DI RUMAH SAKIT
Pedoman Kredensial 3
kredensial Apoteker secara mandiri, dapat menggunakan ketentuan yang diatur
dalam pedoman ini untuk melaksanakan proses kredensial terhadap para
Apotekernya.
Apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan atas langkah-
langkah yang diambil HISFARSI di dalam memfasilitasi kelancaran proses-
proses yang dibutuhkan oleh anggota, termasuk dengan diterbitkannya
pedoman yang sangat penting ini.
Pedoman Kredensial 4
KATA PENGANTAR
KETUA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT
(HISFARSI)
Rasa syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku
Pedoman Kredensial Apoteker di Rumah Sakit. Pedoman ini memiliki posisi
yang strategis di dalam penyiapan sumber daya manusia Apoteker yang
kompeten. Sumber daya manusia merupakan salah satu input di dalam
penyelenggaraan proses pelayanan di rumah sakit. Ketersediaan sumber daya
(termasuk Apoteker) yang handal menjadi penentu mutu output atau outcome
suatu proses. Kegamangan dalam memahami proses kredensial apoteker di
rumah sakit yang belum mampu melaksanakan proses kredensial secara
mandiri terjawab dengan diterbitkannya pedoman ini.
Rumah sakit memastikan bahwa profesional pemberi asuhan
(PPA) lainnya dan staf klinis lainnya kompeten untuk memberikan asuhan
yang aman bagi pasien rumah sakit. Proses kredensial merupakan proses
yang terpilih dan wajib dilakukan rumah sakit dalam upaya untuk menentukan
apakah seorang Apoteker layak diberikan kewenangan klinis dan Surat
Penugasan Klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan tertentu dalam
lingkungan rumah sakit tersebut untuk periode waktu tertentu. Tujuan utama
dari proses kredensial ini adalah untuk melindungi pasien dari asuhan yang
diberikan oleh PPA yang tidak kompeten. Dengan demikian menjadi jelas
bahwa proses kredensial mempunyai korelasi positif terhadap mutu pelayanan
dan keselamatan pasien.
Pelaksanaan kredensial Apoteker di rumah sakit yang belum memiliki
Komite, bisa dilakukan oleh mitra bestari (peer group) yaitu sekelompok staf
dari profesi apoteker dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk
menelaah segala hal yang berkaitan. Mitra bestari dapat berasal dari : dalam
Pedoman Kredensial 5
rumah sakit, atau rumah sakit lain, atau Himpunan Seminat Farmasi Rumah
Sakit.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan pedoman ini, kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi tingginya. Saran-saran serta kritik membangun
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa
mendatang. Semoga pedoman ini dapat menjadi acuan bagi apoteker dalam
melaksanakan praktik profesi.
Pedoman Kredensial 6
IKATAN APOTEKER INDONESIA
HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT
Sekretariat Jl Wijaya Kusuma No17 Tomang - Jakarta
Barat 14440
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS HISFARSI PUSAT
NOMOR 01/SK/PP-HISFARSI/VI/2018
TENTANG
TIM PENYUSUN PEDOMAN KREDENSIAL APOTEKER DI RUMAH
SAKIT
Pedoman Kredensial 7
Tahun 1992, Nomor : 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor : 5063);
2. Undang-Undang RI Nomor : 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009, Nomor : 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor : 5072);
3. Undang-Undang RI Nomor : 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992, Nomor : 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 5607);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
889/Menkes/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin
Praktek dan Izin Kerja Apoteker;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (SKN)
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Membentuk Tim Penyusun Pedoman Kredensial Apoteker
di Rumah Sakit, dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Tugas Tim penyusun Pedoman Kredensial Apoteker di
Rumah Sakit adalah sebagai berikut
1. Menyusun kebutuhan kredensialing di Rumah Sakit
Pedoman Kredensial 8
Pedoman Kredensial 9
2. Melakukan proses pemetaan kredensialing di Rumah
Sakit
3. Menyusun pedoman kredensialing berdasarkan data-
data dukung yang ada
4. Mensosialisasikan pedoman kredensialing yang telah
dibuat
Ketiga : Semua biaya yang berkaitan dengan penyusunan Pedoman
Kredensial Apoteker Di Rumah Sakit dibebankan pada
biaya operasional Pengurus Pusat HISFARSI
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan dan kekurangan akan
diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya.
Kelima : Salinan Keputusan ini disampaikan kepada yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Ditetapkan di : SURABAYA
Pada tanggal : 30 Juni 2018
Pedoman Kredensial 10
Lampiran Keputusan Ketua PP HISFARSI
Nomor : 01/SK/PP-HISFARSI/VI/2018
Tanggal : 30 Juni 2018
Pedoman Kredensial 11
IKATAN APOTEKER INDONESIA
HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT
Sekretariat Jl Wijaya Kusuma No17 Tomang - Jakarta
Barat 14440
KEPUTUSAN
PIMPINAN PUSAT
HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT (HISFARSI)
NOMOR 02/SK/PP-HISFARSI/VI/2018
TENTANG
PEDOMAN KREDENSIAL APOTEKER
DI RUMAH SAKIT
Pedoman Kredensial 12
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor : 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992, Nomor : 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor :
5063);
Pedoman Kredensial 13
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Ditetapkan di : SURABAYA
Pedoman Kredensial 14
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................16
A. Latar belakang.......................................................................................16
B. Tujuan pedoman....................................................................................17
C. Ruang lingkup.......................................................................................18
D. Ketentuan umum...................................................................................18
E. Landasan hokum....................................................................................20
Pedoman Kredensial 15
BAB III MITRA BESTARI...........................................................................29
A. Kriteria mitra bestari..............................................................................29
B. Tugas mitra bestari dalam pelaksanaan kredensial...............................31
C. Rekomendasi mitra Bestari...................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................45
LAMPIRAN....................................................................................................47
Pedoman Kredensial 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan terpenting
yang perlu didukung dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) dengan perangkat ilmunya masing-masing
berinteraksi satu sama lain.
Untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit, maka diperlukan
standarisasi kemampuan sebagai PPA sesuai penjelasan Undang-Undang
No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Di dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang didasarkan kepada nilai kemanusian, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman dapat dicapai jika
semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan bekerja sesuai dengan
kompetensi dan standar pelayanan yang sesuai. Rumah sakit mempunyai
proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan
mengevaluasi kredensial PPA. Rumah sakit perlu memastikan mempunyai
PPA yang kompeten sesuai dengan misi, sumber daya, dan kebutuhan
pasien. Profesional pemberi asuhan bertanggung jawab memberikan asuhan
pasien secara langsung maupun asuhan yang memberikan kontribusi
terhadap outcome pasien secara keseluruhan.
Pedoman Kredensial 17
Rumah sakit harus memastikan bahwa PPA yang kompeten untuk
memberikan asuhan harus spesifik terhadap jenis asuhan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Rumah sakit memastikan bahwa setiap
PPA yang kompeten memberikan asuhan, baik mandiri, kolaborasi,
delegasi, serta mandat kepada pasien secara aman dan efektif.
Apoteker di rumah sakit sebagai PPA harus mendapatkan surat
penugasan klinis (clinical appointment) untuk menjamin profesionalisme
dalam memberikan pelayanan kefarmasian. Dalam rangka memperoleh
surat penugasan klinis, Apoteker harus melalui proses kredensial terhadap
rincian kewenangan klinis yang dimohonkan kepada pimpinan rumah sakit.
Untuk membantu proses pelaksanaan kredensial Apoteker di rumah
sakit dibuatlah pedoman kredensial Apoteker di rumah sakit. Diharapkan
dengan adanya pedoman ini proses kredensial di rumah sakit dapat berjalan
dengan baik dan benar.
B. Tujuan pedoman
Tujuan umum :
Memastikan Apoteker sebagai PPA di rumah sakit memiliki kompetensi
dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya mencapai clinical outcome
pasien secara keseluruhan.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses kredensial Apoteker di
rumah sakit dengan baik dan benar.
Pedoman Kredensial 18
2. Sebagai acuan agar semua Apoteker yang bekerja di rumah sakit
memiliki surat kewenangan klinis (clinical appointment) dan kepastian
hukum dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian
C. Ruang lingkup
Apoteker yang memberikan asuhan kefarmasian secara langsung
maupun asuhan yang memberikan kontribusi terhadap outcome pasien
secara keseluruhan.
D. Ketentuan umum
1. Kredensial adalah bukti tertulis dari sertifikasi, pendidikan, pelatihan,
pengalaman atau kualifikasi lainnya (Joint Comission Accreditation,
2017)
2. Proses Kredensial (Credentialing) adalah proses evaluasi suatu rumah
sakit terhadap seorang Profesinal Pemberi Asuhan (PPA) untuk
menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan klinis
dan kewenangan klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan medis
tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk periode tertentu
(Herkutanto, 2009)
3. Surat Penugasan Klinis adalah surat yang diterbitkan oleh pimpinan
rumah sakit kepada profesional pemberi asuhan kefarmasian
berdasarkan rincian kewenangan klinis yang ditetapkan.
4. Permohonan kredensial adalah permohonan yang diajukan oleh
pimpinan rumah sakit kepada mitra bestari untuk melakukan proses
kredensial terhadap profesional pemberi asuhan kefarmasian yang
meminta Surat Penugasan Klinis.
Pedoman Kredensial 19
5. Verifikasi merupakan proses pemeriksaan tentang kebenaran terhadap
informasi yang diberikan pemohon seperti ijasah, surat tanda registrasi
(STR), surat ijin praktek (SIP), tingkat kompentensi, sertifikat
pelatihan yang berkaitan dengan kompentensinya dalam permohonan
kredensial.
6. Keputusan adalah proses pemilihan salah satu alternatif dari beberapa
macam alternatif yang sesuai dengan kewenangan dan diberikan
kepada pemohon (Tingkat 1: mampu melakukan secara mandiri,
Tingkat 2: mampu melakukan di bawah supervisi, Tingkat 3: tidak
mampu).
7. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh mitra bestari sesuai
dengan keputusan yang diambil.
8. Wewenang adalah suatu izin atau suatu jaminan dari fasilitas
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada profesional pemberi asuhan kefarmasian terhadap kewenangan
klinis.
9. Rincian Kewenangan Klinis adalah jenis tindakan dalam lingkungan
kewenangan klinis profesional pemberi asuhan kefarmasian.
10. Mitra Bestari adalah sekelompok staf dari profesi terkait dengan
reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang
berkaitan dengan profesi.
11. Staf Profesional Pemberi Asuhan kefarmasian adalah Apoteker yang
melakukan pelayanan kefarmasian kepada pasien secara mandiri dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
12. Asesi adalah orang yang diuji kompetessi kemampuannya dalam
bidang yang diinginkannya.
Pedoman Kredensial 20
13. Asesor adalah orang yang berwenang/bertugas untuk melakukan
kegiatan asesmen dan juga berhak untuk memberikan rekomendasi
atas kompetensi asesi (kompeten, atau tidak kompeten).
E. Landasan hukum
1. Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 31 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2017
tentang Akreditasi rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit.
6. Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.
058/SK/PP.IAI/IV/2011 tentang Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia.
Pedoman Kredensial 21
BAB II
KREDENSIAL DI RUMAH SAKIT
B. Prinsip Kredensial
Landasan dasar pentingngya kredensial dilakukan bagi Apoteker adalah:
1. Keselamatan pasien merupakan dasar dalam proses kredensial dan
ruang lingkup pelayanan kefarmasian.
2. Akuntabilitas suatu profesionalisme Apoteker.
Pedoman Kredensial 22
3. Kredensial dalam ruang lingkup kefarmasian akan dijadikan dalam
dasar dalam keseharian pelayanan kefarmasian secara konsisten dan
suatu kekhususan ruang lingkup para profesional di fasilitas kesehatan
dalam menjalankan tugas pelayanan kefarmasian.
4. Suatu ruang lingkup kekhususan tertentu di fasilitas kesehatan harus
terlatih dalam bidang kefarmasian dan tidak dianjurkan diluar
kekhususan.
C. Manfaat
Meskipun seorang Apoteker telah mendapatkan pelatihan formal
dan kekhususan suatu profesinya dalam bidang kefarmasian di bidang
pendidikannya. Namun fasilitas pelayanan kefarmasian tetap wajib
melakukan verifikasi kembali terhadap komptensi orang tersebut terkait
layanan kefarmasian yang akan mereka lakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Adapun alasan penting dilakukannya kredensial adalah:
1. Sebagai verifikasi terhadap pendidikan formal dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian.
2. Mengukur batas aman tingkat kemamuan profesional terhadap
pelayanan kefarmasian yang mereka kerjakan seusai dengan
keselamatan pasien.
3. Meningkatkan kemapuan suatu keahlian/kompetensi kefarmasian
dengan motivasi belajar yang tinggi.
4. Sebagai bahan gap komptensi terhadap pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan Apoteker.
5. Mempersiapkan profesionalisme Apoteker untuk memasuki persaingan
internasional.
Pedoman Kredensial 23
D. Proses Kredensial
Proses krdensial pada akhirnya akan menentukan kelayakan
terhadap kompetensi Apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian
dan dibuktikan dengan suatu keputusan yang diterbitkan oleh “penguasa”
atau dapat dianalogikan sebagai pejabat tertinggi dalam fasilitas pelayanan
kesehatan (Rumah Sakit) yaitu sebagai berikut :
1. Asesi membuat permohonan untuk dikeluarkan Surat Penugasan
Kewenangan Klinis kepada Pimpinan Rumah Sakit.
2. Pimpinan Rumah Sakit membuat permohonan kepada tim kredensial
rumah sakit atau Mitra Bestari untuk dilakukan kredesialing atas nama
asesi. Permohonan dilengkapi dengan data asesi dan rincian
kewenangan klinis yang diminta.
3. Asesor melakukan penilaian kewenangan klinis.
4. Asesor menilai dan memutuskan tingkat kemampuan klinis.
5. Asesor mengeluarkan rekomendasi rincian kewenangan klinis.
6. Mitra Bestari mengirim rekomendasi rincian kewenangan klinis ke
Pimpinan Rumah sakit yang meminta.
7. Pimpinan rumah sakit menerbitkan Surat Penugasan Kerja Klinis.
Pedoman Kredensial 24
Bagan Alur proses kredensial
Lampiran 4
Assesor melakukan
proses Kredensial
Assesor
merekomendasikan hasil
penilaian RKK kepada
Pimpinan Rumah Sakit
Lampiran 8
Pedoman Kredensial 25
E. Rincian Kewenangan klinis (RKK)
Rincian kewenangan klinis diberikan kepada tenaga apoteker
dalam menjalankan prosedur/tindakan dalam rangka menjamin kualitas
pelayanan dan keselamatan pasien agar apoteker bersikap, bertindak, dan
berperilaku secara bertanggung jawab dan mentaati semua disiplin dan
etika profesi apoteker serta moral yang baik kepada pasien, sejawat dan
masyarakat. Rincian kewenangan klinis Apoteker yaitu:
1. Upaya Penggunaan Obat Rasional (Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Penelusuran Riwayat Pengobatan, Rekonsiliasi obat)
2. Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi
3. Farmakovigilans (MESO)
4. Evaluasi Penggunaan Obat
5. Pelayanan Farmasi Klinis Berbasis Biofarmasi-Farmakokinetik
(Pemantaun kadar obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan Farmasi (Dispensing sediaan steril)
7. Penyerahan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan (Pengkajian dan
pelayanan resep)
8. Pelayanana Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
9. Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat kesehatan (Pemilihan
Sediaan Farmasi)
10. Perencanaan Sediaan Farmasi
11. Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
12.Penyimpanan dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan
13.Pemusnahan dan Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan
Pedoman Kredensial 26
F. Instrumen dan Rincian penilaian
Setiap asseor yang akan menilai asesi harus mempersiapkan
instrumen yang akan dinilai, meliputi penilaian kognitif, skill atau
keterampilan, dan afektif (attitude). Instrumen yang digunakan dalam
mengukur tingkat kemampuan dari aspek :
1. Knowledge (pengetahuan dan pemahaman) degan test tertulis, studi
kasus, wawancara.
2. Sklill (gerakan & praktek ) degan observasi, simulasi dan cek
dokumen.
3. Attitude (menerima, menyetujui) degan pemeranan dalam role play
dan wawancara kepada pihak lain.
Pedoman Kredensial 27
Dan setiap kewenangan klinis yang dinilai dilengkapi dengan:
1. Regulasi (R)
Dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang dapat
berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman, panduan, peraturan
direktur, program rumah sakit dan/atau keputusan direktur rumah
sakit.
2. Dokumen (D)
Bukti proses kegiatan atau pelayanan yang dapat berbentuk berkas
rekam medis, laporan dan atau notulen rapat dan atau hasil audit
dan atau ijazah dan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya.
3. Observasi (O)
Bukti kegiatan yang didapatkan berdasarkan hasil
penglihatan/observasi yang dilakukan oleh assesor.
4. Simulasi (S)
Peragaan kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakit yang
diminta oleh assesor
5. Wawancara
Kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh assesor yang ditujukan
kepada assesi
Pedoman Kredensial 28
H. Pencabutan surat penugasan kerja klinis
Surat kewenangan klinis dicabut jika PPA melanggar kode etika
atau perundang-undangan profesi Apoteker.
I. Dokumentasi
1. Lampiran 1. Surat Permohonan Penugasan Klinis dari Assesi ke
Rumah Sakit
2. Lampiran 2. Rincian Data dan Bukti Pendukung Assesi
3. Lampiran 3. Permohonan Rincian Kewenangan Klinis Apoteker
4. Lampiran 4. Surat Permohonan Kredensialing Apoteker dari
Rumah Sakit ke Mitra Bestari
5. Lampiran 5. Kredensialing
6. Lampiran 6. Assessment untuk Assesor
Lampiran 6.1 Pedoman Assessment untuk Assesor
Lampiran 6.2 Instrumen Pertanyaan Tulis
Lampiran 6.3 Instrumen Cek List Observasi
Lampiran 6.4 Instrumen Cek List Observasi Sikap
7. Lampiran 7. Rekapan Data Assesi
8. Lampiran 8. Rekomendasi Kewenangan Klinis dari Mitra Bestari
ke Rumah Sakit
9. Lampiran 9. Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan
Klinis dari Rumah Sakit ke Apoteker
Lampiran 9.1 Surat Keputusan Pimpinan Rumah Sakit
Lampiran 9.2 Rincian Kewenangan Klinis Apoteker di Rumah
Sakit
Pedoman Kredensial 29
BAB III
MITRA BESTARI
Pedoman Kredensial 30
2. Memilki ilmu kesehatan sesuai dengan profesi/Medical Knowledge
Secara keilmuan seorang mitra bestari memiliki keilmuan yang lebih
mengerti tentang peran keprofesian di bidang pelayanan kesehatan.
Dengan demikian tenaga kesehatan yang menunjukkan keilmuan lebih
unggul dan penerapan ilmu tersebut.
3. Komunikasi yang baik/Interpersonal and communication skills
Mitra bestari setidaknya memiliki kemampuan komunikasi dan
interaksi yang baik dan menunjukkan kerekatan serta akrab dalam
berkomunikasi pasien, keluarga pasien maupun lintas profesi.
4. Profesionalisme
Profesionalisme bermakna pada hubungan profesi dan kepandaian
khusus untuk menjalankan tugas dan perannya. Seorang profesional
lebih banyak memiliki rasa tanggung jawab terhadap keahlian dan
dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindakannya.
5. System-Based Practice
System-based practice adalah cara yang paling efisien dan paling
efektif untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan. Penerapan ini
didasarkan pada pengetahuan untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan kompetensi tenaga kesehatan.
Kriteria bukan menggambarkan keharusan/standar syarat mutlak
tetapi suatu kriteria yang mempermudah pemilihan sifat seorang mitra
bestari. Dan pada dasar yang terpenting bagi seorang mitra bestari adalah
sebagai berikut:
1. Mempunyai spesifikasi/kualifikasi yang sama
Seorang mitra lebih ditekankan pada suatu kualifikasi keilmuan yang
sebidang atau seprofesi. Hal ini diperlukan untuk dapat mengkaji lebih
Pedoman Kredensial 31
dalam terhadap kompetensi suatu profesi dalam melakukan pelayanan
kesehatan terhadap keselamatan pasien.
2. Mempunyai keahlian yang sesuai
Seorang mitra sebaiknya diperankan oleh seorang yang memiliki
keahlian saat itu. Semisal seorang farmasis klinik lebih baik
memperankan menjadi seorang mitra bestari untuk bidang farmasi
dibandingkan seorang farmasis yang sudah tidak membidangi farmasi
kliniknya.
Adapun kriteria mitra bestari diharapkan menjadi rekan yang bijak
dan bestari, namun bukan suatu syarat mutlak menjadi mitra keahlian, tetapi
persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh mitra yang menjadi bestari
bagi yang lain (role model) tenaga kesehatan. Sebagai syarat tambahan
adalah mitra bestari diharapkan dalam satu area kerja, dan memiliki
pengalaman yang lebih lama (senior). Para mitra bestari yang bertugas
tersebut dapat pula terdiri dari berbagai bidang keahlian sesuai dengan
kewenangan yang diminta pemohon.
Pedoman Kredensial 32
4. Memantau dan mengevaluasi kebutuhan tenaga kesehatan agar
terpenuhi sesuai kebutuhan.
5. Memiliki akses kewenangan terhadap pelatihan yang dibutuhkan
tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelatihan (training
need asssesment).
Pedoman Kredensial 33
BAB IV
Pedoman Kredensial 34
dengan standar profesi masing masing. Standar profesi adalah batasan
kemampuan (capacity) meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap profesional (professional attitude) yang minimal harus
dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi
profesi.
Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) UU no 44 tentang Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap
yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
nonkesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana harus
sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
Tenaga kefarmasian di Rumah Sakit cenderung melakukan tugas
rutin dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini digambarkan dengan
berbagai kondisi antara lain : tidak jelasnya uraian tugas dan cenderung
melakukan tugas rutin, selalu mengalami konflik dan frustasi karena
berbagai masalah etik dan disiplin tidak diselesaikan dengan baik, jarang
dilakukan pembinaan etika profesi.
Setiap tenaga kefarmasian harus memiliki disiplin profesi yang
tinggi dalam memberikan asuhan kefarmasiannya dan menerapkan etika
Pedoman Kredensial 35
profesi dalam prakteknya. Profesionalisme tenaga kefarmasian dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi
serta penguatan nilai nilai etik dalam kehidupan profesi. Nilai etika sangat
diperlukan bagi tenaga Kefarmasian sebagai landasan dalam memberikan
pelayanan yang manusiawi dan berorientasi pada pasien. Pelanggaran
terhadap standar pelayanan , disiplin profesi tenaga kefarmasian hampir
selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan
merugikan pasien dan masyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya
masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga kefarmasian,
ketidakjelasan kewenangan kefarmasian menghadapi pasien dengann
kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi
pada bisnis.
Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan
pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan
dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan tenaga kefarmasian yang
diberikan benar-benar menjamin keselamatan pasien.
Pedoman Kredensial 36
kefarmasian yang memiliki etika profesi dan sikap profesional, serta
mematuhi etika rumah sakit.
Etik berasal dari dari kata “ethics” yang berarti prinsip moral atau
aturan berperilaku, aturan tersebut dihimpuin dalam suatu pedoman yang
disebut Kode Etik. Pengertian etika secara umum menurut Bertens K
(2000) dalam Sumijatun 2011:
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
2. Kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disin adalah “Kode
Etik”
3. Ilmu yang membahas tentang moralitas
Etika profesi adalah sistem dari prinsip prinsip moral atau aturan-
aturan perilaku yang diterapkan pada suatu profesi. Etika profesi berarti
perilaku yang diharapkan bagi setiap anggota profesi untuk bertindak
dengan kapasitas profesionalnya (Tabner, 1981). Etika dalam tenaga
kesehatan mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku yang
beretika dan dalam pengambilan keputusan etis, apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam keadaan yang diperlukan untuk
membuat keputusan etis (Potter & Perry, 2005). Prinsip-prinsip Moral/Etis
dalam mengambil keputusan, tenaga kesehatan hendaknya senantiasa
mendasarkan dan mempertimbangkan pada prinsip-prinsip moral yang
sifatnya universal.
Pedoman Kredensial 37
Prinsip yang paling dasar adalah : “Hormat terhadap pribadi
Manusia”. Prinsip-prinsip yang lain yaitu :
Pedoman Kredensial 38
dilakukan, karena dengan latihan intensif tersebut ada resiko bagi
pasien terkena serangan jantung.
4. Adil. Tenaga kefarmasian wajib berlaku adil dalam membuat
keputusan dan bertindak untuk pasiennya, misalnya : tanpa
membeda-bedakan pasien berasal dari suku mana, status sosial,
agama dan jenis kelamin.
5. Kesetiaan. Tenaga kefarmasian berkewajiban memegang/menepati
perjanjian/persetujuan yang telah dibuat dan bertanggung jawab atas
kesanggupannya sehingga dapat dipercaya. Misalnya : Farmasis
sudah berjanji sebelum pasien pulang dari perawaatan akan diberikan
konseling obat untuk penatalaksanaan obat-obatannya selama
dirumah dan farmasis menepati janjinya
6. Kejujuran. Tenaga kesehatan wajib mengatakan hal yang sebenarnya,
dengan bijaksana demi kebaikan pasiennya.
7. Menjaga kerahasiaan. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang No.36
tahun 2014 tentang tenaga kesehatan pasal 58 ayat 1 huruf c bahwa
tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib menjaga
kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan.
Pedoman Kredensial 39
Adapun disiplin profesi pada dasarnya adalah etika yang khusus
berlaku bagi orang atau kelompok orang tertentu yang melakukan praktik
profesi tententu pula, namun dengan bentuk dan kekuatan sanksi yang
lebih tegas dibanding sanksi etika pada umumnya, meskipun tetap lebih
“lunak” dibandingkan sanksi hukum. Sanksi yang diancamkan oleh suatu
disiplin profesi relatif lebih keras dibandingkan sanksi etika pada
umumnya, karena sanksi disiplin berkaitan dengan dapat atau tidaknya
pemegang profesi tertentu untuk terus memegang atau menjalankan
profesinya.
Hal yang harus digaris bawahi adalah meskipun etika profesi dan
disiplin profesi dimaksud diatur/dimuat di dalam sebuah Undang-Undang,
tidak dapat langsung diartikan bahwa etika dan disiplin profesi dimaksud
memiliki konsekuensi hukum yang sama dengan norma hukum yang berada
di dalam Undang-Undang yang sama. Jika etika profesi dan disiplin profesi
Pedoman Kredensial 40
yang diatur dalam suatu Undang-Undang diberi kekuatan berlaku (dan
mengikat) yang sama dengan norma hukum di dalam Undang-Undang,
maka konsekuensinya adalah pelanggaran terhadap etika profesi dan
disiplin profesi akan dikenai sanksi hukum, terutama sanksi pidana dan
sanksi perdata, padahal pelanggaran atas etika profesi dan disiplin profesi
hanya dapat dikenai sanksi secara etika pula dan/atau secara administratif.
Dengan kata lain meskipun etika profesi, disiplin profesi, dan norma hukum
dimaksud ketiganya dimuat dalam Undang-Undang yang sama, namun
secara normatif tidak dapat saling meniadakan atau saling menggantikan.
Pedoman Kredensial 41
3. Menciptakan pelayanan kefarmasian yang baik dan benar, bermutu,
professional dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik.
Pedoman Kredensial 42
digunakan sebagai bukti dalam penanganan tindak lanjut apabila terjadi
dugaan pelanggaran etika dan disiplin.
Pedoman Kredensial 43
D. Tahapan Pelaksanaan Pemantauan Etika dan Disiplin
1. Persiapan
a. Menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain surat, jadwal
telusur serta perangkat pemantuan
b. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, seperti kamera, alat
tulis, dan lain-lain
2. Pelaksanaan
a. Mendatangi penanggung jawab unit kerja terkait telusur
b. Melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang telah
dibuat
c. Meminta data, dokumen, dan/atau informasi yang telah
diperoleh
3. Pelaporan
a. Menyiapkan bahan penyusunan laporan
b. Menyusun laporan dan/atau rekomendasi pemantau
c. Menyampaikan laporan dan/atau rekomendasi kepada unit kerja
Pedoman Kredensial 44
perumahsakitan, dan organisasi kemasyaratan lainnya sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing.
Setiap kegiatan pemantauan etika dan disiplin tenaga
kefarmasian harus menghasilkan laporan yang didalamnya berisi
simpulan hasil pemantauan dan menyebutkan dengan jelas pihak-
pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut.
Pernyataan terkait tindak lanjut hanya diberikan apabila
terdapat temuan dugaan pelanggaran etik dan disiplin pada saat
pelaksanaan pemantauan. Temuan dugaan pelanggaran dalam kegiatan
pemantauan terhadap kepatuhan etika dan disiplin, harus disampaikan
kepada kepala unit kerja yang bersangkutan.
Pedoman Kredensial 45
DAFTAR PUSTAKA
Amalia T, dkk. 2017. Pedoman Kredensial Tenaga Kesehatan Di rumah Sakit.
Jakarta: Infomedika.
Council on Credentialing in Pharmacy. “Credentialing and Privileging of
Pharmacists: A resource Paper from Council on Credentialing ing
Pharmacy”. Am J Health-Syst Pharm. 2014; 71:1891-1900.
Herkutanto. 2009. Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical
Privilege) di Rumah Sakit. Jakarta: PERSI.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2011. Surat Keputusan No.
058/SK/PP.IAI/IV/2011 tentang Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia. Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
tahun 2016. Jakarta.
Joint Comission Accreditation. Ambulatory Care Program: The Who, What,
Where, and Where’s of Credentialingand Privileging, [pdf],
(http://www.jointcommiccion.org>assets, diakses pada 16 Desember
2017).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 31 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 34 tahun 2017 tentang Akreditasi rumah Sakit. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit. Jakarta
Pedoman Kredensial 46
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit Edisi 1. Jakarta.
Providence. 2014. PHC-Medical Staff Peer Review and Professional Practice
Evaluation. Oregon.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pedoman Kredensial 47
LAMPIRAN 1
SURAT PERMOHONAN PENUGASAN KLINIS
DARI ASSESI KE RUMAH SAKIT
Lampiran : 1 Berkas
Kepada Yth :
Di tempat.
Dengan hormat,
Untuk mendapatkan kepastian hukum dalam rangka menunjang pelayanan
kesehatan yang mengutamakan aspek keselamatan pasien, maka kami
mengajukan permohonan surat penugasan klinis dan rincian kewenangana
klinis Apoteker.
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Pemohon,
( )
Pedoman Kredensial 48
LAMPIRAN 2
RINCIAN DATA DAN BUKTI PENDUKUNG ASSESI
A. Data Pribadi
1. Nama pemohon :
2. Tempat / tanggal lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Pangkat / Golongan :
5. Tempat Praktek / Unit kerja :
6. Bagian :
7. Pendidikan Terakhir : Apoteker / S2 / S3
8. Alamat rumah :
9. No. Hp/WA :
Telp Rumah / Kantor HP :
E-mail :
B. Data Pendidikan
Pendidikan Tahun Nama Institusi
Apoteker
S1
S2
S3
Pedoman Kredensial 49
C. Data Registrasi / Izin Praktek
Nama
Tgl. Terbit Tgl. Akhir Tempat
Registrasi Izin Nomor
(tgl-bln-th) (tgl-bln-th) Praktek
praktek
STRA
SIPA
Kelengkapan Bukti *)
Bukti Pendukung
Ada Tidak
Foto Copy Ijazah Apoteker/ S1/ S2/ S3
Foto Copy STRA
Foto Copy SIPA
Foto Copy Sertifikat Kompetensi
Foto Copy Sertifikat Pelatihan :
1.
2.
3.
4.
5.
6. dst…
Training Record
Log Book
Clinical Previlege
SPKK Sebelumnya (Re-Kredensial)
Pedoman Kredensial 50
tempat, tanggal/bulan/tahun
Pemohon
ttd
Pedoman Kredensial 51
LAMPIRAN 3
Lingkari nomor dan berikan tanda √ untuk kemampuan klinis yang diminta.
Permohonan Disetujui
Kemampuan Kemampuan
Klinis Klinis
No. Rincian Kewenangan Klinis
(diisi oleh (diisi oleh
Assesi) Assesor)
1 2 3 1 2 3
Pedoman Kredensial 52
6. Penyiapan Sediaan Farmasi
(Dispensing sediaan steril)
7. Penyerahan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan (Pengkajian dan
pelayanan resep)
8. Pelayanana Informasi Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
Keterangan :
3 = Tidak mampu
Pedoman Kredensial 53
LAMPIRAN 4
SURAT PERMOHONAN KREDENSIALING APOTEKER
DARI RUMAH SAKIT KE MITRA BESTARI
Lampiran :
Kepada Yth :
Di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan dengan mengutamakan aspek
keselamatan pasien, maka RS....................................................mengajukan
permohonan untuk melakukan kredensialing untuk mendapatkan penugasan
klinis terhadap Apoteker RS………………… sebanyak ……orang yaitu :
Pedoman Kredensial 54
Tempat, tanggal/ bulan/ tahun
Ttd
( )
Pedoman Kredensial 55
LAMPIRAN 5
KREDENSIALING
2. Sistematika Penilaian
Aspek Penilaian
Setiap kewenangan klinis yang diminta, akan dilakukan penilaian
terhadap tingkat kemampuan yang harus dicapai dari aspek:
a. Pengetahuan / Knowledge (K)
• Nilai : < 65 kemampuan pada tingkat mengetahui
• Nilai : ≥ 65 kemampuan pada tingkat memahami
b. Ketrampilan / Skill (S)
• Nilai : < 65 melakukan ketrampilan perlu pendampingan
• Nilai : ≥ 65 melakukan ketrampilan secara mandiri
c. Perilaku / Attitude (A)
• Nilai harus ≥ 65 dalam segala aspek
Pedoman Kredensial 56
Dan setiap kewenangan klinis yang dinilai, dilengkapi dengan:
a. Regulasi (R):
Dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang dapat
berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman, panduan, peraturan
direktur, program rumah sakit dan/atau keputusan direktur rumah
sakit.
b. Dokumen (D):
Bukti proses kegiatan atau pelayanan yang dapat berbentuk berkas
rekam medis, laporan dan atau notulen rapat dan atau hasil audit dan
atau ijazah dan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya.
c. Observasi (O):
Bukti kegiatan yang didapatkan berdasarkan hasil penglihatan/
observasi yang dilakukan oleh assesor.
d. Simulasi (S):
Peragaan kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakit yang diminta
oleh assesor.
e. Wawancara (W):
Kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh assesor yang ditujukan
kepada assesi.
3. Instrumen Penilaian
Pedoman Kredensial 57
b. Skill (gerakan dan praktek ) dengan observasi, simulasi dan cek
dokumen
c. Attitude (menerima, menyetujui) dengan pemeranan dalam role play
dan wawancara kepada pihak lain
4. Makna dari Tingkat Kemampuan
3 = Tidak mampu
Kemampuan Kemampuan
Klinis Klinis
No. Rincian Kewenangan Klinis
(diisi oleh (diisi oleh
Assesi) Assesor)
1 2 3 1 2 3
Pedoman Kredensial 58
3. Farmakovigilans (MESO)
Pedoman Kredensial 59
6. Rincian Kewenangan Klinis dan Pokok Bahasan
Kewenangan Klinis Pokok Bahasan
Pedoman Kredensial 60
2. Konsultasi dan o Peran konsultasi dan konseling di bidang
Konseling Sediaan farmasi
Farmasi dan Alat o Definisi dan tujuan konsultasi dan
Kesehatan konseling farmasi
o Kebutuhan, harapan & preferensi pasien
o Konsep compliance, adherence, health
behavior
o Teknik komunikasi (verbal dan nonverbal)
o Teknik meningkatkan kepatuhan
penggunaan obat pasien
o Pendekatan sistematis konsultasi dan
konseling, contoh metode pendekatan:
Calgary-Cambridge, Pendleton dll
o Fasilitas penunjang konsultasi dan
konseling.
o Konsep penyakit terpilih: anatomi-
fisiologi, etiologi, prognosis, patofisiologi,
tanda dan gejala
o Farmakologi: mekanisme kerja obat
o Interpretasi data klinis
o Farmakoterapi dan terapi non farmakologi
pada penyakit terpilih
o Dokumentasi kegiatan konsultasi dan
konseling sediaan farmasi
Pedoman Kredensial 61
3. Farmakovigilans o Definisi dan klasifikasi ESO (Efek
(MESO) Samping Obat)
o Faktor presdisposisi ESO
o Mekanisme dan penyebab ESO tipe A dan
tipe B
o Identifikasi ESO berdasarkan Skala
Naranjo dan NGA
o Karakteristik ESO dan upaya
pengendaliannya
o Dokumentasi dan pelaporan ESO &
intervensi yang dilakukan
o Farmokologi/ Farmakodinamik
o Farmakokinetik
o Farmakoterapi
o Farmakovigilans
4. Evaluasi Penggunaan o Pendekatan sistematis evaluasi
Obat penggunaan obat.
o Metode penelitian klinis
o Kajian penggunaan obat pada individu
dan populasi beserta alat evaluasinya
o Farmakoekonomi
o Pedoman terapi pada penyakit terpilih
o EBM (Evidence Based Medicine)
o Teknik advokasi penggunaan obat
o berbasis bukti
Pedoman Kredensial 62
5. Pelayanan Farmasi o Konsep dasar farmakokinetika
Klinis Berbasis o Konsep dasar farmakodinamik
Biofarmasi- o Konsep penyesuaian dosis berdasarkan
Farmakokinetik prinsip farmakokinetika, pemantauan
(Pemantauan Kadar terapi pada obat
Obat Dalam Darah) o Tinjauan farmasi klinis pada populas
khusus: geriatri, pediatri, gangguan
ginjal, gangguan hati, ibu hamil dan
menyusui
6. Penyiapan Sediaan o Aspek kelengkapan resep berdasarkan
Farmasi dan Alat peraturan yang berlaku
Kesehatan o Patient safety
o Manajemen resiko
o Aspek bentuk sediaan, bahan baku
dan eksipien
o Kompatibilitas, stabilitas,penyimpanan
dan BUD (Beyond Use Date)
o Perhitungan dan penyesuaian dosis dalam
proses penyiapan sediaan farmasi non
steril
o Peracikan sediaan farmasi sesuai
prosedur etiket dan label sediaan farmasi
o Pengemasan kembali sediaan obat
o Validasi & pelayanan resep
o Dokumentasi farmasi
o Etika dan peraturan-perundangan
kefarmasian terkait dengan proses
penyiapan obat
Pedoman Kredensial 63
Pedoman Kredensial 64
7. Penyerahan Sediaan o Etika dan peraturan perundangan terkait
Farmasi dan Alat penyerahan obat.
Kesehatan o Sistematika penyerahan obat
o Teknik pemakaian macam-macam bentuk
sediaan farmasi dan alkes
o Teknik komunikasi dalam penyerahan
obat
o Sistem pelaporan terhadap dispensing
error dan obat rusak
Pedoman Kredensial 65
o Farmakoekonomi
o Evidence Based Medicine
o Biofarmasi-farmakokinetika
o Teknik pengambilan keputusan
o Formularium obat
o Pedoman Praktek Kedokteran
Pedoman Kredensial 66
o Risk Management
o Farmakoekonomi
o Peraturan - perundangan
12. Penyimpanan Dan o Managing Drug Supply
Pendistribusian o Jaminan Mutu
Bahan Baku, Sediaan o Good Distribution and Transportation
Farmasi, Alat Practice
Kesehatan o Supply Chain Management
o Stabilitas Obat
o Cold Chain System
o Risk Management
o Farmakoekonomi
o Peraturan – perundangan
Pedoman Kredensial 67
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 6.1
Aspek Penilian
Kewenangan klinis Pokok Bahasan
K S A
1. Upaya Penggunaan Obat c. Peran dan tanggung
Rasional
jawab Apoteker
(Pemantauan Terapi
Obat (PTO), dalam
Penelusuran Riwayat
meningkatkan
Pengobatan,
Rekonsiliasi Obat) keamanan,efektifita
s dan dampak
ekonomi
penggunaan obat
secara individual
d. Pharmaceutical
care proses:
• Penilaian/assess
ment
• Pharmaceutical
care plan
• Intervensi
terhadap adanya
DTPs (Drug
Pedoman Kredensial 68
Therapy
Problems)
• Tindak lanjut:
kegiatan
monitoring dan
evaluasi obat
o Konsep penyakit
terpilih: anatomi-
fisiologi manusia,
etiologi, prognosis
pato-fisiologi, tanda
serta gejala
o Interpretasi data
klinis: hasil
pemeriksaan fisik,
hasil pemeriksaan
laboratorium, alat
diagnostik dan
instrumen
o Farmakoterapi
penyakit terpilih,
Identifikasi reaksi
obat yang tidak
dikehendaki dari
penggunaan obat
tunggal (ADR,
Pedoman Kredensial 69
adverse drug
reaction ), maupun
interaksi obat
o Pengobatan
berbasis bukti
(EBM)
Pedoman Kredensial 70
penggunaan obat
pasien
o Pendekatan
sistematis
konsultasi dan
konseling, contoh
metode pendekatan:
Calgary-
Cambridge,
Pendleton dll.
o Fasilitas penunjang
konsultasi dan
konseling
o Konsep penyakit
terpilih: anatomi-
fisiologi, etiologi,
prognosis,
patofisiologi, tanda
dan gejala
o Farmakologi:
mekanisme kerja
obat
o Interpretasi data
klinis
o Farmakoterapi dan
terapi non
Pedoman Kredensial 71
farmakologi pada
penyakit terpilih
o Dokumentasi
kegiatan konsultasi
dan konseling
sediaan farmasi
3. Farmakovigilans o Definisi dan
(MESO) klasifikasi ESO
(Efek Samping
Obat)
o Faktor presdisposisi
ESO
o Mekanisme dan
penyebab ESO tipe
A dan tipe B
o Identifikasi ESO
berdasarkan Skala
Naranjo dan NGA
o Karakteristik ESO
dan upaya
pengendaliannya
o Dokumentasi dan
pelaporan ESO &
intervensi yang
dilakukan
o Farmokologi /
Pedoman Kredensial 72
Farmakodinamik
o Farmakokinetik
o Farmakoterapi
o Farmakovigilans
Pedoman Kredensial 73
5. Pelayanan Farmasi o Konsep dasar
Klinis Berbasis
farmakokinetika
Biofarmasi-
Farmakokinetik o Konsep dasar
(Pemantauan Kadar farmakodinamik
Obat Dalam Darah)
o Konsep
penyesuaian dosis
berdasarkan prinsip
farmakokinetika,
pemantauan terapi
pada obat
o Tinjauan farmasi
klinis pada populasi
khusus: geriatri,
pediatri, gangguan
ginjal, gangguan
hati, ibu hamil dan
menyusui
Pedoman Kredensial 74
o Kompatibilitas,
stabilitas,penyimpa
nan dan BUD
(Beyond Use Date)
o Perhitungan dan
penyesuaian dosis
dalam proses
penyiapan sediaan
farmasi non steril
o Peracikan sediaan
farmasi sesuai
prosedur , etiket
dan label sediaan
farmasi
o Pengemasan
kembali sediaan
obat.
o Validasi &
pelayanan resep
o Dokumentasi
farmasi
o Etika dan
peraturan-
perundangan
kefarmasian terkait
dengan proses
penyiapan obat
Pedoman Kredensial 75
7. Penyerahan Sediaan o Etika dan peraturan
Farmasi dan Alat
perundangan terkait
Kesehatan
penyerahan obat
o Sistematika
penyerahan obat
o Teknik pemakaian
macam-macam
bentuk sediaan
farmasi dan alkes
o Teknik komunikasi
dalam penyerahan
obat
o Sistem pelaporan
terhadap dispensing
error atau obat
rusak
Pedoman Kredensial 76
o Sarana penunjang
dalam pelayanan
o informasi obat dan
alkes
o Definisi dan
klasifikasi evidence
based medicine
o Pendekatan
sistematis
pencarian sumber
informasi obat dan
alkes
Pedoman Kredensial 77
Medicine
o Biofarmasi-
farmakokinetika
o Teknik
pengambilan
keputusan
o Formularium obat
o Pedoman Praktek
Kedokteran
10. Perencanaan Sediaan o Managing Drug
Farmasi dan Alat
Supply
Kesehatan
o SKN dan
Kebijakan Obat
Nasional
o Metode Konsumsi
o Epidemiologi
o Karakterisitik,
spesifikasi dan
seleksi bahan baku
obat
o Farmakoepidemiol
ogi
o Farmakoekonomi
o Evidence Based
Medicine
o Biofarmasi-
Pedoman Kredensial 78
farmakokinetika
o Teknik
pengambilan
keputusan
o Formularium obat
o Pedoman Praktek
Kedokteran
11. Pengadaan Sediaan o Managing Drug
Farmasi, dan Alat
Supply
kesehatan
o Perhitungan
Kebutuhan Obat
o Good Procurement
Practice
o Jaminan Mutu
o Supply Chain
Management
o Risk Management
o Farmakoekonomi
o Peraturan –
perundangan
12. Penyimpanan Dan o Managing Drug
Pendistribusian Bahan
Supply
Baku, Sediaan
Farmasi, Alat o Jaminan Mutu
Kesehatan o Good Distribution
and Transportation
Practice
Pedoman Kredensial 79
o Supply Chain
Management
o Stabilitas Obat
o Cold Chain System
o Risk Management
o Farmakoekonomi
o Peraturan –
perundangan
Pedoman Kredensial 80
LAMPIRAN 6.2
INSTRUMEN PERTANYAAN TULIS
Nama Assesi : Tempat :
Nama Assesor : Tanggal :
Rincian Pertanyaan Jawaban Nilai
No. Kewenangan Klinis
1. Upaya Penggunaan
Obat Rasional
(Pemantauan Terapi
Obat (PTO),
Penelusuran Riwayat
Pengobatan,
Rekonsiliasi obat)
2. Konsultasi dan
Konseling Sediaan
Farmasi
3. Farmakovigilans
(MESO)
Pedoman Kredensial 81
4. Evaluasi Penggunaan
Obat
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi (Dispensing
sediaan steril)
7. Penyerahan Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
(Pengkajian dan
pelayanan resep)
Pedoman Kredensial 82
8. Pelayanana Informasi
Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
Pedoman Kredensial 83
11. Pengadaan Bahan
baku, Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
LAMPIRAN 6.3
Pedoman Kredensial 84
INSTRUMENT CEK LIST OBSERVASI
Sumber pembanding :
Kebijakan Farmasi Rumah Sakit, Pedoman/ Panduan Pelayanan Farmasi dan
SPO (Standar Prosedur Operasional).
Pedoman Kredensial 85
3. Farmakovigilans
(MESO)
4. Evaluasi
Penggunaan Obat
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi
(Dispensing sediaan
steril)
Pedoman Kredensial 86
7. Penyerahan Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
(Pengkajian dan
pelayanan resep)
8. Pelayanana
Informasi Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
9. Seleksi Bahan
Baku, Sediaan
Farmasi dan Alat
kesehatan
(Pemilihan Sediaan
Farmasi)
10. Perencanaan
Sediaan Farmasi
Pedoman Kredensial 87
11. Pengadaan Bahan
baku, Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
Pedoman Kredensial 88
LAMPIRAN 6.4
Sumber pembanding :
Kebijakan Farmasi Rumah Sakit, Pedoman/ Panduan Pelayanan Farmasi dan
SPO (Standar Prosedur Operasional).
2. Konsultasi dan
Konseling Sediaan
Farmasi
Pedoman Kredensial 89
3. Farmakovigilans
(MESO)
4. Evaluasi Penggunaan
Obat
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi (Dispensing
sediaan steril)
Pedoman Kredensial 90
7. Penyerahan Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
(Pengkajian dan
pelayanan resep)
8. Pelayanana Informasi
Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
Pedoman Kredensial 91
11. Pengadaan Bahan
baku, Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
Pedoman Kredensial 92
LAMPIRAN 7
REKAPAN DATA ASSESI
NAMA ASSESI :
NIP/ NIK :
TEMPAT PRAKTEK / UNIT KERJA :
No Format/Instrumen Kelengkapan
Keterangan
Ya Tidak
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Ketua Tim Kredensial
Pengurus Daerah Hisfarsi ……..
( )
Pedoman Kredensial 93
LAMPIRAN 8
REKOMENDASI KEWENANGAN KLINIS
DARI MITRA BESTARI KE RUMAH SAKIT
Kemampuan
No. Rincian Kewenangan Klinis Klinis Assesi
1 2 3
3. Farmakovigilans (MESO)
Pedoman Kredensial 94
5. Pelayanan Farmasi Klinis Berbasis Biofarmasi-
Farmakokinetik (Pemantauan kadar obat dalam
darah)
6. Penyiapan Sediaan Farmasi (Dispensing sediaan
steril)
7. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Pengkajian dan pelayanan resep)
8. Pelayanana Informasi Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
1.
2.
3.
4.
Pedoman Kredensial 95
Demikianlah rincian kewenangan klinis ini direkomendasikan dengan
berorientasi pada pedoman kompetensi apoteker IKATAN APOTEKER
INDONESIA dan mempertimbangkan situasi serta kondisi Rumah Sakit
………………………………... (Nama Rumah Sakit)
Kewenangan klinis Apoteker ini secara berkala akan dievaluasi dan
disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang kefarmasian.
Disetujui : Tanggal………………………….
Ditetapkan di : ………………………………….
Mengetahui,
Tim Kredensial/Mitra Bestari
ttd
( )
Pedoman Kredensial 96
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 9.1
TENTANG
MENIMBANG :
Pedoman Kredensial 97
MENGINGAT :
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Pedoman Kredensial 98
Ditetapkan di : .....................
Ttd
( )
Pedoman Kredensial 99
LAMPIRAN 9.3
Disetujui
No. Rincian Kewenangan Klinis Kemampuan
Klinis*)
3. Farmakovigilans (MESO)
Pedoman Kredensial 10
11. Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
12. Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku,
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
13. Pemusnahan dan Penarikan Bahan Baku, Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
Catatan:
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Ttd
( )
Pedoman Kredensial 10
Pedoman Kredensial Apoteker 100