OLEH
.......
NIP. 19830721202221014
SD NEGERI 1 P.......
KORWILCAM ....
KABUPATEN ........
AGENDA 1 : Modul 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
2. UUD 1945
Naskah UUD 1945 dirancang sejak tanggal 29 mei sampai 16 juni 1945 oleh
BPUPKI.
4. NKRI
Tujuan NKRI dirumuskan dalam siding BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 45
alinea 4.
(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
2. BAHASA
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36
Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika
peradaban Bangsa”
3. LAMBANG NEGARA
“Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda”
4. LAGU KEBANGSAAN
“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman”
3. FUNGSI ASN
a) pelaksana kebijakan publik;
b) pelayan publik; dan
c) perekat dan pemersatu bangsa.
Agenda 1 : Modul 2
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita
harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang
mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan
jati diri bangsa Indonesia.
Pada kondisi kurang gerak, organ tubuh yang biasanya mengalami penurunan
aktifitas adalah organorgan vital seperti jantung, paru-paru dan otot yang amat
berperan pada kesehatan jasmani seseorang.
Gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja dan kurang gerak, serta ditambah
adanya faktor gaya hidup yang kurang sehat (makan tidak sehat atau merokok)
dapat menimbulkan penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,
penyakit tekanan darah tinggi, penyakit 18 kencing manis ataupun berat badan yang
berlebih.
Aktivitas fisik dapat dilakukan dimana saja baik di rumah, di tempat kerja, atau di
tempat umum dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas
polusi, serta tidak beresiko menimbulkan cedera.
Dengan adanya kelenturan / fleksibilitas tubuh ini Anda dapat menyesuaikan diri
untuk segala aktifitas Anda dengan penguluran tubuh yang luas.
Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang
melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani (Depkes, 2002).
Beberapa manfaat olahraga antara lain : 1) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung,
paru- paru, dan pembuluh darah 2) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan
tulang 3) Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat
mengurangi cedera 4) Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah
kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal 5) Mengurangi resiko berbagai
macam penyakit seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung 24 | K
e s i a p s i a g a a n B N 6) Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan
sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh 7) Meningkatkan aktivitas sistem
kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan
tubuh Selain berbagai manfaat di atas, seseorang yang melakukan olahraga maka
dalam otaknya akan terjadi perubahan biokimiawi yang menyebabkan seseorang
menjadi gembira dan baik suasana hatinya.
Walaupun aktifitas fisik sudah dilakukan dengan optimal, tapi jika tidak dibarengi
dengan pola hidup sehat maka tidaklah akan menghasilkan jasmani yang sehat dan
bugar.
Pola hidup sehat yaitu segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang
dapat mengganggu kesehatan. Pengaturan asupan air yang baik dan benar dapat
mencegah atau mengurangi resiko berbagai penyakit, dan turut berperan dalam
proses penyembuhan penyakit (Santoso, 2012).
Orang dewasa yang telah bekerja jika tanpa diimbangi dengan makanan bergizi
yang dimakannya setiap hari maka dalam waktu dekat ia akan menderita
kekurangan tenaga, lemas, dan tidak bergairah untuk melakukan pekerjaannya
(Kartasapoetra & Marsetyo, 2005).
Kesalahan-kesalahan berpikir itu antara lain : a) Berpikir „ya‟ atau „tidak‟ sama
sekali (Should/must thinking) b) Generalisasi berlebihan (overgeneralization) c)
Magnifikasi-minimisasi (magnificationminimization) d) Alasan-alasan emosional
(emotional reasoning) e) Memberi label (labeling) 35 | K e s i a p s i a g a a n B N f)
Membaca pikiran (mind reading) Pikiran-pikiran yang menyimpang di atas menjadi
dasar dari lahirnya cara berpikir yang salah atau kesesatan berpikir (fallacy).
Manajemen Stres Peneliti stress Hans Selye mendefenisikan stres se
bagai
„ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya‟ atau „respon tidak spesifik dari
tubuh atas pelbagai hal yang dikenai padanya‟ (Greenberg, 2011: 4).
Dari pelbagai riset diketahui bahwa stres berkaitan dengan 1) kehidupan keluarga
(family history), 2) kejadian sehari-hari yang penuh stres (stressful life events), 3)
gaya atau cara berpikir (thinking style), 4) ketakmampuan melakukan koping (poor
coping skills), 5) kepribadian yang khas (individual personality), dan 6) dukungan
sosial (social support) (Gladeana, 2011: 13-19).
Kesehatan mental dan kesehatan spiritual akan berujung pada kehidupan yang
bahagia, dan bermula dari suatu kemampuan mengelola emosi positif.
Kesiapsiagaan jasmani perlu selalu dijaga dan dipelihara, karena manfaat yang
didapatkan dengan kemampuan fisik atau jasmaniah yang baik maka kemampuan
psikis yang baik juga akan secara otomatis dapat diperoleh.
Sedangkan yang di maksudkan dengan “pola hidup sehat” adalah segala upaya
guna menerapkan berbagai kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat
dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Kemampuan melakukan aktivitas jasmani dengan keluwesan dalam menggerakkan
bagian tubuh dan persendian d. Latihan, Bentuk Latihan, dan Pengukuran
Kesiapsiagaan Jasmani 1) Latihan Kesiapsiagaan Jasmani Latihan secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai proses memaksimalkan segala daya untuk
meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik melalui proses yang sistematis,
berulang, serta meningkat dimana dari hari ke hari terjadi penambahan jumlah
beban, waktu atau intensitasnya.
Setiap orang yang akan latihan kesiapsiagaan jasmani harus dapat menyesuaikan
dengan tingkat kesegaran yang dimilikinya dan harus berlatih di zona yang cocok,
aturannya adalah dengan menghitung denyut nadi maksimal.
Frekuensi latihan erat kaitannya dengan intensitas dan lamanya latihan, hal ini
didasarkan atas beberapa penelitian yang dapat disimpulkan bahwa: 4x latihan
perminggu lebih baik dari 3x latihan, dan 5x latihan sama baik dengan 4x latihan.
Salah satu rumus yang sering digunakan untuk mengukur berat badan ideal, adalah
rumus Brocca: BB Ideal = (TB-100) - 10% (TB-100) 61 | K e s i a p s i a g a a n B N
Hasil pengukuran yang ada dalam batas toleransi adalah hingga 10% dari berat
badan ideal, kelebihan hingga 10% dapat dikategorikan kegemukan, dan diatas 20%
adalah obesitas.
Di bawah ini terdapat beberapa gejala yang umum bagi seseorang yang terganggu
kesiapsiagaan mentalnya, gejala tersebut dapat dilihat dalam beberapa segi, antara
lain pada segi:
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi dapat diartikan sebagai:
(1) luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu singkat; (2) keadaan dan
reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan,
kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.
Sedangkan menurut Crow & Crow (Efendi dan Praja, 1985:81) mengatakan, bahwa
emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi
atau berperan sebagai inner adjustment, atau penyesuaian dari dalam terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu tersebut.
Apabila ditinjau dari psikologi analisa, maka emosi dapat dijelaskan secara berbeda-
beda, karena ada dua hal yang mendasari pengertian emosi menurut psikologi
analisa, yaitu: 1) Naluri kelamin “sexual instinct”, yang oleh Freud disebut juga
“libido”, yaitu merupakan motif utama dan fundamental yang menjadi tenaga
pendorong pada bayi-bayi baru lahir.2) Naluri terdapat pada ego, ini adalah lawan
dari libido, yang menganut prinsip kenyataan, karena mengawasi dan menguasai
libido dalam batasbatas yang dapat diterima oleh lingkungan.
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Ada juga beberapa pengertian etika lainnya seperti yang dikutip oleh (Agoes dan
Ardana 2011), sebagai berikut: a. Menurut David P. Baron, etika adalah suatu
pendekatan sistematis dan penilaian moral yang didasarkan atas penalaran,
analisis, sistesis, dan reflektif; b. Menurut Lawrence, Weber, dan Post, etika adalah
suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah.
Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan
berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita
berpikir dan bertindak terhadap orang lain dan bagaimana kita inginkan mereka
berpikir dan bertindak terhadap kita.
Dengan demikian, etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku
yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk
mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang
baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan
masyarakat serta pada institusi formal maupun informal (Erawanto, 2013) 2.
Dari sekian banyaknya istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan kata etiket
ini, maka dapat kita pahami bahwa etiket ini sebagai bentuk aturan tertulis maupun
tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan
dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas
sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan baik, dan saling
memahami antara satu dengan yang lain.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan bagi seorang ASN yang profesional yaitu: a)
Berpenampilan yang rapi dan menarik (very good grooming) b) Postur tubuh yang
tepat (correct body posture) c) Kepercayaan diri yang positif (confidence) d)
Keterampilan komunikasi yang baik (communication skills) Sejalan dengan hal
tersebut, siapapun ASN, baik pria maupun wanita, maka kewajiban untuk
menunjukkan bentuk tubuh (posture) dan sikap tubuh (gesture) serta penampilan
terbaik dalam berpakaian sangat mutlak dan utama (the first dan foremost).
Dengan memiliki penampilan dan sikap tubuh yang baik dan tepat akan mampu
melahirkan dan menumbuhkan kepercayaan diri yang positif sehingga mampu
memacu dan mengembangkan diri untuk belajar dan menambah kompetensi pribadi
dalam segala hal sesuai dengan tuntutan tugas dan pekerjaan.
Adapun beberapa tata cara yang perlu diperhatikan adalah: a) Sebaiknya duduk
dengan tegak ditempat yang pantas, terutama pada acara resmi; b) Pada saat
duduk, maka sebaiknya kita berdiri apabila ada orang yang lebih tua atau patut
dihormati mendatangi atau mengajak bicara; c) Bagi Pria, sebaiknya duduk dengan
postur tubuh yang tegak dan posisi kaki tidak boleh terbuka lebih lebar daripada
lebar bahu; d) Bagi wanita, selain duduk dengan postur tubuh yang tegak, posisi kaki
ditekuk dengan kedua paha rapat tidak boleh terbuka lebar.
Selanjutnya, cara yang pantas memperkenalkan orang lain adalah: a) Yang lebih
muda kepada yang lebih tua; b) Yang lebih rendah jabatanya kepada yang lebih
tinggi jabatannya; c) Pria diperkenalkan kepada wanita; d) Berilah keterangan
tentang orang yang anda perkenalkan.
Dalam berbicara maupun pada saat terlibat dalam percakapan, ada baiknya untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Sikap tenang; b) Kontak mata; c) Jangan
suka memotong pembicaraan; d) Jangan cepat memberi pernyataan; salah, bukan
begitu; e) Jangan bertanya kepada seorang wanita terutama orang asing mengenai:
usia, status menikah atau anak; f) Percakapan yang menarik yaitu; musik, hobby,
peristiwa aktual, olahraga; g) Jangan bergosip; h) Pujian dengan senyum dan terima
kasih; i) Jangan menguraikan kesulitan pribadi atau mengeluh tentang penyakit; j)
Bila lawan bicara pemalu, buka pembicaraan tentang hobby, keluarga atau hal yang
menarik; k) Tiga kalimat ajaib (Three Magic Words) yaitu tolong, terima kasih, dan
maaf.
Dengan menjaga sikap dan cara yang baik dan benar akan menimbulkan
kehangatan serta komunikasi yang baik dengan lawan bicara kita, sehingga dapat
memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-
hari.
Selain itu, dalam hubungan diplomatik, terdapat beberapa manfaat lain dari suatu
jamuan (PPN, 2005): a) Negosiasi, lobi, dan untuk mengetahui sikap/posisi
kebijakan pemerintah negara lain terhadap suatu permasalahan untuk kepentingan
negaranya; b) Memperoleh infomrasi aktual mengenai permasalah aktual yang
sedang berkembang; c) Menyampaikan keinginan dalam urusan yang memerlukan
pendapat dan saran dari berbagai pihak; dan d) Menampilkan atau mempromosikan
cita rasa dan kebudayaan bangsa.
Ketika mengadiri acara jamuan formal, maka sangat perlu untuk memahami etiket
dan tata cara yang berlaku secara universal untuk menghindari hal-hal yang dapat
merusak suasana dalam jamuan, mempermalukan dan merusak citra diri sendiri
maupun citra bangsa.
Dalam hal etiket jamuan, ada beberapa hal yang sangat penting yang semestinya
dipahami dan dilaksanakan untuk menunjang kelancaran acara jamuan yang
dihadiri.
Terkait dengan konsep kearifan lokal penyusun mengambil sumber dari Buku Modul
Utama Pembinaan Bela Negara tentang Konsepsi Bela Negara (pada bagian yang
membahas tentang kearifan lokal) yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional
Tahun 2018 yang dijadikan sebagai referensi utama oleh seluruh Kementerian dan
Lembaga dalam menyusun Modul Khusus sesuai tugas, fungsi dan kekhasan
masing-masing dalam rangka Rencana Aksi Nasional Bela Negara sesuai dengan
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Bela
Negara Tahun 2018-2019.
Prinsip Kearifan Lokal Kearifan lokal yang melekat pada setiap bangsa di dunia ini
mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat; apakah dari satu
suku atau gabungan banyak suku di daerah tempat tinggal suatu bangsa.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara
guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang
berdaulat, adil, dan makmur.
Pengertian Baris Berbaris Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud
latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam
rangka membina dan kerjasama antar peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan
disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang
prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk
sikap, pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain
sebagainya.
istilah menjadi keprotokolan maka maknanya akan menjadi lebih “luas” sebagai
serangkaian kegiatan yang tidak lepas dan harus menyesuaikan dengan segala
aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan dalam dunia keprotokolan itu
sendiri.
Uraian Materi Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di
suatu lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh
seorang Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan
ketentuanketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh
kegiatan tersebut direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau Perwira
Upacara dalam rangka mencapai tujuan upacara.
Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah
dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah kaki, tangan serta anggota tubuh
lainya dengan seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan
dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB).
Karena upacara yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin
yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga tercermin suatu kekhidmatan
dari upacara itu.
Berbagai macam upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal upacara
umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara khusus biasanya di
dalam ruangan.
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi,
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1990 tentang Ketentuan
Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan.
Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil
yang memuat sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa,
siapa yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata caranya serta bentuk dan
jenisnya.
Sedangkan Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh
pemerintah atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu
dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan serta undangan
lain.
Selain itu, untuk mencapai tujuan komunikasi yang baik dan positif, maka perlu juga
untuk menghindari hal-hal yang kiranya dapat menghambat dan merusak (noise)
proses penyampaian pesan yang diinginkan.
Adapun beberapa hal yang diperlukan untuk dapat berbicara secara efektif: a.
Berbicara dengan rasa percaya diri yang kuat; b. Mempunyai persepsi yang tepat
terhadap keadaan lingkungan dan individu yang terlibat dalam interaksi tersebut; c.
Dapat menguasai situasi dan memilih topik pembicaraan yang menarik; d.
Mengetahui hasil yang diharapkan dari interaksi/perbincangan; e. Menghindari
memotong/menyela pembicaraan orang lain; 89 | K e s i a p s i a g a a n B N f.
Sebaiknya tidak memberi penialain negatif sebelum mendapatkan gambaran yang
lengkap; g. Menghindari memonopoli pembicaraan atau percakapan, membual
tentang diri
sendiri; h. Mengindari pembicaraan tentang hal-hal yang dapat menimbulkan
pertentangan dan pembicaraan tentang penyakit, kematian, dll.
Untuk menghindari hambatan dalam proses komunikasi, maka setiap orang harus
menghindari hal-hal yang menjadi hambatan dan gangguan dalam komunikasi serta
menguasai tips berkomunikasi yang baik, agar pesan dan informasi dapat tercapai
dan pada akhirnya mampu menciptakan hubungan yang harmonis dan baik antara
komunikator dan komunikan.
Kegiatan intelijen merupakan aktivitas intelijen yang dilaksanakan secara rutin dan
terus menerus, sementara operasi intelijen merupakan aktivitas intelijen di luar
kegiatan intelijen berdasarkan perencanaan yang rinci, dalam ruang dan waktu yang
terbatas dan dilakukan atas perintah atasan yang berwenang.
3 (tiga) fungsi Intelijen berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2011 tentang Intelijen Negara : a) Penyelidikan: Terdiri atas serangkaian
upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan secara terencana dan
terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi
menjadi Intelijen, serta menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan.
Pada prinsipnya semua badan intelijen di dunia melaksanakan ketiga fungsi ini
secara simultan, namun dalam kegiatan/operasi intelijen salah satu fungsi menjadi
fungsi utama dan kedua fungsi lainnya mendukung fungsi yang diutamakan
didasarkan kepada kepentingan nasional yang ingin dicapai dan/atau ancaman
terhadap keamanan nasional yang harus dicegah, ditangkal dan ditanggulangi.
Kaidah lain dalam analisis intelijen adalah Forecasting (Perkiraan) yang pada
dasarnya adalah suatu olah pikir dalam memberikan perkiraan tentang bayangan
dari sebuah gambaran tentang kemungkinan perkembangan situasi yang bisa terjadi
di masa yang akan dating, yang disusun berdasarkan kaidah
Simatupang, 2017, 95), namun untuk dapat memahami tentang PUS dapat
menggunakan salah satu definisi dari William E. Daugherty yang diterjemahkan
secara bebas sebagai : “Penggunaan propaganda secara berencana dan kegiatan-
kegiatan lain yang dirancang untuk mempengaruhi pendapat-pendapat, perasaan-
perasaan, sikap-sikap dan perilaku musuh, pihak netral, pihak sekutu atau golongan
yang bersahabat di luar negeri, dengan sedemikian rupa, dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan dan kepentingan nasional”.
Yang dimaksud dengan bencana : adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh perang, alam, ulah manusia, dan penyebab Iainnya yang dapat
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan saranaprasarana, dan fasilitas umum, serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
gejala atau peristiwa bencana dalam rangka upaya pencegahan dan
penanggulangannya secara dini; dan 2. memberikan rekomendasi sebagai bahan
pertimbangan bagi camat mengenai kebijakan yang berkaitan dengan kewaspadaan
dini masyarakat.
Unsur pimpinan intelijen pusat adalah Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan
Politik, Asisten Intelijen Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Badan
Intelijen Strategis, Kepala Badan Intelijen Keamanan, Jaksa Agung Muda Intelijen
Kejaksaan dan Direktur Intelijen Imigrasi. Kominda provinsi mempunyai tugas : 1.
merencanakan, mencari, mengumpulkan, mengkoordinasikan, dan
mengkomunikasikan informasi/bahan keterangan intelijen dari berbagai sumber
mengenai potensi, gejala, atau peristiwa yang menjadi ancaman stabilitas nasional
di daerah; dan 2. memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagiunsur
pimpinan daerah provinsi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan deteksi dini,
peringatan dini dan pencegahan
Unsur Utama pertahanan nirmiliter dilaksanakan oleh K/L sebagai leading sector
dalam rangka pengelolaan dan penyelenggaraan pertahanan nirmiliter sesuai
dengan sifat dan bentuk ancaman yang dihadapi.
Postur pertahanan nirmiliter terdiri atas Unsur Utama dan Unsur Lain Kekuatan
Bangsa yang disusun dan ditata oleh K/L di luar bidang pertahanan.
Dini dan Peringatan Dini Upaya untuk melakukan penilaian terhadap ancaman
tersebut dapat terwujud dengan baik apabila Intelijen Negara sebagai bagian dari
sistem keamanan nasional yang merupakan lini pertama mampu melakukan deteksi
dini dan peringatan dini terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman, baik yang
potensial maupun aktual.
Intelijen Negara sebagai penyelenggara Intelijen sudah ada sejak awal terbentuknya
pemerintahan negara Republik Indonesia dan merupakan bagian integral dari sistem
keamanan nasional yang memiliki wewenang untuk menyelenggarakan fungsi dan
melakukan aktivitas Intelijen berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Agenda 1 : Modul 3
Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan
Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang
menyebabkan posisi Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan. 2.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara
signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai
ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c)
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d)
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas
jabatan. ” 3. Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan lingkungan strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda
pembelajaran Bela Negara perlu didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan
aktualisasi nilainilai bela negara yang dikontektualisasikan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari.
A. Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya
1. Melaksanakan : Kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
2. Memberikan : Pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Memperat : Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
B. Menjadi ASN yang professional
1. Mengambil tanggung jawab
2. Menunjukkan sikap mental positif
3. Mengutamakan keprimaan
4. Menunjukkan kompetensi
5. Memegang teguh kode etik
C. Perubahan Lingkungan Strat
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017, empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society),
dan Dunia (Global).
2. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.
Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang
berarti jenis tumbuh- tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak
sadarkan diri. Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa
digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan
kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika
yang mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
a. Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1.
Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3.
Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
b. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
c. Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
Penggolongan Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok yang
menjalin hubungan dengan gerakan komunis;
b. Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa
mereka terinspirasi dari fasisme
c. Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa
mereka terinspirasi dari fasisme
d. Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist,
merupakan kelompok teroris yang mengatasnamakan agama atau agama menjadi
landasan atau agenda mereka.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme adalah
G. Money Loundry
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata)
karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer,
bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya
mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah
munculnya money laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
AGENDA 2 : Modul 1
BERORIENTASI PELAYANAN
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara
dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia
yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah
salah satu dari penyelenggara pelayanan 12 publik, yang kemudian dikuatkan
kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN),
yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c. kesamaan
hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f. partisipatif; g.
persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i. akuntabilitas; j. fasilitas
dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang
baik adalah: a. Partisipatif Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan,
jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga unsur penting
dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3)
kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas
pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif dan nepotis, masih rendahnya
profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit-belit, hingga
muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA DIPERMUDAH”.
Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas; b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat; c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; d. Memberikan perlindungan bagi internal
pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat; e. Pengembangan
kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja,
penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan f. Secara
berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai
ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai
Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, dimaknai bahwa setiap ASN
harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Dalam contoh negatif yang sudah/sedang terjadi, misalnya dalam hal pelayanan
dasar, yaitu
pelayanan di bidang pendidikan oleh guru-guru yang tidak berorientasi pelayanan
dan tidak memiliki kompetensi memadai, akan menghasilkan murid-murid yang
kualitasnya juga kurang memadai, sehingga angkatan kerja yang dihasilkan akan
sulit bersaing dengan talenta global lainnya dalam upaya untuk mengangkat
kesejahteraan dirinya maupun bagi pembangunan bangsa dan negara.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai
ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai
Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan perilaku/kode etik dari
nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari, yaitu: a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Nilai
Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang pertama ini diantaranya: 1) mengabdi kepada negara dan rakyat
Indonesia; 2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak; 3) membuat
keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan 4) menghargai komunikasi, konsultasi,
dan kerja sama.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayana
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya: 1) memelihara dan menjunjung
tinggi standar etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan
kebijakan dan program pemerintah; dan 3) memberikan layanan kepada publik
secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku yang semestinya
ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah: 1) Menyapa dan memberi
salam; 2) Ramah dan senyum manis; 3) Cepat dan tepat waktu; 4) Mendengar
dengan sabar dan aktif; 5) Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan; 6)
Terangkan apa yang Saudara lakukan; 7) Jangan lupa
mengucapkan terima kasih; 8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan 9)
Mengingat nama pelanggan.
Tidak hanya itu saja, karena kondisi sosial ekonomi yang terus membaik,
masyarakat pun terus menerus menuntut standard pelayanan yang semakin tinggi
dan semakin responsif terhadap kemampuan dan kebutuhan yang beragam.
Ke depan, citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani
dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi 40
Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Dalam Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8), “demikian juga halnya
inovasi dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mind-set baru sebagai apartur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan
dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin”.
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis
yang sulit, infrastruktur yang belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu
sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap
masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang
dinamis dan senantiasa berubah.
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa
anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk
belum terbangunnya sistem pelayanan yang baik.
Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus berupa suatu penemuan baru
(dari tidak ada kemudian muncul gagasan dan praktik inovasi), tetapi dapat
merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat kontekstual berupa hasil perluasan
maupun peningkatan kualitas inovasi yang sudah ada.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan
cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk
memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan,
keinginan dan tekad memberikan pelayanan yangprima.
Melakukan pelayanan terbaik jika akan dilakukan evaluasi eksternal
Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah … a. Menjadi dasar pembentukan
peraturan internal tentang kewajiban masuk kerja b. Menjadi pedoman perilaku bagi
para ASN dan menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya kinerja
terbaik c. Menjadi pertimbangan pimpinan unit kerja dalam menentukan rekanan
dalam proyek strategis d. Menjadi instrumen pengukuran kinerja ASN oleh
masyarakat 51 D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkan jawaban Anda dengan
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Materi Pokok 2 yang terdapat di bagian akhir
modul ini.
AGENDA 2 : Modul 2
AKUNTABEL
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang
sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang
bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
Pentingnya Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan
(“how things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota
organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku.
Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat
dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku
bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai,
baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun
kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
Akuntabilitas dan Integritas Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang
diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah
negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas
yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan
Transparansi.
Penindakan dilakukan dalam upaya membuat jera orang untuk melakukan korupsi,
Perbaikan sistem dilakukan untuk membuat orang tidak bisa melakukan korupsi, dan
Pendidikan dilakukan dalam upaya membuat orang tidak mau korupsi.
Karena apapun yang Kita lakukan, pro dan kontra itu tidak dapat dihindari, tapi,
setidaknya, Kita berada di pihak yang benar.
Tujuan dari adanya transparansi adalah: • Mendorong komunikasi yang lebih besar
dan kerjasama antara kelompok internal dan eksternal • Memberikan perlindungan
terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan
keputusan • Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan • Meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku.
perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada
suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya
tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat.
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada
posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut
memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.
Terkait dengan pola pikir antikorupsi, informasi terkait Dampak Masif dan Dan Biaya
Sosial Korupsi bisa menjadi referensi bagi Kita untuk melakukan kontempelasi
dalam menentukan sikap untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan pemberantasan
korupsi negeri ini.
Tidak ada seorang koruptor pun yang tiba-tiba ingin korupsi, semua sudah
dibiasakan dan dicontohkan sejak mereka kecil, di keluarga, lingkungan, dan bahkan
di lingkungan kerja.
Begitu pula sebaliknya, tidak ada satu pun Tokoh-tokoh Bangsa yang Kita pelajari
pola pikir berintegritasnya di atas yang tiba-tiba menjadi berintegritas, semua sudah
dibiasakan sejak kecil, di keluarga dan lingkungannya.
Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN Perilaku Individu (Personal Behaviour) •
ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode
etik yang berlaku untuk perilaku mereka; • ASN tidak mengganggu, menindas, atau
diskriminasi terhadap rekan atau anggota masyarakat; • Kebiasaan kerja ASN,
perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan berkontribusi harmonis,
lingkungan kerja yang aman dan produktif; • ASN memperlakukan anggota
masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan, kejujuran dan keadilan,
dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan
kesejahteraan; PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera,
memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang
dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut; 45 • ASN melayani Pemerintah setiap
hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan kebijakan.
Informasi publik disini adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan
dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini
serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara,
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau
organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi
oleh para pelayan publik atau birokratuntuk menyelenggarakanpelayanan yang baik
untuk publik.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti
kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja,
yang sangat erathubungannya dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu
keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu : 1)
Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun Lingkungan
Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4)Pelatihan nilai-
nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan
Saluran Komunikasi yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Setiap orang dapat memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan
pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang berlaku dalam
organisasi; berperilaku yang sesuai dengan code of conduct; memberikan masukan
kepada pimpinan sebelum mengambil keputusan penting atau yang berhubungan
dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap pelaksanaan sanksi
pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Jadi, akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau aparatur dapat
menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi yang akurat
terhadap apa yang telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan
dilaksanakan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi dari data dan informasi
yang telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk
mendapatkan informasi
tersebut.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebut harus
relevant (relevan), reliable (dapat dipercaya), understandable (dapat dimengerti),
serta comparable (dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat menunjukkan akuntabilitas publik.
Untuk lebih jelasnya, data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai
dengan prinsip sebagai berikut: • Relevant information diartikan sebagai data dan
informasi yang disediakan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi sebelumnya
(past), saat ini (present) dan yang akan datang (future).• Understandable information
diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan cara yang mudah dipahami
pengguna (user friendly) atau orang yang awam sekalipun.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information): • ASN bertindak
dan mengambil keputusan secara transparan; • ASN menjamin penyimpanan
informasi yang bersifat rahasia; • ASN mematuhi perencanaan yang telah
ditetapkan; • ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas; • ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara; • ASN
memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; • ASN tidak menyalahgunakan
informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat
atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
Data Penanganan Perkara TPK Juni 2021 Data dari Komisi Pemberantasn Korupsi
Bulan Juni 2021, perkara Tindak Pidana Korupsi masih banyak dilakukan oleh unsur
Swasta (343 kasus), Anggota DPR dan DPRD (282 kasus), Eselon I, II, III, dan IV
(243 kasus), lain-lain (174 kasus), dan Walikota/Bupati dan Wakilnya (135 kasus).
Bila Kita kembali ke pembahasan terkait „tanggung jawab‟, dimensi yang melatar
belakangi usaha memenuhi Tanggung Jawab Individu dan Institusi ada 2, yaitu: 1)
dimensi aturan, sebagai panduan bagi setiap unsur pemerintahan hal-hal yang dapat
dan tidak dapat dilakuan, dan 2) dimensi moral individu.
Dari beberapa kasus yang dapat diakses pada U4 Expert Answer (diakses: 8
Oktober 2021), Akuntabilitas Pimpinan Lembaga juga menjadi hal penting untuk
menjadi pegangan tindak dan perilaku pegawai di lingkungan lembaga atau institusi.
Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi
oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang
baik untuk publik.
Ada dua jenis umum Konflik Kepentingan yaitu Keuangan (Penggunaan sumber
daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk
keuntungan pribadi) dan Non- Keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk
membantu diri sendiri dan / atau orang lain).
Agenda 2 : Modul 3
KOMPETEN
a. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
b. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efesien.
c. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu
berubah;
b) Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas
terbaik.
d. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
e. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; c.
Menjaga rahasia jabatan dan negara.
f. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.
g. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak
boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. Pembangunan Apartur sesuai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang
semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien Terdapat 8
(delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit
organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan
dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan
sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan
peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai
dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
Agenda 2 : Modul 4 HARMONIS
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai
270.203.917 jiwa pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar
keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam,
hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam berupa mineral
dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
A. Nasionalisme Kebangsaan
a. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari
modernisasi dan rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis,
ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa
bangsa merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah
manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa
kini.
c. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat
bahwa bangsa bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan
demikian, dalam perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern
bukanlah sesuatu yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari periode
sebelumnya.
d. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982)
dan Anthony Smith (1986)„ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan
tersebut diatas. Aliran etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-
18, merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya
harus dimengerti dalam jangka panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
a. Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku
yang lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya,
sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru
terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
b. Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu
dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang
lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang
berbeda-beda berdasarkan ras.
d. Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam
masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan
sebagainya.
C. Dampak Konflik
a. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
b. Pekerjaan terbengkalai
c. Kinerja Buruk
d. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan
bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan. Dasar-dasar penegakan nilai Etika ASN :
LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai
Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-
cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
Agenda 2 : Modul 6
ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup,
untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri
individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu
dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi,
karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan
budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun
karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan –
baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan
membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah
situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan
clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang
memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang
sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai
sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain
akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Agenda 2 : Modul 7
KOLABORATIF
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-
state stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-
oriented, and deliberative and that aims to make or implement public policy or
manage public programs or assets. Ansen dan gash (2012).
“A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-
state stakeholders in a collective decisionmaking process that is formal, consensus-
oriented, and deliberative and that aims to make or implement public policy or
manage public programs or assets” (Ermaya Suradinata, 1998)
SMART ASN
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti
lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
MANAJEMEN ASN
PNS PPPK
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah
dan ketentuan perundang- undangan
Fungsi dan Tugas ASN
SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem
merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui
dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan
kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun
dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan;
pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan
kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian
kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi
Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian
dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan
madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama