Jl. Kali Pasir No.9, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 2023
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA
Nomor : 037/PER-DIR/DIRUT/RSUMMA/XII/2022
TENTANG
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
(NURSING STAFF BY LAWS)
RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA
Menimbang 1. Bahwa untuk mengatur proses pemberi asuhan keperawatan serta mekanisme
: tata kerja Komite Keperawatan di rumah sakit perlu Peraturan Internal Staf
Keperawatan, Perawat dan Bidan (Nursing Staf By Law).
5. Surat Keputusan Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Nomor : Nomor
006 /SK/DIRUT/RSUMMA/1/2023 tentang truktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia
6. Surat Keputusan Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Nomor :
091/SK/DIRUT/RSUMMA/XI/2022 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
komite keperawatan Menteng Mitra Afia.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal: 30 Desember 2022
Direktur,
Tembusan :
1. Arsip
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR
RSU MENTENG MITRA AFIA
NOMOR: 091/SK/DIRUT/RSUMMA/XII/2022
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pada Peraturan Internal ini yang dimaksud dengan :
2. Staf Keperawatan adalah perawat dan bidan di RSU Menteng Mitra Afia
yang telah lulus program pendidikan keperawatan atau kebidanan,
teregistrasi, dan diberi kewenangan untuk melakukan asuhan keperawatan
atau kebidanan sesuai standar profesi.
7. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf perawat dan bidan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis (Clinical Privilage)
untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan atau kebidanan dan tindakan
delegasi tertentu di lingkungan RSU Menteng Mitra Afia untuk periode
tertentu.
10. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga perawat dan bidan
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang
terkait dengan kompetensi tenaga keperawatan. Mitra Bestari dapat berasal
dari dalam dan luar RSU Menteng Mitra Afia.’
11. Buku Putih (White Paper) adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh tenaga keperawatan yang digunakan untuk
menentukan Kewenangan Klinis.
12. Panitia Adhoc adalah suatu panitia yang di tetapkan Direktur Utama RSU
Menteng Mitra Afia berdasarkan usulan Ketua Komite Keperawatan utnuk
menangani masalah tertentu, bersifat sementara dan diambil dari daftar
Mitra Bestari.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Tujuan dari disusunnya Peraturan Internal Staf Keperawata RSU Menteng Mitra
Afia diantaranya adalah :
1. Memberikan landasan hukum bagi Komite Keperawatan guna
melaksanakan tugas dan fugsinya dalam menyelenggarakan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance) di RSU Menteng Mitra Afia.
2. Agar staf keperawatan RSU Menteng Mitra Afia terorganisir secara baik,
dan memiliki peran, tugas serta kewenangan yang jelas, fokus terhadap
kebutuhan pasien, sehingga menghasilkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.
3. Agar komite keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang
baik (good governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu
profesi dan penegakan disiplin profesi terhadap seluruh perawat yang
bekerja di RSU Menteng Mitra Afia.
BAB III
Bagian Kesatu
Staf Keperawatan
Pasal 3
1. Staf keperawatan adalah perawat dan bidan yang bekerja dibawah arahan dan
bimbingan dari atasan.
2. Staf keperawatan secara manajerial bertanggung jawab kepada Direktur
Medik melalui Kepala Instalasi dan Kepala Bagian Pelayanan Medik serta
Koordinasi dengan Kepala Bidang Keperawatan.
3. Staf keperawatan secara profesi bertanggung jawab kepada Komite
Keperawatan.
4. Staf keperawatan dalam melaksanakan keprofesiannya wajib mengikuti Tata
Kelola Klinis (Clinical Governance) di RSU Menteng Mitra Afia.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 4
1. Tugas staf keperawatan :
a. Melaksanakan kegiatan profesi yang terkait dengan asuhan keperawatan
dan kebidanan;
b. Meningkatkan kemampuan profesi, melalui program pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan baik secara formal maupun non-formal;
c. Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan Standar Profesi Perawat
dan Bidan, Standar Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Standar
Kompetensi Perawat Klinik Umum dan Bidan, serta Standar Prosedur
Operasional di RSU
Menteng Mitra Afia;
d. Menyusun, mengumpulkan, menganalisis, dan membuat laporan
pemantauan indikator kinerja.
Pasal 7
Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap
staf keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia.
Bagian Keempat
Mitra Bestari
Pasal 8
1. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga perawat dan bidan
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal
yang terkait dengan kompetensi tenaga keperawatan.
2. Mitra Bestari (Peer Group) dapat berasal dari tenaga keperawatan di
RSU Menteng Mitra Afia maupun dari luar rumah sakit, perhimpunan
perawat spesialis, kolegium perawat spesialis, dan atau institusi
pendidikan keperawatan yang memiliki spesialisasi yang sama.
3. Mitra Bestari (Peer Group) dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk
membantu Komite Keperawatan melakukan kredensial, penjagaan mutu
profesi, maupun penegakan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
4. Penetapan Mitra Bestari (Peer Group) sebagai Panitia Adhoc
sebagaimana ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama atas
usulan Komite Keperawatan.
BAB IV
Kewenangan Klinis
Pasal 9
1. Kewenangan Klinis merupakan kewenangan untuk melaksanakan pelayanan
asuhan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan kompetensi profesi dan
keahliannya.
2. Kewenangan klinis sebagai syarat mutlak staf keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan dan kebidanan.
3. Kewenangan Klinis diberikan oleh Komite Keperawatan.
4. Kewenangan Klinis setiap staf keperawatan dapat saling berbeda walaupun
memiliki spesialisasi yang sama.
5. Kewenangan klinis diberikan kepada staf keperawatan berdasarkan
pertimbangan antara lain :
a. Clinical Appraisal (tinjauan atau telaah hasil proses kredensial) berupa
surat rekomendasi;
b. Standar Kompetensi Perawat Umum dan Bidan
c. Tingkat pendidikan formal
d. Area pelayanan keperawatan
6. Kewenangan Klinis perawat baru diberikan setelah menyelesaikan program
orientasi dan lulus Uji Kompetensi Perawat Klinik Umum.
Pasal 10
1. Kewenangan Klinis yang diberikan kepada perawat dibagi menjadi (dua),
yaitu :
a. Kewenangan klinis sementara (temporary clinical privilege)
b. Kewenangan klinis dalam keadaan darurat (emergency clinical privilege)
c. Kewenangan klinis bersyarat
2. Kewenangan klinis sementara
Pasal 11
1. Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf
keperawatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada
Komite Keperawatan dengan menyebutkan alasan serta melampirkan
bukti yang diakui oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat
mendukung permohonannya.
2. Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
Komite Keparawatan melakukan rekredensial melalui subkomite
kredensial.
3. Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan
rekomendasi Komite Keperawatan.
4. Setiap permohonan perluasan kewenangan klinis yang dikabulkan
dituangkan pada penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan Direktur
Utama dan disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada
Komite Keperawatan.
5. Apabila permohonan perluasan kewenangan klinis ditolak dalam Surat
Pemberitahuan Penolakan yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan
disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite
Keperawatan.
Pasal 12
Dalam keadaan bencana alam, kegawat daruratan akibat bencana massal,
kerusuhan yang menimbulkan banyak korban maka semua staf keperawatan
rumah sakit dapat diberikan kewenangan klinis untuk dapat melakukan
tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinis yang dimiiiki, sepanjang
yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Pasal 13
Kewenangan klinis diberikan oleh Komite Keperawatan melalui Sub Komite
Keperawatan dan akan dievaluasi secara berkala setiap 5 (lima) tahun untuk
ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas,
dipersempit atau bahkan dicabut oleh Direktur Utama.
Pasal 14
1. Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis
pelayanan keperawatan yang disebut buku putih (white paper) ditetapkan
oleh Komite Keperawatan dengan berpedoman pada norma keprofesian
yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
2. Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan kewenangan klinis dan atau
apabila suatu pelayanan keperawatan dapat dilakukan oleh staf
keperawatan dari jenis spesialisasi yang berbeda maka untuk pelayanan
keperawatan tertentu Komite Keperawatan dapat meminta informasi atau
pendapat dari Mitra Bestari.
BAB V
PENUGASAN KLINIS
Pasal 15
1. Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik,
maka semua pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh setiap staf
keperawatan di RSU Menteng Mitra Afia harus senantiasa didukung
dengan mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi dan penegakan
etika dan disiplin profesi.
2. Untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan di rumah sakit, staf
keperawatan harus memiliki penugasan klinis yang diberikan oleh Direktur
Utama kepada staf keperawatan sesuai area pelayanan dalam melaksanakan
tugas.
3. Rekomendasi Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diberikan setelah dilakukan kredensial.
4. Dalam keadaan darurat, Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia dapat
memberikan surat penugasan klinis (clinical appointment) tanpa
rekomendasi Komite Keperawatan.
5. Penugasan klinis seperti pada ayat (4) harus ditinjau kembali melalui
mekanisme kredensial setelah keadaan darurat teratasi/terlewati.
6. Penyesuaian level kompetensi terkait remunerasi diberikan setelah semua
rincian kewenangan klinis sesuai levelnya sudah diberikan oleh Komite
Keperawatanmelalui tahapan proses kredensial, penilaian kinerja, etika dan
disiplin.
Pasal 16 Kriteria dan Syarat Penugasan Klinis
1. Direktur Utama menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf
keperawatan untuk suatu tugas atau jabatan klinis tertentu dan akan
menyampaikan hal tersebut kepada setiap tenaga keperawatan yang
menghendaki penugasan klinis di rumah sakit.
2. Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Direktur Utama atas rekomendasi dari Komite Keperawatan.
3. Surat penugasan klinis staf keperawatan diberikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.
4. Direktur Utama dapat merubah atau mencabut surat penugasan klinis
sebelum berakhir jangka waktu yang telah di tentukan, dengan
memperhatikan :
a. Izin praktik yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada;
b. Kondisi fisik atau mental staf keperawatan yang bersangkutan tidak
mampu lagi melakukan pelayanan asuhan keperawatan yang
bersangkutan tidak mampu lagi melakukan pelayanan asuhan
keperawatan atau kebidanan secara tetap;
c. Staf keperawatan telah mencapai usia pensiun;
d. Tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang akan ditetapkan
dalam kerja sama;
e. Melakukan tindakan yang tidak profesional, kelalaian, atau perilaku
menyimpang lainnya yang telah diklarifikasi oleh Komite
Keperawatan;
f. Diberhentikan oleh Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia karena
yang bersangkutan mengakhiri kerja sama dengan rumah sakit setelah
mengajukan pemberitahuan 1 (satu) bulan sebelumnya.
5. Surat penugasan klinis diberikan kepada staf keperawatan bila tenaga
keperawatan tersebut telah memenuhi syarat sebagai staf keperawatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan
ketentuan lain sebagaimana di tetapkan dalam Peraturan Internal Staf
Keperawatan ini.
6. Selain memperhatikan syarat seperti pada ayat (5), syarat lain yang
dipertimbangkan pada penugasan klinis lanjutan (rekredensial) adalah :
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai
ketentuan perundang-undangan;
b. Memenuhi syarat sebagai staf keperawatan sesuai level kompetensi dan
area unit kerja, berdasarkan peraturan perundang-undangan kesehatan
yang berlaku serta ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Internal Rumah Sakit ini;
c. Bersedia melaksanakan tugas rumah sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan pelayanan dan tindakan keperawatan dengan
mengacu pada Standar Prosedur Operasional (SPO), dan standar
administrasi yang berlaku di rumah sakit;
d. Bersedia mematuhi etika keperawatan yang berlaku di Indonesia, baik
yang berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban
terhadap pasien, teman sejawat, dan diri-sendiri.
BAB VI
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 17
1. Komite Keperawatan dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata
kelola klinis (Clinical Governance) yang baik agar mutu pelayanan asuhan
keperawatan dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite
Keperawatan
Pasal 18
DI R E K T UR
SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE MUTU PROFESI SUB KOMITE ETIK
DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 19
1. Seorang yang dapat diangkat menjadi Ketua Komite Keperawatan adalah
staf keperawatan purna waktu dan sudah bekerja di RSU Menteng Mitra
Afia minimal 10 (sepuluh) tahun.
2. Seorang yang dapat diangkat menjadi Ketua dan Anggota Sub Komite
Keperawatan adalah staf keperawatan yang sudah bekerja di RSU Menteng
Mitra Afia minimal 5 (lima) tahun dan tidak wajib purna waktu.
3. Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama dengan
mempertimbangkan
a. Sikap professional
b. Reputasi
c. Perilaku
d. Memperhatikan usulan dari staf keperawatan.
4. Ketua Komite Keperawatan ditunjuk oleh Direktur Utama.
5. Ketua Sub Komite, ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan
Ketua Komite Keperawatan.
6. Pengangkatan dan pemberhentian personalia Komite Keperawatan
ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Pasal 20
1. Persyaratan Ketua Komite Keperawatan :
a. Mempunyai kredibilitas, integritas keilmuan dan etika profesi yang
tinggi.
b. Mempunyai semangat profesionalisme.
c. Memiliki kompetensi sesuai jenis pelayanan atau area praktik.
d. Bersifat terbuka, bijaksana dan jujur
e. Memiliki reputasi baik.
2. Dalam menentukan Ketua Komite Keperawatan, Direktur Utama dapat
meminta pendapat dari Dewan Pengawas.
Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan
Pasal 21
1. Komite Keperawatan mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf
keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf keperawatan yang akan
melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
b. Memelihara mutu profesi tenaga perawat.
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat.
2. Pedoman pelaksanaan tugas Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur
Utama.
Pasal 22
1. Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Keperawatan memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis
pelayanan keperawatan;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan
fisik dan mental perilaku, dan etika profesi;
c. Pengevaluasian data pendidikan profesional keperawatan berkelanjutan;
d. Penilaian dan pemberian rekomendasi kewenangan klinis yang adekuat.
2. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf keperawatan,
Komite Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Berperan menjaga mutu profesi keperawatan dengan memastikan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan oleh staf keperawatan melalui upaya
pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan dan audit
keperawatan.
b. Pendidikan dan pengembangan profesi berkelanjutan dengan memberikan
rekomendasi pendidikan, pertemuan ilmiah internal dan kegiatan
eksternal.
c. Pendampingan terhadap staf keperawatan.
3. Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut: a.
Pembinaan etika dan disiplin profesi keperawatan.
b. Pemeriksaan staf keperawatan yang diduga melakukan pelanggaran
disiplin.
c. Rekomendasi pendisiplinan perilaku staf keperawatan.
d. Pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan etik.
Pasal 23
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan memiliki
wewenang:
Pasal 24
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu
oleh Panitia Adhoc dari Mitra Bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Keempat
Masa Jabatan
Pasal 25
1. Masa bakti kepengurusan Komite Keperawatan adalah 5 (lima) tahun.
2. Pengurus Komite Keperawatan dapat diberhentikan oleh Direktur Utama
sebelum masa jabatan berakhir atas dasar pertimbangan tertentu dari
Direktur Utama atau bila hak klinisnya dicabut.
Pasal 26
1. Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan dan diberhentikan oleh
Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia, dengan mempertimbangkan
sikap profesional, reputasi dan perilaku.
2. Jumlah keanggotaan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah 11 orang yaitu 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
Sekretaris, 3 orang Subkomite Kredensial, 3 orang Subkomite Mutu
Profesi dan 3 orang Subkomite Etika dan Disiplin Profesi.
BAB VII
RAPAT-RAPAT
Pasal 25
1. Rapat Komite Keperawatan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite
Keperawatan untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian
tenaga perawat sesuai tugas dan kewajibannya.
2. Anggota Komite Keperawatan berkewajiban ikut menghadiri
rapat/pertemuan Komite Keperawatan.
3. Keputusan rapat dianggap sah dan mengikat apabila dihadiri oleh lebih
separuh dari jumlah anggota.
4. Keputusan rapat/pertemuan anggota Komite Keperawatan diambil atas dasar
musyawarah dan mufakat.
5. Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
6. Rapat Komite Keperawatan terdiri dari rapat rutin dan khusus.
7. Peserta rapat Komite Keperawatan selain Anggota Komite Keperawatan,
apabila diperlukan dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan
agenda rapat, baik internal maupun eksternal Rumah Sakit yang ditentukan
oleh Komite Keperawatan.
8. Setiap rapat Komite Keperawatan dibuat notulensi rapat dan daftar hadir.
Pasal 26
1. Rapat rutin Komite Keperawatan :
a. Rapat rutin diselenggarakan terjadual paling sedikit 1 (dua) kali dalam 1
(satu) bulan dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
b. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan
klarifikasi, mencari alternatif solusi berbagai masalah pelayanan
keperawatan dan membuat usulan tentang kebijakan pelayanan
keperawatan.
c. Notulensi rapat rutin disampaikan pada setiap penyelenggaraan rapat rutin
berikutnya.
Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 37
1. Memberikan rekomendasi atau persetujuan pendidikan berkelanjutan baik
yang merupakan program rumah sakit maupun atas permintaan staf
keperawatan sebagai usulan kepada Direksi.
2. Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan :
a. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah.
b. Mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus antara lain, kasus
keselamatan pasien, kasus sulit, maupun kasus langka.
c. Menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh masing-
masing staf keperawatan setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti
tahunannya.
d. Bersama-sama dengan Bidang Keperawatan menentukan kegiatan-kegiatan
ilmiah yang melibatkan staf keperawatan sebagai narasumber dan peserta
aktif.
e. Bersama dengan Bagian Pendidikan & Penelitian memfasilitasi kegiatan
ilmiah dan mengusahakan satuan angka kredit dari organisasi profesi.
3. Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai notulensi, kesimpulan
dan daftar hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian
disiplin profesi.
Bagian Kelima
Pendampingan (Proctoring)
Pasal 38
1. Pelaksanaan pendampingan dilakukan dalam upaya pembinaan profesi bagi
staf keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin atau pengurangan kewenangan
klinis.
2. Staf keperawatan yang akan memberikan pendampingan (ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama.
3. Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan difasilitasi
dan dikoordinasikan bersama direktur terkait.
4. Hasil pendampingan berupa rekomendasi Komite Keperawatan kepada
Direktur Utama tentang iingkup kewenangan kiinis dan penugasan klinis
seorang staf keperawatan.
Bagian Keenam
Keanggotaan
Pasal 39
Subkomite Mutu Profesi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari:
1. 3 (tiga) orang staf keperawatan.
2. Memiliki surat penugasan klinis.
BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Etik dan Displin Profesi
Pasal 40
1. Pengorganisasian Subkomite Mutu Profesi sekurang-kurangnya terdiri
dari: a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
2. Ketua, sekretaris dan anggota Subkomite Mutu Profesi ditetapkan dan
bertanggung jawab kepada Komite Keperawatan.
Bagian Kedua
Tugas Dan Wewenang
Pasal 39
Tugas Subkomite Etik dan Disiplin Profesi
1. Melakukan sosialisasi kode etik profesi staf keperawatan.
2. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi staf keperawatan.
3. Melakukan penegakkan disiplin profesi keperawatan.
4. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah- masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan.
5. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan atau Surat Penugasan
Klinis terkait masalah etik dan disiplin profesi.
6. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi mempunyai
kewenangan memberikan usul rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis
tertentu, memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan
Klinis (Delineation of Clinical Privilege), serta memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.
Pasal 41
Keanggotaan
Sub Komite Mutu Profesi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari:
1. 3 (tiga) orang staf keperawatan.
2. Memiliki surat penugasan klinis
Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi
Pasal 42
1. Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku
profesional staf keperawatan, antara lain:
a. Pedoman pelayanan keperawatan di rumah sakit.
b. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan SPO di rumah sakit.
c. Daftar kewenangan klinis di rumah sakit.
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan keperawatan
(White Paper) di rumah sakit.
e. Kode etik keperawatan Indonesia.
f. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia.
2. Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf keperawatan
berupa : a. Peringatan tertulis
b. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis.
c. Bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk pelayanan keperawatan tersebut.
d. Pencabutan kewenangan klinis sementara atau selamanya.
3. Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
Pasal 43
1. Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh
ketua Subkomite etik dan disiplin profesi.
2. Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri 3 (tiga) orang staf
keperawatan dan atau lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai
berikut:
a. 1 (satu) orang dari Sub Komite etik dan disiplin profesi
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan kompetensi yang sama
dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar
rumah sakit, atas permintaan Komite Keperawatan dengan persetujuan
Direktur Utama.
3. Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar
rumah sakit.
4. Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi Komite
Keperawatan.
Bagian Keempat
Pembinaan Profesi
Pasal 44
1. Pembinaan profesionalisme staf keperawatan dapat diselenggarakan dalam
bentuk ceramah, diskusi, symposium atau iokakarya.
2. Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan
kasus dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk
memberikan pertimbangan pengambilan keputusan etis.
3. Pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap Staf
keperawatan terkait disiplin pegawai, motivasi kerja dan profesi berpedoman
pada peraturan perundang-undangan, kebijakan Rumah Sakit dan pedoman
penanganan masalah etik.
BAB XI
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA
KLINIS
Pasal 45
Aturan Profesi
1. Untuk melaksanakan tata kelola klinis diperlukan aturan-aturan profesi bagi
staf keperawatan (Nursing Staff Rules and Regulations) secara tersendiri di
luar Nursing Staff By Laws. Aturan profesi tersebut antara lain adalah :
a. Pemberian pelayanan keperawatan dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional serta kebutuhan dasar pasien.
b. Kewajiban melakukan konsultasi dan atau merujuk pasien kepada tenaga
keperawatan lain yang dianggap lebih mampu.
c. Peraturan dimaksud ayat (1) terpisah dari peraturan internal staf medis ini.
Pasal 46
Pendanaan
1. Anggota Komite Keperawatan berhak memperoleh insentif sesuai dengan
kemampuan keuangan di RSU Menteng Mitra Afia.
2. Besaran insentif perbulan seperti dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Direktur
Utama.
3. Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan didanai dengan anggaran RSU
Menteng Mitra Afia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB XII
REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 46
1. Peraturan Internal Staf Keperawatan secara berkala sekurang-kurangnya
setiap 3 (tiga) tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan dengan
perkembangan profesi keperawatan dan kondisi rumah sakit.
2. Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum) dan
atau mengubah pasal yang telah ada (Amandemen) yang merupakan satu
kesatuan tidak terpisahkan dari Peraturan Internal ini.
3. Mekanisme perubahan/penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan dari
Direktur Utama dan dibahas bersama oleh Direksi dan Komite Keperawatan.
Pasal 47
1. Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff By Laws) ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
2. Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan
pelaksanaan lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan Internal Staf
Keperawatan.
3. Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Internal ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Internal Staf Keperawatan ini.
BAB X
PENUTUP
Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Peraturan Internal
Keperawatan dilaksanakan dengan berpedoman pada lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 49
Ditetapkan : jakarta
Tanggal : 26Desember 2022
Direktur