Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Manajemen Penggemukan

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI BALI


(Bos sondaicus)

OLEH

NAMA : SHERINA
NIM : L1A19023
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : RANDY PANGERAN

LABORATORIUM TERNAK POTONG,KERJA DAN SATWA HARAPAN


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggemukan adalah suatu usaha pemeliharaan sapi yang bertujuan untuk

mendapatkan produksi daging berdasarkan pada peningkatan bobot badan tinggi

melalui pemberian pakan yang berkualitas dan dengan waktu yang sesingkat

mungkin.Secara umum penggemukan sapi dapat dilakukan secara dikandangkan

(feedlot fattening) dan dipadang rumput (pasture fattening).Pada umumnya

industri fattening di Indonesia dilakukan secara feedlot dengan pemberian pakan

konsentrat berupa biji-bijian dalam jumlah besar dan ad libitum dengan lama

penggemukan antara 90-180 hari.

Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut Banteng (Bos

sondaicus) yang telah mengalami proses penjinakan (domestikasi) berabad-abad

lamanya. Keunggulan sapi Bali adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan

baru, sehingga sering disebut ternak perintis. Sapi Bali memiliki potensi genetik

plasma ternak lokal yang mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan

dengan ternak impor antara lain, keunggulan dalam memanfaatkan hijauan pakan

yang berserat tinggi, daya adaptasi iklim tropis dan fertilitas tinggi (83%) serta

persentase karkas (56%) dan kualitas karkas yang baik. Ciri fisik sapi Bali adalah

berukuran sedang, berdada dalam dengan kaki yang bagus.Warna bulu merah bata

dan coklat tua.Pada punggung terdapat garis hitam di sepanjang punggung yang

disebut “garis belut”.Sapi Bali mempunyai ciri khas yaitu tidak berpunuk,

umumnya keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih dan pedet tubuhnya

berwarna merah bata.


Pakan yang diberikan untuk sapi potong (sapi bali) harus cukup, baik

mengenai mutu maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan

hidup pokok dan pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat

pertumbuhan. Hal yang terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan

protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi ternak.Pakan ternak sapi

digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu pakan hijauan, pakan kosentrat dan pakan

tambahan.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukanlah praktikum Manajemen

Penggemukan Pada Sapi (Bos Sondaicus) untuk meningkatkan keterampilan

mahasiswa dalam melakukan Penggemukan Pada Sapi (Bos Sondaicus).

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum manajemen perkandangan ini adalah untuk

menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam hal :

1. Seleksi bakalan untuk mengetahui umur ternak dan jenis kelamin

dalam penggemukan

2. Mengetahui bagai mana cara mengukur Berat badan, linkar dada,

mengukur tinggi panggul, mengukur tinggi pinggul dan mengukur

panjang badan.

3. Mengetahui bagaimana cara tatalaksana pemberian pakan yang

menyangkut pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan

ternak serta pemberian air Minum.

4. Mengetahui sistem perkandangan yang baik menyangkut

konstruksi kandang, peralatan kandang, serta proses pemeliharaan

ternak di kandang.
5. Bagaimana tatalaksana dalam pemeliharaan ternak sapai

menyangkut Pemeliharaan yang dilakukan secara intensif lebih

efisien karena memperoleh perlakuan lebih teratur dalam hal

pemberian pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi

6. Untuk mengetahui agaimana proses sanitasi dan Kesehatan Ternak

sapi

7. Bagimana cara dalam menentukan skor kondisi tubuh pada Ternak

Sapi

1.3. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah dapat memberikan wawasan

dan pemgetahuan serta pemahaman yang lebih luas kepada mahasiswa yang

mengikuti praktikum manajemen penggemukana di kandang Fakultas Peternakan

Jurusan Peternakan Universitas Halu Oleo


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Seleksi Sapi Bakalan

Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena

karakteristik yang dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas

daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi

bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga

diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin 2012).

Sapi Bali dikenal dengan namaBalinese cow yang kadang-kadang disebut

juga dengan nama Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili

Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi

masih termasuk genus bos. Sapi Bali ini diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini

sekarang merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena itu

dinamakan sapi bali yang didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500 SM (Payne

dan Rollinson 2015).

Usaha penggemukan sapi memang diminati banyak peternak dan

pengusaha. Periode cash flow yang cepat, keuntungan tinggi, pasar yang terbuka

menjadikan usaha penggemukan ini bisnis yang menggiurkan. Namun banyak

yang ingin memulai bisnis ini belum mengetahui bagaimana memulainya, salah

satunya adalah bagaimana cara memilih bakalan. Memilih bakalan yang tepat,

sangat berpengaruh dalam kesuksesan usaha penggemukan, karena perdampak

langung terhadap produktifitas ternak dan efisiensi pakan yang digunakan. Salah

memilih bakalan, bisa membuat biaya pakan membengkak, namun pertambahan

bobot badan tidak seberapa.


Bibit sapi potong yang akan digunakan sebagai ternak bakalan sangat

menentukan keberhasilan pengelolaan usaha penggemukan sapi potong. Petani

ternak sapi potong idealnya juga harus tahu betul dengan pengetahuan pembibitan

sapi potong dengan model penggemukan. Informasi yang disampaikan BPTP

Jambi dalam menentukan pemilihan bibit sapi potong yang akan digemukkan

dianjurkan memilih bibit sapi potong yang tercatat sebagai jenis ternak unggul

lokal maupun sapi impor atau hasil persilangan.

Hal ini juga Model Agribisnis Sapi Pedaging yaitu jenis sapi unggul lokal

yaitu sapi PO (Peranakan Ongole), sapi Bali dan sapi Madura. Sapi unggul impor

atau hasil persilangannya yaitu sapi Brahman, sapi Angus, sapi Ongole dan sapi

Siemental yang merupakan hasil dari Inseminasi Buatan ( IB ).

Memilih sapi bakalan yang berasal dari keturunan yang memiliki bobot

badan dewasa tinggi. Hal ini akan terkait dengan perkembangan pertumbuhan

sapi.

Ada beberapa kriteria dalam pemilihan sapi potong bakalan adalah berikut:

 Memilih sapi jantan yang tidak gemuk atau kurus tetapi sehat. Ternak

sehat terindikasi dari sorot mata yang tajam, tidak sayu, kulit dan

bulunya bersih.

 Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari lokasi tempat sapi digemukkan

agar memudahkan perawatan karena sapi tidak perlu lagi beradaptasi

dengan lingkungan yang baru.

 Memilih sapi jantan berumur 2 – 2, 5 tahun yang dapat dilihat dari

kondisi gigi seri di rahang bawah yaitu sapi umur 1,5 – 2 tahun
memiliki gigi tetap 1 pasang dan pada sapi umur 2 – 3 tahun gigi

tetapnya 2 pasang.

 Dianjurkan memilih sapi dengan bentuk tubuh proporsional, panjang

badan dan tinggi pundak yang optimal.

Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan

dikembangkan. Bangsa- bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan

sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa

lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa

India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut

bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak

memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk

keadaan tertentu pula.Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan

peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi,

kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat

badan (Darmono 2011).

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit

ternak (bakalan).Pemilihan bibit biasanya disesuaikan dengan tujuan

pemeliharaan.Jika tujuan pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan tenaga dari

ternak untuk mengolah sawah dan juga ingin mendapatkan anak ternak, maka

pemilihan bibit lebih diutamakan pada pemilihan temak betina. Ciri-ciri ternak

yang baik adapun cirii-ciri bibit ternak yang baik adalah : (1) ternak tersebut sehat

dan tidak cacat tubuh (2) tidak mengidap penyakit menahun (kronis) (3)

mempunyai alat reproduksi (kelamin) yang baik serta bentuk ambing normal (4)

karakter tenang, bulu halus (tidak kusam) (Made 2016).


2.2. Pakan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak berupa

bahan organik maupun anorganik dan dapat dicerna baik seluruhnya atau sebagian

dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang bersangkutan. Pakan

mempunyai peranan yang penting, baik diperlukan bagi ternak-ternak muda untuk

mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi

ternak dewasa berfungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan.

Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi.

Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus

mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik

(Chandra, 2010). Pakan yang diberikan kepada sapi potong harus memiliki syarat

sebagai pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat

makanan yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak,

mineral, dan vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan

seimbang sehingga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan

berkuantitas tinggi. Manajemen pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis

pakan yang diberikan, jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan

hijauan dan konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang tepat

(Sandi dkk, 2018).

2.3. Manajemen Perkandangan

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga

pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak,harus

bisa menjamin hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang harus
memberikan jaminan hidup yang nyaman bagi sapi dan tidak menimbulkan

kesulitan dalam pelaksanaan tata laksana. Oleh karena itu konstruksi, bentuk,

macam kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna, dinding, atap,

lantai, tempat pakan, tempat minum, serta adanya saluran drainase yang menuju

bak penampung kotoran (Chandra 2010).

Persyaratan kandang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan

dalam membangun suatu perkandangan sapi potong.Syarat perkandangan yang

baik perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya; pemilihan lokasi kandang,

tata letak kandang, konstruksi kandang, bahan kandang, dan perlengkapan

kandang, sehingga dapat meningkatkan produktivitas sapi potong (Sandi dan

Purnama 2017).

2.4. Tata Laksana Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan sapi potong meliputi tiga sistem yaitu

pemeliharaan secara intensif, pemeliharaan secara semi intensif dan pemeliharaan

secara ekstensif.Pemeliharaan intensif paling sering digunakan di Indonesia,

karena pemeliharaan sepenuhnya dilakukan di kandang.Sapi yang dipelihara

secara intensif lebih efisien karena memperoleh perlakuan lebih teratur dalam hal

pemberian pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi (Sugeng, 2012).

Faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan dalam usaha sapi potong

diantaranya adalah penentuan bibit ternak sapi potong yang baik, penyediaan dan

pemberiaan makanan hijauan yang baik, pembuatan kandang yang memenuhi

persyaratan kesehatan, pemeliharaan yang baik, sistem perkawinan yang baik, dan

pengawasan terhadap penyakit ternak (Rahmat, 2019).


2.5. Pencegahan Penyakit

Kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

pemeliharaan ternak sapi potong. Sapi yang sakit tidak mampu memberikanhasil

yang maksimal dan sapi yang terjangkit penyakit menular produksi dagingnya

tidak dapat dipasarkan karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Berbagai

jenis penyakit sapisering berjangkit di Indonesia, baik yang menular ataupun tidak

menular. Penyakit menular yang berjangkit pada umumnya menimbulkan

kerugian besar bagi peternak. Walaupun penyakit menular tidak langsung

mematikan, akan tetapi dapat merusak kesehatan ternak sapi secara

berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan dan bahkan menghentikan

pertumbuhan sama sekali (Sudarmono dan Sugeng 2008).

Faktor utama dan penentu dalam pemeliharaan atau pembibitan ternak sapi

bali adalah kesehatan ternak, pakan dan lingkungan sekitar ternak. Kesehatan

ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan

sapi potong.Kerugian yang besar seringkali disebabkan timbulnya penyakit yang

menyerang.Karena itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian

penyakit.Pengendalian penyakit pada suatu peternakan merupakan salah satu

bagian yang penting dalam sebuah usaha peternakan, karena pengendalian

penyakit berhubungan langsung dengan kesehatan ternak yang merupakan bagian

dari faktor pendukung produktifitas ternak.Kesehatan ternak dapat diketahui

dengan melihat status fisiologisnya, melalui dari tingkah laku hingga konsumsi

pakan hariannya (Nurhakiki dan Halizah 2020).


2.6. Sanitasi

Sanitasi adalah suatu kegiatan yang meliputi kebersihan kandang dan

lingkungan yang bersih, karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang

bersih, kesehatan ternak maupun pemiliknya akan terjamin. Kebersihan kandang

bisa diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak menimbulkan lingkungan

tidak bau dan lembab (Ilhamzah, 2015).

Sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang meliputi

kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya

dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Beberapa hal

yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain lokasi kandang,

konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang dan kepadatan lalat.

Penempatan kandang sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah atau jarak

minimal 10 meter dari rumah maupun dari bangunan umum lainnya, lokasi

kandang lebih tinggi dari sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan terdapat

tempat untuk pembuangan kotoran atau sisa pakan ternak sapi perah. Selain lokasi

kandang, hal lain yang mempengaruhi kondisi sanitasi kandang yaitu konstruksi

bangunan kandang (Rizqi dan Azizah 2018).


BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Penggemukan Sapi Bali dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei

2022 – Sabtu, 04 Juni 2022 pukul 06:00 WITA sampai selesai. Bertempat di

Laboratorium Unit Ternak Potong, Kerja dan Satwa Harapan, Fakultas

Peternakan, Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum manjemen pemeliharaan

kambing etawa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Timbangan ternak Untuk menimbang kambing
2. Timbangan pakan Untuk menimbang pakan
3. Selang air Untuk membantu membersihkan kandang
4. Sekop Untuk mengambil dan membersihkan
feses
5. Sapu lidi Untuk menyapu sampah dan pakan yang
terbuang
6. Alat tulis Untuk menulis hasil penelitian
7. Kamera Untuk dokumentasi
8. Ember Untuk membantu membawa dan
mengambil air
9. Gerobak feses Untuk mengakut feses

Bahan yan digunakan pada praktikum manjemen pemeliharaan kambing

etawa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No
Nama Bahan Kegunaan
.
1. Kambing Peranakan Etawa Sebagai Objek pengamatan
2. Pakan Hijauan Sebagai pakan ternak
3. Pakan Konsentrat Sebagai pakan ternak
3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum Manajemen Penggemukan adalah sebagai

berikut:

a. Pembersihan kandang :

1) Kegiatan dimulai pada pagi hari pukul 06.00 – 07.00 dan pukul

16.00 – 17.00

2) Dengan melakukan pembersihan lantai kandang dari feses

dengan cara

3) Mengangkut kotoran ke tempat penampungan .

4) Selanjutnya lantai kandang disiram untuk membersihkan sisa-

sisa feses yang masih melekat.

5) Kemudian membersihkan tempat pakan dan tempat minum

6) Menimbang sisa pakan masing-masing ternak, kemudian

dicatata.

b. Penimbangan Berat Badan Sapi

1) Penimbangan kambing dilakukan seminggu sekali untuk

mengetahui

2) pertambahan bobot badan kambing dan menyesuaikan dengan

jumlah pakan yang diberikan

3) Hasil penimbangan selanjutnya dicatat sebagai bahan laporan

c. Pemberian Pakan

1) Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00

dan pada sore hari pukul 16.00.


2) Pakan yang diberikan berupa hijauan segar dan konsentrat

3) Sebelum diberikan pada ternak, pakan terlebih dahulu

ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan.

4) Jumlah pakan yang diberikan selanjutnya dicatat untuk

perhitungan konsumsi pakan ternak.

5) Jumlah sisa pakan ditimbang keesokan hari kemudian dicatat

untuk dilaporkan

6) Air minum diberikan secara ad libitum.

d. Perhitungan Performans Produksi Ternak

1) Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) Ternak dihitung

dengan rumus :

PBBH (gram) = Berat Badan Akhir – Berat Badan Awal

Lama pemeliharaan

2) Konsumsi Bahan Kering Pakan dihitung dengan rumus

Konsumsi BK (gram) = (Jml pakan yang diberikan – Jumlah

pakan sisa) x % BK Pakan

3) Konversi Pakan dihitung dengan rumus :

BK
Konversi pakan =
PBB
3.4. Diagram Alir

Diagram alir dari praktikum manajemen Penggemukan Sapi Bali () adalah

sebagai berikut.

Menyiapkan alat yang di butuhkan

Membersihkan kandang.

Melakukan pembersihan lantai kandang

Melakukan penimbangan pakan dan sisa pakan

Menimbang bobot badan kambing


seminggu sekali

Mencatat hasil pengamatan

Melakukan dokumentasi

Membuat laporan sementara

Gambar 1. Diagram Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan pada praktikum manajemen Penggemukam Sapi Bali

(Bos Sondaicus) dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan


No Waktu Komsumsi Pakan Sisa Pakan (kg)
(kg)
1 Sabtu, 21/05/2022 17 9
Minggu, 22/05/2022 17 14
2 Senin, 23/05/2022 17 11
3 Selasa, 24/05/2022 17 10
4 Rabu, 25/05/2022 17 4
5 Kamis, 26/05/2022 17 15
6 Jumat, 27/05/2022 17 15,5
7 Sabtu , 28/05/2022 17 4
8 Minggu, 29/05/2022 20 5
9 Senin, 30/05/2022 20 6
10 Selasa, 31/05/2022 20 5
11 Rabu, 1/06/2022 20 7
12 Kamis, 2/06/2022 20 4
13 Jumat, 3/06/2022 20 6
14 Sabtu, 4/06/2022 20 4
Jumlah 259 119,5

Tabel 4. Perhitungan Performans Produksi Ternak


No PBBH Bahan Kering Konversi Pakan
(BK) (KP)
1 1,06 27,76 26,1

4.2. Pembahasan

Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari tabel diatas, dapat

diketahui bahwa jumlah konsumsi pakan total selama 14 hari sebesar 259 kg dan
pakan sisa total selama 14 hari sebesar 119,5 kg sehingga didapatkan BK sebesar

27,76 kg/hari. Menurut Periambawea dkk (2016) Kebutuhan nutrien bagi ternak

sangat tergantung pada status fisiologis, jenis kelamin, dan kesesuaian berat

tubuhnya. Sebagai contoh, jumlah pakan (bahan kering) yang dibutuhkan oleh

sapi dara berbeda dibandingkan sapi penggemukan walaupun dengan bobot tubuh

awal yang sama. Bahan Pakan yang baik adalah pakan yang kandungan

nutriennya dapat diserap tubuh dan mencukupi kebutuhan ternak sesuai status

fisiologisnya. Nilai nutrien bahan pakan bervariasi, maka penyusunan ransum

yang baik adalah ketepatan memasangkan satu jenis bahan pakan dengan bahan

pakan lain untuk memenuhi kebutuhan nutriennya. sumber serat, energi, dan

protein.

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dari perhitungan performans

produksi ternak didapatkan hasil sebesar 1,06 kg. Pertambahan bobot harian

dipengaruhi oleh kualitas pakan, waktu pemberian pakan dan lama pemeliharaan.

Menurut Hernaman dkk (2022) bahwa Pertambahan bobot badan (PBB)

merupakan salah satu parameter yang dapat mengukur laju pertumbuhan pada

ternak. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu jumlah

konsumsi pakan konsentrat dan jumlah energi yang terkandung di dalam pakan.

Pertambahan bobot badan ternak adalah peningkatan berat hidup ternak sampai

mencapai berat tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi PBBH adalah bobot

badan ternak dan lama pemeliharaan.

Konversi pakan dari perhitungan performans produksi ternak didapatkan

hasil sebesar 26,1 dimana hasil tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan

nutrisi yang kurang baik atau belum optimal dalam penggemukan. Menurut
pendapat Fitro dkk (2015) Konversi pakan merupakan perbandingan antara

jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam waktu

tertentu. Dengan kata lain, nilai konversi pakan dapat dinyatakan sebagai ukuran

efisiensi pakan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan ternak untuk mengubah

pakan menjadi sejumlah produksi dalam satuan tertentu, baik untuk produksi

daging maupun telur. Hal ini diperkuat oleh pernyataan North (1992) bahwa

angka konversi pakan yang kecil menunjukkan bahwa pakan semakin efisien. Bila

rasio itu besar maka konversi pakan dianggap jelek dan bila angka rasio itu kecil

maka konversi pakan dianggap bagus


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat simpulkan bahwa manajemen

penggemukan sapi bali memiliki konsumsi pakan total sebesar 296 kg, sisa pakan

total sebesar 90,4 kg, PBBH sebesar 3,04, BK sebesar 33,55 kg/hari dan konversi

pakan sebesar 11,03. Pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan baik apabila

ditunjang dengan pakan dan perawatan yang baik. Faktor yang mempengaruhi

pertambahan bobot badan yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah

energi yang terkandung di dalam pakan.

5.2. Saran

Saran dari saya untuk praktikum ini khususnya praktikan yaitu saat

melakukan praktikum lebih memperhatikan dengan baik apa yang dijelakskan

asisten agar manfaat dari praktikum dapat diperoleh serta proses praktikum dapat

berjalan dengan cepat dan lancar. Praktikan diharapkan untuk melakukan

praktikum secara tliti agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum

berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Budiari NLG, IPA Kertawirawan, IN Adijaya dan IMR Yasa. 2020. Pengaruh
pemberian konsentrat terhadap pertumbuhan dan kecernaan pakan pada
penggemukan Sapi Bali. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Vol 23(1): 81-90.
Chandra K. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinaspeternakan Dan
Perikanan Kabupaten Sragen.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Darmono D. 2011. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem
Pertanian di Bali.Desertasi.Program Pascasarjana. Universitas Pajajaran.
Bandung.
Fitro R, D Sudrajat, dan E Dihansih.2015. Performa ayam pedaging yang diberi
ransum komersial mengandung tepung ampas kurma sebagai pengganti
jagung. Jurnal Peternakan Nusantara. Vol 1(1):2-6.
Hernaman I, R Nauval, D Rahmat, B Ayuningsih, T Dhalika dan FT Santoso.
2022. Kurva Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Jantan Diberi 80%
Hijauan Dan 20% Konsentrat. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian. Vol.
47(1): 1-9.
Ilhamzah A. 2015. Gambaran Sanitasi Kandang Ternak Sapi Dengan Kualitas Air
Sumur Gali Di Desa Pendem Kecamatan Kembang Kabupaten
Jepara.Skripsi.Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Made D. 2016. Pemilihan Bibit Dan Tata Laksana Beternak Sapi. Fakultas
Peternakan. Universitas Udayana Denpasar.
Nurhakiki dan Halizah N. 2020. Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Di UPT-Pt
HPT Pucak, Dinas Peternakan daan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Peternakan Lokal. Vol.2 (1).
Periambawea DKA, R Sutrisna, dan Liman. 2016. Status nutrien sapi peranakan
ongole di kecamatan tanjung Bintang kabupaten lampung selatan. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu.Vol. 4(1): 6-12.
Rahmat YS. 2019. Penerapan Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Potong Di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.
Skripsi.Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Rizqi Z. dan R Azizah. 2018. Sanitasi Kandang Dan Keluhan Kesehatan Pada
Peternak Sapi Perah Di Desa Murukan Kabupaten Jombang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol.10 (4).
Sandi S dan PP Purnama. 2017. Manajemen Perkandangan Sapi Potong Di Desa
Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya.Vol. 6 (1).
Sandi S, M Desiarni dan Asmak. 2018. Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong Di
Peternakan Rakyat Di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten
Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol. 7 (1).
Sudarmono dan Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng
Y.B. 2012. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4.
New York: Chapman and Hall.

Anda mungkin juga menyukai