Anda di halaman 1dari 22

Displacement Tumpuan

Rekayasa Pondasi 2
Perencanaan Praktis & Metode Pelaksanaan
Pengertian Displacement
Jika daya dukung satu tiang sudah diketahui, dan untuk
kelompok tiang, banyaknya tiang sudah didapat dan
pembagian beban ke kepala tiang ditentukan, maka perlu
dikontrol kembali :
 Daya dukung kelompok tiang harus lebih besar dari beban
yang bekerja
 Penurunan kelompok tiang harus lebih kecil dari yang
diijinkan.
 Pergeseran pada kepala tiang tidak melebihi yang diijinkan
Semua harus kembali diperiksa sehingga reaksi yang diperoleh
terletak pada batas harga yang diijinkan.
Pada pondasi dalam (tiang) biasanya bekerja gaya
vertikal Vo, gaya mendatar Ho, dan momen putar Mo,
dimana gaya-gaya luar ini berada dalam
kesetimbangan dengan gaya-gaya yang
menyebabkan perpindahan pada tumpuan yang
kaku, yaitu perpindahan pada pusat gabungan tiang
seperti :
- perpindahan dalam arah mendatar x
- perpindahan dalam arah vertikal y,
- perpindahan tempat dengan cara berputar (rotary
displacement)  dengan anggapan sebagai pegas
yang elastis.
Dimana :
Ho = Beban lateral (ton)
Vo = Beban vertikal (ton)
Mo= Momen (ton.m)
x = perpindahan mendatar
y = perpindahan vertikal
α = Sudut rotasi tumpuan (radial)
θi = Sudut yang dibuat oleh tiang
ke – i dengan sumbu vertikal,
dengan pemakaian tanda (+/-)
hi = tinggi kepala tiang dari tanah
(m)
Perhitungan ini disebut cara perpindahan
(displacement method) yang mana analisanya
dilakukan berdasarkan hubungan kesetimbangan.

Cara ini masih merupakan cara perhitungan yang


paling ketat terhadap reaksi tiang.
Anggapan – anggapan dalam
perhitungan adalah :
1. Pondasi tiang dianggap sebagai
bangunan 2 dimensi
h
2. Tiang dianggap bersifat elastis-
linear terhadap gaya tekan, gaya
tarik tiang, lenturan, dan konstanta
pegas dalam arah vertikal, arah
mendatar, dan rotasi pada kepala
tiang dianggap konstan
x  3. Tumpuan dianggap kaku (rigid) dan
y
berputar ke pusat gabungan tiang.
Cara Perhitungan

Mula – mula dibuat sistem koordinat dengan titik O


sebagai pusat tumpuan. Kemudian gaya yang bekerja
pada titik O diketahui (V, H dan M) dan perpindahan
titik O arah mendatar x arah vertikal y searah sumbu
koordinat, dan rotasi  ditentukan (seperti gambar).
Perpindahan titik pusat dapat ditentukan dengan
menyelesaikan persamaan – persamaan tiga
dimensi sebagai berikut :

Axx.δx + Axy.δy + Axα.α = Ho

Ayx.δx + Ayy.δy + Ayα.α = Vo

Aαx.δx + Aαy.δy + Aαα.α = Mo


Asumsikan bahwa alas tumpuan adalah mendatar, dan setiap koefisien
diperkirakan berdasarkan persamaan berikut :

Axx = ∑(K1.cos2θi + Kv.sin2θi)

Axy = Ayx ∑{(Kv - K1).sinθi.cosθi}

Axα = Aαx ∑{(Kv - K1).sinθi.cosθi – K2.cosθi

Ayy = ∑(Kv.cos2θi + K1.sin2θi)

Ayα = Aαy ∑{(Kv. cos2θi + K1. sin2θi). xi + K2.Sinθi}

Aαα = ∑{(Kv. cos2θi + K1. sin2θi). x12 + (K2+ K3). xi Sinθi + K4


Dimana :
Ho = Beban lateral yang bekerja pada dasar tumpuan (ton)
Vo = Beban vertikal yang bekerja pada dasar tumpuan (ton)
Mo= Momen luar terhadap titik pusat dasar tumpuan O (ton.m)
x = perpindahan mendatar terhadap titik pusat tumpuan O
x = perpindahan vertikal terhadap titik pusat tumpuan O
α = Sudut rotasi tumpuan (radial)
xi = Koordinat x untuk kepala tiang ke – i
θi = Sudut yang dibuat oleh tiang ke – i dengan sumbu vertikal,
dengan pemakaian tanda (+ atau -)
Konstanta pegas K1, K2, K3, pada arah orthogonal ke
sumbu tiang, dalam praktek diperkirakan berdasarkan
tabel, jika koefisien k dari reaksi tanah di bawah
permukaan dalam arah tegak lurus adalah konstan, tanpa
menghiraukan kedalaman dan tiang dipancang cukup
dalam (L > 3/).

Berikut adalah tabel penentukan nilai K.


Tabel Koefisien pegas tiang dalam arah sumbu orthogonal

Kekuatan kepala tiang Kepala tiang bersendi


h≠0 h=0 h≠0 h=0
12 EI 3 EI 3
K1 4 EI 3
2 EI 3
(1  h) 3  2 (1  h) 3  0,5
K1
K2, K3 2 EI 2 0 0
2
4 EI (1  h) 3  0,5
K4 2 EI 0 0
1  h (1  h) 3  2
Dimana :
k .D
 = nilai karakteistik tiang   = 4 (m 1 )
4 EI

 = h + 1/ (m)

k = koefisien daya tangkap reaksi permukaan (ton/m3)


D = diameter tiang (m)
EI = kekakuan lentur tiang (ton.m2)
h = panjang axial bagian atas dari perencanaa tanah
Perkiraan koeffisien k dari reaksi tanah di bawah permukaan dalam arah
mendatar, menurut standar teknik Jepang, dapat diperkirakan
berdasarkan persamaan berikut :

k = ko . y-1/2
ko = 0,2 . Eo . D-3/4

ko = harga k bila pergeseran pada permukaan dibuat 1 cm (kg/cm3)


y = besarnya pergeseran yang dicari (cm)
Eo = modulus deformasi tanah pondasi, biasanya diperkirakan
dengan Eo = 28 N, dimana nilai N adalah nilai percobaan SPT
D = diameter tiang (m)
Perkiraan konstanta pegas Kv dalam arah vertikal diambil berdasarkan
kurva pembebanan penurunan (load settlement curve) dari percobaan
pembebanan vertikal tiang. Secara praktis dengan cara empiris yang
dipakai untuk jalan raya di Jepang adalagh sbb :

Kv = a . Ap . Ep / L

a = 0.027 (L/D + 0.2)  untuk tiang yang terbuat dari pipa baja

a = 0.04 (L/D – 0.27)  untuk tiang beton prategang

a = 0.022 (L/D – 0.05)  untuk tiang yang di cor ditempat


Dimana :

Ap = Luas penampang netto dari tiang (cm2)

Ep = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2)

L = Panjang tiang (cm)

D = Diameter tiang (cm)

Rumus Kv diatas dapat digunakan apabila L / D ≥ 10.


Berdasarkan pergeseran awal pada tumpuan (x, y, ) yang diperkirakan
dari perhitungan di atas , maka gaya reaksi dapat dihitung sebagai
berikut :
PNi = Kv . ’yi
PHi = K1 . ’xi – K2 . α
Mti = -K3 . ’xi - K4 . Α

dengan ; ’yi = x . sin i + (y + α.xi) cos i


’xi = x . cos i - (y + α.xi) sin i
Reaksi vertikal Vi dan reaksi mendatar Hi pada kepala tiang didapat dari
persamaan berikut (dipakai untuk memperkirakan jumlah penulangan
kepala tiang) :

Vi = PNi . cos i - PHi . sin i


Hi = PNi . sin i - PHi . cos i

Untuk mengontrol kebenaran hitungan digunakan acuan berikut :

Σ Hi = Ho
Σ Vi = Vo
Σ (Mti + Vi . xi) = Mo
Jika tiang-tiang disusun secara simetris dan tegak lurus,
maka sebagian besar perencanaanpun harus
dimaksudkan untuk tiang simetris dan tegak lurus ke
tanah (θi = 0) dan semua tiang mempunyai K1, K2, K3, K4
dan Kv yang sama besar.

Untuk menghitung keadaan yang seperti itu, maka


menggunakan rumus dibawah ini :
Jumlah tiang dianggap = n
n. K2 .M o .Ho
Ho  Mo 
K v .  xi  n . K 4 Vo
2
 2
  y   K2 
2
(n . K 2 ) 2 n. Kv K v .  xi  n  K 4 
2

n . K1  K 
K v .  xi  n . K 4
2
 1 

.Ho
Mo  Ho
Vo 1
PNi   2 . xi PH i  Mti  ( M o   PN i . xi )
n n  K2 
2
n n
 xi 
2
 K4  
Kv  K1 

Bila λ = h + l / β dan kepala tiang bersifat sebagai sendi, maka λ(Ho/2)


dianggap sama dengan nol.
Perhitungan perpindahan yang terjadi di kepala tiang adalah
 = ( . H) + x
Dimana : δ = Perpindahan di kepala tiang (cm)
α = Perpindahan rotasi yang terjadi pada
tumpuan (rad)
H = Tinggi kepala tiang (cm)
δx = Perpindahan arah horizontal pada tumpuan.

Jika perpindahan yang terjadi di kepala tiang lebih kecil dari


1 inchi (2.54 cm), maka pondasi tiang dikatakan kaku,
sehingga konstruksi aman.

Anda mungkin juga menyukai