Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN PENGETAHUAN KOMPREHENSIF MASYARAKAT

TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN HIV-AIDS


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pembimbing : Helmi Diana,SST, M. Keb

Disusun Oleh :

Sensi Tresna A (P20624520035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik Penyuluhan : HIV/AIDS

Deskripsi Materi Penyuluhan :

Materi Penyuluhan ini membahas tentang HIV/AIDS , yang meliputi definisi,


penyebab atau cara penularan, tanda dan gejala, diagnosis, pencegahan dan pengobatan.

Waktu Pertemuan : 45 menit

Tempat : Disesuaikan

Waktu :

• Hari/tanggal : Disesuaikan
• Jam : Disesuaikan

Sasaran : Masyarakat

Metoda : Ceramah dan diskusi

Media : Power point, LCD Proyektor dan Laptop

A. Tujuan

1. TIU :

Setelah melakukan penyuluhan ini masyarakat bisa memahami informasi dasar


serta bagaimana penyebab, cara penularannya, tanda dan gejala, diagnosis, pencegahan dan
pengobatan dari HIV/AIDS.

2. TIK :

Setelah dilakukan penyuluhan, masyarakat dapat :

• Mengetahui definisi HIV/AIDS


• Memahami penyebab HIV/AIDS
• Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS
• Mampu menyebutkan gejala HIV/AIDS
• Mengetahui diagnosis HIV/AIDS
• Mengetahui pencegahan HIV/AIDS
• Memahami pengobatan HIV/AIDS

B. Pokok Bahasan : Pencegahan dan Penularan HIV/AIDS


C. Sub Pokok Bahasan :
• Definisi HIV/AIDS
• Penyebab HIV/AIDS
• Cara penularan HIV/AIDS
• Tanda dan Gejala HIV/AIDS
• Diagnosis HIV/AIDS
• Pencegahan HIV/AIDS
• Pengobatan HIV/AIDS
D. Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Komunikator Kegiatan Media dan Alat
No Waktu
Komunikan Penyuluhan
1 Pendahuluan Memberi salam, Power point,
memperkenalkan diri dan LCD Proyektor
membuka penyuluhan dan Laptop
Menjelaskan :
Memperhatikan
• Deskripsi singkat
materi
• Manfaat dan Relevansi
materi TIU & TIK
2 Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan Power point,
pengertian HIV/AIDS. dan LCD Proyektor
Menanyakan kepadan Memberikan dan Laptop
komunikan apabila ada pertanyaan
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
2. Menjelaskan penyebab
dan HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
3. Menjelaskan cara
penularan HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
4. Menjelaskan tanda dan
gejala HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
5. Menjelaskan diagnosis
HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
6. Menjelaskan
pencegahan
HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
7. Menjelaskan
pengobatan
HIV/AIDS.
Menanyakan kepadan
komunikan apabila ada
yang kurang jelas.
Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan.
3 Penutup Menanyakan kepada Menjawab Power point,
komunikan tentang materi pertanyaan’ LCD Proyektor
yang sudah disampaikan dan Memperhatikan dan Laptop
memberi reinforcement dan Memberi
kepada komunikan yang dapat sumbangan
menjawab pertanyaan saran
Menampung jawaban yang
dibeikan komunikan
Menjawab pertanyaan
Berdiskusi
Menyimpulkan materi yang
dibahas
Menutup pertemuan dan
memberi salam
Lampiran Materi Penyuluhan

1. Definisi HIV/AIDS

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan


AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang
biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus
HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan
manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
2. Penyebab
Penyebab HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang sistem
kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak.
Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada yahap
akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa
dilawannya.
3. Cara penularan
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan
dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban
yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan
bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti
herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko
pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada
yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil,
saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
4. Tanda dan gejala

Gejala HIV dibagi berdasarkan tahap perkembangan penyakitnya, yaitu:


Tahap 1: Infeksi HIV Akut
Tahap pertama HIV adalah tahap infeksi akut, yang terjadi pada beberapa bulan
pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang
yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Gejala pada tahap ini muncul 2–4 minggu setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV, karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Pada tahap ini, jumlah virus di
dalam aliran darah cukup tinggi sehingga penularan infeksi lebih mudah terjadi.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat dan dapat berlangsung hingga
beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejalanya meliputi:
• Demam hingga menggigil
• Muncul ruam di kulit
• Muntah
• Nyeri pada sendi dan otot
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Sakit kepala
• Sakit perut
• Sakit tenggorokan dan sariawan
Tahap 2: Infeksi HIV Kronis (Masa Laten)
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten bisa
berlangsung sampai beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV tetap aktif
merusak daya tahan tubuh, tetapi berkembang biak dalam jumlah yang lebih sedikit.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita bahkan tidak
merasakan gejala apa pun pada tahap ini. Namun, sebagian lainnya mengalami sejumlah
gejala berikut:
• Berat badan menurun
• Berkeringat di malam hari
• Batuk
• Diare
• Mual dan muntah
• Herpes zoster
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Sakit kepala
• Kelelahan
Tahap 3: AIDS
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani akan membuat HIV makin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Pada
tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah sehingga penderita akan lebih mudah
terserang infeksi lain.
Gejala AIDS meliputi:
• Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya
• Berkeringat di malam hari
• Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
• Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang
• Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
• Diare kronis
• Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina
• Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak, leher, dan selangkangan
• Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan
• Mudah memar atau berdarah
• Tubuh terasa mudah lelah
• Mudah marah dan depresi
• Ruam atau bintik di kulit
• Sesak napas
5. Diagnosis HIV/AIDS
Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi HIV, dokter akan melakukan tes
HIV. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti
di laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:
• Tes antibodi
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan
infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 2–8 minggu setelah terinfeksi. Tujuannya adalah
agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
• Tes kombinasi antigen-antibodi
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi protein p24 yang menjadi bagian dari virus HIV.
Tes antigen dapat dilakukan 2–4 minggu setelah pasien terinfeksi.
• Tes asam nukleat atau nucleic acid test (NAT)
Tes ini disebut juga sebagai tes RNA. Tes ini mendeteksi keberadaan virus HIV di
dalam tubuh dan dapat dilakukan 10 hari setelah terinfeksi. Namun, harga tes ini cukup
mahal.
Bila hasil skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu
menjalani tes lebih lanjut. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes tersebut bertujuan
untuk membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita pasien dan menentukan
metode pengobatan yang tepat.
Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk
diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:
• Hitung Sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Makin sedikit
jumlah CD4, makin besar pula kemungkinan seseorang menderita AIDS.
Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500–1400 sel/mm3. Infeksi
HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel/mm3.
• Pemeriksaan Viral Load (HIV RNA)
Pemeriksaan viral load bertujuan untuk menghitung kira-kira seberapa banyak jumlah
virus di dalam tubuh penderita HIV. Selain itu, tes ini bertujuan untuk menilai efektivitas
terapi HIV.
Jumlah virus di dalam tubuh digambarkan dengan jumlah RNA (materi genetik virus).
Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi/mL darah bisa menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi, atau infeksi sudah lama terjadi dan tidak tertangani.
Sementara itu, jumlah RNA di bawah 10.000 kopi/mL darah menandakan
perkembangan virus tidak terlalu cepat. Meski begitu, jumlah virus dalam rentang ini tetap
dapat menyebabkan kerusakan secara perlahan pada sistem kekebalan tubuh.
6. Cara Pencegahan HIV/AIDS
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Namun,
penularan HIV dapat dicegah dengan konsep “ABCDE”, yakni:
• A (Abstinence)
Bagi yang belum menikah, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah adalah
langkah yang paling tepat untuk menghindari paparan HIV.
• B (Be Faithful)
Bersikaplah saling setia kepada satu pasangan seks. Hindari perilaku berganti-ganti
pasangan untuk meminimalisir kemungkinan penularan HIV.
• C (Condom)
Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik melalui vagina maupun
melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan memilih pelumas yang
berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena
dapat membuat kondom bocor.
• D (Drug No)
Menghindari penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik, bisa mencegah
seseorang terinfeksi HIV. Selain itu, menghindari berbagi pakai jarum suntik juga dapat
mencegah infeksi virus hepatitis B.
• E (Education)
Pemberian informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan, dan
pengobatannya, dapat membantu mencegah penularan HIV di masyarakat.
Bagi Anda yang berisiko tinggi terinfeksi HIV tetapi terkonfirmasi negatif, dokter dapat
memberikan obat pre-exposure prophylaxis (PrEP). Pada pria, prosedur sunat juga dinilai
dapat mengurangi risiko infeksi HIV.
7. Pengobatan HIV/AIDS
Meski sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis
obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut sebagai
antiretroviral (ARV).
ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan oleh virus HIV untuk
menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis obat
ARV adalah:
• Efavirenz
• Etravirine
• Nevirapine
• Lamivudin
• Zidovudin
Selama mengonsumsi obat ARV, dokter akan memonitor viral load dan sel CD4
untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–
6 bulan, sedangkan pemeriksaan viral load dilakukan sejak awal pengobatan dan
dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV agar
perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Penting untuk diingat, menunda pengobatan
dapat membuat virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
infeksi berkembang menjadi AIDS.
Selain itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.
Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan
memperburuk kondisi pasien.
Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu ingat dan tetap
ikuti jadwal konsumsi berikutnya. Namun, bila dosis yang terlewat cukup banyak, segera
konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi
pasien saat itu.

Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari satu obat ARV dalam sehari. Oleh
karena itu, pasien perlu mengetahui efek samping yang mungkin timbul akibat
mengonsumsi obat ini, antara lain:
• Pusing
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Diare
• Mulut kering
• Tulang rapuh
• Kadar gula darah tinggi
• Kadar kolesterol tidak normal
• Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis)
• Penyakit jantung
• Sulit tidur
• Tubuh terasa lelah
Pengobatan HIV perlu dilakukan secara bertahap dan dalam waktu yang cukup lama.
Referensi

Saag, M., et al. (2020). Antiretroviral Drugs for Treatment and Prevention of HIV Infection
in Adults: 2020 Recommendations of the International Antiviral Society-USA
Panel. JAMA, 324(16), pp. 1651–1669.
Davis, S., et al. (2018). Circumcision Status at HIV Infection is not Associated with Plasma
Viral Load in Men: Analysis of Specimens from A Randomized Controlled Trial.
BMC Infectious Diseases, 18(1), pp. 350.
World Health Organization (2021). Fact Sheets. HIV/AIDS.
Centers for Disease Control and Prevention (2020). HIV Basics. About HIV.
Kementerian Kesehatan RI (2020). InfoDATIN. HIV dan AIDS 2020.
Kemenkes RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2019). Laporan
Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan
4 Tahun 2019.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. HIV/AIDS.
Ellis, R.R. WebMD (2020). Types and Strain of HIV.
Pietrangelo, Ann. Healthline (2021). A Comprehensive Guide to HIV and AIDS.
Kaplan, J. WebMD (2021). How CD4 Counts Help Treat HIV and AIDS.
Centers for Disease Control and Prevention (2020). HIV Basics. About HIV.
Watson, S. Healthline (2020). Antiretroviral HIV Drugs: Side Effects and Adherence.
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.
Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai