DWI KURNIASIH,A.Md.KEB
Jl.KH.AhDahlan (Gg Masjid Takwa),Bandar Jayatimur,Kec.TerbanggiBesar,Kab.LampungTengah
2/2
Penatalaksanaan Antenatal Care
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
7.Hal-hal yang Kenyamanan pasien
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Puskesmas
Rumah Sakit Dokter
9. Dokumen Buku KIA
terkait
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
Penatalaksanaan Persalinan Normal
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
pantau djj;
e. Setelah bayi lahir keringkan bayi dengan tetap menjaga
kehangatan bayi, lakukan IMD;
f. Mengecek abdomen pKURNIASIHn tidak ada janin kedua,
suntikan oxitocin 10 UI secara IM;
g. Melakukan pemotongan tali pusat bayi dan berikan vit k 0,5 cc IM
serta salep mata pada bayi kemudian lakukan antropometri pada
bayi;
3. Kala III
a. Setelah penyuntikan oxitocin, periksa tanda pelepasan plasenta
(semburan darah, uterus membundar, tali pusat memanjang);
b. Jika setelah 15 menit tidak ada tanda pelepasan plasenta lakukan
penyuntikan oxitocin ke 2;
c. Lakukan peregangan tali pusat terkendali;
d. Setelah plasenta lahir cek kelengkapan dari plasenta dan lakukan
massase uterus;
4. Kala IV;
a. Setelah plasenta lahir cek laserasi jalan lahir dan kontraksi uterus;
b. Jika ada laserasi jalan lahir lakukan penjahitan perineum dan jika
tidak ada bersihkan ibu dan bereskan alat;
c. Mencuci tangan;
d. Mengontrol tanda-tanda vital ibu;
e. Memberi selamat kepada ibu dan melakukan rawat gabung bayi
dan ibu;
f. Melakukan pendokumentasian;
Pertolongan - cuci tangan - Pantau Kala I
6. Bagan Alir persalinan - APD - Pelaksanaan Kala II
- siapkan alat - Pelaksanaan kala III
- Pelaksanaan Kala IV
2/2
Penatalaksanaan Nifas
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/1
2/2
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
8. Unit Terkait Puskesmas
Rumah Sakit
Dokter
9. Dokumen Buku KIA
terkait
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
Penatalaksanaan KB Suntik
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/1
- Cek TD dan BB
2/2
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
Penatalaksanaan Pemasangan KB Implan
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : ½
2/2
11. Bereskan alat, cuci tangan
12. Pendokumentasian
2/2
Penatalaksanaan Pemasangan KB IUD
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : ½
2/2
15. Bereskan alat dan cuci tangan;
16. Pendokumentasian;
Pasien - Sapa, anamnesa Pemasangan Kontrasepsi IUD
6. Bagan Alir datang - Inform consen dan inform choose
- Cek TD dan BB
2/2
Penatalaksanaan Pre Eklamsi Ringan
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
8. Unit Terkait Puskesmas
Rumah Sakit
Dokter
9. Dokumen Buku KIA
terkait Surat Rujukan
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
Penatalaksanaan Pre Eklamsi Berat
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
8. Unit Terkait Puskesmas
Rumah Sakit
Dokter
9. Dokumen Buku KIA
terkait Surat Rujukan
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
Penatalaksanaan Eklamsi
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
diperhatikan 3. DJJ
2/2
Penatalaksanaan Rujukan
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/1
2/2
Penatalaksanaan Hemoragic Ante Partum
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/3
PemeriksaanObstetri :
2/2
cara :
- Pemberian oksigen nasal kanul 2 – 3 Liter / menit.
- Lakukan pemasangan infus 2 jalur intravena dengan
menggunakan ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan dosis
loading secepatnya (kecepatan 1 L dalam 15 – 20 menit), dapat
diulang kembali sampai maksimal 3 L dalam 2 – 3 jam apabila
keadaan pasien tidak membaik.
- Lakukan pemasangan kateter untuk memantau urine output.
2/2
Penatalaksanaan Hemoragic Post Partum
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/3
2/2
ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan hemoragic post
partum untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
3. Kebijakan Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 61 Tahun
2014
4. Referensi Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjdo Tahun 2008 edisi IV
5. Prosedur / 1. Pasien dengan Perdarahan Post Partum.
Langkah – 2. Memanggil bantuan Tim dan konsul dokter jaga.
langkah 3. Pasien posisi trendelenberg.
4. Petugas menilai Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan.
5. Pastikan jalan nafas bebas.
6. Beri O2
7. Pasang intravena line.
8. Ambil darah periksa lab dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
(pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO. Jika kadar Hb< 8
g/dl di rujuk.
9. Lakukan resusitasi cairan kristaloid ( Nacl/RL ).
10. Memeriksa penyebab perdarahan.
a. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.
b.Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
c. laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
d. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
11. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk. Catatan: produksi urin normal 0.5-1
ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
12. Tatalaksana perdarahan sesuai penyebab
a. Tata laksana atoni uteri :
1) Lakukan pemijatan uterus.
2) Pastikan plasenta lahir lengkap.
3) Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
4) Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
5) Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti
pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV
(lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5
dosis(1 mg).
6) Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit
7) Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal
selama 5 menit.
8) Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
9) Perlu Diingat :
1) Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang
mengandung oksitosin.
2) Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
berat/tidak terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit
pembuluh darah tepi.
2/2
3. Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap.
4.Lakukan penjahitan. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g
5 asamtraneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30
menit).
c. Robekan Serviks :
1. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
porsio.
2. Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.
d. Retensio Plasenta :
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
2. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
3. Lakukan tarikan tali pusat terkendali.
4. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta
manual secara hati-hati.
5. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan
Metronidazol 500 mg IV).
6. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.
e. Sisa Plasenta :
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
2. Lanjutkan infus Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
pendarahan berhenti.
3. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan.
4. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
5. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan
Metronidazol 500 mg).
6. Jika perdarahan berlanjut, tata laksana seperti kasus atonia uteri.
6. Bagan Alir
Robekan jalan lahir Lakukan heating
derajat 1 dan 2 perineum
2/2
Pasien
perdarahan
- Robekan jalan lahir - Inform consen pasien
derajad 3 dan 4 perlu dirujuk
Rujuk
- Atonia uteri - Tanda tanagn
Pasien
- Retensio plasenta persetujuan
- Sisa plasenta - Pasang infus dan o2
2/2
Penatalaksanaan Bayi Asfiksia
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
- Nilai keadaan bayi Nilai kondisi bayi di 30 Tidak ada
6. Bagan Alir Bayi lahir
tidak - Jaga kehangatan detik pertama perubahan
menangis, - Atur posisi kepala
pucat dan sedikit ekstensi
lemas - Bersihkan jalan nafas
- Beri Rangsang taktil
- Beri oksigen
- Berikan ventilasi
Belum ada perubahan tekanan positif (VTP)
lakukan tindakan Penilaian kondisi 20x dalam 30 detik
rujukan kembali selama 2-3 menit
Penatalaksanaan Syok
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/2
2/2
7. Bloodset
8. Aboket
9. Cairan RL
10. Form rujukan
B. Langkah - langkah :
1. Melakukan anamnesa kepada keluarga
2. Melakukan inform consen terhadap keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
3. Ukur tanda-tanda vital, pasang O2 dan pasang infus
4. Menanda tangani persetujuan rujukan
5. Rujuk pasien sesuai enatalaksanaan rujukan
- Anamnesa Rujuk dengan
6. Bagan Alir Pasien syok
- Inform consen persetujuan keluarga
- Cek TTV
- Pasang O2 dan infus
2/2
SOP Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
(PPI)
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : 1/1
1. Pengertian Bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada klien untuk
melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
2/2
11. Celemek
B. Langkah - langkah :
A. MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN
a. Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap pendek.
b. Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air
c. Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut.
5 momen cuci tangan /hand hygene ( WHO) :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien
d. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
e. Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika
mengenakan sarung tangan maupun tidak.
f. Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit
yang tidak intak, atau kasa penutup luka.
g. Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke
bagian tubuh lain dari pasien yang sama.
h. Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan
pasien (termasuk peralatan medis).
i. Setelah melepas sarung tangan (steril maupun nn-steril)
j. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih berbahan dasar
alkohol (alcohol-based handrub). Jika tangan tidak terlihat kotor
namun pembersih yangan berbahan dasar alkohol tidak tersedia,
cucilah tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
k. Jika tangan terlihat kotor, atu bila terkena darah/cairan tubuh, atau
2/2
D. MEMBUANG SAMPAH TAJAM DENGAN BENAR
a. Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat
ditembus oleh jarum
b. Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali
c. Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak
jaum yang telah digunakan.
d. Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat
penampungan sampah tajam tanpa memberikannya ke orang
lain
e. Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup,
sumbat, atau plester wadah tersebut dengan rapat lalu bakar.
G. PEMPROSESAN INSTRUMEN
a. Untuk instrumen yang dipakai ulang, lakukan 3 langkah pokok
yang ada di BAGAN 2 :
1. Dekontaminasi
2. Pencucian dan pembilasan
3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
BAGAN 2. Langkah-langkah pemprosesan instrumen
Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan
berhati-hatilah jangan sampai tertusuk instrumen tajam
Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah d istrelilisasi
harus dijaga agar tidak terkontaminasi.
Handscone Sterilisasi
6. Bagan Alir PP
Pasien syok
Air Bersih
Air DTT
Laruran clorin
2/2
10. Rekam No. Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan
histori tgl.
2/2
6. Vaksin dan pelarut
7. Kapas air hangat
8. Handsrcub
9. Bangkok
10. Tempat sampah non medis
B. Langkah - langkah :
1. Petugas menyiapkan buku catatan
2. Pastikan kondisi vaksin dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa
3. Petugas mengambil vaksin dan pelarut dalam lemari es dan pindah
kan dalam vaksin carrier yang berisi coolpack
4. Letakkan vaksin carier, alat suntik dan kapas air hangat dimeja. Safety
box dan tempat sampah di bawah meja
5. Petugas mencuci tangan
6. Anamnesa riwayat imunisasi sebelumnya, umur, riwayat penyakit dan
keadaan saat ini
7. Petugas memberi informasi tentang vaksin yang akan didapatkan
bayinya
8. DWIl vaksin dalam spuit sesuai kebutuhan pKURNIASIHn tidak ada
gelembung
9. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas air hangat, tunggu hingga
kering
10. Suntikkan vaksin pada lokasi yang sudah disiapkan
11. Memberi informasi kepada orang tua tenang kemungkinan efek vaksin
dan kapan kunjungan berikutnya
12. Bayi dan orang tua menunggu 30 menit untuk memantau
kemungkinan terjadi efek samping
13. Mencatat hasil imunisasi pada buku catatan atau kohort
14. Mencuci tangan
- Anamnesa Pemberian vaksin
6. Bagan Alir
- Inform consen
- Vaksin sesuai
kebutuhan pasien
2/2
Penatalaksanaan Pencabutan KB Implan
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : ½
2/2
32. Duk bolong
33. Perlak
B. Langkah - langkah :
a. Klien datang dan mengambil nomor antrian
b. Klien mendaftar diloket
c. Petugas loket membawa K/IV/KB di ruang KIA/KB
d. Petugas ruang KIA/KB memanggil klien sesuai urutan
e. Petugas mencocokkan identitas klien di ruang KIA/KB dengan K/IV/KB
f. Petugas ruang KIA/KB melakukan anamnesa pada klien
g. Petugas memberi konseling ABPK kepada klien untuk memilih pelayanan KB
yang dikehendaki. Jika klien setuju maka dilakukan klien mengisi informed
consent.jika klien tidak setuju maka dilakukan konseling ulang. Jika kondisi klien
tidak memungkinkan segera lakukan rujukan.
h. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dalam proses pencabutan dan
mempersilahkan klien untuk bertanya i. Mempersilahkan klien untuk naik ke tempat
tidur
j. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan).
k. Menentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua
kapsul(dekat siku).
l. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm
dengan menggunakan skapel.
m. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat
tempat insisi.
n. Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul
tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan
klem lengkung (mosquito) dengan lengkungan jepitan mengarah keatas, kemudian
jepit ujung 2 kapsul dengan klem tersebut.jika kapsul sulit digerakkan ke arah insisi
masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke
kulit, teruskan sampai berada dibawah ujung kapsul dekat siku,buka dan tutup jepitan
klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung kapsul.
o. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-
gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
p. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan klem kedua.lepaskan klem pertama dan
cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan klem kedua.
q. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut.gunakan teknik yang sama
untuk mencabut kapsul berikutnya.
r. Menghitung untuk memastikan semua kapsul dicabut.
s. Mempersilahkan klien untuk turun dari tempat tidur.
t. Melakukan pemantauan medis dan pemberian nasehat pasca tindakan
u. Petugas mencatat hasil pelayanan di K/IV/KB dan register kohort KB
2/2
Penatalaksanaan Pecabutan KB IUD /AKDR
Nomor : SOP/ /PMBDWI/XI/2020
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : 1 November 2020
Halaman : ½
B. Langkah - langkah :
a. Klien datang dan mengambil nomor antrian
2/2
b. Klien mendaftar diloket
c. Petugas loket membawa K/IV/KB di ruang KIA/KB
d. Petugas ruang KIA/KB memanggil klien sesuai urutan
e. Petugas mencocokkan identitas klien di ruang KIA/KB dengan K/IV/KB
f. Petugas ruang KIA/KB melakukan anamnesa pada klien
g. Petugas memberi konseling ABPK kepada klien untuk memilih pelayanan KB
yang dikehendaki. Jika klien setuju maka dilakukan. klien mengisi informed
consent.jika klien tidak setuju maka dilakukan konseling ulang. Jika kondisi klien
tidak memungkinkan segera lakukan rujukan.
h. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dalam proses pencabutan
dan mempersilahkan klien untuk bertanya
i. Mempersilahkan klien untuk naik ke tempat tidur gynecology
j. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan).
k. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
l. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
m. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.meminta
klien untuk tenang dan menarik nafas panjang.memberitahu mungkin timbul rasa
sakit tapi itu normal. Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat.akdr biasanya dapat dicabut dengan mudah.untuk mencegah
benang putus tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-
pelan.bila benang putus saat ditarik tetap ujung AKDR masih dapat dilihat maka
jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar. Pencabutan sulit. Bila benang AKDR
tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus
atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat
pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
2/2