NASKAH DEPARTEMEN
tentang
PENGOLAHAN DATA
PENGINDERAAN JAUH
untuk
DIKBA GEOGRAFI
Nomor : 34 - 07 – C2 - A 0202
RAHASIA
KODIKLAT ANGKATAN DARAT
PUSAT PENDIDIKAN TOPOGRAFI
KEPUTUSAN DANPUSDIKTOP
Nomor : Kep/10/VII/2018
tentang
MEMUTUSKAN
Menetapkan : 1. Mengesahkan :
a. Judul bahan ajaran dengan status Naskah Departemen
dan nomor kode naskah departemen untuk Pendidikan
Bintara Geografi tersebut pada Lampiran I Keputusan ini.
b. Petunjuk Umum mata pelajaran sesuai Judul bahan
ajaran seperti tersebut pada Lampiran II Keputusan ini.
c. Isi bahan ajaran sesuai Judul bahan ajaran seperti
tersebut pada Lampiran III Keputusan ini.
ii
Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 2 Juli 2018
1. Dankodiklatad
2. Dirtopad
3. Dirdik Kodiklatad
4. Para Dansatdik Pusdiktop
5. Kasiopsdik, Kasijianbangdik Pusdiktop
Komandan Pusat Pendidikan Topografi
RAHASIA
iii
RAHASIA
Komandan Pusat Pendidikan Topografi
RAHASIA
PETUNJUK UMUM
( Khusus untuk Tenaga Pendidik )
3. Isi Pelajaran :
a. Pendahuluan
b. Penyiapan Data Citra
c. Identifikasi dan Klasifikasi Kenampakan pada Citra
d. Prosesing Data Citra
e. Layout Peta Citra
f. Penutup
g. Evaluasi
4. Tujuan Pelajaran :
a. Tujuan Kurikuler : Agar Bintara Siswa memahami dan mampu
melaksanakan Pengolahan Data Penginderaan Jauh. .
b. Tujuan Instruksional :
1) Pendahuluan (10 menit)
a) Tujuan instruksional umum. Agar Bintara Siswa
memahami tentang maksud dan tujuan diberikan pelajaran
Pengolahan Data Penginderaan Jauh .
b) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan cukup mendalam tentang maksud dan tujuan
diberikan pelajaran Pengolahan Data Penginderaan Jauh
dengan baik dan benar.
RAHASIA
2) Penyiapan Data Citra. (2 JP)
a) Tujuan instruksional umum. Agar Bintara Siswa
memahami tentang Penyiapan Data Citra.
b) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan cukup mendalam tentang Citra Foto, Citra Non
Foto, Unsur-unsur Interpretasi Citra, Kunci Interpretasi Citra,
Alat Interpretasi Citra,.Interpretasi Citra Manual dan Digital,
Proses Interpretasi Citra, Citra Foto dan Citra Non Foto
dengan baik dan benar.
3) Identifikasi dan Klasifikasi Kenampakan pada Citra (2 JP)
a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara Siswa
memahami tentang identifikasi dan klasifikasi kenampakan pada
Citra.
b) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan cukup mendalam tentang Identifikasi, Identifikasi
Objek Fisik pada Citra, Klasifikasi dengan baik dan benar.
5) Prosesing Data Citra (2 JP)
a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara Siswa
memahami dan mampu melaksanakan Prosesing Data Citra
b) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan cukup mendalam Prosesing Data Inderaja Sistem
Aktif dan Prosesing Data Inderaja Sistem Pasif dengan baik dan
benar.
5) Layout Peta (1JP 20 Menit)
a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara Siswa
memahami dan mampu melaksanakan layout peta citra
b) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan cukup mendalam tentang Komposisi Peta Citra,
Pembuatan Layout Peta Tematik menggunakan perangkat lunak
dengan baik dan benar.
6) Praktik Penyiapan Data Citra ( 10 JP)
1) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara Siswa
mampu melaksanakan Penyiapan Data Citra
2) Kriteria keberhasilan. Agar Bintara Siswa dapat
menjelaskan secara mendalam tentang menyiapkan Data
Citra
b) Praktek Klasifikasi Citra (10 JP)
1) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara
Siswa mampu melaksanakan identifikasi dan klasifikasi
objek
2) Kriteria keberhasilan. Bintara Siswa mampu
melaksanakan, Identifikasi dan Klasifikasi objek
c) Praktek Prosesing Data Citra (10 JP)
1) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara
Siswa mampu melaksanakan Prosesing Data Citra
2) Kriteria keberhasilan. Bintara Siswa mampu
melaksanakan Prosesing Data Citra.
d) Praktek Layout Peta Citra (10 JP)
1) Tujuan Instruksional Umum. Agar Bintara
Siswa mampu melaksanakan Layout Peta Citra
2) Kriteria keberhasilan. Bintara Siswa mampu
melaksanakan Layout Peta Citra
7) Penutup (30 menit)
6. Alins/Alongins :
a. OHP dan Transparansis.
b. Papan Tulis/Penghapus.
c. Spidol.
d. LCD Proyektor.
e. Komputer/Scanner/Printer
f. Data Citra Penginderaan Jauh
1 2 3
6. Penutup
a. Memberikan kesimpulan/rangkuman a. Memperhatikan, mendengarkan
dan penekanan terhadap seluruh dan mencatat hal-hal yang penting.
materi pelajaran yang telah diberikan
9. Referensi :
a. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra oleh Lillesand Kieffer 1990.
b. Interpretasi Citra Digital oleh F. Sri Hardiyanti Purwadhi 2000.
c. Pengolahan Citra Digital dengan ER Mapper S,S th 2001 oleh
Pramondhana.
d. Modul Bimtek Pengolahan dan Pemanfaatan Data Citra Satelit
Penginderaan Jauh, Pusdata Inderaja Lapan, 2007.
RAHASIA
10. Lain-lain.
a. Naskah Departemen ini disusun untuk kepentingan Lembaga
Pendidikan Pusdiktop Kodiklatad.
b. Untuk kepentingan Bintara Siswa dapat direproduksi Lembaga
Pendidikan tanpa Petunjuk Umum dan Evaluasi tiap Bab dan Evaluasi Akhir
Pelajaran.
RAHASIA
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum .......................................................................... . 1
2. Maksud dan Tujuan .................................................... . 1
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut ...................................... 1
4. Pengertian ................................................................... . 2
5. Umum .......................................................................... 2
6. Citra Foto .........................……………………………….. 2
7. Citra Non Foto ............................................................. .. 6
8. Unsur-unsur Interpretasi Citra …………………………… 7
9. Kunci Interpretasi Citra …………………………………… 8
10. Alat Interpretasi Citra ……………………………………… 9
11. Interpretasi Citra Manual dan Digital……………………… 10
12. Proses Interpretasi Citra ………………………………….. 11
13. Evaluasi ......................................................................... 15
BAB VI EVALUASI
BAB VI PENUTUP
28. Penutup.......................................................................... 29
RAHASIA
1. Umum.
a. Data penginderaan jauh satelit yang merupakan hasil rekaman obyek
muka bumi oleh sensor akan diterima stasiun bumi dalam bentuk data digital
berupa data mentah (Raw Data) yang perlu proses pengolahan terlebih
dahulu.
b. Pengolahan data citra merupakan suatu cara memanipulasi data citra
atau mengolah suatu data citra menjadi suatu keluaran (output) yang sesuai
dengan yang kita harapkan. Cara pengolahan data citra penginderaaan jauh
melalui beberapa tahapan, hingga menjadi suatu keluaran yang diharapkan.
c. Sehubungan hal tersebut, disusun bahan pelajaran tentang materi
Pengolahan Data Penginderaan Jauh agar serdik mampu mengolah data
sesuai tahapan yang sudah ditentukan.
RAHASIA
4. Pengertian.
a. Pengolahan data Penginderaan Jauh adalah pengolahan data
Penginderaan Jjauh yang ditujukan untuk memperoleh informasi citra dan
produk berupa peta Foto Udara, Peta Citra, dan peta Edisi Khusus dalam
rangka mendukung tugas Angkatan Darat serta instansi lainnya.
b. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek (berupa gambaran pada
foto) yang dihasilkan secara optik, elektrooptik mekanik, atau elektronik.
c. Interpretasi adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya
obyek tersebut.
BAB II
PENYIAPAN DATA CITRA
6. Citra Foto. Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan
sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
a. Spektrum Elektromagnetik yang digunakan. Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spectrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29
mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat disadap, tetapi
untuk beberapa obyek dari foto ini mudah pengenalannya karena
kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi;
tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat,
jaringan jalan aspal, batuan kapur.
2) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56
mikrometer). Cirinya banyak obyek yang tampak jelas. Foto ini
bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap obyek di
bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Baik
untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
3) Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh
spectrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu.
Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Cirinya
pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk
mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah
dan air permukaan.
4) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang
gelombang 0,9 – 1,2 mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya
dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra
merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jaringannya. Baik
untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang
sehat atau yang sakit.
5) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra
merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan
sebagian saluran hijau. Dalam foto ini obyek tidak segelap dengan film
infra merah sebenarnya, sehingga dapat dibedakan dengan air.
A = Foto Vertikal
B = Foto Agak Condong
C = Foto sangat Condong
13. Evaluasi.
a. Sebutkan klasifikasi foto udara berdasarkan cara pemotretannya !
b. Sebutkan macam citra foto dan citra non foto!
c. Jelaskan unsur-unsur interpretasi citra !
d. Jelaskan proses interpretasi citra !
e. Jelaskan Karakteristik interpretasi Citra manual dan digital !
BAB III
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KENAMPAKAN PADA CITRA
16. Identifikasi Objek Fisik pada Citra. Objek-obyek fisik dapat dikenali dari
penginderaan jauh. Melalui metode penginderaan jauh, keduanya dapat direkam
oleh sensor sehingga menjadi citra. Dengan interpretasi citra, obyek-obyek fisik
dapat dikenali dan hasilnya dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan.
a. Sungai. Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam
dengan rona yang gelap jika airnya jernih, atau cerah jika keruh. Arah aliran
sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan
sungai memiliki sudut lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander
ke arah samping dan ke arah bawah (muara), gosong sungai meruncing ke
arah hulu dan melebar ke arah muara
b. Dataran Banjir. Dataran banjir memiliki permukaan yang rata
dengan posisi lebih rendah dari daerah sekitar. Kadang-kadang dijumpai
tempat-tempat yang tidak rata karena adanya bekas saluran atau adanya
oxbow lake (danau tapal kuda). Dataran banjir memiliki rona yang seragam
atau kadang-kadang tidak seragam, dan terdapat sungai yang posisinya
kadang-kadang agak jauh.
c. Kipas Aluvial dan Kerucut Aluvial
1) Kipas aluvial berbentuk kipas dengan permukaan halus. Lereng
bawahnya landai (1 – 2 derajat) dengan bagian atas yang curam, rona
yang putih sampai kelabu putih dengan bagian bawah lebih gelap
karena adanya vegetasi yang padat.
2) Kerucut aluvial bentuknya seperti kipas aluvial dengan ukuran
lebih kecil. Lerengnya curam (bisa mencapai 20 derajat).
d. Gumuk Pasir (Beach Ridge). Gubuk pasir berbentuk sempit dan
memanjang, lurus atau melengkung, igir rendah dengan permukaan air yang
datar, sejajar sama lain dan sejajar pantai. Tak terdapat aliran permukaan
dan erosi. Pada kawasan terbukti bentuknya sesuai garis tinggi. Daerah ini
sering dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau jalan.
e. Hutan Bakau. Hutan bakau tidak memiliki rona yang hitam
karena daya pantul sangat rendah, Tinggi pohon seragam, yakni antara 7 - 13
meter, Tumbuh pada pantai yang becek atau tepi sungai hingga batas air
payau.
g. Sagu dan Nipah. Sagu dan nipah tergolong jenis palma.
Perbedaannya adalah:
1) Sagu memiliki daun yang membentuk roset (bintang) sedang
nipah tidak.
2) Sagu memiliki rona yang gelap sedang nipah berona cerah dan
seragam.
3) Sagu tumbuh berkelompok sedang nipah tidak.
4) Tangkai bunga sagu memantulkan cahaya putih yang berasal
dari tajuk bunga sedang nipah tidak.
h. Jalan Raya dan Jalan Kereta Api. Jalan raya dan jalan kereta
api memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relatif lurus. Tekstur
halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya
cerah. Simpang jalan tegak lurus atau mendekati tegak lurus
i. Terowongan dan Jembatan
1) Pada terowongan nampak seperti jalan atau jalan kereta api
yang tiba-tiba hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik yang lain.
2) Pada jembatan nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang
menyilang jalan, terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara
jembatan dengan sungai. Badan jembatan umumnya lebih sempit dari
jalan yang dihubungkannya.
j. Stasiun Kereta Api, Terminal Bus, dan Bandar Udara
1) Pada stasiun kereta api terdapat bangunan rumah yang terpisah
dari sekitarnya, nampak cabang rel kereta api dan gerbong kereta api.
Pada stasiun besar nampak rel yang hilang pada satu sisi rumah dan
timbul kembali pada sisi yang lain.
2) Pada terminal bus nampak kawasan yang datar, teratur dan
luas, terdapat bangunan besar dengan deretan bus yang berjajar ke
arah samping dan jaraknya rapat.
3) Pada bandar udara nampak lapangan yang luas, datar dan
tekstur halus. Landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur
nampak jelas. Terdapat gedung terminal, tempat parkir pesawat dan
kadang-kadang nampak pesawat terbangnya.
l. Rumah Permukiman
1) Rumah mukim berbentuk empat persegi panjang, terdapat
bayangan ditengah-tengah bagian atapnya, terletak dekat jalan dan
ukuran rumah relative kecil
2) Gedung sekolah bentuknya seperti I, L atau U dengan halaman
yang teratur dan bersih serta luas.
3) Rumah sakit merupakan bangunan seragam, besar dan
memanjang, pola teratur dengan deretan bangunan yang terpisah satu
sama lain yang dihubungkan oleh bangunan penghubung. Memiliki
halaman yang luas untuk parkir dan letaknya di tepi jalan.
4) Pabrik/industri memiliki gedung dengan ukuran besar dan pada
umumnya memanjang, beberapa gedung sering bergabung dengan
jarak yang dekat (rapat). Terletak di pinggir jalan, terdapat tempat
bongkar muat barang, kadang-kadang nampak tangki air/bahan bakar,
cerobong asap dan sebagainya
5) Pasar memiliki bentuk dan ukuran gedung yang teratur dan
seragam. Pola teratur dengan jarak rapat, terletak di tepi jalan besar
dan nampak konsentrasi kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
18. Evaluasi
a. Jelaskan idenfikasi berkaitan interpretasi penginderaan jauh !
b. Jelaskan klasifikasi berkaitan interpretasi penginderaan jauh !
c. Sebutkan macam-macam klasifikasi pada pengolahan citra !
BAB IV
PROSESING DATA CITRA
Contoh :
Yaitu memperlebar (stretching)
rentang nilai spektral, dengan
merubah histogram dengan fungsi
pelebar (stretching function) linier
maupun non linier (contoh linier)
Bentuk fungsi pelebar
dapat dilihat pada jendela di
kanan atas
Nilai pixel awal 50 – 110
Nilai pixel akhir 0 – 255
Contoh Citra hasil penajaman kontras
SEBELUM SESUDAH
3) Georeferensi
Georeferensi adalah suatu proses memberikan koordinat
peta pada citra yang sesungguhnya sudah planimetris. Sebagai
contoh, pemberian sistem koordinat suatu peta hasil dijitasi peta
atau hasil scanning citra. Hasil dijitasi atau hasil scanning
tersebut sesungguhnya sudah datar (planimetri), hanya saja
belum mempunyai koordinat peta yang benar. Dalam hal ini,
koreksi geometrik sesungguhnya melibatkan proses
georeferensi karena semua sistem proyeksi sangat terkait
dengan koordinat peta.
Registrasi citra-ke-citra melibatkan proses georeferensi
apabila citra acuannya sudah digeoreferensi. Oleh karena itu,
georeferensi semata-mata merubah sistem koordinat peta dalam
file citra, sedangkan grid dalam citra tidak berubah.
Titik Kontrol Lapangan (Ground Control Point/GCP)
Titik kontrol lapangan (GCP) adalah suatu titik-titik yang letaknya
pada suatu posisi piksel suatu citra yang koordinat petanya
(referensinya) diketahui. GCP terdiri atas sepasang koordinat x
dan y, yang terdiri atas koordinat sumber dan koordinat
referensi. Koordinat-koordinat tersebut tidak dibatasi oleh
adanya koordinat peta.
d. Teknik Klasifikasi.
a) Klasifikasi Tersedia. Teknik ini pada dasarnya tidak
memerlukan perintah-perintah bertahap dari analis citra, tetapi
mengikuti program yang memeriksa pixel-pixel yang belum
terklasifikasikan dan memasukkan pixel-pixel tersebut kedalam
kelompoknya menurut kondisi bentang alamnya.
b) Klasifikasi Tersedia. Teknik yang diterapkan adalah, pertama-
tama obyek dipilih menurut tujuan studi, informasi dan pengetahuan
yang dimiliki untuk daerah tersebut. Informasi tersebut meliputi peta
topgrafi/peta planimetri, mozaik foto udara dan foto udara yang
berpasangan.
c) Klasifikasi Berdasarkan Jarak terdekat terhadap nilai rerata.
Teknik ini merupakan jenis klasifikasi yang paling sederhana, nilai
rerata aritmatika (rerata vektor) dihitung seluruhnya. Nilai spektral pixel
kemudian dibandingkan dengan nilai rerata (+) tersebut, kemudian
dikelompokkan kedalam kelas dimana jarak terhadap rerata kelas
adalah terdekat. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu kesulitan
memasukkan pixel-pixel yang jauh berada diluar rerata kelas-kelas
yang telah ditentukan.
d) Klasifikasi Kesesuaian maksimum. Teknik ini dilakukan dengan
mengganti parameter interval sederhana dengan parameter statistik
dengan asumsi bahwa distribusi sampel adalah normal. Setiap daerah
contoh harus dijabarkan dengan nilai rerata aritmetiknya (rerata vektor)
dan parameter metrik kovarian. Seluruh pixel pada citra secara statistik
dibandingkan untuk menentukan batas kelas menurut garis kontour
tingkat probabilitasnya.
21. Prosesing Data Inderaja Sistem Aktif. Citra Radar harus mengalami
transformasi terlebih dulu sebelum dapat dianalisis visual. Aplikasi berbagai
prosedur mekanik, komputasi elektronik dimana data diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain.
h. Setelah itu maka DEM dalam bentuk grid akan muncul dan langsung bisa
digunakan.
c. SRTM untuk membuat garis kontur dengan ArcView.
Dari data ketinggian yang ada pada data SRTM ini bisa dibuat sebuah
garis kontur. Garis Kontur adalah sebuah garis khayal yang menghubungkan
titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama dipermukaan bumi. Data
kontur yang dihasilkan dari analisis data SRTM maksimumnya adalah untuk
peta berskala 1 : 50.000 atau maksimum interval kontur yang dihasilkannya
adalah berinterval 25 m.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat peta kontur ini
adalah data SRTM yang akan dibuat konturnya. Sedangkan alat-alatnya
komputer dengan perangkat lunak ArcView dengan extensions spatial
analyst. Setelah bahan dan alat sudah siap maka langkah pertama adalah
membuka data SRTM menggunakan ArcView. Dan hasilnya seperti gambar
di bawah ini.
22. Evaluasi.
a. Sebutkan salah satu hasil prosesing citra radar !
b. Sebutkan cara-cara agar data SRTM tersebut bisa di buka pada
perangkat lunak ArcView !
c. Uraikan langkah-pembuatan kontur dari data SRTM !
d. Apakah yang dimaksud dengan Penajaman Citra ?
e. Sebutkan alat peralatan yang digunakan pada Penajaman Citra !
f. Apa yang dimaksud dengan Rektifikasi ?
BAB V
LAYOUT PETA CITRA
23. Umum. Layout adalah tampilan peta, bagan, tabel, dan data grafis (asli
maupun import). Layout digunakan untuk menysusun semua grafis . Layout
membatasi data yang akan digunakan serta bagaimana tampilannya. Sifat layout
adalah dinamis, karena bisa membuat grafis yang berhubungan langsung dengan
data. Misalnya jika data pada peta berubah, maka layout secara otomatis ikut
berubah.
24. Komposisi Peta Citra. Penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya
dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografis yang pada intinya
menekankan pada kejelasan informasi tanpa mengabaikan unsur estetika dari peta
sebagai sebuah karya seni. Kaidah-kaidah kartografis yang diperlukan dalam
pembuatan suatu peta diaplikasikan dalam proses visualisasi data spasial dan
penyusunan tata letak (layout) suatu peta.Data yang sama bisa ditampilkan dalam
berbagai macam layout, dengan tampilan yang berbeda-beda. Misal: tampilan peta
citra, peta foto dan peta tematik hasil digitasi.
Komposisi peta memungkinkan kita untuk mempresentasikan citra-citra
secara profesional dan penuh arti. Kualitas kartografik peta harus memuat aspek-
aspek kartografi seperti grid, bar skala, blok titel, panah arah utara, logo, legenda.
Sebaiknya dapat menggunakan fasilitas anotasi dan komposisi peta peta citra yang
berkualitas yang mengandung data raster, vektor dan tabular. Anotasi
memungkinkan untuk menggambar secara langsung dilayar komputer dengan
menggunakan fasilitas teks, garis, poligon, dan lain-lain.
Contoh tampilan peta citra satelit
BAB V
EVALUASI
( Bukan Naskah Ujian )
BAB VII
PENUTUP
28. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan Peserta Didik dalam proses belajar dan mengajar
Pengolahan Data Pengindraan Jauh pada Pendidikan Bintara Geografi di
Pusdiktop Kodiklat Angkatan Darat.
RAHASIA