Anda di halaman 1dari 34

NAMA : RAHMAWATI, S.

E
TEMPAT / TGL. LAHIR : KAB.PIDIE, 02 JULI 1988
NIP : 198807022023212050
GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA – ANALIS SUMBER DAYA
MANUSIA
INSTANSI : KEMENTERIAN AGAMA

RESUME AGENDA I-III

AGENDA I

A. Wawasan Kebanggsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


B. Analisis Isu Kontemporer
C. Kesiapsiagaan Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara


1. Penegrtian Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Ada 4 Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara


1. Pancasila
Rasa kesatuan sebagai sebuah komunitas juga tercermin pada
berbagai ungkapan dalam bahasa-bahasa daerah di seluruh nusantara yang
mengandung pengertian “tanah air” sebagai ekspresi pengertian persataun
antara tanah dan air, kesatuan wilayah yang terdiri atas pulau-pulau, lautan
dan udara: “tanah tumpah darah” yang mengungkapkan persatuan antara
manusia dan alam sekitarnya antara bui dan orang disekitarnya. Ungkapan
“Bhinneka Tunggal Ika”yang mengandung cita-cita kemanusiaan dan
perastuan sekaligus, yang juga bersumber dari sejarah bangsa indonesia
dengan adanya kerajaan yang dapat digolongkan bersifat nasional yaitu
Sriwijaya dan Majapahit.
Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar yang
berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi
kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Dengan
demikian rakyat rela menerima, meyakini dan menerapkan dalam kehidupan
yang nyata, untuk selanjutnya dijaga kokoh dan kuatnya gagasan dasar
tersebut agar mampu mengantisipasi perkembangan zaman. Untuk menjaga,
memelihara, memperkokoh dan mensosialisasikan Pancasila maka para
penyelenggara Negara dan seluruh warga Negara wajib memahami, meyakini
dan melaksankaan kebenaran nilai-nilali Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar
pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan
dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945
dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh
Mpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam
paya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan
dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari,
rumusan tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem
pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil
menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat indonesia
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa secara lebih
nyata dilontarkan pada masa Majapahit telah dimulai sejak masa
WisnuwarDdhana, ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi
perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana didharmakan pada
dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha.
Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai
JINA = Jnyaneswarabajra atau Jnyanabajreswara. Inilah fakta bahwa
Singhasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan
keberlangsungan kerjaan Majapahit.. Itulah sebab mengapa akhirnya
Bhinneka Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi
semboyan yang diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan cikal bakal
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak bisa dipisahkan dari
peristiwa proklamsi karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia
luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal
17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu
Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif
berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945
telah melengkapi persyaratan berdirinya negara.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan
selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun
tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di
atas sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan


Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi
bangsa yang menjadi symbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
a. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.
b. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk
Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan,
perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda.
d. Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan
adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

2. Pengertian Nilai-Nilai Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Nilai Dasar Bela Neara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan,
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara.
Indikator nilai dasar Bela Negara:
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya
tidak sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Analisis Isu Kontemporer

1. Modal untuk menghadapi Perubahan lingkungan Strategis :

 Modal Intelektual
 Modal Emosional
 Modal Sosial
 Modal Ketabahan
 Modal Etika/Moral
 Modal Kesehatan.

2. Isu-Isu Strategis Kontemporer

 Korupsi
 Narkoba
 Terorisme dan Radikalisme
 Money Loundring
 Proxy War
 Kejahatan Mass Communication
3. Memahami Isu Kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan
masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai
dengan kesadaran publik.

C. Kesiapsiagaan Bela Negara

Suatu keadaan siapsiaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik, mental
maupun social dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar di sertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka
dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Aksi Nasional Bela Negara
Adalah Sinergi setiap warga negara gunamengatasi segala macam ancaman,
gangguan, hambatan dan Tantangan dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa
untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur
Kemampuan Awal Bela Negara
Wujud kemampuan bela negara yakni memiliki :
 Kesehatan Jasmani dan Mental.
 Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
 Etika, Etiket dan Mental
AGENDA II

NILAI- NILAI DASAR PNS

Terdiriatas Materi:

A. Berorientasi Pelayanan
B. Akuntabel
C. Kompeten
D. Harmonis
E. Loyal
F. Adaptif
G. Kolaboratif

A. BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan


kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani
masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan
prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang
dimiliki oleh penyelenggara.
Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas pemberian
layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya
pelayanan yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim di
dalam internal organisasi. Melalui kerja sama yang baik, pekerjaan dalam
memberikan pelayanan dapat diselesaikan dengan hasil terbaik bagi
pengguna layanan. Fokus utama untuk memberikan kepuasan kepada
masyarakat harus menjadi prinsip utama ASN dalam bekerja.
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya berorientasi
pada pelayanan prima harus menjadi dasar ASN dalam penyediaan
pelayanan. Pelayanan Prima adalah memberikan pelayanan sesuai atau
melebihi harapan pengguna layanan. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam
memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan yaitu: (1)
memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2) memenuhi harapan pengguna,
dan (3) melebihi harapan pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang
diharapkan.
c. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan
organisasi, apabila pelayanan yang diberikan prima (baik), maka organisasi
akan menjadi semakin maju. Implikasi kemajuan organisasi akan berdampak
antara lain: (1) makin besar pajak yang dibayarkan pada negara, (2) makin
bagus kesejahteraan bagi pegawai, dan (3) makin besar fasilitas yang
diberikan pada pegawai.
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan
muara dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia
yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas.
Definisi dari pelayanan public sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanana diministratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini di antaranya: 1) memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan 3) memberikan layanan
kepada public secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdayaguna,
berhasilguna, dan santun.

Djamaludin Ancokdkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku yang


semestinya ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah: 1) Menyapa dan
memberi salam; 2) Ramah dan senyum manis; 3) Cepat dan tepat waktu; 4)
Mendengar dengan sabar dan aktif; 5) Penampilan yang rapi dan bangga akan
penampilan; 6) Terangkanapa yang Saudara lakukan; 7) Jangan lupa mengucapkan
terima kasih; 8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan 9) Mengingat
nama pelanggan.

Dengan penjabaran tersebut, pegawai ASN dituntut untuk memberikan


pelayanan dengan ramah, di tandai senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapi; cekatan di tandai dengan cepat dan tepat waktu; solutif 39 di
tandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih
layanan yang tersedia; dan dapat diandalkan di tandai dengan mampu, akan dan
pasti menyelesaikan tugas yang mereka terima atau pelayanan yang diberikan.
Tidakhanyaitusaja, karenakondisisosialekonomi yang terusmembaik, masyarakat
pun terusmenerusmenuntut standard pelayanan yang semakintinggi dan
semakinresponsifterhadapkemampuan dan kebutuhan yang beragam.

B. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas,
perilaku tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi
Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk
memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas,
hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua
belah pihak.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil
yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti
nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada
kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah).
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat
berupa penghargaan atau sanksi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas
yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai
sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan
diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja.
Pentingnya Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam
beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma yang
bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are
done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 94
Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau
bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang
bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra
PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi
pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk
sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
 Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
 untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
 untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Tingkat Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.

 Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)


Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang
seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Pertanyaan yang digunakan
untuk mengidentifikasi apakah seseorang memiliki akuntabilitas personal
antara lain “Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi dan
membuat perbedaan?”. Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan
dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.
 Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan.
 Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam
hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya kinerja
organisasi yang diharapkan.
 Akuntabilitas Organisasi Akuntabilitas
organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
 Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan,
dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.

ETIKA PUBLIK

Etika lebih di pahami sebagai refleksi atas baik / buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya di
lakukan.
Kode Etika dalam aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.
Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi
Pelayanan Publik yang Profesional tidak hanya membutuhkan Kompetensi
Teknik dan Leadership, namun juga kompentensi etika. Tanpa kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada
masyarakat kalangan bawah. Etika Publik merupakan merupakan refleksikritis yang
mengarahkan bagaimana nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll)
dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejah teraan
masyarakat atau kebaikan orang lain.
 Goals (Tujuan)
 Roles (Peran)
 Procedures (Prosedur)
 Relationships (Hubungan)
 Leadership (Kepemimpinan)
Informasi publik disini adalah “Informasi public adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik
yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai
denganUndang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan
publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau
organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Atas dasar prinsip tersebut, maka pada dasarnya semua PNS berhak
memberikan informasi, namun dalam prakteknya tidak semua PNS punya
kemampuan untuk memberikan informasi berdasarkan berapa prinsip-prinsip diatas
(seperti resiko dampak kerugian yang muncul, utuh dan benar). Perilaku Berkaitan
denganTransparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official Information
Access) ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang
diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hokum atau otoritas yang diberikan
oleh institusi. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan
pribadi atau komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
Penyalahgunaan informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan
informasi rahasia dan mengungkapkan isi darisurat-surat resmi untuk orang yang
tidak berwenang; • ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap
instansi dan semua arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri,
stafmenteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya. Etika pelayanan public
adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi oleh para pelayan
public atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang bai kuntuk publik.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang
anti kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja,
yang sangat erat hubungannya dengan hal-hala atau faktor-faktor penentu
keberhasilannya yang saling terkaitan tara satu dengan yang lainnya, yaitu : 1)
Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun Lingkungan
Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4) Pelatihan nilai-
nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan
Saluran Komunikasi yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Setiap orang dapat memberikan pandangan-pandangan dalam
pengembangan dan pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang
berlaku dalam organisasi; berperilaku yang sesuai dengan code of conduct;
memberikan masukan kepada pimpinan sebelum mengambil keputusan penting
atau yang berhubungan dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap
pelaksanaan sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif
(Fraudulent and Corrupt Behaviour): • ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau
korupsi; • ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian
keuangan actual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya; 56 • ASN
dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya; • ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup; •
ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka; • ASN akan
memahami dan menerapkan kerangka akun tabilitas yang berlaku di sector publik.
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akun table
karena ada nya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi
dan data pemerintah lainnya. Informasi ini dapat berupa data maupun penyampaian/
penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa yang sedang dikerjakan, dan apa
yang akan dilakukan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi
dari data dan informasi yang telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna/stake
holders mudah untuk mendapatkan informasi tersebut. Informasi dan data yang
disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebutharus relevant (relevan), reliable
(dapatdipercaya), under standable (dapat di mengerti), serta comparable (dapat di
perbandingkan), sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh pengambil
keputusan dan dapat menunjukkan akun tabilitas publik.
Untuk lebih jelasnya, data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus
sesuai dengan prinsip sebagai berikut: • Relevant information diartikan sebagai data
dan informasi yang disediakan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
sebelumnya (past), saat ini (present) dan yang akan datang (future).• Under
standable information diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan cara yang
mudah dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang awam sekalipun.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information) :
o ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
o ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
o ASN mematuhi perencanaan yang telah di tetapkan;
o ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas;
 ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
o ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepadapihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.

C. KOMPETEN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,
karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu
dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih
lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhla ksebagaiberikut:
1) Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
d. Akuntabel:
2) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi;
3) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efesien.
4) Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang
selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
5) Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
6) Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
7) Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangankan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
8) Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan bersama nilai
tambah;
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan
bersama.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek


pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuai ankualifikasi, kompetensi, dan
kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti
hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodiallainnya yang bersifat
subyektif. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter
birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan
dengan beberapahal, yaitu pelayananpublik yang semakin berkualitas dan tata
kelola yang semakin efektif dan efisienTerdapat 8 (delapan) karaka teristik
yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadap itu tntutan pekerjaan saat
ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Konsep sikompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan
Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/ perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajeri aladalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/ atau
mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi
oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan
dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial,
dan social kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunyaUndang
UndangNomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan
pegawai, sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan
maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan pendekatan
pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan,
dimanakebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan
pegawai dalam nine box tersebut.

D. HARMONIS
1. Keberagaman bangsa Indonesia selai nmemberikan banyak manfaat
juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan
kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan
lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit
yang sewak tubisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa
dinusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia.
Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu
Bhineka Tunggal Ikamerupakan perwujud dan kesadaran persatuan
berbangsa tersebut.
3. Etika public merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-
nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
professional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat public harus berubah, Pertama,
berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, berubah dari’ wewenang’
menjadi’ peranan’ Ketiga, menyadari bahwa jabatan public adalah amanah
4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis
dan analisis strategi dalam mewujudkan susasa naharmonis harus dapat
diterapkan dalam kehidupan ASN dilingkungan bekerja dan bermasyarakat.

E. LOYAL

1. Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam


melaksanakan sumpah /janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi
PNS sebagaimana ketentuan perundang-undangangan yang berlaku.
2. Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
3. Berdasarkan pasal 10 Undang-UndangNo.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan public serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan
perwujud andari implementasi nilai-nilai loyal dalam konteks individu
maupun sebagai bagi andari Organisasi Pemerintah.
4. Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai
loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/
komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.

F. ADAPTIF

1. Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi


dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya
makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

2. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas


yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun organisasi.
Didalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi
dapat berpikir kritisver sumber piker kreatif.

3. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan


keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa
hal ,seperti diantaranya tujuan organisasi tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsure kepemimpinan dan lainnya.

4. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk


membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

G. KOLABORATIF

Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah


untuk pelayanan public Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata
kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling
menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggun gjawab dan
sumberdaya.

A. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :


a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan
Bukan Hanya '‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
e. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus
(Bahkan Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan Fokus
Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
B. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola
Kolaborasi
a. Mengidentifika siperma salahan dan peluang;
b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
C. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai
berikut:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai asset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang
maumencoba dan mengambilrisiko yang wajar dalam menyelesaikan
tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbedadi dorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik;
f. Kolaborasi dan kerja timantar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
kualitas layanan yang diberikan.
D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :
a. Kerjasama Informal;
b. Perjanjian Bantuan Bersama;
c. Memberikan Pelatihan;
d. Menerima Pelatihan;
e. Perencanaan Bersama;
f. Menyediakan Peralatan;
g. Menerima Peralatan;
h. Memberikan Bantuan Teknis;
i. Menerima Bantuan Teknis;
j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k. Menerima Pengelolaan Hibah.

Proses yang harusdilaluidalammenjalankankolaborasiadalah :

1) Trust building :membangun kepercayaan dengan stakeholder


mitrakolaborasi 2) Face to face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan
bersungguh-sungguh; 3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling
ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait
keuntungan bersama;4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan
misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama; dan 5) Menetapkan outcome antara. Factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasiantar Lembaga pemerintah : 1.
Kepercayaan, 2. Pembagian kekuasaan, 3. Gaya kepemimpinan, 4. Strategi
manajemen dan 5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
efektif antara entitas public. Sementara Factor-faktor yang menghambat
keberhasilan dalam kolaborasiantar Lembaga pemerintah yaitu :Ketidak
jelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi dan Dasar hokum kolaborasi juga tidak jelas.
AGENDA III

SMART ASN
Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa
revoulusioner dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia
tanpa batas, yakni dunia digital. Kita dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala
perkembangan yang ada di dunia digital atau sering disebut dengan istilah
Mendadak Digital. Kondisi “Mendadak Digital” ini telah mengguncang Ekonomi,
Sosial, dan Budaya masyarakat Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang
digital silih berganti menghampiri seluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara
(ASN).
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah pembentukan
karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan memiliki kinerja yang bermutu, dalam
penyelenggaraan program pemerintah, khususnya program literasi digital, pilar
literasi digital, sampai implementasi dan implikasi literasi digital dalam kehidupan
bersosial dan dunia kerja.
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari isi modul dan mengikuti kegiatan pembelajaran di
dalamnya, peserta diharapkan dapat:
a. Memiliki pemahaman mengenai literasi digital;
b. Mengenali berbagai bentuk masalah yang ditimbulkan akibat kurangnya
literasi digital;
c. Mampu mengimplementasikan materi literasi digital pada kehidupan sehari-
hari bagi peserta;
d. Mampu mengaplikasikan materi literasi digital dana kehidupan sehari-hari
bagi peserta;
e. Menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kecakapan, keamanan,
etika, dan budaya dalam bermedia digital.

Panduan Penggunaan Modul


Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan Modul Literasi Digital, Modul ini
dilengkapi dengan bahan pendukung berupa: 1) Bahan bacaan; 2) Kasus; 3) Data;
dan 4) Grafik. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, peserta perlu mengikuti
serangkaian pengalaman belajar, yaitu: membaca materi Literasi Digital secara e-
learning; melakukan kegiatan yang mengandung unsur pembelajaran tentang
substansi Literasi Digital; melakukan refleksi terhadap pengalaman tersebut;
mendengar, berdiskusi dan bersimulasi dalam membahas kasus; menginternalisasi
nilai-nilai dasar literasi digital.

LITERASI DIGITAL
Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi
digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan
petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi
Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan
datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi,
belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih
banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk
ASN.
Peserta CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar
sebagai aparatur negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang memiliki
peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas lagi bagi Indonesia. Presiden
Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani
transformasi digital pada masa pandemi COVID-19
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga
sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak
luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
1. Uraian Materi
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi
misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics),
budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan media digital dengan
aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).
a. Percepatan Transformasi Digital
Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak
informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan
berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang
terdiversifikasi. Realitas baru ini menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi
dan kinerja dalam organisasi.
Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya
oleh pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024,
disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada
pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama.
5 visi Presiden untuk Indonesia:
1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran

Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian
dalam menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. persiapan terkait dengan regulsi skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (oktober 2020)
b. Pengertian Literasi Digital
Konsep Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah
akses, perangkat, dan platform digital.
Kompetensi Literasi Digital
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi digital memang sering
dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun
begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal, literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi.
c. Peta Jalan Literasi Digital
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital.
Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan
infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian
sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi
penunjang, dan riset inovasi digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya
Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu dari IT
U ,IMD , dan Ka adata.
 nternat onal Tele ommu icati n Unio (IT U) → ICT evelopm nt Index ICT Dev
elopment Ind e x(IDI) m enggu nakan pende atan 3 katego ri (ICT Acces s,
ICT Ski ls, ICT Use) d an 11 krite ria indikato r. Pada ta hun 2017, p eringkat
IDI Indonesia ma ih cukup re dah dibandingka n dengan negara t tangga la i
n,yaitu ber ada di pos isi 7 dari 11 negara di As ia T enggara Me kipu n
demikian, Indonesia mencatat ke naikan skor yang cukup tinggi (+0 ,47) d
alam w aktu 1 t hun. La poran ini belum d iperba ru i di tahu n 2018-20 1 9ka
rena da ta yang kuran g me adai.
 Institut of Inte nati nal M nageme tDevelop nt IMD) → IMD ig tal Competitiv
ness Rankin IMD Digital C ompeti iv enes s menggun kan 3 kategori (Te
chnology , Kno ledge, F uture Readiness) d engan 9 sub-fa kt r dan 52 kr
iteria indikat or. Peringka t Indone sia menunjuk kan peni g katan dari ta hun s
ebe umnya, na un masih leb ih rendah di bandingkan dengan negara lain di
kawasa Asia Tengga a seperti Sin gapura Thail and, da Malays ia. Pada
tahun 2 020, per ingkat I ndone ia ada di per ngka t 56 dari 63 negara.
 Katad ata In si ght Ce te r → S atus L terasi Dig tal Indone ia S rv i di 34 Prov
ns Surv ei i idilaku kan untuk mengukur ting kat literasi digit l dengan menggu
naka kerangk a “A Global Framewor k of Referen ce on Dig ita l Li teracy Ski
ls” (UN ESCO , 2018). Mel alui su rvei ini, r esponden diminta un uk mengi i
28 per tanyaan yang d isusun men jad i 7 pilar 4 sub-inde s m enjadi sebu a
hI ndeks Lit erasi Digi al.
d. Lingkup Literasi Digital
Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan estimasi
jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet berdasarkan
data dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User dan Total Serviceable Market
penting untuk menentukan target spesifik program literasi digital.
e. Implementasi Literasi Digital
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga
sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak
luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).

PILAR LITERASI DIGITAL


Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga
kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan
lainnya yakni literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai
oleh para peserta CPNS yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan
dalam bermedia digital..
1. Uraian Materi
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang
termasuk dalam pilar-pilar literasi digital. Poros pertama, yaitu domain kapasitas
‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai
kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga
kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat
kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang ‘informal–
formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi
literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel,
dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah
kelompok komunitas/masyarakat.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan
dipelajari tentang empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan,
budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan
dipelajari tentang empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan,
budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Dalam hal ini, Digital Ethics (Etika
Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa
individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif,
informal’; Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan
digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana
kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara
dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung
jawabnya dalam ruang ‘negara’; Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai
panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain
‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumen-instrumen hukum positif; dam
Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’. Keempat pilar tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.
a. Etika Bermedia Digital
Kerangka Kerja
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari
Dasar
 Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata
krama, dan etika berinternet (netiquette)
 Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang
mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
 Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang
digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
 Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di
ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Budaya Bermedia Digital


Kerangka Kerja
Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Dasar
 Dasar 1: Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
 Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak
sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan,
radikalisme, dll.
 Dasar 3: Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar
dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
 Dasar 4: Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat,
menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture)
adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital,
secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks
keIndonesiaan, sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab
(meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan
kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita
hidup di dalam negara yang multikultural dan plural dalam banyak aspek.
Budaya adalah produk, praktik dan perspektif hasil pemikiran, gagasan, dan
tindakan manusia. Ruang digital sebagai buah kemajuan teknologi, dengan
demikian, adalah bagian dari budaya. Kendati demikian, kehadiran ruang digital
memberikan sejumlah tantangan bagi pelestarian budaya nasional maupun daerah.
Menyikapi hal ini, bahasan tentang Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi
Komunikasi telah memperlihatkan cara menyiasati tantangan dan peluang tersebut
melalui kompetensi literasi digital berupa pemahaman terhadap aspek budaya di
ruang digital, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi.
Cintai Produk dalam Negeri
Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak pada jumlah penduduknya tapi
hasil-hasil karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik kalangan
mancanegara.
c. Aman Bermedia Digital
Kerangka Kerja
Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari
Dasar
 Dasar 1: Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi,
fingerprint) Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
 Dasar 2 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari
sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
 Dasar 3 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital
dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
 Dasar 4 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam
transaksi digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital.
Misalnya ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang
terkoneksi dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam
menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat
digital yang kita miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.
Awas Penipuan di Dunia Digital
Dari data 2.259 yang dilaporkan ke Kepolisian dari Januari s/d September
2020, sebanyak 649 kasus yang dilaporkan merupakan kasus penipuan daring,
dengan posisi urutan kedua terbanyak kasusnya. Kasus ini adalah yang terdata dan
dilaporkan untuk penipuan digital, sementara ada juga yang tertipu tetapi tidak
melaporkan bahkan kadang mengikhlaskan saja, dianggap sebagai musibah.
Penipuan digital yang dilaporkan banyak menyasar ketika kita melakukan aktivitas
belanja dan bertransaksi secara daring melalui beragam layanan lokapasar (e-
commerce).
d. Cakap Bermedia Digital
Kerangka Kerja
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari
Dasar
 Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
 Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam
mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita
benar
 Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial
untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
 Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-
commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital
Aplikasi Percakapan dan Medsos
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari
perkembangan teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang
memiliki kaitan dengan berbagai aspek (Sun, 2020 dalam Monggilo dan Kurnia
2021). Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan.
Aplikasi percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi
daring, terlebih di masa pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi
dalam jaringan sehingga akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.

Lanskap Digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi
literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari
kita. Kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya
dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar
tidak tersesat dalam dunia digital. Setiap generasi dapat memiliki praktik dan
pengalaman yang berbeda terhadap dunia digital. Olehnya itu, pemahaman
fundamental terhadap lanskap digital semakin penting mengingat semakin
beragamnya generasi yang mengakses dunia digital.
Mesin Pencarian Informasi
Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial
untuk dipahami. Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian
informasi akrab dikenal dengan istilah searching’ atau ‘googling’. Walaupun aktivitas
ini sering dilakukan sehari-hari, tetapi berbagai permasalahan mendasar masih
sering dihadapi oleh pengguna mesin pencarian informasi
Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital
Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20
juta jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan
aktivitas pembelian barang atau jasa secara daring. Angka tersebut kian
menegaskan bahwa aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan
e-commerce sungguh digemari oleh masyarakat. Sebagai pembeli, kita dimanjakan
dengan kemudahan dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu
menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan
mereka (Kurnia dkk., 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

MANAGEMEN ASN

terdapat 2 macam ASN yakni :


 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Pegawai ASN berkedudukan Sebagai Aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik
 Setia dan Taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Pemerintah yang Sah.
 Menjaga Kesatuan dan Kesatuan Bangsa.
 Melaksanakan Kebijakan Pemerintah
 Menaati ketentuan Peraturan Per UU
 Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran dan tanggung jawab.
 Menunjukan Integritas dan Keteladanan.
 Menyimpan Rahasia Jabatan.
Peran, Tugas dan Kode Etik ASN antaralain :
- Melaksanakankebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
- Memberikan Pelayanan Publik yang Profesional dan Berkualitas.
- Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kode EtikASN : Kode Etik dan Kode Prilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan Kehormatan ASN
Perencana, Pelaksana dan Pengawas Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Fungsi Kode Etik ASN
 Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
 Sebagai standard penilaian sifat, perilaku dan tindakan biro krasipublik/
aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya,
 Etika biro krasipenting sebagai panduan norma bagi aparat biro krasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan
kepentingan public diatas kepentingan pribadi.

A. PELAYANAN PUBLIK
PelayananPublik pada Hakikatnya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat. (Keputusan
Mentri Aparatur Sipil Negara No. 63/2003)
 Pengertian Pelayanan Publik berdasarkan
UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik :
"Pelayanan Publik adalah Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
 Pelayanan ADM : Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen
resmi yang dibutuhkan oleh publik.
 Pelayanan Barang : Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jenis
barang yang digunakan oleh publik
 Pelayanan Jasa :Pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa yang
dibutuhkan oleh publik.
 Pelayanan Regulasi :Pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Melayani masyarakat baik sebagai kewajiban maupun sebagai kehormatan,
merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yang manusiawi (Tjosvold, 1993 :
x)

WHOLE OF GOVERMENT (WOG)


Whole Of Goverment (WoG)
Adalah Sebuah pendekatan fungsi dalam ruanglingkup kordinasi yang lebih
luasguna mencapai tujuan bersama dalam :
 Pembangunan Kebijakan
 Manajemen Program dan
 Pelayanan Publik.
WoG di perlukan karena :
 Dorongan Publik untuk kinerja Good Goverment
 Keberagaman
 PerkembanganTeknologi dan Informasi
 Ego Sentral dan Siloisasi.

Anda mungkin juga menyukai