Dosen Pengampu:
Dr. Zamris Habib. M,Si.
Disusun Oleh:
Meisin Septianasari 2017530006
Dewi Maesaroh 2017530009
Sulton Fajarulloh 2017530013
Dzaki Saniyyah Nurman 2017530017
Dimas Wahyu Ariadin 2017530021
Fidela Dinka Puspita 2017530032
A. Pengertian Framing
Analisis framing merupakan metode analisis teks sebagaimana
analisis isi kuantitatif, namun keduanya mempunyai perbedaan
karakteristik. Dalam analisis isi kuantitatif yang ditekankan adalah isi
dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara pusat perhatian analisis
framing adalah pembentukan pesan/makna dari teks. Framing melihat
bagaimana teks/pesan dikonstruksi oleh wartawan dan media serta
bagaimana menyajikannya kepada khalayak.
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 162.
1
teori efek media massa yang menghubungkan bagaimana sebuah
pesan disajikan oleh media massa kepada khalayak dan bukan apa
yang disajikan kepada khalayak.
B. Sejarah Framing
Teori framing muncul di era media massa pada sekitar tahun
1970an yang berakar dari interaksi simbolik dan konstruksi sosial.
Ketika itu, di Amerika Serikat penelitian-penelitian mengenai media
mulai beralih dari model efek media ke bentuk khusus pengaruh media
terhadap khalayak. Berbagai penelitian terkait media saat itu ditujukan
untuk mengetahui peran media massa nasional dalam membentuk
berbagai permasalahan politik dalam publik nasional.
2
Sejalan dengan semakin seringnya khalayak mendapat terpaan
informasi, maka media tidak hanya dipandang dapat mempengaruhi
khalayak selama kampanye pemilihan namun juga berperan besar
dalam menciptakan persepsi dunia dan wacana politik. Terkait dengan
hal ini, Benyamin Cohen berpendapat bahwa meskipun media tidak
secara khusus menyampaikan kepada khalayak apa yang dipikirkan
oleh khalayak namun sejatinya media benar-benar mengatakan
kepada khalayak apa yang harus dipikirkan Selama masa itu pula,
berbagai penelitian dimulai lebih jauh guna meneliti apa yang
disampaikan oleh Cohen. Dua peneliti yang bernama Maxwell
McCombs dan Donald Shaw mengembangkan pendekatan agenda
setting yang menyatakan bahwa terdapat kaitan antara jumlah liputan
dari suatu isu politik tertentu dengan relevansi yang dirasakan dari isu
ini di antara agenda politik khalayak. Studi awal dalam penelitian
framing adalah mengidentifikasi frames pokok dalam pemberitaan
televisi yaitu sebuah frame episodik dan kerangka tematik yang
memposisikan sebuah isu dalam konteks wacana publik yang lebih
luas. Yang lainnya membahas frames yang digunakan dalam
kampanye pemilihan.2
2
https://pakarkomunikasi.com/teori-framing, (diakses pada November 27, 2019 12:25 WIB)
3
3. Tahap ketiga yaitu tahap reorganisasi dan pengembangan empiris dimulai pada
pergantian abad 21 dan berlanjut hingga kini. Selama tahap ini ada upaya untuk
melakukan penyatuan konseptual dan metodologis yang memungkinkan
perkembangan yang lebih solid dan pesat melalui sinergi penelitian.
4
dalam berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar
hubungan hubungan kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana menekankan arti
tententu dalam berita).3
G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyaajian
realitas dimana kebenaran, tentang suatu kejadian, tidak diingkari
secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan
sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan
istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto,
karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
Pada umumnya, terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan
pekerja media massa, khususnya oleh komunikator massa, tatkala
melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan
makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik, yaitu:
1. Dalam hal pilihan kata (simbol) politik. Dalam komunikasi politik,
para komunikator bertukar citra-citra atau makna-makna melelui
lambang. Mereka saling menginterpretasikan pesan-pesan (simbol-
simbol) politik yang diterimanya.
2. Dalam melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik. Untuk
kepentingan pemberitaan, komunikator massa seringkali hanya
menyoroti hal-hal yang “penting” (mempunyai nilai berita) dari
sebuah peristiwa politik. Ditambah pula dengan berbagai
kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh
siapa yang memiliki kepentingan (menarik keuntungan atau pihak
mana yang diuntungkan) dengan berita tersebut.
3
http://eprints.umm.ac.id/35166/4/jiptummpp-gdl-arifwahyud-48673-4-babiii.pdf (diakses
pada November 27, 2019 13:00 WIB)
5
pula perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada konteks ini
media massa memiliki fungsi agenda setter sebagaimana yang
dikenal dengan teori Agenda Setting.4
D. Unsur-Unsur Framing
Framing atau pembingkaian yang dilakukan media pada dasarnya merujuk pada
empat elemen, yaitu proses pendefinisian realita atau permasalahan, penjelasan sebab
permasalahan, penilaian dan evaluasi terhadap masalah serta perumusan rekomendasi
solusi atas permasalahan tersebut. Berikut penjelasannya :
1. Identifikasi Masalah atau Define Problem
Merupakan elemen yang menjadi master frameatau bingkai yang paling utama.Dalam
elemen ini, analisis dilakukan untuk mengetahui definisi masalah oleh media. Media
menggambarkan realita tersebut sebagai masalah apa, merupakan pertanyaan utama
yang harus dijawab dalam elemen ini.
2. Penjelasan Sebab Permasalahan atauDiagnose Causes
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah media menggambarkan penyebab
masalah, baik itu actor penyebab atau peristiwa penyebab.
3. Penilaian dan Evaluasi atau Moral Judgement
Merupakan elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan
argument atas pendefinisian masalah dan perumusan sebab yang telah dibuat.
4. Rekomendasi Solusi atau Treatment Recommendation
Menekankan pada rekomendasi penyelesaian masalah yang diberikan media, elemen
ini berusaha mengetahui solusi apa dan bagaimana yang seharusnya diselesaikan.
Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Oleh karena itu, berita menjadi manipulatif dan bertujuan
mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah,
wajar, dan tak terelakkan.5
4
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analysis/
(diakses pada November 27, 2019 13:33 WIB)
5
Alex Sobur, 2006, Analiss Teks Media :Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya), hlm. 164
6
E. Keuntungan Framing
Teori framing kini berkembang menjadi sebuah teori penting yang dapat diterapkan
pada beberapa bidang utamanya dalam masyarakat media transnasional. Pengetahuan
tentang teori framing sangat penting dalam perencanaan kampanye media bidang
periklanan, public relations, dan politik. Ranah penting teori framing berada pada
penelitian media dalam bidang jurnalistik dan komunikasi politik.
Teori framing dibangun berdasarkan asumsi bagaimana sebuah isu yang dicirikan
dalam pelaporan berita dapat memiliki pengaruh terhadap bagaimana isu tersebut
dipahami oleh khalayak. Dengan kata lain, media mengarahkan perhatian publik kepada
tema tertentu pilihan jurnalis yang mengakibatkan khalayak membuat keputusan apa yang
dipikirkan. Asumsi ini berasal dari pemikiran agenda setting. Jurnalis tidak hanya
memilih topik yang akan disampaikan kepada khalayak, melainkan juga terlibat dalam
proses bagaimana berita tersebut disuguhkan dan frames dimana berita tersebut disajikan.
Mempelajari teori framing dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah kita dapat
mengetahui dan memahami pengertian framing, sejarah teori framing, asumsi,
perkembangan teori framing, serta kritik terhadap teori framing.
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2002.
7
http://eprints.umm.ac.id/35166/4/jiptummpp-gdl-arifwahyud-48673-4-babiii.
https://pakarkomunikasi.com/teori-framing.
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analysis/
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
8
1