Anda di halaman 1dari 109

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU

AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK KESEHATAN
PURWOREJO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh
AVIT ANDRIANTO
NIM. 18120030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
PURWOREJO
2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Avit Andrianto


NIM/NIRM : 18120030/18/X/12.2.1/3560
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian


atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.

Purworejo,00
Saya yang menyatakan,

Avit Andrianto
NIM. 18120030

i
PENGESAHAN
Skripsi berjudul

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU AGAMA


DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMK KESEHATAN PURWOREJO
Yang disusun oleh Saudara Avit Andrianto Jurusan Tarbiyah, Program
Studi
Pendidikan Agama Islam, telah diujikan pada tanggal ...... Agustus 2022 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana oleh
sidang
Munaqosyah penguji Skripsi.
Ketua Sidang Sekretaris Sidang

............................................ ............................................
NIDN. NIDN.

Penguji 1 Penguji 2

Purworejo,
Ketua,

Mahmud Nasir, S. Fil. I., M. Hum

ii
NIDN. 2108078103

NOTA DINAS PEMBIMBINGAN

Yth.

Ketua STAINU Purworejo

Di Purworejo

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan pembimbingan,

arahan dan koreksi terhadap naskah skripsi berjudul;

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU AGAMA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMK KESEHATAN PURWOREJO

Yang ditulis oleh:


Nama : Avit Andrianto
NIM/NIRM :18120030/18/X/12.2.1/3560
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam

Saya sependapat bahwa skripsi tersebut dapat diajukan dalam sidang munaqasyah
skripsi STAINU Purworejo dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purworejo,

Dr. H. M. Djamal, M. Pd

iii
NIDK. 8865860018

NOTA DINAS PEMBIMBINGAN

Yth.
Ketua STAINU Purworejo
Di Purworejo
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan pembimbingan, arahan

dan koreksi terhadap naskah skripsi berjudul;

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU AGAMA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMK KESEHATAN PURWOREJO

Yang ditulis oleh:

Nama : Avit Andrianto


NIM/NIRM : 18120030/18/X/12.2.1/3560
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam

Saya sependapat bahwa skripsi tersebut dapat diajukan dalam sidang munaqasyah

skripsi STAINU Purworejo dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

iv
Purworejo, 00 2022

Abdul Aziz, S. Ag, M.Pd.


NIDN. 2115129301

v
ABSTRAK

vi
ABSTRACT

vii
MOTTO

‫ْخ َوتِ ْل ِم ْي ِذ ِه نَ ْش ُر ُعلُ ْو ِم ِه َوال َّس ْي ُر َع ٰلى َم ْنهَ ِج ِه‬


ِ ‫ا ْل َعاَل قَةُ اَلرَّابِطَةُ بَي َْن ال َّشي‬
Ikatan yang memperkuat hubungan antara guru dan muridnya adalah
menyebarkan ilmunya dan mengikuti prinsipnya

(Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki)

viii
PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulilah pada-Mu Ya Allah, skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

1. Kedua orang tua tersayang yaitu Ibu Kuliawati dan Bapak Amanto, yang

memberikan dukungan serta mendoakan penulis.

2. Seluruh dosen STAINU Purworejo yang telah memberikan ilmu, motivasi,

dan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada saudara-saudaraku, kakak (Ana Liana dan Ari Ambriyanti). Adik (Al

Kowi Imam Romadhon). Serta Keponakanku Tercinta Faiqoh Lila Royfa,

Hayu dan Kuni yang selalu mendukung dan selalu menanti kepulanganku dan

kesuksesanku.

4. Teman-teman seperjuangan yang berkenan berproses bersama dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan Pondok Pesantren Al-Muttaqin Pangenrejo yang

telah mendukung penulis dalam segala hal.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan di STAINU Purworejo dan dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU

AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMK KESEHATAN PURWOREJO”. Shalawat serta

salam tidak lupa penulis hadiahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.

dengan membaca “Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala ali

sayyidina Muhammad”, yang telah menuntun manusia ke jalan kebenaran dan

keselamatan.

Selanjutnya penulisan menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Mahmud Nasir, S. Fil. I., M. Hum. Selaku Ketua STAINU Purworejo,

yang telah memberikan layanan dengan baik selama penulis menimba ilmu di

STAINU Purworejo.

2. Ibu Siti Khusniyati Sururiyah, M. Pd. I. Selaku kepala program studi PAI,

yang telah memudahkan penulis dalam proses kuliah di STAINU Purworejo.

3. Bapak Dr. H. M. Djamal, M. Pd. Selaku dosen pembimbing 1, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Abdul Aziz, S.Ag, M.Pd. Selaku pembimbing 2, yang telah

memberikan ilmu dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

x
penulisan skripsi ini.

5. Nuryadin, S.Sos.M.Pd. Selaku kepala sekolah SMK kesehatan Purworejo

yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.

6. Daimurahman, SHI. Dan Wahyu Ariani Oktavia, S.Pd. Selaku guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan kesempatan dan

memberikan bimbingan dengan teliti.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan menjadi

amal kebaikan yang diterima oleh Allah Swt. teriring doa jazakumullah

akhsanal jaza’. Sebagai penutup penulis menyadari masih banyak kekhilafan

dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca

demi lebih sempurnanya skripsi yang penulis susun ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Amin.

Purworejo, 00 Oktober 2022

Penulis

Avit Andrianto

NIM.18120030

xi
DAFTAR ISI

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Transkrip Wawancara

Surat Izin Penelitian

Foto Dokumentasi

Kartu Konsultasi Bimbingan

Biodata Penulis

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi SMK kesehatan Purworejo

Tabel 2. Daftar guru SMK kesehatan Purworejo

Tabel 3. Daftar karyawan SMK kesehatan Purworejo

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang, karena itu

pendidikan menjadi hak bagi setiap warga negara, pemerintah harus

memberikan jaminan kepada setiap warga negaranya agar mendapat

pendidikan yang layak, tanpa membedakan jenis kelamin baik itu anak-anak

maupun orang dewasa yang sudah memenuhi usia sekolah.1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang


Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.2
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut yang akan menjadi

dasar pembuatan visi dan misi setiap sekolah, kemudian dari visi dan misi

dilanjutkan membuat rancangan kerja sekolah sebagai acuan mengambil

kebijakan bagi Kepala Sekolah. Rencana kerja sekolah menjadi alat acuan

keberhasilan sekolah, agar setiap langkah dilakukan guna menuju tercapainya

visi dan misi. Perumusan visi dan misi sekolah yang mengacu pada tujuan

pendidikan nasional, pembuatan rencana strategis, rencana operasional,

penjabaran program tahunan dan kegiatan lainnya dalam sebuah sekolah

merupakan kegiatan setiap sekolah.

1
Muhardi, kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa Indonesia,
jurnal pendidikan, Vol XX, No. 4 Oktober – Desember 2004, hlm. 483.
2
Depdiknas, UU RI No. 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2

Kepala Sekolah merupakan unsur vital bagi efektivitas lembaga

pendidikan. Bahkan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan ditentukan oleh

kemampuan Kepala Sekolah dalam memimpin setiap sekolah memiliki

keunggulan yang bervariatif. Keunggulan yang terdapat di sekolah

merupakan cerminan dari kemampuan kepala Sekolah melakukan inovasi

yang berbeda dari kebiasaannya. Inovasi sekolah sangat ditentukan atas

kebijaksanaan yang lahir dari keterampilan seorang Kepala Sekolah, sesuai

dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai. Tentunya keberhasilan tidak

datang dengan sendirinya, melainkan adanya upaya-upaya warga sekolah

untuk bersama-mencapai keberhasilan dari tujuan yang diharapkan. Maka

Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus bisa memberikan pengaruh kepada

seluruh personil yang ada di sekolah untuk mencapai target-target yang telah

ditentukan.

Kunci keberhasilan dan keberlangsungan sekolah ditentukan oleh

kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepemimpinan seorang Kepala Sekolah

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat

mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-

program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu,

Kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan kepemimpinan yang

memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan

mutu sekolah. Kepala sekolah mempunyai lima fungsi utama. Pertama

bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan dan perkembangan

murid-murid yang ada di lingkungan sekolah. Kedua, bertanggung jawab atas


3

keberhasilan dan kesejahteraan profesi guru. Ketiga, berkewajiban

memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-

guru yang mungkin dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain. Keempat,

bertanggung jawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi

pembantu. Kelima, bertanggung jawab untuk mempromosikan murid-murid

terbaik melalui berbagai cara.

Kepala Sekolah juga harus memahami tugas pokok dan fungsi Kepala
Sekolah sebagai: (1). Perencana sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah
sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan dan
strategi pencapaian, (2). Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat
struktur organisasi (structuring), menetapkan staf (staffing) dan menetapkan
tugas dan fungsi masing-masing staf (functionalizinng), (3). Menggerakkan
staf dalam arti memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi
contoh external marketing, (4). Mengawasi dalam arti melakukan supervisi,
mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga sekolah.
Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan
dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara
analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif dan
menghindarkan serta menanggulangi konflik.3
Selain Kepala Sekolah dalam lembaga sekolah guru mempunyai

peranan yang penting guna mendidik murid. Guru adalah sosok arsitektur

yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai

kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik

menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas

mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan

membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.4

Peran guru sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kemajuan

pendidikan. Setiap pendidikan sangat membutuhkan guru yang kreatif,


3
Ahmad Sudrajat. Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode dan Model
Pembelajaran. (Bandung :Sinar Baru Algensindo2008.),hlm. 112.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 36.
4

profesional dan inovatif agar siswa nyaman saat proses pembelajaran, karena

di setiap pembelajaran siswa harus benar-benar menguasai bahan atau

pelajaran pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Oleh karena itu guru

harus bisa mengembangkan sumber belajar, tidak hanya mengandalkan

sumber belajar yang sudah ada. Peranan guru dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa sangat besar sekali. Apabila seorang guru tersebut berhasil

dalam merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses

pembelajaran, maka bisa dikatakan berhasil dalam kinerjanya sebagai seorang

guru profesional. Disisi lain dalam lingkup pendidikan Islam guru tidak hanya

sekedar merancang pembelajarannya, akan tetapi juga membina dan

mengarahkan peserta didik untuk berperilaku terpuji, itulah yang menjadi

tanggung jawab guru agama.

Seorang guru harus berwibawa, bermartabat dan baik tingkah lakunya,

karena ia sebagai orang yang selalu digugu dan ditiru yang patut diteladani

baik oleh anak didik maupun masyarakat sekelilingnya. Guru PAI

mengajarkan tentang agama Islam, jadi mereka bertanggung jawab dunia

akhirat terhadap apa yang mereka ajarkan dan sampaikan pada peserta

didiknya. Tanggung jawab ini antara lain tentang kebenaran materi yang dia

sampaikan serta tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

tugas yang dia terima.

Pendidikan agama Islam di sekolah umum pada dasarnya bertujuan

untuk membentuk akhlak yang baik dan mulia menuju manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak dan terampil.


5

Pendidikan agama Islam dirancang untuk menumbuhkan nilai-nilai religius

keagamaan sebagai bentuk untuk menghindarkan peserta didik dari benturan-

benturan nilai-nilai religius keagamaan, mengantisipasi adanya budaya-

budaya yang masuk dari luar dan bahaya pergaulan yang makin bebas

dikalangan para remaja.

Bermacam-macam argumen yang dikemukakan untuk memperkuat

statement tersebut, antara lain adanya indikator-indikator kelemahan yang

melekat pada pelaksanaan pendidikan agama di sekolah, yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut: (1) PAI kurang bisa mengubah pengetahuan

agama yang kognitif menjadi "makna" dan "nilai" atau kurang mendorong

penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam

diri peserta didik. (2) PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama

dengan program-program pendidikan non-agama. (3) PAI kurang mempunyai

relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang

ilustrasi konteks sosial budaya, atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari

sejarah sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai

nilai yang hidup dalam keseharian.5

Kurang berhasilnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam seperti

yang dikemukakan di atas, disebabkan karena 1) terbatasnya jam pelajaran

Agama dengan muatan materi pembelajaran yang padat dan lebih pada materi

pengetahuan agama yang menuntut hafalan Al-Qur’an dan Hadits. 2)

disebabkan karena konsep pembelajaran yang terlalu menekankan pada aspek

5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 123- 123.
6

penalaran/hafalan akan sangat berpengaruh terhadap sikap yang dimunculkan

anak. Menghafal tentu ada gunanya, namun kalau kemudian menjadi dominan

dari seluruh mata pelajaran harus dihafal, maka akan melahirkan anak didik

yang kurang kreatif dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya sendiri.6

Berdasarkan pengamatan penulis dalam mengamati sekolah SMK

kesehatan Purworejo yang tergolong usianya masih cukup muda namun sudah

sukses bahkan terakreditasi unggul, kemudian dalam visi dan misi serta profil

sekolah SMK kesehatan Purworejo terdapat berakhlak mulia dan berdasarkan

iman taqwa serta tertib ibadah. Bagaimana bisa mewujudkan hal tersebut jika

pengetahuan agamanya masih kurang, ditemukan fakta bahwa 75% siswa

berlatar belakang dari sekolah umum dan masyarakat awam bahkan ada

golongan abangan. Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah diperlukan

peran dari kepala sekolah dan guru agama, peran kepala sekolah sangat

dominan dalam mengelola sekolah dengan gaya kepemimpinan yang tegas

diperlukan dalam mengelola lembaga sekolah yang masih baru. Selain kepala

sekolah guru agama sangat berperan penting dalam mensukseskan visi dan

misi sekolah sesuai arah dan bimbingan dari kepala sekolah. Sehingga timbul

sinergitas peran kepala sekolah dan guru agama untuk membimbing peserta

didik dalam bidang keagamaan.7

Melihat latar belakang masalah diatas penulis sangat tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut peran kepala sekolah dan guru agama di SMK

kesehatan Purworejo serta wujud dari kerja sama yang di bangun. Oleh
6
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 133.
7
Hasil Observasi Penulis di SMK kesehatan Purworejo pada hari, Senin 17 Januari 2022.
7

karena itu peneliti menuliskan judul “Sinergitas Peran Kepala Sekolah dan

Guru Agama dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di SMK

Kesehatan Purworejo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

pokok masalah yang menjadi fokus penelitian:

1. Bagaimana sinergitas kepala sekolah dan guru agama di SMK kesehatan

Purworejo?

2. Bagaimana implementasi PAI di SMK kesehatan Purworejo?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di

sampaikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sinergitas kepala sekolah dan guru pendidikan

agama Islam di SMK kesehatan Purworejo.

b. Untuk mengetahui implementasi PAI di SMK kesehatan

Purworejo.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua

kalangan pendidikan dan di pendidikan menengah pada umumnya. Antara

lain manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini mempunyai manfaat

teoritis dan manfaat praktik:


8

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis memberikan kontribusi

pemikiran dan memperkaya teori tentang sinergitas peran kepala sekolah

dan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kualitas

pendidikan agama Islam. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangsih pemikiran perkembangan dunia pendidikan.

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini pada tataran praktis diharapkan memberikan

kerangka konseptual yang dapat digunakan untuk mengembangkan:

a. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pedoman

kepala sekolah dalam mengelola sekolah dan bersinergi dengan guru

mata pelajaran yang lainnya.

b. Guru pendidikan agama Islam

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua guru

terutama guru pendidikan agama Islam dalam membangun sinergitas

dengan kepala sekolah dan guru lainnya.

c. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam

mengimplementasikan pembelajaran di kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi siapa saja

ingin mengetahui lebih mendalam terkait sinergitas peran kepala sekolah dan
9

guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan

agama Islam SMK kesehatan Purworejo.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian yang relevan dan telah dilaksanakan oleh

peneliti-peneliti terdahulu, sehingga dapat dijadikan referensi dan perbedaan

skripsi yang penulis teliti dengan penelitian sebelumnya antara lain:

1. Siti Mufidatun Nasihah. 3211073109/Skripsi. Strategi Kepala Sekolah

dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan

Agama Islam di Sma Negeri 1 Srengat.8 Hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa di SMA Negeri 1 Srengat kompetensi profesional

guru PAI cukup bagus, misalnya di samping guru-guru PAI

melaksanakan tugas pokok juga masih melaksanakan tugas tambahan

seperti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan juga selalu membuat

kelengkapan mengajar.

Perbedan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan dalam skripsi ini adalah bahwa penelitian tersebut hanya

membahas strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru pendidikan agama Islam, sedangkan penelitian ini akan

mendalami sinergitas peran kepala sekolah dan guru agama dalam

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam.

8
Siti Mufidatun Nasihah, “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di Sma Negeri 1 Srengat”
Skripsi. Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, 2011.
10

2. Ilis Mayang Sari, 1516210089/skripsi. Sinergitas Kinerja Guru

Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan Konseling dalam

Mengatasi Kenakalan Siswa di Sekolah Menengah Atas 07 Bengkulu

Selatan.9 Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) sinergitas kinerja

guru pendidikan agama Islam dan guru bimbingan konseling dalam

mengatasi kenakalan siswa dalam melanggar tata tertib sekolah yaitu

bentuk sinergitas dalam kegiatan program konseling Islami, bentuk

sinergitas atau kerjasama alih tangan kasus, bentuk sinergitas kegiatan

penyuluhan dan sinergitas atau kerjasama kegiatan imtaq yang diadakan

satu minggu sekali yaitu hari jum’at. 2) bentuk kenakalan siswa yang

dilakukan di SMA Negeri 07 Bengkulu Selatan dalam melanggar tata

tertib sekolah yaitu: datang terlambat ke sekolah, baju dikeluarkan,

merokok saat istirahat, membolos saat pergantian jam pelajaran, tidak

memakai pakaian seragam sekolah dan membawa hp ke sekolah.

Perbedan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan dalam skripsi ini adalah bahwa penelitian tersebut hanya

membahas sinergitas kinerja guru pendidikan agama Islam dan guru

bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di sekolah

menengah atas, sedangkan penelitian ini akan mendalami sinergitas peran

kepala sekolah dan guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan

agama Islam.

9
Ilis Mayang Sari, “Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dan
Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Sekolah Menengah
Atas 07 Bengkulu Selatan” Skripsi. Program studi pendidikan agama islam Jurusan
tarbiyah Fakultas tarbiyah dan tadris Institut agama islam negeri (IAIN) Bengkulu,
2019.
11

3. Habibullah 1611210159/skripsi Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan

Agama Islam dan Guru Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan

Kesadaran Shalat Berjamaah di Sekolah Menengah Kejuruan

Swasta 8 Grakarsa Kota Bengkulu.10 Hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa: 1) sinergitas kinerja guru pendidikan agama Islam

dan guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa dalam

melanggar tata tertib sekolah yaitu: bentuk sinergitas dalam kegiatan

program konseling Islami, bentuk sinergitas atau kerjasama alih tangan

kasus, bentuk sinergitas kegiatan penyuluhan dan sinergitas atau

kerjasama kegiatan imtaq yang diadakan satu minggu sekali yaitu hari

jum’at. 2) bentuk kenakalan siswa yang dilakukan di SMK swasta 8

grakarsa kota Bengkulu dalam melanggar tata tertib sekolah yaitu: datang

terlambat ke sekolah, baju dikeluarkan, merokok saat istirahat, membolos

saat pergantian jam pelajaran, tidak memakai pakaian seragam sekolah

dan membawa hp kesekolah.

Perbedan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan dalam skripsi ini adalah bahwa penelitian tersebut hanya

membahas sinergitas kinerja guru pendidikan agama Islam dan guru

bimbingan konseling dalam menumbuhkan kesadaran shalat berjamaah

di sekolah menengah kejuruan swasta 8 grakarsa kota Bengkulu,

10
Habibullah, “Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru
Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Kesadaran Shalat Berjamaah di Sekolah
Menengah Kejuruan Swasta 8 Grakarsa Kota Bengkulu” Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Tadris Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, 2020.
12

sedangkan penelitian ini akan mendalami sinergitas peran kepala sekolah

dan guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam.

4. Wahyu Imam Sanusi, 1711210072/Skripsi. Sinergitas Orang Tua dan

Guru Agama dalam Meningkatkan Kompetensi Membaca Al-

Qur’an di Sekolah Dasar Negeri 42 Seluma.11 Hasil dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa sinergitas orang tua dan guru agama dalam

meningkatkan kompetensi membaca Al-Qur’an di sekolah dasar negeri

42 seluma kurang maksimal, karena orang tua hanya menyerahkan

pendidikan Al-Qur’an kepada sekolah saja guru pun di sekolah sebagai

tenaga pengajar cukup terbatas, padahal orang tua juga memiliki hak dan

kewajiban untuk memberikan pendidikan serta pemahaman dan

pengetahuan kepada anak tentang agama khususnya dalam membina

baca Al-Qur’an.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan dalam skripsi ini adalah bahwa penelitian tersebut hanya

membahas sinergitas orang tua dan guru agama dalam meningkatkan

kompetensi membaca Al-Qur’an, sedangkan penelitian ini akan

mendalami sinergitas peran kepala sekolah dan guru agama

meningkatkan pendidikan agama Islam.

Sejauh pengalaman yang ditelusuri oleh peneliti belum ada yang

membahas tentang sinergitas peran kepala sekolah dan guru agama dalam

11
Wahyu Imam Sanusi, “Sinergitas Orang Tua dan Guru Agama dalam
Meningkatkan Kompetensi Membaca Al-Qur’an di Sekolah Dasar Negeri 42 Seluma”
Skripsi. Fakultas tarbiyah dan tadris Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Bengkulu, 2021.
13

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Dalam penelitian ini

penulis ingin mengkhususkan pada sinergitas peran kepala sekolah dan

guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di

SMK kesehatan Purworejo.

F. Sistematika pembahasan

Untuk mempermudah penelitian terhadap uraian skripsi ini, maka

penulis membagi dalam lima bab:


14

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Meliputi : Sinergitas, kepala sekolah, guru pendidikan agama Islam,

pendidikan agama Islam.

BAB III : METODE PENELITIAN

Meliputi : Jenis dan desain penelitian, tujuan dan waktu penelitian,

subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, keabsahan data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Meliputi : Gambaran umum sekolah meliputi: sejarah singkat SMK

Kesehatan Purworejo, profil sekolah SMK kesehatan

Purworejo, visi, misi, tujuan sekolah, struktur organisasi,

guru, karyawan. Adapun hasil penelitian dan pembahasan

pada bab ini meliputi: sinergitas kepala sekolah dan guru

pendidikan agama Islam, wujud sinergitas kepala sekolah

dan guru pendidikan agama Islam, kebijakan kepala sekolah

terkait pendidikan agama Islam, peran guru pendidikan

agama Islam dalam program keagamaan, implementasi

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Kesehatan

Purworejo,implementasi pembelajaran pendidikan agama

Islam, implementasi program pendidikan agama Islam.


15

BAB II

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU AGAMA,


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Sinergitas

Sinergitas berasal dari kata sinergi, dapat disebut pula dengan

sinergisme ataupun sinergisitas. Sinergi mengandung arti kombinasi unsur

atau bagian yang dapat menghasilkan pengeluaran yang lebih baik atau lebih

besar.12 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sinergi berarti

kegiatan atau operasi gabungan.13 Dikutip melalui jurnal pembangunan pada

student jurnal mengartikan sinergitas sebagai: Kombinasi atau paduan unsur

atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar dari

pada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu gabungan beberapa unsur akan

menghasilkan suatu produk yang lebih unggul. Oleh sebab itu, sinergitas

dalam pembangunan berarti keterpaduan berbagai unsur pembangunan yang

dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar.

Sinergitas akan mudah terjadi bila komponen-komponen yang ada

mampu berpikir sinergi, terjadi kesamaan pandang dan saling menghargai”. 14

Berdasarkan pendapat ahli di atas penulis menarik kesimpulan bahwa

Sinergitas dapat diartikan kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan

guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa
12
Yudi Taloko Dkk, “Peran Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi Dalam Rangka
Penanggulangan Bencana Alam Di Wilayah Sulawesi Utara” Jurnal Prodi Strategi
Pertahanan Udara, Vol. 4, No.01 (2018), hlm.38.
13
https://kbbi.web.id/ di akses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022.
14
Wehelmina Lodia, Dkk, “Manajemen Aset Daerah Provinsi Nusa Tengah Timur
(Studi Kasus Kendaraan Dinas Operasional Milik Pemerintah Provinsi NTT)” Jurnal
Flobamora, Vol. 2, No. 1 (2018), hlm.66.
16

peran yang berbeda namun terkait didalamnya. konsep bersinergitas di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Berorientasi pada hasil yang positif

b. Perspektif berbagai menggantikan atau melengkapi paradigma

c. Saling bekerja sama dan bertujuan sama serta adanya kesepakatan

d. Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses

Bersinergitas juga berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat

dan bersedia saling berbagi. Sinergitas guru hampir sama dengan jaringan

kerja guru yaitu sama-sama melakukan kerjasama dalam membentuk

kepribadian siswa. Adapun jaringan kerja guru adalah sekelompok guru, baik

yang satu sekolah, satu bidang studi dengan semua golongan, dimana persepsi,

sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan siswa.

B. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kata kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah.

Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

atau suatu lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah tempat atau

lembaga pendidikan dimana menjadi tempat menerima dan memberi

pelajaran yang terdiri dari pendidik dan peserta didik. Secara sederhana

kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional

guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi

interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
17

pelajaran.15 Kata memimpin dari rumusan tersebut mengandung makna

luas, yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada

pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai

pemimpin juga harus berperan sebagai pengelola, jika dilihat dari fungsi-

fungsi manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (pengawasan), maka kepala sekolah harus

berperan pula sebagai supervisor pengajaran serta sebagai evaluator

program sekolah.16

Kepala sekolah diharapkan mampu untuk memimpin sekaligus

mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar

yang diselenggarakan di sekolah. Kepala sekolah harus mampu menjadi

supervisor tim yang terdiri dari pendidik, staf, peserta didik dan di sekitar

lingkungan sekolah dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang

efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas belajar yang pada

akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan apa yang dicita-

citakan sekolah. Kepala sekolah juga harus mampu menjadi evaluator

bagi program-program yang telah dilaksanakan, evaluasi ini dilaksanakan

untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, serta untuk menghindari penyimpangan tujuan yang telah


15
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm.83.
16
Muhammad Faisol Abdau, Membangun Strategi Lembaga Pendidikan dalam
Pendidikan Karakter, (Surabaya: CV Global Aksara Pres 2021), hlm.17.
18

ditetapkan sebelumnya. Semua pelaksanaan dari rencana kerja yang telah

terwujud harus dievaluasi secara berkala dan terlaksana.17

2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah

Tugas utama kepala sekolah adalah sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengatur situasi, mengendalikan kegiatan kelompok,

organisasi atau lembaga, dan menjadi juru bicara kelompok.

b. Meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi

yang lebih baik.

c. Mengingatkan tujuan akhir dari perubahan.

d. Membantu kelancaran proses perubahan, khususnya menyelesaikan

masalah dan membina hubungan antar pihak yang berkaitan.

e. Menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan18

Fungsi kepala sekolah terdapat 5 dimensi pokok diantaranya; 19

pertama idealized influence, yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang

memiliki idealisme yang tinggi, visi yang jelas, dan kesadaran akan

tujuan yang jelas. Kepala sekolah memiliki visi pendidikan yang

memahami tujuan sekolah dan mampu mewujudkannya. Fungsi ini

mendatangkan rasa hormat (respect) dan percaya diri (confidence) dalam

diri para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya. Karakteristik Atau

komponen kepemimpinan dalam fungsi ini berupa: 1) melibatkan para

staf, guru, dan pegawai serta stakeholder lainnya dalam penyusunan visi,
17
Ibid, hlm.18.
18
Basri Hasan, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia,
2014), hlm.43.
19
Hasan Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm.323.
19

misi, tujuan, rencana strategis sekolah, dan program kerja tahunan

sekolah, 2) kepemimpinan yang selalu mengutamakan mutu secara

terencana, sistematis, dan berkesinambungan.

Kedua, inspirational motivation, yaitu fungsi kepemimpinan

kepala sekolah yang mengilhami dan selalu memberikan semangat

kepada para guru, pegawai, dan semua warga sekolah lainnya untuk

berprestasi. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mampu

menempatkan diri sebagai orang yang patut diteladani. Fungsi

kepemimpinan kepala sekolah yang menggunakan prinsip kebersamaan

dalam menangani beban tugas. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah

yang mampu mengekspresikan harapan-harapan yang jelas dan

mendemonstrasikan komitmen terhadap pencapaian tujuan pendidikan di

sekolah. Komponen kepemimpinan dalam fungsi ini yaitu: 1)

menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis, partisipatif, dan

kolegatif, 2) lebih menekankan pengembangan suasana kerja yang

kondusif, informal, rileks, dan didukung motivasi intrinsik yang kuat

sebagai landasan peningkatan produktivitas kerja, 3) mengembangkan

nilai-nilai kebersamaan, kesadaran kelompok dan berorganisasi,

menghargai consensus, saling percaya, toleransi, semangat untuk maju,

dan kesadaran untuk berbagi dalam kreativitas dan ide-ide baru serta

komitmen kuat untuk sekolah lebih maju, 4) peduli dan mengembangkan

nilai-nilai afiliatif, 5) peduli dan mengembangkan nilai-nilai kreativitas


20

para guru, pegawai, dan siswa, dan 6) mengembangkan kerja sama tim

yang kuat dan kompak.

Ketiga, intellectual stimulation, yaitu fungsi kepemimpinan kepala

sekolah yang mengarahkan para guru, pegawai, dan warga sekolah

lainnya dengan selalu menggunakan pertimbangan rasional. Fungsi

kepemimpinan kepala sekolah yang selalu mendorong dan membuka

peluang timbulnya kreativitas dan inisiatif baru, ide-ide baru dan cara-

cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Dalam komponen ini, yang terkait

berupa: 1) kepemimpinan yang menekankan pengembangan budaya kerja

yang positif, etos kerja, etika kerja, disiplin, transparan, mandiri, dan

berkeadilan, 2) lebih bersifat memberdayakan para guru dan staf daripada

memaksakan kehendak kepala sekolah, 3) kepemimpinan yang mendidik,

4) kompeten dalam hal-hal teknis pekerjaan maupun pendekatan dalam

relasi interpersonal

Keempat, individualized consideration, yaitu kepemimpinan

kepala sekolah yang memberikan fokus perhatian pada individu dan

kebutuhan pribadinya. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang

mampu mendengarkan dengan seksama dan membuat pertimbangan

berdasarkan kebutuhan dan potensi untuk mengembangkan kinerja,

prestasi, dan karir para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya. Dalam

komponen ini, yaitu: 1) kepemimpinan yang tanggap dan peduli dengan

kepedulian para anggota, 2) berorientasi pada pengembangan


21

profesionalisme para guru dan pegawai, 3) kepemimpinan yang peduli

terhadap perasaan dan kebutuhan pengikutnya.

Kelima, charisma yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang

mempengaruhi para pengikutnya dengan ikatan-ikatan emosional yang

kuat sehingga menimbulkan rasa kagum dan segan kepada pribadi

pemimpinnya, mampu membangkitkan motivasi yang kuat untuk selalu

bekerja keras, kesadaran akan kehidupan berorganisasi, menghormati dan

merasa memiliki dan merasa bertanggung jawab terhadap organisasi.

Dalam komponen ini yang terkait dengan fungsi charisma yaitu: 1)

mengembangkan karakter pribadi yang terpuji, jujur, dapat dipercaya,

dan memiliki integritas tinggi, 2) mampu memecahkan masalah dengan

pendekatan yang santun, lembut, dan arif, 3) memiliki sifat kebapakan

(paternalistik) yaitu tegas, arif dalam mengambil keputusan dan sifat

keibuan (maternalistik) yaitu lembut, rela berkorban, pendamai, tempat

mencurahkan perasaan hati.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut tampak bahwa fungsi

kepemimpinan yang dijalankan kepala sekolah sangat penting bagi

kehidupan sekolah. Kepala sekolah merupakan penggerak utama semua

proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Karena itu fungsi

kepemimpinan kepala sekolah harus dilaksanakan dengan

mempertimbangkan kelima aspek dalam fungsi kepemimpinan kepala

sekolah yang transformasional. Hal ini akan menjadi pendorong utama


22

pemberdayaan para guru dan pegawai untuk berkinerja tinggi dan

membawa perubahan budaya sekolah menuju kualitas yang lebih baik.

3. Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah harus memiliki dan menguasai kompetensi-

kompetensi yang sudah ditetapkan. Ini semua bertujuan agar kepala

sekolah mampu menjalankan perannya dalam menggerakkan,

memfasilitasi, mempengaruhi, memotivasi, guru-guru agar dapat

melakukan dan menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga

terlaksana interaksi pembelajaran yang sehat dan menyenangkan

sehingga semangat, motivasi serta kesungguhan anak didik dalam belajar

pun ikut terpacu dan tercipta yang lama kelamaan akan melekat pada

jiwa anak didik sehingga bisa melatih kebiasaan-kebiasaan pembentukan

karakter yang baik pada anak didik. Peran kepala sekolah dengan

maksimal dan totalitas akan membantu koleganya yaitu guru dalam

menjalankan atau melaksanakan peran dan tugasnya sebagai guru.

Kepala sekolah merupakan penentu keberhasilan dalam dunia

pendidikan. Kepala sekolah adalah orang yang dipercaya sebagai

pemimpin untuk menyelenggarakan pendidikan dan penjamin lancarnya

pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Maka dari itu kepala

sekolah sudah seharusnya memiliki atau menguasai ilmu pendidikan

secara menyeluruh dalam mewujudkan visi dan misinya, sebagai tenaga20

1. Kepala sekolah sebagai Educator

20
Inge Kadarih Dkk, “Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah di
Sekolah Dasar” Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 2, No. 02 (2020), hlm.198.
23

Kepala sekolah yang berperan sebagai educator di sini adalah

kepala sekolah memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh guru.

Kompetensi yang dimiliki oleh guru dalam proses pembelajaran akan

dapat dipakai saat proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam

kelas. Dari penjelasan tersebut maka kepala sekolah berperan untuk

meningkatkan kompetensi guru misalnya membimbing guru. Kepala

sekolah sebagai educator juga berperan untuk membimbing tenaga

kependidikan.

Peran kepala sekolah sebagai educator ini maka kepala

sekolah juga harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga kepala

sekolah dapat menjadi pembimbing guru jika ada bagian dari

pembelajaran yang dilakukan oleh guru mesti diperbaiki. Cara yang

dapat dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan pengetahuannya

misalnya dengan membaca. Kemudian kepala sekolah yang

membimbing kerja dari tenaga kependidikan juga seperti itu. Kepala

sekolah harus memiliki pengetahuan sehingga ketika tenaga

kependidikan ada bertanya maka kepala sekolah dapat menjawabnya.

Kepala sekolah yang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik atau

sangat baik sebagai educator maka ini akan dapat meningkatkan

mutu pendidikan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya tersebut.

2. Kepala sekolah sebagai Manajer

Pada aspek ini maka kepala sekolah melaksanakan fungsi

manajemennya. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah


24

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi. Kepala sekolah yang melaksanakan fungsi manajemen

tersebut maka akan membuat manajemen yang dilakukannya akan

mendukung keberhasilan sekolah yang dipimpinnya. Contoh

misalnya kepala sekolah membuat perencanaan yaitu akan

mengembangkan sekolahnya untuk mendapatkan nilai akreditasi A

maka kepala sekolah membuat perencanaan dengan baik atau sangat

baik. Setelah itu maka kepala sekolah mengadakan rapat untuk

mengorganisasikan. Pada aspek ini maka kepala sekolah

memberikan pekerjaan kepada para tenaga kependidikan dan guru

untuk mengerjakan perencanaan yang telah dibuatnya.

Dengan memberikan pekerjaan kepada tenaga kependidikan

dan guru maka perencanaan yang telah dibuat sudah berada pada

tahap pengorganisasian. Pada waktu pemberian kerja maka kepala

sekolah juga menjelaskan cara untuk mengerjakan kerja yang telah

diberikan sehingga ketika sudah diberikan maka orang yang

mendapatkan pekerjaan tersebut dapat bekerja untuk melaksanakan

pekerjaan yang telah diberikan tersebut. Setelah itu, kepala sekolah

melakukan pengawasan terhadap kinerja tenaga kependidikan dan

guru yang telah diberikan pekerjaan tersebut. Setelah sudah

dilakukan pengawasan maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dari kerja yang sudah dilaksanakan oleh tenaga

kependidikan dan guru. Kepala sekolah yang sudah melaksanakan


25

tugasnya dengan baik atau sangat baik sebagai manajer maka ini

akan dapat meningkatkan mutu pendidikan di lembaga pendidikan

yang dipimpinnya tersebut

3. Kepala sekolah sebagai Administrator

Peranan kepala sekolah sebagai administrator pendidikan

bersumber dari hakikat administrasi pendidikan sebagai

pendayagunaan berbagai sumber misalnya manusia, sarana dan

prasarana serta berbagai media pembelajaran lainnya secara optimal,

tepat, efektif, dan juga efisien untuk mendukung pencapaian tujuan

pendidikan. Dengan mencapai tujuan pendidikan maka akan tercapai

lulusan yang memiliki mutu. Pada aspek ini maka kepala sekolah

harus mendayagunakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

Jika tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan misalnya

setiap peserta didiknya memiliki pengetahuan dan karakter yang baik

atau sangat baik maka kelak ketika sudah lulus maka ketika mereka

sudah bekerja maka pihak yang mempekerjakan mereka juga akan

menerima hasil kerja yang telah ditunjukkan dari pekerjaannya. Jika

aspek tersebut dapat tercapai maka ini berarti lulusan dari sekolah

sudah bermutu. Kepala sekolah yang sudah melaksanakan tugasnya

dengan baik atau sangat baik sebagai administrator maka ini akan

dapat meningkatkan mutu pendidikan di lembaga pendidikan yang

dipimpinnya tersebut.
26

4. Kepala sekolah sebagai Supervisor

Kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor artinya

adalah kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memantau,

membina, dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas yang mesti

diperbaiki. Pada aspek ini berarti kepala sekolah mengadakan

supervisi terhadap terhadap guru. Ini dimaksudkan untuk memantau

kinerja dari guru. Ketika sudah dipantau kinerja dari guru maka

kepala sekolah akan mendapatkan informasi mengenai kinerja dari

guru.

Ketika kepala sekolah sudah mengetahui kinerja dari guru

maka kepala sekolah mengadakan pembinaan kepada guru dengan

cara memanggil guru untuk dilakukan pembinaan sehingga ada

manfaat aspek pemantauan yang telah dilakukan oleh kepala

sekolah. Setelah dilakukan pembinaan maka kepala sekolah kembali

mengadakan pemantauan kembali untuk mendapatkan informasi

mengenai perkembangan kinerja guru setelah sudah dilakukan

pembinaan. Jika sudah ada perkembangan maka ini menunjukkan

bahwa guru telah memperbaiki aspek proses pembelajaran yang

dilakukannya di kelas. Tentu saja jika ada aspek yang sudah bagus

atau sangat bagus dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan

oleh guru maka harus dipertahankan. Kepala sekolah yang sudah

melaksanakan tugasnya dengan baik atau sangat baik sebagai


27

supervisor maka ini akan dapat meningkatkan mutu pendidikan di

lembaga pendidikan yang dipimpinnya tersebut.21

4. Indikator Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pemimpin yang melakukan manajemen

pendidikan di setiap sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Sejalan dengan hal itu, kepala sekolah hendaknya memiliki jiwa

kepemimpinan yang mampu mengarahkan memotivasi, dan

membangkitkan semangat guru, karyawan, dan siswanya.

Adapun indikator dalam pelaksanaanya, kepemimpinan kepala

sekolah sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:22

a. Kepribadian yang kuat

b. Memahami tujuan pendidikan

c. Pengetahuan yang luas

d. Keterampilan profesional

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala

sekolah dalam mempengaruhi dan mengkoordinasi warga sekolah

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat

dikerjakan secara bersama-sama agar dapat tercapai dengan baik.

Kepemimpinan kepala sekolah akan menentukan kualitas pendidikan,

21
Yadi Sutikno Dkk, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan” Jurnal Maitreyawaria, Vol 3, No. 01 (2022), hlm.4-5.
22
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013), hlm.115.
28

karena kepemimpinan kepala sekolah penentu kebijakan pada situasi

apapun.

Indikator kepemimpinan kepala sekolah harus dikuasai kepala

sekolah agar kualitas pendidikan dapat sesuai dengan tujuan. Begitu

pula dengan indikator-indikator yang ada pada setiap aspek, masing-

masing indikator perlu dikuasai satu per satu. Apabila aspek dan

indikator sudah dikuasai seorang kepala sekolah, maka akan

berdampak baik bagi sekolah masing-masing pada khususnya dan

pendidikan pada umumnya. Aspek atau indikator kepemimpinan

kepala sekolah tidak hanya terbatas pada tugas memimpin, namun juga

hal lain yang berkaitan dengan interaksi terhadap warga sekolah dan

seisinya. Indikator kepemimpinan kepala sekolah adalah kepribadian,

pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah,

kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

C. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam

Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai

orang yang dipekerjakan (profesi atau pencahariannya) mengajar. 23

Sedangkan definisi guru dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan “al

mu'allim atau al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis

ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini seorang al mu'allim atau

23
https://kbbi.web.id diakses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022
29

ustadz mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas membangun

aspek spiritualitas manusia.24

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab

terhadap pendidikan murid, baik secara individu maupun klasikal, baik di

sekolah maupun di luar sekolah.25 Dapat disimpulkan guru dalam

melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal maupun non formal

dituntut untuk mendidik dan mengajar, karena mempunyai peran yang

penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal

pendidikan. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik menjadi

orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, namun jiwa dan watak

anak didik tidak di bangun dan dibina sehngga disini mendidiklah yang

berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik dengan kata lain

mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah

nilai kepada anak didik.

Guru disebut pendidik profesional karena guru telah menerima dan

memiliki beban dari orang tua untuk ikut mendidik anaknya, guru juga

dikatakan pendidik karena telah mendapatkan surat keputusan (SK), baik

dari instansi pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan tugasnya,

oleh sebab itu guru memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Guru merupakan

pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus pekerjaan ini tidak dapat

24
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat, 2005), hlm.12.
25
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm.9.
30

dilaksanakan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan

pekerjaan sebagai guru.26

Dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 30

tentang sistem pendidikan Nasional itu disebutkan bahwa pendidikan

keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat

dan/atau pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang

mengajarkan agama Islam namun juga mengajarkan ilmu umum yaitu

dengan tujuan untuk menghormati agama lain dan hubungan kerukunan

antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan

nasional.27

Secara khusus pendidikan agama Islam adalah rangkaian proses

sistematis terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-

nilai kepada peserta didik, mengembangkan potensi yang ada pada diri

anak didik sehingga mampu melaksanakan tugasnya di dunia dengan

sebaik-baiknya dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada Al-

Quran dan Hadist pada semua dimensi kehidupan.28

Guru pendidikan agama Islam merupakan orang yang

melaksanakan kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan secara sadar

terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu

menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Serta
26
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm.24.
27
https://pusdiklat.perpusnas/go.id diakses pada hari Sabtu, 05 Februari 2022
28
Dakir dan Sardimi, Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya
Menuju Stadium Insan Kamil, (Rasail Media Group: Semarang, 2011), hlm.31.
31

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan

bernegara. Guru pendidikan agama Islam bertugas mengajar, mendidik,

membimbing, serta orang yang memahami tingkat perkembangan

intelektual siswa di sekolahan dan menamakan ilmu-ilmu pengetahuan

agama Islam dengan tujuan menyampaikan kader-kader Islam yang

mempunyai nilai-nilai keimanan.

2. Tugas dan Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas merupakan tanggung jawab yang diamanahkan kepada

seseorang untuk dilaksanakan atau dikerjakan, semua profesi pasti

mempunyai tugas dan tugas tersebut bersifat sangat spesifik. 29 Guru akan

melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan dan sebagai pengajar yang

efektif, jika ia mampu melaksanakan fungsinya sebagai guru. Jabatan

guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat dengan dinas maupun

diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru ada tiga yaitu:

a. Tugas guru sebagai profesi yaitu menuntut kepada guru untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan

ilmu dan teknologi kepada peserta didik.

b. Tugas guru sebagai pengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.

29
Sitiatava Rizema Putra, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, (Yogyakarta:
Diva Press, 2016), hlm.57.
32

c. Tugas guru sebagai pelatih adalah mengembangkan keterampilan dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan di masa yang akan

datang.30

Sedangkan fungsi guru pendidikan agama Islam yaitu sesuai dan

cocok benar dengan manfaatnya. Keberadaan seorang guru untuk

memberikan pencerahan kepada manusia lainya dalam hal ini murid-

muridnya. Fungsi guru meliputi, tugas mengajar, tugas bimbingan atau

penyuluhan dan tugas administrasi atau pemimpin (manajer kelas).31

Guru mempunyai fungsi mengajar yaitu menginformasikan

pengetahuan kepada orang lain secara berurutan langkah demi langkah,

kemudian membimbing/mengarahkan yaitu memberikan petunjuk kepada

orang lain yang belum mengetahui sedangkan mengarahkan merupakan

perkembangan lanjutan dari membimbing agar orang yang dibimbing

tidak salah langkah atau tersesat di jalan, membina merupakan upaya

menjadikan sesuatu menjadi lebih baik dan terus baik dari sebelumnya.32

3. Peran Guru Agama Islam

Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat.33 Karena salah satu tugas seorang guru yaitu membentuk

30
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm.36.
31
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika Ofset, 2008), hlm.265.
32
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima,2012), hlm.29.
33
https://kbbi.web.id diakses pada hari Sabtu 05 Febuari 2022
33

sekaligus membimbing siswa berperilaku Islami. Ada beberapa peran

guru pendidikan agama Islam sebagai berikut;

a. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena

itu guru harus memiliki kualitas pribadi tertentu, yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b. Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik dan

semua orang yang menggap dia seperti guru. Guru sebagai teladan

secara otomatis pribadi dan apa yang dilakukan seorang guru akan

mendapatkan sorotan peserta didik dan orang disekitar

lingkungannya. Sehubungan dengan itu, guru harus menata

bagaimana bersikap, gaya bicara, pakaian, proses berpikir, keputusan,

gaya hidup dan hubungan kemanusian yang diwujudkan dalam semua

pergaulan manusia terutama dalam berperilaku.

c. Guru sebagai fasilitator, ada lima indikator keberhasilan guru sebagai

fasilitator yaitu:

1) Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum

pembelajaran dimulai (seperti silabus, RPP, penilaian dan bahan

evaluasi).

2) Guru menyediakan fasilitas pembelajaran berupa metode, media

dan peralatan pembelajaran).


34

3) Guru tidak bertindak sewenang-wenang terhadap peserta didik.

d. Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa

dalam rangka meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan

belajar siswa. Guru sebagai motivator hendaknya menunjukan sikap

sebagai berikut:

a) Bersikap terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat

mendorong siswanya berani mengungkapkan dan menanggapi

pendapat dengan positif.

b) Guru membantu siswa agar mampu memahami dan

memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal.

c) Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh semangat dalam

interaksi belajar mengajar di kelas.

d) Menanamkan kepada siswa bahwa belajar itu ditujukan untuk

mendapatkan prestasi yang tinggi, menyenangkan orang tua dan

demi beribadah kepada Allah, agar dapat dijadikan motivasi demi

ditumbuhkannya minat belajar siswa.

4) Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang

paling komplek, oleh karena itu guru perlu memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang memadai. tetapi penilaian bukan

merupakan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan.

Kemampuan lain yang harus dikuasai guru adalah memahami teknik


35

evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing

teknik, karakteristik, prosedur pengembangan dan tingkat kesukaran

soal.

5) Guru sebagai pengajar

Guru bertugas membantu peserta didik yang sedang

berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

membentuk kompetensi, dan memahami standar yang dipelajari.

6) Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak

hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional,

kreativitas, moral dan spiritual.34

4. Standar kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam


Standar kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti
kemampuan, kecakapan, kesanggupan, atau tanggung jawab. 35
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
dalam menentukan dan memutuskan suatu persoalan yang berkaitan
dengan tugas yang diembannya,36 kompetensi guru ini terkait dengan
Pendidikan Agama Islam (PAI) yakni merupakan pendidikan yang pokok
bagi setiap manusia, khususnya dalam menggapai ketenangan batin dan
kesehatan mental pada umumnya. Agar guru memiliki kemampuan, ia
perlu membina diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah

34
Zada Haniyah, “Peran Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa
di Smpn 03 Jombang” Jurnal Studi Kemahasiswaan, Vol 4, No. 1 (2021), hlm.80.
35
https://kbbi.web.id diakses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022
36
Hasbi Lawrens dan Burhaniu, Kamus Ilmiah Populer,(Jombang: Lintas
Media), hlm.28.
36

membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara profesional


dalam proses belajar mengajar.37 Guru adalah orang yang dapat
memberikan respons yang positif bagi peserta didik dalam proses belajar
mengajar, untuk saat ini diperlukan guru yang mempunyai basic, yaitu
kompetensi sehingga proses belajar mengajar yang berjalan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.
Akan tetapi seorang guru PAI hendaknya memiliki kemampuan
pedagogis atau hal-hal mengenai tugas- tugas kependidikan seorang guru
agama tersebut.
Macam-macam Kompetensi Guru sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi

pedagogik guru perlu diiringi dengan kemampuan untuk memahami

karakteristik peserta didik, baik berdasarkan aspek moral, emosional,

dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus

mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena

peserta didik memiliki karakter, sifat, dan minat yang berbeda. Guru

harus memahami bahwa peserta didik unik. Dasar pengetahuan

tentang keragaman sangat penting dan termasuk perbedaan dalam

37
Akmal Hawi, kompetensi guru pendidikan agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hlm.1.
37

potensi peserta didik. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi

peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya.38

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang

guru adalah kepribadian yang mantap dan stabil kepribadian yang

dewasa, kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa serta

berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik. Oleh sebab itu

seorang guru wajib memperlihatkan pribadi yang baik terhadap anak

didiknya, tidak hanya menggugurkan kewajibannya dalam mengajar

di sekolah melainkan di luar sekolah juga guru tetap memperlihatkan

pribadi yang baik menjadi panutan anak didiknya karena hal inilah

yang akan menjaga wibawa dan citra guru sebagai seorang yang

mendidik, yang akan selalu diikuti oleh anak didik pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang wajib dimiliki oleh

setiap pendidik dalam berkomunikasi dan bergaul dengan anak

didiknya, sesama guru, dan pegawai lainnya yang ada di lingkungan

pendidikan serta wali murid dan masyarakat. Hal ini digambarkan

dalam bentuk uraian dalam RPP mengenai pendidik bahwa

kompetensi sosial adalah kemampuan seorang pendidik yang

menjadi bagian dari masyarakat dalam hal ini seorang pendidik harus

38
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru, (Bandung: Alfabeta,
2014),hlm.124.
38

memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan sesuatu baik

secara lisan, tulisan dan dalam bentuk isyarat dan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional dan

bersahabat/bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, Bergaul secara santun

dengan masyarakat. Kompetensi sosial yaitu seorang pendidik harus

mampu menyesuaikan dirinya dengan siapa pun baik itu siswa, guru,

maupun orang tua murid serta masyarakat di sekitarnya.

d. Kompetensi Profesional

Guru adalah faktor terpenting dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Meningkatkan mutu pendidik tidak hanya

dengan menambah nilai kesejahteraan guru dalam bentuk

menaikkan gaji dan memberi tunjangan khusus melainkan yang

paling pokok adalah profesinya. Profesi yaitu kedudukan dalam

suatu pekerjaan yang mana menuntut keahlian setiap individu,

yang mana pekerjaan tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh

sembarang orang yang tak memiliki keahlian di bidangnya dan

tidak ada persiapan khusus untuk melaksanakan pekerjaan yang

dimaksud untuk itu tiap orang harus ahli sesuai dengan bidangnya

agar dapat disebut profesional dalam bekerja. Kompetensi

profesional berkaitan dengan bidang yaitu Memahami mata

pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar, Memahami

standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera


39

dalam Peraturan Pemerintah serta bahan ajar yang ada dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Memahami struktur,

konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar,

Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait,

Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

hari.39

D. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam tersusun dari dua pengertian pendidikan

dan pendidikan agama Islam. Secara etimologis, pendidikan dalam

konteks Islam diambil dari bahasa Arab, yaitu Tarbiyah yang merupakan

masdar dari fi’il Rabba-Ya Robbi-Tarbiyatan yang berarti tumbuh dan

bekembang. Sedangkan Islam berasal dari kata kerja Aslama-Yuslimu-

Islaman yang berarti tunduk patuh dan menyerahkan diri dan istilah

pendidikan bisa juga diartikan dengan istilah Ta’lim (pengajaran) atau

Ta’dib (pembinaan).40

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengaruh, atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

39
Feralys Novauli, “Kompetensi Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar
pada SMP Negeri dalam Kota Banda Aceh” Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol 3, No.
1 (2015), hlm.49-51.
40
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm.75.
40

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

kesatuan nasional.41

Terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2

Tahun 1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis,

jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: pendidikan Pancasila,

pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Dari isyarat pasal

tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik

agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/ wajib

dalam kurikulum pendidikan nasional.42

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditentukan beberapa hal

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:

a. Pendidikan sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan,

pengajaran dan latihan yang dilaksanakan secara berencana dan sadar

atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.

c. Guru pendidikan agama Islam yang melaksanakan kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan secara sendiri terhadap peserta

didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

d. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

ajaran agama Islam dari peserta didik, di samping untuk membentuk

41
Akmal Hawi, kompetensi guru pendidikan agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hlm.19.
42
Ibid, hlm.20.
41

kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk

kesalehan sosial.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah hanya untuk memenuhi

kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan

serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus menjadi

pegangan hidup. Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk

membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-

ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah SWT.

Menurut H.M. Arifin sebagaimana dikutip oleh (Akmal Hawi)

bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina dan mendasari

kehidupan anak dengan pengetahuan agama,43 sedangkan menurut

Ramayulis dikutip oleh (Akmal Hawi) bahwa tujuan pendidikan Islam

yang paling utama adalah beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT,

dan kesempurnaan insani yang mana akhirnya untuk kebahagian dunia

dan akhirat.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat

disimpulkan tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk membentuk

manusia yang mengabdi kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berbudi

pekerti luhur, bertanggung jawab, terhadap dirinya dan masyarakat guna

tercapainya kebahagian dunia dan akhirat. Dengan demikian jelas bahwa

tujuan akhir pendidikan agama Islam semata-mata untuk beribadah

43
Ibid, hlm.20.
42

kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan

meninggalkan semua larangan-Nya.

Selain itu terdapat pula bahwa fungsi pendidikan agama Islam bagi

peserta didik yaitu untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar

mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas

hidupnya di muka bumi, baik sebagai, Abdullah (hamba Allah yang harus

tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendak-Nya serta mengabdi

hanya kepada-Nya) maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

menyangkut pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam

keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan

terhadap alam.44 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa fungsi pendidikan agama Islam, antara lain: Pertama,

menumbuhkan dan memelihara keimanan. Kedua, membina dan

menumbuhkan akhlak mulia. Ketiga, membina dan meluruskan ibadah.

Keempat, menggairahkan amal dan melaksanakan ibadah. Kelima,

mempertebal rasa dan sikap keberagamaan serta mempertinggi solidaritas

sosial.

3. Indikator Pendidikan Agama Islam

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri yang dapat

menunjukkan perubahan yang terjadi pada suatu keadaan tertentu, dan

dapat dijadikan rujukan dalam menilai sesuatu. indikator pendidikan

44
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 24.
43

agama Islam di sekolah meliputi tiga bidang diantaranya aqidah, syari’ah

dan akhlak.45

a. Aqidah

Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya

adalah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau

lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah

adalah bidang keimanan dalam Islam dengan meliputi semua hal yang

harus diyakini oleh seorang muslim. Aqidah merupakan aspek

terpenting dalam kehidupan. Berlandaskan nash Al-Qur'an dan sunnah

Nabi sebagai otoritas utama yang berfungsi sebagai petunjuk bagi

umat manusia dalam memahami ajaran Islam.46

Aqidah berarti pendidikan keimanan. Bila manusia beriman

maka Tuhan telah berada dalam hati manusia, hati merupakan intisari

manusia. Hakikat beriman yaitu tatkala manusia sepenuhnya

dikendalikan Tuhan, apabila konsep tersulit dipahami maka tidak ada

kemungkinan lain selain mengarahkan segenap usaha pendidikan

untuk menanamkan iman di hati. Pendidikan akidah ialah rukun Islam

dan rukun iman. Dalam hal ini lebih dikhususkan rukun Islam

pembahasan tentang shalat dan puasa, sedangkan rukun iman yaitu

iman kepada Allah dan iman kepada kitab-kitab Allah. pendidikan

akidah yang diberikan guru di sekolah terhadap siswa, agar siswa

45
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.140.
46
Aceng Abdul Aziz dkk., Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah di Indonesia,
(Jakarta: Ma‟arif NU, 2007), hlm.148.
44

dapat memahami, menghayati dalam kehidupan sehari-hari serta

mengamalkannya di dalam kehidupan.47

b. Ibadah

Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah

karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah. Pengertian khusus

ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah

dan dicontohkan oleh Rasulullah. Pengertian ibadah secara umum

berarti mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sesuai dengan

ketentuan Allah SWT.48 Pendidikan agama Islam di sekolah

pendidikan ibadah yang diberikan meliputi ibadah sholat dan ibadah

puasa. Siswa mampu memahami, menghayati, mempraktekkan, dan

mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Akhlak

Kata “akhlâq” berasal dari bahasa Arab, yaitu jamak‟ dari kata

“khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan

tindakan.49 Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian

ajaran Islam yang mengatur tingkah laku perangai manusia. Ibnu

Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan keadaan jiwa seseorang

yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui

47
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm.232.
48
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm.143-144.
49
Beni ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), hlm.13.
45

pertimbangan pikiran. Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada

Tuhan, kepada Nabi atau Rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga,

dan kepada masyarakat.

Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui

pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang

dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang

memiliki akhlak mulia. Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi

meneladani akhlak Rasulullah, berbakti kepada kedua orang tua,

berakhlak baik kepada guru, dan teman.50

Akhlak merupakan kondisi mental spiritual yang mendorong

manusia untuk berperilaku. Karakter akhlak yang luhur dari seseorang

individu merupakan esensi dari tujuan diadakannya pendidikan dalam

Islam.51

50
Jalaluddi, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.194.
51
Dindin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), hlm.108.
46

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

penelitian lapangan (Field Research) yaitu bentuk penelitian yang bertujuan

untuk mengungkapkan makna yang diberikan oleh anggota masyarakat pada

pelakunya dan kenyataan sekitar.52 Adapun metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dilakukan oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.53

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan oleh penulis adalah di

SMK kesehatan Purworejo. Yang beralamatkan di jalan Mayjen Sarbini,

Gang Kemuning, Pangenjurutengah. Dalam penelitian ini untuk

memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dengan tujuan agar

hasil penelitian ini benar-benar bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Waktu penelitian

52
Salmon Priaji Martana, Problematika Penerapan Metode Field Research untuk
Penelitian Arsitektur Vernakular di Indonesia, Jurnal, Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Bandung, Vol.34, No.1, Th 2006, hlm.59.
53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 6.
47

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2022 sampai dengan

bulan Maret 2022. Yaitu selama dua bulan, penelitian ini dilaksanakan

pada bulan efektif pembelajaran di sekolah yaitu semester genap.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah batasan penelitian dimana peneliti bisa

menentukannya dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya variabel

penelitian.54 Subjek dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan.

Pada penelitian ini, subjek yang dijadikan sumber data adalah sebagai

berikut:

1) Kepala Sekolah SMK Kesehatan Purworejo (1 Orang)

2) Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMK Kesehatan

Purworejo (2 Orang)

3) Waka Kurikulum (1 Orang)

4) Tata Usaha (1 Orang)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah suatu ciri dari seseorang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 55 Objek dari penelitian

adalah Sinergitas Peran Kepala Sekolah dan Guru Agama Dalam

54
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hlm.114.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.13.
48

Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di SMK Kesehatan

Purworejo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data penelitian, seorang peneliti dapat

menggunakan beragam teknik. Teknik pengumpulan data sangat ditentukan

oleh jenis data yang akan dikumpulkan.56 Ada pun teknik dalam penelitian ini

yaitu menggunakan pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

1. Metode Pengamatan

Pengamatan pada dasarnya merupakan kegiatan untuk

mendapatkan informasi melalui indera penglihatan. Karena harus melihat

secara langsung, maka penelitian harus terjun lapangan/kancah

penelitian.57 Penulis berusaha mengamati kejadian atau kegiatan yang

berlangsung pada subjek penelitian di SMK kesehatan Purworejo yaitu

meliputi kegiatan-kegiatan siswa yang berkaitan dengan pendidikan

agama Islam.

2. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara mendapatkan data yaitu dengan

percakapan secara langsung antara pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dengan pihak yang diwawancarai (interviewer)

yang menjawab pertanyaan itu.58 Wawancara ini dilakukan untuk

memperoleh informasi terkait sinergitas peran kepala sekolah dan guru

56
M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2017),
hlm.65.
57
Ibid, hlm.66.
58
Ibid, hlm.75.
49

pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama

Islam. Terkait penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan

kepala sekolah SMK kesehatan Purworejo dan guru pendidikan agama

Islam SMK kesehatan Purworejo guna memperoleh data-data yang

objektif terkait penelitian tersebut.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pokok dalam penelitian

yang dilakukan. Yang dimaksud dengan dokumentasi adalah mencari

data mengenai hal-hal yang variabel berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, notulen dan sebagainya.59 Metode dokumentasi

bermanfaat untuk penulis guna menambah pemahaman dan informasi

untuk penelitian. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk melengkapi dan

mendukung wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan. Data

yang diperoleh seperti sejarah berdirinya, profil sekolah, visi misi,

tujuan, struktur organisasi, keadaan guru di SMK kesehatan Purworejo.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk

menentukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema

dan hipotesis kerja itu. Analisis data yaitu upaya dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya, mencari dan menemukan

59
Suharsimi Arikunto, Proses Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), hlm.208.
50

pola yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.60

Dalam model analisis interaktif ini, analisis data sudah mulai dilakukan

ketika proses pengumpulan data berlangsung di lapangan dan analisis data

dilakukan dalam bentuk siklus. Analisis data dimulai dengan proses

pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerus hingga peneliti dapat

menarik kesimpulan akhir. Apabila kesimpulan peneliti yang ditarik masih

dirasa meragukan, peneliti dapat mengulang kembali langah-langkah dari

awal, yaitu memulai kembali dari proses pengumpulan data di lapangan,

sehingga diperoleh kembali data-data peneliti baru, sebagai dasar bagi

penarikan simpulan kembali dengan lebih mantap.

Ketiga langkah dalam komponen analisis interaktif adalah sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting dan mencari tema dan polanya. Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk

melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing, tidak

dikenal dan belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian

karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang

tersembunyi dibalik pola dan data yang nampak. Melalui proses reduksi

60
Ibid, hlm.248.
51

data, maka data yang relevan disusun dan disistematisasikan ke dalam pola

dan kategori tertentu, sedangkan data yang tidak terpakai dibuang.61

2. Display Data

Data yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalah display

data. Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adalah penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus

dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan

analisis data.

Data yang telah disajikan perlu disusun secara sistematis

berdasarkan kriteria tertentu akan memudahkan pembaca dalam

memahami konsep, kategori, serta hubungan dan perbedaan masing –

masing pola atau kategori.62

3. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Pada penelitian kualitatif,

kesimpulan awal masih bersifat sementara, sehingga dapat berubah apabila

tidak terdapat bukti-bukti yang kuat. Tetapi apabila kesimpulan telah

didukung oleh bukti yang sahih atau konsisten, maka kesimpulan yang

diambil bersifat kredibel.63

61
M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), hlm.147.
62
Ibid, hlm.148.
63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, hlm.14.
52

Kesimpulan hasil penelitian harus dapat memberikan jawab

terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain menjawab rumusan

masalah kesimpulan juga harus menemukan temuan baru dalam bidang

ilmu yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

tentang suatu objek/fenomena yang sebelumnya masih samar, setelah

diteliti menjadi jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori baru.64

F. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi

‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

paradigmanya sendiri.65 Data yang diperoleh dilapangan adalah fakta yang

masih mentah yang artinya masih perlu untuk diolah atau dianalisis lebih

lanjut agar menjadi data yang dapat dipertanggung jawabkan. Setelah data

diperoleh, hal selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah menguji

keabsahan data yang didapatkan. Agar dapat dipertanggungjawabkan dalam

penelitian ini maka perlu dilakukan uji keabsahan data. Dalam penelitian ini

menggunakan teknik:

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan bentuk konsistensi interpretasi

dengan berbagai cara dalam kegiatan penelitian dengan proses analisis

yang konstan atau tentatif, dalam mencari sesuatu maka penulis perlu

64
M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta Pustaka Pelajar,
2017), hlm.149.
65
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif . . . , hlm.321.
53

membatasi dari berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat

diperhitungkan dan apa yang tidak dapat, dalam melaksanakan penelitian

peneliti harus terbuka dengan pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor

kontekstual dan pengaruh bersama pada penelitian dan subjek yang

akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.66 Berbeda dengan

ketekunan pengamatan peneliti berusaha menemukan ciri-ciri, unsur

dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam

penelitian ini, peneliti harus melakukan pengamatan mengenai sinergitas

peran kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo dengan bersungguh-sungguh dan tekun agar peneliti

memperoleh data yang diinginkan.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu cara terbaik untuk menghilangkan

perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang belum ada dalam kontes

suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan

hubungan dari berbagai pandangan. Dengan triangulasi dapat melakukan

pengecekan ulang temuannya dengan membandingkannya dengan

berbagai sumber, metode, atau teori untuk itu maka peneliti dapat

melakukannya dengan cara variasi pertanyaan, mengecek berbagai

sumber dan menggunakan berbagai metode agar pengecekan

66
Ibid, hlm. 329.
54

kepercayaan data dapat dilakukan.67 Dalam penelitian ini menggunakan

berbagai macam metode seperti hasil observasi, hasil wawancara dan

hasil dokumentasi, dari berbagai sumber yang berbeda namun hasilnya

sama dan saling melengkapi satu sama lain.

67
Ibid, hlm.332.
BAB IV

SINERGITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU AGAMA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMK KESEHATAN PURWOREJO

A. Gambaran Umum SMK Kesehatan Purworejo

1. Sejarah Singkat SMK Kesehatan Purworejo

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesehatan Purworejo merupakan

SMK yang didirikan oleh yayasan bina tani Bagelen di bawah naungan

kementrian pendidikan dan kebudayaan yang memadukan ilmu umum, ilmu

agama dan ilmu kesehatan serta menyiapkan calon tenaga kesehatan yang

profesional. Lembaga ini berdiri pada tahun 2014 dengan Surat Keputusan

Pendirian 568.1/A1/UP/YBTB/II/2014, hingga saat ini kurang lebih berusia

delapan tahun yang beralamatkan di Gang Kemuning, Pangenjurutengah,

kecamatan. Purworejo, kabupaten. Purworejo, Jawa Tengah. SMK kesehatan

Purworejo di awal pendirian langsung menata organisasi dan manajemen

kegiatan belajar mengajar (KBM). Kesiapan tenaga kependidikan, kesiswaan,

lingkungan, dan hubungan kerjasama DU/DI. Adapun di tahun selanjutnya

yaitu 2015/2016 semua sistem berjalan sesuai yang diharapkan.

Pada awal berdirinya, SMK kesehatan Purworejo hanya menumpang di

gedung SMP pancasila yang beralamat di Jl. Kesatrian No.3, Plaosan,

Purworejo, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo. Kemudian pada

tahun 2017 mulai membangun gedung sendiri di Kelurahan Pangenjurutengah


dengan tanah seluas 5,452m dengan lokasi sedikit masuk kira-kira 200 m.

Kemudian pada tahun 2018 merupakan fase pengembangan dimana SMK

kesehatan berjuang untuk mendapatkan sebuah prestasi sehingga

mendapatkan akreditasi A. Hingga saat ini SMK berkembang pesat dari tahun

ketahun.

2. Profil SMK Kesehatan Purworejo

Nama Sekolah : SMK Kesehatan Purworejo

Jenjang : Sekolah Menengah Kejuruan

Status : Swasta

Kode Pos : 54114

Alamat : Jalan Mayjen Sarbini, Gang Kemuning,

Pangenjurutengah

Kelurahan : Pangenjurutengah

Kecamatan : Purworejo

Kabupaten : Purworejo

Provinsi : Jawa Tengah

Negara : Indonesia

Email : smkkesehatan.pwr@gmail.com

Website : http://smkkesehatanpwr.wordpress.com

Adapun batas-batas lokasinya adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Berbatasan dengan pemakaman umum

2. Sebelah selatan : Berbatasan dengan perumahan warga

3. Sebelah timur : Berbatasan dengan pemakaman umum


4. Sebelah barat : Berbatasan dengan pekarang milik warga

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesehatan Purworejo,

sekarang ini usianya sudah memasuki tahun ke-8, SMK ini didirikan

dalam rangka untuk menyiapkan calon tenaga kesehatan pada level dasar.

Sekolah telah melakukan akreditasi di tahun 2018 dan mendapatkan nilai

A atau pun unggul, sehingga ini menjadi satu-satunya sekolah di

Purworejo yang pada akreditasi pertama langsung nilai akreditasi A atau

pun unggul, ini bagian dari komitmen sekolah untuk menyiapkan lulusan

sekolah SMK kesehatan Purworejo tidak hanya diterima di tingkat

nasional tetapi juga di tingkat Internasional.

Sehingga sekolah menyediakan program jaminan penempatan

kerja sambil kuliah di Jakarta, Semarang atau penempatan kerja ke luar

negeri yaitu Jepang, Korea dan Malaysia. Profil siswa SMK kesehatan

Purworejo adalah 3T tertib ibadah, tertib belajar dan tertib organisasi,

anggun akhlaknya unggul intelektualnya simpati menarik tentang

meyakinkan sehingga pada saatnya profil lulusan SMK kesehatan

Purworejo adalah siap kerja, siap kuliah dan siap kuliah sambil bekerja.68

3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Kesehatan Purworejo

Visi dan misi adalah salah satu bentuk alat untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditentukan oleh suatu lembaga. Visi dan Misi SMK

kesehatan Purworejo sebagai berikut:

a. VISI SMK Kesehatan Purworejo

68
Nuryadin, Profil SMK Kesehatan Purworejo dalam
http://smkkesehatanpwr.wordpress.com, diakses pada Minggu tanggal 05 Juni 2022.
Unggul dalam prestasi, berakhlak mulia, mandiri dan terampil

berlandaskan Iman dan Taqwa.

b. MISI SMK Kesehatan Purworejo

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di bidang

kesehatan yang relevan dengan kebutuhan industri dan

masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang

berakhlak mulia, mandiri dan kompetitif.

2. Melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka

mengembangkan keilmuan dan membantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi masyarakat.

3. Mengembangkan jejaring kerja sama agar dapat bersinergi dengan

berbagai pihak baik sekolah lain, perguruan tinggi, masyarakat,

pelaku usaha dan pemerintah.

4. Mengelola lembaga dengan baik (good governance) dan

melaksanakan prinsip-prinsip penjaminan mutu (quality

assurance)

c. Tujuan SMK Kesehatan Purworejo

Tujuan dari berdirinya SMK kesehatan Purworejo adalah untuk

menyiapkan calon tenaga kesehatan yang profesional dan tentunya

siap untuk bekerja dan mengemban amanat.

4. Struktur Organisasi, Guru dan Karyawan

a. Struktur Organisasi dan Guru


Sebagai sekolah kejuruan dalam mendidik serta mencetak

lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha, SMK

kesehatan Purworejo mempunya guru dengan pendidikan D3 hingga

S2. Nama dan jabatan guru SMK kesehatan Purworejo, sebagai

berikut:

Tabel. 1

Daftar Struktur Organisasi SMK Kesehatan Purworejo

No Nama Jabatan
1. Drs. A.S. Ragil Wibowo, Ma, Mth. Ketua Komite
2. Nuryadin, S.Sos., M.Pd. Kepala Sekolah
3. Dhevita Ervriana, Se. Bendahara
4. S. Adi Nugroho, S.Pd. Gr Waka. Kurikulum
5. Puji Astuti, S.Pd Stap Waka. Kurikulum
6. Heni Ria Agustin, S.Pd Waka. Kesiswaan
7. Ardiyanto Nugroho, S.Si Waka. Humas
8. Ani Wiji Astuti, A.Md. Kepala Tata Usaha
9. Nina Hadnisari, S.St. Kaprodi. Keperawatan
10 Dra. Endang wahyuningsih, Apt.,M.Kes Kaprodi. Farmasi
Sumber. Dokumentasi SMK Kesehatan Purworejo, bagian Tata Usaha, pada hari Kamis, 10

Maret 2022

Tabel. 2
Daftar Guru SMK Kesehatan Purworejo
No Nama Jabatan

1. Nuryadin, S.Sos., M.Pd. Kewirausahaan


2. Puji Astuti, S.Pd Bahasa Inggris
3. S. Adi Nugroho, S.Pd. Gr Sejarah Indonesia
4. Ardiyanto Nugroho, S.Si Fisika
5. Wuri Andriyani, S.Pd.,Gr. Kewirausahaan
6. Lu'luil Masfufah, S.Pd. Matematika
Dra. Endang Wahyuningsih, Apt., Produktif Farmasi
7.
M.Kes.
8. Eko Nugroho Budi Harjo, B.Sc Fisika
9. Restu Kurniasih, S.Si Kimia
10. Arini Fadhilah, S.Pd. Kimia
11. Drs. Sudjadi, Apt., Se., Mm. Produktif Farmasi
12. Febtia Eka Puji Rahayu, S.Pd. Bahasa Jawa
13. Danu Mey Kirono, S.Kom. Simulasi Digital
14. Agustina Rusdi Prihandani, S.Pd. Bimbingan Konseling
15. Galay Widhiasmoro, S.Pd., Gr. Biologi
16. Nina Hadnisari, S.St. Produktif keperawatan
17. Yoga Wicaksono, S.Pd. Bahasa Jawa
18. Lae Isriyana Nur Laela, S.Kep. Produktif keperawatan
19. Atika Widyastuti, S.Pd. Matematika
Zuni Vitriani, S.Pd. Produk kreatif dan
20.
Kewirausahaan
21. Saraswati Pambudi, S.Pd.,Gr. Bahasa Inggris
22. Okky Priya Pambudi, S.Pd. Bimbingan Konseling
23. Devi Cahyanti, S.Pd. Bimbingan Konseling
24. Heni Ria Agustin, S.Pd. Matematika
25. Kevin Adi Satria, S.Or. Penjasorkes
Wahyu Ariani Oktavia, S.Pd. Pendidikan Agama Islam
26.
dan Budi Pekerti
Daimurahman, S.H.I., M.Pd. Pendidikan Agama Islam
27.
dan Budi Pekerti
28. Fauzia Rahmawati, M.Pd. Bimbingan Konseling
29. Indah Widiyarti Produktif Farmasi
30. Abdul Haris Wiradi, S.Sos. PPKn
31. Sri Wariyati, S.Pd.,Gr. Bahasa Indonesia
32. Anik Siswanti, S.Kep. Produktif keperawatan
33. Meidiana Nur Budi Prastiwi, M.Pd. Kimia
34. Nurul Utami, S.Kep. Produktif keperawatan
35. Faridhatun Ulfa, S.Pd. Bahasa Indonesia
Sumber. Dokumentasi SMK Kesehatan Purworejo, bagian Tata Usaha, pada hari Kamis, 10

Maret 2022

b. Karyawan

Adanya sekolah tentunya tidak terlepas dengan adanya

karyawan atau tenaga kependidikan. Di mana karyawan atau tenaga

kependidikan berperan penting dalam mensukseskan proses belajar

mengajar di sekolah SMK Kesehatan Purworejo. Daftar nama atau

tenaga kependidikan SMK Kesehatan Purworejo, sebagai berikut:

Tabel. 3
Daftar Karyawan SMK Kesehatan Purworejo
No Nama Jabatan
1. Setyani Srinungkarsi, S.Pt Tata Usaha
2. Mujilan Petugas Kebersihan
3. Triyanto Petugas Kebersihan
4. Agus Prakoso Wibowo, A.Md. Tata Usaha
5. Ani Wiji Astuti, A.Md. Tata Usaha
6. Lukman Hakim Tata Usaha
7. Defi Lestari Tata Usaha dan Pengurus UP
Ike Setyarini, A.Md., Farm. Asisten Laboratorium
8.
Farmasi
9. Septiana Karunia Dewi Staf Perpustakaan
10. Pungkas Mumpuni Ambarkati, Se. Staf Keuangan
Nimas Setiyaningrum Asisten Laboratorium
11.
Keperawatan
Sumber. Dokumentasi SMK kesehatan Purworejo, bagian Tata Usaha, pada hari Kamis, 10
Maret 2022.

B. Sinergitas Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMK

Kesehatan Purworejo

Sinergitas adalah aspek yang penting dalam kehidupan bersosialisasi

demi mewujudkan kesejahteraan dan keharmonisan dalam lingkungan

kehidupan bermasyarakat dan negara. Pada hakikatnya sinergitas yang baik

adalah suatu proses dari berbagai macam perpaduan pemikiran kemudian

menyatukan persepsi dan saling mendukung.

Keberlangsungan hidup dan keberhasilan suatu organisasi pada saat ini

dan yang akan datang sangat tergantung pada kemampuan dalam

mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam konteks ini lembaga

pendidikan harus mempunyai pemimpin yang efektif dalam menjalankan

dalam mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Oleh sebab itu peran

kepala sekolah sangat dominan dalam meningkatkan kualitas pendidikan

agama Islam di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Kepala sekolah memiliki peranan serta pengaruh terhadap guru agar

mereka melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Seorang kepala sekolah dapat memberikan arahan untuk kepentingan

tercapainya tujuan sekolah. Seorang kepala sekolah mempunyai peranan yang

multifungsi, oleh sebab itu kepala sekolah dituntut dapat menjalankan

perannya sebagai Educator (pendidik), manajer, supervisor, leader


(pemimpin), inovator, dan motivator, guna meningkatkan kualitas pendidikan

agama Islam.

Selain kepala sekolah guru pendidikan agama Islam mempunyai

peranan yang dominan dalam mendidik, guru pendidikan agama Islam sebagai

pelaksana kebijakan dari kepala sekolah mempunyai peranan yang bertugas

mengajar peserta didik dan membimbing dalam keagamaan, karena guru

pendidikan agama Islam merupakan garda depan dalam mewujudkan peserta

didik yang berakhlakul karimah dan sesuai dengan nilai-nilai pendidikan

Islam.

Sinergitas antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam

merupakan hal yang tak terbantahkan, karena guru pendidikan agama Islam

sebagai pelaksana dari visi, misi dan tujuan sekolah. Kepala sekolah sebagai

penentu kebijakan menginginkan guru pendidikan agama Islam berada di

garda depan, agar peserta didik memiliki jiwa religius namun tetap nasionalis.

Secara umum siswa sebelum masuk di SMK kesehatan Purworejo

berlatar belakang dari orang yang pengetahuan agamanya masih

awam/abangan, siswanya masih kurang dalam melaksanakan kewajiban

sebagai orang Islam dan bacaan-bacan sholat masih tidak mengetahui, dalam

membaca Al-Quran ada siswa yang sama sekali tidak bisa mengaji oleh sebab

itu diperlukan beberapa program eksternal yang dapat membimbing siswa

lebih mengetahui lebih jauh berkaitan dengan keagamaan. Kepala sekolah

memberikan kebijakan dalam mengatasi siswa yang kurang dalam keagamaan


bersama dengan guru pendidikan agama Islam melalui beberapa program

keagamaan yaitu BTQ, rohis, dan pembiasaan beribadah di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian di SMK kesehatan Purworejo menyatakan

bahwa perlunya sinergitas kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam,

kebijakan kepala sekolah berkaitan dengan pendidikan agama Islam dan peran

guru pendidikan agama Islam dalam setiap program tersebut :

1. Wujud Sinergitas Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama

Islam

Wujud dan sinergitas merupakan dua kata yang mempunyai arti

sendiri-sendiri. Wujud dalam kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai

arti bentuk yang dapat dilihat atau diraba, sinergitas sendiri mempunyai

arti kegiatan atau operasi gabungan.69 Bentuk kegiatan yang dilakukan

antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam yaitu berkaitan

visi, misi dan tujuan serta capaian sekolah yang ditetapkan oleh kepala

sekolah sebagai penentu kebijakan dan guru pendidikan agama Islam

sebagai pelaksana kebijakan sekolah dan pelaksana program.

Wujud dari sinergitas kepala sekolah dan guru pendidikan agama

Islam menghasilkan beberapa program-program keagamaan yang ada di

SMK kesehatan Purworejo yaitu, sholat dhuha, pembacaan asmaul husna,

pembacaan doa sebelum dan sesudah pelajaran, sholat berjamaah, rohis,

baca tulis Al-Qur’an (BTQ) dan peringatan hari besar Islam (PHBI).

Program tersebut telah dilaksanakan dan berjalan sesuai jadwal yang telah

69
https://kbbi.wab.id/ Wujud dan Sinergitas, diakses pada hari Minggu, 19 Juni 2022.
ditetapkan oleh guru pendidikan agama Islam dan didukung oleh kepala

sekolah serta dilaksanakan oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Nuryaddin selaku

kepala sekolah ia mengatakan :

“Sinergitas antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama


Islam, yaitu untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, target sekolah,
program dan capaian. Kepala sekolah menginkan peserta didik
mempunyai jiwa nasionalis namun tetap religius. Karena tantangan
ke depan yang dibutuhkan bangsa ini punya kapasitas intelektual
dan akhlakul karimah yang baik. Kepala sekolah melihat peran
guru pendidikan agama Islam sangat dominan untuk
mewujudkannya dengan nilai-nilai pendidikan Islam”70

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa sinergitas

kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo berkaitan dengan visi, misi, tujuan dan target sekolah untuk

membentuk peserta didik yang religius dan berakhlak kul karimah serta

menjadikan peserta didik yang nasionalis namun tetap religius.

Sedangkan hasil wawancara dengan Daimurahman selaku guru


pendidikan agama Islam ia mengatakan :
“Sinergitas antara kepala sekolah dengan guru pendidikan agama
Islam, yaitu koordinasi terkait program keagamaan dengan kepala
sekolah karena tugas yang diberikan oleh kepala sekolah pada guru
pendidikan agama Islam untuk mewujudkan visi, misi, tujuan,
target dan capaian pendidikan agama Islam di sekolah. Selain itu
guru pendidikan agama Islam juga bertugas membentuk peserta
didik agar memiliki akhlakul karimah, sesuai dengan nilai-nilai
pendidikan Islam”71

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, guru

pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo selalu


70
Hasil Wawancara dengan Bapak Nuryadin selaku Kepala Sekolah, pada tanggal 10
maret 2022
71
Hasil Wawancara dengan Bapak Daimurahman selaku guru pendidikan agama
Islam, pada tanggal 10 maret 2022
mengkoordinasikan setiap program keagamaan dengan kepala sekolah,

agar tidak terjadi miss komunikasi berkaitan dengan program dan

keinginan dari kepala sekolah. Tugas pokok dari guru pendidikan agama

Islam di SMK kesehatan Purworejo yaitu membentuk peserta didik yang

berakhlakul karimah sesuai dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam.

Sedangkan hasil wawancara dengan Wahyu Ariani Oktavia selaku

guru pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Setiap guru pendidikan agama Islam itu mempunyai program itu


selalu dikoordinasikan dengan kepala sekolah dan mendukung
setiap kegiatan yang diprogramkan oleh guru pendidikan agama
Islam”72

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, setiap guru

pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo mempunyai

program yang selalu dikoordinasikan dengan kepala sekolah dan

mendukung setiap program yang direncanakan maupun yang telah

berjalan.

Berdasarkan hasil dari beberapa wawancara di atas dapat

disimpulkan, sinergitas antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama

Islam di SMK kesehatan Purworejo saling berkoordinasi dalam program-

program dan mensukseskan visi, misi, tujuan dan target sekolah yang

telah direncanakan atau telah berjalan, kemudian adanya kontroling dari

kepala sekolah terkait program tersebut, serta evaluasi jika ditemukan

masalah atau problem dalam program keagamaan.

72
Hasil Wawancara dengan Ibu Wahyu Arina Oktavia selaku guru pendidikan agama
Islam, pada tanggal 10 maret 2022
Guru pendidikan agama Islam selaku pelaksana program-program

keagamaan tidak bekerja sendiri melainkan dibantu anak-anak organisasi

rohis yang mengawasi kegiatan keagamaan seperti shalat dhuha dan

kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. Selain itu guru pendidikan

agama Islam juga mempunyai tugas membentuk peserta didik yang

religius dan berakhlak kul karimah sesuai dengan nilai-nilai pendidikan

Islam.

2. Kebijakan Kepala Sekolah Terkait Pendidikan Agama Islam

Salah satu kunci yang sangat menentukan keberhasilan sekolah

dalam mencapai tujuan sekolah yaitu peranan kepala sekolah, kepala

sekolah sangat dipengaruhi oleh kapasitas kepemimpinan. Kebijakan

adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara

bertindak.73 Kebijakan kepala sekolah terkait pendidikan agama Islam,

menyatukan persepsi antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama

Islam.

Kebijakan kepala sekolah dalam menentukan guru pendidikan

agama Islam di SMK kesehatan Purworejo mempunyai standar

kompetensi yang diinginkan kepala sekolah untuk mengajar dan mendidik

peserta didik selain memiliki pengetahuan tentang keagamaan dan ilmu

pengetahuan umum guru pendidikan agama Islam juga berusaha

mengembangkan kepribadian peserta didik menjadi manusia yang taat

kepada ajar agama serta menjadi bekal hidupnya.


73
https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses pada hari Minggu, 19 Juni 2022
Wawancara langsung dengan Nuryaddin selaku kepala sekolah ia

mengatakan :

“Mulai dari seleksi guru pendidikan agama Islam, kemudian di


training berkaitan dengan visi, misi, tujuan dan target sekolah serta
pembelajaran agama Islam di sekolah ini, sehingga ada persepsi
yang sama antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.
Kemudian pembekalan dari waka kurikulum dan membuat RPP
untuk dikoreksi sudah sesuai atau belum dengan visi, misi, tujuan
dan target sekolah berkaitan dengan pembelajaran agama Islam.
Karena tugas utama seorang pemimpin adalah perencanaan,
pelaksanaan, controling dan evaluasi. Karena tugas guru
pendidikan agama Islam berada di garda depan”74

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, kepala sekolah

selalu ikut andil dalam setiap proses yang berkaitan dengan pendidikan

agama Islam, mulai dari seleksi, training dengan guru pendidikan agama

Islam untuk menyatukan visi, misi, tujuan dan target sekolah agar timbul

persepsi yang sama antara kepala sekolah dengan guru pendidikan agama

Islam, kemudian kepala sekolah selalu mengontrol dan evaluasi berkaitan

dengan pendidikan agama Islam agar tidak bertolak belakang dengan yang

diinginkan sekolah.

berkaitan dengan kebijakan kepala sekolah terkait pendidikan

agama Islam di SMK kesehatan Purworejo, dalam memilih guru

pendidikan agama Islam kepala sekolah menginginkan guru pendidikan

agama Islam yang memiliki standar kompetensi yang sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada

pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi


74
Hasil Wawancara Dengan Bapak Nuryadin selaku Kepala Sekolah, pada tanggal
10 maret 2022
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi”75

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada

Nuryaddin selaku kepala sekolah ia mengatakan :

“Mulai dari seleksi guru pendidikan agama Islam, sekolah betul-


betul menyeleksi guru pendidikan agama Islam dengan baik,
karena guru pendidikan agama Islam adalah kunci kesuksesan
sebuah sekolah dalam bidang keagamaan ketika diumumkan rata-
rata kompetitor 10 sampai 40 orang, yang sekolah ikutkan tes
administrasi dan tes tertulis di ambil yang rumahnya dekat
kemudian sarjana pendidikan atau linier pendidikan, berjiwa
Islami, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu baca tulis Al-Qur’an
dengan baik dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik”76

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah menginginkan guru pendidikan agama Islam di SMK

kesehatan Purworejo mempunyai standar kompetensi di antaranya

bertempat tinggal tidak jauh dari sekolah, sarjana pendidikan atau linier

pendidikan, berjiwa Islam, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu baca

tulis Al-Qur’an dengan baik dan memiliki kemampuan komunikasi yang

baik.

Sedangkan hasil wawancara dengan Daimurahman selaku guru

pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Standar kompetensi guru pendidikan agama Islam ketika


mendaftar dulu yang pasti agama Islam, sarjana pendidikan atau
linier pendidikan, mampu baca tulis Al-Qur’an, bisa mengajar,
kualifikasi pendidikan sesuai sebagai pengajar, jujur, akhlak baik,
disiplin, bertanggung jawab, kemudian terdapat beberapa tes saat
mendaftar yaitu tes administrasi dan tes wawancara”77

75
https://gtk.kemdikbud.go.id
76
Hasil wawancara dengan bapak Nuryadin selaku kepala sekolah, pada Kamis
tanggal 10 maret 2022
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

guru pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo, beragama

Islam, sarjana pendidikan atau linier, mampu baca tulis Al-Qur’an,

kualifikasi pendidikan sesuai pengajar, jujur, akhlak baik, disiplin,

bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas dapat disimpulkan,

bahwa Kepala sekolah selaku penentu kebijakan selalu ikut andil dalam

berbagai proses yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam, dari

seleksi guru pendidikan agama Islam yang sesuai dengan standar

kompetensi yaitu bertempat tinggal tidak jauh dari sekolah, beragama

islam, sarjana pendidikan atau linier pendidikan, memiliki kualifikasi

pendidikan sesuai pengajar, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu baca

tulis Al-Qur’an dengan baik dan memiliki kemampuan komunikasi yang

baik. Kemudian diterning langsung dengan kepala sekolah untuk

menyamakan persepsi antara kepala sekolah dan guru pendidikan agama

Islam berkaitan dengan visi, misi, tujuan dan target sekolah. Tahapan

selanjutnya pembekalan dari waka kurikulum berkaitan dengan rancangan

pelaksanaan pembelajaran, kemudian kepala sekolah dan guru pendidikan

agama Islam bersama-sama menyusun program-program keagamaan.

Senada dengan pemaparan dari kepala sekolah berkaitan dengan

kebijakan kepala sekolah terkait pendidikan agama Islam, guru pendidikan

agama Islam juga menambahkan terkait kebijakan kepala sekolah berikut

77
Hasil wawancara dengan bapak Daimurahman selaku guru pendidikan agama
Islam, pada Kamis tanggal 10 maret 2022
wawancara dengan Daimurahman selaku guru pendidikan agama Islam ia

mengatakan :

“Setiap kebijakan terkait dengan pendidikan agama Islam kepala


sekolah berperan sebagai penentu kebijakan, sebagai pembimbing
dan evaluasi. Kemudian kepala sekolah memantau keadaan di
lapangan, apakah program-program tersebut ada perubahan atau
kendala”78

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kepala sekolah selaku

penentu kebijakan, pembimbing, dan evaluasi selalu mengkoordinasikan

dengan guru pendidikan agama Islam berkaitan dengan perkembangan

peserta didik, kendala dan mencari solusi agar di bulan berikutnya tidak

terjadi lagi.

Sedangkan hasil wawancara dengan Wahyu Ariani Oktavia selaku

guru pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Kepala sekolah mendukung setiap program-program yang


dilaksanakan dan dijalankan oleh guru pendidikan agama Islam dan
memberikan masukan berkaitan dengan program tersebut. Setiap
program itu idenya dari guru dan ada tambahan dari kepala
sekolah”79

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan, kepala sekolah selalu

mendukung setiap program yang dilaksanakan dan direncanakan, dan ada

tambah ide dari kepala sekolah berkaitan dengan rencana program.

Kebijakan kepala sekolah terkait dengan pendidikan agama Islam di

mulai dari seleksi guru, training dari kepala sekolah, penilaian dari bagian

kurikulum, perencanaan program, kontroling dan evaluasi. kegiatan yang

78
Hasil wawancara dengan bapak Daimurahman selaku guru pendidikan agama
Islam, pada Kamis tanggal 10 maret 2022
79
Hasil Wawancara Dengan Ibu Wahyu Arina Oktavia selaku guru pendidikan
agama Islam, pada tanggal 10 maret 2022
berkaitan dengan pendidikan agama Islam selalu diawasi oleh kepala

sekolah dengan menanyakan dengan guru pendidikan agama Islam

berkaitan dengan perkembangan peserta didik dan kendala yang dialami

guru agar di bulan depan dapat diantisipasi.

Kebijakan kepala sekolah berkaitan dengan pendidikan agama

Islam di SMK kesehatan Purworejo untuk peserta didik di kelas X dan XI

yang beragama Islam wajib mengikuti seleksi baca tulis Al-Qur’an guna

mengetahui kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu ekstrakurikuler BTQ Berdasarkan

Surat Keputusan Nomor : 373/SK/VII/SMK-KES-PWR/20221. Serta bagi

peserta didik yang berminat dalam berorganisasi keagamaan di SMK

kesehatan Purworejo memiliki organisasi rohani Islam Berdasarkan Surat

Keputusan Nomor : 411/SK/X/SMK-KES-PWR/2021. Kegiatan tersebut

bertujuan melatih peserta didik dalam berorganisasi, mendalami

keagamaan dan melatih peserta didik dalam menyelenggarakan acara

keagamaan.

Selain program-program keagamaan sekolah juga memiliki asrama,

program asrama merupakan program mercusuar sekolah serta salah satu

keunggulan sekolah dalam menerima peserta didik yang tidak mampu kost

atau ingin mandiri. Tujuan dari asrama tersebut memudahkan peserta

didik yang rumahnya jauh sekolah, melatih kemandirian, melatih

tanggung jawab dan kedisiplinan peserta didik, di asrama terdapat fasilitas


yang memadai serta pembimbing asrama yang mengontrol dan

membimbing peserta didik baik dalam belajar maupun tertib beribadah.

Selain peserta didik yang mendapatkan program keagamaan, untuk

guru, staf dan karyawan ada kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan

yaitu mujahadah, kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan pada minggu ke

dua. Tujuan dari dilaksanakannya mujahadah agar semua cita-cita,

harapan dan permohonan sekolah dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan

dipimpin langsung oleh guru pendidikan agama Islam dan diikuti seluruh

guru, staf dan karyawan sekolah.

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Program Keagamaan

Peran guru adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan

seorang guru guna menghasilkan suatu kemampuan atau keprofesionalan

yang dimilikinya. Peranan dalam hal ini lebih dominan diarahkan pada

hasil dan tujuan utama yang telah disepakati, begitu juga sebaliknya jika

peran seorang guru itu baik maka hasil yang dicapai juga akan bagus,

hasilnya maksimal serta sesuai dengan target-target yang telah ditentukan.

Dengan demikian guru berusaha bagaimana setiap program yang telah

dicanangkan atau yang telah berjalan dapat berjalan dengan maksimal.

Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan karena guru merupakan

seorang yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan pribadi peserta

didik.

Peran guru pendidikan agama Islam dalam setiap program

keagamaan merupakan suatu bagian utama dalam melaksanakan tugas dan


tanggung jawab dari seorang guru. Peran guru pendidikan agama Islam

yaitu utama perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Peran guru dalam

menerapkan beberapa program sebagai upaya dalam meningkatkan

kualitas pendidikan agama Islam dan pembiasaan yang berkaitan dengan

pendidikan agama Islam di sekolah, diantaranya program shalat dhuha,

asmaul husna, pembacaan doa sebelum dan sesudah belajar, shalat

berjamaah, BTQ dan rohis. Sebagaimana yang dijelaskan Daimurahman ia

mengatakan :

“Guru pendidikan agama Islam bertugas perencana, pengawas,


pelaksana program dan mendampingi siswa dalam setiap kegiatan
yang berkaitan dengan program keagamaan, dan guru pendidikan
agama Islam dibantu dengan anak-anak rohis dalam setiap
kegiatannya, selain itu ada absensi dalam setiap kegiatan
keagamaan, untuk memantau perkembangan anak dalam setiap
kegiatan keagamaan”80

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan, guru pendidikan

agama Islam mempunyai tugas perencana program, pengawal, pelaksana

dan mendampingi peserta didik dalam setiap program dan di bantu anak-

anak rohis.

Sedangkan hasil wawancara dengan Wahyu Ariani Oktavia selaku

guru pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Guru pendidikan agama Islam sebagai perencanaan program,


pengawal program tersebut agar bisa berjalan dengan efektif.
Kemudian mengevaluasi setiap program yang sudah berjalan, jika
terdapat kendala maka dicarikan solusi agar kedepan lebih baik
lagi”81

80
Hasil Wawancara Dengan Bapak Daimurahman selaku Guru pendidikan
agama Islam, pada tanggal 10 maret 2022
81
Hasil Wawancara dengan Ibu Wahyu Arina Oktavia selaku Guru pendidikan
agama Islam, pada tanggal 10 maret 2022
Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan, guru

pendidikan agama Islam sebagai perencana program, pengawal, agar dapat

berjalan dengan efektif dan mengevaluasi setiap program ada kendala atau

tidak, jika terdapat kendala maka dicarikan solusi agar tidak terjadi di

bulan berikutnya.

Berdasarkan wawancara di atas dapat diperoleh informasi bahwa

setiap guru pendidikan agama Islam mempunyai tugas merencanakan

program, menjalankan program, mendampingi peserta didik dalam

kegiatan keagamaan agar berjalan dengan efektif dan melakukan evaluasi

setiap program apabila terdapat kendal dicarikan solusi agar tidak terjadi

lagi di bulan berikutnya.

C. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Kesehatan

Purworejo

Implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo

merupakan sebuah tujuan agar membentuk pribadi yang taat dalam ibadah,

serta memiliki akhlakul karimah yang baik, memiliki jiwa saling tolong

menolong, bantu membantu sesama manusia dan sesuai dengan nilai-nilai

pendidikan islam.

Implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo, tidak terjadi secara tiba-tiba dan dilaksanakan dengan sekedarnya.

Melainkan adanya dorongan dari berbagai pihak, terutama dari kepala sekolah

selaku penentu kebijakan, tentunya guru pendidikan agama Islam memiliki


tanggung jawab yang lebih besar, bukan hanya sekedar mengajarkan dan

menjelaskan pembelajaran pendidikan agama Islam di dalam kelas. Namun

yang lebih penting adalah mengimplementasikan pembelajaran di kelas di

kehidupan sehari-hari.

1. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam yang ada di SMK kesehatan Purworejo

merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan agama Islam yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah SWT yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.

Pendidikan agama Islam mempunyai peran yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam menjadi pemandu dalam

upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan

bermartabat, agama juga menjadi pagar untuk manusia terhadap masuknya

kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan asing yang tidak sesuai dengan

tuntunan Al-Qur’an dan Hadist.

Implementasi pendidikan agama Islam yang dilakukan di sekolah

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam sudah sesuai

dengan berbagai metode dan strategi yang bervariasi dengan

menyesuaikan materi dan kondisi peserta didik, diharapkan peserta didik

mudah menerima dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasi dari pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo, sesuai dengan standar kompetensi. Materi yang diajarkan


sesuai dengan bab dan keperluan setiap bab tersebut, jika dibutuhkan

praktik maka dilaksanakan sesuai prosedur.

Wawancara langsung dengan Wahyu Ariani Oktavia selaku guru

pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Ketika pelajaran di kelas terdapat kelas yang kondusif dan ada


yang tidak kondusif. Kemudian terdapat peserta didik yang kurang
fokus dalam pembelajaran di karenakan sedang tidak sehat, ada
masalah dan kecapean, setiap di akhir pembelajaran diadakan
evaluasi dengan memberikan pertanyaan seputar pelajaran hari ini.
Sedangkan pembelajaran online terdapat ada yang hanya absen lalu
beraktifitas di rumah, itu sering terjadi, yang penting ketika guru
memberikan penjelasan di simak dan dipahami agar ketika diberi
pertanyaan siswa bisa jawab. Untuk implementasi pendidikan
agama Islam yaitu peserta didik yaitu terdapat perubahan perilaku,
melaksanakan sholat, sopan santun dan belajar dengan sungguh-
sungguh”82

Hasil wawancara di atas dapat kesimpulan, pembelajaran di kelas

lebih kondusif ketimbang pembelajaran secara online, walaupun terdapat

peserta didik yang kurang fokus dalam pembelajaran dikarenakan sedang

ada masalah atau sedang kurang enak badan. Sedangkan pembelajaran

online peserta didik hanya sekedar menyimak dan banyak melakukan

aktifitas di rumah ketimbang menyimak pelajaran. Di akhir pertemuan

setiap bab guru memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik guna

mengetahui ke fahaman dari pelajaran tersebut.

Sedangkan hasil wawancara dengan Daimurahman selaku guru

pendidikan agama Islam ia mengatakan :

“Pembelajaran di kelas sesuai dengan standar kompetensi, untuk


materi praktek diadakan praktek, walaupun tidak maksimal. Materi
untuk kelas X materi menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, sedangkan
82
Hasil Wawancara Dengan Ibu Wahyu Arina Oktavia selaku Guru pendidikan
agama Islam, pada tanggal 10 maret 2022
untuk kelas XI pengurusan jenazah dan untuk kelas XII praktik
nikah dan dakwah”83

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan,

pembelajaran di kelas sesuai dengan standar kompetensi sesuai materi di

setiap kelas, untuk kelas X lebih banyak menghafal ayat-ayat Al-

Qur’an,sedangkan kelas XI ada materi pengurusan jenazah dan untuk

kelas XII ada materi dakwah dan pernikahan, untuk praktek sendiri tetap

dilaksanakan walau tidak maksimal.

Implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK

kesehatan Purworejo, melalui pembiasaan untuk melatih peserta didik

agar terbiasa, diantaranya membiasakan membaca doa sebelum dan

sesudah pelajaran, berterima kasih pada setiap guru yang telah

menyampaikan pelajaran, membiasakan siswa mengucap salam, tidak

makan pada saat berjalan, dan berjalan menunduk di depan guru atau

orang yang lebih tua.

2. Implementasi Program Pendidikan Agama Islam

Implementasi program pendidikan agama Islam merupakan

rancangan dari guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah, dengan

sasaran program peserta didik dengan adanya program ini diharapkan

peserta didik dapat terbiasa melaksanakan kebiasaan baik dan ibadah

dengan istiqomah.

Wawancara langsung dengan Daimurahman selaku guru pendidikan

agama Islam ia mengatakan :


83
Hasil Wawancara dengan Bapak Daimurahman selaku guru pendidikan agama
Islam, pada tanggal 10 maret 2022
“Implementasinya dengan mempraktikan program-program
tersebut menjadi kebiasaan di sekolah dan ini sudah terbukti tanpa
diperintah peserta didik ketika di sekolah sudah otomatis
menjalankan, karena sudah terbiasa contohnya sholat dhuha,
asmaul husna dan membaca doa sebelum atau sesudah pelajaran”84

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, program

yang dilaksanakan di sekolah telah menjadi kebiasaan peserta didik di

lingkungan sekolah dan tanpa di perintah peserta didik sudah otomatis

melaksanakannya kegiatan tersebut.

Adapun program yang telah berjalan di SMK kesehatan Purworejo

di antaranya :

a. Sholat Dhuha

Sholat dhuha atau yang disebut juga dengan shalat tatawwu’

adalah sholat-shalat di luar sholat lima waktu yang dianjurkan untuk

dikerjakan. Selain itu shalat tathawwu’ adalah sholat yang dituntut,

bukan wajib, untuk dilaksanakan oleh seorang mukallaf sebagai

tambahan dari sholat wajib. Sholat ini dituntut, baik yang mengiringi

shalat fardhu (rawatib), seperti shalat nafilah qabliyah dan nafilah

ba’diyah, maupun yang tidak mengiringi shalat fardhu (ghairu

rawatib), seperti sholat tahajud, dhuha, dan tarawih.85

Sholat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada saat naiknya

matahari setinggi tombak sampai waktu zawal menjelang shalat

dzuhur. Jumlah rakaatnya minimal dua rakaat, boleh empat rakaat dan

84
Hasil Wawancara dengan Bapak Daimurahman selaku guru pendidikan agama
Islam, pada tanggal 10 maret 2022
85
Abdurrahman Al-Jazirah, kitab Shalat Fiqih Empat Mazhab (Bandung:
Mizan, 2010), hlm. 268.
paling utama delapan rakaat. Pada rakaat pertama disunnahkan

membaca surat Asy-Syams sedangkan pada rakaat kedua surat Ad-

Dhuha, untuk rakaat berikutnya, setiap rakaat pertama membaca surat

Al-Kafirun, sedangkan rakaat kedua surat Al-Ihlash.86

Program shalat dhuha dilaksanakan peserta didik SMK

Kesehatan Purworejo pada waktu pagi pukul 06:30-07:15 wib, setiap

hari kecuali hari jum’at dan sabtu. Sebelum jam pelajaran di mulai dan

dilaksanakan di mushola sekolah, untuk jadwal sendiri telah di

tentukan oleh guru pendidikan agama Islam, setiap harinya satu kelas

melaksanakan sholat dhuha. Setiap kegiatan tersebut terdapat petugas

yang mengabsen kegiatan, masing-masing peserta didik membawa

buku praktik pendidikan agama Islam untuk mendapat cap dari petugas

atau tanda tangan untuk perempuan yang sedang tidak melaksanakan

sholat. Peserta didik diwajibkan membawa peralatan sholat sendiri-

sendiri. Tujuan dari program sholat dhuha agar peserta didik terbiasa

dengan sholat dan berdoa, sehingga kebiasaan baik ini bisa berlanjut

sampai kapanpun.

b. Asmaul Husna

Asmaul husna berasal dari bahasa Arab yang merupakan

gabungan dari dua kata, yaitu al-Asma dan al-Husna. Al-Asma

merupakan bentuk jamak dari ismun yang berarti nama. Sedangkan, al-

Husna adalah bentuk dari masdar dari al-Ahsan yang artinya baik,

86
Tolhah Ma’ruf, Moh Halimi, Syaikhul Hakim dkk, Fiqih Ibadah (Jawa
Timur: Lembaga Ta’lif Wannasyr ponpes Al Falah Ploso Mojo), hlm. 127.
bagus atau indah. Asmaul husna merupakan nama-nama, gelar, sebutan

nama yang dan agung, sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama

Allah menjadi satu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan

kehebatan milik Allah SWT. Asmaul husna terdiri dari 99 nama Allah

yang baik dan agung.

Program pembacaan asmaul husna dilaksanakan setiap pagi hari

jam pertama sebelum mulai pelajaran, diawali dengan menyanyikan

lagu Indonesia raya kemudian asmaul husna secara bersama-sama

setiap kelas, tujuan dari kegiatan tersebut agar peserta didik hafal

dengan nama-nama Allah dan memahami makna kemudian bisa

mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga agar hati

menjadi tenang, damai, ceria dan semangat.

c. Membaca Doa Sebelum dan Sesudah Pelajaran

Sebelum melaksanakan segala sesuatu aktivitas diwajibkan

membaca untuk berdoa agar di permudah dan di berkahi segala

sesuatunya oleh Allah SWT, seperti mengawali pembelajaran dan

mengakhiri pembelajaran maka dianjurkan berdoa dengan niat

mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat.

Kegiatan membaca doa sebelum pembelajaran dilaksanakan

setiap pagi jam pertama setelah menyanyikan lagu Indonesia raya,

asmaul husna dan membaca doa sebelum pembelajaran. Dikarenakan

setiap peserta didik berasal dari SMP/MTS berbeda maka di selaraskan


doa sebelum dan sesudah pembelajaran oleh guru pendidikan agama

Islam.

d. Sholat Berjamaah

Jamaah secara bahasa dapat diartikan golongan atau kelompok.

Sedangkan yang dimaksud shalat berjamaah adalah dua orang shalat

bersama-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang

lain.87 Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara kelompok,

yang terdiri dari imam dan makmum dengan aturan pelaksanaan

tertentu.88

Kegiatan sholat berjamaah di SMK kesehatan Purworejo

dilaksanakan secara rutin pada hari senin sma pendidikan agama Islam

kamis jam sholat dzuhur pelaksanaannya secara bergantian mengingat

mushola tidak terlalu besar maka dilaksanakan secara bergantian,

tujuannya agar peserta didik terbiasa melaksanakan shalat secara

bersama-sama dan melatih ke taat dalam hal ibadah. Terdapat absen

dalam setiap kegiatan dengan didampingi guru pendidikan agama

Islam atau anak rohis dan untuk peserta didik perempuan yang tidak

melaksanakan sholat karena berhalangan maka memberitahu petugas.

Program kegiatan keagamaan mencakup ruang lingkup yang

luas dalam keseluruhan ajaran Islam dalam garis besarnya, materi

87
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm.
106.
88
Muhyiddin Abdusshomad, Shalatlah seperti Rasulullah SAW (Surabaya:
Khalista, 2011), hlm. 131
keagamaan di sekolah dapat dibedakan menjadi tiga bidang pokok,

yaitu keimanan (tauhid), keIslaman (syari'ah) dan ihsan (akhlak).

e. Baca Tulis Al-Quran (BTQ)

BTQ merupakan singkatan dari kata baca tulis Al-Quran.

Kegiatan pembelajarn membaca dan menulis yang ditekankan pada

upaya memahami informasi, tetapi juga pada tahapan menghafalkan,

agar terbiasa dalam membaca Al-Quran, menulis dan menghafal.

Adapun tujuan dari kegiatan tersebut agar dapat membaca

kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf

dan lambang-lambang arab dengan rapi dan benar.

Kegiatan BTQ di SMK Kesehatan Purworejo Berdasarkan Surat

Keputusan Nomor : 373/SK/VII/SMK-KES-PWR/20221. Yang diikuti

peserta didik kelas X dan XI, tujuan dari kegiatan ini agar setiap

peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Pengelompokan peserta didik ditentukan melalui seleksi yang

dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam dan dibantu rohis,

peserta didik di tes membaca Al-Qur’an dan di simak oleh petugas,

kemudian ditanyakan hukum bacaannya, dan kefahaman berkaitan

dengan tajwid.

Kemudian peserta didik dibagi menjadi tiga kelas, kelas

pertama untuk peserta didik yang belum lancar, tidak paham huruf dan

tajwid, kelas dua untuk peserta didik yang sudah lancar dalam bacaan

namun tidak paham tajwid dan kelas tiga untuk peserta didik yang
lancar dan paham tajwid. Kegiatannya dilaksanakan pada hari senin

selesai jam pelajaran pukul 13:30 wib.

f. Rohani Islam (ROHIS)

Rohani Islam berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam.

Rohani artinya berkaitan dengan roh/rohaniah. 89 Secara etimologis,

“Islam” berasal dari bahasa Arab, diderivasikan dari “salima” yang

berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk aslama yang berarti

“memelihara dalam keadaan yang selamat sentosa”, dan juga berarti

“menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat”. Kata “aslama” itulah

yang menjadi kata pokok dalam “Islam”, mengandung segala arti yang

ada dalam arti pokoknya.90

Rohani Islam merupakan kegiatan Ekstrakurikuler yang

dijalankan di luar jam pelajaran. Tujuannya untuk menunjang dan

membantu memenuhi keberhasilan pembinaan Intrakurikuler, yang

diantaranya yaitu meningkatkan suatu pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan memperluas cara berpikir siswa yang kesemuanya itu dapat

berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.91

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan,

rohani Islam adalah organisasi dakwah Islam di lingkungan pelajar

sekolah. Organisasi yang memperdalam dan memperkuat Islam ini

89
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 960.
90
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Pustaka Nuun,
2010), hlm. 29.
91
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisyi, 2004), hlm. 36.
biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler di sekolah menengah

pertama dan sekolah menengah atas. Dengan adanya Rohani Islam,

peserta didik dapat memperoleh pembinaan pengamalan ajaran agama

Islam secara lebih mendalam sehingga diharapkan dapat mengurangi

kenakalan para pelajar yang terjadi selama ini, meningkatkan prestasi

belajar pendidikan agama Islam, mengembangkan bakat dan

kemampuan, memperluas pengetahuan tentang ajaran agama Islam,

senantiasa menanamkan, membudayakan, mengabarkan, serta

mengaktualisasikan nilai-nilai Islam, dan untuk meningkatkan

keimanan dan ketakwaan bagi peserta didik.

Kegiatan rohis Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Sekolah

Nomor: 411/SK/X/SMK-KES-PWR/2021. Yang diikuti kelas X dan

kelas XI beserta dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya tadarus

Al-Qur’an, kajian kitab fiqih dan bersih-bersih mushola. Untuk

kegiatan tadarus Al-Qur’an dan kajian kitab fiqih dilaksanakan setiap

hari rabu setelah jam pelajaran selesai pukul 13:00 wib. Kegiatan

tersebut berganti-gantian setiap minggunya, pada minggu pertama

tadarus Al-Qur’an dan minggu kedua kajian kitab fiqih. Selain

program keagamaan peserta didik juga diajarkan organisasi dan

menjadi panitia acara peringatan hari besar Islam, agar peserta didik

dapat menjadi panitia yang baik dan bertanggung jawab, dengan

didampingi oleh guru pendidikan agama Islam dan di bantu guru

lainnya.
g. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

Peringatan Hari besar Islam merupakan hari yang diperingati

atau istimewakan, karena berdasarkan keyakinan hari-hari itu

mempunyai makna dan fungsi yang amat penting bagi kehidupan

manusia, baik karena pengaruhnya atau terdapat nilai-nilai spiritual di

dalamnya. Hal tersebut merupakan perbuatan yang dapat mendekatkan

diri mereka dengan sang pencipta dan bentuk rasa syukur mereka

terhadap apa yang telah diberikan.

Setiap hari perayaan besar mempunyai makna yang berbeda-

beda, yang secara umum semuanya memberikan nasehat atau tuntunan

moral kepada yang melaksanakan. Dalam setiap pelaksanaan hari besar

merupakan bagian wahana bagi umat beragama untuk merenungkan

kembali dirinya tentang apa-apa yang telah diberikan dan mensyukuri

nikmat yang saat ini di berikan oleh allah SWT.

Peringatan hari besar Islam di SMK Kesehatan Purworejo yang

telah ditetapkan oleh majelis ulama Indonesia dan pemerintah, acara

tersebut sebagai tempat peserta didik untuk belajar menyiapkan acara,

ada pun hari peringatan besar Islam, tahun baru hijriyah, maulid nabi

muhammad SAW, isra mi’raj dan halal bihalal.

Berdasarkan implementasi setiap program pendidikan agama

Islam yang ada di SMK Kesehatan Purworejo maka membuahkan hasil

yang membanggakan bukan hanya dalam segi angka atau nilai namun

dari perubahan tingkah laku, akhlak dan kepribadian peserta didik itu
merupakan prestasi yang nyata dan dapat dilihat. Kepala sekolah

merasa banggakan dengan branding sekolah yang umum dan

nasionalis tetapi terasa religiusnya. Kemudian merasa senang dan

bangga bahwa atmosfer perilaku peserta didik yang baik akhlaknya.

Senantiasa menjalan program-program seperti sholat dhuha setiap

pagi, membaca asmaul husna dan juga mereka yang dulu belum

menggunakan hijab sekarang sudah tertib. Sedangkan dari sisi lomba-

lomba pernah juara MTQ di tingkat kecamatan.92

Prestasi yang membangakan dari pendidikan agama Islam,

sampai saat ini belum ada karena terkendala pandemi covid-19 dalam

beberapa tahun belakangan sehingga jarang mengikuti lomba offline

maupun online. Namun prestasi tidak hanya dalam perlombaan,

melainkan branding sekolah umum dan nasionalis tapi terasa

religiusnya hal tersebut sudah membanggakan.

92
Hasil Wawancara Dengan Bapak Nuryadin selaku Kepala Sekolah, pada
tanggal 10 maret 2022
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang sinergitas kepala sekolah dan guru

agama serta implementasi pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo.

1. Sinergitas kepala sekolah dan guru agama di SMK Kesehatan Purworejo,

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Nuryaddin selaku kepala

sekolah peneliti dapat menyimpulkan bahwa sinergitas kepala sekolah dan

guru pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo berkaitan

dengan visi, misi, tujuan dan target sekolah untuk membentuk peserta

didik yang religius dan berakhlak kul karimah serta menjadikan peserta

didik yang nasionalis namun tetap religius. Ini didukung juga dengan visi,

misi, tujuan, target sekolah, program dan capaian yang dibangun oleh

kepala sekolah dan majelis guru yaitu pencapaian peserta didik dengan

mempunyai jiwa nasionalisme namun juga religius. Karena tantangan ke

depan yang dibutuhkan bangsa ini punya kapasitas intelektual dan

akhlakul karimah yang baik. Kepala sekolah melihat peran guru

pendidikan agama Islam sangat dominan untuk mewujudkannya dengan

nilai-nilai pendidikan Islam.

2. Kedua Implementasi dari pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di SMK kesehatan

Purworejo, sesuai dengan standar kompetensi. Materi yang diajarkan


sesuai dengan bab dan keperluan setiap bab tersebut, jika dibutuhkan

praktik maka dilaksanakan sesuai prosedur. Implementasi pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMK kesehatan Purworejo, melalui

pembiasaan untuk melatih peserta didik agar terbiasa, diantaranya

membiasakan membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran, berterima

kasih pada setiap guru yang telah menyampaikan pelajaran, membiasakan

siswa mengucap salam, tidak makan pada saat berjalan, dan berjalan

menunduk di depan guru atau orang yang lebih tua. Selain itu kegiatan

pendukung seperti sholat dhuha, asmaul husna, membaca do’a sebelum

dan sesudah pelajaran, sholat berjamaah, baca tulis Al-Qur’an, rohani

Islam dan peringatan hari besar Islam kegiatan tersebut dilakukan sebagai

bukti implementasi pembelajaran agama Islam di SMK kesehatan

purworejo sudah terlaksanakan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian kesimpulan dan penelitian ini, maka dapat

di kemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepada Pembaca

Kepada pembaca agar dapat mengambil hasil penelitian dan

menerapkan hasil penelitian dalam skripsi ini sebagai acuan dalam

mengikatkan sinergitas antara kepala sekolah dan guru agama.

2. Kepada Lembaga

Seperti yang sudah di jelaskan, sinergitas antara kepala sekolah dan

guru agama merupakan kerja sama yang penting dalam meningkatkan


kualitas pendidikan agama Islam, di tingkatkan lagi serta terjalinnya

sinergitas dengan guru mata pelajaran yang lain agar tujuan dari sekolah

dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Abdau, Muhammad Faisol, Membangun Strategi Lembaga Pendidikan dalam


Pendidikan Karakter, Surabaya: Global Aksara Pres, 2021.

Abdusshomad, Muhyiddin, Shalatlah seperti Rasulullah SAW, Surabaya:


Khalista, 2011.

Aceng, Abdul Aziz, dkk, Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah di Indonesia, Jakarta:
Ma’arif NU, 2007.

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2006.

Al-Jazirah, Abdurrahman, Kitab Shalat Fiqih Empat Mazhab, Bandung: Mizan,


2010.

Aziz, Hamka Abdul, Karakter Guru Profesional, Jakarta: Al-Mawardi Prima,


2012.

Basri, Hasan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Beni, ahmad Saebani & Hamid Abdul, Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia,
2010.

Dakir & Sardimi. Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju
Stadium Insan Kamil, Semarang: Rasail Media Group, 2011.

Daradjat, Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Sinar


Grafika Ofset, 2008.

Depdiknas, UU RI No. 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Djamal, M., Paradigma Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Feralys, Novauli. “Kompetensi Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar pada


SMP Negeri dalam Kota Banda Aceh” Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol
3, No. 1 (2015).

Habibullah, “Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru


Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Kesadaran Shalat Berjamaah
di Sekolah Menengah Kejuruan Swasta 8 Grakarsa Kota Bengkulu” Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu, 2020.

Hawi, Akmal, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers,
2014.

https://kbbi.wab.id/ Wujud dan Sinergitas, diakses pada hari Minggu, 19 Juni


2022.

https://kbbi.web.id diakses pada hari sabtu 05 Febuari 2022

https://kbbi.web.id diakses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022

https://kbbi.web.id diakses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022

https://kbbi.web.id/ di akses pada hari Sabtu, 05 Febuari 2022.

https://pusdiklat.perpusnas/go.id diakses pada hari Sabtu, 05 Februari 2022

Ilis Mayang Sari, “Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru
Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Sekolah
Menengah Atas 07 Bengkulu Selatan” Skripsi. Program studi pendidikan
agama islam Jurusan tarbiyah Fakultas tarbiyah dan tadris Institut agama
islam negeri (IAIN) Bengkulu, 2019.

Inge, Kadarih, Dkk, “Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah
Dasar” Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 2, No. 02 (2020).

Jalaluddi, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: Pustaka


Setia, 2010.

Lawrens, Hasbi & Burhaniu, Kamus Ilmiah Populer, Jombang: Lintas Media.

Ma’ruf, Tolhah, dkk, Fiqih Ibadah panduan lengkap Ibadah Versi Ahlusunnah,
Jawa Timur: Lembaga Ta’lif Wannasyr ponpes Al Falah Ploso Mojo, 2008.

Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Muhardi, kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa Indonesia,


jurnal pendidikan, Vol XX, No. 4 (2004).

Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan


MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Priansa, Donni, Kinerja dan Profesionalisme Guru, Bandung: Alfabeta, 2014.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Putra, Sitiatava Rizema, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, Yogyakarta: Diva


Press, 2016.

Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012.

Salmon Priaji Martana, Problematika Penerapan Metode Field Research untuk


Penelitian Arsitektur Vernakular di Indonesia, Jurnal, Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Bandung,
Vol.34, No.1, Th 2006.

Siti Mufidatun Nasihah, “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di Sma Negeri 1
Srengat” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama
Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, 2011.

Sudrajat, Ahmad, Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode dan Model


Pembelajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&D, Bandung: Alfabeta.


2014.

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta, 2011.

Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2005.

Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,


2013.
Syuku, M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Usman, Husaini, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2002.

Wahyu Imam Sanusi, “Sinergitas Orang Tua dan Guru Agama dalam
Meningkatkan Kompetensi Membaca Al-Qur’an di Sekolah Dasar Negeri
42 Seluma” Skripsi. Fakultas tarbiyah dan tadris Program Studi Pendidikan
Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2021.

Wehelmina Lodia, Dkk, “Manajemen Aset Daerah Provinsi Nusa Tengah Timur
(Studi Kasus Kendaraan Dinas Operasional Milik Pemerintah Provinsi
NTT)” Jurnal Flobamora, Vol 2, no. 1 (2018).

Yadi Sutikno, Dkk, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan” Jurnal Maitreyawaria, Vol 3, No. 01 (2022).

Yudi Taloko Dkk, “Peran Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi Dalam Rangka
Penanggulangan Bencana Alam Di Wilayah Sulawesi Utara” Jurnal Prodi
Strategi Pertahanan Udara, Vol 4, No.01 (2018)

Yusuf, Syamsu, Psikologi Belajar Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, 2004.

Zada Haniyah, “Peran Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di
SMP N 03 Jombang” Jurnal Studi Kemahasiswaan, Vol 4, No. 1 (2021).

Anda mungkin juga menyukai