E
TEMPAT / TGL. LAHIR : KAB.PIDIE, 02 JULI 1988
NIP : 198807022023212050
GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA – ANALIS SUMBER DAYA
MANUSIA
INSTANSI : KEMENTERIAN AGAMA
AGENDA I
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Nilai Dasar Bela Neara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan,
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara.
Indikator nilai dasar Bela Negara:
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya
tidak sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.
Modal Intelektual
Modal Emosional
Modal Sosial
Modal Ketabahan
Modal Etika/Moral
Modal Kesehatan.
Korupsi
Narkoba
Terorisme dan Radikalisme
Money Loundring
Proxy War
Kejahatan Mass Communication
3. Memahami Isu Kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan
masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai
dengan kesadaran publik.
Suatu keadaan siapsiaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik, mental
maupun social dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar di sertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka
dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Aksi Nasional Bela Negara
Adalah Sinergi setiap warga negara gunamengatasi segala macam ancaman,
gangguan, hambatan dan Tantangan dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa
untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur
Kemampuan Awal Bela Negara
Wujud kemampuan bela negara yakni memiliki :
Kesehatan Jasmani dan Mental.
Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Etika, Etiket dan Mental
AGENDA II
Terdiriatas Materi:
A. Berorientasi Pelayanan
B. Akuntabel
C. Kompeten
D. Harmonis
E. Loyal
F. Adaptif
G. Kolaboratif
A. BERORIENTASI PELAYANAN
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini di antaranya: 1) memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan 3) memberikan layanan
kepada public secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdayaguna,
berhasilguna, dan santun.
B. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas,
perilaku tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi
Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk
memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas,
hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua
belah pihak.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil
yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti
nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada
kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah).
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat
berupa penghargaan atau sanksi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas
yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai
sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan
diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja.
Pentingnya Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam
beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma yang
bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are
done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 94
Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau
bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang
bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra
PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi
pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk
sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Tingkat Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
ETIKA PUBLIK
Etika lebih di pahami sebagai refleksi atas baik / buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya di
lakukan.
Kode Etika dalam aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.
Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi
Pelayanan Publik yang Profesional tidak hanya membutuhkan Kompetensi
Teknik dan Leadership, namun juga kompentensi etika. Tanpa kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada
masyarakat kalangan bawah. Etika Publik merupakan merupakan refleksikritis yang
mengarahkan bagaimana nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll)
dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejah teraan
masyarakat atau kebaikan orang lain.
Goals (Tujuan)
Roles (Peran)
Procedures (Prosedur)
Relationships (Hubungan)
Leadership (Kepemimpinan)
Informasi publik disini adalah “Informasi public adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik
yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai
denganUndang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan
publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau
organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Atas dasar prinsip tersebut, maka pada dasarnya semua PNS berhak
memberikan informasi, namun dalam prakteknya tidak semua PNS punya
kemampuan untuk memberikan informasi berdasarkan berapa prinsip-prinsip diatas
(seperti resiko dampak kerugian yang muncul, utuh dan benar). Perilaku Berkaitan
denganTransparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official Information
Access) ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang
diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hokum atau otoritas yang diberikan
oleh institusi. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan
pribadi atau komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
Penyalahgunaan informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan
informasi rahasia dan mengungkapkan isi darisurat-surat resmi untuk orang yang
tidak berwenang; • ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap
instansi dan semua arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri,
stafmenteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya. Etika pelayanan public
adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi oleh para pelayan
public atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang bai kuntuk publik.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang
anti kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja,
yang sangat erat hubungannya dengan hal-hala atau faktor-faktor penentu
keberhasilannya yang saling terkaitan tara satu dengan yang lainnya, yaitu : 1)
Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun Lingkungan
Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4) Pelatihan nilai-
nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan
Saluran Komunikasi yang Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Setiap orang dapat memberikan pandangan-pandangan dalam
pengembangan dan pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang
berlaku dalam organisasi; berperilaku yang sesuai dengan code of conduct;
memberikan masukan kepada pimpinan sebelum mengambil keputusan penting
atau yang berhubungan dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap
pelaksanaan sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif
(Fraudulent and Corrupt Behaviour): • ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau
korupsi; • ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian
keuangan actual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya; 56 • ASN
dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya; • ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup; •
ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka; • ASN akan
memahami dan menerapkan kerangka akun tabilitas yang berlaku di sector publik.
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akun table
karena ada nya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi
dan data pemerintah lainnya. Informasi ini dapat berupa data maupun penyampaian/
penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa yang sedang dikerjakan, dan apa
yang akan dilakukan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi
dari data dan informasi yang telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna/stake
holders mudah untuk mendapatkan informasi tersebut. Informasi dan data yang
disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebutharus relevant (relevan), reliable
(dapatdipercaya), under standable (dapat di mengerti), serta comparable (dapat di
perbandingkan), sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh pengambil
keputusan dan dapat menunjukkan akun tabilitas publik.
Untuk lebih jelasnya, data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus
sesuai dengan prinsip sebagai berikut: • Relevant information diartikan sebagai data
dan informasi yang disediakan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
sebelumnya (past), saat ini (present) dan yang akan datang (future).• Under
standable information diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan cara yang
mudah dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang awam sekalipun.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information) :
o ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
o ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
o ASN mematuhi perencanaan yang telah di tetapkan;
o ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas;
ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
o ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepadapihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
C. KOMPETEN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,
karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu
dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih
lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhla ksebagaiberikut:
1) Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
d. Akuntabel:
2) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi;
3) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efesien.
4) Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang
selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
5) Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
6) Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
7) Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangankan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
8) Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan bersama nilai
tambah;
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan
bersama.
D. HARMONIS
1. Keberagaman bangsa Indonesia selai nmemberikan banyak manfaat
juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan
kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan
lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit
yang sewak tubisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa
dinusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia.
Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu
Bhineka Tunggal Ikamerupakan perwujud dan kesadaran persatuan
berbangsa tersebut.
3. Etika public merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-
nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
professional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat public harus berubah, Pertama,
berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, berubah dari’ wewenang’
menjadi’ peranan’ Ketiga, menyadari bahwa jabatan public adalah amanah
4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis
dan analisis strategi dalam mewujudkan susasa naharmonis harus dapat
diterapkan dalam kehidupan ASN dilingkungan bekerja dan bermasyarakat.
E. LOYAL
F. ADAPTIF
G. KOLABORATIF
SMART ASN
Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa
revoulusioner dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia
tanpa batas, yakni dunia digital. Kita dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala
perkembangan yang ada di dunia digital atau sering disebut dengan istilah
Mendadak Digital. Kondisi “Mendadak Digital” ini telah mengguncang Ekonomi,
Sosial, dan Budaya masyarakat Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang
digital silih berganti menghampiri seluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara
(ASN).
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah pembentukan
karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan memiliki kinerja yang bermutu, dalam
penyelenggaraan program pemerintah, khususnya program literasi digital, pilar
literasi digital, sampai implementasi dan implikasi literasi digital dalam kehidupan
bersosial dan dunia kerja.
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari isi modul dan mengikuti kegiatan pembelajaran di
dalamnya, peserta diharapkan dapat:
a. Memiliki pemahaman mengenai literasi digital;
b. Mengenali berbagai bentuk masalah yang ditimbulkan akibat kurangnya
literasi digital;
c. Mampu mengimplementasikan materi literasi digital pada kehidupan sehari-
hari bagi peserta;
d. Mampu mengaplikasikan materi literasi digital dana kehidupan sehari-hari
bagi peserta;
e. Menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kecakapan, keamanan,
etika, dan budaya dalam bermedia digital.
LITERASI DIGITAL
Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi
digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan
petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi
Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan
datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi,
belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih
banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk
ASN.
Peserta CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar
sebagai aparatur negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang memiliki
peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas lagi bagi Indonesia. Presiden
Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani
transformasi digital pada masa pandemi COVID-19
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga
sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak
luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
1. Uraian Materi
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi
misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics),
budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan media digital dengan
aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).
a. Percepatan Transformasi Digital
Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak
informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan
berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang
terdiversifikasi. Realitas baru ini menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi
dan kinerja dalam organisasi.
Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya
oleh pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024,
disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada
pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama.
5 visi Presiden untuk Indonesia:
1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran
Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian
dalam menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. persiapan terkait dengan regulsi skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya (oktober 2020)
b. Pengertian Literasi Digital
Konsep Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah
akses, perangkat, dan platform digital.
Kompetensi Literasi Digital
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi digital memang sering
dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun
begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal, literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi.
c. Peta Jalan Literasi Digital
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital.
Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan
infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian
sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi
penunjang, dan riset inovasi digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya
Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu dari IT
U ,IMD , dan Ka adata.
nternat onal Tele ommu icati n Unio (IT U) → ICT evelopm nt Index ICT Dev
elopment Ind e x(IDI) m enggu nakan pende atan 3 katego ri (ICT Acces s,
ICT Ski ls, ICT Use) d an 11 krite ria indikato r. Pada ta hun 2017, p eringkat
IDI Indonesia ma ih cukup re dah dibandingka n dengan negara t tangga la i
n,yaitu ber ada di pos isi 7 dari 11 negara di As ia T enggara Me kipu n
demikian, Indonesia mencatat ke naikan skor yang cukup tinggi (+0 ,47) d
alam w aktu 1 t hun. La poran ini belum d iperba ru i di tahu n 2018-20 1 9ka
rena da ta yang kuran g me adai.
Institut of Inte nati nal M nageme tDevelop nt IMD) → IMD ig tal Competitiv
ness Rankin IMD Digital C ompeti iv enes s menggun kan 3 kategori (Te
chnology , Kno ledge, F uture Readiness) d engan 9 sub-fa kt r dan 52 kr
iteria indikat or. Peringka t Indone sia menunjuk kan peni g katan dari ta hun s
ebe umnya, na un masih leb ih rendah di bandingkan dengan negara lain di
kawasa Asia Tengga a seperti Sin gapura Thail and, da Malays ia. Pada
tahun 2 020, per ingkat I ndone ia ada di per ngka t 56 dari 63 negara.
Katad ata In si ght Ce te r → S atus L terasi Dig tal Indone ia S rv i di 34 Prov
ns Surv ei i idilaku kan untuk mengukur ting kat literasi digit l dengan menggu
naka kerangk a “A Global Framewor k of Referen ce on Dig ita l Li teracy Ski
ls” (UN ESCO , 2018). Mel alui su rvei ini, r esponden diminta un uk mengi i
28 per tanyaan yang d isusun men jad i 7 pilar 4 sub-inde s m enjadi sebu a
hI ndeks Lit erasi Digi al.
d. Lingkup Literasi Digital
Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan estimasi
jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet berdasarkan
data dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User dan Total Serviceable Market
penting untuk menentukan target spesifik program literasi digital.
e. Implementasi Literasi Digital
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga
sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak
luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
Lanskap Digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi
literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari
kita. Kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya
dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar
tidak tersesat dalam dunia digital. Setiap generasi dapat memiliki praktik dan
pengalaman yang berbeda terhadap dunia digital. Olehnya itu, pemahaman
fundamental terhadap lanskap digital semakin penting mengingat semakin
beragamnya generasi yang mengakses dunia digital.
Mesin Pencarian Informasi
Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial
untuk dipahami. Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian
informasi akrab dikenal dengan istilah searching’ atau ‘googling’. Walaupun aktivitas
ini sering dilakukan sehari-hari, tetapi berbagai permasalahan mendasar masih
sering dihadapi oleh pengguna mesin pencarian informasi
Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital
Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20
juta jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan
aktivitas pembelian barang atau jasa secara daring. Angka tersebut kian
menegaskan bahwa aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan
e-commerce sungguh digemari oleh masyarakat. Sebagai pembeli, kita dimanjakan
dengan kemudahan dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu
menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan
mereka (Kurnia dkk., 2020 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
MANAGEMEN ASN
Kode EtikASN : Kode Etik dan Kode Prilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan Kehormatan ASN
Perencana, Pelaksana dan Pengawas Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Fungsi Kode Etik ASN
Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
Sebagai standard penilaian sifat, perilaku dan tindakan biro krasipublik/
aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya,
Etika biro krasipenting sebagai panduan norma bagi aparat biro krasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan
kepentingan public diatas kepentingan pribadi.
A. PELAYANAN PUBLIK
PelayananPublik pada Hakikatnya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat. (Keputusan
Mentri Aparatur Sipil Negara No. 63/2003)
Pengertian Pelayanan Publik berdasarkan
UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik :
"Pelayanan Publik adalah Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
Pelayanan ADM : Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen
resmi yang dibutuhkan oleh publik.
Pelayanan Barang : Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jenis
barang yang digunakan oleh publik
Pelayanan Jasa :Pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa yang
dibutuhkan oleh publik.
Pelayanan Regulasi :Pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Melayani masyarakat baik sebagai kewajiban maupun sebagai kehormatan,
merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yang manusiawi (Tjosvold, 1993 :
x)