Laporan - Penkes Degeneratif - RT 05
Laporan - Penkes Degeneratif - RT 05
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 - 2
A. PENDAHULUAN
Proses menua adalah penurunan kemampuan fungsi tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan dan sistem regulasi tubuh (Dewi dkk, 2021).
Penurunan kemampuan fungsi tubuh tersebut mempunyai potensi timbulnya masalah
baru dalam kelompok masyarakat ini. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa masalah kesehatan dunia bergeser
dari penyakit menular menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak
menular dikenal juga sebagai penyakit degeneratif (Trisnowati, 2018).
Penyakit degenerative adalah masalah kesehetan yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia . Penyakit degeneratif merupakan masalah terbesar pada lansia.
Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit degeneratif tidak
dapat beraktifitas (Arofiati dkk, 2021).
Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
yaitu 64%. Sebagian besar penyakit degeneratif disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler (30%), selanjutnya kanker (13%), penyakit pernafasan (7%), diabetes
(3%) dan yang 10 % disebabkan penyakit PTM lain-nya. (Trisnowati, 2018). Ini
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular menjadi ancaman yang harus
diwaspadai terutama dalam melaksanakan upaya promotif dalam melaksanakan
hidup sehat agar masyarakat dapat mengurangi faktor risiko PTM (Trisnowati, 2018).
Pencegahan penyakit degeneratif dapat dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran atas faktor - faktor resiko. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan
edukasi atau penyuluhan kesehatan baik secara langsung maupu menggunakan
teknologi. (Dewi dkk, 2021). Persepsi individu dalam memandang penyakit dipengaruhi
oleh tindakan yang dilakukan seperti adanya penyuluhan kesehatan melalui media
massa, koran, majalah ceramah, nasehat dari orang terdekat, adanya kartu pengingat,
faktor penyakit yang dialami oleh anggota keluarga juga dapat memengaruhi persepsi
individu dalam memandang penyakitnya sebagai ancaman (Dewi dkk, 2021). Menurut
Kemenkes RI (2011) penyuluhan kesehatan bertujuan dalam peningkatan kemampuan
dan pengetahuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat yang
berwawasan kesehatan. Media promosi kesehatan yang dapat digunakan dapat
berbasis kertas (print out) seperti brosur, poster, atau leaflet kemudian media dengan
audio visual berupa film pendek dan power point.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intrusksional Umum
Melalui pendidikan kesehatan mengenai tumbung kembang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan serta kesehatan masyarakat RT 01 – 12 RW 06 Desa
Mranggen.
2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit degenerative (hipertensi,
diabetes melitus, dan reumatik) diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat RT 01 - 12 RW 06 Desa Mranggen.
a. Mampu menyebutkan pengertian hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik
b. Mampu menyebutkan penyebab hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik.
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik
d. Mampu menyebutkan cara mencegah dan mengobati hipertensi, diabetes melitus,
dan reumatik
e. Mampu menyebutkan dan mengaplikasikan cara membuat obat tradisional untuk
hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik
C. NAMA KEGIATAN
Pendidikan kesehatan mengenai penyakit degenerative (hipertensi, diabetes melitus, dan
reumatik) di RT 01 - 12 RW 06 Desa Mranggen
F. SASARAN
Masyarakat di RT 01 – 12 RW 06 Desa Mranggen
G. METODE PELAKSANA
Metode yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi / tanya jawab.
I. MATERI
Terlampir
J. STARTEGI PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan mulai jam... WIB s/d selesai
K. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1) Masyarakat bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
2) Kegiatan pendidikan kesehatan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
3) Penyaji dapat menyediakan media leaflet, lembar balik, dan e-book yang
diperlukan saat melakukan pendidikan kesehatan
b. Evaluasi proses
1) Masyarakat memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan
2) Masyarakat terlibat aktif saat berlangusng nya pendidikan kesehatan dengan
mengajukan pertanyaan
c. Evaluasi hasil
Memberikan kuesioner pertanyaan pre test dan post test kepada masyarakat
L. REFERENSI
Arofiati dkk, (2021). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Dewi dkk, (2021). Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lanjut Usia Tentang
Penyakit Degeneratif Di Wilayah Kerja Puskesmas Baranti. Sidrap : Jurnal Inovasi
Pengabdian Masyarakat, 01(1),2021, 8 - 13
Trisnowati, H. (2018). Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular (Studi Pada Pedesaan Di Yogyakarta). Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia,14(1),17.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3710
LAMPIRAN
HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi
(Soeparman, 2009). Misalnya, jika tekanan darah Anda adalah 160/95 maka, sistoliknya:
160 mmHg dan diastoliknya: 95 mmHg.
B. Penyebab
1. Stress
2. Merokok
3. Obesitas (kegemukan)
4. Alkohol
5. Faktor keturunan
6. Faktor lingkungan
C. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Lemas
4. Sesak nafas
5. Kesemutan
6. Kelelahan
7. Rasa berat di tengkuk
D. Pencegahan
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit: rendah garam dan rendah lemak
E. Makanan yang Dianjurkan
1. Sayur-sayuran hijau
2. Buah-buahan
3. Ikan laut
4. Telur maksiaml 2 butir dalam seminggu
5. Daging ayam (jangan dengan kulitnya)
F. Makanan yang Dihindari
1. Makanan yang diawetkan: Chiken Nuggets, mie, minuman kaleng
2. Daging-daging warna merah segar seperti: hati ayam, sosis sapi, daging sapi, daging
kambing.
G. Pengobatan Tradisional untuk Hipertensi
1. Buah Mentimun
2. Buah Belimbing
3. Daun Seledri
H. Cara Membuat Obat Tradisonal dari Bahan Ketimun
1. ½ kg buah ketimun cuci hingga bersih
2. Kupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya kemudian diminum
4. Lakukan setiap hari kurang lebih 1kg untuk 2 minum sekali perhari
REFERENSI
Infodantin. Hipertensi. Jakarta Selatan : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI ;
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi.pdf
Kemkes. (2016). Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta :
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Penyakit Diabetes Melilitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme
dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurangnya produksi
hormon insulin yang diperlukan tubuh. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah. (Susanti, 2019).
Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara yaitu jika terdapat keluhan klasik,
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM, yang kedua bila pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik dan yang ketiga tes toleransi glukosa oral (TTGO) >200mg/dL.
(American Diabetes Association. Diabetes Guidelines. Diabetes Care, 2016).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit diabetes melitus (Susanti, 2019)
1. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes Melitus.
2. Ras atau etnis
Ras Indian di Amerika, Hispanik dan orang Amerika Afrika, mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan karena ras-ras tersebut
kebanyakan mengalami obesitas sampai diabetes dan tekanan darah tinggi.
3. Obesitas
Hal ini disebabkan karena semakin banyak jaringan lemak, maka jaringan tubuh dan
otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama jika lemak tubuh terkumpul
di daerah perut. Lemak ini akan menghambat kerja insulin sehingga gula tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
4. Metabolic syndrome
Metabolic syndrome adalah suatu keadaan seseorang menderita tekanan darah tinggi,
dan mempunyai kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam darahnya.
5. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak dan kalori
tinggi meningkatkan resiko terkena diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola
hidup yang tidak teratur seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut
yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual.
6. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40 tahun. Tingginya
usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai seseorang dari unsur-unsur di
lingkungannya terutama makanan.
7. Konsumsi obat
Konsumsi obat yang dimaksud ialah riwayat mengonsumsi obat-obatan dalam waktu
yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstrak tiroid dan obat
kontrasepsi.
C. PENCEGAHAN
Pencegahan diabetes mellitus pada prinsipnya adalah dengan mengubah gaya hidup
yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Dianjurkan
pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks,
mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal.
Akitivitas fisik ditingkatkan dengan berolahraga rutin, minimal 150 menit perminggu,
dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada
pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai
berat badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari hari,
misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar
daripada menggunakan mobil, dll.
Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat
memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM. Oleh karena itu,
dianjurkan juga untuk berhenti merokok (KEMENKES P2PTM, 2020).
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala diabetes melitus Menurut (Mughfuri, 2016) antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria). Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing.
2. Banyak minum (polidipsia). Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering
haus banyak minum.
4. Penurunan berat badan dan lemah. Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat masuk
ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain.yaitu sel lemak
dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan dan otot sehingga menjadi
kurus.
E. KLASIFIKASI
Diabetes Melitus diklasifikasikan dalam 2 kategori Klinis (Walker, 2020) yaitu:
1. Diabetes Melitus tipe 1. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin
karena sel-sel penghasil insulin di pankreas telah dihancurkan. Hal ini disebabkan oleh
respons autoimun di mana sistem kekebalan secara keliru menyerang sel-sel yang
mensekresi insulin. Diabetes tipe 1 hanya terjadi pada mereka yang memiliki
kecenderungan genetik.
2. Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, yaitu ketika sel
tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin. Pada jenis diabetes ini,
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau sel kurang dapat meresponsnya.
Ini berarti glukosa tetap berada di dalam darah dan tidak dapat digunakan untuk
energi. Inilah sebabnya mengapa pengobatan diabetes tipe 2 sering berubah seiring
waktu dan pada akhirnya cenderung membutuhkan insulin.
F. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya
yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (PERKERNI, 2015)
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD). KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), Gejalanya
meliputi rasa haus, sering buang air kecil, mual, nyeri perut, lemas, napas beraroma
buah, dan kebingungan. disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
b. Hiperosmolar non ketotik (HNK). Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa
darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas
plasma sangat meningkat (330 - 380 mOs/mL), plasma keton (+), anion gap normal
atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
c. Hipoglikemia. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma
(PERKENI, 2015).
2. Komplkasi Kronik
Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosas darah, sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes. Empat pilar
pengendalian diabetes, yaitu :
1. Edukasi: Dengan mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes,
gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita
diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan
kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes.
2. Pengaturan makan (Diit) : bertujuan untuk mengendalikan gula darah, tekanan
darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Pada prinsipnya, makanan perlu
dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat
umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak
jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah
dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk
aktivitas sehari-hari penderita.
3. Olahraga / Latihan Jasmani. Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat
badan juga membutuhkan aktivitas fisik teratur. Guna meningkatkan sensitivitas
insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai.
Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak
mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam
sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll. Penderita
juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih
memilih naik tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita
diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olahraga dimulai.
4. Obat / Terapi Farmakologi. Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter
apabila gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba
menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter
pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada
keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.
REFERENSI
1. Ramuan I (Jahe)
Jahe dipotong kecil-kecil kemudian di rebus sampai mendidih 2. Sesudah mendidih baskom atau
ember tersebut diisi dengan jahe yang telah di rebus tersebut 3. Kemudian rendam kain bersih
pada air tersebut lalu peras dan letakan pada bagian yang terasa sakit atau terinfeksi sampai air
dingin atau sampai darah terasa panas
2. Ramuan III (Daun Singkong)
Sebanyak 5 lembar daun singkong, 15 gram jahe dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan
dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan tersebut dioleskan pada bagian
tubuh yang sakit.
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pendidikan kesehatan tentang
Pendidikan kesehatan penyakit degenerative (hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik)
diawali sesuai dengan perjanjian lokmin akan diadakan penyuluhan tentang tumbuh
kembang balita di RT 12 RW 06 Desa Mranggen. Perizinan dilakukan dengan pak RT pada
hari Jumat tanggal 01 Juli 2022. Perlengkapan yang digunakan untuk mendukung acara
dipersiapkan satu jam sebelum acara dimulai. Peralatan yang digunakan adalah lembar balik
dan leaflet.
B. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang penyakit degenerative (hipertensi, diabetes
melitus, dan reumatik) diadakan pada tanggal 03 Juli 2022 di rumah salah satu warga (Ibu
Sakira) RT 05 pukul 18.30 - 19.30 WIB.
Adapun susunan acara pendidikan kesehatan tentang penyakit degenerative, meliputi :
1. Pembukaan
Pembukaan kegiatan penyuluhan dibuka oleh moderator pukul 18.50 WIB dengan
membaca Bismillah. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan mundur 20 menit karena
menunggu peserta hadir dalam kegiatan.
2. Acara inti
Acara inti yang dilaksanakan tanggal 03 Juli 2022 pukul 19.00 WIB di rumah salah satu
warga (Ibu Sakira) RT 05, Kegiatan penyuluhan dibuka oleh moderator yaitu Siti Lailatul
Mahmuda, dan dilanjutkan oleh Eka Juliawati Laing sebagai penyaji. Setelah penyaji
selesai menyampaikan materi, kemudian moderator memberikan kesempatan kepada ibu-
ibu untuk bertanya,
Pertanyaan yang ditanyakan diantaranya seputar keluhan – keluhan yang dirasakan oleh
ibu-ibu, seperti badan yang cepat lelah, kepala yang pusing terus – menerus dan
sebagainya. Pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh penyaji.
3. Penutup
Pada acara penutup dipimpin oleh pembawa acara dengan membaca Alhamdulillahi
Roball’alamin.
C. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Masyarakat mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
b. Kegiatan pendidikan kesehatan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
c. Penyaji dapat menyediakan media lembar balik dan leaflet yang diperlukan saat
melakukan pendidikan kesehatan
2. Evaluasi proses
a. Masyarakat memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan
b. Masyarakat terlibat aktif saat berlangusng nya pendidikan kesehatan dengan
mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi hasil
Table 1.1
Rata – rata nilai Pre – Post pendkes
7.6956521739
R at a-R at a Eval u asi P e n d i d i kan K e se h at an
D e g e n e r a ti f
1304
5.8695652173
913
1 2
Berdasarkan hasil rata – rata nilai pre – post pendkes pada tabel 1.1 didapatkan hasil yaitu
nilai rata – rata untuk pre test adalah 5,86 dan nilai rata – rata untuk post test adalah 7,49.
Jadi, terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat setelah dilakukan Pendidikan
Kesehatan.
DOKUMENTASI