DI RUMAH SAKIT
Rasa syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat
rahmat dan karuniaNy
karuniaNya,
a, tim penyusun
penyusun dapat menyelesaikan
menyelesaikan buku
Pedoman Kredensial Apoteker di Rumah Sakit. Pedoman ini memiliki posisi
yang strategis di dalam penyiapan sumber daya manusia Apoteker yang
kompeten. Sumber daya manusia merupakan salah satu input di dalam
penyelenggaraan
penyelenggaraan proses pelayanan
pelayanan di rumah sakit. Ketersediaan
Ketersediaan sumber
sumber daya
(termasuk Apoteker) yang handal menjadi penentu mutu output atau outcome
suatu proses. Kegamangan dalam memahami proses kredensial apoteker di
rumah sakit yang belum mampu melaksanakan proses kredensial secara
mandiri terjawab dengan diterbitkannya pedoman ini.
Rumah sakit memastikan bahwa profesional pemberi asuhan
(PPA) lainnya dan
da n staf klinis lainnya
lai nnya kompeten untuk memberi
mem berikan
kan asuhan
yang aman bagi pasien rumah sakit. Proses kredensial merupakan proses
yang terpilih dan wajib dilakukan rumah sakit dalam upaya untuk menentukan
apakah seorang Apoteker layak diberikan kewenangan klinis dan Surat
Penugasan Klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan tertentu dalam
lingkungan rumah sakit tersebut untuk periode waktu tertentu. Tujuan utama
dari proses kredensial ini adalah untuk melindungi pasien dari asuhan yang
diberikan oleh PPA yang tidak kompeten. Dengan demikian menjadi jelas
bahwa proses kredensial
kredensial mempunyai korelasi positif terhadap mutu pelayanan
dan keselamatan pasien.
Pelaksanaan kredensial Apoteker di rumah sakit yang belum memiliki
Komite, bisa dilakukan oleh mitra bestari ( peer
( peer group)
group) yaitu sekelompok staf
dari profesi apoteker dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk
menelaah segala hal yang berkaitan. Mitra bestari dapat berasal dari : dalam
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS HISFARSI PUSAT
NOMOR 01/SK/PP-HISFARSI/VI/2018
TENTANG
TIM PENYUSUN PEDOMAN KREDENSIAL APOTEKER DI RUMAH
SAKIT
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Membentuk Tim Penyusun Pedoman Kredensial Apoteker
di Rumah Sakit, dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Tugas Tim penyusun Pedoman Kredensial Apoteker di
Rumah Sakit adalah sebagai berikut
1. Menyusun kebutuhan kredensialing di Rumah Sakit
KEPUTUSAN
PIMPINAN PUSAT
HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT (HISFARSI)
NOMOR 02/SK/PP-HISFARSI/VI/2018
TENTANG
PEDOMAN KREDENSIAL APOTEKER
DI RUMAH SAKIT
Menetapkan
Ditetapkan
Ditetap kan di : SURABAYA
A. Latar Belakan
Bela kang
g
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan terpenting
yang perlu didukung dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) dengan perangkat ilmunya masing-masing
berinteraksi
berinteraksi satu sama
sama lain.
Untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit, maka diperlukan
standarisasi kemampuan sebagai PPA sesuai penjelasan Undang-Undang
No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Rumah Sakit. Di dalam undang-undang
undang-undang tersebut
tersebut
dinyatakan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang didasarkan kepada nilai kemanusian, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan
perlindungan dan
dan keselamatan
keselamatan pasien,
pasien, serta
serta mempunyai
mempunyai fungsi
fungsi sosial.
sosial.
Pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman dapat dicapai jika
semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan bekerja sesuai dengan
kompetensi dan standar pelayanan yang sesuai. Rumah sakit mempunyai
proses yang efektif untuk mengumpul
mengumpulkan,
kan, memverifikasi,
memverifikasi, dan
mengevaluasi kredensial PPA. Rumah sakit perlu memastikan mempunyai
PPA yang kompeten sesuai dengan misi, sumber daya, dan kebutuhan
pasien. Profesional
Profesional pemberi
pemberi asuhan bertanggun
bertanggung
g jawab memberikan
memberikan asuhan
asuhan
pasien secara langsung
langsung maupun
maupun asuhan
asuhan yang memberikan
memberikan kontribusi
kontribusi
terhadap outcome pasien
outcome pasien secara keseluruhan.
B. Tujuan pedoman
Tujuan umum :
Memastikan Apoteker sebagai PPA di rumah sakit memiliki kompetensi
dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya mencapai clinical outcome
pasien secara
secara keseluruha
keseluruhan.
n.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses kredensial Apoteker di
rumah sakit dengan baik dan benar.
C. Ruang lingkup
Apoteker yang memberikan asuhan kefarmasian secara langsung
maupun asuhan yang memberikan kontribusi terhadap outcome pasien
outcome pasien
secara keseluruhan.
D. Ketentuan umum
1. Kredensial adalah bukti tertulis dari sertifikasi, pendidikan, pelatihan,
pengalaman
pengalaman atau kualifikasi
kualifikasi lainnya
lainnya ( Joint Comission
Comission Accreditation
Accreditation,,
2017)
2. Proses Kredensial (Credentialing
(Credentialing ) adalah proses evaluasi suatu rumah
sakit terhadap seorang Profesinal Pemberi Asuhan (PPA) untuk
menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan klinis
dan kewenangan klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan medis
tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk periode tertentu
(Herkutanto, 2009)
3. Surat Penugasan Klinis adalah surat yang diterbitkan oleh pimpinan
rumah sakit kepada profesional pemberi asuhan kefarmasian
berdasarkan
berdasarkan rincian
rincian kewenangan
kewenangan klinis yang
yang ditetapkan.
ditetapkan.
4. Permohonan kredensial adalah permohonan yang diajukan oleh
pimpinan
pimpinan rumah sakit kepada
kepada mitra bestari untuk melakukan
melakukan proses
kredensial terhadap profesional pemberi asuhan kefarmasian yang
meminta Surat Penugasan Klinis.
E. Landasan hukum
1. Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 31 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2017
tentang Akreditasi rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit.
6. Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.
058/SK/PP.IAI/IV/2011 tentang Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia.
B. Prinsip Kredensial
Landasan dasar pentingngya kredensial dilakukan bagi Apoteker adalah:
1. Keselamatan pasien merupakan dasar dalam proses kredensial dan
ruang lingkup pelayanan kefarmasian.
2. Akuntabilitas suatu profesionalisme Apoteker.
C. Manfaat
Meskipun seorang Apoteker telah mendapatkan pelatihan formal
dan kekhususan suatu profesinya dalam bidang kefarmasian di bidang
pendidikanny
pendidikannya.
a. Namun
Namun fasilitas pelayanan
pelayanan kefarmasian
kefarmasian tetap wajib
melakukan verifikasi kembali terhadap komptensi orang tersebut terkait
layanan kefarmasian yang akan mereka lakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Adapun alasan penting dilakukannya kredensial adalah:
1. Sebagai verifikasi terhadap pendidikan formal dalam melaksanakan
pelayanan
pelayanan kefarmasian.
kefarmasian.
2. Mengukur batas aman tingkat kemamuan profesional terhadap
pelayanan
pelayanan kefarmasian
kefarmasian yang mereka kerjakan
kerjakan seusai dengan
dengan
keselamatan pasien.
3. Meningkatkan kemapuan suatu keahlian/kompetensi kefarmasian
dengan motivasi belajar yang tinggi.
4. Sebagai bahan gap komptensi terhadap pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan
berkelanjutan Apoteker.
Apoteker.
5. Mempersiapkan profesionalisme Apoteker untuk memasuki persaingan
internasional.
Lampiran 4
Assesor melakukan
proses Kredensial
Assesor
merekomendasikan hasil
penilaian RKK kepada
Pimpinan Rumah Sakit
Lampiran 8
Lampiran 9
Pimpinan Rumah Sakit
menerbitkan Surat
Penugasan Klinis
(Clinical Appointment )
I. Dokumentasi
1. Lampiran 1. Surat Permohonan Penugasan Klinis dari Assesi ke
Rumah Sakit
2. Lampiran 2. Rincian Data dan Bukti Pendukung Assesi
3. Lampiran 3. Permohonan Rincian Kewenangan Klinis Apoteker
4. Lampiran 4. Surat Permohonan Kredensialing Apoteker dari
Rumah Sakit ke Mitra Bestari
5. Lampiran 5. Kredensialing
6. Lampiran 6. Assessment untuk Assesor
Lampiran 6.1 Pedoman Assessment untuk Assesor
Lampiran 6.2 Instrumen Pertanyaan Tulis
Lampiran 6.3 Instrumen Cek List Observasi
Lampiran 6.4 Instrumen Cek List Observasi Sikap
7. Lampiran 7. Rekapan Data Assesi
8. Lampiran 8. Rekomendasi Kewenangan Klinis dari Mitra Bestari
ke Rumah Sakit
9. Lampiran 9. Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan
Klinis dari Rumah Sakit ke Apoteker
Lampiran 9.1 Surat Keputusan Pimpinan Rumah Sakit
Lampiran 9.2 Rincian Kewenangan Klinis Apoteker di Rumah
Sakit
Etika profesi adalah sistem dari prinsip prinsip moral atau aturan-
aturan perilaku yang diterapkan pada suatu profesi. Etika profesi berarti
perilaku yang diharapkan
diharapkan bagi setiap anggota
anggota profesi untuk bertindak
dengan kapasitas profesionalnya (Tabner, 1981). Etika dalam tenaga
kesehatan mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku yang
beretika dan dalam pengambilan
pengambilan keputusan
keputusan etis, apakah suatu tindakan
tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam keadaan yang diperlukan untuk
membuat keputusan etis (Potter & Perry, 2005). Prinsip-prinsip Moral/Etis
dalam mengambil keputusan, tenaga kesehatan hendaknya senantiasa
mendasarkan dan mempertimbangkan pada prinsip-prinsip moral yang
sifatnya universal.
Hal yang harus digaris bawahi adalah meskipun etika profesi dan
disiplin profesi dimaksud diatur/dimuat di dalam sebuah Undang-Undang,
tidak dapat langsung diartikan bahwa etika dan disiplin profesi dimaksud
memiliki konsekuensi hukum yang sama dengan norma hukum yang berada
di dalam Undang-Undang yang sama. Jika etika profesi dan disiplin profesi
1. Persiapan
a. Menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain surat, jadwal
telusur serta perangkat pemantuan
b. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, seperti kamera, alat
tulis, dan lain-lain
2. Pelaksanaan
a. Mendatangi penanggung jawab unit kerja terkait telusur
b. Melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang telah
dibuat
c. Meminta data, dokumen, dan/atau informasi yang telah
diperoleh
3. Pelaporan
a. Menyiapkan bahan penyusunan laporan
b. Menyusun laporan dan/atau rekomendasi pemantau
c. Menyampaikan laporan dan/atau rekomendasi kepada unit kerja
Lampiran : 1 Berkas
Kepada Yth :
Di tempat.
Dengan hormat,
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Pemohon,
( )
A. Data Pribadi
1. Nama pemohon
pemohon :
2. Tempat / tanggal lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Pangkat / Golongan :
5. Tempat Praktek / Unit kerja :
6. Bagian :
7. Pendidikan Terakhir : Apoteker / S2 / S3
8. Alamat rumah :
9. No. Hp/WA
Hp/WA :
Telp Rumah / Kantor HP :
E-mail :
B. Data Pendidikan
Pendidikan Tahun Nama Institusi
Apoteker
S1
S2
S3
Nama
Tgl. Terbit Tgl. Akhir Tempat
Registrasi Izin Nomor
(tgl-bln-th) (tgl-bln-th) Praktek
praktek
STRA
SIPA
Kelengkapan Bukti *)
Bukti Pendukung
Ada Tidak
Foto Copy Ijazah Apoteker/ S1/ S2/ S3
Foto Copy STRA
Foto Copy SIPA
Foto Copy Sertifikat Kompetensi
Foto Copy Sertifikat Pelatihan :
1.
2.
3.
4.
5.
6. dst…
Training Record
Log Book
Book
Clinical Previlege
SPKK Sebelumnya (Re-Kredensial)
Pemohon
ttd
Keterangan : *) ber ikan
ikan tanda √
NAMA APOTEKER
APOTEKER YANG
YANG MENGAJU
MENGAJUKAN
KAN :
Lingkari nomor dan berikan tanda √ untuk kemampuan klinis yang diminta.
Permohonan Disetujui
Kemampuan Kemampuan
Klinis Klinis
No. Rincian Kewenangan
Kewenanga n Klinis
(diisi oleh (diisi oleh
Assesi) Assesor)
1 2 3 1 2 3
Keterangan :
3 = Tidak mampu
Lampiran :
Kepada Yth :
Dengan hormat,
Ttd
( )
KREDENSIALING
2. Sistematika Penilaian
Aspek Penilaian
Setiap kewenangan klinis yang diminta, akan dilakukan penilaian
terhadap tingkat kemampuan yang harus dicapai dari aspek:
a. Pengetahuan / Know
/ Knowledge
ledge (K)
(K)
• Nilai : < 65
65 kemampuan
kemampuan pada tingkat
tingkat mengetahui
mengetahui
• Nilai : ≥ 65 kemampuan pada tingkat memahami
memahami
b. Ketrampilan / Skill (S)
(S)
• Nilai : < 65
65 melakukan
melakukan ketrampilan
ketrampilan perlu
perlu pendamping
pendampingan
an
• Nilai : ≥ 65 melak
melak ukan
ukan ketrampilan secara mandiri
c. Perilaku / Attitud
/ Attitudee (A)
• Nilai harus ≥ 65 dalam segala aspek
3. Instrumen Penilaian
3 = Tidak mampu
Kemampuan Kemampuan
Klinis Klinis
No. Rincian Kewenangan
Kewenanga n Klinis
(diisi oleh (diisi oleh
Assesi) Assesor)
1 2 3 1 2 3
LAMPIRAN 6.1
Aspek Penilian
Kewenangan klinis Pokok Bahasan
K S A
1. Upaya Penggunaan Obat c. Peran dan tanggung
Rasional
jawab Apoteker
Apoteker
(Pemantauan Terapi
Obat (PTO), dalam
Penelusuran Riwayat
meningkatkan
Pengobatan,
Rekonsiliasi Obat) keamanan,efektifita
s dan dampak
ekonomi
penggunaan
penggunaan obat
obat
secara individual
d. Pharmaceutica
Pharmaceuticall
care proses:
care proses:
• Penilaian/assess
Penilaian/assess
ment
• Pharmaceutical
Pharmaceutical
care plan
• Intervensi
terhadap adanya
DTPs ( Drug
2. Konsultasi
Konsultasi dan o Peran konsultasi
Konseling Sediaan
dan konseling di
Farmasi dan Alat
Kesehatan bidang farmasi
farmasi
o Definisi dan tujuan
konsultasi
konsultasi dan
konseling farmasi
o Kebutuhan, harapan
& preferensi pasien
preferensi pasien
o Konsep
compliance,
adherence, health
behavior
o Teknik komunikasi
(verbal dan
nonverbal)
o Teknik
meningkatkan
kepatuhan
2. Konsultasi
Konsultasi dan
Konseling Sediaan
Farmasi
3. Farmakovigilans
(MESO)
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi (Dispensing
sediaan steril)
7. Penyerahan Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
(Pengkajian dan
pelayanan
pelayanan resep)
LAMPIRAN 6.3
Nama Assesi
Assesi : Tempat :
Nama Assesor
Assesor : Tanggal
Tanggal :
Sumber pembanding :
Kebijakan Farmasi Rumah Sakit, Pedoman/ Panduan Pelayanan Farmasi dan
SPO (Standar Prosedur Operasional).
4. Evaluasi
Penggunaan Obat
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi
(Dispensing sediaan
steril)
8. Pelayanana
Informasi Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
9. Seleksi Bahan
Baku, Sediaan
Farmasi dan Alat
kesehatan
(Pemilihan Sediaan
Farmasi)
10. Perencanaan
Sediaan Farmasi
Nama Assesi
Assesi : Tempat :
Nama Assesor
Assesor : Tanggal
Tanggal :
Sumber pembanding :
Kebijakan Farmasi Rumah Sakit, Pedoman/ Panduan Pelayanan Farmasi dan
SPO (Standar Prosedur Operasional).
No Kewenangan Klinis
Kli nis Indikator
Sikap Nilai
Ketercapaian
1. Upaya Penggunaan
Obat Rasional
(Pemantauan Terapi
Obat (PTO),
Penelusuran Riwayat
Pengobatan,
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi obat)
2. Konsultasi dan
Konseling Sediaan
Farmasi
4. Evaluasi Penggunaan
Obat
5. Pelayanan Farmasi
Klinis Berbasis
Biofarmasi-
Farmakokinetik
(Pemantauan kadar
obat dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan
Farmasi (Dispensing
sediaan steril)
8. Pelayanana Informasi
Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
NAMA ASSESI :
NIP/ NIK :
TEMPAT PRAKTEK / UNIT KERJA :
No Format/Instrumen Kelengkapan
Keterangan
Ya Tidak
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Ketua Tim Kredensial
Pengurus Daerah Hisfarsi ……..
( )
Kemampuan
No. Rincian Kewenanga
Kewenangan
n Klinis Klinis Assesi
1 2 3
3. Farmakovigilans (MESO)
1.
2.
3.
4.
Disetujui : Tanggal………………………….
Tanggal………………………….
Ditetapkan di : ………………………………
…… …………………………….
….
Mengetahui,
Tim Kredensial/Mitra
Kredensial/Mitra Bestari
ttd
( )
LAMPIRAN 9.1
TENTANG
MENIMBANG :
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Rumah
Rumah Sakit ..........................
Ttd
( )
3. Farmakovigilans (MESO)
Catatan:
Tempat, tanggal/bulan/tahun
Ttd
( )