berita).3
G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyaajian
realitas dimana kebenaran, tentang suatu kejadian, tidak diingkari
secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan
sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan
istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto,
karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
Pada umumnya, terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan
pekerja media massa, khususnya oleh komunikator massa, tatkala
melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan
makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik, yaitu:
1. Dalam hal pilihan kata (simbol) politik. Dalam komunikasi politik,
para komunikator bertukar citra-citra atau makna-makna melelui
lambang. Mereka saling menginterpretasikan pesan-pesan (simbol-
simbol) politik yang diterimanya.
2. Dalam melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik. Untuk
kepentingan pemberitaan, komunikator massa seringkali hanya
menyoroti hal-hal yang “penting” (mempunyai nilai berita) dari
sebuah peristiwa politik. Ditambah pula dengan berbagai
kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh
siapa yang memiliki kepentingan (menarik keuntungan atau pihak
mana yang diuntungkan) dengan berita tersebut.

3. Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik.


Justru hanya jika media massa memberi tempat pada sebuah
peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh perhatian dari
masyarakat. Semakin besar tempat yang diberikan semakin besar

3
http://eprints.umm.ac.id/35166/4/jiptummpp-gdl-arifwahyud-48673-4-babiii.pdf (diakses
pada November 27, 2019 13:00 WIB)

5
pula perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada konteks ini
media massa memiliki fungsi agenda setter sebagaimana yang
dikenal dengan teori Agenda Setting.4

D. Unsur-Unsur Framing
Framing atau pembingkaian yang dilakukan media pada dasarnya merujuk pada
empat elemen, yaitu proses pendefinisian realita atau permasalahan, penjelasan sebab
permasalahan, penilaian dan evaluasi terhadap masalah serta perumusan rekomendasi
solusi atas permasalahan tersebut. Berikut penjelasannya :
1. Identifikasi Masalah atau Define Problem
Merupakan elemen yang menjadi master frameatau bingkai yang paling utama.Dalam
elemen ini, analisis dilakukan untuk mengetahui definisi masalah oleh media. Media
menggambarkan realita tersebut sebagai masalah apa, merupakan pertanyaan utama
yang harus dijawab dalam elemen ini.
2. Penjelasan Sebab Permasalahan atauDiagnose Causes
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah media menggambarkan penyebab
masalah, baik itu actor penyebab atau peristiwa penyebab.
3. Penilaian dan Evaluasi atau Moral Judgement
Merupakan elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan
argument atas pendefinisian masalah dan perumusan sebab yang telah dibuat.
4. Rekomendasi Solusi atau Treatment Recommendation
Menekankan pada rekomendasi penyelesaian masalah yang diberikan media, elemen
ini berusaha mengetahui solusi apa dan bagaimana yang seharusnya diselesaikan.
Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Oleh karena itu, berita menjadi manipulatif dan bertujuan
mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah,
wajar, dan tak terelakkan.5

4
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analysis/
(diakses pada November 27, 2019 13:33 WIB)

5
Alex Sobur, 2006, Analiss Teks Media :Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya), hlm. 164

6
E. Keuntungan Framing
Teori framing kini berkembang menjadi sebuah teori penting yang dapat diterapkan
pada beberapa bidang utamanya dalam masyarakat media transnasional. Pengetahuan
tentang teori framing sangat penting dalam perencanaan kampanye media bidang
periklanan, public relations, dan politik. Ranah penting teori framing berada pada
penelitian media dalam bidang jurnalistik dan komunikasi politik.

Teori framing dibangun berdasarkan asumsi bagaimana sebuah isu yang dicirikan
dalam pelaporan berita dapat memiliki pengaruh terhadap bagaimana isu tersebut
dipahami oleh khalayak. Dengan kata lain, media mengarahkan perhatian publik kepada
tema tertentu pilihan jurnalis yang mengakibatkan khalayak membuat keputusan apa yang
dipikirkan. Asumsi ini berasal dari pemikiran agenda setting. Jurnalis tidak hanya
memilih topik yang akan disampaikan kepada khalayak, melainkan juga terlibat dalam
proses bagaimana berita tersebut disuguhkan dan frames dimana berita tersebut disajikan.

Mempelajari teori framing dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah kita dapat
mengetahui dan memahami pengertian framing, sejarah teori framing, asumsi,
perkembangan teori framing, serta kritik terhadap teori framing.

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2002.

7
http://eprints.umm.ac.id/35166/4/jiptummpp-gdl-arifwahyud-48673-4-babiii.

https://pakarkomunikasi.com/teori-framing.

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analysis/

Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

8
1

Anda mungkin juga menyukai