Anda di halaman 1dari 24

REKAYASA PONDASI 2

PERENCANAAN PRAKTIS & METODE PELAKSANAAN

HENDRY
Semester Ganjil 2018-2019
DISPLACEMENT
TUMPUAN
Pengertian Displacement
Jika daya dukung satu tiang sudah diketahui, dan untuk kelompok
tiang, banyaknya tiang sudah didapat dan pembagian beban ke
kepala tiang ditentukan, maka perlu dikontrol kembali :
 Daya dukung kelompok tiang harus lebih besar dari beban yang
bekerja
 Penurunan kelompok tiang harus lebih kecil dari yang diijinkan.
 Pergeseran pada kepala tiang tidak melebihi yang diijinkan
Semua harus kembali diperiksa sehingga reaksi yang diperoleh
terletak pada batas harga yang diijinkan.
Pada pondasi dalam (tiang) biasanya bekerja gaya
vertikal Vo, gaya mendatar Ho, dan momen putar Mo,
dimana gaya-gaya luar ini berada dalam
kesetimbangan dengan gaya-gaya yang menyebabkan
perpindahan pada tumpuan yang kaku, yaitu
perpindahan pada pusat gabungan tiang seperti :
- perpindahan dalam arah mendatar x
- perpindahan dalam arah vertikal y,
- perpindahan tempat dengan cara berputar (rotary
displacement)  dengan anggapan sebagai pegas
yang elastis.
Dimana :
Ho = Beban lateral (ton)
Vo = Beban vertikal (ton)
Mo= Momen (ton.m)
x = perpindahan mendatar
y = perpindahan vertikal
α = Sudut rotasi tumpuan
(radial)
θi = Sudut yang dibuat oleh
tiang ke – i dengan sumbu
vertikal, dengan pemakaian
tanda (+ / -)
hi = tinggi kepala tiang dari
tanah (m)
Perhitungan ini disebut cara perpindahan
(displacement method) yang mana analisanya
dilakukan berdasarkan hubungan
kesetimbangan.
Cara ini masih merupakan cara perhitungan
yang paling ketat terhadap reaksi tiang.
Anggapan – anggapan dalam
perhitungan adalah :
1. Pondasi tiang dianggap sebagai
bangunan 2 dimensi
2. Tiang dianggap bersifat elastis-
linear terhadap gaya tekan, gaya
h tarik tiang, lenturan, dan
konstanta pegas dalam arah
vertikal, arah mendatar, dan rotasi
pada kepala tiang dianggap
konstan
3. Tumpuan dianggap kaku (rigid)
x  dan berputar ke pusat gabungan
y tiang.
Cara Perhitungan
Mula – mula dibuat sistem koordinat dengan titik O
sebagai pusat tumpuan. Kemudian gaya yang
bekerja pada titik O diketahui (V, H dan M) dan
perpindahan titik O arah mendatar x arah vertikal y
searah sumbu koordinat, dan rotasi  ditentukan
(seperti gambar).
Perpindahan titik pusat dapat ditentukan
dengan menyelesaikan persamaan –
persamaan tiga dimensi sebagai berikut :
Axx.δx + Axy.δy + Axα.α = Ho
Ayx.δx + Ayy.δy + Ayα.α = Vo
Aαx.δx + Aαy.δy + Aαα.α = Mo
Asumsikan bahwa alas tumpuan adalah mendatar, dan setiap
koefisien diperkirakan berdasarkan persamaan berikut :

Axx = ∑(K1.cos2θi + Kv.sin2θi)


Axy = Ayx ∑{(Kv - K1).sinθi.cosθi}
Axα = Aαx ∑{(Kv - K1).sinθi.cosθi – K2.cosθi
Ayy = ∑(Kv.cos2θi + K1.sin2θi)
Ayα = Aαy ∑{(Kv. cos2θi + K1. sin2θi). xi + K2.Sinθi}
Aαα = ∑{(Kv. cos2θi + K1. sin2θi). xi2 + (K2+ K3). xi Sinθi + K4
Dimana :
Ho = Beban lateral yang bekerja pada dasar tumpuan (ton)
Vo = Beban vertikal yang bekerja pada dasar tumpuan (ton)
Mo= Momen luar terhadap titik pusat dasar tumpuan O (ton.m)
x = perpindahan mendatar terhadap titik pusat tumpuan O
y = perpindahan vertikal terhadap titik pusat tumpuan O
α = Sudut rotasi tumpuan (radial)
xi = Koordinat x untuk kepala tiang ke – i
θi = Sudut yang dibuat oleh tiang ke – i dengan sumbu vertikal,
dengan pemakaian tanda (+ atau -)
Konstanta pegas K1, K2, K3, pada arah orthogonal ke
sumbu tiang, dalam praktek diperkirakan berdasarkan
tabel, jika koefisien k dari reaksi tanah di bawah
permukaan dalam arah tegak lurus adalah konstan,
tanpa menghiraukan kedalaman dan tiang dipancang
cukup dalam (L > 3/).
Berikut adalah tabel penentukan nilai K.
Tabel Koefisien pegas tiang dalam arah sumbu orthogonal

Kekuatan kepala tiang Kepala tiang bersendi


h≠0 h=0 h≠0 h=0
12 EI 3 EI 3
K1 4EI 3
2 EI 3
(1   h) 3  2 (1   h)  0,5
3

K 1
K2, K3 2 EI 2 0 0
2
4 EI (1   h)  0,5
3
K4 2 EI 0 0
1   h (1   h)  2
3
Dimana :
k .D
 = nilai karakteistik tiang   = 4 ( m 1 )
4 EI

 = h + 1/ (m)
k = koefisien daya tangkap reaksi permukaan (ton/m3)
D = diameter tiang (m)
EI = kekakuan lentur tiang (ton.m2)
h = panjang axial bagian atas dari perencanaa tanah
Perkiraan koeffisien k dari reaksi tanah di bawah permukaan
dalam arah mendatar, menurut standar teknik Jepang, dapat
diperkirakan berdasarkan persamaan berikut :

k = ko . y-1/2
ko = 0,2 . Eo . D-3/4

ko = harga k bila pergeseran pada permukaan dibuat 1 cm


(kg/cm3)
y = besarnya pergeseran yang dicari (cm)
Eo = modulus deformasi tanah pondasi, biasanya
diperkirakan dengan Eo = 28 N, dimana nilai N adalah nilai
percobaan SPT
D = diameter tiang (m)
Perkiraan konstanta pegas Kv dalam arah vertikal diambil
berdasarkan kurva pembebanan penurunan (load settlement curve)
dari percobaan pembebanan vertikal tiang. Secara praktis dengan
cara empiris yang dipakai untuk jalan raya di Jepang adalagh sbb :

K v = a . Ap . E p / L

a = 0.027 (L/D) + 0.2  untuk tiang yang terbuat dari pipa baja
a = 0.04 (L/D) – 0.27  untuk tiang beton prategang
a = 0.022 (L/D) – 0.05  untuk tiang yang di cor ditempat
Dimana :
Ap = Luas penampang netto dari tiang (cm2)
Ep = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2)
L = Panjang tiang (cm)
D = Diameter tiang (cm)

Rumus Kv diatas dapat digunakan apabila L / D ≥ 10.


Berdasarkan pergeseran awal pada tumpuan (x,
y, ) yang diperkirakan dari perhitungan di atas ,
maka gaya reaksi dapat dihitung sebagai berikut :

PNi = Kv . ’yi
PHi = K1 . ’xi – K2 . α
Mti = -K3 . ’xi - K4 . α

dengan ; ’yi = x . sin i + (y + α.xi) cos i


’xi = x . cos i - (y + α.xi) sin i
Reaksi vertikal Vi dan reaksi mendatar Hi pada kepala
tiang didapat dari persamaan berikut (dipakai untuk
memperkirakan jumlah penulangan kepala tiang) :
Vi = PNi . cos i - PHi . sin i
Hi = PNi . sin i - PHi . cos i

Untuk mengontrol kebenaran hitungan digunakan


acuan berikut :
Σ Hi = H o
Σ Vi = Vo
Σ (Mti + Vi . xi) = Mo
Jika tiang-tiang disusun secara simetris dan tegak
lurus, maka sebagian besar perencanaanpun
harus dimaksudkan untuk tiang simetris dan
tegak lurus ke tanah (θi = 0) dan semua tiang
mempunyai K1, K2, K3, K4 dan Kv yang sama besar.
Untuk menghitung keadaan yang seperti itu, maka
menggunakan rumus dibawah ini :
Jumlah tiang dianggap = n

Ho 
n. K2 .M o  .Ho
Mo 
K v .  xi  n . K 4
2
Vo 2
  y  
 2

(n . K 2 ) 2 n.Kv K
n . K1  K v .  xi  n  K 4  
2 2

K v .  xi  n . K 4
2  K 
 1 

 .Ho
Mo  Ho
Vo 1
PNi   2 . xi PH i  Mti  ( M o   PN i . xi )
n n  K2 
2
n n
 xi 
2
 K4  
Kv  K 1 

Bila λ = h + l / β dan kepala tiang bersifat sebagai sendi,


maka λ(Ho/2) dianggap sama dengan nol.
Perhitungan perpindahan yang terjadi di kepala tiang
adalah
 = ( . H) + x
Dimana : δ = Perpindahan di kepala tiang (cm)
α = Perpindahan rotasi yang terjadi pada tumpuan
(rad)
H = Tinggi kepala tiang (cm)
δx = Perpindahan arah horizontal pada tumpuan.

Jika perpindahan yang terjadi di kepala tiang lebih kecil


dari 1 inchi (2.54 cm), maka pondasi tiang dikatakan kaku,
sehingga konstruksi aman.
Sekian

Terima kasih
24

Anda mungkin juga menyukai