Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


LOW BACK PAIN

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas B Lanjutan

Wiwik Riswiastuti : NIM 1420121050


Aas : NIM 1420121108
Renalis Sri Anggela : NIM 1420121119
Enung Damayanti : NIM 1420121118
Ganjar Nugraha : NIM 1420121084
Thaofan Pria Gumilar : NIM 1420121130
Ade Yustira : NIM 1420121167
Eneng Suryani : NIM 1420121160

Universitas Galuh Ciamis


2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Guna kerangka
a. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
b. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
c. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan
otot.
d. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
e. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
2. Ruas-ruas tulang belakang
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada
bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri atas
beberapa bagian :
a. badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan
kuat,terletak disebelah depan.
b. Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang
terletak di sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
1) Prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
2) Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3) Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
3. Fungsi ruas tulang belakang
a. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
b. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
c. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
d. Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara
masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram
antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping
itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut
kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu
saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis)
yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.
4. Bagian-bagian dari ruas tulang belakang
a. Vertebra servikalis (tulang leher)
7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada tagu
sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang disebut For
Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra
servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan
kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut
Prosesus Prominan,taju ruiasnya agak panjang.

Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis


b. Vertebra Torakalis (tulang punggung)
terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang
dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi sebelah atas,bawah,kiri
dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
c. vertebra lumbalis (tulang pinggul)
terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak
picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut Promontorium.

Gambar 2. Vertebra lumbalis


d. vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang)
terdiri dari 5, yang membentuk sakrum atau tulang kelangkang.
e. vertebra Koksigius (tulang ekor)
terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang
disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena membentuk
persendian dengan sacrum.

Gambar 3. Os sacrum dan Os koksigialis


Hubungan antara corpus vertebra servikal (dan juga corpus vertebra
lainnya) dimungkinkan oleh adanya sendi,umumnya disebut sendi faset, biasa
juga disebut sendi apofiseal atau zygapofiseal, memungkinkan adanya pergerakan
(fleksi,ekstensi ataupun rotasi), menyerupai engsel, terletak langsung di belakang
kanalis spinalis. Sendi faset merupakan sendi sinovial,dikelilingi oleh jaringan
ikat dan menghasilkan cairan untuk memelihara dan melicinkan sendi. Pada
permukaan superior dan inferior prosessus uncinate terdapat pula sendi faset,lebih
dikenal dengan nama sendi uncovertebral dari Luschka (joint of Luschka) yang
juga penting dalam biomekanikal dan stabilitas tulang vertebra.
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari
nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat
mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan
ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun
nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri.
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai
sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan
berperan menahan tekanan/beban. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus
pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut,
diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen
longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering
terjadi di bagian postero lateral. Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal
posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal
separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan
didaerah ini.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan
degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai
berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi
kurang elastik.
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Low back pain adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal,
nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
(Harsono, 2000).
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama
nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin
sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan
proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner &
Suddart,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah
pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan
ligamen lumbosacral,kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalh
pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back
Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan
trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi
dari nuleus pulposus,kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral pada tulang
belakang. Jika diperhatikan secara seksama keluhan LBP sangat bervariasi,
kualitas nyeri, intensitas serta penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap
badan seperti berdiri, duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap
timbulnya rasa nyeri.

2. Etiologi
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a) LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri
b) LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri
glutea superior
c) LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar
sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d) LBP Spondilogenik
Berasal dari :
 Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan
spondilolistesis)
 Sendi-sendir sakroiliakan
 Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf
akibat stenosis spinalis.
e) LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis

Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :


a) LBP Traumatik
1) LBP pada unsur miofasial
2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan
neuromuskuloskeletal
b) LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1) Spondilosis
2) HNP
3) Stenosis spinalis
4) Oesteoartritis
c) LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1) Artritis rematoid
2) Spondilitis angkilopoetika
3) Spondylitis
d) LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e) LBP akibat neoplasma
1) Tumor myelum
2) Retikulosis
f) LBP akibat kelainan congenital
g) LBP sebagai refered pain
h) LBP akibat gangguan sirkulatorik
i) LBP oleh karena psikoneurotik

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan
ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis
tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan
nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

3. Manifestasi Klinis
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem
anatomi :
a) LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas
maupun istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya.
Lebih sering disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang
didapatkan spasme otot paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada
pemeriksaan radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri pinggang akibat
referred pain.
b) LBP vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri
bersifat nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang
paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya stress spesifik
pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa
ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
c) LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri
tenang, terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat
dibangkitkan dengan aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita
berbaring, sering didapat kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme otot
paravertebralis.
d) LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
 HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang,
menjalar kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.
 Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan
berupa nyeri daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat,
timbul mendadak waktu melakukan gerakan yang melampau batas
kemampuan ototnya.
 Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer
atau sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan
laboratorium terlihat adanya peningkatan alkalifostase.
 Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal
atau nyeri radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi
osterporosis tulang belakang.
e) LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang
ditemukan, penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap
ancaman rasa amannya dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan
hal tertentu. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan
tegang sehingga meningkatkan spasme otot dan timbul rasa nyeri.

4. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak
terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan
jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan
asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan
berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ
internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi
atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P.
Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi
sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang
ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai
ligament dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari
kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia
nucleus pulposus (Brunner & Suddarth, 2002).

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Fungsi lumbal : Mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air,
kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan/hambatan aliran
cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah sel, kadar protein,
NaCl dan glukosa.
b) Foto rontgen : Mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis,
bamboo spine destruksi vertebra, HNP
c) Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
d) Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
e) Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat
dan lokasi patologi tulang belakang.
f) Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
g) Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
h) Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
i) Laboratorium
Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor
rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
Likuor serebrospinal (atas indikasi)

6. Penatalaksanaan
a) Tirah baring :
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus
tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2
sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal
lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk
lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk dan tungkai
dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari
karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat
untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
b) Medika mentosa :
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan
penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami
spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
c) Fisioterapi :
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra
merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan
sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres
panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan
masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi
perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang
dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium
akut.
d) Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
e) Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.

f) Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang
nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik,
ataupun adanya gangguan spinger
g) Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak
memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika
penyebabnya adalah herniasi diskus.

7. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita
nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu
memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap
tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit

8. Prognosis
Dengan penanganan yang teratur kesembuhan pada penderita nyeri punggung
bawah diperkirakan 70% dalam 1 bulan, 90% dalam 3-6 bulan dan 4% sembuh
setelah lebih dari 6 bulan . Kesembuhan mutlak pada penderita nyeri punggung
bawah karena spondilosis lumbal tidak bisa diharapkan karena spondilosis adalah
degeneratif sekitar annulus fibosus, lamina dan artikularis yang mengeras karena
terjadinya kalsifikasi
C. Pathways Perubahan postur tubuh biasanya karena
trauma primer dan sekunder.

Usia lansia Obesitas

Fibrokartilago padat dan tak teratur Trauma


Trauma primer sekunder
seperti seperti
: Trauma : Adanya
secara penyakit
spontan, HNP,kecelakaan.
contohnya osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis
Kelebihan beban
lumbalsakral

Stres mekanis diskus lumbal bawah Pembentukan kurva lumbal abnormal


Kontraksi punggung Terdesaknya otot para vetebra
Tulang belaakang menyerap goncangan ventrikal

Perubahan degenarasi berat Rusaknya


pembungkus saraf
Terjadi perubahan struktur dengan diskus susun atas fibri fertilago dan matrik gelatinus
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain)
Herniasi nukleus purposus
Hiperalgesia sekuder pada
neuron di sekitar lesi pada resio
Penekanan
Nyeri akut akar saraf ketika
Interupsi waktu dan Kelemahan otot Jarang bergerak Penumpukan lemak karena tubuh kurang gerak
lumbal sacral
keluar dari kanallisspin alis kualitas tidur Berat badan berlebih
Mobilitas fisik terganggu Kelemahan fisik umum
Gangguan pola
tidur Hambatan mobilitas fisik Defisit perawatan diri
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya
(misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang
berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan
tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara
berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya.
Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu
mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan. Selama wawancara ini,
perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan posisi dan
cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista
iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya
spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan
nyeri punggung bawah.
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Diskripsi gejala dan lamanya
2) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
3) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
4) Riwayat trauma
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1) Immunosupression (supresis imun)
2) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
3) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
4) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi)
atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
5) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif:
ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif,
sindroma fibromialgia)
6) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
7) Adanya demam (infeksi)
8) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
9) Keluhan visceral (referred pain)
10) Gangguan miksi
11) Saddle anesthesia
12) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
13) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
2) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motorik
b) Pemeriksaan sens sensorik.
c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S1)
cross laseque (HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
3) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas.)
4) Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan
frekuensi)
5) Sistem Gastrointestinal (Nilai kemampuan menelan,nafsu makan,
minum, peristaltic dan eliminasi)
6) Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
7) Sistem Reproduksi ( Untuk pasien wanita )
8) Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktifitas dan latihan (Cara berjalan : pincang, diseret, kaku
(merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
c. Pola nutrisi dan metabolisme
d. Pola tidur dan istirahat (Pasien LBP sering mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat)
e. Pola kognitif dan perceptual (Prilaku penderita apakah konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)
f. Persepsi diri/konsep diri
g. Pola toleransi dan koping stress (Nyeri yang timbul hampir pada semua
pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati
untuk mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi,
tumor atau fraktur)
h. Pola seksual reproduksi
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola nilai dan keyakinan

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
b) Hambatan mobilitas fisik dengan nyeri, gangguan muskuloskeletal
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kelemahan, gangguan
muskuloskeletal
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
e) Berat badan berlebih berhubungan dengan tubuh kurang gerak
3. Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Nyeri akan NOC: NIC: Pain management
berhubungan berkurang a. Pain control 1. Kaji karakteristik 1. Karakteristik nyeri dikaji agar
dengan gangguan setelah b. Pain level nyeri secara intervensi yang diberikan sesuai
muskuloskeletal dilakukan Indikator: komprehensif dengan tipe nyeri
perawatan a. Mampu 2. Komunikasi terapeutik diguanakan
sesuai mengontrol 2. Gunakan komunikasi agar klien merasa lebih nyaman dan
indikasi 1x24 nyeri yang terapeutik untuk menggali rasa saling percaya dapat dibina,
jam dialami pengalaman klien tentang sehingga klien bersedia
b. Melaporkan nyeri yang dirasakan mengungkapkan pengalamannya
3. Respon non verbal yang
bahwa nyeri
3. Observasi respon non ditunjukkan klien menggambarkan
yang dialami
verbal klien apa yang dirasakan klien
berkurang
4. Evaluasi dilakukan sebagai bahan
4. Evaluasi ketidakefektifan evaluasi agar tidak memberikan
pengobatan yang pernah terapi yang sama
dilakukan terhadap nyeri 5. Analgesik diberikan untuk
5. Gunakan pendekatan mengurangi nyeri yang dialami
multidisipliner untuk klien
manajemen nyeri:
penggunaan analgesik 6. Teknik kontrol nyeri non
6. Ajarkan tentang teknik farmakologis dapat membantu
pengontrolan nyeri non menurunkan rasa nyeri yang
farmakologis
dialami klien
2 Hambatan Setalah NOC: NIC: Ambulation exercise
mobilitas fisik dilakukan Mobility level 1. Koreksi tingkat 1. Koreksi yang dilakukan untuk
dengan nyeri, tindakan Indikator: kemampuan mobilisasi mengetahui tingkat kemandirian
gangguan keperawatan a. pasien dapat dengan skala 0-4 pasien pada saat ini
muskuloskeletal 3x24 jam melakukan 0: pasien tidak tergantung
pasien mobilitas pada orang lain
mampu secara 1: pasien butuh sedikit
mencapai bertahap bantuan
2: pasien butuh bantuan
mobilitas dengan tanpa
sederhana
fisik merasakan
3: pasien butuh bantuan
nyeri
banyak
b. penampilan 4: pasien sangat
seimbang tergantung pada
c. mampu pemberian pelayanan 2. Memberikan posisi yang benar
berpindah 2. Atur posisi pasien 3. Pasien dengan kemandirian
tempat tanpa 3. Bantu pasien melakukan mobilitas yang kurang dapat
bantuan perubahan gerak terfasilitasi
d. berjalan tanpa 4. Mengetahui kemampuan pasien
bantuan 4. Observasi kemampuan dalam gerak motorik
gerak motorik,
keseimbangan 5. Mengetahui respon pasien setelah
5. Ukur tanda-tanda vital melakukan latihan
sebelum dan sesudah
melakukan latihan 6. Latihan dalam melakukan gerak
6. Anjurkan keluarga pasien dapat meningkatkan kemampuan
untuk melatih dan pasien saat berjalan
memberi motivasi 7. Pemasangan korset sebagai sarana
7. Kolaborasi dengan memastikan posisi punggung lurus
fisioterapis untuk
pemasangan korset

3 Defisit perawatan Setalah NOC : NIC: self care assistance


diri berhubungan dilakukan Self care 1. Monitor kemampuan 1. Mengetahui tingkat kemampuan
dengan nyeri, tindakan Indikator: pasien untuk perawatan pasien dalam melakukan perawatan
kelemahan, keperawatan a. pasien diri yang mandiri diri
gangguan 3x24 jam terbebas dari 2. Monitor kebutuhan pasien 2. Mengetahui kebutuhan pasien
muskuloskeletal diharapkan bau badan untuk alat-alat bantu dalam melakukan perawatan diri
3. Memfasilitasi pasien dalam
kebutuhan b. menyatakan 3. Sediakan bantuan sampai
melakukan perawatan diri
perawatan kenyamanan pasien mampu secara utuh
diri pasien terhadap untuk memenuhi perawtan
dapat pemenuhan dirinya
4. Meningkatkan kemandirian pasien
terpenuhi kebutuhan 4. Dorong pasien untuk
untuk melakukan perawatan diri
perawatan melakukan aktivitas yang
diri mandiri sesuai kemampuan

4 Gangguan pola Setalah NOC : NIC: sleep enhancement


tidur berhubungan dilakukan anxiety 8. Jelaskan pentingnya tidur 1. Memotivasi pasien agar bisa tidur
dengan nyeri tindakan reduction yang adekuat
keperawatan comfort level 9. Ciptakan lingkungan yang 2. Meningkatkan kualitas tidur pasien
1x24 jam sleep: extent nyaman 3. Melibatkan keluarga
pasien akan and pattern 10. Diskusikan dengan pasien dalam perawatan pasien
dapat tidur Indikator: dan keluarga tentang
seperti pola a. jumlah jam teknik tidur pasien 4. Memantau jam tidur pasien
tidur tidur dalam 4. Instruksikan untuk
5. Keadaan stress dapat mengganggu
sebelumnya batas normal memonitor tidur pasien
pasien untuk memulai tidurnya
6-8 jam 5. Bantu pasien untuk
b. pola tidur, menghindari keadaan stress 6. Mencegah terganggunya
kualitas sebelum waktu tidur waktu tidur pasien
dalam batas 6. Monitor waktu
normal makan/minum yang dapat
c. perasaan mengganggu waktu tidur
segar setelah
bangun tidur
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 1. Jakarta: EGC.
Bulechek, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam
Bahasa Indonesia. Oxford: Elsevier.
Bulechek, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Keenam
Bahasa Indonesia. Oxford: Elsevier.
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi
10. Jakarta: EGC.
Premkumar, K., 2004. Anatomy and Physiology. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Rizzo, D.C., 2001. Delmar’s Fundamental of Anatomy and Physiology. USA:
Thomson learning.
Ruth F. Craven. 2002. Fundamentals Of Nursing, Edisi II. Philadelphia:
Lippincot.
Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai