Anda di halaman 1dari 8

Analisis Framing

Harya AWP 1543010039


Mata kuliah metode komunikasi 2 kelas C
UPN Veteran Jawa Timur
TA 2016/2017
Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis


isi dan analisis semiotik.[1] Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah peristiwa,
atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan
menulis berita.[1]

Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu


kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dobelokkan secara halus, dengan memberikan
penonjolan pada aspek tertentu.[2] Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan
penulisan fakta.[3] Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut
ditulis.[3] Hal ini sangta berkaitan dengan pamakaian diksi atau kata, kalimat, gambar atau
foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.[3]

Dalam buku ”Analisis Framing : Konstruksi Ideologi Dan Politik Media”, Eriyanto
menjelaskan bahwa secara sederhana analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,actor, kelompok, atau apa saja ) di bingkai
oleh media.

Model Analisis Framing


Analisis framing memiliki banyak model, antara lain model Murray Edelman, Robert N.
Etman, William A. Gamson maupun Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.[4]
Murray Edelman
Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang banyak menulis mengenai bahasa dan
simbol politik dalam komunikasi.[4] Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi:
pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula dapat
menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami.[4] Kategorisasi itu merupakan kekuatan
yang besar dalam memengaruhi pikiran dan kesadaran publik.[4] Dalam memengaruhi
kesadaran publik, kategorisasi lebih halus dibanding propaganda.[4] Kategorisasi merupakan
salah satu gagasan utama dari Edelman yang dapat mengarahkan pandangan khalayak akan
suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu.[4] Untuk itu, dalam melihat suatu
peristiwa, elemen paing penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi atas peristiwa.
[4]

1. ^ a b Sobur. Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2. ^ Sudibyo. Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS.
3. ^ a b c d e f g Kriyantoro. Rachmat. 2006. TEKNIK PRAKTIS RISET KOMUNIKASI. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP.
4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING: Konstruksi, Ideologi,
dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS
Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis framing
untuk studi isi media.[4] Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun oleh media massa.
[4]
 Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang
khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.[4] Selain
itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan
bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks.[4] Dengan bentuk
seperti itu, sebuah gagasan atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan,
diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak.[4]
William A. Gamson
William A. Gamson adalah seorang sosiolog yang menaruh minat besar pada tudi media, dan
salah satu ahli yang paling banyak menulis tentang framing.[4] Gagasan Gamson terutama
menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi yang lain.
[4]
 Menurut Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan
mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa.[4]
Sebagai sosiolog, titik perhatian Gamson terutama pada studi mengenai gerakan sosial,
perhatiannya pada studi gerakan sosial mau tidak mau menyinggung studi media, karena
media merupakan elemen penting dari gerakan sosial.[4] Jika dikaitkan dengan framing,
Gamson berpendapat bahwa dalam suatu peristiwa, framing berperan dalam mengorganiasi
pengalaman dan petunjuk tindakan, baik secara individu maupun kolektif.[4] Dalam
pemahaman ini, frame tentu saja berperan dan menjadi aspek yang menentukan dalam
partisipasi gerakan sosial.[4] Misalnya media massa membingkai sebuah peristiwa, sehingga
khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu dan memiliki tujuan bersama.[4]

1. ^ a b Sobur. Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2. ^ Sudibyo. Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS.
3. ^ a b c d e f g Kriyantoro. Rachmat. 2006. TEKNIK PRAKTIS RISET KOMUNIKASI. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP.
4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING: Konstruksi, Ideologi,
dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS
Metode Analisis Framing

1. Entman
Menurut Entman, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yaitu :
1) Pada identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat
sebagai apa dan dengan nilai positif atau negatif apa.
2) Pada identifikasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siaoa yang
dianggap penyebab masalah.
3) Pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab
masalah.
4) Saran penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu
menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksi
hasilnya.

SKEMA FRAMING ROBERT ENTMAN


Problem identification Treatment recommendation
Peristiwa dilihat sebagai apa Saran penanggulangan masalah

Causal interpretation Moral evaluation


Siapa penyebab masalah Penilaian atas penyebab masalah

2. Pan dan Kosicki


Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar, yaitu :
1) Struktur sintaksis
Berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa –pernyataan, opini,
kutipan, pengamatan atas peristiwa—kedalam bentuk susunan kisah berita. Dapat
diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi
yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan sebagainya).

2) Struktur skrip
Melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam
mengemas peritiwa.

3) Struktur tematik
Berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa
kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks
secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan
kedalam bentuk yang lebih kecil.
4) Struktur retoris
Berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain,
struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga
dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu.

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI


STRUKTUR PERANGKAT UNIT YANG
FRAMING DIAMATI
SINTAKSIS 1. Skema berita Headline, lead, latar
Cara wartawan informasi, kutipan,
menyusun fakta sumber, pernyataan,
penutup
SKRIP 2. Kelengkapan berita 5W+1H
Cara wartawan
mengisahkan fakta
TEMATIK 3. Detail Paragraf, proposisi
Cara wartawan menulis 4. Maksud kalimat,
fakta hubungan
5. Nominalisasi
antarkalimat
6. Koherensi
7. Bentuk kalimat
8. Kata ganti
RETORIS 9. Leksikon Kata, idiom,
Cara wartawan 10. Grafis gambar/foto, grafik
menekankan fakta 11. Metafor
12. Pengandaian

3. Gamson dan Modigliani


Rumusan model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat
representasi media—berita dan artikel, terdiri atas package interpretative yang
mengandung konstruksi makna tertentu. Didalam package ini terdapat dua struktur,
yaitu :
1) Core frame
Merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuki
menunjukkan substansi isu yang tengah dibicarakan.

2) Condensing symbols
Mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.
FAMING ANALYSIS MODEL GAMSON DAN MODIGLIANI
MEDIA PACKAGE

CORE FRAME

CONDENSING SYMBOLS
FRAMING DEVICES REASONING DEVICES

1. Metaphors 1. Roots
2. Exemplars 2. Appeal to principles
3. Catchphrases
4. Depictions
5. Visual images
Tokoh 313 Tersangka Kasus Makar
   

Sabtu, 1 April 2017 07:33 WIB Penulis: Nic/Gol/KG

MI/ROMMY PUJIANTO

POLDA Metro Jaya menyatakan penangkapan lima tersangka dugaan pemufakatan jahat
kemarin tidak berkaitan dengan aksi unjuk rasa bertajuk 313.

Sebelumnya, empat orang berinisial ZA, IR, V, N, serta Sekretaris Jenderal Forum Umat
Islam Muhammad Al Khaththath ditahan beberapa jam jelang aksi 313.

Al Khaththath ditangkap di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, sedangkan empat lainnya di


tempat yang berbeda.

"Tak ada kaitan langsung dengan demo. Kalaupun bersamaan dengan demo, itu masalah
teknis dan strategis saja," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Rikwanto di
Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Penangkapan terhadap Al Khaththath yang notabene tokoh sentral 313 juga disebut tidak
terkait dengan kasus makar sebelumnya yang melibatkan Sri Bintang Pamungkas dan lainnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan terbukti ada
pertemuan oleh para tersangka soal pemufakatan jahat.

"Ada pertemuan-pertemuan, kemudian dia akan menggulingkan pemerintah yang sah,


melengserkan pemerintah, jadi salah satu unsur itu. Itu kena di Undang-Undang 107 dan 110
KUHP, delik formil sudah kena," jelas Argo.

Mengenai aksi 313, Menko Polhukam Wiranto kemarin menemui wakil massa di Kantor
Kemenko Polhukam.

Tuntutan mereka ialah penghentian kriminalisasi ulama dan pemberhentian Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Di sisi lain, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto kemarin mangkir dari panggilan
penyidik Polda Metro Jaya sebagai saksi kasus dugaan makar.

Pengacara Tommy, Erwin Kallo, berdalih pihaknya baru saja mengetahui adanya surat
panggilan.(Nic/Gol/KG/X-11)

- See more at: http://mediaindonesia.com/news/read/98913/tokoh-313-tersangka-kasus-


makar/2017-04-01#sthash.fyQwcpjk.dpuf
Polisi Dinilai Gegabah Tangkap Sekjen FUI Terkait Makar
Rico Afrido Simanjuntak
Senin, 3 April 2017 - 15:48 WIB

JAKARTA - Kepolisian dinilai gegabah dalam menangkap sekaligus menahan Sekretaris


Jenderal (Sekjen) Forum Umat Islam (FUI) Muhammad al-Khaththath serta beberapa aktivis
lainnya menjelang aksi 313.

Pasalnya, tuduhan makar kepada sejumlah aktivis yang ditangkap menjelang aksi 212, akhir
tahun 2016 belum dibuktikan dalam pengadilan hingga saat ini.

Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menilai, langkah kepolisian yang menangkap
Muhammad al-Khaththath menimbulkan pertanyaan masyarakat.

"Saya sendiri sebagai mitra kepolisian bertanya, apa berani polisi menangkap seseorang tanpa
bukti," kata Nasir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/4/2017).

Kemudian pertanyaan selanjutnya, kata dia, yakni mengapa Muhammad al-Khaththath


ditangkap menjelang aksi 313. Menurutnya, apa yang dilakukan kepolisian terhadap
Muhammad al-Khaththath itu dialami juga oleh sejumlah aktivis lainnya.

Penangkapan aktivis lainnya itu seperti Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas,
Kivlan Zein dan beberapa lainnya yang ditangkap menjelang aksi 212 akhir tahun lalu. "Ada
apa?" papar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini. 

Dia juga mempertanyakan apakah kepolisian ingin memberitahukan kepada masyarakat atau
ingin memberikan kesan negatif kepada kelompok atau pengunjuk rasa tersebut.

"Maka itu saya menilai terlalu gegabah kalau Polri kemudian menangkap, kemudian menahan
beliau sampai sekarang," tuturnya.

Dirinya menduga kepolisian kesulitan untuk membuktikan sejumlah aktivis sebelumnya


berupaya melakukan makar.

"Karena memang tuduhan-tuduhan makar yang dialamatkan Sri Bintang dan kawan-kawan
sampai sekarang belum terbukti, belum sampai kepada penuntutan," imbuhnya. 

(maf)

https://nasional.sindonews.com/read/1193841/13/polisi-dinilai-gegabah-tangkap-sekjen-fui-
terkait-makar-1491209302

Anda mungkin juga menyukai