Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Nyeri akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen yang sering dikeluhkan dan menjadi
alasan utama pasien datang ke dokter. Tetapi, nyeri abdomen yang dijadikan sebagai keluhan
utama masih memberikan banyak kemungkinan diagnosis karena nyeri dapat berasal baik dari
organ dalam abdomen (nyeri viseral) maupun dari lapisan dinding abdomennya (nyeri somatik).
Nyeri akut abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau sudah berlangsung lama. Namun, penentuan
lokasi dari nyeri abdomen mampu membantu dokter untuk mengarahkan lokasi pada organ yang
menyebabkan nyeri tersebut, walaupun nyeri yang dirasakan mungkin akibat dari penjalaran
organ lain. Salah satu lokasi nyeri abdomen yang paling sering terjadi yaitu pada titik Mc
Burney.Nyeri pada titik ini mengarah pada infeksi di apendiks (apendisitis). Apendisitis adalah
penyakit pada bedah mayor yang paling sering terjadi dan biasanya sebagian besar dialami oleh
para remaja dan dewasa muda. Dalam kasus ringan, apendisitis dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran apendiks yang terinfeksi. Bila
tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock
ketikaapendiks yang terinfeksi mengalami perforasi. Berdasarkan pada keadaan tingginya
insidensi dan komplikasi yang terjadi akibat apendisitis tersebut menjadi dasar penulis untuk
mengulas lebih dalam mengenai apendisitis serta penatalaksanaanya.

Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau
kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan
suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakterisemia atau sepsis.

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran
infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, ataudari luka
tembus abdomen. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara
inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang
menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang
memudahkan terjadinya peritonitis.

Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan
akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.Ketepatan
diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Anda mungkin juga menyukai