Anda di halaman 1dari 7

TEKS ANEKDOT

Pada pelajaran sebelumnya, kamu sudah belajar tentang teks eksposisi untuk menyampaikan ide
dan gagasan. Pada pelajaran ini pun, kamu akan belajar menyampaikan ide, gagasan, bahkan
kritik melalui anekdot. Dengan menguasai materi ini, kamu akan dapat menyampaikan kritik
dengan cara yang lucu, tetapi mengena. Perhatikan teks di bawah ini!

Obrolan para Presiden di dalam Pesawat

Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI 01. Kali ini
dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia.
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan
negerinya.
Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian
dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"

Presiden Indonesia (Gus Dur), "Lho kok bisa tahu sih?"


"Itu patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.

Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya "Tahu
tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" katanya dengan sombongnya.
Gus Dur, "Wah... kok bisa tahu juga?"
"Ini menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut.

Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya
keluar pesawat. "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!" teriak Gus Dur.

"Lho kok bisa tahu sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak
bisa melihat.
"Ini jam tangan saya hilang...," jawab Gus Dur kalem.
Perhatikan teks dalam contoh. Teks itu mengandung lelucon. Selain itu, teks ini juga
mengandung suatu kritik ataupun sindirian. Teks ini menyindir kehidupan di daerah Tanah
Abang yang tidak lepas dari kasus pencurian. Teks yang berkarakteristik seperti itulah yang
disebut dengan anekdot,
Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan
menyakiti. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal
berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu
dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan
waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga
anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.

FUNGSI TEKS ANEKDOT

Sebagaimana yang tampak pada contoh bahwa anekdot berfungsi sindiran ataupun kritikan
dengan sajian berbentuk humor ataupun lelucon..
Anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, guyonan, ataupun humor. Akan
tetapi, terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkan
bisa memberikan kritik ataupun sindiran.
Sindiran-sindiran yang dimaksud dapat berkaitan dengan masalah politik, agama, hukum,
ekonomi; mungkin pula tentang kebiasaan sehari-hari
Kejengkelan, kemarahan, atau kebencian seorang warga negara kepada tokoh ataupun
pemimpinnya sering diungkapkan dalam bentuk anekdot. Hal tersebut bertujuan agar tokoh yang
dimaksud dalam anekdot itu tidak tersinggung dengan kritik yang disampaikan. Dengan anekdot
itu, mungkin pula tokoh yang dimaksud ikut tertawa. Hal itu karena kritikan tersebut disajikan
secara tidak langsung dalam bentuk cerita yang menghibur.
UNSUR-UNSUR TEKS ANEKDOT

1. Tokoh, pemegang peran dalam cerita. Tokoh dalam teks anekdot dapat berupa tokoh
rekaan ataupun faktual. Jika factual biasanya orang-orang terkenal.
2. Alur berupa rangkaian peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun sudah mendapat
polesan atau tambahan-tambahan dari pembuat anekdot.
3. Latar berupa waktu, tempat. ataupun suasana.
4. Unsur humor, adalah unsur lucu yang dapat membuat teks menjadi menarik dan berkesan
5. Kritikan
6. Makna tersirat

MEMBANDINGKAN TEKS ANEKDOT DENGAN TEKS HUMOR

Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur


Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur
Wajahmu memang manggis sifatmu juga melon kolis
Tapi hatiku nanas karena cemburu Terasa sirsak napasku
Hatiku anggur lebur
Ini delima dalam hidupku Memang ini salakku
Jarang apel di malam minggu Aku ... mohon belimbing-mu
Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu
Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo nara

Balasan dari Tukang sayur


Membalas kentang suratmu itu Brokoli-brokoli sudah kubilang
Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai Jagungmu tak
pernah dicukur
Disuruh dateng malem minggu eh nongolnya hari labu
Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare
Kalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel
Terus terong aja cintaku padamu sudah lama tomat
Jangan kangkung aku lagi
Aku mau hidup seledri
Cabe dech.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono : “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin : “Loh, apa hubungannya.”
Tono :“Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin :“???”

Perhatikan contoh perbandingan antara anekdot dengan Surat Cinta Tukang Buah
kepada Tukang Sayur berikut ini.

Aspek Anekdot Dosen yang Humor Surat Cinta Tukang


Menjadi Pejabat Buah kepada Tukang Sayur

Ide cerita Peristiwa nyata Rekaan


Isi Masalah terkait tokoh Masalah
publik atau masalah kehidupan sehari-
yang menyangkut orang hari, umum
banyak
Fungsi Menyampaikan kritik/ Menghibur
komunika sindiran secara halus
si
STRUKTUR ANEKDOT

a. Abstraksi
merupakan pendahuluan atau pengantar yang berisi gambaran umum tentang isi anekdot itu.
Contoh:
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang unik. Dalam situasi genting dan
sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

b. Orientasi
berfungsi sebagai pembuka cerita dengan menceritakan tokoh atau latar terjadinya peristiwa
dalam anekdot itu. Bagian cerita ini mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau
peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
Contoh:
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat di-interview salah satu
televisi swasta. "Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan.
Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar
Pak Mahfud.

c. Krisis atau komplikasi


merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian itulah adanya kekonyolan
yang menggelitik dan mengundang tawa.
Contoh:
Tak disangka, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya
saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok." ujar Gus Dur santai.

d. Reaksi atau resolusi


merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang
dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan. Bagian ini sering kali mengejutkan,
sesuatu yang tidak terduga; mencengangkan.
Contoh:
Jelas saja Pak Mahfud MD pun tidak berkutik.
Kata-kata "tidak berkutik" merupakan penanda bahwa bagian itu merupakan suatu reaksi.
Kata-kata lainnya yang tergolong sebagai penanda reaksi, misalnya, kecewa, marah, kesal,
tersenyum kecut, tertawa terbahak-bahak, dan lain-lain.

e. Koda
merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat
berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan
sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata kata, seperti itulah, akhirnya, demikianlah.
Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada./’;

KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT

Sebagai teks yang bersifat naratif, anekdot memiliki kaidah kebahasaan yang hampir sama
dengan dongeng, cerpen, ataupun novel. Kaidah-kaidah kebahasaan yang dimaksud adalah
sebagai berikut.

a. Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-kalimat tidak


langsung. Kalimat-kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya,
sedangkan kalimat tak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog seorang
tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya berupa dialog yang menggunakan
kalimat-kalimat langsung
b. Pada umumnya anekdot menggunakan nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal, baik
dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual atau tokoh yang disamarkan. Contohnya,
nama presiden, gubernur, menteri, politikus, tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya.
c. Banyak menggunakan penunjuk atau keterangan waktu, misalnya, kemarin, sore ini,suatu
hari, ketika itu.
d. Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti bahwa. Ini terkait
dengan dialog para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung.
e. Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas
yang dapat diindrai. Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya dan alur yang membentuk
rangkaian peristiwa ataupun kegiatan. Contoh kata kerja material berlari, berteriak,
menangkap, diusung, digandeng, disertai.
f. Banyak pula menggunakan kata kerja mental, yakni kata yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh. Contohnya, menduga, memikirkan, berkeinginan,
mengetahui.
g. Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis (temporal),
seperti akhirnya, kemudian, lalu

Anda mungkin juga menyukai