Anda di halaman 1dari 43

BUKTI REFLEKSI DIRI

REFLEKSI GURU KELAS 3 DI MASA PANDEMI COVID-19

PERBAIKAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mengesahkan, Salatiga, 15 Februari 2021


Kepala SD Muhammadiyah (plus) Guru

Ainul Huri, M.Pd Alfina Febry Septaningrum, S.Pd


NBM 964 789 NBM 1 234 317

1
KEGIATAN PELAKSANAAN REFLEKSI DIRI

1. Latar Belakang Masalah


Masa pandemi Covid-19 dimulai bulan Maret 2020, di mana sistem pendidikan di Indonesia
berubah drastis. Adanya pandemic tersebut mengharuskan sekolah mengadakan
pembelajaran dengan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Tentunya hal tersebut tidak
mudah karena mengharuskan guru untuk mencari solusi yang tepat agar pembelajaran tetap
terlaksana dengan baik.

Selama pembelajaran daring peserta didik belajar secara mandiri di rumah melalui ringkasan
materi yang dishare oleh guru dalam bentuk pdf, worksheet dan buku paket. Hal ini
mengakibatkan peserta didik bosan dan kesulitan dalam memahami materi tematik
khususnya pada muatan pelajaran PPKn Keragaman Budaya di Indonesia dan perolehan rata
- rata skor peserta didik pada muatan tersebut masih rendah yakni 58,06 % tuntas dan 41,94

% belum tuntas.

Pembelajaran jarak jauh mengharuskan peran aktif tidak hanya dari guru, tetapi dari siswa
dan wali siswa. Guru sangat berperan dalam menyusun pembelajaran yang menggunakan
inovasi penggunaan IT/ digital. Maka dari itu, guru melakukan perbaikan pembelajaran
melalui kegiatan refleksi diri.

2. Kegiatan Refleksi
Guru membuat inovasi dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan video
pembalajaran “Keragaman Budaya Indonesia” untuk membantu peserta didik kelas III SD
Muhammadiyah (plus) kota Salatiga dalam belajar tematik tema 5 muatan pelajaran PPKn.
Video yang dibuat oleh guru berisi penjelasan guru dan materi yang terkait keragaman
budaya di Indonesia seperti rumah adat, suku bangsa, makanan daerah, dll. Isi materi dalam
video dibuat menggunakan power point dan penjelasan guru diambil gambarnya di studio
sekolah. Hasil pengambilan gambar dan materi power point selanjutnya di edit
menggunakan aplikasi filmora.

3. Perbaikan
Sebagai upaya perbaikan dari permasalahan tersebut, guru melakukan inovasi pembelajaran.
Inovasi yang dilakukan adalah dengan membuat video pembelajaran yang berisikan

2
penjelasan dan materi Keragaman Budaya di Indonesia. Setelah diadakan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran, terdapat perubahan tingkah laku
peserta didik dalam pembelajaran. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika kegiatan zoom
meeting kelas, peserta didik antusias menjawab pertanyaan guru terkait organ gerak
makhluk hidup. Selain itu perolehan skor rata – rata peserta didik naik yakni 87,09 % tuntas
dan 12,91 % peserta didik memperoleh skor masih di bawah KKM/belum tuntas.

4. Waktu Pelaksanaan
Proses pembuatan materi power point dilakukan pada tanggal 4 Februari 2021, dan shooting
pengambilan gambar dilakukan pada tanggal 6 Februari 2021. Proses editing video

3
dilakukan pada tanggal 7 Februari 2021 kemudian di share ke peserta didik pada tanggal 9
Februari 2021.

5. Kesimpulan
Berdasarkan inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui video pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi dan skor belajar peserta didik pada pelajaran tematik tema 5
muatan PPKn Keragaman Budaya di Indonesia.

Lampiran : bukti perbaikan


KKM ≥ 80
No Nama SKOR
Awal (tidak Perbaikan
menggunakan (menggunakan
video) video)
1 Siswa 1 60 75
2 Siswa 2 90 100
3 Siswa 3 90 95
4 Siswa 4 85 90
5 Siswa 5 60 80
6 Siswa 6 65 80
7 Siswa 7 95 100
8 Siswa 8 70 85
9 Siswa 9 50 80
10 Siswa 10 90 100
11 Siswa 11 65 80
12 Siswa 12 65 80
13 Siswa 13 95 100
14 Siswa 14 75 85
15 Siswa 15 70 80
16 Siswa 16 85 95
17 Siswa 17 80 90
18 Siswa 18 75 85
19 Siswa 19 85 95
20 Siswa 20 90 100
21 Siswa 21 95 100
22 Siswa 22 90 95
23 Siswa 23 65 75
24 Siswa 24 90 95
25 Siswa 25 70 75
26 Siswa 26 90 95
27 Siswa 27 95 100
28 Siswa 28 85 100

4
29 Siswa 29 90 100
30 Siswa 30 65 75
31 Siswa 31 85 90
Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 18 27
Jumlah Peserta Didik yang tidak Tuntas 13 4
% Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 58,06 % 87,09 %
% Jumlah Peserta Didik yang tidak 41,94 % 12,91 %
Tuntas

Lampiran
Proses Editing Video

Link video
https://drive.google.com/file/d/10-0LmvqxYTEUBu5Gdk1xJ-
qBaJ8D3HPU/view?usp=sharing
BUKTI REFLEKSI DIRI
REFLEKSI GURU KELAS 5 DI MASA PANDEMI COVID-19

PERBAIKAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mengesahkan, Salatiga, 26 Juli 2020


Kepala SD Muhammadiyah (plus) Guru

Ainul Huri, M.Pd Syafi’ah Isnaini, S.Si, S.Pd


NBM 975 462 NBM 1 074 192
KEGIATAN PELAKSANAAN REFLEKSI DIRI

1. Latar Belakang Masalah


Pandemi Covid-19 yang mengubah paradigma pendidikan. Pendidikan yang identik dengan
pembelajaran di sekolah secara tatap muka harus diubah menjadi BDR (Belajar dari Rumah)
atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Hal tersebut tentunya menimbulkan dampak pada
efektivitas pembelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Selama pembelajaran daring peserta didik belajar secara mandiri di rumah melalui ringkasan
materi yang dishare oleh guru dalam bentuk pdf, worksheet dan buku paket. Hal ini
mengakibatkan peserta didik bosan dan kesulitan dalam memahami materi tematik
khususnya pada muatan pelajaran IPA Organ Gerak Makhluk Hidup dan perolehan rata -
rata skor peserta didik pada muatan tersebut masih rendah yakni 59,38 % tuntas dan 40,63
% belum tuntas.
Berdasarkan masalah tersebut, guru perlu melakukan inovasi pembelajaran yang
memanfaatkan IT yang bisa memberikan sarana pembelajaran dimanapun dan kapanpun.
Melalui pembelajaran yang memanfaatkan digital tersebut sebagai upaya pelaksanaan
pembelajaran yang bermakna.

2. Kegiatan Refleksi
Guru membuat inovasi dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan video
pembalajaran “Organ Gerak Hewan dan Manusia” untuk membantu peserta didik kelas V
SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga dalam belajar tematik tema 1 muatan pelajaran IPA.
Video yang dibuat oleh guru berisi penjelasan guru dan materi yang terkait organ gerak
makhluk hidup. Isi materi dalam video dibuat menggunakan power point dan penjelasan
guru diambil gambarnya di studio sekolah. Hasil pengambilan gambar danmateri power
point selanjutnya di edit menggunakan aplikasi filmora.

3. Perbaikan
Sebagai upaya perbaikan dari permasalahan tersebut, guru melakukan inovasi pembelajaran.
Inovasi yang dilakukan adalah dengan membuat video pembelajaran yang berisikan
penjelasan dan materi Organ Gerak Makhluk Hidup. Setelah diadakan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran, terdapat perubahan tingkahlaku
peserta didik dalam pembelajaran. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika kegiatan zoom
meeting kelas, peserta didik antusias menjawab pertanyaan guru terkait organ gerak
makhluk hidup. Selain itu perolehan skor rata – rata peserta didik naik yakni 87,5 % tuntas
dan 12,5% peserta didik memperoleh skor masih di bawah KKM/belum tuntas.
4. Waktu Pelaksanaan
Proses pembuatan materi power point dilakukan pada tanggal 23 Juli 2020, dan shooting
pengambilan gambar dilakukan pada tanggal 24 Juli 2020. Proses editing video dilakukan
pada tanggal 24 – 26 Juli 2020 kemudian di share ke peserta didik pada tanggal 27 Juli 2020.
5. Kesimpulan
Berdasarkan inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui video pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi dan skor belajar peserta didik pada pelajaran tematik tema 1
muatan IPA materi Organ Gerak Hewan dan Manusia.
Lampiran : bukti perbaikan
KKM ≥ 80
No Nama SKOR
Awal (tidak Perbaikan
menggunakan (menggunakan
video) video)
1 Siswa 1 55 70
2 Siswa 2 95 100
3 Siswa 3 85 90
4 Siswa 4 85 90
5 Siswa 5 65 80
6 Siswa 6 65 80
7 Siswa 7 85 90
8 Siswa 8 60 80
9 Siswa 9 55 70
10 Siswa 10 85 90
11 Siswa 11 60 80
12 Siswa 12 65 80
13 Siswa 13 90 95
14 Siswa 14 60 70
15 Siswa 15 60 80
16 Siswa 16 90 100
17 Siswa 17 80 80
18 Siswa 18 70 90
19 Siswa 19 80 90
20 Siswa 20 90 95
21 Siswa 21 90 90
22 Siswa 22 90 100
23 Siswa 23 60 70
24 Siswa 24 90 100
25 Siswa 25 75 90
26 Siswa 26 85 90
27 Siswa 27 90 100
28 Siswa 28 90 100
29 Siswa 29 90 100
30 Siswa 30 70 80
31 Siswa 31 80 90
32 Siswa 32 80 90
Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 19 28
Jumlah Peserta Didik yang tidak Tuntas 13 4
% Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 59,38% 87,50%
% Jumlah Peserta Didik yang tidak 40,63% 12,50%
Tuntas
Lampiran
Proses Editing Video

Link video
https://drive.google.com/file/d/1aDFWad0TWxNOlJ2Z4GknZDJDVZk5ylQE/view?usp
=sharing
BUKTI REFLEKSI DIRI
REFLEKSI GURU KELAS 6 DI MASA ENDEMI COVID-19

PERBAIKAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mengesahkan, Salatiga, 8 Februari 2022


Kepala SD Muhammadiyah (plus) Guru

Ainul Huri, M.Pd Febrryana Sukma Ramadhani,S.Pd


NBM 964 789
NBM 1 403 166
KEGIATAN PELAKSANAAN REFLEKSI DIRI

1. Latar Belakang Masalah


Masa Endemi Covid-19 tahun 2022, di mana sistem pendidikan di Indonesia berubah drastis.
PJJ yang awalnya dilaksanakan saat pandemi bergeser pada masa endemi dengan
pembelajaran tatap muka terbatas. Tentunya hal tersebut menjadi saat yang tepat untuk
perbaikan pembelajaran yang tadinya hanya daring dari rumah.

Selama pembelajaran daring peserta didik hanya bisa belajar secara mandiri di rumah melalui
ringkasan materi yang dishare oleh guru dalam bentuk pdf, worksheet, buku paket, dan zoom
terjadwal. Hal ini mengakibatkan peserta didik bosan dan kesulitan dalam memahami materi
tematik khususnya pada muatan pelajaran IPA Perkembangan vegetatif buatan pada
tumbuhan. Perolehan rata - rata skor peserta didik pada muatan tersebut masih rendah yakni
58,06 % tuntas dan 41,94 % belum tuntas.

Pembelajaran jarak jauh mengharuskan peran aktif tidak hanya dari guru, tetapi dari siswa
dan wali siswa. Guru sangat berperan dalam menyusun pembelajaran yang menggunakan
inovasi penggunaan IT/ digital dan membuat rencana pembelajaran yang tepat ketika
pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Maka dari itu, guru melakukan perbaikan
pembelajaran melalui kegiatan refleksi diri.

2. Kegiatan Refleksi
Guru membuat rencana inovasi dalam pembelajaran dengan metode PJBL pada
pembelajaran materi IPA Perkembangan vegetatif buatan pada tumbuhan untuk membantu
peserta didik kelas VI SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan guru menetapkan tema proyek yang akan dilaksanakan.Kemudian guru
menetapkan konteks belajar yaitu pembelajaran IPA perkembangbiakan vegetatif buatan
pada tanaman jenis monstera yang ada di sekitar lingkungan belajar. Peserta didik
melaksanakan diskusi maupun aktivitas-aktivitas menyelesaikan proyek. Pembelajaran
PJBL diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

3. Perbaikan
Sebagai upaya perbaikan dari permasalahan tersebut, guru menerapkan metode PJBL pada
pembelajaran materi IPA Perkembangan vegetatif buatan pada tumbuhan untuk membantu
peserta didik kelas VI SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan guru menetapkan tema proyek yang akan dilaksanakan.Kemudian guru
menetapkan konteks belajar yaitu pembelajaran IPA perkembangbiakan vegetatif buatan
pada tanaman jenis monstera yang ada di sekitar lingkungan belajar. Peserta didik
melaksanakan diskusi maupun aktivitas-aktivitas menyelesaikan proyek. Kemudian peserta
didik menyusun laporan. Diakhiri dengan menyimpulkan hasil proyek dan penguatan oleh
guru.

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran dengan metode PJBL. Perubahan tersebut dapat
dilihat ketika kegiatan pembelajaran terbatas di kelas, peserta didik antusias menjawab
pertanyaan guru terkait. Peserta didik aktif bertanya dalam menyelesaikan proyek, dan
semua peserta didik aktif dalam menyelesaikan proyek. Selain itu perolehan skor rata – rata
peserta didik naik yakni 87,09 % tuntasdan 12,91 % peserta didik memperoleh skor masih
di bawah KKM/belum tuntas.

4. Waktu Pelaksanaan
Proses pembelajaran menerapkan metode PJBL dilaksanakan pada hari S e n i n , 7 Februari
2022.
5. Kesimpulan
Berdasarkan inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui penerapan metode
PJBL dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan skor belajar peserta
didik pada pelajaran muatan IPA Perkembangbiakan vegetatif buatan pada tumbuhan.

Lampiran : bukti perbaikan


KKM ≥ 80
No Nama SKOR
Awal (tidak Perbaikan
menggunakan (menggunakan
video) video)
1 Siswa 1 60 75
2 Siswa 2 90 100
3 Siswa 3 90 95
4 Siswa 4 85 90
5 Siswa 5 60 80
6 Siswa 6 65 80
7 Siswa 7 95 100
8 Siswa 8 70 85
9 Siswa 9 50 80
10 Siswa 10 90 100
11 Siswa 11 65 80
12 Siswa 12 65 80
13 Siswa 13 95 100
14 Siswa 14 75 85
15 Siswa 15 70 80
16 Siswa 16 85 95
17 Siswa 17 80 90
18 Siswa 18 75 85
19 Siswa 19 85 95
20 Siswa 20 90 100
21 Siswa 21 95 100
22 Siswa 22 90 95
23 Siswa 23 65 75
24 Siswa 24 90 95
25 Siswa 25 70 75
26 Siswa 26 90 95
27 Siswa 27 95 100
28 Siswa 28 85 100
29 Siswa 29 90 100
30 Siswa 30 65 75
31 Siswa 31 85 90
Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 18 27
Jumlah Peserta Didik yang tidak Tuntas 13 4
% Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas 58,06 % 87,09 %
% Jumlah Peserta Didik yang tidak 41,94 % 12,91 %
Tuntas

Lampiran
Proses Pembelajaran di Kelas

1
LAPORAN HASIL PENELITIAN
(DISEMINARKAN)

UPAYA PENINGKATAN BERFIKIR KRITIS PEMBELAJARANTEMATIK


MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS V SD
MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA SEMESTER 1 TAHUN
2020/2021

Disusun Untuk Peningkatan


Keprofesionalan Guru SD Muhammadiyah
(plus) Kota Salatiga

Oleh
Syafi’ah Isnaini, S.Si,
S.PdNBM 1 074 192

SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS)


SALATIGA
2020

2
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN


(DISEMINARKAN)

UPAYA PENINGKATAN BERFIKIR KRITIS PEMBELAJARANTEMATIK


MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS V SD
MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA SEMESTER 1 TAHUN 2020/2021

Oleh
SYAFI’AH ISNAINI
NBM 1 074 192

Mengesahkan, Salatiga, November 2020


Kepala SD Muhammadiyah (plus) Guru

Ainul Huri, M.Pd Syafi’ah Isnaini, S.Si, S.Pd


NBM 975 462 NBM 1 074 192

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan karunia-
Nya, sehingga makalah Laporan Hasil Penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Berfikir
Kritis Pembelajaran Tematik Melalui Model Problem Based Learning Kelas V SD
Muhammadiyah (plus) kota Salatiga Semester 1 Tahun 2020/2021 dapat diselesaikan
dengan baik.
Tujuan penulisan laporan hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan berpikir kritis
peserta didik kelas V SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga menggunakan model
pembelajaran PBL.
Laporan ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar, berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus disampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Ainul Huri, M.Pd Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga yang telah
mendorong Guru untuk melakukan penelitian dan memberikan ijin dan fasilitas sekolah
penelitian.
2. Tenaga pendidik dan kependidikan yang sudah membantu dan memotivasi selama proses
penelitian.

Salatiga, November 2020

Penulis

4
UPAYA PENINGKATAN BERFIKIR KRITIS PEMBELAJARANTEMATIK
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS V SD
MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA SEMESTER 1 TAHUN 2020/2021

Syafi’ah Isnaini
SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga
Syafiahisnaini2606@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah peningkatan berfikir kritis pembelajaran tematik dapat
diupayakan melalui model pembelajaran PBL peserta didik kelas V SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga, (2)
Bagaimanakah langkah – langkah model pembelajaran PBL dapat meningkatkan berfikir kritis pembelajaran
tematik dapat diupayakan melalui model pembelajaran PBL peserta didik kelas V SD Muhammadiyah (plus) Kota
Salatiga. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga sejumlah 11 anak yang
terdiri dari 5 siswa laki – laki dan 6 siswa perempuan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Model PTK menggunakan model spiral dari Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggard. Prosedur
penelitian menggunakan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 tahap yaitu, 1) perencanaan, 2) tindakan dan observasi,
3) refleksi. Teknik analisis data adalah teknik persentase yakni membandingkan berfikir kritis pembelajaran
tematik melalui model PBL antar siklus. Hasil penelitian terdapat peningkatan membandingkan berfikir kritis
pembelajaran tematik, yang diupayakan melalui model PBL, yakni siswa yang berfikir kritis tinggi sebanyak 36,40
% , pada siklus 2 meningkat menjadi 54,50% dan meningkat menjadi 81,80 % dari seluruh peserta didik di siklus
3. Terjadi peningktan berpikir kritis sebesar 27,30% pada siklus2 ke siklus 3 dari seluruh peserta didik. Berfikir
kritis meningkat melalui model pembelajaran PBL dengan langkah (1) mengorientasikan peserta didik pada
masalah yang berkaitan dengan siklus air, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar memecahkan
masalah yang berkaitan dengan siklus air dan dampaknya, (3) membantu penyelidikan mandiri atau kelompok
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan siklus air dan dampaknya, (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil diskusi kelompok dalam memcahkan masalah yang berkaitan dengan siklus air dan dampaknya,
(5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah yang berkaitan dengan siklus air dan dampaknya.

Latar Belakang Masalah


Kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 merupakan proses pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat, baik dari segi kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) yang sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Isi dari kurikulum 2013 ialah pembelajaran tematik terpadu.
Pentingnya pembelajaran tematik untuk diterapkan bagi peserta didik sekolah dasar
karena melalui pembelajaran tematik peserta didik akan memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih secara mandiri untuk menemukan berbagai pengetahuan yang dipelajari secara utuh,
bermakna, autentik dan aktif. Pengalaman belajar menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual

5
menjadi proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antara mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan disekolah dasar karena pada
umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik),
perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional (Rusman, 2012: 257)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiwi Ulandari, dkk (2020)
menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kemampuan berpikir peserta didik kelas IV SD
Negeri Pinang 6 Tangerang melalui penenerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan berfikir kritis peserta didik yaitu pada
siklus 1 nilai rata-rata sebesar 67,5. Pada siklus 2 mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar
92 dan jumlah selisih nilai rata-rata sebesar 24,5. Untuk persentase skor peserta didik yang
sudah mencapai KKM sebesar 40 % pada siklus 1 dan di siklus 2 naik menjadi 95 %.
Adapun kasus/masalah yang muncul pada kegiatan pembelajaran kelas V SD
Muhammadiyah (plus) Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 adalah siswa masih
kesulitan dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan – permasalahan yang diberikan
oleh guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis peserta didik masih rendah. Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru selama pembelajaran secara daring adalah ceramah.
Dimana guru menyampaikan pembelajaran melalui aplikasi youtube dan peserta didik hanya
menyimak video tersebut kemudian mengerjakan worksheet yang sudah dibagikan. Hal ini
mengakibatkan kemampuan peserta didik untuk berdiskusi jadi berkurang.
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dilakukan perbaikan melalui Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul Upaya Peningkatan Berfikir Kritis Pembelajaran Tematik
Melalui Model Problem Based Learning Kelas V SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga
Semester 1 Tahun 2020/2021. Pentingnya dilakukan penelitian ini untuk
meningkatkankemampuan berpikir kritis peserta didik pada tema 8 lingkungan sahabatku.
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini berdasarkan permasalahan yang
ada di kelas V SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga Semester 1 Tahun 2020/2021 adalah :
1. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran?
2. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran?

6
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Tematik
Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut Suryosubroto, (2009: 133) “pembelajaran tematik dapat diartikan suatu
kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam
satu tema atau topik tertentu”. Lebih lanjut Sungkono (dalam Suryosubroto, 2006: 132)
mengungkapkan pembelajaran tematik secara singkat diuraikan meliputi prinsip-prinsip,
ciri-cirinya, pemilihan tema, dan contoh implikasinya di sekolah. Menurut Trianto (2011:
139) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna kepada peserta didik. Sedangkan menurut Mamat (dalam Andi, 2013: 125)
pembelajaran tematik sebagai pembelajaran terpadu, dengan mengelola pembelajaran
yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan
yang disebut tema. Majid (2014:80) mengungkapkan bahwa Pembelajaran tematik ialah
salah satu pembelajaran terpadu (integreted intruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik itu secara individual maupun kelompok
dapat aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan otentik. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari
beberapa mata pelajaran dalam satu tema sehingga peserta didik lebih aktif dalam
memelajari dan menemukan konsep – konsep dari suatu materi.

B. Model PBL (Problem Based Learning)


Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru dalam melakukan pembelajaran di kelas
secara daring. Torp dan Sage (2002) mendefinisikan PBL sebagai pembelajaran yang
terfokus, terorganisasi dalam penyelidikan dan penemuan – penemuan masalah nyata.
Menurut Sonmes dan Lee (2003) PBL sebagai metode pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata secara mandiri atau
kelompok. Sedangkan menurut Saveri (2006) PBL merupakan metode pembelajaran yang
menekankan pada pembelajaran berbasis student – centered yang dapat memberdayakan
peserta didik untuk melakukan penyelidikan, mengintegrasikan teori dan praktik,
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya untuk mengembangkan penemuan solusi
7
atau pemecahan terhadap masalah tertentu. Berdasarkan pendapat tiga ahli tersebut dapat
didefiniskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menekankan peserta didik
untuk mampu memecahkan masalah melalui langkah –langkah ilmiah baik secara mandiri
maupun kelompok dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliknya.
Langkah – langkah model pembelajaran PBL berdasarkan sumber dari Ibrahim &
Nur (2000 :13) seperti tabel B.1 berikut
Tahap Tingkah Laku
Tahap-1 Guru menjalaskan tujuab pembelajaran, menjelaskan
orientasi siswa pada logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
masalah demonstarsi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa mengoragnisasikan tugas belajar yang berhubungan
untuk belajar dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
Membimbing penyelidikan yang sesuia, melaksanakan eksperimen, untuk
individual maupun mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
kelompok.
Tahap-4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
menyajikan hasil karya. model seta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
mengevaluasi proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah

C. Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki
oleh peserta didik untuk menghadapi era industri 4.0. Johnson (2002) menjelaskan bahwa
berpikir kritis adalah aktivitas mental untuk merumuskan atau memecahkan masalah,
mengambil keputusan, memahami hal tertentu, menemukan jawaban untuk pertanyaan, dan

8
menemukan jawaban yang relevan. Krulik dan Rudnick (1999) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Menurut Ennis
(2013) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar
yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Berdasarkan
beberapa pendapat ahli tersebut, berpikir kritis dapat diartikan sebagai kegiatan
merumuskan dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir tinggi
sehingga bisa menentukan langkah apa yang harus diambil atau dilakukan.
Keterampilan berpikir kritis dalam praktek pembelajaran ini diukur menggunakan
rubrik berdasarkan rubrik penilaian yang dikembangkan oleh Zubaidah, dkk (2015). Rubrik
penilaian berpikir kritis pada pembelajaran ini yaitu 1) Kebenaran konsep dalam
menjawab, 2) Ketepatan dari penjelasan yang disampaikan, 3) Urutan dari penjelasan yang
disampaikan dan 4) Penggunaan bahasa. Masing – masing indikator memiliki nilai
maksimal 4 sehingga nilai maksimal untuk indikator berpikir kritis adalah 16.
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan maka kerangka berpikir disusun sesuai
dengan alur penelitian tindakan kelas. Kerangka berpikir dalam penelitian ini terdiri dari
tiga tahap, yaitu kondisi awal, tindakan, dan kondisi akhir. Setiap tahap mendeskripsikan
keadaan siswa dan guru pada pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning.
Target dari tindakan tercantum pada tahap kondisi akhir di bagan 2.1 yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah (plus)
Salatiga Semester 1 tahun pelajaran 2020/2021.

9
Guru Siswa

1. Pembelajaran terpusat pada 1. kesulitan dalam menganalisis


guru dan memecahkan
Kondisi
awal
2. Guru belum menerapkan permasalahan – permasalahan
model pembelajaran PBL yang diberikan oleh guru.
2. Kemampuan peserta didik
dalam berdiskusi kurang.

Menerapkan model pembelajaran PBL SIKLUS I


dengan langkah – langkah sebagai Menggunakan model
berikut: pembelajaran PBL

1. Orientasi peserta didik pada


masalah
2. Mengorganisikan peserta didik SIKLUS II
Tindakan
untuk belajar Menggunakan model
3. Membimbing penyelidikan pembelajaran PBL
individu maupun kelompok
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
SIKLUS III
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses Menggunakan model
pemecahan masalah pembelajaran PBL

Keterampilan guru dalam Keterampilan berpikir


Kondisi menyajikan materi, menggunakan kritis peserta didik
akhir media serta menciptakan iklim meningkat
pembelajaran yang kondusif
meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

10
METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Hal ini
dikarenakan terdapat masalah dalam proses pembelajaran yang berupa rendahnya
kemampuan berpikir peserta didik dalam menganalisis masalah yang muncul ketika
proses pembelajaran. Kemmis dan Taggart dalam (Iskandar,2012:22) mendefinisikan PTK
sebagai bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalarannya dan keadilan praktik-praktik itu terhadap situasi tempat di
lakukannya praktik tersebut. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
tindakan dan observasi dan tahap refleksi. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
persiklus diharapkan kemampuan berpikir kritis peserta didik semakin menigkat. Berikut ini
disajikan bagan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart

Gambar 3.1 Bagan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengamatan


dengan menggunakan rubrik pengamatan sebagai instrumennya dan tes dengan butir soal
sebagai instrumennya. Sedangkan subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD
Muhammadiyah (plus) kota Salatiga.
Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah peningkatan berpikir kritis
dan hasil belajar peserta didik kelas V SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga.

11
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
PBL (problem based learning) dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa ke arah perubahan
yang lebih baik. Keberhasilan penelitian juga dapat dilihat dari hasil akhir penelitian. Keberhasilan
hasil akhir disini adalah meningkatnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan tabel 3.1 penelitian dikatakan berhasil jika skor rata – rata berpikir kritis peserta
didik berada pada rentang 3,4 – 4,0 atau dalam tingkat tinggi.
Tabel 3.1 Pedoman interpretasi skor rata – rata kemampuan berpikir kritis
Skor Rata - Rata Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis
1,0 – 1,7 Sangat Rendah
1,8 – 2,5 Rendah
2,6 – 3,3 Sedang
3,4 – 4,0 Tinggi
Sumber : Sukardi (1983 :150)

Sedangkan untuk mengukur indikator peningkatan hasil belajar peserta didik


menggunakan indikator kriteria ketuntasan belajar seperti tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2 Kriteria ketuntasan hasil belajar peserta didik
Persentase hasil belajar peserta didik Kategori
P ≥ 90 % Sangat Baik
80 % ≤ P ≤ 90 % Baik
60 % ≤ P ≤ 80 % Cukup Baik
50 % ≤ P ≤ 60 % Kurang Baik
P ≤ 50 % Sangat Kurang Baik
Sumber : Nurkancana dan Sumantana (1986 :80)
Penelitian ini dikatakan berhasil jika peserta didik yang memperoleh skor hasil
belajar di atas KKM berada di rentang 80 % ≤ P ≤ 90 % atau dalam kategori baik. KKM
hasil belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah ≥80 .

12
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan berpikir kritis
dan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi Sulit Tema 8 Lingkungan Sahabat
Kita, maka peneliti mengembangkan rencana perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan model Problem Based Learning yang disusun pada
prosedur kerja yang akan dilaksanakan. Penerapan Problem Based Learning pada
penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing –masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan (2x 35 menit ) dan masing-masing siklus mencangkup seluruh materi pokok
yang terdiri dari tiga kompetensi dasar tematik yaitu Bahasa Indonesia, IPA dan IPS.
B. Hasil Tindakan Siklus I
Dalam praktik pembelajaran siklus 1 terdapat miskonsepsi pada peserta didik terkait
proses terjadinya hujan. Hal ini disebabkan peserta didik belum memahami konsep siklus
air. Solusi yang dilakukan adalah guru membimbing peserta didik untuk memahami
kembali proses siklus air. Kemudian peserta didik diberikan pertanyaan untuk mengaitkan
konsep siklus air dengan peristiwa di lingkungan sekitar. Selama pembelajaran peserta
didik tersebut mampu menjelaskan konsep siklus air dengan tepat dan mengaitkannya
dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Sebanyak 8 dari 11 peserta didik belum mampu menyebutkan tiga contoh kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Rawa Pening. Oleh karena itu guru
melakukan review materi terkait materi kegiatan ekonomi dan dilanjutkan dengan
memberikan contoh – contoh nyata di sekitar peserta didik. Hasil tindakan adalah peserta
didik yang mampu menyebutkan tiga contoh kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar Rawa
Pening menjadi enam peserta didik.
Pada saat proses diskusi belum efektif dimana masing – masing kelompok terdapat
satu peserta didik yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi. Hal ini dikarenakan waktu
diskusi yang kurang dan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami langkah –
langkah kegiatan diskusi. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah membagi masing –
masing kelompok untuk fokus membahas 1 LKPD yang berbeda – beda untuk masing –
masing kelompok.
Pelaksanaan kegiatan presentasi hasil diskusi berlangsung satu arah saja. Tidak ada
feedback dari peserta didik lain yang tidak presentasi. Tindakan yang dilakukan oleh guru

13
adalah memberikan pertanyaan kepada peserta didik terkait presentasi dari satu kelompok.
Dari kegiatan ini sudah ada satu peserta didik yang menjawab dan memberikan alasan.
Hasil pengukuran berpikir kritis peserta didik kelas 5 SD Muhammadiyah (plus)
kota Salatiga pada siklus 1 secara rinci dapat dijelaskan melalui tabel 4.1 distribusi
frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik pada siklus1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik kelas 5 SD
Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga pada siklus 1
No Indikator Frekuensi Persentase
1. Peserta didik yang mendapat skor rata – 4 36,40%
rata 4
2 Peserta didik yang mendapat skor rata – 4 36,40%
rata 3
3 Peserta didik yang mendapat skor rata – 3 27,30%
rata 2
4 Peserta didik yang mendapat skor rata – - -
rata 1

Skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik kelas 5 SD Muhammadiyah
(plus) Kota Salatiga pada siklus 1 diperoleh sebanyak empat peserta didik memperoleh
skor 4, empat peserta didik mendapat skor 4 dan tiga peserta didik mendapat skor 3.
Sehingga pada siklus 1 ini hanya 36,4 % peserta didik yang mampu menguasai konsep,
jawaban yang disampaikan jelas dan disertai alasan yang benar, mampu mengaitkan
konsep dengan peristiwa di sekitar dan penggunaan bahasa yang tepat. Sedangkan 36,4 %
peserta didik jawaban yang disampaikan tidak disertai alasan yang tepat dan jelas namun
konsepnya sudah tepat dan 27, 3 % peserta didik menguasai sedikit konsep dengan benar,
uraian jawaban yang disampaikan sebagian besar kurang tepat dan tidak disertai alasasn
yang benar, alur berpikirnya belum bisa mengaitkan konsep materi dan masih terdapat
kesalahan pada ejaan.
Untuk menejalaskan besarnya distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir
kritis pada siklus 1 disajikan secara rinci melalui diagram 4.1 berikut

14
4,5
4

Jumlah Peserta didik


3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Skor 4 skor 3 Skor 2 skor 1
Skor

Diagram 4.1. Distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta
didik kelas 5 SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga pada siklus 1
Berdasarkan diagram 4.1 menunjukkan jumlah peserta didik yang memperoleh
skor 4 lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang memperoleh skor di
bawah 4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik masih perlu
ditingkatkan di siklus 2.
Berdasarkan data skor indikator berpikir kritis pada pembelajaran pertama,
diperoleh rata – rata berpikir kritis peserta didik pada praktek pembelajaran pertama sebesar
3,09. Nilai rata – rata berpikir kritis pada pembelajaran pertama diinterpretasikan
berdasarkan pedoman interpretasi skor rata – rata keterampilan berpikir kritis pada tabel
3.1 berada pada tingkat sedang.
C. Hasil Tindakan Siklus II
Secara keseluruhan pelaksanaan praktik pembelajaran di siklus 2 sudah ada
kemajuan dibandingkan praktik pembelajaran pada siklus 1. Dimana solusi untuk
mengatasi kendala dan permasalahan yang ada di siklus 1 digunakan untuk memperbaiki
di siklus 2.
Dalam siklus 2 sebanyak dua dari sebelas atau 18,2 % peserta didik belum tepat
dalam menjelaskan proses terbentuknya air tanah. Hal ini disebabkan peserta didik belum
memahami pengertian air tanah dan mengaitkannya dengan proses siklus air. Tindakan
yang dilakukan oleh guru adalah menunjuk salah satu peserta didik untuk menjelaskan
proses siklus air dan menghubungkannya dengan proses terbentuknya air tanah. Hasil dari
tindakan ini adalah satu peserta didik mampu menjelaskan dengan tepat proses
terbentuknya air tanah.

15
Pada saat kegiatan diskusi masih ditemukan satu peserta didik yang sama sekali
tidak aktif dalam kegiatan berdiskusi. Hal ini dikarenakan peserta didik tersebut
mengalami kebingungan dengan langkah – langkah yang harus dilakukan di kegiatan
diskusi ini. Solusi yang diambil oleh guru adalah dengan memanggil peserta didik tersebut
di grup chat WA kemudian bersama – sama menentukan langkah pertama yang harus
dilakukan untuk berdiskusi. Hasil tindakan dari solusi ini adalah peserta didik tersebut bisa
ikut berdiskusi di grup chat WA.
Selama kegiatan presentasi berlangsung, peserta didik belum mengajukan
pertanyaan untuk kelompok yang sednag presentasi. Tindakan yang dilakukan oleh guru
adalah mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada kelompok yang sedang presentasi
kemudian melemparkan ke peserta lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang
presentasi. Hasil dari tindakan ini adalah dua peserta didik bisa menanggapi jawaban yang
dikemukakan oleh kelompok yang sedang presentasi.
Hasil yang dicapai peserta didik dalam berpikir kritis pada siklus 2 secara rinci
dijelaskan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik kelas
5 SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga siklus kedua.
No Indikator Frekuensi Persentase
1. Peserta didik yang mendapat skor rata – 6 54,50 %
rata 4
2 Peserta didik yang mendapat skor rata – 3 27,30 %
rata 3
3 Peserta didik yang mendapat skor rata – 2 18,2 %
rata 2
4 Peserta didik yang mendapat skor rata – - -
rata 1

Skor rata – rata indikator berpikir kritis pada siklus 2 berdasarkan tabel 2.4
menunjukkan jumlah peserta didik yang memperoleh skor 4 sebanyak enam siswa, yang
memperoleh skor 3 sebanyak tiga anak dan yang memperoleh skor 3 sebanyak 2 anak.
Perolehan skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik pada siklus 2 cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini ditunjukkan sebanyak 54, 5 % peserta didik memperoleh skor
4 sedangkan pada siklus 1 hanya 36,40 % yang memperoleh skor 4. Untuk menjelaskan

16
distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis yang diperoleh peserta didik
pada siklus 2 disajikan secara rinci melalui diagram 2.2 berikut.

Jumlah Peserta didik 6

0
Skor 4 skor 3 skor 2 skor 1
Skor

Diagram 4.2 Distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis pada siklus 2
Berdasarkan diagram 4.2 terlihat jumlah peserta didik yang memperoleh skor 4
untuk indikator berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan yang memperoleh skor 3 dan 2.
Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan berpikir kritis peserta didik yang semula di
siklus 1 berjumlah 4 anak naik menjadi 6 anak di siklus 2. Sehingga kemampuan berpikir
kritis dalam hal menguasai konsep, menjawab dengan disertai alasan yang jelas dan tepat,
kemampuan mengaitkan konsep dengan peristiwa di kehidupan sehari – hari dan
penggunaan bahasa yang tepat mengalami kenaikan. Kenaikan frekuensi skor rata – rata
indikator berpikir kritis juga diikuti dengan kenaikan jumlah skor rata – rata kemampuan
berpikir kritis. Dalam praktik pembelajaran kedua diperoleh jumlah skor rata – rata
kemampuan berpikir kritis sebesar 3,36. Skor ini saat diinterpretasikan berdasarkan
pedoman interpretasi skor rata – rata keterampilan berpikir kritis masih berada pada tingkat
sedang. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pada siklus 3.

D. Hasil Tindakan Siklus III


Dalam siklus 3 sebanyak dua dari 11 atau 18,2 % peserta didik belum mampu
menganalisis kegiatan ekonomi disekitar mata air Senjoyo. Hal ini disebabkan karena
peserta didik tersebut belum bisa mengaitkan materi yang sudah diperoleh dengan
peristiwa langsung yang ada di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan oleh guru
adalah guru mengajak peserta didik untuk mereview kembali materi kegiatan ekonomi
kemudian memberikan contoh – contoh nyata kegiatan ekonomi yang ada di sekitar

17
lingkungan peserta didik. Hasil dari tindakan ini adalah satu peserta didik bisa
menyebutkan lebih dari tiga contoh kegiatan ekonomi di sekitar mata air Senjoyo.
Dua dari 11atau 18,2 % peserta didik mengemukakan pendapatnya dengan tidak
sempurna pada saat fase mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Pendapat yang
dikemukakan kedua peserta didik tersebut kurang lengkap dan tidak disertai alasan. Hal
ini dikarenakan peserta didik belum bisa berpikir kritis dalam mengaitkan materi yang
diperoleh dengan peristiwa di sekitarnya. Solusi yang diambil oleh guru adalah dengan
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih semangat dalam menjawab. Selain
itu, peserta didik diberikan pertanyaan pancingan untuk membantu peserta didik dalam
mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan soal yang harus dijawab. Hasil dari
solusi yang dilakukan oleh guru ini adalah kedua peserta didik mampu menjawab dengan
menyertakan alasan yang lengkap dan jelas.
Pada siklus 3, masih ditemukan satu peserta didik yang tidak aktif dalam
berdiskusi. Peserta didik tersebut sama sekali tidak menanggapi kelompoknya saat
berdiskusi membahas permasalahan yang harus dipecahkan. Tindakan yang dilakukan
oleh guru adalah dengan memberikan pertanyaan pancingan yang ditujukan kepada peserta
didik yang belum aktif untuk membentuk pola pikirnya. Selain itu, peserta didik yang
sudah ditugaskan menjadi tutor sebaya di kelompok tersebut diberikan tugas untuk
mengajak peserta didik yang mengalami kesulitan melakukan kegiatan tanya jawab. Hasil
dari tindakan ini adalah peserta didik menjadi lebih aktif menjawab di kegiatan diskusi.
Hasil yang dicapai peserta didik dalam berpikir kritis pada siklus 3 secara rinci
dijelaskan pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik kelas
5 SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga pada siklus 3
No Indikator Frekuensi Persentase
1. Peserta didik yang mendapat skor rata – 9 81,80 %
rata 4
2 Peserta didik yang mendapat skor rata – 2 18,20 %
rata 3
3 Peserta didik yang mendapat skor rata – - -
rata 2
4 Peserta didik yang mendapat skor rata – - -
rata 1

18
.

Skor rata – rata indikator berpikir kritis yang diperoleh peserta didik pada siklus 3
berdasarkan tabel 2.5 terlihat jumlah peserta didik yang memperoleh skor 4 sebanyak 9
anak, yang memperoleh skor 3 sebanyak 2 anak dan yang memperoleh skor di bawah 3
tidak ada. Sehingga dalam siklus ke 3 jumlah peserta didik yang berpikir kritis dengan
indikator menguasai konsep dengan benar, menjawab dengan benar dengan disertai alasan
yang tepat, mampu mengaitkan konsep dengan peristiwa di lingkungan sekitar dan
penggunaan bahasa yang tepat lebih banyak dibandingkan dengan peserta didik yang
kurang menguasai konsep, menjawab tidak disertai alasan dan tidak mampu mengaitkan
konsep dengan peristiwa di sekitar. Untuk menjelaskan perolehan skor rata – rata indikator
berpikir kritis peserta didik pada siklus 3 disajikan secara rinci melalui diagram 2.3 berikut
10
9
8
Jumlah Peserta didik

7
6
5
4
3
2
1
0
skor 4 skor 3 skor 2 skor 1
Skor

Diagram 4. 3. Distribusi frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis pada siklus 3
Hasil skor rata – rata indikator beripikir kritis peserta didik pada siklus 3
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Dalam pembelajaran ketiga sebanyak 9 peserta
didik atau 81,80 % memperoleh skor 4 dan 2 peserta didik atau 18,20 % memperoleh skor
3 serta tidak ada peserta didik yang memperoleh skor di bawah 3. Jumlah skor rata – rata
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran ketiga mengalami kenaikan
menjadi 3,82 yang berada di tingkat tinggi.
Peningkatan berpikir kritis peserta didik pada siklus 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini

19
Tabel 4.6 Peningkatan frekuensi skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik
kelas 5 SD Muhammadiyah (plus) kota Salatiga pada siklus 1,2 dan 3.
siklus 1 siklus 2 siklus 3
No Indikator
frekuensi persentase frekuensi persentase frekuensi persentase
perolehan
1 skor 4 4 36,40% 6 54,50% 9 81,80%
perolehan
2 skor 3 4 36,40% 3 27,30% 2 18,20%
perolehan
3 skor 2 3 27,30% 2 18,20% - -
perolehan
4 skor 1 - - - - - -
Berdasarkan tabel 4.6 terilhat perolehan skor rata – rata indikator berpikir kritis
peserta didik kelas 5 SD Muhammadiyah plus Salatiga mengalami kenaikan mulai siklus ke
2 dan ke 3. Jumlah peserta didik yang memperoleh skor 4 pada siklus 1 sebanyak 4 anak
kemudian naik menajdi 6 anak pada siklus 2 dan 9 anak pada siklus 3. Kenaikan skor rata –
rata indikator berpikir kritis dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,10 % dan kenaikan skor rata
– rata indikator berpikir kritis dari siklus 2 ke siklus 3 sebesar 27,30 %. Untuk menjelaskan
besarnya kenaikan perolehan skor rata – rata indikator berpikir kritis peserta didik pada
siklus 1, 2 dan 3 disajikan secara rinci melalaui diagram 2.4 berikut

siklus 1 siklus 2 siklus 3

20
9
18
16
JUMLAH PESERTA DIDIK

14
12
10 6
2
8
3
6
2
0
4 4 4
3
2
0 0
skor 1 skor 2 skor 3 skor 4
SKOR

Diagram 4.4. Perbandingan Skor Rata - Rata Indikator Berpikir Kritis pada Praktik
Pembelajaran 1, 2 dan 3

Berdasarkan diagram 4.4 diatas terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis peserta
didik pada siklus 1,2 dan 3 mengalami kenaikan. Kenaikan kemampuan berpikir kritis
peserta didik ini juga diikuti dengan kenaikan hasil belajar peserta didik seperti
ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut

20
Tabel 4.7. Distribusi rata – rata skor , skor tertinggi dan skor terendah hasil belajar peserta didik
kelas 5 SD Muhammadiyah (plus) Salatiga pada siklus 1,2 dan 3.
siklus 1 siklus 2 siklus 3

Rata - rata Skor 73,9 81,6 90,13

Skor tertinggi 82,86 100 100

Skor terendah 60 61,67 73,57

Hasil belajar dari peserta didik kelas 5 SD Muhammadiyah (plus) Kota Salatiga
berdasarkan tabel 4.7 terlihat mengalami kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 3.
Rata – rata skor yang diperoleh pada siklus 1 sebesar 73,9 kemudian pada siklus 2 naik
menjadi 81,6 dan naik menjadi 90,13 pada siklus 3. Hal ini menunjukkan terjadinya
perubahan berpikir kritis peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peserta
didik lebih mampu menguasai konsep secara keseluruhan dan jawaban yang disampaikan
tepat dengan disertai alasan jelas dan benar.
Skor terendah pada siklus 1, 2 dan 3 masih di bawah KKM yang sudah ditetapkan.
Dimana KKM yang ditetapkan sebesar ≤ 80. Walaupun skor terendah yang diperoleh
masih di bawah KKM hingga siklus ke 3, dalam proses pembelajan siklus 1, 2 dan 3 terjadi
kenaikan skor terendah mulai dari 60, naik menjadi 61,67 dan naik menjadi 73,57.
Untuk menjelaskan besarnya kenaikan skor rata – rata, nilai tertinggi dan nilai
terendah pada siklus 1, 2 dan 3 disajikan secara rinci melalui diagram 4.5 berikut

120

100
rata - rata skor, skor tertinggi dan skor

80

60
terensah

40

20

0
siklus 1 siklus 2 siklus 3
Axis Title

Rata - rata Skor nilai tertinggi nilai terendah

Diagram 2. 5. Distribusi rata – rata skor , skor tertinggi dan skor terendah hasil belajar peserta
didik kelas 5 siklus 1,2 dan 3.

21
Pada diagram 2.5 diatas, menunjukkan rata – rata skor hasil belajar pada
pembelajaran 1, 2 dan 3 mengalami kenaikan. Rata – rata skor pada pembelajaran 1 sebesar
73,9 dan naik menjadi 90,13 pada pembelajaran ke 3. Pada pembelajaran ke 3 sebanyak 9
peserta didik atau 81,8 % peserta didik memperoleh skor lebih besar atau sama dengan 80.
Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat disimpulkan bahwa siklus ke 3 sudah tuntas karena
berada pada rentang 80 % ≤ P ≤ 90 % dalam kategori baik.
Adanya kenaikan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik membuktikan bahwa
upaya peningkatan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran kelas 5 tema 8
lingkungan sahabat kita dapat diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning.

22
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak 3 kali di kelas
5 SD Muhammadiyah (plus) Salatiga dilakukan secara daring pada PPL 1, 2 dan 3 maka
didapatkan kesimpulan bahwa pembelajaran yang dikemas dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dan pendekatan saintifik dapat meningkatkan proses berpikir kritis dan
hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan berdasarkan skor penilaian berpikir kritis
peserta didik selama proses pembelajaran di PPL 1, 2 dan 3 terjadi peningkatan. Pada PPL
1 hanya empat peserta didik atau 36, 4 % yang menjawab dengan tepat, konsep juga tepat
dan disertai alasan yang jelas di PPL 2 naik menjadi 6 peserta didik 54, 5 %. Kemudian di
PPL 3 meningkat menjadi 9 peserta didik atau 81,80 % yang menguasai konsep, menjawab
dengan tepat dan disertai penjelasan yang benar.
Hasil belajar peserta didik merupakan akumulasi skor pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dalam praktik pembelajaran ini terjadi kenaikan hasil belajar peserta didik.
Pada praktik pembelajaran pertama rata – rata skor sebesar 73,9 dan naik menjadi 81,06
pada pembelajaran kedua kemudian naik menjadi 90,13 pada pembelajaran ke 3.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan dari kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas yang sudah dilaksanakan, disampaikan saran dan tindak lanjut berikut ini:
1. Saran
a. Bagi Guru
1) Menyiapkan sarana prasarana yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran
daring
2) Menggunakan metode pembelajaran yang tepat tentunya memancing peserta didik
untuk berfikir kritis
3) Menyiapkan konten power point yang menarik
4) Menyiapkan video pembelajaran yang menarik
5) Menggunakan media pembelajaran yang nyata dan menarik juga terkini.
6) Menyiapkan pembelajaran dengan ice breaking supaya siswa lebih semangat dalam
pembelajaran
7) Selalu memotivasi siswa ketika masuk dan selesai pembelajaran, serta selalu
mengingatkan prokes.

23
b. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan pihak sekolah untuk merekomendasikan kepada guru
untuk menerapkan Model problem based learning dalam proses pembelajaran.
Disarankan juga kepada pihak sekolah untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga akan
meningkatakan mutu dan kualitas sekolah.
c. Tindak Lanjut
a. Model Problem Based Learning terbukti meningkatkan hasil belajar siswa,
dengan demikian model pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif
perbaikan pembelajaran di kelas dalam berbagai materi pelajaran, sehingga
diharapkan berdampak positif bagi peningkatan kualitas sekolah.
b. Dilakukan penelitian tindakan kelas lanjutan untuk meneliti model
pembelajaran lainnya dalam upaya meningkatkan berpikir kritis dan hasil
belajar peserta didik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta

Ennis, R.H. (2013). The Nature of critical thinking: Outlines of general critical thinking dispositions
and abilities. (Online). Tersedia di http://www.criticalthinking. net/longdefinition.html.

Hamalik, Oemar.2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi


Aksara.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Johnson, E. B. (2002). Contextual teaching and learning :what it is and why it is here to stay.
London:Routledge Falmer.

Krulik, S. & Rudnick, J.A. 1999). Innovative Task to improve Critical and Creative Thinking Skills.
Reston: National Council of Teachers of Mathematics.

Nurkancana dan Sumantana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Savery, J.R. (2006). Overview of problem based learning: definitions and distinctions. The
Interdiciplinary Journal of Problem-based Learning. Vol. 1, No. 1.

Sonmez, D. and Lee, H. (2003). Problem-based learning in science. ERIC DIGEST. May.
http://www.ericse.org.

Sukardi D. K. 1983. Analisis Inventuri Minat dan Kepribadian. Jakarta : Rineka Cipta

Torp, L. and Sage, S. (2002). Problems as Possibilities: Problem-based Learning for K-16 Education.
Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Zubaidah, S., Corebima, A.D., & Mistianah. (2015). Asesmen Berpikir Kritis Terintegrasi Tes Essay.
Prosiding Simposium on Biology Education, Jurusan Biologi FKIP Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, 4-5 April 2015.

25
Lampiran Daftar Hadir

26
27
Foto pelaksanaan

28
29

Anda mungkin juga menyukai