Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PADA NY.F.P DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIMENSIA BERAT


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN
DI PANTI WERDA BUDI AGUNG KUPANG

Dosen Pembimbing :

ETHYCA SARI, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Nama :

ALWI HASAN (2018.01.001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.F.P DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DIMENSIA BERAT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
PERAWATAN DI PANTI WERDA BUDI AGUNG KUPANG, TELAH DI SAHKAN.

MENGETAHUI, PEMBIMBING AKADEMIK

ETHYCA SARI, S.Kep.,Ns.,M.Kes


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya oleh
berkat, tuntunan, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Lab Klinik yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.F.P DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIMENSIA BERAT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DI PANTI WERDA BUDI AGUNG KUPANG”.
Tugas ini penulis susun sebagai salah satu tugas Lab. Klinik Keperawatan Gerontik.
Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Aristina Halawa,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku ketua Stikes William Booth Surabaya.


2. Hendro Djoko Tjahjon,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB. selaku kaprodi S1 Keperawatan
STIKES William Booth Surabaya angkatan 9.
3. Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku wakaprodi S1 Keperawatan STIKES
William Booth Surabaya angkatan 9.

4. Ethyca Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku pembimbing dalam pembuatan asuhan


keperawatan ini yang telah sabar dan memberikan banyak pengarahan dan motivasi
kepada penulis.

5. Teman-teman S1 keperawatan STIKES William Booth Surabaya angkatan 9.


6. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan Asuhan Keperawatan
Gerontik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar akan ketidaksempurnaan Asuhan Keperawatan Gerontik ini, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, baik dosen maupun rekan-
rekan sangat penulis harapkan agar di kemudian hari, penulis dapat membuat Laporan
Asuhan Keperawatan dengan lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.
Surabaya, 21 Juli 2021
ALWI HASAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
1.4 Manfaat...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4
2.1 Lanjut Usia (Lansia)..............................................................................................4
2.1.1 Pengertian lanjut usia..............................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi lanjut usia...............................................................................................4
2.1.3 Teori Proses manua pada lansia..............................................................................4
2.1.4 Karakteristik lanjut usia..........................................................................................5
2.1.5 Tujuan Keperawatan Gerontik...............................................................................5
2.1.6 Permasalahan yang terjadi Lansia..........................................................................5
2.2 Demensia.................................................................................................................6
2.2.1 Pengertian Dimensia.................................................................................................6
2.2.2 Klarifikasi Demensia................................................................................................6
2.2.4 Penyebab Dimensia...................................................................................................9
2.2.5 Etiologi dimensia....................................................................................................10
2.3 Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia...............................................12
2.3.1 Pengkajian...............................................................................................................12
2.3.2 Diagnosis keperawatan...........................................................................................14
2.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................15
2.3.4 Implementasi keperawatan....................................................................................18
2.3.5 Evaluasi keperawatan............................................................................................18
BAB 3 TINJAUAN KASUS...............................................................................................19
BAB 4 PEMBAHASAN .....................................................................................................36
BAB 5 PENTUP..................................................................................................................38
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................38
5.2 Saran..............................................................................................................................39
DAFTAR PUSKATA..........................................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, yaitu cara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, figure tubuh
yang tidak proporsional dan daya ingat pun menjadi lemah atau pikun (Nugroho, 2008).
Selain mengalami kemunduran pada fisiknya, lansia juga mengalami penurunan
kemampuan daya ingat atau biasa disebut demensia atau pikun, kehilangan memori
secara perlahan, kehilangan keseimbangan dan propriosepsi, tidak mampu melakukan
tugas dengan baik, kehilangan kepribadian seperti perasaan yang tidak stabil, rasa
tersinggung, kurang mempercayai orang lain dan lupa untuk melakukan hal yang penting
misalnya saja merawat diri dan lingkungannya (Rosdhal & Kowalski, 2014).
Jumlah penderita Demensia meningkat terus pada setiap tahunnya. Tahun 2015
lalu diperkirakan terdapat 9,9 juta kasus demensia baru di seluruh dunia. Indonesia
berada di peringkat keempat dengan perkiraan jumlah orang yang menderita demensia
sebesar 1.033.000 pada tahun 2015 (Alzheimer’s Disease International, 2014:4).
Sedangkan Jumlah seluruh penduduk yang mengalami Demensia di Provinsi Jawa Timur
sebesar 506.028 jiwa. Posisi pertama, kedua, dan ketiga diduduki oleh Kabupaten Malang
(34.298 jiwa), Kabupaten Jember (30.136 jiwa) dan Kota Surabaya (25.144 jiwa) (BPS,
2014).
Menurut Aspiani (2014) demensia atau pikun dapat diartikan sebagai gangguan
kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari atau dimana
seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan
kemampuan tersebut menimbukan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.
Hubungan antara aktivitas sehari-hari dan fungsi kognitif adalah sesuatu yang positif
terutama pada usia lanjut, karena terjadi perubahan disemua sistem didalam tubuh salah
satunya pada sistem saraf. Perbahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan dari fungsi
kerja otak. hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Ninik, Hartono, Suidah, & Pengertika, 2017).
Di dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Salah satu yang menjadi prioritas utama yaitu personal hygiene agar lansia
terhindar dari penyakit. Kebersihan diri meliputi kebersihan dari kulit kepala dan rambut,
mata telinga, hidung, kuku kaki dan tangan, mulut, genetalia, dan tubuh secara
keseluruhannya. Dampak bila masalah tidak teratasi yaitu dapat menyebabkan penyakit
kulit, penampilan tidak rapi, dan bau badan, serta kuku yang panjang dan kotor yang
mengakibatka timbulnya berbagai penyakit (Yuslina, Aini, & Yunere, 2016). Dalam hal
ini unit pelaksana teknis pelayanan sosial tresna werdha jember sangat berperan penting
dalam meningkatkan taraf kesehatan lansia.
Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) tindakan yang dapat dilakukan pada pasien
demensia yaitu dengan memberikan terapi senam otak yang bertujuan untuk
menyeimbangkan tubuh dan pikiran sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup sehari-hari, dengan cara mengajarkan gerakangerakan mudah kepada
pasien demensia, dengan adanya latihan senam otak ini wisma memiliki program
kegiatan untuk membantu dalam upaya mencegah terjadinya gangguan kognitif.
Diharapkan dengan latihan senam otak, dan pemberian jadwal aktivitas senam otak pada
setiap kamar dan ruangan yang terdapat pada wisma memberikan stimulasi kognitif.
Peran perawat sebagai pemberian asuhan keperawatan terhadap lansia dan mendampingi
lansia untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan, Pasien akan
mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akibat perubahan proses pikir sehingga
aktivitas perawatan diri menurun (Muhith, 2011).
1.2 Rumusan masalah
1. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pasien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif
2. Merencanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa keperawatan
defisit perawatan diri dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif
3. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif
4. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa keperawatan
defisit perawatan diri dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik pasien dengan dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pembeliharaan kesehatan tidak efektif
2. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pembeliharaan kesehatan tidak efektif
3. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pembeliharaan kesehatan tidak efektif
4. Mahasiswa mampu mengetahui implementasi keperawatan pada pasien dengan
diagnosa keperawatan defisit perawatan diri dan pembeliharaan kesehatan tidak
efektif
5. Mahasiwa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri dan pembeliharaan kesehatan tidak efektif
1.4 Manfaat
1. Manfaat praktis Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan informasi sebagi bahan
pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat, klien /
keluarga klien dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien dimensia seperti
cara untuk perawatan diri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1 Pengertian lanjut usia
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal Ayat 2 menyebutkan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Karena merupakan tahap akhir perkembangan, maka ada
kemunduran biologi yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain
kulit mulai mengendur; timbul keriput; rambut beruban; serta gigi mulai ompong.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti mudah
lupa; kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, serta tempat (Maryam, 2008).
Lansia adalah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansia sangat
memrlukan perhatian khusus sesuai dengan keberadaanya, dimana individu menjadi
tua dan seluruh organ tubuh mulai tidak berfungsi dengan baik (Hadi, 2017).
2.1.2 Klasifikasi lanjut usia
Menurut Depkes RI (2005) dalam Maryam (2008) klasifikasi lansia ada lima macam
yaitu:
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia 45 – 59 tahun
b. Lansia yaitu berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi yaitu berusia 70 tahun atau lebih/ berusia 60 tahun atau lebih
yang memiliki masalah kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.1.3 Teori Proses manua pada lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dati
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu, anak, deawasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kuran jelas, penghilatahan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang tidak proposional.
2.1.4 Karakteristik lanjut usia
Maryam, (2008) menjelaskan bahwa karakteristik lansia adalah berusia 60 tahun atau
lebih; kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif; lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.5 Tujuan Keperawatan Gerontik
1. Membantu memahami individu terhadap perubahan di usia lanjut
2. Memoivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia
3. Mengembalikan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
4. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia dengan jalan perawatan dan
pencegahan.
5. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia.
6. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut).
7. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini apabila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
8. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita
usia penyakit/ gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal
tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
2.1.6 Permasalahan yang terjadi Lansia
1. Masalah fisik Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah,
sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang
serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.
2. Masalah kognitif ( intelektual ) Masalah yang hadapi lansia terkait dengan
perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal
(pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia
sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi
dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual,
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup
yang cukup serius
2.2 Demensia
2.2.1 Pengertian Dimensia
Demensia adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya
bersifat kronis dan progesif. Dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih
tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,
berbahasa, dan penilaian. Gangguan fungsi kognitif terkadang didahului dengan
penuaan, pengendalian emosi, perilaku sosial, dan motivasi (Wicitania, 2016).
Demensia adalah sekelompok penyakit dengan ciri-ciri hilangnya ingatan jangka
pendek, kemampuan berpikir (kognitif) lain, dan melakukan hal seharihari. Demensia
ini disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi yang mengakibatkan sel-sel otak
yang rusak atau koneksi antara sel otak (Alzheimer's, 2016).
Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.2.2 Klarifikasi Demensia
Aisyah (2016) membedakan Tipe-tipe demensia menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer pertama kali menggambarkan satu kondisi yang selanjutnya dalam tahun
(1970), menggambarkan wanita berusia 51 tahun dengan perjalanan demensia
progresif 4,5 tahun. Diagnosis akhir penyakit Alzheimer didasarkan pada
pemeriksaan neuropatologi otak. Faktor genetik dianggap berperan sebagian dalam
perkembangan penyakit demensia ini. Observasi makroskopis neuroanatomik klasik
pada otak dari seorang pasien dengan penyakit Alzheimer adalah antrofi difus dan
pembesaran ventrikel serebal serta timbulnya bercak-bercak senilis, kekusutan
neurofibriler, hilangnya neuronal, dan degenerasi granulovaskular pada neuron.
b. Demensia vaskuler
Penyebab pertama dari demensia vaskuler dianggap adalah penyakit vaskuler serebral
yang multiple, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Demensia vaskuler
paling sering terjadi pada laki-laki, khususnya mereka yang mengalami hipertensi
yang telah ada sebelumnya atau faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Penyakit pick
ditandai oleh atrofi yang lebih banyak dalam darah frontotemporal. Darah tersebut
juga mengalami kehilangan neuronal, yang merupakan massa elemen sitoskeletal.
Penyakit pick berjumlah kira-kira 5 persen dari semua demensia yang irreversibel.
Penyakit pick sangat sulit dibedakan dengan demensia tipe Alzheimers, walapun
stadium awal penyakit pick lebih sering ditandai dengan perubahan kepribadian dan
prilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relative bertahan.
c. Demensia berhubungan dengan HIV
Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) sering kali menyebabkan
demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi dengan HIV
mengalami demensia dengan angka tahunan 14 persen. Perkembangan demensia pada
pasien yang terinfeksi HIV sering disertai tampaknya kelainan parenkimal.
d. Demenisa yang berhubungan dengan trauma kepala
Demensia dapat dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindrom neuropsikiatrik.
2.2.3 WOC

KELAINAN NEUROTRANSMITER

ASETIKOLIN PADA OTAK

DIMENSIA

Perubahan Kehilangan kemampuan


kemampuan menyelesaikan masalah, Tingkah laku aneh dan
merawata diri perubahan mengawasi keadaan kacau, dan cenderung
yang kompleks dan berfikir mengembara,
abstrak, emosi stabil, pelupa, mempunyai dorongan
dan apatis melakukan kekerasan.
Deficit perawatan
diri (makan, minm,
berpakaian, dan
hygine)
Perawatan
3. gangguan proses pikir
kesehatan tidak
4. kerusakan interaksi sosial efektif
5. kerusakan komunikasi verbal
Ketidakseimbangan
nutrisi, kurang dari 6. Koping tidak efektif
kebutuhan tubuh. Resiko tinggi
trauma
2.2.4 Penyebab Dimensia
Faktor yang mempengaruhi demensia Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian demensia pada lansia. Faktor-faktor di uraikan sebagai berikut:
a. Umur
Umur merupakan faktor resiko utama terhadap kejadian demensia pada usia lanjut.
Hubungan ini sangat berbanding lurus yaitu bila semakin meningkatnya umur,
semakin tinggi pula resiko terjadinya demensia. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap
akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan
menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-
organ tubuh, semakin usia yang bertambah akan semakin rentan pula terkena penyakit
(Aisyah, 2016).
b. Jenis kelamin
Demensia lebih banyak dialami perempuan, bahkan saat populasi perempuan lebih
sedikit dari laki-laki, kejadian demensia pada perempuan lebih besar dibandingkan
laki-laki. Akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan
kejadian demensia, hal ini menunjukan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki
peluang yang sama untuk berkembangnya demensia (Alzheimers’s disease, 2011)
c. Genetik
Sebagian pasien demensia memiliki genetik demensia dari faktor keturunan. Namun
pada sebagian orang yang memliki gen demensia hanya sedikit gennya yang
berkembang menjadi demensia. Penyakit Alzheimers (AD) merupakan penyakit
genetik heterogen; dikaitkan dengan satu susceptibility (risk) gene dan tiga
determinative (disease) genes. Susceptibility (risk) gene yang diketahui ialah alel
apolipoprotein EЄ4 (APOE Є4) di kromosom 19 pada q13. Hal ini harus dilakukan
pemeriksan secara detail agar mengetahui faktor ini terjadi pada lanjut usia
(Alzheimers’s, 2011)
d. Pola makan
Kebutuhan lanjut usia semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia
40-49 tahun menurun sekitar 5%, dan pada usia 50-69 tahun menurun hingga 10%,
sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi akan berkurang dan pola makan tidak
teratur, contohnya seperti berat badan akan menurun, dan kekurangan vitamin dan
mineral (Fatmah, 2016).
e. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan dapat memicu
terjadinya demensia seperti tumor otak, penyakit kardiovaskuler(seperti hipertensi
dan atherosclerosis), gagal ginjal, penyakit hati, penyakit gondok. Penyakit penyebab
demensia dibagi menjadi 3 kelompok meliputi demensia idiopatik, demensia
vaskuler, dan demensia sekunder. Demensia idiopatik contohnya seperti penyakit
Alzheimers, penyakit Hungtiton, penyakit pick yang terjadi pada lobus frontal, dll.
Demensia vaskuler contohnya demensia multi-infark, pendarahan otak non-traumatik
dengan demensia dan pada demensia sekunder terjadi karena infeksi, gangguan
nutrisi, gangguan auto-imun, trauma, dan stress (Aisyah, 2016).
f. Status gizi
Status gizi yang baik menjadikan seseorang dapat memiliki tubuh yang sehat dan
menjaga sistem dalam tubuh bekerja secara baik pula. Pada masa lansia adanya
penurunan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh umur, penyakit dan salah satunya
status gizi. Asupan makanan yang kurang bergizi bagi para lansia mengakibatkan
penurunan sistem dalam tubuh. Zat gizi makro diketahui berkaitan dengan kejadian
demensia pada lansia, terutama vitamin B kompleks. Kekurangan vitamin B
kompleks pada lansia dapat meningkatkan resiko terjadinya demensia. Ini
menunjukan bahwa buruknya status gizi secara tidak langsung dapat mengakibatkan
munculnya resiko demensia pada lansia (Pratiwi, 2014).
2.2.5 Etiologi dimensia
Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala
awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian
terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan
terhadap peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk
diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit
mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa
mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit
mengordinasinakan anggota tubuh.
Gejala demensia selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami
pada lansia, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak
dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh
munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat
ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi.
Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses penyembuhan, kerena lansia
yang demensia memerlukan perhatian lebih dari keluarganya. Pada tahap lanjut
demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan,
sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang 9 dialami
lansia pada demensia.
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang
dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang
informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang
diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang
diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering
lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita
Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-
hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin
tidak mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari
seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan
melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang
tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat
yang sulit untuk di mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa
dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami
Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada dan
baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana
kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang
sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau
salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun
senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan
lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan
sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian
seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan
pada anggota keluarga.
2.3 Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian pada kelompok lansia di panti atau di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, dan
petugas kesehatan (Maryam, 2008). Menurut Aspiani, (2014) pengkajian pada
asuhan keperawatan lansia demensia meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia
(tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien lansia yang mengalami demensia.
Identitas lainnya yang perlu ditanyakan adalah nama lengkap, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis
(bila ada), alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
demensia adalah klien kehilangan ingatan.

3. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan pengkajian.
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran Kesadaran klien biasanya composmentis.
3) Tanda-tanda vital Suhu tubuh dalam batasan normal 36,50C - 37,50C;
nadi normal (N : 70 – 82 x/menit); tekanan darah kadang meningkat atau
menurun; pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
d. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivtias apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya masalah psikososial demensia.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan
dalam memelihara dan menangani masalah kesehatan.
2) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih/ kurang karena kadang lupa
apakah sudah makan atau belum.
3) Pola eliminasi : Tidak ada masalah terkait pola eliminasi
4) Pola tidur dan istirahat : Klien mengalami insomnia
5) Pola aktivitas dan istirahat
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
karena penurunan minat.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya rumah, dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam
melaksanakan tugas, cepat marah, disorientasi.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan persepsi, tidak
mengalami gangguan konsep diri.
9) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat.
10) Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual
2.3.2 Diagnosis keperawatan
Sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia oleh PPNI (2016) masalah
keperawatan pada klien demensia adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan demensia,
hambatan kognitif, keterampilan motorik halus/ kasar
b. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/
psikotik, penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu mandi
atau mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri, minat
melakukan perawatan diri berkurang.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Pemeliharaan Tujuan : 1. melihat kesiapan
kesehatan tidak efektif Setelah dilakukan 1. identifikasi pasien untuk
berhubungan dengan tindakan kesiapan dan menerima
demensia, hambatan keperawatan 1x24 kemampuan informasi
kognitif, keterampilan jam masalah menerima 2. untuk
motorik halus/ kasar teratasi. informasi meningkatkan
yang ditandai dengan Kriteria Hasil : 2. identifikasi motivasi perilaku
pasien tidak 1.Menunjukkan factor yang hidup sehatt dan
mengetahui mengenai perilaku adaptif dapat bersih pada pasien
masalah kesehatan meningkat. meningkatkan 3. untuk
yang dihadapi. 2. Menunjukkan dan mempermudah
pemahaman menurunkan pasien memahami
perilaku sehat motivasi edukasi yang
meningkat. perilaku hidup diberikan
3. Kemampuan bersih dan sehat 4. agar pasien
menjalankan 3. sediaka materi memiliki kesiapan
perilaku sehat dan media dalam menerima
meningkat. pendidikan informasi
kesehatan 5. pasien dapat lebih
4. jadwalkan mengerti jika
pendidikan bertanya
kesehatan 6. agar pasien dapat
sesuai menghindari faktor
kesepakatan yang dapat
5. berikan mempengaruhi
kesempatan kesehatannya
untuk bertanya 7. pasien dapat
6. jelaskan factor menerapkan
resiko yang perilaku hidup
dapat bersih dan sehat
mempengarui 8. strategi bertujuan
kesehatan untuk
7. ajarkan perilaku meningkatkan
hidup bersih perilaku sehat pada
dan sehat pasien
8. ajarkan stategi
yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
sehat

2. Defisit perawatan diri Tujuan : 1. Identifikasi 1. Melihat kebiasaan


berhubugan dengan Setelah dilakukan kebiasaan aktivitas pasien melakukan
demensia, kelemahan, tindakan perawatan diri. perawatan diri.
gangguan psikologis/ keperawatan 2. Monitor tingkat 2. Untuk mengetahui
psikotik, penurunan selama 1x24 jam kemandirian. tingkat memer-
motivasi atau minat pasien mulai bisa 3. Sediakan lingkungan lukan bantuan kepada
ditandai dengan tidak menggerakkan yang terapeutik. perawat atau keluarga.
mampu mandi atau ke tangan dan kaki 4. Siapkan keperluan 3. Mendukung pasien
toilet/, minat kirinya. mandi (sabun, untuk melakukan
melakukan perawatan sikat gigi, parfum) aktivitas fisik.
diri berkurang. Kriteria Hasil : 5. Dampingi dalam 4. Melihat kemampuan
1.Kemampu-an melakukan peramatan menggunakan
mandi meningkat. diri sampai mandiri. alat mandi yang sesuai.
2.Kemampu-an 6. Identifikasi 5. Melihat perkembangan
makan meningkat. kebiasaan BAK/BAB. dalam melaku-kan
3.Kemampu-an 7. Sediakan alat bantu perawatan
mengena-kan (kateter ekster- diri.
pakaian nal,urinal). 6. Melihat kemampuan
meningkat. 8. Jaga privasi selama melakukan
4.Kemampu-an eliminasi. BAB/BAK secara benar.
untuk perawatan 9. Fasilitasi 7. Melatih kemampuan
diri. menggunakan pakaian. menggunakan alat bantu.
10. Sediakan pakaian 8. Mendukung proses
pribadi sesuai eliminasi.
kebutuhan. 9. Mendukung untuk
11. Fasilitasi berhias berpakaian.
(menyisir rambut 10. Melatih pasien dalam
,merapikan, memilih
kumis/ pakaian yang disukai.
jenggot). 11.Membiasak-an untuk
12. Ciptakan berhias diri.
lingkungan yang 12.Menumbuhk-an
menye-nangkan selama semangat untuk makan.
makan. 13.Memudah-kan saat
13. Atur posisi yang menelan makanan.
nyaman untuk makan 14. Membantu peme-
dan minum. nuhan nutrisi.
14. Berikan bantuan 15.Mengetahui jenis
saat makan dan bantuan yang
minum. dibutuhkan.
15. Identifikasi jenis 16. Melatih menggu-
bantuan yang nakan peralatan
dibutuhkan. mandi dengan
16. Sediakan peralatan benar.
mandi (sabun,sikat 17.Memudah-kan dalam
gigi,shampo merawat pasien.
pelembab kulit).
17. Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan
pasien.

2.3.4 Implementasi keperawatan


Menurut Kholifah (2016) tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan
tindakan keperawatan diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu
mandiri dan produktif.
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Kholifah (2016) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan gerontik adalah penilaian
keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk memenuhi
kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat dalam
evaluasi keperawatan antara lain:
1. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan
3. Mengukur pencapaian tujuan
4. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan
5. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu
BAB 3

TINJAUAN KASUS

A.Karakteristik Demografi Tanggal Pengkajian:

1. Identitas Klien Jam :


Nama : Ny.F.D

Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 17 Agustus 1952

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SD Sederajat

Golongan darah :O

Agama : Kristen Protestan

Status perkawinan : Menikah

Alamat : Jln.Rambutan No.9 Oepura Rt 01 Rw 01 Kelurahan


Oepura Kec.Kota Madya Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur

No. Telpon/HP :-

Orang yang paling dekat dihubungi : Anak pertamanya

Hubungan dengan usila : Anak kandung


Alamat dan jenis kelamin orang/keluarga : Sumba, NTT

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi:


Pasangan:
 Nama : Tn.S
 Alamat : Sumba, NTT
 No. Telpon : 086786541231
 Hubungan dengan Klien : Anak kandung

Riwayat Keluarga

a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat ini Keterangan

Tn.S Sehat Tidak terdapat masalah


kesehatan

Ny.H Sehat Tifak terdapat masalah


kesehatan

b. Riwayat Kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


 Nama : Tn.F (suami pasien)
 Umur : 63 tahun
 Penyebab Kematian : Sakit
3. Riwayat Pekerjaan dan Status ekonomi
 Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
 Pekerjaan sebelumnya : Petani
 Sumber pendapatan : Pendapatan dari Panti Werda Budi Agung Kupang
 Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktivitas rekreasi
 Hobi : Nonton TV
 Bepergian/wisata : Semenjak sakit Ny.F tidak pernah bepergian
 Keanggotaan/organisasi : Tidak mengikuti organisasi apapun
 Lain-lain : Ny.S hanya mengikuti kegiatan panti
B. Pola Kebiasaan Setiap Hari
1. Nutrisi
 Frekuwensi makan : Makan 3 kali sehari dan habis
 Nafsu makan : Baik
 Jenis makanan : Diet makanan mengandung lemak dan kolestrol
 Kebiasaan sebelum makan: Minum air satu tegukan
 Makanan yang tidak disukai: Keju,daging
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada
 Pantangan makanan : Tidak ada
 Keluhan yang berhubungan dengan makan:
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Eliminasi
a. BAAK
 Frekuensi dan Waktu : 3-4 kali perhari (pagi,siang,malam)
 Kebiasaan BAK pada malam hari : Setiap selesai makan
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK: Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. BAB
 Frekuensi dan waktu : 1 kali sehari (pagi hari)
 Konsisten : Lunak
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK: Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Personal hygiene
a. Mandi : Iya
 Frekwensi dan waktu mandi : 2 hari sekali
 Pemakaian sabun (ya/tidak) : Iya
b. Oral Hygiene : Iya
 Frekwensi dan gosok gigi : 1 kali dalam sehari
 Menggunakan pasta gigi : Iya
c. Cuci Rambut : Iya
 Frekwensi : 1 kali dalam seminggu
 Penggunaan shampoo : Iya
d. Kuku dan Tangan : Dilakukan
 Frekwensi gunting kuku : 1 kali dalam seminggu
 Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: Jarang
Masalah Keperawatan : Kebersihan ektremitas atas yakni tangan mengalami
gatal-gatal, perubahan pigmentasi terutama warna menjadi bersisik, dan tekstur
kulit tangan kasar.

4. Istirahat dam Tidur


 Lama tidur malam : 6 jam
 Tidur siang : 2 jam
 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olah raga : Jarang
b. Nonton TV : Setiap hari
c. Berkebun/memasak : Tidak pernah
d. Lain-lain : Kadang-kadang jalan-jalan dihalaman panti
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)
a. Merokok (ya/tidak) : Tidak
b. Minuman keras (ya/tidak): Tidak
c. Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Urologi kronologi kegiatan sehari-hari


Jenis kegiatan Lama Waktu untuk Setiap kegiatan
Pemberian Vitamin setiap 2 kali dalam 30 menit
seminggu

C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun : Gatal-gatal ditubuh,kaki,dan tangan
b. Gejala yang dirasakan : Pasien mengatakan gatal-gatal
c. Faktor pencetus : ADL yang tidak efektif
d. Timbul keluhan ( ) mendadak ( - ) bertahap : Kadang merasakan deman
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : 1 tahun terakhir
f. Upaya mengatasi : Belum bisa mengatasi masalah yang terjadi
 Pergi ke RS/klinik pengobatan : Jarang
 Pergi ke Bidan atau perawat : Jarang
 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri ( ) nama obat : Tidak ada
 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional ( ) nama obat: Tidak ada
 Lain-lain : Pasien mengatakan badannya gatal-gatal dan kulitnya
kotor.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat alergi obat (obat debu, makanan, dan lain-lain: Tidak ada
c. Riwayat kecelakaan : Tidak pernah tahun : - Meninggal bekas : -
d. Riwayat di rawat RS : Tidak pernah
e. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
3. Pengkajian pemeriksaan fisik (observasi,pengukuran,auskultasi,perkusi dan
palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit RR : 20
kali/menit Suhu: 36⁰C
Kesadaran umum : Kesadaran penuh (Composmentis)

Penampilan umum : Baik

Kondisi klien tampak sehat/sakit/baru sakit : Tampak sehat

b. BB/TB : 45 Kg, 148 Cm


c. Rambut
Inspeksi : Lurus,pendek,putih, dan tampak kotor

Palpasi :-

Jenis rambut : Lurus

Warna rambut : Putih

Kebersihan rambut/kulit kepala : Kotor

d. Mata
Fungsi penglihatan : Menurun Palpebra: Terdapat kerutan

Ukuran pupil : 2-3 Cm

Kujutiva : Merah muda

Lensa/Iris : Jika melihat jauh pandangan kabur atau tidak jelas

Oedema pelpebra : Tidak

Pupil :-

Reflek cahaya : ( + ) :+

e. Telinga
Fungsi pendengaran : Menurun Fungsi keseimbangan: Kurang
Kebersihan : Kurang

f. Mulut, gigi dan bibir


Membrane mukosa : Lembab kebersihan mulut : Baik

Keadaan gigi : Ompong

Tanda radang (bibir,gusi,lidah) : Tidak ada

Kesulitan menelan : Tidak ada

g. Dada
Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pengembangan paru kanan kiri sama dan tidak ada nyeri
tekan.

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikular

h. Abdomen
Infeksi : Simetris dan tidak ada bekas luka atau jahitan

Auskultasi : Gerakan peristaltik 15 kali permenit

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

i. Kulit
Warna kulit (sionasi,Ikterus,pucat,eritema dll) : Sawo matang

Kelembaban :-

Turgor kulit : Kering (bersisik)

Atau tidaknya edema : Tidak ada

j. Extermitas atas : Gatal dibagian tubuh dan tangan


k. Extermitas bawah : Gatal dibagian kaki
Keperawatan : Masalah kebersihan kulit
D. Hasil Pengkajian Khusus (format terlampir)
1. Masalah kesehatan kronis : Tidak ada
2. Fungsi koknitif : Gangguan proses pikir dan ingatan
3. Status fungsional : Gangguan berintegrasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
4. Status psikologis (skala depresi): Menurun
5. Dukungan keluarga : Kurang (karena tinggal di panti)
Masalah Keperawatan : Gangguan mobilisasi dan interaksi

E. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan kerapihan kronis: Bersih
2. Penerangan : Baik
3. Sirkulasi darah : Baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : Bersih
5. Pembuangan air kotor : Bersih
6. Sumber air minum : Bersih (dari sumber mata air asli)
7. Pembuangan sampah : Baik
8. Sumber pencemaran : Tidak ada
9. Penataan halaman(kalau ada): Baik
10. Privasi : Baik
11. Resiko injuri : Tidak ada
12. Resume :-
Catatan :-

1. Hasil pengkajian disajikan dalam bentuk narasi :


Ny.F …………………

2. Format selanjutnya mengikuti pola asuhan keperawatan secara umum

F. Pemeriksaan penunjang :
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny.F.P No reg : -

Umur : 69 Tahun No. RM : -

Data Gayut Etiologi Masalah

Ds : Gangguan kognitif Pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan tidak tidak efektif
mengetahui tentang Keterbatasan berpikir
masalah kesehatan yang
dihadapi dan pasien Penurunan perilaku adaptif
mengalami sakit badan
contohnya demam Gangguan pemenuhan
Do : kesehatan
Kurang menunjukkan
perilaku sehat , tidak Pemeliharaan kesehatan
mampu menjalankan tidak efektif
perilaku sehat

Ds : Proses berpikir menurun Defisit perawatan diri

Pasien mengatakan gatal-


Kesehatan menurun
gatal dibagian
tubuh,tangan,dan kaki.
Menghambat kemampuan
Do : individu untuk mandi dan
keramas
Kulit pasien mengalmi
perubahan pigmentasi
Rambut dan kulit tangan
(warna kulit menjadi seperti
kaki menjadi kotor
bersisik),terjadinya
perubahan tekstur kulit
Defisit perawatan diri
menjadi kasar,TD : 120/80
Mmhg,Nadi : 90x/menit,
Suhu : 360C, RR : 20
x/menit.

PRORIAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.F.P No reg : -

Umur : 69 Tahun No. RM : -

No Prioritas Masalah

1. Defisit perawatan diri berdasarkan demensia, kelemahan, gangguan psikologis/


psikotik, penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu mandi atau
ke toilet/, minat melakukan perawatan diri berkurang.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan demensia, hambatan
kognitif, keterampilan motorik halus/ kasar yang ditandai dengan pasien tidak
mengetahui mengenai masalah kesehatan yang dihadapi.

NCP (NURSING CARE PLANING)

Nama Pasien : Ny.F.P


Alamat : Kupang, NTT
Dx. Medis : Dimensia berat

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Pemeliharaan Tujuan : 1. melihat kesiapan
kesehatan tidak efektif Setelah dilakukan 1. identifikasi pasien untuk
berhubungan dengan tindakan kesiapan dan menerima informasi
demensia, hambatan keperawatan 1x24 kemampuan 2. untuk meningkatkan
kognitif, keterampilan jam masalah menerima motivasi perilaku
motorik halus/ kasar teratasi. informasi hidup sehatt dan
yang ditandai dengan Kriteria Hasil : 2. identifikasi factor bersih pada pasien
pasien tidak 1.Menunjukkan yang dapat 3. untuk
mengetahui mengenai perilaku adaptif meningkatkan mempermudah
masalah kesehatan dan menurunkan pasien memahami
yang dihadapi. meningkat. motivasi perilaku edukasi yang
2. Menunjukkan hidup bersih dan diberikan
pemahaman sehat 4. agar pasien memiliki
perilaku sehat 3. sediaka materi kesiapan dalam
meningkat. dan media menerima informasi
3. Kemampuan pendidikan 5. pasien dapat lebih
menjalankan kesehatan mengerti jika
perilaku sehat 4. jadwalkan bertanya
meningkat. pendidikan 6. agar pasien dapat
kesehatan sesuai menghindari faktor
kesepakatan yang dapat
5. berikan mempengaruhi
kesempatan kesehatannya
untuk bertanya 7. pasien dapat
6. jelaskan factor menerapkan perilaku
resiko yang dapat hidup bersih dan
mempengarui sehat
kesehatan 8. strategi bertujuan
7. ajarkan perilaku untuk
hidup bersih dan meningkatkan
sehat perilaku sehat pada
8. ajarkan stategi pasien
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
sehat

2. Defisit perawatan diri Tujuan : 1. Identifikasi 1. Melihat kebiasaan


berhubugan dengan Setelah dilakukan kebiasaan aktivitas pasien melakukan
demensia, penurunan tindakan perawatan diri. perawatan diri.
motivasi atau minat keperawatan 2. Sediakan lingkungan 2. Mendukung pasien
ditandai dengan tidak selama 1x24 jam yang terapeutik. untuk melakukan
mampu mandi atau ke pasien mulai bisa 3. Siapkan keperluan aktivitas fisik.
toilet/, minat menggerakkan mandi (sabun, 3. Melihat kemampuan
melakukan perawatan tangan dan kaki sikat gigi, parfum) menggunakan
diri berkurang. kirinya. 4. Dampingi dalam alat mandi yang sesuai.
melakukan peramatan 4. Melihat perkembangan
Kriteria Hasil : diri sampai mandiri. dalam melaku-kan
1.Kemampu-an 5. Sediakan alat bantu perawatan
mandi meningkat. (kateter ekster- diri.
2.Kemampu-an nal,urinal). 5. Melatih kemampuan
makan meningkat. 6. Fasilitasi menggunakan alat bantu.
3.Kemampu-an menggunakan pakaian. 6. Mendukung untuk
mengena-kan 7. Sediakan pakaian berpakaian.
pakaian pribadi sesuai 7. Melatih pasien dalam
meningkat. kebutuhan. memilih
4.Kemampu-an 8. Fasilitasi berhias pakaian yang disukai.
untuk perawatan (menyisir rambut 8.Membiasak-an untuk
diri. ,merapikan, berhias diri.
kumis/ 9. Melatih menggu-
jenggot). nakan peralatan
9. Sediakan peralatan mandi dengan
mandi (sabun,sikat benar.
gigi,shampo
pelembab kulit).
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOP)
Nama Pasien : Ny.F.P
Alamat : Kupang, NTT

Hari/ Diagnosa Waktu Implementasi TT


Tanggal Keperawatan

Rabu 21 Pemeliharaan 08.00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan ALWI


Juli kesehatan kemampuan menerima informasi
2021 tidak efektif
R/ pasien merasa siap untuk menerima
informasi dari perawat

08.05 2. Mengidentifikasi factor yang dapat ALWI


meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

R/ pasien mempunyai cara dan solusi


untuk meningkatkan kesehatannya

3. Menyediaka materi dan media


08.10 ALWI
pendidikan kesehatan

R/ pasien dapat menerima materi yang


disampaikan

4. Madwalkan pendidikan kesehatan sesuai


08.10 ALWI
kesepakatan

R/ pasien menyetujua jadwal kegiatan


pemberian pendidikan yang sudah
disepakati

5. Memberikan kesempatan untuk bertanya

R/ pasien bertanya

08.40 6. Menjelaskan factor resiko yang dapat ALWI


mempengarui kesehatan

R/ pasien terlihat mengerti factor resiko


09.20 ALWI
apa saja yang dapat mempengaruhi
kesehatan

7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan


sehat

09.45 R/ pasien terlihat megerti cara hidup ALWI


bersih

8. Mengajarkan stategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan perilaku
10.00 ALWI
hidup sehat
R/ pasien memahami dan mencoba untuk
melakukan strategi yang sudah diajarkan
perawat

1. Menanyakan tentang kebiasaan

Rabu, merawat diri.


Desisit
21 Juli
2020 perawatan diri 10.00 R : Pasien mengatakan kurang ALWI

dalam hal perawatan diri.

2. Menyediakan peralatan mandi

seperti sabun,sikat gigi,shampo,


10.20
handuk.

R : Pasien menggunakan perala- ALWI

Mandi yang diberi perawat.

3. Memberikan pakaian pribadi

sesuai kebutuhan.

R : Pasien menerima pakaian

10.35 yang diberikan. ALWI

4. Membantu pasien untuk berpa

kaian.

R : Pasien melakukan berpakai-

an dengan baik.
11.20 ALWI

Evaluasi
Hari waktu
Masalah Evaluasi
tgl
Rabu 12.00 Pemelihara kesehatan tidak S:
21 juli efektif 1. Pasien mengatakan mengetahui
2020 perilaku hidup sehat dan bersih
2. Pasien mengatakan telah
mengikuti apa yang sudah
perawat ajarkan untuk mengubah
perilaku lebih sehat
O:
Pasien melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat seperti selalu
menjaga kebersihan tubuh dengan
mandi secara rutin
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

12.00 Defisit perawatan diri S:


1. Pasien mengatakan masih bisa
mandi secara mandiri.
2. pasien mengatakan sudah
mandi pada pagi hari.
O:
pasien tampak bersih, rambut
bersih, kepala harum, sudah
berganti pakaian
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB 4

PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang ada pada “Asuhan
Keperawatan pada Ny F.P dengan diagnosa medis Demensia di Wisma Teratai Panti
Werdha, Kota Kupang”. Bedasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Ny. F.P
selama 1 hari, Rabu tanggal 21 2020. Penulis mengangkat 2 (dua) diagnosa keperawatan
bedasarkan data-data pendukung yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis
membaginya dalam 5 (lima) langkah dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Pada saat dilakukan pengajian ditemukan Ny. F.P umur 67 tahun, dari hasil
pengkajian subjektif dan objektif tampak kotor, mengeluh gatal-gatal dikaki dan
tangan, klien tidak mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi.
4.1.2 Diagnosa keperawatan
Menurut Nugroho ada 4 diagnosa keprawatan pada pasien dengan demensia
meliputi : Kerusakan Memori, Hambatan Komunikasi Verbal, Risiko Jatuh, Defisit
Perawatan Diri . berdasarkan kasus ada 2 diagnosa yang ditegakan. Untuk diagnose
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif didapatkan pasien mengatakan tidak mengetahui
masalah kesehatan yang dihadapi terlihat dari pasien yang tampak kotor. Untuk
diagnosa Defisit perawatan diri mandi didapatkan Pasien tampak kotor, menggunakan
baju yang sama, Pasien mandi saat di suruh dan harus di bantu dan diawasi. Jika tidak
di awasi pasien akan lupa cara mandi dengan benar. Dari hasil studi kasus ini untuk
tahap pengkajian tidak di temukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata,
karena pada pengkajian defisit perawatan diri.
4.1.3 Intervensi keperawatan
Untuk Diagnosa 1 : menyediakan materi dan media pendidikan, memberikan edukasi
tentang perilaku hidup sehat dan bersih
Untuk diagnose 2 :
Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan dir, Sediakan lingkungan yang terapeutik
(Siapkan keperluan mandi (sabun,sikat gigi, parfum), Dampingi dalam melakukan
peramatan diri sampai mandiri, Sediakan alat bantu (kateter eksternal,urinal),
Fasilitasi menggunakan pakaian. Sediakan pakaian, pribadi sesuai kebutuhan,
Fasilitasi berhias, (menyisir rambut,merapikan,kumis/jenggot), Sediakan peralatan
mandi (sabun,sikat gigi,shampopelembab kulit).
4.1.4 Implementasi
Implementasi yang digunakan pada tanggal 21 juli 2021 pada diagnosa pemelihara
kesehatan: memberi edukasi tentang perilaku hidup bersih, mengajarkan bagaimana
perilaku hidup bersih dan sehat, memberikan pertanyaan kepada pasien bertujuan
menilai kepahaman pasien.
Implementasi yang digunakan pada tanggal 21 juli 2021 pada diagnosa Defisit
perawatan diri mandi : mandikan pasien dengan tepat, bantu pasien menyiapkan
handuk, sabun dan sampho di kamar mandi, dorong pasien untuk mandi sendiri,
berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya secara mandiri.
sediakan lingkungan yang teraupetik, suasana rileks dan nyaman serta menjaga
privasi pasien. Semua tindakan yang dilakukan sesuai apa yang direncanakan dan
tidak ada kesenjangan antara konsep dan kasus.
4.1.5 Evaluasi
S: Pasien mengatakan mengetahui perilaku hidup sehat dan bersih, Pasien
mengatakan telah mengikuti apa yang sudah perawat ajarkan untuk mengubah
perilaku lebih sehat, O : Pasien melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti
selalu menjaga kebersihan tubuh dengan mandi secara rutin, A: masalah teratasi, P:
intervensi dihentikan,
S: pasien mengatakan sudah mandi pada pagi hari. O: pasien tampak bersih, rambut
bersih, kepala harum, sudah berganti pakaian A: masalah sudah teratasi P: intervensi
dihentikan.

BAB 5
PENTUP

Setelah penulis menguraikan tinjauan teoritis dan mengamati langsung hasil tinjauan
kasus pada klien dengan diagnose dimensia berat, maka penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny.F.P dengan diagnose Dimensia berat melalui
proses pengkajian dengan menggunakan format pengkajian, pemeriksaan fisik,
intervensi, dan implementasi dapat dilakukan dengan baik. Ini disebabkan karena
kooperatifnya pasien.
5.1.1 Pengkajian
Pasien terlihat mengerti edukasi yang sudah diberikan, dan pasen nulai menerapkan
edukasi yang sudah didapatkan, pasien mengatakan mandi, seluruh tubuhnya tidak
terasa gatal- gatal. kulit pasien tampak bersih, tampak pakaian bersih, serta keaadan
umum rapi,
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan oleh penulis adalah pemeliharaan kesehatan dan Defisit
perawatan diri.
5.1.3 Perencanaan keperawatan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis mengacu pada tinjauan teoritis
yang terdapat dalam buku sumber/literatur dan menyesuaikannya dengan kondisi
yang ada pada klien. Rencana keperawatan yang disusun secara keseluruhan diambil
atau mengacu pada teori dari buku yang ada, dan perencanaan yang disusun harus
sesuai dengan kebutuhan atau keperluan pasien. Pada kondisi pasien ini, perencanaan
yang dibuat yakni antara lain : pemberian informasi pola hidup bersih dan baik,
pemenuhan kemampuan hygine personal mandi
5.1.4 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah di
tentukan pada perencanaan keperawatan sebelumnya.. Dalam tahap proses perawatan
ini, pengasuh di panti werdha dapat memonitor dan mengamati tindakan yang
dilakukan pasien.

5.1.5 Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan dimensia berat dengan masalah pemeliharaan
kesehatan dan deficit perawatan diri bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan
mengetahui keberhasilan berdasarkan kriteria hasil. Asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh penulis selama 1 hari. Pada evaluasi ini, didapatkan analisa masalah
keperawatan dengan hasil masalah teratasi/tidak terjadi, teratasi sebagian dan belum
teratasi. Masalah-masalah keperawatan sudah teratasi dan intervensi dapat
diberhentikan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan yang tertera diatas,
maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan dimensia berat. Saran tersebut adalah
bahwa pendokumentasian merupakan hal penting terutama sebagai bukti dan aspek legal
pada pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengkajian yang lengkap telah terdokumentasi
dengan baik, namun untuk diagnosa keperawatan hanya didokumentasikan beberapa saja,
sehingga tidak terlihat masalah keperawatan secara komprehensif. Diharapkan seluruh
diagnosa yang ditemukan pada klien di dokumentasikan dengan lengkap.

DAFTAR PUSKATA

Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, H. wahjudi. (2016).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta : Gunung Mulia.

Kemenkes RI.(2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta di unduh tanggal
23 juni 2018 Potter & Perry. (2005).

Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC

PDF Alzheimer’s Disease International, (2011). The global voice on Dementia. Diunduh tanggal
22 juni 2018.
Worl Healt Organitation (2010). Proposes definitation of An Order person in word. Di unduh
tanggal 23 juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai