Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586
Editor:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Modul
Pengembangan Pertanahan yang menjadi pegangan bagi peserta Pelatihan
Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas Jabatan Penata Pertanahan. Modul ini
dapat terselesaikan karena kerjasama Tim Penyusun Modul yang sudah dirangkum
melalui beberapa kali workshop dan dukungan dari berbagai pihak di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
3. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
4. Direktur Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
5. Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepualauan dan Wilayah
Tertentu.
6. Tim Penyusun Modul;
7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Modul ini.
Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peserta
pelatihan. Kritik dan saran dengan senang hati akan diterima untuk perbaikan modul
ini.
i
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
B. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR............................... 2
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................................ 2
ii
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
iii
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
iv
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
v
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
vi
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
DAFTAR GAMBAR
vii
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
DAFTAR TABEL
viii
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
PETUNJUK PENGGUNAAN
MODUL
Pengguna dapat mempelajari keseluruhan isi materi modul ini yang dilakukan
secara berurutan. Pastikan terlebih dahulu urutan materi pada saat memahami setiap
bagian dalam modul ini, karena masing-masing urutan materi saling berkaitan. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik, maka dari itu dianjurkan untuk:
1. Membaca dengan cermat materi yang ada dan pahami tujuan pembelajaran
terlebih dahulu yang tersedia pada setiap awal bab, apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dapat bertanya dengan fasilitator saat kegiatan pembelajaran
berlangsung;
2. Mengerjakan latihan dan evaluasi yang tersedia pada setiap akhir bab modul
ini;
3. Membentuk kelompok diskusi untuk membahas materi tertentu dan studi kasus
yang diberikan untuk memperdalam pemahaman materi;
4. Mempelajari bahan dari sumber lain sesuai referensi yang tercantum pada
daftar pustaka di akhir modul ini untuk memperluas wawasan;
5. Mengaitkan materi yang diperoleh dengan kondisi lingkungan kerja dan
cobalah rencanakan implementasinya bila perlu.
ix
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tanah harus
dipergunakan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Salah satu program
Nawacita adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Untuk mewujudkan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dalam rangka pelaksanaan Nawacita
tersebut, diperlukan ketersediaan tanah untuk pembangunan.
Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dijelaskan bahwa “bumi, dan air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”, Pasal tersebut mengamanatkan bahwa
segala sesuatu mengenai bumi, tanah, air, sumber daya alam, dan kekayaan alam
lainnya yang berada dalam wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dikuasai, diatur, dan dikelola oleh Negara, Pemerintah, dan segenap lembaga
pengelolaannya untuk dipergunakan sebagai alat untuk memakmurkan dan
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Menurut Pasal 2, Pasal 12, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) menjelaskan bahwa bumi, air,
dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara yang digunakan untuk mencapai sebesar-
besar kemakmuran rakyat dan segala usaha bersama dalam lapangan agraria
dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas yang didasarkan atas kepentingan
bersama dalam rangka kepentingan nasional serta mencegah adanya usaha
monopoli oleh organisasi, usaha-usaha perseorangan, swasta, maupun usaha-usaha
pemerintah yang merugikan masyarakat.
1
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas materi mengenai tenurial pertanahan dalam
kegiatan penataan pertanahan yang meliputi penatausahaan tanah ulayat/hak
komunal, hubungan kelembangaan, penatagunaan tanah, landreform, dan
pemberdayaan tanah masyarakat.
2
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
5) Pemberian lisensi;
6) Penatagunaan Tanah;
7) Landreform;
8) Pemberdayaan Tanah Masyarakat;
9) Penanganan Masalah Pertanahan;
10) Pengendalian dan pemantauan pertanahan;
11) Penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
3
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB II
PENDAFTARAN DAN
PEMELIHARAAN DATA TANAH DAN
RUANG
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep prosedur pendaftaran,
dan pemeliharaan data tanah dan ruang dengan baik.
Pendaftaran tanah merupakan salah satu materi yang dapat merangkai proses
dalam pengelolaan pertanahan dalam lingkup sebuah desa, untuk itu perlu
membahas pengetahuan pendaftaran tanah dalam sebuah materi tersendiri. Dalam
proses pendaftaran tanah, Pemerintah Desa tidak secara langsung terlibat, akan
tetapi berperan dalam mencegah terjadinya sengketa pertanahan. Peran tersebut
dimiliki oleh Pemerintah Desa melalui kesaksian yang diberikan mengenai riwayat
bidang tanah.
Menurut UUPA, untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia untuk memperoleh kepastian subjek
dan objek bidang tanah. Kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta
hak-hak tertentu yang membebaninya. Dari rangkaian kegiatan pendaftaran tanah
tersebut dalam pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah tersebut terbagi dua
kegiatan yakni pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran
tanah.
4
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
5
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
6
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu telah tidak mengajukan
keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan
yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut. Sertipikat hak atas tanah
memuat informasi mengenai:
a. nama pemegang hak atas tanah;
b. jenis hak atas tanah;
c. nomor identifikasi bidang tanah;
d. nomor induk kependudukan/nomor identitas;
e. tanggal berakhir hak (untuk hak atas tanah dengan jangka waktu);
f. kutipan peta pendaftaran;
g. tanggal penerbitan;
h. pengesahan.
Ketentuan sertifikat dalam bentuk, isi, dan format terdapat dalam Lampiran II-XI
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
7
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
8
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
9
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
10
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
c. Fotokopi identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila dikuasakan, yang
telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
d. Fotokopi Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah
dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, bagi badan hukum
e. Sertipikat asli
3. Pemisahan
Pengertian pemisahan hak diatur dalam Pasal 49 PMNA/KBPN No.3 tahun
1997, pada ayat (1) yaitu dari satu bidang tanah yang sudah didaftar dapat
dipisahkan sebagian atau beberapa bagian, yang selanjutnya merupakan satuan
bidang baru dengan status hukum yang sama dengan bidang tanah semula. Untuk
satuan bidang baru yang dipisahkan dibuatkan surat-ukur, buku tanah dan
sertipikat sebagai satuan bidang tanah baru dan pada peta pendaftaran, daftar
tanah, surat-ukur, buku tanah dan sertipikat bidang tanah semula dibubuhkan
catatan mengenai telah diadakannya pemisahan tersebut.
Dalam pendaftaran pemisahan bidang, tanah surat ukur, buku tanah dan
sertipikat yang lama tetap berlaku untuk bidang tanah semula setelah dikurangi
bidang tanah yang dipisahkan dan pada nomor surat ukur dan nomor haknya
ditambahkan kata "sisa“ dengan tinta merah, sedangkan angka luas tanahnya
dikurangi dengan luas bidang tanah yang dipisahkan. Persyaratan dan prosedur
pendaftaran tanah hasil pemisahan bidang tanah sama dengan pemecahan hak.
11
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat
didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam keadaan
tertentu Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang
tanah Hak Milik yang dilakukan diantara perorangan WNI yang dibuktikan dengan akta
yang tidak dibuat oleh PPAT yang kadar kebenarannya dianggap cukup untuk
mendaftarkan pemindahan hak yang bersangkutan. Jenis – jenis peralihan hak yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
meliputi Jual Beli, Hibah, Tukar Menukar, Pemasukan dalam Perusahaan, Pembagian
Hak bersama, dan Warisan.
Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli,
tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat
didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala
Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik,
yang dilakukan di antara perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan
akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan
tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang
bersangkutan.
12
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah. Semua informasi yang tersaji di dalam sertipikat mempunyai kekuatan
hukum dan harus di terima sebagai keterangan yang benar sepanjang tidak ada bukti
lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Teruntuk kasus sertipikat hilang harus
segera diterbitkan sertipikat pengganti, demikian juga sertipikat yang rusak. Sertipikat
dengan blangko lama dapat juga dimintakan sertipikat pengganti, atas permohonan
pemilik tanah dan atau pemegang hak atas tanah diterbitkan sertipikat baru sebagai
pengganti sertipikat yang rusak, hilang atau sertipikat yang tidak diserahkan kepada
pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi.
Permohonan sertipikat pengganti hanya dapat diajukan oleh pihak yang namanya
tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah yang bersangkutan atau pihak
lain yang merupakan penerima hak berdasarkan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) atau kutipan risalah lelang. Apabila pemegang hak, atau penerima hak sudah
meninggal dunia, permohonan sertipikat pengganti dapat diajukan oleh ahli warisnya
dengan menyerahkan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Penggantian sertipikat
dicatat pada buku tanah yang bersangkutan. Sertipikat yang hilang bila ditemukan
harus dimusnahkan untuk menghindari penyalahgunaan.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu kepemilikan pemegang hak atas
tanah atas sertipikat tanah terjadi perubahan atau penggantian kebijakan pemerintah
atas sertipikat yang dimiliki oleh pemegang hak atas tanah. Padahal sertipikat tanah
adalah mempunyai nilai lebih yaitu akan memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya.
Permasalahan tersebut misalnya kewajiban pembaharuan blanko sertipikat model
lama yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria
yang harus diganti dengan blanko sertipikat model baru yang dikeluarkan oleh Badan
Pertahanan Nasional (BPN) dan harus dilakukan proses ukur ulang luas bidang
tanahnya sehingga baru dapat dilakukan peralihan haknya. Dasar dikeluarkannya
aturan mengenai pembaharuan blanko sertipikat telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 57 ayat 1
disebutkan bahwa atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertifikat baru sebagai
pengganti sertifikat yang rusak, hilang, masih menggunakan blanko sertifikat yang
13
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
tidak digunakan lagi atau yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu
lelang eksekusi.
Permohonan sertipikat baru yang diajukan pemegang hak sebagai pengganti
sertipikat lama disebabkan karena: 1. Sertipikat rusak atau sengaja dirusak; 2.
Sertipikat hilang; 3. Penggantian blanko sertipikat lama; 4. Sertipikat lama tidak
diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi. Pemohon yang dapat
mengajukan sertipikat pengganti adalah: a) Pihak yang namanya tercantum sebagai
pemegang hak dalam buku yang bersangkutan; b) Pihak lain yang merupakan
penerimaan hak berdasarkan akta PPAT atau kutipan risalah lelang.
Dalam pelaksanaan penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah karena hilang
harus segera dilakukan pengajuan permohonan penerbitan sertipikat pengganti ke
Kantor Pertanahan setempat, dimana dalam pengajuan permohonan penerbitan
sertipikat pengganti hak atas tanah karena hilang tersebut harus diajukan oleh pemilik
hak atas tanah yang bersangkutan. Dalam hal ini pemohon harus memenuhi semua
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 59 & 60 menjelaskan bahwa Permohonan penggantian sertifikat yang
hilang harus disertai pernyataan di bawah sumpah dari yang bersangkutan di hadapan
Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hilangnya sertifikat
hak yang bersangkutan. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak
hari pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak ada yang mengajukan
keberatan mengenai akan diterbitkannya sertifikat pengganti tersebut atau ada yang
mengajukan keberatan akan tetapi menurut pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan
keberatan tersebut tidak beralasan, diterbitkan sertifikat baru.
Jika keberatan yang diajukan dianggap beralasan oleh Kepala Kantor
Pertanahan, maka ia menolak penerbitkan sertifikat pengganti. Sertifikat pengganti
diserahkan kepada pihak yang memohon diterbitkannya sertifikat tersebut atau orang
lain yang diberi kuasa untuk menerimanya. Penggantian sertifikat hak atas tanah atau
hak milik atas satuan rumah susun yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang
dalam lelang eksekusi didasarkan atas surat keterangan dari Kepala Kantor
Pertanahan yang bersangkutan yang memuat alasan tidak dapat diserahkannya
sertifikat tersebut kepada pemenang lelang. Kepala Kantor Pertanahan
14
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
mengumumkan telah diterbitkannya sertifikat pengganti untuk hak milik atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun sebagaimana dimaksud pada pernyataan
sebelumnya dan tidak berlakunya lagi sertifikat yang lama dalam salah satu surat
kabar harian setempat atas biaya pemohon.
Untuk memperkecil kemungkinan pemalsuan, di waktu yang lampau telah
beberapa kali dilakukan penggantian blanko sertifikat, sehubungan dengan itu apabila
dikehendaki oleh pemegang hak, sertifikatnya boleh diganti dengan sertifikat yang
menggunakan blanko baru. Dalam hal hak atas tanah berdasarkan akta yang dibuat
oleh PPAT sudah berpindah kepada pihak lain, tetapi sebelum peralihan tersebut
didaftar sertifikatnya hilang, permintaan penggantian sertifikat hilang dilakukan oleh
pemegang haknya yang baru dengan pernyataan dari PPAT bahwa pada waktu dibuat
akta PPAT sertifikat tersebut masih ada.
15
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
batal karena sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997, Surat Keputusan Pemberian Hak
sebagai alat bukti pendaftaran hak dan penerbitan sertipikat. Ada dua jenis
Pembatalan Hak yaitu :
a. Pembatalan Secara Langsung
Pembatalan Hak Karena Cacat Hukum Administratif, yaitu Pembatalan
secara langsung, tanpa melalui proses peradilan. Pembatalan secara langsung ini
dapat ditempuh apabila dalam permohonan hak yang bersangkutan terdapat
cacad hukum administratif (Pasal 107 PMNA/KBPN No.9/1999) seperti :
1. Terjadi kesalahan prosedur;
2. Terjadi kesalahan penerapan peraturan perundangan;
3. Terjadi kesalahan Subjek hak;
4. Terjadi kesalahan Objek hak;
5. Terjadi kesalahan perhitungan luas;
6. Terjadi kesalahan jenis hak;
7. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;
8. Terdapat data yuridis atau data fisik yang tidak benar, atau;
9. Kesalahan lainnya yang bersifat hukum administratif.
b. Pembatalan Tidak Langsung.
Pembatalan Hak Karena Melaksanakan Putusan Peradilan yang berkekuatan
hukum tetap (Inkracht). Pembatalan yang dilaksanakan dalam rangka
menindaklanjuti putusan lembaga peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 pengertian pembatalan hak atas tanah
yaitu pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah atau sertipikat hak atas
tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi dalam
penerbitannya atau untuk melaksana kan putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
Surat Keputusan pembatalan hak atas tanah menurut Pasal 104 ayat Peraturan
Menteri Negara Agraria / Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, diterbitkan apabila
terdapat:
1. Cacat hukum administratif.
2. Melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
16
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Berdasarkan ketentuan Pasal 104 ayat (1) PMNA / Kepala BPN Nomor 9 Tahun
1999, yang menjadi obyek pembatalan hak atas tanah meliputi :
1. Surat keputusan pemberian hak atas tanah.
2. Sertipikat hak atas tanah.
3. Surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan
penguasaan tanah.
H. ADMINISTRASI HAK TANGGUNGAN/HAK TANGGUNGAN ELEKTRONIK
Hak tanggungan diasosiasikan dengan jaminan hutang dalam bentuk tanah.
Istilah “jaminan” dikaitkan dengan pengertian hubungan hutang piutang di dalam
Pasal 1131 KUH Perdata dan penjelasan Pasal 8 Undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Seseorang yang berhutang memberikan barang jaminan tetapi
tidak dimaksudkan untuk dimiliki kreditor. Perjanjian utang-piutang tidak sama dengan
perjanjian jual beli yang mengakibatkan beralihnya hak milik atas suatu barang.
Barang jaminan menjadi cara pelunasan utang melalui cara yang ditetapkan oleh
peraturan perundangan yaitu dijual melalui lelang. Hasil penjualan dengan lelang
digunakan untuk melunasi utang dan apabila masih terdapat sisa, maka sisanya
dikembalikan kepada debitor.
Pengertian Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pelayanan Hak Tanggungan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
standar pelayanan dan pengaturan pertanahan di lingkungan Kementerian yakni
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.
Hak Tanggungan dapat dilaksanakan secara elektronik melalui Sistem HT
elektronik (HT-el) berdasarkan ketentuan pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan
Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik. Sistem HT-el diselenggarakan
secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem
elektronik. Jenis layanan Hak Tanggungan yang dapat diajukan melalui Sistem HT-el,
meliputi:
1. Pendaftaran Hak Tanggungan;
17
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
18
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Persyaratan berupa Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun harus atas nama debitur. Asli dokumen persyaratan permohonan wajib
disimpan oleh pemohon, kecuali APHT dan SKMHT disimpan oleh PPAT. Khusus
APHT disampaikan oleh PPAT dalam bentuk Dokumen Elektronik. Penyampaian
APHT dilakukan melalui sistem elektronik yang terintegrasi dengan Sistem HT-el
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah -penandatanganan APHT (Pasal 13
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah).
Permohonan layanan yang telah diterima oleh Sistem HT-el diberikan tanda bukti
pendaftaran permohonan yang diterbitkan oleh sistem. Bukti pendaftaran
permohonan paling sedikit memuat: nomor berkas pendaftaran permohonan; tanggal
pendaftaran permohonan; nama pemohon; dan kode pembayaran biaya layanan.
Layanan Hak Tanggungan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Kementerian (PP Nomor 128 Tahun 2015).
1. Setelah mendapatkan bukti pendaftaran permohonan sebagaimana, pemohon
melakukan pembayaran biaya melalui bank persepsi paling lambat 3 (tiga) hari
setelah tanggal pendaftaran permohonan.
2. Permohonan diproses setelah data permohonan dan biaya pendaftaran
permohonan terkonfirmasi oleh sistem elektronik.
3. Dalam hal pembayaran biaya pendaftaran oleh pemohon tidak terkonfirmasi
oleh sistem, pemohon dapat melakukan konfirmasi secara langsung ke Kantor
Pertanahan atau Layanan Pengaduan.
4. Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) hari sebagaimana dimaksud berakhir dan
Pemohon tidak melakukan pembayaran maka permohonan dinyatakan batal.
I. AKTIVASI AKUN JASA KEUANGAN TERKAIT LAYANAN ELEKTRONIK
Aplikasi Pelayanan Pertanahan (Verifikator) merupakan aplikasi yang
digunakan oleh Pegawai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional yang ditunjuk sebagai Verifikator untuk melakukan kegiatan verifikasi akun
Jasa Keuangan.
19
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
20
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
7. Klik pilih;
BERANDA
Setelah berhasil login maka akan muncul tampilan beranda aplikasi seperti
tampilan berikut:
Pada menu dropdown Data Jasa Keuangan terdapat pilihan seperti berikut:
21
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
1. Klik Detail pada masing-masing jasa keuangan untuk melihat informasi terkait
Jasa Keuangan yang terdaftar;
22
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
2. Verifikator mengecek file yang telah diupload oleh Jasa Keuangan seperti
NPWP dan AKTA kreditur dengan klik tools;
3. Klik lihat file Kantor;
4. Klik lihat;
5. Preview dari file akta pendirian kreditur;
6. Klik tutup.
Catatan:
Akta Pendirian dan Akta Perubahan yang diupload oleh Kantor Jasa Keuangan
harus sesuai dengan nama Kantor Jasa Keuanganya tersebut, apabila terdapat
perbedaan maka Verifikator harus mencatat kekurangan/perbedaan tersebut dan
memberitahukan kepada Kantor Jasa Keuangan dengan bantuan email melalui
tool yang telah tersedia di aplikasi.
23
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
24
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
1. Klik Detail pada masing-masing User Jasa Keuangan untuk melihat informasi
terkait User Jasa Keuangan yang terdaftar dan akan dilakukan verifikasi;
25
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
2. Verifikator mengecek file yang telah diupload oleh Jasa Keuangan seperti
Fotocopy KTP, SK Pengangkatan dan Surat Penunjukan dengan klik tools;
3. Klik lihat file User;
26
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Apabila File Kantor dan File User sudah sesuai maka selanjutnya di Upload Surat
Aktivasi dan lampiran pendaftaran sebagai Administator seperti tampilan sebagai
berikut:
8. Klik unggah, kemudian pilih tempat penyimpanan berkas, klik file yang
akan di unggah.
9. Klik unggah, setelah berhasil akan muncul notifikasi file telah di upload
10. Klik tutup.
27
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
28
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Apabila terdapat hal terdapat kesalahan pengisian data yang diketahui setelah
Dokumen Elektronik berupa Sertipikat, surat ukur, gambar denah satuan rumah
susun, surat ukur ruang dan/atau Dokumen Elektronik lainnya diterbitkan, pejabat
yang berwenang wajib melakukan pembetulan dan menerbitkan Sertipikat-el edisi
baru dengan penomoran selanjutnya.
Gambar ukur, gambar ruang, peta bidang tanah, peta ruang, surat ukur, gambar
denah, surat ukur ruang, dan Sertipikat dalam bentuk Dokumen Elektronik dibuat
sesuai contoh pada gambar berikut.
29
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Pendaftaran tanah merupakan salah satu materi yang dapat merangkai proses
dalam pengelolaan pertanahan dalam lingkup sebuah desa, untuk itu perlu
membahas pengetahuan pendaftaran tanah dalam sebuah materi tersendiri. Dalam
30
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
proses pendaftaran tanah, Pemerintah Desa tidak secara langsung terlibat, akan
tetapi berperan dalam mencegah terjadinya sengketa pertanahan. Peran tersebut
dimiliki oleh Pemerintah Desa melalui kesaksian yang diberikan mengenai riwayat
bidang tanah. Menurut pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah, disebutkan bahwa objek pendaftaran tanah meliputi: 1.
Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai; 2. Tanah hak pengelolaan; 3. Tanah wakaf; 4. Hak milik atas
satuan rumah susun; 5. Hak tanggungan; 6. Tanah Negara.
Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan. Ketentuan sertifikat dalam bentuk, isi, dan format
terdapat dalam Lampiran II-XI Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada
data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar dan
pemegang hak yang bersangkutan wajib melakukan pendaftaran perubahan data fisik
dan data yuridis yang dimaksud.
Perubahan data fisik bidang tanah yang sudah terdaftar terjadi suatu perbuatan
dan peristiwa hukum adalah melalui pemecahan, pemisahan dan penggabungan hak
atas tanah serta pelepasan sebagian hak atas tanah.
Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli,
tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat
didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Permohonan sertipikat baru yang diajukan pemegang hak sebagai pengganti
sertipikat lama disebabkan karena: 1. Sertipikat rusak atau sengaja dirusak; 2.
Sertipikat hilang; 3. Penggantian blanko sertipikat lama; 4. Sertipikat lama tidak
31
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi. Pemohon yang dapat
mengajukan sertipikat pengganti adalah: a) Pihak yang namanya tercantum sebagai
pemegang hak dalam buku yang bersangkutan; b) Pihak lain yang merupakan
penerimaan hak berdasarkan akta PPAT atau kutipan risalah lelang.
Rumusan pembatalan hak atas tanah terdapat didalam Pasal 1 angka 12
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1999 yaitu pembatalan keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah
karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum dalam penerbitannya atau
melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Rumusan
pembatalan hak atas tanah dimaksud belum lengkap karena hanya menyangkut
pemberian hak atas tanahnya saja, meskipun dengan dibatalkan surat keputusan
pemberian hak atas tanah, tentunya juga kan mengakibatkan pendaftaran dan
sertipikatnya batal karena sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997, Surat Keputusan
Pemberian Hak sebagai alat bukti pendaftaran hak dan penerbitan sertipikat.
Persyaratan permohonan layanan Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud
Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
Pengaturan Pertanahan di buat dalam bentuk Dokumen Elektronik seperti identitas
para pihak, Surat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dan Akta
Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Selain persyaratan tersebut, pemohon
membuat Surat Pernyataan mengenai pertanggungjawaban keabsahan dan
kebenaran data Dokumen Elektronik yang diajukan. Surat Pernyataan tersebut di buat
dalam bentuk Dokumen Elektronik.
Aplikasi Pelayanan Pertanahan (Verifikator) merupakan aplikasi yang
digunakan oleh Pegawai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional yang ditunjuk sebagai Verifikator untuk melakukan kegiatan verifikasi akun
Jasa Keuangan.
Berdasarkan Permen ATR/BPN No.1 Tahun 2021, dalam rangka mewujudkan
modernisasi pelayanan pertanahan guna meningkatkan indikator kemudahan
berusaha dan pelayanan publik kepada masyarakat, perlu mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan pelayanan
pertanahan berbasis elektronik untuk mewujudkan pelayanan pertanahan berbasis
32
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Deskripsikan menurut pemahaman anda apa yang dimaksud dengan
pendaftaran tanah dan ruang!
2. Sebutkan ketentuan muatan dari isi blanko sertipikat hak atas tanah dan
ruang!
3. Deskripsikan secara ringkas menurut pemahaman anda terkait mekanisme
pemeliharaan pendaftaran hak atas tanah dan ruang!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemecahan, penggabungan, dan
pemisahan hak atas tanah!
5. Jelaskan secara ringkas menurut pemahaman anda konsep mekanisme
perubahan hak atas tanah!
6. Ketentuan/mekanisme apa yang dilakukan untuk penggantian
sertipikat/penerbitan sertipikat pengganti?
7. Jelaskan jenis-jenis pembatalan hak atas tanah!
8. Deskripsikan menurut pemahaman anda terkait konsep administrasi hak
tanggungan/hak tanggungan elektronik!
9. Jelaskan tahapan layanan elektronik untuk aktivitasi akun jasa keuangan!
10. Deskripsikan menurut pemahaman anda terkait kebijakan alih media sertipikat
hak atas tanah!
33
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB III
PENCATATAN DAN LAYANAN
INFORMASI PERTANAHAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep pencatatan dan
layanan informasi pertanahan dengan baik.
34
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
35
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
publisitas pendaftaran tanah. Informasi mutakhir yang harus tersaji antara lain
peralihan hak, pelepasan hak, hapusnya hak, hapusnya pendaftaran hak,
pembebanan hak, roya, blokir, sengketa, dalam perkara di Pengadilan, sita
jaminan, putusan pengadilan, dan pemisahan, pemecahan, penggabungan bidang
tanah.
Informasi pada Buku Tanah yang disimpan di Kantor Pertanahan harus sama
dengan informasi pada sertipikat yang dibawa oleh pemilik tanah. Pengecekan
sertipikat bermaksud untuk mengetahui apakah informasi pada sertipikat sama
dengan informasi pada Buku Tanah, sekaligus apakah sertipikat tersebut dibuat
atau diterbitkan oleh Kantor Pertanahan.
Kementerian ATR/BPN saat ini telah meluncurkan pelayanan elektronik yang
dapat digunakan untuk mendaftarkan permohonan layanan informasi pertanahan
secara langsung tanpa perlu ke kantor pertanahan lagi melalui aplikasi layanan
elektronik. Jenis layanan pertanahan yang disediakan saat ini adalah Pengecekan
Sertipikat, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, Informasi Nilai Tanah atau Nilai
Aset Properti dan Hak Tanggungan yang meliputi Cassie dan Roya.
1) Pengecekan Sertipikat
36
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
3) Input kecamatan;
4) Input desa/kelurahan;
5) Input tipe hak;
6) Input nomor sertipikat;
7) Klik simpan;
8) Klik unggah (file sertipikat).
9) Klik Mengunggah.
10) Proses unggah file sertipikat.
❖ UPLOAD DOKUMEN
37
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Pada menu upload dokumen user memilih beberapa file pdf untuk
kelengkapan berkas pengecekan sertipikat, kemudian akan muncul tampilan
seperti dibawah ini:
38
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
39
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
❖ STATUS PEMBAYARAN
Status pembayaran memuat informasi tentang Nomor NTPN, Tanggal
Pembayaran, Jumlah Pembayaran, Nama Wajib Bayar, Kode Billing, Tanggal
Kode Billing, Kadaluarsa Kode Billing, tampilan seperti dibawah ini:
40
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
41
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
42
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
❖ INPUT SERTIPIKAT
Pada input sertipikat user menginputkan beberapa isian form untuk kelengkapan berkas
Pengecekan Sertipikat, kemudian akan muncul tampilan seperti dibawah ini:
43
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
❖ UPLOAD DOKUMEN
Pada menu upload dokumen user memilih beberapa file pdf untuk kelengkapan
berkas ‘Surat Keterangan Pendaftaran Tanah’, kemudian akan muncul tampilan seperti
dibawah ini:
44
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
45
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
46
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
❖ STATUS PEMBAYARAN
Status pembayaran memuat informasi tentang Nomor NTPN, Tanggal
Pembayaran, Jumlah Pembayaran, Nama Wajib Bayar, Kode Billing, Tanggal
Kode Billing, Kadaluarsa Kode Billing, tampilan seperti dibawah ini:
47
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
E. PENGELOLAAN PENGADUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 8 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Pengaduan di
Lingkungan Kementerian ATR/BPN bahwa dalam rangka meningkatkan
transparansi dan kualitas pelayanan pertanahan perlu pengelolaan pengaduan
secara baik dan benar sebagai bentuk pengawasan pelaksanaan pelayanan
pertanahan dan mencegah terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan agar terwujud pemerintahan yang bersih, selain itu berdasarkan
kebijakan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat.
Pengelolaan Pengaduan adalah kegiatan penanganan pengaduan sesuai
dengan mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan. Pengelola Pengaduan
Pelayanan Pertanahan dan Tata Ruang yang selanjutnya disebut Pengelola adalah
48
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Pengaduan berupa pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah, terdiri dari:
a. pengukuran bidang tanah:
1. penunjukan batas; dan
2. persetujuan batas;
b. pemetaan bidang tanah:
1. letak/posisi;
2. belum dipetakan; dan
3. tumpang tindih;
c. hasil pelayanan:
49
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Laman web Kementerian ATR/BPN yang juga berasal dari situs web pengaduan
yang terintegrasi dengan instansi pemerintah yang membidangi pengawasan
pelayanan publik atau aparatur sipil negara.
50
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
51
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
52
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
53
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan
pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Akta
Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan salah satu sumber utama dalam rangka
pemeliharaan data pendaftaran tanah, maka pokok-pokok tugas Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) serta cara melaksanakannya.
Pemblokiran sertipikat dimungkinkan bila satu pihak berniat menggugat
perbuatan hukum atau persitiwa hukum terkait dengan sertipikat atas suatu bidang
tanah. Untuk melakukan pemblokiran sertipikat dengan mengajukan surat
permohonan pemblokiran sertipikat yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan
Nasional setempat. Isi surat permohonan tersebut adalah alasan pemblokiran, baik itu
terkait perkara pidana atau perdata.
Informasi pada Buku Tanah yang disimpan di Kantor Pertanahan harus sama
dengan informasi pada sertipikat yang dibawa oleh pemilik tanah. Pengecekan
sertipikat bermaksud untuk mengetahui apakah informasi pada sertipikat sama
dengan informasi pada Buku Tanah, sekaligus apakah sertipikat tersebut dibuat atau
diterbitkan oleh Kantor Pertanahan. Kementerian ATR/BPN saat ini telah meluncurkan
pelayanan elektronik yang dapat digunakan oleh PPAT dan Jasa Keuangan, untuk
mendaftarkan permohonan layanan informasi pertanahan secara langsung tanpa
perlu ke kantor pertanahan lagi. Jenis layanan pertanahan yang disediakan saat ini
adalah Pengecekan Sertipikat, Surat Keterangan Pendftaran Tanah, Informasi Nilai
Tanah atau Nilai Aset Properti dan Hak Tanggungan yang meliputi Cassie dan Roya.
Pembuatan berkas “Surat Keterangan Pendaftaran Tanah” user dapat
mengakses dari aplikasi https://apis.atrbpn.go.id/Layanandaring/, user login ke
aplikasi Layanan pertanahan elektronik.
Pengelolaan Pengaduan adalah kegiatan penanganan pengaduan sesuai
dengan mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan. Pengelola Pengaduan
Pelayanan Pertanahan dan Tata Ruang yang selanjutnya disebut Pengelola adalah
pejabat, pegawai, atau orang yang ditugaskan oleh penyelenggara untuk mengelola
pengaduan pada setiap penyelenggaraan pelayanan publik. Pengadu adalah seluruh
pihak baik warga negara maupun penduduk baik orang perseorangan, kelompok
54
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan hak atas tanah dan ruang?
Jelaskan menurut pemahaman anda!
2. Jelaskan istilah dalam pemblokiran dokumen hak atas tanah!
3. Jelaskan prosedur pengecekan sertipikat melalui layanan elektronik!
4. Bagaimana mekanisme penerbitan surat keterangan pendaftaran tanah?
5. Deskripsikan secara ringkas terkait konsep pengelolaan layanan pengaduan
layanan pertanahan!
6. Jelaskan secara ringkas mengapa pentingnya dilakukan pengembangan
sistem layanan pertanahan salah satunya dengan dikembangkannya aplikasi
sentuh tanahku untuk pelayanan pertanahan!
7. Jelaskan prosedur dalam melaksanakan pemantauan berkas tanggungan
elektronik melalui sistem layanan pertanahan!
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
55
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka saudara diminta untuk
mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih seksama hingga saudara dapat
menjawab pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.
56
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB IV
PENATAUSAHAAN TANAH
ULAYAT/HAK KOMUNAL
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep penatausahaan
tanah ulayat/hak komunal dengan baik.
57
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Hukum Adat adalah tanah persekutuan yang berada di wilayah masyarakat hukum
adat yang menurut kenyataannya masih ada.
Undang-undang Dasar 1945 telah menegaskan keberadaan masyarakat hukum
adat. Dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 sebagai hasil amandemen kedua
menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan Hak Ulayat.
Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat
hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan
wilayahnya. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 atau sering dikenal dengan
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mengakui adanya Hak Ulayat. Pengakuan itu
disertai dengan 2 (dua) syarat yaitu mengenai eksistensinya dan mengenai
pelaksanaannya. Berdasarkan pasal 3 UUPA, hak ulayat diakui “sepanjang menurut
kenyataannya masih ada”.
Pendaftaran tanah Hak Milik dapat dilakukan pada tanah bekas milik adat dengan
proses konversi, penegasan dan pengakuan hak serta pada tanah negara dengan
proses pemberian hak. Secara sederhana tanah bekas milik adat adalah yang
memiliki riwayat jelas dan pengakuan dari pihak lain bahwa tanah yang dimohon asal
usulnya berasal dari masyarakat setempat. Sedangkan proses pemberian hak atas
tanah adalah terhadap tanah – tanah yang merupakan tanah negara bebas dan
dikuasai oleh masyarakat. Pendaftaran tanah untuk hak-hak selain Hak Milik adalah
dengan proses pemberian hak.
58
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
menentukan pranata adat dan norma hukum adat sepanjang masih hidup sesuai
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk menjamin kepastian hukum, Pemerintah perlu menyelenggarakan kegiatan
mendaftarkan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di seluruh wilayah
Republik Indonesia sesuai Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019 pasal 5 ayat 1.
Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tersebut bahwa Permohonan pendaftaran Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan
setempat. Pendaftaran Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, meliputi:
a. pengukuran;
b. pemetaan; dan
c. pencatatan dalam daftar tanah
RANGKUMAN
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang memiliki
identitas budaya yang sama, hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu
berdasarkan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, memiliki
harta kekayaan dan/atau benda adat milik bersama serta sistem nilai yang
menentukan pranata adat dan norma hukum adat sepanjang masih hidup sesuai
perkembangan.
Hak Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah hak Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat yang bersifat komunal untuk menguasai, mengelola dan/atau
memanfaatkan, serta melestarikan wilayah adatnya sesuai dengan tata nilai dan
59
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
hukum adat yang berlaku. Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah
tanah persekutuan yang berada di wilayah masyarakat hukum adat yang menurut
kenyataannya masih ada.
Undang-undang Dasar 1945 telah menegaskan keberadaan masyarakat hukum
adat. Dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 sebagai hasil amandemen kedua
menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Hak penguasaan atas tanah
masyarakat hukum adat dikenal dengan Hak Ulayat. Hak ulayat merupakan
serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang
berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan
Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah Sekelompok orang yang memiliki identitas
budaya yang sama, hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu
berdasarkan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, memiliki
harta kekayaan dan/atau benda adat milik bersama serta sistem nilai yang
menentukan pranata adat dan norma hukum adat sepanjang masih hidup sesuai
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang dimaksud
adalah Permohonan penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Penatausahaan Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, meliputi:
a. pengukuran;
b. pemetaan; dan
c. pencatatan dalam daftar tanah
EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman anda terkait konsepsi tanah ulayat masyarakat
hukum adat!
60
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
61
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB V
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep hubungan kelembangaan
terkait layanan pertanahan dengan baik.
62
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Nota Kesepahaman secara umum memiliki bagan atau anatomi yang terdiri
atas sebagai berikut:
1. Judul Nota Kesepahaman
Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang ditentukan akan dapat
diketahui para pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut, antara siapa dengan
siapa, serta sifat Nota Kesepahaman itu, apakah nasional atau internasional.
Rumusan kalimat yang dipergunakan untuk menuliskan judul tidak sama
antara Nota Kesepahaman yang satu dengan Nota Kesepahaman yang
lainnya. Judul hendaknya menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan
mencerminkan apa yang menjadi kehendak para pihak.
Secara struktur, judul memuat instansi para pihak, nomor, tahun, dan
nama Nota Kesepahaman serta judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
Nota Kesepahaan dapat menggunakan logo instansi yang diletakkan di
kiri dan kanan atas halaman judul. logo Pihak Pertama terletak di sebelah kiri
dan logo Pihak Kedua di sebelah kanan.
2. Pembukaan Nota Kesepahaman
Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota
Kesepahaman. Pembukaan terdiri dari:
a. Pencantuman hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat penandatanganan
saat terjadinya Nota Kesepahaman dibuat.
b. Jabatan para pihak.
• Menggambarkan kedudukan dan kewenangan bertindak atas
nama instansi.
• Para pihak disebut PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang
merupakan wakil dari masing-masing instansi. Para pihak dapat
orang perorangan, dapat pula badan hukum baik badan hukum
privat maupun badan hukum publik. Mereka yang menjadi pihak
tersebut, mereka pula yang membuat dan menandatangani Nota
Kesepahaman.
c. Konsiderans atau pertimbangan
63
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
c. Realisasi Kegiatan
64
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Kesepahaman.
d. Jangka Waktu
f. Aturan Peralihan
Bagian ini merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman dan dirumuskan
dengan kalimat yang sederhana.
Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para pihak
membubuhkan tanda tangan dan nama terang.
Pada bagian tanda tangan terdiri dari:
a. Keabsahan Nota Kesepahaman atau Nota Kesepakatan
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang ditulis dengan huruf kapital Posisi PIHAK
PERTAMA di bagian kiri bawah sedangkan posisi PIHAK KEDUA di bagian kanan
bawah dari naskah.
65
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Memorandum of Understanding (MoU) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dalam berbagai istilah, antara lain "nota kesepakatan", "nota kesepahaman",
"perjanjian kerja sama", "perjanjian pendahuluan". Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) tidak dikenal apa yang dinamakan Nota
Kesepahaman. Akan tetapi apabila kita mengamati praktek pembuatan kontrak
terlebih kontrak-kontrak bisnis, banyak yang dibuat dengan disertai Nota
Kesepahaman yang keberadaannya didasarkan pada ketentuan Pasal 1338 KUH
Perdata.
Tujuan pembuatan Nota Kesepahaman adalah untuk mengadakan hubungan
hukum, sebagai suatu surat yang dibuat oleh salah satu pihak yang isinya memuat
kehendak, surat tersebut ditujukan kepada pihak lain, dan berdasarkan surat tersebut
pihak yang lain diharapkan untuk membuat letter of intent yang sejenis untuk
menunjukkan niat melakukan kerja sama.
Para pihak yang bermaksud mengadakan Nota Kesepahaman memiliki
kewenangan untuk bersama-sama menentukan apa yang akan menjadi isi Nota
Kesepahaman. Isi Nota Kesepahaman menggambarkan apa yang dikehendaki oleh
mereka atau kedua belah pihak. Dalam praktek, perumusan isi Nota Kesepahaman
ada yang singkat, ada pula yang lengkap, tergantung pada para pihak, mana yang
mereka kehendaki.
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan nota kesepahaman dalam kegiatan perjanjian
kerja sama? deskripsikan menurut pemahaman saudara!
2. Sebutkan bagian anatomi dalam nota kesepahaman perjanjian kerja sama!
3. Jelaskan secara ringkas bahan/substansi secara umum termuat dalam nota
kesepahaman perjanjian kerja sama!
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
66
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
belum dapat menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka saudara diminta
untuk mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih seksama hingga saudara
dapat menjawab pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.
67
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB VI
PEMBERIAN LISENSI PPAT
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep pemberian lisensi PPAT
dengan baik
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disingkat PPAT adalah pejabat
umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai Hak atas Tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun.
68
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Apabila terjadi hal atau ditemukan dokumen persyaratan telah disampaikan tidak
benar atau palsu, Direktur Jenderal berwenang untuk membatalkan Surat Keterangan
Lulus Ujian. Direktur Jenderal akan menghapus data kelulusan dalam pangkalan data
dan memblokir data peserta yang telah dibatalkan kelulusannya.
69
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
tercantum dalam Surat Keterangan Lulus Ujian PPAT. Tempat Kedudukan adalah
letak kantor PPAT pada daerah kabupaten/kota. Tempat kedudukan hanya dapat
diubah untuk menyesuaikan dengan tempat kedudukan sebagai Notaris, dalam hal
calon PPAT telah menjabat sebagai Notaris.
Pengangkatan sebagai PPAT dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Menteri atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
Keputusan Pengangkatan, yang memuat tempat kedudukan dan daerah kerja
PPAT.
70
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Direktur yang mempunyai tugas di bidang pembinaan PPAT atau pejabat yang
ditunjuk melakukan pemanggilan kepada pemohon untuk dilakukan wawancara
sebagai pertimbangan pemberian perpanjangan masa jabatan. Hasil wawancara
memuat diterima atau ditolaknya permohonan perpanjangan masa jabatan, dan
dituangkan dalam surat keterangan hasil wawancara. Dalam hal permohonan
perpanjangan masa jabatan diterima, Pemohon Perpanjangan Masa Jabatan
PPAT dikenakan biaya layanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Cuti
Selama PPAT diberhentikan untuk sementara menjalani cuti, tugas dan
kewenangan PPAT dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti atas permohonan
PPAT yang bersangkutan. PPAT pengganti diusulkan oleh PPAT yang
bersangkutan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang menetapkan
pemberhentian sementara atau persetujuan cuti di dalam keputusan mengenai
pemberhentian sementara atau keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan
serta diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat.
e. Pemberhentian PPAT/Mitra
PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT dapat disebabkan karena:
a) meninggal dunia;
b) telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; atau
71
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Ketentuan usia dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun sampai dengan
usia 67 (enam puluh tujuh) tahun dengan mempertimbangkan kesehatan yang
bersangkutan. PPAT Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas
PPAT apabila tidak lagi memegang jabatan atau diberhentikan oleh Menteri.
72
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
C. PEMBINAAN PPAT
Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Menteri
terhadap PPAT secara efektif dan efisien untuk mencapai kualitas PPAT yang lebih
baik. Pembinaan terhadap PPAT dilakukan oleh Menteri, selain itu Pembinaan di
daerah dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN dan Kepala Kantor Pertanahan.
73
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
4) memastikan PPAT menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan Kode Etik.
Pembinaan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN dan Kepala Kantor Pertanahan,
dapat berupa:
1) penyampaian dan penjelasan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Menteri
terkait pelaksanaan tugas PPAT sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) sosialisasi, diseminasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan
pertanahan;
3) pemeriksaan ke kantor PPAT dalam rangka pengawasan secara periodik;
dan/atau
4) pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi PPAT sesuai Kode Etik.
D. MAGANG PPAT
Magang adalah rangkaian sistem dalam proses pengangkatan PPAT berupa
kegiatan untuk memperdalam tugas pokok dan fungsi di bidang hubungan hukum
keagrariaan yang dilakukan secara praktek di Kantor Pertanahan dan Kantor PPAT
untuk membentuk PPAT yang profesional dan berintegritas.
Magang secara nyatanya telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT dan
Kantor Pertanahan merupakan syarat untuk diangkat menjadi PPAT. Magang yang
sebagaimana dimaksud hanya dapat diikuti oleh orang yang telah lulus pendidikan
kenotariatan. Ketentuan Magang dikecualikan bagi:
a) peserta yang lulus Ujian dan telah menjabat sebagai Notaris;
b) lulusan Program Pendidikan Khusus yang diselenggarakan oleh Kementerian;
atau
74
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Dalam hal Magang yang dilaksanakan pada Kantor Pertanahan wajib memahami
dan membantu:
1) proses kegiatan dan pelayanan pertanahan;
2) proses penerimaan dan pemeriksaan akta yang didaftar; dan
3) proses pemeriksaan data yuridis permohonan Hak atas Tanah.
Dalam hal Magang yang dilaksanakan pada Kantor PPAT, wajib membantu dalam
pelaksanaan kegiatan:
1) pembuatan akta perbuatan hukum Hak atas Tanah atau Hak Milik atas Satuan
Rumah Susun paling sedikit 7 (tujuh) akta; dan
2) proses penatausahaan dan pengelolaan Protokol PPAT.
75
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disingkat PPAT adalah pejabat
umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai Hak atas Tanah atau Hak Milik atas Satuan
Rumah Susun.
Magang adalah rangkaian sistem dalam proses pengangkatan PPAT berupa
kegiatan untuk memperdalam tugas pokok dan fungsi di bidang hubungan hukum
keagrariaan yang dilakukan secara praktek di Kantor Pertanahan dan Kantor PPAT
untuk membentuk PPAT yang profesional dan berintegritas. Magang atau nyata-nyata
telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT dan Kantor Pertanahan
merupakan syarat untuk diangkat menjadi PPAT.
Ujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Permen ATR/BPN No. 20 Tahun
2018 bahwa ujian PPAT dapat diselenggarakan dengan cara manual (paper based
test) atau berbasis komputer (computer based test). Selain itu materi Ujian meliputi:
a) organisasi kelembagaan kementerian; b) hukum pertanahan nasional; c) hak tanah
dan pendaftaran tanah; d) peraturan jabatan PPAT; e) pembuatan akta PPAT; dan f)
kode etik profesi PPAT.
76
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
77
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
78
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB VII
PENATAGUNAAN TANAH
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep prosedur penatagunaan
tanah dengan baik.
79
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Tata Ruang Wilayah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pedoman, standar dan kriteria teknis dijabarkan
lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi wilayah masing-
masing.
Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah
sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah
kerusakan tanah. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung atau
kawasan budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung tidak boleh mengganggu
fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem alami. Penggunaan tanah
di kawasan budidaya tidak boleh diterlantarkan, harus dipelihara dan dicegah
kerusakannya.
Pemanfaatan tanah di Kawasan Budidaya tidak saling bertentangan, tidak saling
mengganggu, dan memberikan peningkatan nilai tambah terhadap penggunaan
tanahnya. Ketentuan penggunaan dan pemanfaatan tanah ditetapkan melalui
pedoman teknis penatagunaan tanah, yang menjadi syarat menggunakan dan
memanfaatkan tanah.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil dan bidang-bidang
tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan danau, sempadan waduk, dan
atau sempadan sungai, harus memperhatikan:
a) kepentingan umum;
b) keterbatasan daya dukung, pembangunan yang berkelanjutan, keterkaitan
ekosistem, keanekaragaman hayati serta kelestarian fungsi lingkungan.
80
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
81
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Pengumpulan data penatagunaan tanah dilakukan dalam dua cara, yaitu yang
pertama dengan pengumpulan secara langsung di lapangan, dengan melakukan
pemetaan penggunaan tanah dan kemampuan tanah, dan cara kedua adalah
mengumpulkan data yang bersumber dari instansi-instansi yang berwenang terhadap
data tersebut. Misalnya: Biro Pusat Statistik, Bakosurtanal, Badan meteorologi dan
Geofisika, Direktorat Geologi dan Pertambangan, Pusat Penelitian Tanah dan lain
sebagainya. Data penatagunaan tanah yang dikumpulkan dari berbagai sumberdata,
dapat berupa data primer dan data sekunder. Sumber data bergantung pada:
1) Sifat data yang akan dikumpulkan (primer atau sekunder);
2) Skala bahasan (makro, mikro atau meso);
3) Skala peta sebagai alat penyeji penggunaan tanah.
Dengan demikian mengenai cara pengumpulan datanya dapat dibedakan menjadi
tiga macam cara, yaitu:
1) Pengumpulan data cara langsung dengan melakukan observasi lapangan;
2) Pengumpulan data dengan melakukan wawancara;
3) Pengumpulan data secara tidak langsung dengan melalui bahan pustaka atau
referensi.
Data/informasi yang dikumpulkan dan diolah dalam kegiatan Penatagunaan
Tanah, meliputi:
1. Data Primer
1) Data Spasial Penggunaan Tanah
a. Pelaksanaan Pendataan Penggunaan Tanah
Pendataan dilakukan untuk memperoleh informasi spasial penggunaan
tanah. Teknik yang digunakan adalah melalui survei lapang dengan
82
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
2. Data Pendukung
a. Peta RDTR/RTRW dalam bentuk hardcopy dan digital (.shp);
b. Data statistik Kecamatan dalam Angka;
c. Monografi/potensi desa/kelurahan.
83
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
84
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
85
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
petunjuk jenis garis pangkal dan provinsi. Dari 111 Pulau-pulau kecil terluar tersebut
oleh Direktorat Jenderal Penataan Agraria, telah dilaksanakan inventarisasi WP3WT
di 93 pulau kecil terluar.
Data Inventarisasi WP3WT, khususnya pulau-pulau kecil terluar dijadikan sebagai
dasar kegiatan pengendalian WP3WT yang perlu ditindaklanjuti dan dikoordinasikan
dengan unit teknis terkait. Terhadap pulau-pulau kecil terluar yang belum
disertipikatkan, Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang
memfasilitasi pensertipikatan tersebut. Proses pensertipikatan akan melibatkan
Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, Direktorat Jenderal
Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, Direktorat Jenderal Penataan Agraria,
Kantor Wilayah, Kantor Pertanahan serta instansi terkait.
Disamping pengendalian terhadap pulau-pulau kecil terluar, Direktorat Jenderal
Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang juga melakukan pengendalian
berupa pemantauan dan evaluasi terhadap wilayah pesisir yang sudah dilakukan
inventarisasi oleh Direktorat Jenderal Penataan Agraria, wilayah pesisir yang memiliki
potensi terkena dampak dari bencana lingkungan laut (seperti abrasi, rob dan intrusi
air laut), pulau-pulau kecil baik yang sudah maupun yang belum disertipikatkan serta
pulau-pulau kecil yang bernilai strategis dari aspek politik, hukum, pertahanan,
keamanan, ekonomi dan sosial budaya.
Kegiatan dalam rangka inventarisasi data objek wilayah pesisir, pulau-pulau kecil
dan pulau-pulau kecil terluar meliputi:
a. Pengumpulan data:
▪ Data spasial dan tekstual Inventarisasi WP3WT yang diperoleh dari bidang
penataan agraria baik di tingkat pusat maupun daerah;
▪ Data spasial pulau-pulau kecil berpenghuni/tidak berpenghuni terbaru serta
data spasial dan tekstual Daya Dukung Lahan meliputi potensi
kebencanaan, intrusi air laut, tanah timbul dan garis pantai yang diperoleh
dari Badan Informasi Geospasial (BIG);
▪ Data citra satelit yang diperoleh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN);
▪ Data Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau Rencana Detail Tata Ruang
diperoleh dari Kantor Pertanahan;
86
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
87
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
a. Penyusunan jadwal;
Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan dalam 1 (satu) tahun anggaran
berjalan, sebagai salah satu alat kendali bagi pelaksana kegiatan agar realisasi
pelaksanaan kegiatan dalam satu tahun anggaran dapat tercapai sesuai dengan
target fisik, anggaran dan waktu yang telah ditetapkan. Perubahan jadwal dapat
dilakukan pada saat berjalannya pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan
kondisi dan pertimbangan lainnya, antara lain terkait sumber daya manusia (SDM),
perubahan target fisik dan anggaran.
b. Penyiapan alat dan bahan;
1. Penyiapan alat meliputi GPS handheld, kamera digital, drone dan alat tulis
kantor (ATK);
2. Penyiapan bahan meliputi:
• Data spasial dan tekstual HAT dan/atau DPAT pada objek yang telah
ditentukan;
• Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait. Kegiatan yang dilakukan
dalam rangka koordinasi meliputi:
o Kantor Wilayah/Kantor Pertanahan dalam rangka mendapatkan
informasi awal tentang lokasi kegiatan, mengkonfirmasi
ketersediaan personil dan data yang dibutuhkan, serta
memastikan waktu, akomodasi dan transportasi pada saat
pelaksanaan pemantauan;
o Pemerintah Daerah;
o Perangkat Desa/Kelurahan dan tokoh masyarakat untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan lapangan.
• Formulir Pemantauan Lapangan;
• Penyusunan Peta Kerja Lapangan;
• Dokumen pendukung lainnya.
c. Surat pemberitahuan kepada pemegang hak
Pemberitahuan kepada pemegang hak tentang pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi secara resmi (khusus yang telah terdaftar/sudah sertipikat).
d. Surat tugas
88
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
89
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
data primer maupun data sekunder. Dalam sub-tahapan ini dibagi 2 (dua) jenis
pengumpulan data, yaitu:
a. Pengumpulan data spasial
Pengumpulan data spasial ini merupakan data yang diperoleh berdasarkan
hasil survei langsung di lapangan. Kondisi aktual pemanfaatan ruang
direpresentasikan dalam peta dan gambar dalam format digital dalam bentuk
vektor. Beberapa data spasial yang dikumpulkan sebagai berikut:
1) Data Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
Ketentuan data P4T yang dikumpulkan:
o Pengumpulan Data P4T menggunakan Daftar Isian dan Peta Kerja
o Obyek pendataan adalah semua kondisi aktual pemanfaatan ruang
sesuai lokasi baik yang dikuasai perseorangan, bersama atau badan
hukum (swasta/pemerintah), baik sudah bersertipikat maupun yang
belum bersertipikat, baik pertanian atau non pertanian termasuk fasilitas
umum dan sosial.
o Hasil pengumpulan data P4T di lapangan selanjutnya ditabulasi
dengan menggunakan format *.xls (Excel).
2) Pembuatan sket bidang tanah dilakukan pada Peta Kerja dengan cara
mendeliniasi garis batas bidang-bidang tanah dan kondisi aktual pemanfaatan
ruang.
3) Toponimi
Pembuatan toponimi dilakukan pada Peta Kerja dengan cara mendeliniasi
langsung garis batas tempat-tempat penting pada lokasi kegiatan.
b. Pengumpulan data tekstual
Pengumpulan data tekstual bertujuan memperoleh gambaran umum dan
potensi lokasi dan menjadi pertimbangan dalam pembuatan rekomendasi
Penataan Akses. Pengumpulan data tekstual berupa pengumpulan data kuantitatif
dalam bentuk numerik dan deskriptif baik yang diperoleh dari pengumpulan data
primer maupun data sekunder dari data yang dihasilkan kementerian/instansi
terkait.
Data primer yang dimaksud apabila pemanfaatan lokasi untuk usaha yaitu jenis
usaha dan subjek pelaku usaha, status pendaftaran usaha pada OSS. Data
90
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
sekunder dapat diperoleh dari Kantor Desa lokasi kegiatan, monografi desa dan
atau data profil desa dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
91
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Untuk layanan PTP dalam rangka persetujuan atau penolakan izin lokasi dilakukan
melalui system KKP yang terkoneksi dengan sistem OSS yang terintegrasi sistem
komputerisasi pertanahan.
Pendaftaran PTP untuk izin lokasi dilaksanakan melalui system OSS, kemudian
system OSS akan mengirimkan notifikasi nomor induk berusaha yang membutuhkan
izin lokasi ke system KKP ATR/BPN. Pelaku usaha pemegang izin lokasi dengan
komitmen secara otomatis akan terinput kedalam daftar permohonan PTP dalam
rangka persetujuan atau penolakan izin lokasi pemohon dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari sejak terbitnya izin lokasi dengan komitmen harus mengajukan berkas
permohonan PTP melalui loket pelayanan. Setelah berkas dinyatakan lengkap dan
pemohon sudah membayar biaya layanan, maka pertimbangan teknis pertanahan
dapat dilaksanakan.
Pertimbangan teknis pertanahan adalah instrumen penatagunaan tanah berskala
mikro yang bertujuan untuk tercapainya penggunaan tanah yang berdaya guna,
berhasil guna, dan berkelanjutan dalam rangka sistem penataan agraria yang
berkelanjutan sehingga tanah untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dapat
terwujud dengan berpegang pada prinsip penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan yang serasi, selaras, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Data Pertimbangan Teknis Pertanahan
Terkait data Data Pertimbangan Teknis Pertanahan didapatkan berdasarkan hasil
peninjauan lokasi berupa data fisik dan digital. Informasi tentang data fisik
pertimbangan teknis pertanahan berupa Peta Pertimbangan Teknis Pertanahan yang
terbuka untuk umum dan dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan secara
visual ataupun secara tertulis. Data pertimbangan teknis pertanahan hasil peninjauan
lapang secara digital, berupa:
92
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
a. batas administrasi;
b. penggunaan tanah;
c. status penguasaan tanah;
d. kemampuan tanah, seperti lereng dan/atau unsur-unsur kemampuan tanah;
e. Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. kawasan hutan, dalam hal lokasi yang dimohon berkaitan dengan kawasan
hutan.
Pengolahan data pertimbangan teknis pertanahan dilakukan terhadap:
a. subjek;
b. objek tanah;
c. lingkungan;
d. rencana tata ruang; dan
e. ketersediaan tanah.
93
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
e. kemampuan tanah;
f. penggunaan tanah;
g. fasilitas/infrastruktur;
h. batas kawasan hutan;
i. pasang surut air laut;
j. kedalaman perairan pesisir;
k. alur laut kepulauan indonesia; dan/atau
l. pola arus laut dan gelombang laut.
RANGKUMAN
Data penatagunaan tanah digunakan sebagai bahan perumusan kebijaksanaan
teknis di bidang koordinasi penyiapan rencana penatagunaan tanah dan penyiapan
rencana tata ruang. Dengan demikian data yang perlu dikumpulkan, adalah meliputi
data fisik wilayah maupun data sosial ekonomi wilayah serta hasil budaya masyarakat
yang berdiam di suatu wilayah. Dalam rangka pengumpulan data penatagunaan tanah
diperlukan suatu cara untuk memperoleh data tersebut. Data diambil melalui survei
dengan menggunakan tata cara kerja dari tata guna tanah. Data yang dikumpulkan
antara lain data penggunaan tanah daerah pedesaan, data penggunaan tanah daerah
perkotaan, data kemampuan tanah serta data sosial ekonomi.
Pengumpulan data penatagunaan tanah dilakukan dalam dua cara, yaitu yang
pertama dengan pengumpulan secara langsung di lapangan, dengan melakukan
pemetaan penggunaan tanah dan kemampuan tanah, dan cara kedua adalah
mengumpulkan data yang bersumber dari instansi-instansi yang berwenang terhadap
data tersebut. Misalnya: Biro Pusat Statistik, Bakosurtanal, Badan meteorologi dan
Geofisika, Direktorat Geologi dan Pertambangan, Pusat Penelitian Tanah dan lain
sebagainya.
Data Inventarisasi WP3WT, khususnya pulau-pulau kecil terluar, sebagai dasar
kegiatan pengendalian WP3WT yang perlu ditindaklanjuti dan dikoordinasikan dengan
unit teknis terkait. Terhadap pulau-pulau kecil terluar yang belum disertipikatkan,
Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang memfasilitasi
pensertipikatan tersebut. Proses pensertipikatan akan melibatkan Direktorat Jenderal
Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, Direktorat Jenderal Penetapan Hak
94
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
95
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman anda mekanisme pengumpulan data
penatagunaan tanah!
2. Sebutkan bahan/peralatan yang diperlukan sebagai persiapan untuk
pelaksanaan peninjauan lokasi penatagunaan tanah!
3. Deskripsikan secara ringkas mekanisme pengumpulan data sekunder wilayah
pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu!
4. Meliputi kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat persiapan peninjauan
wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu? Jelaskan
secara ringkas menurut pemahaman anda!
5. Ketentuan/prosedur apa yang dilakukan dalam pengumpulan data potensi
WP3WT?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan data pertimbangan teknis pertanahan?
7. Mekanisme kegiatan apa saja yang dilakukan dalam peninjauan lokasi
pertimbangan pertanahan? Jelaskan menurut pemahaman anda!
96
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB VIII
LANDREFORM
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep mekanisme landreform
dengan baik.
97
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
98
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
99
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
100
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
101
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
102
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
103
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
104
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
105
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
106
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
107
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Petugas
Pelaksana
Kegiatan
Redistribusi
Tanah
e. Surat Keputusan
Pembentukan
Panitia
Pertimbangan
Landreform
f. Realisasi fisik dan
anggaran
g. Kendala dan
permasalahan
yang ditemui
2. Penyuluhan a. Berita Acara Kanwil terhadap
penyuluhan dan pelaksana kegiatan
daftar hadir
b. Realisasi fisik dan
anggaran
c. Kendala dan
permasalahan
yang ditemui
3. Inventarisasi a. Hasil inventarisasi Kanwil terhadap
dan dan identifikasi pelaksana kegiatan
Identifikasi objek dan subjek
Objek dan b. Kesesuaian Objek
Subjek Redistribusi/Objek
Landreform
c. Kesesuaian Calon
Subjek Penerima
Tanah hasil
inventarisasi dan
identifikasi
d. Realisasi fisik dan
anggaran
e. Kendala dan
permasalahan
yang ditemui
4. Pengukuran a. Layout dan Pelaksana Kegiatan
dan informasi dalam
Pemetaan peta keliling, peta
petunjuk lokasi,
peta penggunaan
tanah dan peta
rencana tata
ruang
108
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
109
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Hasil monitoring dan supervisi yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dituangkan dalam Berita Acara Hasil Monitoring dan Supervisi.
Format rincian detail terhadap hal-hal yang berkaitan dengan materi monitoring
dan supervisi yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
Berita acara hasil monitoring dan supervisi yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dilampirkan hasil monitoring dan supervisi.
110
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
111
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Redistribusi Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam rangka pemberian tanah yang bersumber dari Objek Redistribusi Tanah
kepada Subjek Redistribusi Tanah dengan pemberian tanda bukti hak (sertipikat).
112
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Objek Redistribusi Tanah adalah tanah-tanah yang diatur dalam Pasal 7 Peraturan
Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang reforma agraria.
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah
(P4T) adalah kegiatan pendataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang diolah dengan sistem informasi geografis sehingga
menghasilkan peta dan informasi mengenai penguasaan tanah oleh orang
perorangan, pemerintah, badan sosial/keagamaan, masyarakat hukum adat yang
memiliki bukti hak atas tanah atau bukti penguasaan atas tanah.
Data yang dihasilkan dari kegiatan IP4T berupa data fisik dan data yuridis. Data
fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah serta satuan
rumah susun termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian
bangunan di atasnya. Sedangkan data yuridis adalah keterangan mengenai status
hukum bidang tanah dan satuan rumah susun, pemegang haknya dan pihak lain serta
beban-beban lain yang membebaninya menurut PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Redistribusi Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam rangka pembagian dan/atau pemberian tanah yang bersumber dari Objek
Redistribusi Tanah kepada Subjek Redistribusi Tanah dengan pemberian tanda bukti
hak (sertipikat). Tujuan Redistribusi Tanah adalah mengadakan pembagian tanah
dengan memberikan dasar pemilikan tanah sekaligus memberi kepastian hukum hak
atas tanah kepada subjek yang memenuhi persyaratan sehingga dapat memperbaiki
serta meningkatkan keadaan sosial ekonomi subjek redistribusi tanah.
Penyuluhan adalah kegiatan memberikan informasi tentang kegiatan
redistribusi tanah secara umum terhadap calon subjek redistribusi tanah. Penyuluhan
dilaksanakan oleh Tim Penyuluhan dan dapat melibatkan Panitia Pertimbangan
Landreform.
Sidang Panitia Pertimbangan Landrefrom dilaksanakan dalam rangka
membahas objek dan subjek yang akan ditetapkan menjadi objek dan subjek
redistribusi tanah berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi objek dan subjek
serta pengukuran dan pemetaan. Dalam rangka memastikan bahwa objek dan subjek
yang diusulkan memenuhi persyaratan redistribusi tanah, Panitia Pertimbangan
Landreform melaksanakan penelitian lapang. Hasil Sidang Panitia Pertimbangan
113
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Landrefrom dituangkan dalam berita acara yang memuat hasil pelaksanaan serta
kesimpulan Sidang Panitia Pertimbangan Landreform.
Pada prinsipnya fungsi utama Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
sebagai penanggungjawab redistribusi tanah meliputi melaksanakan koordinasi,
pembinaan, pengawasan serta quality control (monitoring dan supervisi), sedangkan
Kantor Pertanahan adalah pelaksana kegiatan redistribusi tanah di lapangan.
Monitoring dan supervisi dilakukan terhadap setiap tahapan kegiatan agar semua
proses sesuai dengan norma, standar dan prosedur yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Penetapan objek Redistribusi Tanah terhadap lokasi yang berasal dari Tanah
Objek Landreform Lama tidak diperlukan lagi sepanjang tidak ada perubahan objek.
Jika terjadi perubahan objek maka ditetapkan ulang dengan mengacu Format Surat
Keputusan Penetapan Tanah Yang Dikuasai Langsung Oleh Negara Menjadi Tanah
Objek Redistribusi Yang Berasal Dari Tanah Objek Landreform Lama.
EVALUASI
1. Jelaskan kriteria yang termasuk ke dalam data tanah objek landreform!
2. Deskripsikan menurut pemahaman anda terkait pelaksanaan inventarisasi
penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah!
3. Jelaskan menurut pemahaman anda apa saja yang termasuk data
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah?
4. Apa yang dimaksud dengan redistribusi tanah?
5. Jelaskan ketentuan yang menjadi pertimbangan keputusan dalam
perencanaan redistribusi tanah?
6. Ketentuan/prosedur apa yang dilakukan dalam penyuluhan redistribusi tanah?
7. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang menjadi perhatian dalam sidang
pertimbangan landreform?
8. Jelaskan tahapan penyusunan hasil sidang pertimbangan landreform!
9. Deskripsikan secara ringkas meliputi apa saja instrumen pemantauan dan
evaluasi landreform/redistribusi tanah!
10. Jelaskan ketentuan/mekanisme penetapan keputusan redistribusi tanah!
114
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
115
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB IX
PEMBERDAYAAN TANAH
MASYARAKAT
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep pemberdayaan
tanah masyarakat dengan baik.
116
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BPN Provinsi dan tembusan kepada Direktorat Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat dalam 1 (satu) tahun anggaran. Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan ini
adalah SK penetapan lokasi yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota.
117
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
118
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
119
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
120
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
121
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Suatu upaya untuk membuka akses hilir dari suatu produk yang dihasilkan
oleh masyarakat dengan menerapkan model yang transparan tanpa dipengaruhi
oleh pelaku pasar lainnya seperti middleman (perantara). Kehadiran offtaker
merupakan hal yang penting untuk dilibatkan menjadi bagian dari suatu proses
agar menjaga nilai dari harga suatu produk, kualitas produk dan transparansi dari
sebuah model bisnis yang dikembangkan pada Kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria. Kegiatan ini mendapat pendampingan dari awal hingga akhir
produksi (bahan mentah menjadi produk jadi siap pakai).
122
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
123
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
124
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
125
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
126
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Input Data
Kegiatan Input Data merupakan kegiatan untuk melengkapi data ke dalam Aplikasi
Pemberdayaan Tanah Masyarakat untuk menghasilkan keluaran (output) berupa
laporan dalam bentuk tabulasi by name by address. Pada hasil pemberdayaan
dilakukan pengisian data nomor sertipikat HT, Perkiraan Pendapatan per Bulan
setelah pendampingan, Interkoneksi/Kemitraan dengan dunia usaha dan jenis
pendampingan/akses. Adapun data by name by address yang harus dimasukan ke
dalam aplikasi tersebut yaitu:
1. Data Pelaku Usaha
Pada form pelaku usaha terdapat 2 (dua) kolom yang harus dilengkapi, yaitu
kolom Data Utama (NIK, Nama, Tanggal Lahir, Tempat Lahir, Agama, No Telp,
Status Perkawinan, Email dan Jumlah Tanggungan) dan Data Alamat (Alamat,
RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Alamat Domisili).
2. Data SHAT
Pada form SHAT terdapat sub data yang harus dilengkapi yaitu Nomor SHAT,
Desa, Tahun, Keterangan SHAT, dan Penggunaan Tanah. Khusus untuk kolom
Nomor SHAT harus diisi dengan 14 digit Nomor SHAT yang terdapat pada muka
depan sertipikat fisik, karena jika tidak lengkap 14 digit maka akan terjadi error
pada saat penyimpanan data SHAT (tidak dapat diintegrasikan dengan KKP)
3. Data Akses Permodalan
Pada form Akses Permodalan terdapat beberapa data yang harus
dilengkapi yaitu Pemilihan Kreditor, Jumlah Pinjaman, Jenis Pinjaman, dan Nomor
Perjanjian Kredit.
4. Data Koperasi
Data Koperasi diisi dengan nama koperasi yang diikuti peserta penanganan
akses reforma agraria.
5. Data Bidang Tanah
Pada form Bidang Tanah terdapat beberapa data yang harus dilengkapi, yaitu
pemilihan SHAT, Luas Gambar, Titik Koordinat Lintang, Titik Koordinat Bujur,
Provinsi, Kecamatan dan Kabupaten/Kota.
127
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
128
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
129
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Penetapan lokasi dilakukan untuk menentukan desa/kelurahan, tempat
dilaksanakannya kegiatan pemberdayaan hak atas tanah masyarakat. Pemilihan
lokasi desa/kelurahan ditentukan oleh Pokja sesuai dengan kriteria tertentu.
Bimbingan teknis adalah suatu kegiatan pelatihan bagi para pelaksana kegiatan
penanganan akses reforma agraria yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kompetensi di bidang Pemberdayaan Tanah Masyarakat. Pelaksanaan kegiatan
bimbingan teknis dilakukan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dengan
narasumber dari Perangkat Daerah bidang terkait, pakar, pegiat atau praktisi
pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan fasilitasi dan kerjasama dalam pada kegiatan pemberdayaan masyarakat
meliputi; fasilitasi akses permodalan dan fasilitasi akses pemasaran offtaker. Fasiitasi
Permodalan dapat dilakukan melalui kerjasama; Lembaga Keuangan, Koperasi,
Badan Usaha melalui tanggung jawab perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR). Kehadiran offtaker merupakan hal yang penting untuk dilibatkan
menjadi bagian dari suatu proses agar menjaga nilai dari harga suatu produk, kualitas
produk dan transparansi dari sebuah model bisnis yang dikembangkan pada Kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria.
Dalam rangka penanganan akses reforma agraria terdapat 4 (empat) rujukan
model Pemberdayaan Tanah Masyarakat diantaranya pemberdayaan tanah
masyarakat berbasis kemitraan, pemberdayaan tanah masyarakat berbasis penataan
tata ruang, pemberdayaan tanah masyarakat berbasis pertanian korporasi, dan
Pemberdayaan Tanah Masyarakat Berbasis Corporate Sosial Responsibility (CSR).
Pencatatan dan pelaporan merupakan komponen penting dalam kegiatan
penanganan akses reforma agraria khususnya untuk mengakomodir datase.
Database Pemberdayaan Tanah Masyarakat mempunyai fungsi yang sangat
strategis, yaitu sebagai dasar dalam suatu perencanaan, membantu dalam
pengambilan keputusan, sebagai alat pengendali terhadap pelaksanaan suatu
kebijakan dan sebagai dasar evaluasi terhadap program sertipikasi tanah yang telah
dilaksanakan.
130
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Jelaskan mekanisme penetapan usulan lokasi pemberdayaan tanah
masyarakat!
2. Jelaskan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi potensi
masyakakat di lokasi pemberdayaan tanah!
3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas kegiatan pendampingan pemberdayaan
tanah masyarakat!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bimbingan teknis dalam pemberdayaan
tanah masyarakat?
5. Sebutkan dan jelaskan menurut pemahaman anda kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam fasilitasi/Kerjasama pemberdayaan tanah masyarakat!
6. Deskripsikan secara ringkas model-model pemberdayaan masyarakat!
7. Jelaskan ketentuan/mekanisme pengelolaan basis data pemberdayaan tanah
masyarakat!
131
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB X
PENANGANAN MASALAH
PERTANAHAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep mekanisme penanganan
masalah pertanahan dengan baik
132
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
dan diketahui oleh Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pertanahan atau
Pejabat yang mewakili serta dituangkan dalam Berita Acara Penelitian dan Laporan
Hasil Penelitian sebagaimana Lampiran VI, Lampiran VII dan Lampiran VIII Permen
ATR/Kepala BPN Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian
Kasus Pertanahan.
133
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
4. Menentukan data yuridis, data fisik, data lapangan dan bahan yang diperlukan;
5. Menentukan target dan waktu penyelesaian;
6. Penerapan teknik dan taktik penelitian
Hasil Gelar awal sebagai dasar untuk menyiapkan surat kepada instansi
lain/Kantah atau tanggapan kepada pengadu atau kertas kerja Penelitian sebagai
dasar melaksanakan Penelitian.
Apabila dalam rapat koordinasi belum dapat diambil keputusan untuk
penyelesaian sengketa, dapat dilakukan gelar kasus atau mediasi. Gelar kasus
dilakukan apabila masih diperlukan untuk mendalami dan/atau mengkaji secara
sistematis, komprehensif dan objektif mengenai sengketa yang ditangani dan
diperlukan kebijakan oleh pimpinan.
Gelar Kasus dapat dilaksanakan di Kanwil BPN Provinsi oleh Kepala Kantor
Pertanahan bersama Kepala Seksi terkait atau di Kementerian oleh Kepala Kanwil
BPN Provinsi bersama dengan Kepala Bidang terkait, Kepala Kantor Pertanahan
bersama Kepala Seksi terkait yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Gelar,
sebagaimana Lampiran XI Permen ATR/Kepala BPN Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
Dalam gelar akhir ini, dapat mengundang pejabat dari instansi lain atau pimpinan
kelompok masyarakat yang berhubungan dengan kasus tersebut untuk memberikan
pendapat dalam proses penyelesaian kasus. Narasumber yang dapat dibayarkan
adalah narasumber yang berasal dari instansi lain sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan RI Nomor 119/PMK.02/2020 tentang Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2021.
134
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Mediasi membutuhkan ruang dan kesediaan para pihak yang berkonflik untuk
memberikan konsesi dan kesempatan pihak ketiga untuk masuk dalam proses tetapi
tidak mengambil posisi dalam situasi itu. Mediasi terjadi apabila masing-masing pihak
yang terlibat dalam konflik mengalami kesulitan dalam menentukan alternatif
penyelesaian akibat ketidakseimbangan kekuatan dan kebutuhan.
Mediasi dilakukan dengan cara memfasilitasi para pihak yang bersengketa untuk
melakukan musyawarah sehingga dapat dilakukan kesepakatan untuk penyelesaian
sengketa yang menguntungkan para pihak (win-win solution) sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan. Mediasi dapat dilakukan beberapa kali hingga
tercapai kesepakatan. Dalam hal Mediasi tercapai kesepakatan perdamaian
dituangkan dalam akta perdamaian dan didaftarkan oleh para pihak di Pengadilan
Negeri wilayah hukum letak tanah yang menjadi objek Kasus untuk memperoleh
putusan perdamaian.
Hasil Mediasi dituangkan dalam berita acara Pelaksanaan Mediasi yang berisi
kesepakatan dan tindak lanjut dari Mediasi yang ditandatangani oleh Pejabat/ketua
tim Penyelesaian/Mediator. Format akta perdamaian dan Format Berita Acara
Pelaksanaan Mediasi sebagaimana dalam Lampiran XIV dan Lampiran XV Permen
ATR/Kepala BPN Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian
Kasus Pertanahan.
135
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
136
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
137
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
5) Data lainnya yang terkait dan dapat mempengaruhi serta memperjelas duduk
persoalan sengketa dan konflik.
Untuk melengkapi data yuridis, data fisik atau data lainnya dapat dilakukan
kegiatan penelitian lapangan, antara lain:
1) Penelitian keabsahan/kesesuaian data dengan sumbernya atau pengujian
autentisitas dokumen melalui history opinion;
2) Pencarian keterangan dari saksi-saksi yang terkait kasus;
3) Peninjauan fisik tanah objek yang diperselisihkan;
4) Penelitian batas tanah, gambar situasi, peta bidang atau Surat Ukur; dan
5) Kegiatan lainnya yang diperlukan.
Penelitian Lapang dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas dari Kepala Kantor
Wilayah BPN.
Hasil penelitian masing-masing dituangkan dalam Berita Acara Penelitian
ditandatangani oleh petugas yang bersangkutan dan diketahui oleh Ketua Tim.
Setelah memperoleh data yang cukup lengkap dilakukan gelar kasus untuk
mengetahui dalam kasus tersebut terdapat indikasi kejahatan pertanahan atau tidak.
Dalam gelar kasus dapat menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya,
baik dari akademisi maupun instansi terkait lainnya.
Tim Pelaksana melakukan pengkajian atas hasil penelitian dan keterangan serta
hasil gelar kasus awal. Tim dapat melakukan gelar kasus internal untuk menetapkan
kesimpulan dan rekomendasi yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara dan
ditandatangani oleh seluruh Tim.
Apabila hasil gelar kasus diperoleh bukti awal adanya unsur kejahatan pertanahan,
maka Tim Pelaksana menyerahkan kasusnya kepada pihak Kepolisian Republik
Indonesia dengan Berita Acara.
RANGKUMAN
Penelitian kasus pertanahan bertujuan untuk mengumpulkan data fisik, yuridis,
administrasi, data kondisi lapangan dan bahan keterangan orang-orang yang terlibat
dalam proses penerbitan Produk Hukum tanah yang menjadi objek Kasus.
Ekspose dilakukan untuk menyampaikan hasil penelitian berupa data/bahan
keterangan yang menjelaskan status hukum Produk Hukum maupun posisi hukum
138
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian kasus pertanahan?
139
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
140
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB XI
PENGENDALIAN DAN
PEMANTAUAN PERTANAHAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan mekanisme pengendalian dan
pemantauan pertanahan dengan baik.
141
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
142
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
143
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
144
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Identifikasi penguasaan tanah dilakukan juga terhadap ada tidaknya atas hak yang
sah pada bagian yang dikuasai tersebut. Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat
berupa:
a) Data tekstual dan spasial penguasaan tanah;
b) Dokumentasi (foto dan video).
145
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Penguasaan tanah di luar hak, apabila terdapat penguasaan tanah di luar hak,
maka dilakukan langkah sebagai berikut:
1) Pengambilan titik koordinat terhadap penguasaan tanah di luar hak dengan
cara tracking dan delineasi bidang tanah;
2) Menggali informasi dari pemegang hak dan atau pemegang hak lain yang
berbatasan terkait penguasaan tanah di luar hak tersebut.
146
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
sawah semakin meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Hal ini berpotensi dapat
mempengaruhi produksi padi nasional dan mengancam ketahanan pangan nasional.
Terlebih lagi diamanatkan dalam UUCK, sebagai kebijakan untuk membuka
peluang investasi dan kesempatan lapangan kerja, pada tanggal 6 September 2019
telah ditetapkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 59 Tahun 2019 tentang
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah, merupakan salah satu strategi peningkatan
kapasitas produksi padi dalam negeri, sehingga perlu dilakukan percepatan
penetapan Peta Lahan Sawah yang dilindungi dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah sebagai Program Strategis Nasional. Sedangkan tujuan dari Perpres ini
adalah:
a. Mempercepat penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi dalam rangka
memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk mendukung
kebutuhan pangan nasional;
b. Mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang semakin pesat;
c. Memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan Lahan Sawah; dan
d. Menyediakan data dan informasi Lahan Sawah untuk bahan penetapan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Lahan Sawah adalah areal tanah pertanian basah dan/atau kering yang digenangi
air secara periodik dan/atau terus menerus ditanami padi dan/atau diselingi dengan
tanaman semusim lainnya. Alih Fungsi Lahan Sawah adalah perubahan lahan sawah
menjadi bukan lahan sawah baik secara tetap maupun sementara. Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah adalah serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan perubahan Lahan Sawah menjadi bukan Lahan Sawah baik secara
tetap maupun sementara.
Data yang disiapkan untuk kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di
Kantor Wilayah terdiri dari:
1. Peta Lahan Baku Sawah Provinsi;
2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
3. Data tekstual dan spasial Proyek Strategis Nasional (PSN)/Proyek Daerah;
4. Data tekstual dan spasial Hak Atas Tanah non Pertanian;
5. Data tekstual dan spasial Pertimbangan Teknis Pertanahan (Izin Lokasi, Izin
Perubahan Penggunaan Tanah, Penetapan Lokasi);
147
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
148
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
1) Data yang diambil adalah luas, jenis hak atas tanah/dasar penguasaan atas
tanah yang terdapat pada objek yang dipantau, untuk wilayah pesisir
diutamakan terhadap bidang-bidang penguasaan tanah yang terdapat pada
lokasi yang tidak sesuai dengan RTRW/RDTR dan/atau terdapat
perubahan penguasaan tanah, sementara untuk pulau-pulau kecil dan
pulau-pulau kecil terluar diutamakan terhadap bidang-bidang tanah yang
terindikasi mengalami perubahan penguasaan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan rekapitulasi hak atas tanah pada objek pemantauan di
Kantor Pertanahan dan data Inventarisasi WP3WT;
2) Terhadap bidang penguasaan tanah dan bidang tanah yang telah dikuasai
namun belum terdaftar atau sudah terdaftar namun belum terpetakan dalam
peta pendaftaran di Kantor Pertanahan, maka dilakukan delineasi pada
bidang tanah tersebut dengan cara:
a) Tracking menggunakan GPS Handheld, atau;
b) Delineasi penguasaan tanah pada peta kerja saat pemantauan
sepanjang dapat teridentifikasi pada citra yang ada.
3) Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat berupa:
a) Data tekstual dan spasial penguasaan tanah;
b) Dokumentasi (foto dan video).
b. Pemanfaatan tanah
Data yang diambil dari kegiatan ini adalah jenis dan luas pemanfaatan tanah
dalam objek yang dipantau.
c. Perubahan fisik pulau yang disebabkan oleh alam (erosi, abrasi, banjir rob, dll.)
maupun buatan (reklamasi).
d. Data lainnya yang menurut petugas pemantauan perlu dicatat dan
didokumentasikan.
RANGKUMAN
Pemantauan hak atas tanah dilaksanakan terhadap satu objek atau lebih pada
suatu wilayah tertentu berdasarkan kewenangan pemberian hak atas tanah
sebagaimana tersebut dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran
Tanah dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
149
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Nasional Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala BPN
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah
dan Kegiatan Pendaftaran Tanah. Sedangkan kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
HAT di Kantor Kementerian ATR/BPN dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh
Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah
Tertentu.
Menerlantarkan tanah dalam masa berlakunya hak yang diberikan akan
berdampak pada terhambatnya pencapaian tujuan berbagai program pembangunan,
rentannya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi nasional, tertutupnya akses
sosial ekonomi masyarakat pada sumber daya tanah serta terusiknya rasa keadilan
dan harmoni sosial. Terkait dengan tujuan utama agar tanah dimanfaatkan secara
optimal, maka penelantaran tanah harus dicegah dan ditertibkan untuk mengurangi
atau menghapus dampak negatifnya salah satunya penyebab kebakaran lahan, salah
satunya dengan melakukan pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban oleh
pemegang hak. Pada saat pemantauan, petugas harus mampu memperoleh data dan
informasi yang akurat dan selengkap-lengkapnya.
Lahan Sawah adalah areal tanah pertanian basah dan/atau kering yang digenangi
air secara periodik dan/atau terus menerus ditanami padi dan/atau diselingi dengan
tanaman semusim lainnya. Alih Fungsi Lahan Sawah adalah perubahan lahan sawah
menjadi bukan lahan sawah baik secara tetap maupun sementara. Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah adalah serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan perubahan Lahan Sawah menjadi bukan Lahan Sawah baik secara
tetap maupun sementara.
Pemantauan perubahan penggunaan tanah sawah, objek yang dipantau adalah
lahan yang berpotensi/terindikasi/ sudah beralih fungsi. Objek pemantauan ini
dilakukan secara sensus (bukan sampel). Satuan terkecil objek pemantauan ini
adalah bidang tanah, termasuk permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam
rangka izin perubahan penggunaan tanah, sebagaimana Perpres No. 59 Tahun 2019
dan Permen ATR/BPN 12 Tahun 2020.
150
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Jelaskan secara ringkas menurut pemahaman anda terkait prosedur
pemantauan dan evaluasi HAT/DPAT.
2. Mekanisme/ketentuan apa yang dilakukan untuk kegiatan pemantauan dan
evaluasi hak atas tanah terlantar penyebab kebakaran hutan dan lahan?
3. Deskripsikan secara ringkas mekanisme pemantauan dan evaluasi tumpang
tindih penguasaan tanah.
4. Jelaskan konsep kebijakan yang mendasari pemuktahiran data pengendalian
perubahan penggunaan tanah sawah.
5. Apa yang dimaksud dengan pemantauan perubahan penggunaan tanah
sawah?
6. Jelaskan ketentuan/mekanisme pelaksanaan pengendalian kepulauan dan
wilayah tertentu.
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah menyelesaikan pembelajaran materi Pengendalian dan Pemantauan
Pertanahan dan berhasil menjawab pertanyaan evaluasi dengan baik, maka saudara
dianggap telah mampu memahami materi - materi pada bab ini. Selanjutnya saudara
dapat mengikuti pembelajaran pada bab berikutnya. Sebaliknya apabila belum dapat
menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka saudara diminta untuk
mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih seksama hingga saudara dapat
menjawab pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.
151
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB XII
PENERTIBAN PENGUASAAN,
PEMILIKAN, PENGGUNAAN, DAN
PEMANFAATAN TANAH
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu menjelaskan konsep penertiban penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dengan baik.
Penguasaan Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok
orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dengan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 (PP Nomor 16 Tahun 2004). Pemilikan Tanah adalah
hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum yang
dilengkapi dengan bukti kepemilikan baik yang sudah terdaftar (sertipikat hak atas
tanah) maupun yang belum terdaftar. Pemanfaatan Tanah adalah kegiatan untuk
mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya (PP
Nomor 16 Tahun 2004). Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi
baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
152
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Saat ini masih terjadi ketimpangan struktur pemilikan dan penguasaan tanah.
Ketimpangan struktur ini juga mencerminkan masih terdapat fokus kepemilikan/
penguasaan tanah yang hanya berada pada kelompok tertentu, sehingga masih
banyak masyarakat yang belum mendapatkan manfaat atas tanah sebagai salah satu
sumber kehidupan.
Sebagaimana diketahui pemilikan tanah biasanya diawali dengan menduduki
suatu wilayah tertentu oleh suatu masyarakat adat, yang kemudian disebut dengan
tanah komunal (tanah milik bersama). Di wilayah pedesaan di luar Jawa, kepemilikan
tanah diakui berdasarkan hukum adat, baik berdasarkan keturunan maupun wilayah.
Seiring dengan perubahan masyarakat secara bertahap, tanah milik bersama tersebut
dikuasai oleh anggota masyarakat melalui penggarapan bergilir. Sejak saat itu sistem
kepemilikan individual mulai dikenal, yang berlangsung di wilayah kerajaan dan
kesultanan sejak abad ke-5, dan kemudian berkembang seiring kedatangan kolonial
Belanda pada abad ke-17.
Penjabaran nilai-nilai tradisional tercermin dari: (1) pelekatan fungsi sosial hak atas
tanah dan pembatasan luas tanah yang dapat dipunyai oleh setiap orang, sebagai
pencegah agar individualisasi kepemilikan tanah tidak mengarah pada kepemilikan
yang bersifat mutlak dan menumpuknya kepemilikan tanah pada segelintir orang; (2)
dorongan ke arah konservasi sumberdaya tanah melalui pembebanan kewajiban
memelihara kesuburan tanah, (3) larangan kepemilikan tanah secara absentee
sebagai penyeimbang agar tekanan pada produktivitas tanah tidak menimbulkan
kerusakan pada fungsi dan kemampuan fisik tanah, (4) pemberian perlakuan khusus
153
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
pada golongan ekonomi lemah dan marjinal dengan memberi kewajiban pada
pemerintah (negara) untuk melindungi golongan tersebut sebagai penyeimbang
terhadap penerapan prinsip persamaan dan semangat persaingan yang
mengiringinya, dan (5) pencegahan monopoli dan dominasi dalam penguasaan dan
pengusahaan tanah oleh perusahaan dengan kewajiban kegiatan usaha di sektor
pertanian dan industri dilakukan dalam wadah koperasi.
154
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Objek penertiban meliputi tanah hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha,
hak pakai, Hak Pengelolaan, dan tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar
Penguasaan Atas Tanah. Tanah hak guna bangunan, hak pakai, dan Hak
Pengelolaan menjadi objek penertiban jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai 2 (dua)
tahun sejak diterbitkannya hak.
155
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Tanah hak guna bangunan, hak pakai, dan Hak Pengelolaan menjadi objek
penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak
diterbitkannya hak. Tanah hak guna usaha menjadi objek penertiban Tanah Telantar
jika dengan sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak
dimanfaatkan terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya hak.
156
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
RANGKUMAN
Penguasaan dalam arti yuridis, adalah penguasaan yang dilandasi hak yang
dilindungi oleh hukum, serta pada umumnya memberi kewenangan pada pemegang
hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki.
Peningkatan kebutuhan manusia atas tanah membawa konsekuensi pada
pemerintah, untuk menyediakan tanah bagi berbagai kegiatan. Keadaan ini memaksa
pemerintah untuk mengambil alih tanah rakyat untuk kepentingan umum, walaupun
dalam prakteknya kegiatan ini seringkali menimbulkan sengketa antara pemilik tanah
dengan pemerintah.
Kawasan non kawasan hutan yang belum dilekati Hak Atas Tanah yang telah
memiliki lzin Konsesi/Perizinan Berusaha yang sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan, menjadi objek penertiban. Tanah yang
telah terdaftar atau belum terdaftar yang sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara, menjadi objek
penertiban Tanah.
Peruntukan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
negara bekas tanah terlantar didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan
negara melalui reforma agraria dan program strategis negara serta untuk cadangan
negara lainnya.
Penertiban penggunaan dan pemanfaatan tanah meliputi tanah yang sudah
diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria telah mengatur akibat hukumnya yaitu
dihapusnya hak atas tanah yang bersangkutan dan pemutusan hubungan hukum
serta ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Bagi tanah
yang belum ada hak atas tanahnya, tetapi ada dasar penguasaannya, penggunaan
atas tanah tersebut harus dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah sesuai Pasal 4
juncto Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
157
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
EVALUASI
1. Jelaskan menurut pemahaman saudara apa yang dimaksud dengan
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah?
2. Deskripsikan secara ringkas menurut pemahaman saudara bagaimana
potensi pelanggaran dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peruntukan tanah negara hasil
penertiban penguasaan dan pemilikan tanah?
4. Kriteria/ketentuan apa saja yang menjadi objek penertiban penggunaan dan
pemanfaatan tanah?
5. Jelaskan menurut pemahaman saudara ketentuan/mekanisme penetapan
peruntukan tanah negara hasil penertiban penggunaan dan pemanfaatan
tanah!
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah menyelesaikan pembelajaran materi Penertiban Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah dan berhasil menjawab pertanyaan evaluasi
dengan baik, maka saudara dianggap telah mampu memahami materi - materi pada
bab ini. Selanjutnya saudara dapat mengikuti pembelajaran pada bab berikutnya.
Sebaliknya apabila belum dapat menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik,
maka saudara diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga saudara dapat menjawab pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.
158
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modul ini disusun untuk keperluan Pelatihan Penguatan Kompetensi Teknis
Bidang Tugas Penata Pertanahan, dengan tujuan agar setiap peserta Pelatihan
mampu memahami konsep mekanisme dalam tenurial pertanahan dan peserta
mampu memberikan kontribusi pemikiran yang berguna dalam kegiatan penataan
pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Setelah selesai mempelajari materi dalam modul ini, jangan lupa untuk melatih
pemahaman anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam latihan
serta melakukan evaluasi dalam setiap materi.
B. TINDAK LANJUT
Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran materi modul ini, maka:
1. Bagi peserta pelatihan diharapkan mampu mengimplementasikan hasil
pembelajaran dari mata pelatihan tenurial pertanahan;
2. Bagi Fasilitator, diharapkan mampu menyampaikan serta mengembangkan
penyampaian materi dalam modul agar mampu menjadi bahan ajar yang
efektif dalam penyamaan persepsi peserta;
3. Bagi pengelola pelatihan, diharapkan modul sebagai referensi dan bahan
evaluasi bagi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia serta
pengendalian pelaksanaan pelatihan PKTBT Jabatan Penata Pertanahan
serta untuk penyempurnaan modul pelatihan berikutnya agar lebih baik.
159
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah
Tertentu. (2021). Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/Dasar
Penguasaan Atas Tanah. Jakarta: Direktoral Jenderal Pengendalian dan
Penertiban Tanah dan Ruang Kementerian ATR/BPN.
160
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Direkorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah
tertentu. (2021). Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.
Jakarta: Direktoral Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang
Kementerian ATR/BPN.
Direkorat Penatagunaan Tanah. (2021). Tata Cara Kerja (TCK) Neraca Penatagunaan
Tanah Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktoral Jenderal Penataan Agraria
Kementerian ATR/BPN.
Tjahjo, A., & Nurasa, A. (2019). Praktik Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah.
Yogyakarta: STPN Press.
Muryono, S., & Utami, W. (2019). Penatagunaan Tanah. Yogyakarta: STPN Press.
161
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah
Terlantar
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas
Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah.
162
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
163
Modul PKTBT
Penata Pertanahan: Tenurial
164