www.pajak.go.id
POSTUR APBN 2022
(dalam triliun rupiah)
Sumber : kemenkeu.go.id
www.pajak.go.id
Penyempurnaan Kode Etik
dan Implementasi
PENERIMAAN NEGARA
HIBAH PAJAK
NON PAJAK
0,03% Penjualan SDA, Laba BUMN, Laba BLU
78,72%
21,25%
*Sumber: APBN 2022
www.pajak.go.id
URGENSI REFORMASI
STRUKTURAL DAN
REFORMASI FISKAL
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PENCAPAIAN TARGET INDONESIA MAJU 2045 MEMERLUKAN PENGUATAN REFORMASI STRUKTURAL
Reformasi struktural diperlukan untuk penguatan fondasi ekonomi dengan memanfaatkan faktor demografi
INDONESIA PROSPEK
2045
DEMOGRAFI
309 Juta penduduk
Share jumlah penduduk kelas menengah terus meningkat (%) Konsumsi penduduk kelas menengah tumbuh tinggi (Rp T)
7,0 10,2
16,6
22,5
22,5% 350
Rp Triliun
dari tahun 2002
150
Sumber: Bank Dunia (2020)
51,8 100
45,5
38,5
30,0
50
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Poor and Vulnerable Aspiring Middle Class Middle Class Upper Class
Poor and Vulnerable Aspiring Middle Class Middle Class
Reformasi
Sektor Riil Reformasi
Deregulasi Penyederhana Transformasi Sektor
Omnibus Law an Birokrasi Ekonomi
Cipta Kerja Keuangan
Penguatan 3 Fungsi
APBN yang sehat &
berkelanjutan Pokok Kebijakan
Sustainable Welfare
Development
Fiskal
• Optimalisasi • Aspek
• Pendapatan • Ekonomi
• Quality of • Fungsi Alokasi • Aspek Sosial
spending • Aspek
• Sustainable • Fungsi Stabilisasi
Lingkungan
Rp
• Financing • Fungsi Distribusi • Inklusif
• Pertumbuhan ekonomi
1 2 3 • Pengurangan
o Pengangguran
o Kemiskinan
o Kesenjangan
APBN yang sehat adalah fondasi untuk menstimulasi perekonomian dan mewujudkan
kesejahteraan
Melalui APBN yang sehat akan mendorong 3 fungsi pokok dapat berfungsi optimal yang
selanjutnya akan menopang pembangunan yang berlanjutan
Pembangunan yang berlanjutan akan menghantar terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan.
9
MENDORONG SISTEM PERPAJAKAN ADIL, SEHAT, EFEKTIF, DAN AKUNTABEL
REFORMASI
Reformasi PAJAK Reformasi
• Memperluas basis pajakKebijakan • AdministrasiAdministrasi
perpajakan yang lebih simple dan efisien
• Menjawab tantangan competitiveness • Menjamin kepastian hukum perpajakan
• Insentif terukur, efisien, dan adaptif dengan dinamika perpajakan global • Pemanfaatan data dan informasi keuangan secara optimal
• Insentif pajak fokus pada sektor bernilai tambah tinggi dan menyerap • Adaptasi terhadap perkembangan struktur perekonomian termasuk
banyak tenaga kerja perkembangan digital dan transaksi ekonomi
• Mengurangi distorsi dan exemption berlebihan • Mengikuti tren dan best practices perpajakan global
• Memperbaiki progresivitas pajak • Kepatuhan pajak yang tinggi
11
REFORMASI PERPAJAKAN MEMPERKUAT FUNGSI APBN UNTUK MEWUJUDKAN
KESEJAHTERAAN
PENAGIHAN PAJAK
07
UPAYA HUKUM DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
08
UPAYA HUKUM DI PENGADILAN PAJAK DAN
09 MAHKAMAH AGUNG
CHAPTER
1
Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
04 pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan, termasuk
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dan
Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
05 peraturan perundangundangan perpajakan
KEWAJIBAN NPWP WANITA KAWIN
DAN ANAK BELUM DEWASA
Pada prinsipnya sistem administrasi perpajakan di Indonesia menempatkan keluarga
sebagai satu kesatuan ekonomis, sehingga dalam satu keluarga hanya terdapat satu NPWP.
Dengan demikian, wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa,
harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP
suami atau kepala keluarga
KEWAJIBAN NPWP WARISAN
YANG BELUM DIBAGI
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari orang pribadi yang
meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat,
atau pihak yang mengurus harta peninggalan.
Wakil dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan wajib melaporkan
perubahan data ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar bahwa Wajib Pajak sudah meninggal
dunia sehingga nantinya subyek pajak berubah namanya menjadi warisan yang belum
terbagi tetapi NPWPnya masih menggunakan NPWP almahum/almahumah, tetapi dalam
menghitung PPhnya tidak mendapat pengurang PTKP
CARA PENDAFTARAN NPWP
DAN PELAPORAN PKP
Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
07 berupa:
PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN
PEMBUKUAN
31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang
Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya)
31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Bruto Yang Diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas
31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak dan/atau
04 Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat Final
Penghasilan Bruto Bukan Objek
Tahun 2018
Tanggal Uraian Jumlah Bruto (Rp) Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1 Januari
Penghasilan Bruto Final
31 Desember Tahun 2018
Jumlah DPP/ Penghasilan PPh Terutang
Tanggal Uraian Keterangan
Bruto (Rp) (Rp)
31 Desember
Jumlah
PEMBUKUAN TERPISAH
Pembukuan secara terpisah merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur dengan melakukan pemisahan pencatatan untuk setiap transaksi,
penghasilan dan biaya biaya antara kegiatan usaha yang dikenai Pajak
Penghasilan dengan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh dengan
kegiatan usaha yang dikenai PPh Final maupun atas penerimaan penghasilan bruto
yang merupakan objek pajak dan yang bukan merupakan objek pajak, serta
penghasilan dan biaya biaya dari usaha yang tidak mendapatkan fasilitas
perpajakan
PEMBAYARAN PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
1 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong Pajak Penghasilan Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
2 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar tanggal lima belas bulan berikutnya setelah
sendiri oleh Wajib Pajak Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan
3 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong PPh Pajak berakhir
4 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri tanggal lima belas bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
5 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong PPh Pajak berakhir
6 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
26 yang dipotong oleh Pemotong Pajak berakhir
PPh
7 PPh Pasal 25 tanggal lima belas bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
8 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan bersamaan dengan saat pembayaran Bea
PPnBM atas impor Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan
PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean
impor
9 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan Dalam jangka waktu satu hari kerja setelah
PPnBM atas impor yang dipungut oleh dilakukan pemungutan pajak
DJBC
10 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pada hari yang sama dengan pelaksanaan
bendahara pembayaran atas penyerahan barang yang
dibiayai dari APBN/D, dengan menggunakan
SSP
atas nama rekanan dan ditandatangani oleh
bendahara
11 PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
bakar minyak, gas, dan pelumas kepada Pajak berakhir
penyalur/agen atau industri yang
dipungut oleh Wajib Pajak badan yang
bergerak dalam bidang produksi bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
12 PPh pasal 22 yang pemungutannya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
dilakukan oleh Wajib Pajak badan Pajak berakhir
tertentu sebagai Pemungut Pajak
13 PPN atau PPn dan PPnBM tanggal lima belas bulan berikutnya
yng terutang dalam satu Masa Pajak setelah Masa Pajak berakhir
13a PPN yang terutang atas pemanfaatan tanggal lima belas bulan berikutnya
Barang Kena Pajak tidak berwujud setelah saat terutangnya pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean
14 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal tujuh bulan berikutnya setelah Masa
pemungutannya dilakukan oleh Pajak berakhir
Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
14a PPN atau PPN dan PPnBM yang pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pemungutannya dilakukan oleh Pejabat pembayaran kepada PKP Rekanan Pemerintah
Penandatangan Surat Perintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Membayar sebagai Pemungut PPN, Negara
harus disetor
15 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal lima belas bulan berikutnya
pemungutannya dilakukan oleh setelah Masa Pajak berakhir
Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah
yang ditunjuk
16 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan pada akhir Masa Pajak terakhir
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3b) UndangUndang
KUP yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu SPT Masa
17 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 sesuai dengan batas waktu untuk masing
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertent masing jenis pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b) UndangUndang KUP yang
melaporkan beberapa masa pajak dalam
satu SPT Masa
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT TAHUNAN
Catatan:
Baik Pajak Masa maupun Tahunan, dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Hari libur nasional tersebut termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah
TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK
01 Kantor Pos
PELAPORAN PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Dalam sistem pelaporan pajak di Indonesia, sarana yang digunakan adalah SPT. SPT adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SPT
01 Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan di bawah PTKP, tetapi
karena kepentingan tertentu diwajibkan memiliki NPWP
SPT berbentuk berbentuk eSPT, aplikasinya dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak di
02
KPP atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan atau diunduh dari website
Direktorat Jenderal Pajak, dari situs internet DJP dengan alamat http://www.pajak.go.id.
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
a. untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama tiga bulan
setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN diatur tersendiri berdasarkan Pasal 15A Undang
Undang PPN 1984 disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
1 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor tidak dilaporkan/disampaikan
2 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang secara mingguan paling lama pada
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hari kerja terakhir minggu
berikutnya
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
3 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong PPh
15 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara empat belas hari setelah Masa
Pajak berakhir
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
16 PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak
17 PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus
disetor oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri
18 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk
19 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran sebagai Pemungut PPN akhir bulan berikutnya setelah
20 PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Masa Pajak berakhir
berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean
21 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai
Pemungut PPN
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
SPT Tahunan
1 SPT PPhTahunan Wajib Pajak orang pribadi tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak
2 SPT PPhTahunan Wajib Pajak badan empat bulan setelah akhir
Tahun Pajak
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
satu SPT Masa. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain Wajib Pajak usaha
kecil, dapat:
a. menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa
Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib dilunasi
menurut SPT Masa tersebut dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa
Pajak yang terakhir; dan/atau
b. menyampaikan SPT Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa
Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masingmasing Masa
Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang bersangkutan.
WP TERTENTU YANG DAPAT MELAPORKAN
BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SPT MASA
WP Kriteria tertentu tersebut meliputi:
Wajib Pajak usaha kecil, yang terdiri dari
01
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menjalankan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas, yang memperoleh peredaran usaha dari dalam
Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp600.000.000,00
b. Wajib Pajak Badan 100% modal dalam negeri yang memperoleh peredaran
usaha Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp900.000.000,00
Wajib Pajak di daerah tertentu, yaitu yang tempat tinggal, tempat kedudukan, atau
02
tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
CHAPTER
5
PEMERIKSAAN PAJAK
PEMERIKSAAN PAJAK
Pengertian
01 pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
perpajakan
02 Tujuan
Tujuan Pemeriksaan diantaranya menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan
KEWAJIBAN WP YANG DIPERIKSA
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek pajak
(yang terutang pajak);
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; atau
d. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa;
e. menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
f. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib
Pajak; dan/atau
g. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.
KEWENANGAN PEMERIKSA
a. melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan;
surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak
yang menentukan yang menentukan yang menentukan yang menentukan
besarnya jumlah pokok tambahan atas jumlah jumlah pokok pajak jumlah kelebihan
pajak, jumlah kredit pajak yang telah sama besarnya dengan pembayaran pajak
pajak, jumlah ditetapkan jumlah kredit pajak atau karena jumlah kredit
kekurangan pajak tidak terutang dan pajak lebih besar
pembayaran pokok tidak ada kredit pajak daripada pajak yang
pajak, besarnya sanksi terutang atau
administrasi, dan jumlah seharusnya tidak
pajak yang masih harus terutang
dibayar
PENERBITAN SKP
SEBELUM WP MEMPUNYAI NPWP
Dirjen Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau STP untuk Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Wajib Pajak diberikan atau
diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, apabila diperoleh data
dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak
PENERBITAN SKP
SEBELUM WP MEMPUNYAI NPWP
Contoh Kasus: Alex diterbitkan NPWP 6 Januari 2017. Sampai 31 Maret 2018 Alex hanya
menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2017. Dalam tahun 2018, Dirjen Pajak
memperoleh data bahwa Alex Tahun Pajak 2015 memperoleh penghasilan di atas PTKP.
Berdasarkan data tersebut Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP atau STP untuk Tahun Pajak
2015.
SKP atau STP diterbitkan dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak, atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali apabila Alex dipidana
karena melakukan tindak pidana perpajakan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan
Putusan Pengadilan jangka waktu menjadi sepuluh tahun.
PENERBITAN SKP
SETELAH PENGHAPUSAN NPWP
Dirjen Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau STP untuk Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum dan/atau setelah penghapusan NPWP atau pencabutan
Pengukuhan PKP, apabila setelah penghapusan NPWP atau pencabutan Pengukuhan PKP,
diperoleh data dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak
PENERBITAN SKP
SETELAH PENGHAPUSAN NPWP
Contoh kasus: Beni diterbitkan NPWP 6 Januari 2015. Pada 28 Desember 2017, NPWP tersebut
dihapus. Dalam tahun 2019, Dirjen Pajak memperoleh data yang menunjukkan bahwa
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding Per bulan, dari jumlah pajak yang
19 (1) -%
yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar kurang dibayar(suku bunga acuan
+ 5%)
Per bulan, dari jumlah pajak yang
19 (2) Mengangsur atau menunda -%
kurang dibayar(suku bunga acuan
+ 5%)
19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT -% Atas kekurangan pembayaran pajak
Pasal Masalah Sanksi Keterangan
Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum
8 (5) - Per bulan, dari jumlah pajak yang
terbitnya SKP
kurang dibayar(suku bunga acuan +
10%)
Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut
dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak
SANKSI seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%,
tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29
KENAIKAN 13 (3)
Dari PPh yang tidak/ kurang dipotong/
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 75%
dipungut
Dari PPN/ PPnBM yang tidak atau
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 75%
kurang dibayar
15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
SKEMA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR (SKPKB)
SKPKB adalah surat
ketetapan pajak yang
menentukan besarnya
jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan
pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan
jumlah pajak yang
masih harus dibayar
CHAPTER
7
PENAGIHAN PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
Pengertian Penagihan Pajak tidak diatur dalam UU KUP, namun diatur dalam UndangUndang
Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita
SKEMA PENAGIHAN PAJAK
DASAR PENAGIHAN PAJAK
7 Lelang
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk
itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tandatanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha atau
menggabungkan atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang
dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
Pembetulan ini tidak ada sengketa antara Petugas Pajak dengan Wajib Pajak
KEBERATAN (Pasal 25 UU KUP)
b. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan alasan
yang menjadi dasar penghitungan
d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan
SYARAT MENGAJUKAN KEBERATAN (2)
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal: surat ketetapan
pajak dikirim; atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga,
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
f. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, Jika ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak,
Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan Pasal 36 (Pembetulan,
Pembatalan, Pengurangan Sanksi SKP)
SANKSI DENDA 30%
PUTUSAN KEBERATAN
dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 30% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
- Upaya Hukum di Pengadilan Pajak dan Mahkamah Agung, serta Pemberian Imbalan Bunga
akan dibahas di Mata Kuliah Pengadilan Pajak -
LATIHAN SOAL
LATIHAN SOAL
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan hurut Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak. Batas waktu penyampaian SPT adalah:
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar, atau apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, atau apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai
PPN dan PPn BM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen), atau apabila kewajiban Pembukuan dan
Pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang,
atau apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP secara
jabatan, maka Dirjen Pajak berwenang menerbitkan SKPKB disertai sanksi berupa:
LATIHAN SOAL
Apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang
setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, maka jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa:
Faranissa adalah seorang dokter yang mempunyai penghasilan dari praktek di rumah serta
sebagai dokter PNS akan melakukan penyampaian SPT Tahunan, formulir yang digunakan
sebagai sarana pelaporan dan jangka waktu penyampaian untuk tahun pajak 2019 adalah:
Sanksi administrasi berupa denda Pasal 7 ayat (1) UU KUP apabila SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi tidak disampaikan dalam jangka waktunya atau batas waktu perpanjangan
penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:
LATIHAN SOAL
Berdasarkan Pasal 13 ayat 3c UU KUP, Apabila dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tidak
menyelenggarakan pembukuan atau Pencatatan (Pasal 28 dan 29 KUP) atas SPT PPh
Orang Pribadi, maka Wajib Pajak dapat dikenakan sanksi administrasi berupa:
Apabila Wajib Pajak tidak setuju terhadap putusan keberatan, maka wajib pajak dapat
mengajukan:
Wajib Pajak dapat melakukan upaya hukum apabila masih terdapat sengketa dengan
Direktorat Jenderal Pajak diantaranya dengan mengajukan permohonan banding.
Pengajuan permohonan banding ditujukan kepada:
Apabila Wajib Pajak tidak setuju terhadap surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
pajak, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan:
SELESAI
Prepared by:
gading.dwisakti@gmail.com