PTFI telah menerima Keputusan Menteri Negara PT Freeport Indonesia has received the Decree of
Lingkungan Hidup Nomor 431 Tahun 2008 tentang State Minister of Environment No. 431 year 2008
Persyaratan Pengelolaan Tailing PTFI di Daerah concerning the Conditions for Tailings Management
Pengendapan Ajkwa yang Dimodifikasi (ModADA) yang of PTFI at Modified Ajkwa Deposition Area (ModADA)
diterbitkan tanggal 14 Juli 2008 sesuai dengan surat issued on July 14, 2008 in accordance with the letter
Kementerian Negara Lingkungan Hidup of the Ministry of Environment Number.
B-5205/Dep.II/LH/07/2008 tertanggal 15 Juli 2008. B-5205/Dep.II/LH/07 / 2008 dated July 15, 2008.
Di dalam keputusan tersebut terdapat 25 persyaratan yang In this Decree, there are 25 requirements that must
wajib dilakukan dan dilaporkan pelaksanaannya oleh PTFI be conducted and reported on a regular basis by
secara berkala. Ringkasan hasil penerapan keseluruhan PTFI. Summary results of the overall implementation
persyaratan selama periode 2016 adalah sebagai berikut: of the requirements during the period 2016 are as
follows:
Jumlah tailing yang dihasilkan dari pabrik Pengolahan Bijih Number of tailings generated from the mill during this
selama periode ini kisaran tertinggi adalah 220.034 ton/hari period for the highest range is 220.034 tons / day
dengan rerata produksi tailing adalah 160.503 ton/hari atau with average 160.503 tons/day or lower than the
lebih kecil dari yang dipersyaratkan yaitu maksimum required maximum of 291,000 tons /day.
291.000 ton/hari.
PTFI melalui surat No. 115/OPD/KLH/II/2013 tertanggal 11 PTFI through the letter no. 115/OPD/KLH/II/2013
Februari 2013 yang dikirimkan kepada Menteri Negara that was sent to the State Minister of Environment
Lingkungan Hidup menyampaikan penghentian dated February 11, 2013 conveyed the
pengambilan sampel harian pada titik pemantauan Kelapa discontinuation of daily sampling at Pandan Lima and
Lima dan Pandan Lima, berdasarkan pertimbangan- Kelapa Lima based on following considerations:
pertimbangan sebagai berikut:
1) Kajian Program Peningkatan Retensi Tailing PTFI yang 1) PTFI Tailings Retention Study conducted by
dilakukan Ecostar-ITB menyimpulkan bahwa stasiun Ecostar PTFI-ITB concluded that Pandan Lima and
Pandan Lima dan Kelapa Lima berada di dalam daerah Kelapa Lima located in the active area (Zone 3)
aktif pengendapan (Zona 3) sehingga tidak tepat untuk therefore it is not appropriate to be used as
dijadikan sebagai titik penaatan. Penjelasan ini monitoring points. This explanation was delivered by
disampaikan oleh pakar ITB dalam pertemuan dengan the ITB experts in the meeting with the Ministry of
Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 10 Agustus Environment on August 10th, 2010 and the meeting
2010 dan pertemuan tanggal 5 November 2012. held on November 5th, 2012.
2) Seiring dengan pergerakan aliran sheet flow ke Selatan, 2) Along with the sheet flow to the South, Pandan
stasiun Pandan Lima dan Kelapa Lima tidak lagi menjadi Lima and Kelapa Lima stations will not become a
aliran yang definitif. Akses ke lokasi Pandan Lima definitive flow in near future. Access to this location is
sekarang sulit dicapai dan akses menuju Kelapa Lima currently difficult to achieve and not secure.
merupakan daerah kerja yang tidak aman karena sering
terjadinya penembakan.
3) Dokumen AMDAL 300K PTFI, sudah memprediksi 3) PTFI AMDAL 300K document has predicted that
bahwa berdasarkan pemodelan sedimen di Daerah based on sediment modelling in Ajkwa Deposition
Pengendapan Ajkwa, sekitar 50% tailing akan melimpas ke Area, approximately 50% of tailings will runoff to the
daerah estuari (dokumen ANDAL, Bab. 5.2.2.16.1, estuary (AMDAL document, Chapter 5.2.2.16.1, page
halaman 5-69). Sampai saat ini tingkat retensi tailing di 5-69). At this moment, tailings retention levels in
dalam ModADA sekitar 77,6 % Disamping itu, seperti ModADA is around 77.6%. As predicted, the TSS will
diprakirakan sebelumnya, TSS akan meningkat seiring increase as ore crushing level more refined for
dengan semakin halusnya tingkat penggerusan bijih untuk optimization and mineral recovery at the mill.
optimalisasi dan perolehan mineral di pabrik pengolahan
bijih.
i
Hal diatas telah disampaikan kembali melalui surat PTFI The above concern was resubmitted through PTFI’s
No. 1847/Env/Gov/VI/2013 tertanggal 25 Juni 2013, dan letter No. 1847/Env/Gov/VI/2013 dated June 25th,
juga telah dinyatakan dalam Berita Acara Pengawasan 2013, as well as stated in the Minutes of Monitoring
Terpadu terhadap kegiatan pertambangan PTFI yang Results conducted by the Directorate General of
dilakukan oleh petugas Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral & Coal on March 19th – 24th, 2013 in line with
Mineral dan Batubara pada tanggal 19-24 Maret 2013, the integrated inspection on mining activities; The
Berita Acara Pemantauan hasil kunjungan kerja petugas Official Report of Monitoring Inspection conducted
BAPESDALH Papua pada tanggal 14-17 Agustus 2013 by team of BAPESDALH Papua on August 14th-
terkait Pelaksanaan Keputusan Menteri Negara 17th, 2013 on the implementation of KepMenLH No.
Lingkungan Hidup No. 431/ 2008, dan Berita Acara 431 Year 2008 and the Official Report of Monitoring
Pengawasan dan Pemantauan yang dilaksanakan oleh Inspection conducted by the Ministry of Environment
petugas dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal on November 29th, 2013.
29 November 2013.
Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014 In accordance with the Government Regulation
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Number 101 Year 2014 regarding the Management
Beracun, khususnya pada Pasal 254 ayat 2, PTFI of Hazardous and Toxic Wastes and refers to the
diwajibkan untuk menyesuaikan persyaratan pengelolaan article 254, paragraph 2, PTFI is required to adjust
tailing yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara the requirements for tailings management as
Lingkungan Hidup Nomor 431 Tahun 2008 tentang stipulated in the Decree of the Minister of
Persyaratan Pengelolaan Tailing PT Freeport Indonesia di Environment No. 431 Year 2008 regarding the
Daerah Pengendapan Ajkwa atau Modified Ajkwa Requirements for Tailings Management of PT
Deposistion Area (ModADA). Freeport Indonesia in Ajkwa Deposition or Modified
Sebagai tindak-lanjut atas terbitnya PP tersebut, PTFI telah Ajkwa Deposition Area (ModADA). As a follow-up on
mengajukan permohonan izin penimbunan limbah tailing the issuance of that regulation, PT Freeport
kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia has applied for tailing storage permit to the
melalui surati PTFI Nomor 2216/ENV/Gov/IV/2015 pada Ministry of Environment and Forestry (MoEF)
bulan April 2015 guna merevisi KepMenLH No. 431/2008. through PTFI’s letter No. 2216 / Env /Gov/ IV/2015 in
April 2015 to revise KepMenLH No. 431 Year 2008.
PTFI juga telah mengirimkan surat Nomor PTFI sent a letter to the Director General of Solid and
2241/Env/Gov/VI/2015 tertanggal 18 Juni 2015 tentang B3 Wastes Management of MoEF through PTFI’s
Pengelolaan Tailing PT Freeport Indonesia dan bertemu letter number 2241/Env/Gov/VI/ 2015 dated June 18,
dengan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah 2015 on PTFI’s Tailings Management and met with
dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan the Director General on July 9, 2015. To date PTFI
pada tanggal 9 Juli 2015. Saat ini PTFI dan KLHK masih and MoEF remain continue to have detail technical
terus melakukan diskusi teknis mendalam untuk discussions for the completion of the revision of
penyempurnaan revisi Keputusan Menteri Lingkungan KepMenLH No. 431 Year 2008.
Hidup No. 431/2008 tersebut.
In September 2015, as requested by PROPER team
Pada bulan September 2015, untuk memenuhi permintaan of MoEF, PTFI delivered a presentation on the
tim PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dan monitoring results of Kelapa Lima and Pandan Lima
Kehutanan, PTFI menyerahkan hasil pemantauan Kelapa compliance points for July 2014 to June 2015,
Lima dan Pandan Lima untuk periode pemantauan Juli despite PTFI believes that monitoring results for both
2014 hingga Juni 2015 meskipun PTFI meyakini bahwa compliance tailings is not representative.
hasil pemantauan di kedua lokasi titik penaatan tailing
tersebut tidak representatif. At the end of December 2015, MoEF adviced PTFI to
reactivate compliance points at Kelapa Lima and
Pada akhir bulan Desember 2015, KLHK meminta PTFI Pandan Lima through MoEF letter No. S-4110 /
untuk mengaktifkan kembali titik penaatan Kelapa Lima PSLB3-PKPLB3 / 2015 dated December 31, 2015.
dan Pandan Lima sesuai surat KLHK nomor S-
4110/PSLB3-PKPLB3/2015 tanggal 31 Desember 2015.
ii
Pada bulan Oktober 2016, hasil audit PROPER tahun 2016 In October 2016, as the result of PROPER audit,
meminta PTFI semaksimal mungkin untuk mengaktifkan PTFI was asked to reactivate the locations of
kembali lokasi pengambilan sampel Pandan Lima dan sampling at Kelapa Lima and Pandan Lima to
Kelapa Lima untuk mengelola dan mengumpulkan sampel manage and collect samples daily from both locations
setiap hari dari kedua lokasi sesuai persyaratan as required in the KepMenLH No. 431/2008. The
KepMenLH No. 431/2008. Pekerjaan tersebut sedang work is currently in progress and scheduled for
dalam proses pengerjaan dan direncanakan akan selesai completion in the first quarter of 2017. While the work
pada triwulan pertama 2017. Selama pekerjaan in progress and before both locations are ready for
berlangsung serta sebelum kedua lokasi tersebut siap sampling, PTFI will perform sampling to the nearest
untuk dilakukan pengambilan sampel, maka PTFI akan location of Pandan Lima and Kelapa Lima and it was
melakukan pengambilan sampel di lokasi terdekat dari informed to MoEF through PTFI’s letter No. 2304 /
Pandan Lima dan Kelapa Lima sebagaimana yang telah Env / Gov / I / 2016 dated January 25th, 2016.
disampaikan ke KLHK melalui surat PTFI No.
2304/Env/Gov/I/2016 tertanggal 25 Januari 2016
Hasil pemantauan di titik penaatan Kelapa Lima The monitoring results at compliance point of Kelapa
menunjukkan nilai yang masih memenuhi baku mutu yang Lima showed the value remain met the required
dipersyaratkan yakni dengan nilai pH berkisar antara 7,31 - standards. pH values from 7.31 - 7.82, TSS (50%)
7,82, TSS (50%) berkisar 43,1 – 8.663 mg/L. Kandungan from 43.1 - 8,663 mg/L. Dissolved metals: Silver (Ag)
logam terlarut: Silver (Ag) <0,001, Arsen (As) berkisar <0.001, Arsenic (As) from <0.002 - 0.006 mg/L,
<0,002 - 0,006 mg/L, Kadmium (Cd) berkisar <0,0002 - Cadmium from (Cd) from <0.0002 - 0.001 mg/L,
0,001 mg/L, Tembaga (Cu) berkisar <0,001- 0,025 mg/L, Copper (Cu) from <0.001 - 0.025 mg/L, Mercury (Hg)
Raksa (Hg) <0,0003 mg/L, Nikel (Ni) berkisar <0,001- <0.0003 mg/L, Nickel (Ni) from <0.001- 0.005 mg/L,
0,005 mg/L, Timbal (Pb) berkisar <0,002 -0,003 mg/L, Lead (Pb) from <0,002 – 0.003 mg/L, Selenium (Se)
Selenium (Se) berkisar <0,002 - 0,007 mg/L dan seng (Zn) from <0,002 – 0.007 mg/L and zinc (Zn) from 0.007 -
berkisar 0,007- 0,054 mg/L 0.054 mg L.
Sedangkan hasil analisa di titik penaatan Pandan Lima While the monitoring results at compliance point of
menunjukkan nilai yang masih memenuhi baku mutu yang Pandan Lima showed the value remain met the
dipersyaratkan yakni dengan nilai pH berkisar antara 7,08 required standards. pH values from 7.08 to 7.86,
- 7,86, TSS (50%) berkisar 1.720 – 7.145 mg/L. TSS (50%) from 1,720 - 7,145 mg/L. Dissolved
Kandungan logam terlarut: Silver (Ag) <0,001, Arsen (As) metals: Silver (Ag) <0.001, Arsenic (As) from <0.002
berkisar <0,002 - 0,007 mg/L, Kadmium berkisar (Cd) - 0.007 mg/L, Cadmium (Cd) <0.0002 – 0.0007 mg/L,
<0,0002 – 0,0007 mg/L, Tembaga (Cu) berkisar <0,001 - Copper (Cu) from <0.001 - 0.012 mg/L, Mercury (Hg)
0,012 mg/L, Raksa (Hg) <0,0003 mg/L, Nikel (Ni) berkisar <0.0003 mg/L, Nickel (Ni) from <0.001- 0.004 mg/L,
<0,001 – 0,004 mg/L, Timbal (Pb) berkisar <0,002 -0,002 Lead (Pb )from <0,002 – 0.002 mg/L, Selenium (Se)
mg/L, Selenium (Se) <0,002 mg/L dan Seng (Zn) berkisar <0,002 mg/L and Zinc (Zn) from 0.003 - 0.018 mg/L
0,003 - 0,018 mg/L.
Pemantauan penaatan di perairan laut pada lokasi MCP-1 Monitoring of compliance points at MCP-1 (offshore
(offshore Ajkwa), MCP-2 (offshore Tipuka), dan MCP-3 Ajkwa), MCP-2 (offshore Tipuka), and MCP-3
(offshore Minajerwi) dengan parameter pH, TSS, (offshore Minajerwi) with parameters of pH, TSS,
kekeruhan dan logam terlarut (Arsen, Kadmium, Kromium, turbidity and dissolved metals (Arsenic, Cadmium,
Tembaga, Merkuri, Nikel, Timbal dan Seng) pada periode Chromium, Copper, Mercury, Nickel, Lead and Zinc)
ini telah dilakukan. Hasil analisis menunjukkan nilai yang was conducted. Analysis results showed that the
masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai pH values remain met the required standard. pH value
berkisar antara 8,04 - 8,50 untuk nilai TSS <3 - 20 mg/L from 8.04 – 8.50 for TSS <3 -20 mg/L and turbidity
dan kekeruhan <0,05 – 0,37 NTU. Kandungan logam from <0.05 - 0.37 NTU. Dissolved metal contents:
terlarut: Arsen (As) <0,010 mg/L, Kadmium (Cd) <0,0003 Arsen (As) <0.010 mg/L, Cadmium (Cd) <0.0003
mg/L, Kromium (Cr) berkisar antara <0,002 – 0,004 mg/L, mg/L, Chromium (Cr) ranged from <0.002 – 0.004
Tembaga (Cu) berkisar antara <0,0003 – 0,0027 mg/L, mg/L, Copper (Cu) ranged from <0.0003 – 0.0027
Raksa (Hg) <0,0003 mg/L, Nikel (Ni) berkisar antara mg/L, Mercury (Hg) <0,0003 mg/L, Nickel (Ni) ranged
<0,0003 – 0,0004 mg/L, Timbal (Pb) berkisar antara from <0.0003 – 0.0004 mg/L, Lead (Pb) ranged from
<0,0007 - 0,0014 mg/L dan Seng (Zn) berkisar antara <0.0007 – 0.0014 mg/L and Zinc (Zn) ranged from
0,0017 - 0,0192 mg/L. 0.0017 – 0.0192 mg/L.
iii
Pemantauan TSS di Mill dilakukan dengan pendekatan Monitoring of TSS at the Mill is conducted by Mass
Mass Balance. Pemantauan kontinu di titik pantau S125 Balance approached. Continuous monitoring at West
(Otomona Barat) tidak dapat dilakukan karena faktor Otomona (S125) was not conducted due to security
keamanan dan berdasarkan hasil studi hidrolika sungai issues and based on hydraulics river study it is
disimpulkan bahwa konsentrasi pada lokasi ini sangat kecil concluded that the concentration at this location is
(1%). Untuk pemantauan kontinu di titik pemantauan di #57 slightly (1%). Continuous monitoring at monitoring
(Sungai Wanagon), S130 (Jembatan Otomona), Kelapa point #57 (Wanagon river), S130 (Otomona bridge),
Lima dan Pandan Lima tidak dapat dilakukan karena alat Kelapa Lima and Pandan Lima are discontinued
pemantauan kontinu tertimbun lumpur akibat sedimentasi since the continuous equipment monitoring has
atau rusak akibat banjir. Pemantauan dilakukan secara buried by mud due to the sedimentation/ broken by
manual. the flood, therefore the monitoring was conducted
manually.
Hasil Pemantauan TSS, debit dan pH harian secara Monitoring results at monitoring point #57 the range
manual di titik pemantauan #57 menunjukkan TSS harian of TSS from 1.11– 1524.6 g/L with average 22.2 g/L,
pada kisaran 1,11 - 524,6 g/L dengan rerata 22,2 g/L, debit discharge from 2.80 – 44.0 m3/s with average 9.60
antara 2,80 – 44,0 m3/detik dengan rerata 9,60 m3/detik m3/s and pH from 7.20 – 8.44. While at monitoring
dan kisaran pH 7,20 – 8,44. Sedangkan di titik pemantauan point S130 (Otomona Bridge) showed the range of
S130 (Jembatan Otomona) menunjukkan TSS pada TSS from 6.23 – 58.9 g/L with average 22.3 g/L,
kisaran 6,23 – 58,9 g/L dengan rerata 22,3 g/L, debit discharge from 22.0 - 365 m3/s with average 91.9
berkisar antara 22,0 - 365 m3/detik dengan rerata 91,9 m3/s and pH from 7.03 – 8.18.
m3/detik. Untuk pH berkisar antara 7,03 – 8,18.
Pemantauan kualitas air tanah periode 2016 telah Monitoring of groundwater during the year 2016 was
dilakukan dan hasil menunjukkan bahwa semua parameter conducted and the results showed that all parameters
telah memenuhi persyaratan dalam lampiran II Peraturan met the required standard of the Minister of Health
Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat- Regulation No. 416 of 1990 regarding the
syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Requirement and Water Quality Control, Appendix II.
Pemantauan biota avertebrata muara pada periode ini Monitoring of estuarine invertebrate by trawl was
dengan metode jaring pukat telah dilakukan. Hasil conducted in 2016. The monitoring results showed
pemantauan menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi that the highest number of species was found in
dijumpai di Muara Otakwa pada stasiun EM870 (16 jenis) Otakwa EM870 (16) and the lowest was found in
dan terendah dijumpai di Muara Ajkwa pada stasiun Ajkwa EM274 (5 ). The highest number of individuals
EM274 (5 ekor). Jumlah individu tertinggi dijumpai di was found in Otakwa EM871 (357) and the lowest
Muara Otakwa pada stasiun EM871 (357 individu) dan was found in Mawati EM773 (13). The highest
iv
terendah dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773 biomass was found in Otakwa EM871 (2.21 kg) and
(13 individu). Biomasa tertinggi dijumpai di Muara Otakwa the lowest was found in Tipuka EM275 (0.15 kg).
pada stasiun EM871 (2,21 kg) dan terendah dijumpai di The highest dominance index was found in Tipuka
Muara Tipuka pada stasiun EM275 (0,15 kg). Indeks EM275 (0.58) and the lowest was found in Mawati
dominansi tertinggi dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM773 (0.11). The highest diversity index was found
EM275 (0,58) dan terendah dijumpai di Muara Mawati in Mawati EM773 (2.25) and the lowest was found in
pada stasiun EM773 (0,11). Indeks keragaman tertinggi Tipuka EM275 (1.02).
dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773 (2,25) dan
terendah dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275
(1,02).
Pemantauan fauna ikan muara dengan menggunakan Monitoring of estuarine fisheries by gillnetting was
metode jaring insang pada periode ini juga telah dilakukan. conducted in 2016. The monitoring results showed
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa jumlah jenis that the highest number of species was found in
tertinggi dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM770 (28 Mawati EM770 (28) and the lowest was found in
jenis) dan terendah di Muara Otakwa pada stasiun EM870 Otakwa EM870 (18). The highest number of
(18 jenis). Jumlah individu tertinggi dijumpai di Muara individuals was found in Ajkwa EM274 (244) and the
Ajkwa pada stasiun EM274 (244 individu) dan terendah di lowest was found in Tipuka EM275 (79). The highest
Muara Tipuka pada stasiun EM275 (79 individu). biomass was found in Ajkwa EM274 (123.2 kg) and
Biomasa tertinggi dijumpai di Muara Ajkwa pada stasiun lowest was found in Tipuka on EM275 (33.6 kg). The
EM274 (123,2 kg) dan terendah di Muara Tipuka pada highest dominance index was found in Otakwa
stasiun EM275 (33,6 kg). Indeks dominansi tertinggi EM870 (0.27) and the lowest was found in Mawati
dijumpai di Muara Otakwa pada stasiun EM870 (0,27) dan EM770 (0.10). The highest species diversity index
terendah di Muara Mawati pada lokasi EM770 (0,10). was found in Mawati EM770 (2.66) and the lowest
Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di Muara Mawati was found in Otakwa EM870 (1,82).
pada stasiun EM770 (2,66) dan terendah di Muara Otakwa
pada stasiun EM870 (1,82).
Pemantauan ikan laut dangkal dengan menggunakan Monitoring of shallow marine fisheries by trawl was
jaring pukat pada periode ini telah dilakukan. Hasil conducted in this period. The monitoring results
pemantauan menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi showed that the highest number of species was
dijumpai di lau dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun found in shallow marine of Ajkwa A1 (34) and the
A1 (34 jenis) dan terendah di depan Muara Tipuka pada lowes was found t in Tipuka T5 (17 ). The highest
stasiun T5 (17 jenis). Jumlah individu tertinggi dijumpai di number of individuals was found in shallow marine of
laut dangkal depan Muara Mawati pada stasiun MA1 (597 Mawati MA1 (597) and the lowest was found in
individu) dan terendah di depan Muara Tipuka pada TipukaT5 (175). The highest biomass was found in
stasiun T5 (175 individu). Biomasa tertinggi dijumpai di laut shallow marine of Mawati MA1 (37.3 kg) and lowest
dangkal depan Muara Mawati pada stasiun Ma1 (37,3 Kg) was found Tipuka T5 (3.02 Kg). The highest
dan terendah di depan Muara Tipuka pada stasiun T5 dominance index was found in shallow marine of
(3,02 Kg). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut Minajerwi MI1 (0.17) and the lowest was found in
dangkal depan Muara Minajerwi pada stasiun Mi1 (0,17) Kamora K1 (0.10). The highest species diversity
dan terendah di depan Muara Kamora pada lokasi K1 index was found in shallow marine of Kamora K1 and
(0,10). Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di laut Ajkwa A1 (0.90 of each) and the lowest was found in
dangkal depan Muara Kamora dan Ajkwa pada stasiun K1 Minajerwi MI1 (0.83).
dan A1 (masing-masing 0,90) dan terendah depan Muara
Minajerwi pada stasiun Mi1 (0,83).
Pemantauan avertebrata laut dangkal dengan jaring pukat Monitoring of shallow marine invertebrate by trawl
telah dilakukan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa was conducted. The monitoring results showed that
jumlah jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara the highest number of species found was found in
Kamora pada stasiun K1 (17 jenis) dan terendah di depan shallow marine of Kamora K1 (17) and the lowest
Muara Otakwa pada stasiun Ot5 (3 jenis). Jumlah individu was found in Otakwa OT5 (3 ). The highest number
tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Kamora of individuals was found in shallow marine of
pada stasiun K1 (139 individu) dan terendah di depan Kamora K1 (139) and the lowest was found in
Muara Minajerwi dan Otakwa pada stasiun Mi1 dan Ot5 Minajerwi M1 and Otakwa OT5 ( 8 of each). The
v
(masing-masing 8 individu). Biomasa tertinggi dijumpai di highest biomass was found in shallow marine of
laut dangkal depan Muara Kamora pada stasiun K1 (2.679 Kamora K1 (2,679 g) and the lowest was found in
gr) dan terendah di depan Muara Otakwa pada stasiun Ot5 Otakwa OT5 (21.1 g). The highest dominance index
(21,1 gr). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut was found in shallow marine of Tipuka T5 (0.55) and
dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,55) dan the lowest was found in Kamora K1 (0.15). The
terendah di depan Muara Kamora pada lokasi K1 (0,15). highest species diversity index was found in shallow
Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal marine of Kamora K1 (0.85) and the lowest was
depan Muara Kamora pada stasiun K1 (0,85) dan terendah found in Tipuka T5 (0,47).
di depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,47).
Pemantauan plankton muara (Phytoplankton dan Monitoring of estuarine plankton (Phytoplankton and
Zooplankton) pada tahun 2016 telah dilakukan. Zooplankton) for 2016 was conducted. The
Hasil pemantauan Phytoplankton muara menunjukkan monitoring results of estuarine Phytoplankton showed
bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di Muara Tipuka pada that the highest number of species was found in
stasiun EM275 (14 jenis), dan terendah dijumpai di muara Tipuka EM275 (14), and the lowest was found
Kamora pada stasiun EM332 (5 jenis). Kepadatan tertinggi Kamora EM332 (5). The highest density was found
dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275 (8.410 x 103 in Tipuka EM275 (8410 x 103 cell/m3) and the lowest
cell/m3) dan terendah dijumpai di Muara Kamora pada was found in Kamora EM332 (110 x 103 cell/ m3).
stasiun EM332 (110 x 103 cell/m3). Indeks dominansi The highest dominance index was found in Tipuka
tertinggi dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275 EM275 (0.80) and the lowest was found in Kamora
(0,80) dan terendah dijumpai di Muara Kamora pada EM330 (0.11). The highest diversity index was found
stasiun EM330 (0,11). Indeks keragaman tertinggi dijumpai in Kamora EM330 (0.89) and the lowest was found in
di Muara Kamora pada stasiun EM330 (0,89) dan terendah Tipuka EM275 (0.20).
dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275 (0,20).
Sedangkan hasil pemantauan Zooplankton muara While the monitoring results of estuarine Zooplankton
menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di showed that the highest number of species was
Muara Mawati dan Otakwa pada stasiun EM770 dan found in Mawati EM770 and Otakwa EM871 ( 31 of
EM871 (masing-masing 31 jenis) dan terendah dijumpai di each) and the lowest was found in Minajerwi EM430
Muara Minajerwi pada stasiun EM430 dan EM432 (masing- and EM432 (9 of each).The highest density was
masing 9 jenis). Kepadatan tertinggi dijumpai di Muara found in Otakwa EM871 (57.7 x 103 cell/m3) and the
Otakwa pada stasiun EM871 (57,7 x 103 cell/m3) dan lowest was found in Minajerwi EM432 (0.63 x 103 cell/
terendah dijumpai di Muara Minajerwi pada stasiun EM432 m3). The highest dominance index was found in
(0,63 x 103 cell/m3). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di Mawati EM773 (0.41) and the lowest was found in
Muara Mawati pada stasiun EM773 (0,41) dan terendah Minajerwi EM432 (0.19). The highest diversity index
dijumpai di Muara Minajerwi pada stasiun EM432 (0,19). was found in Minajerwi EM432 (0.81) and the lowest
Indeks keragaman tertinggi dijumpai di Muara Minajerwi was found in Mawati EM773 (0.59).
pada stasiun EM432 (0,81) dan terendah dijumpai di
Muara Mawati pada stasiun EM773 (0,59).
Pemantauan plankton laut dangkal (Phytoplankton dan Monitoring of shallow marine plankton (Phytoplankton
Zooplankton) telah dilaksanakan pada periode ini. Hasil and Zooplankton) was conducted at this period. The
pemantauan Phytoplankton menunjukkan bahwa jumlah monitoring results of Phytoplankton showed that the
jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara highest number of species was found in shallow
Minajerwi pada stasiun Mi1 (16 jenis), dan terendah marine of Minajerwi MI1 (16 species), and the
dijumpai di depan Muara Otakwa pada Ot5 (10 jenis). lowest was found in Otakwa OT5 (10). The highest
Kepadatan tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara density was found in shallow marine of Ajkwa A1 (13
Ajkwa stasiun A1 (13.375 x 103 cell/m3) dan terendah 375 x 103 cell/m3) and the lowest was found in
dijumpai di depan Muara Otakwa pada stasiun Ot5 (700 x Otakwa OT5 (700 x 103 cell/m3). The highest
103 cell/m3). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut dominance index was found in shallow marine of
dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun A1 (0,50) dan Ajkwa A1 (0.50) and the lowest was found in Otakwa
terendah dijumpai di depan Muara Otakwa stasiun Ot5 OT5 (0.15). The highest diversity index was found in
(0,15). Indeks keragaman tertinggi dijumpai di laut dangkal shallow marine of Otakwa OT5 (0.85) and the lowest
depan Muara Otakwa stasiun Ot5 (0,85) dan terendah was found in Ajkwa A1 (0.50).
dijumpai di depan Muara Ajkwa pada stasiun A1 (0,50).
vi
Sedangkan hasil pemantauan Zooplankton laut dangkal While the monitoring results of shallow marine
menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di laut Zooplankton showed that the highest number of
dangkal depan Muara Mawati pada stasiun Ma1 (37 jenis) species was found in shallow marine of Mawati MA1
dan terendah dijumpai di depan Muara Ajkwa pada stasiun (37) and the lowest was found in Ajkwa A1 (24). The
A1 (24 jenis). Kepadatan tertinggi dijumpai di laut dangkal highest density was found in shallow marine of
depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (78,88 x 103 cell/m3) Tipuka T5 (78.88 x 103 cell/m3) and the lowest was
dan terendah dijumpai di depan Muara Ajkwa pada stasiun found in Ajkwa A1 (25.63 x 103 cell/m3). The highest
A1 (25,63 x 103 cell/m3). Indeks dominansi tertinggi dominance index was found in shallow marine of
dijumpai di laut dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun Tipuka T5 (0.22) and the lowest was found in
T5 (0,22) dan terendah dijumpai di depan Muara Minajerwi Minajerwi MI1 (0.14). The highest diversity index was
pada stasiun Mi1 (0,14). Indeks keragaman tertinggi found in shallow marine of Minajerwi MI1 (0.86) and
dijumpai di laut dangkal depan Muara Minajerwi pada the lowest was found in Tipuka T5 (0.78).
stasiun Mi1 (0,86) dan terendah dijumpai di depan Muara
Tipuka pada stasiun T5 (0,78).
Kegiatan pemantauan kandungan logam yang Monitoring of metal content fisheries meat for 2016
terakumulasi dalam daging ikan tahun 2016 telah was conducted. The monitoring results is still being
dilakukan. Hasil pemantauan masih dalam proses analisis analyzed and will be reported in the first quarter 2017
dan akan dilaporkan pada triwulan pertama 2017
Pemantauan Indeks Risiko terhadap Biota Akuatik terus Monitoring of Risk Index for aquatic biota is
dilakukan, diantaranya : continued. Including as follow :
Kegiatan uji sedimen bioassay (LOE1) terhadap biota The activity of sediment bioassay test (LOE1) on the
Mellita sp telah dilakukan pada triwulan keempat 2016. Uji biota Mellita sp was conducted in the forth quarter
ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak tailing terhadap 2016. The testing purposes to evaluate the impact of
kelolosan hidup biota yang hidup pada sedimen dimuara. tailings on the survival biota that living in the estuary
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata kelolosan sediment. The test results showed that the average
hidup Ampipoda (Melita sp) pada sedimen uji dari Muara survival of Ampipoda (Melita sp) from Muara Ajkwa
Ajkwa sebesar 63,3 %, sedimen kontrol dari muara was 63.3%, while for sediment control of Kamora
Kamora sebesar 80% sedangkan dari lokasi referensi estuary was 80% and from the reference location
sebesar 86,1%. Tingkat laju lolos hidup Mellita sp untuk was 86.1%. The survival rate of Mellita sp sediment
sedimen dari Muara Ajkwa menunjukan nilai yang lebih from Ajkwa estuary showed lower than the sediment
rendah dibandingkan dengan sedimen dari lokasi kontrol from control location and reference (Kamora Estuary
dan referensi (Muara Kamora dan Pulau Kamora). and Kamora Island).
Prosedur EMPA (EPA, 1994) telah membagi tiga kategori Procedure of EMPA (EPA, 1994) has set three
sedimen dari tingkat kelolosan hidup suatu organisme. sediment categories of survival rate organism.
Kondisi sedimen dikategorikan ‘Baik’ atau ‘Toksisitas Sediment conditions are categorized as ‘Good’ or
Rendah’ apabila laju kelolosan hidup organisme ≥ 80%. ‘Low Toxicity’ if the survival rate organisms is ≥ 80%.
Kondisi sedimen dengan kategori ‘Sedang’ apabila laju Sediment conditions categorized as ‘Fair’ if the
kelolosan hidup organisme 60% - 80%. Kondisi sedimen survival rate organisms is 60% - 80% while sediment
dengan kategori “Tidak Baik” apabila laju kelolosan hidup conditions categorized as "Not Good" if survival rate
organisme ≤ 60%. Sesuai kriteria tersebut diatas, maka organisms is ≤ 60%. In accordance to the criteria
hasil uji sedimen bioasay terhadap biota Mellita sp. tahun mentioned above, the test results of bioassay
2016 termasuk dalam kategori ‘Sedang’. sediment on the biota Mellita sp. for 2016 concluded
as fair category.
vii
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN 1
2. PERSYARATAN 2
i
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Produksi Tailing Kering (ton/hari) yang Dihasilkan Selama Periode 2010 -
2016 ................................................................................................................. 8
Gambar 2. TSS Sungai Ajkwa yang Dialihkan Periode 2005 – 2016 ................................... 9
Gambar 3. Arsenik Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016 ......... 11
Gambar 4. Tembaga Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016 ...... 11
Gambar 6. Seng Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016 ............. 12
Gambar 6. Nilai pH di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun 2011
Sampai 2016 .................................................................................................. 13
Gambar 7. Kekeruhan di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun 2011
Sampai 2016 .................................................................................................. 14
Gambar 8. Tembaga Terlarut di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun
2011 Sampai 2016.......................................................................................... 14
Gambar 9. Diagram Alir Buangan Tailing dari Pabrik Pengolahan Bijih MP74................... 15
Gambar 10. Pemasangan Alat Ukur pH Meter Kontinyu di Drop Box 13 (Tailings Outfall) .. 15
Gambar 11. pH Kontinyu yang Terbaca Selama Periode 2010 - 2016 ................................ 16
Gambar 12. Lokasi Pemantauan di Sungai Wanagon (#57) dan Pengambilan Contoh
Kualitas Air ..................................................................................................... 16
Gambar 13. Hasil Pengukuran Debit Air di Titik Pemantauan #57 Secara Manual Periode
Tahun 2011 - 2016 ......................................................................................... 17
Gambar 14. Hasil Pengukuran pH di Titik Pemantauan #57 Secara Manual Periode
Tahun 2011 - 2016 ......................................................................................... 17
Gambar 15. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Titik Jembatan Otomona (S130)
Periode Tahun 2011 – 2016............................................................................ 18
Gambar 16. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Jembatan Otomona (S130) Periode
Tahun 2011 - 2016 ......................................................................................... 19
Gambar 17. Pengambilan Contoh Air dan Pengukuran Debit di Titik Pantau Jembatan
Otomona (S130) ............................................................................................. 19
Gambar 18. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Pandan Lima hingga Tahun 2016 ........ 20
Gambar 19. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Pantau Pandan Lima hingga Tahun
2016 ............................................................................................................... 20
Gambar 20. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Kelapa Lima hingga Tahun 2016 ......... 21
Gambar 21. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Pantau Kelapa Lima hingga Tahun
2016 ............................................................................................................... 21
Gambar 22. TSS Harian di Lokasi Titik Pantau #57 Periode Tahun 2011 - 2016 ............... 22
Gambar 23. TSS Harian di Lokasi Titik Pantau Jembatan Otomona (S130) Periode
Tahun 2011 - 2016 ......................................................................................... 22
Gambar 24. TSS Harian (50% aktual) di Pandan Lima hingga Tahun 2016 ........................ 23
Gambar 25. TSS Harian (50% aktual) di Kelapa Lima hingga Tahun 2016 ......................... 24
Gambar 26. Nilai pH Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun 2016 .. 24
Gambar 27. Nilai Sulfat Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun
2016 ............................................................................................................... 25
ii
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Gambar 28. Nilai TDS Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun
2016 ............................................................................................................... 25
Gambar 29. Hasil Pemantauan Dinamika Endapan dan Perubahannya pada Penampang
Melintang MA110 ........................................................................................... 27
Gambar 30. Hasil Pemantauan Perubahan Penampang Melintang Tanggul Menggunakan
Data Lidar 2015 dan 2016 .............................................................................. 27
Gambar 31. Kegiatan Pemantauan Bentang Alam Secara Manual, Pengambilan Contoh
di ModADA dan Profil Melintang Seri 41. ........................................................ 28
Gambar 32. Hasil Program MA Seri ke 40 (April – Juli 2016) .............................................. 29
Gambar 33. Komposisi Famili Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan Biomasa (Kanan)
Fauna Makro-Avertebrata (Kelompok Crustacea) Tahun 2016 ....................... 31
Gambar 34. Komposisi Famili Avertebrata Muara Berdasarkan Jumlah Individu (kiri) dan
Biomasa (kanan) dengan Metode Jaring Pukat pada Tahun 2016 .................. 33
Gambar 35. Komposisi Famili Ikan Muara Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan
Biomasa (Kanan) dengan Metode Jaring Insang Tahun 2016......................... 34
Gambar 36. Komposisi Famili Ikan Laut Dangkal Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan
Biomasa (Kanan) dengan Metode Jaring Pukat Tahun 2016 .......................... 35
Gambar 37. Komposisi Famili Fauna Avertebrata Laut Dangkal Berdasarkan Jumlah
Individu (Kiri) dan Biomasa (Kanan) dengan Metode Jaring Pukat pada
Tahun 2016 .................................................................................................... 36
Gambar 38. Komposisi Famili Berdasarkan Densitas/Kepadatan Biota Phytoplankton
(Kanan) dan Zooplankton (Kiri) Tahun 2016 ................................................... 38
Gambar 39. Komposisi Famili Berdasarkan Densitas/Kepadatan Biota Phytoplankton
(Kanan) dan Zooplankton (Kiri) Laut Dangkal Tahun 2016 ............................. 40
Gambar 40. Proses Uji Sedimen Bioassay Menggunakan Ampipoda Melita sp. ................. 46
Gambar 41. Sebaran Data Laju Kelolosan Hidup (Survival Rate) dari Organisme Uji
Melita sp ......................................................................................................... 47
Gambar 42. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel (kiri) dan Kandungan Bahan Organik
(kanan) dalam Sedimen Uji. ............................................................................ 47
iii
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 431 Tahun
2008 dan Status Penaatannya .............................................................................. 2
Tabel 2. Hasil Pemantauan Kualitas Air di Titik Penaatan Kelapa Lima dan Pandan Lima
Tahun 2016 ......................................................................................................... 12
Tabel 3. Hasil Pemantauan Kualitas Air di Titik Penaatan Perairan Laut Tahun 2016 ....... 13
Tabel 4. Hasil Pemantauan TSS Harian Manual di #57, Otomona Barat (S125) dan
Jembatan Otomona (S130) Tahun 2016 ............................................................. 23
Tabel 5. Hasil Pemantauan Air Sumur di Daerah Timika Tahun 2016 ............................... 25
Tabel 6. Pengumpulan Data MA Series Tahun 2016......................................................... 28
Tabel 7. Ringkasan Hasil Pemantauan Makro Avertebrata (Crustacea) Bakau Tahun
2016 .................................................................................................................... 30
Tabel 8. Ringkasan Hasil Pemantauan Avertebrata Muara dengan Jaring Pukat Tahun
2016 .................................................................................................................... 32
Tabel 9. Ringkasan Hasil Pemantauan Ikan Muara dengan Metode Jaring Insang
Tahun 2016 ......................................................................................................... 33
Tabel 10. Ringkasan Hasil Pemantauan Ikan Laut Dangkal Tahun 2016. ........................... 35
Tabel 11. Ringkasan Hasil Pemantauan Fauna Avertebrata Laut Dangkal dengan
Metode Jaring Pukat Tahun 2016. .................................................................... 36
Tabel 12. Ringkasan Hasil Pemantauan Phytoplankton Muara Tahun 2016 ....................... 37
Tabel 13. Ringkasan Hasil Pemantauan Zooplankton Muara Tahun 2016 .......................... 38
Tabel 14. Ringkasan Hasil Pemantauan Phytoplankton Laut Dangkal Tahun 2016 ............ 39
Tabel 15. Ringkasan Hasil Pemantauan Zooplankton Laut Dangkal Tahun 2016 ............... 39
Tabel 16. Ringkasan Uji Toksisitas Pada Ikan Blue Eyes pada November Tahun 2016 ...... 41
Tabel 17. Ringkasan Uji Toksisitas Pada Ikan Hardyhead pada Desember Tahun 2016 ... 41
Tabel 18. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Sungai Tahun
2016 .................................................................................................................... 43
Tabel 19. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Muara Tahun
2016 .................................................................................................................... 43
Tabel 20. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Lokasi Hutan
Mangrove Tahun 2016 ........................................................................................ 43
Tabel 21. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Kedalaman
Laut pada 2016 ................................................................................................... 44
Tabel 22. Ringkasan Pengujian Sedimen Bioassay Terhadap Biota Mellita Sp. Tahun
2016 .................................................................................................................... 46
iv
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
1. PENDAHULUAN
1
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
2. PERSYARATAN
Tabel 1. Persyaratan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 431 Tahun 2008
dan Status Penaatannya
2
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
3
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
4
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
5
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
6
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
7
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
400,000
Produksi Tailing Harian
Produksi Tailing (Ton/Hari)
350,000 Kep431
Rerata Produksi Tahunan
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 1. Produksi Tailing Kering (ton/hari) yang Dihasilkan Selama Periode 2010 - 2016
Mengacu kepada persyaratan jumlah tailing kering maksimum yang dihasilkan yaitu 291.000
ton/hari, data jumlah tailing kering maksimum yang dihasilkan Pabrik Pengolahan Bijih selama
periode tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah tailing yang dihasilkan berada di bawah batas
maksimum yang dipersyaratkan. Dalam hal ini PTFI sudah mentaati persyaratan Diktum
Keempat Butir 1.
8
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
ke sungai Ajkwa yang sudah dialihkan. Hal ini dibuktikan dengan nilai TSS air sungai Ajkwa
di IDL5 (outlet Sungai Ajkwa) setelah tailing dialihkan sejak Juni 2005 berkisar antara 3 –
1.670 mg/L dengan rerata 121 mg/L. Nilai TSS ini mempunyai kisaran yang serupa dengan
sungai-sungai lainnya di Kabupaten Mimika. Data TSS bisa dilihat pada Gambar 2.
2,000
1,600
TSS (mg/L)
1,200
800
400
0
Sep-06
Feb-07
Jul-07
Aug-09
Sep-11
Feb-12
Jul-12
Aug-14
Sep-16
Jun-05
Nov-05
Apr-06
Dec-07
May-08
Oct-08
Mar-09
Jan-10
Jun-10
Nov-10
Apr-11
Dec-12
May-13
Oct-13
Mar-14
Jan-15
Jun-15
Nov-15
Apr-16
Gambar 2. TSS Sungai Ajkwa yang Dialihkan Periode 2005 – 2016
9
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
10
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
maka PTFI akan melakukan pengambilan sampel di lokasi terdekat dari Pandan Lima dan
Kelapa Lima sebagaimana yang telah disampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui surat PTFI No. 2304/Env/Gov/I/2016 tertanggal 25 Januari 2016.
Berikut adalah grafik hasil pemantauan kualitas air di titik pantau Pandan Lima dan Kelapa
Lima untuk beberapa parameter seperti Arsenik, Tembaga dan Seng Terlarut hingga tahun
2016 dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan dalam KepMenLH No. 431 Tahun
2008. Secara umum, konsentrasi beberapa parameter logam terlarut lainnya yang terpantau
berada di bawah dan/atau dekat dengan limit deteksi analisis. Sedangkan untuk parameter
pH dan TSS disajikan dalam Sub Bab 4.2.4, 4.2.5 dan 4.4 pada laporan ini.
Gambar 3. Arsenik Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016
Gambar 4. Tembaga Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016
11
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Gambar 5. Seng Terlarut di Titik Penaatan Kualitas Tailing Periode 2011 – 2016
Hasil pemantauan kualitas air di titik pantau Pandan Lima dan Kelapa Lima selama tahun
2016 disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Pemantauan Kualitas Air di Titik Penaatan Kelapa Lima dan Pandan Lima
Tahun 2016
Kelapa Lima Pandan Lima KepMenLH No 431
Parameter Satuan
2016 2016 Tahun 2008
pH Lab 7,31 - 7,82 7,08 - 7,86 6-9
TSS (50%) mg/L 43,1 - 8.663 1.720 - 7.145 9.000
Logam Terlarut
Perak (Ag) mg/L <0,001 <0,001 0,01
Arsen (As) mg/L <0,002 - 0,006 <0,002 - 0,007 0,2
Kadmium (Cd) mg/L <0,0002 - 0,001 <0,0002 - 0,0007 0,09
Tembaga (Cu) mg/L <0,001 - 0,025 <0,001 - 0,012 1
Merkuri (Hg) mg/L <0,0003 <0,0003 0,003
Nikel (Ni) mg/L <0,001 - 0,005 <0,001 - 0,004 0,5
Timbal (Pb) mg/L <0,002 - 0,003 <0,002 - 0,002 0,1
Selenium (Se) mg/L <0,002 - 0,007 <0,002 0,05
Seng (Zn) mg/L 0,007 - 0,054 0,003 - 0,018 2
Berdasarkan data pada Tabel di atas, semua parameter fisika dan kimia yang terpantau pada
tahun 2016, baik non-logam dan logam terlarut di kedua titik penaatan (Pandan Lima dan
Kelapa Lima) masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam KepMenLH No. 431 Tahun
2008.
12
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
tercantum pada Lampiran III Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Pemantauan di tiga titik penaatan di perairan laut dilakukan
di lokasi MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 dengan parameter kunci yang relevan antara lain seperti
pH, TSS, Kekeruhan dan logam terlarut (Arsen, Kadmium, Kromium, Tembaga, Merkuri, Nikel,
Timbal dan Seng).
Contoh air laut diambil dari dasar perairan, kedalaman tengah dan permukaan yang kemudian
dilakukan komposit dari ketiga contoh tersebut. Hasil pemantauan selama tahun 2016 dari
triwulan pertama sampai keempat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Pemantauan Kualitas Air di Titik Penaatan Perairan Laut Tahun 2016
KepMenLH
Parameter Satuan MCP-1 MCP-2 MCP-3
No. 51/ 2004
pH Lab 7- 8,5 8,05 - 8,41 8,04 - 8,39 8,06 - 8,50
TSS mg/L 80 <3 - 18 <3 - 20 <3 - 11
Kekeruhan NTU <5 0,07 - 0,22 <0,05 - 0,37 0,08 - 0,33
Logam Terlarut
Arsen (As) mg/L 0,012 <0,010 <0,010 <0,010
Kadmium (Cd) mg/L 0,001 <0,0003 <0,0003 <0,0003
Kromium (Cr) mg/L 0,005 <0,002 - 0,003 <0,002 - 0,004 <0,002 - 0,004
Tembaga (Cu) mg/L 0,008 0,0006 - 0,0027 <0,0003 - 0,0023 0,0006 - 0,0014
Raksa (Hg) mg/L 0,001 <0,0003 <0,0003 <0,0003
Nikel (Ni) mg/L 0,008 <0,0003 - 0,0004 <0,0003 <0,0003
Timbal (Pb) mg/L 0,05 <0,0007 - 0,0014 <0,0007 - 0,0012 <0,0007 - 0,0012
Seng (Zn) mg/L 0,05 0,0051 - 0,0115 0,0046 - 0,0192 0,0017 - 0,0157
Hasil analisis seluruh parameter kunci seperti disajikan dalam tabel diatas telah memenuhi
baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
9.00
8.50
8.00
7.50
pH
7.00
6.50
6.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6. Nilai pH di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun 2011 Sampai
2016
13
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
6.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013 2014 2015 2016
MCP-1 MCP-2 MCP-3 KepMenLH:51/2004
Gambar 7. Kekeruhan di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun 2011
Sampai 2016
0.010
0.008
Diss. Cu (mg/L)
0.006
0.004
0.002
0.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 8. Tembaga Terlarut di Titik Penaatan Laut MCP-1, MCP-2 dan MCP-3 Tahun 2011
Sampai 2016
14
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
massa, dimana pihak KLH sudah menyepakatinya. Verifikasi lapangan oleh staf KLH
bersama-sama dengan tim dari ITB sudah dilaksanakan pada bulan Januari 2009.
Gambar 9. Diagram Alir Buangan Tailing dari Pabrik Pengolahan Bijih MP74
Gambar 10. Pemasangan Alat Ukur pH Meter Kontinyu di Drop Box 13 (Tailings Outfall)
15
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
14.00
12.00
10.00
pH
8.00
6.00
pH di Tailings Outfall
Rerata pH Tailing Tahunan
4.00
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Oct
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Jan
Jul
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
Apr
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 12. Lokasi Pemantauan di Sungai Wanagon (#57) dan Pengambilan Contoh Kualitas Air
16
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
45
Debit Harian
40 Debit Bulanan
Linear (Debit Bulanan)
35
Debit (m3/detik)
30
25
20
15
10
5
0
Oct
Oct
Jan
Jul
Sep
Jan
Jun
Aug
Jan
Jul
Sep
Jan
Jul
Jun
Aug
Jan
Jul
Sep
Mar
May
Nov
Apr
Nov
Mar
May
Nov
Mar
May
Dec
Apr
Nov
Mar
May
Nov
Feb
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 13. Hasil Pengukuran Debit Air di Titik Pemantauan #57 Secara Manual Periode
Tahun 2011 - 2016
9.50
pH Lab
pH Kecenderungan
9.00 -2SD
+2SD
8.50
pH Lab
8.00
7.50
7.00
6.50
Mar
Nov
Mar
Nov
Mar
Dec
Dec
Nov
Oct
Oct
Oct
Jan
Jun
Aug
Jan
Jul
Sep
Jan
Jun
Aug
Feb
Jul
Feb
Sep
Jan
Jul
Apr
May
May
Apr
May
Apr
May
Apr
Gambar 14. Hasil Pengukuran pH di Titik Pemantauan #57 Secara Manual Periode Tahun
2011 - 2016
Hasil pengukuran manual nilai TSS, debit dan pH harian di Titik Pantau #57 selama tahun
2016 bisa dilihat di Gambar 22, 13 dan 14. Kisaran nilai TSS harian yang terukur selama tahun
2016 adalah1,11 g/L hingga 524,6 g/L dengan rerata 22,2 g/L. Pada periode yang sama, nilai
debit harian yang terukur dari dua kali pengukuran (pagi dan sore) berkisar antara 2,80 hingga
44,0 m3/detik dengan rerata 9,60 m3/detik, sedangkan untuk pH berkisar antara 7,20 hingga
8,44.
17
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
350 Debit
Debit Bulanan
300 Linear (Debit Bulanan)
250
Debit (m3/detik)
200
150
100
50
0
Dec
Nov
Dec
Nov
Dec
Nov
Oct
Oct
Oct
Jan
Jul
Jul
Jun
Sep
Jan
Jul
Aug
Jul
Sep
Jun
Aug
Sep
Mar
May
Mar
Apr
Mar
May
Apr
May
Apr
Feb
Feb
Feb
Gambar 15. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Titik Jembatan Otomona (S130) Periode
Tahun 2011 – 2016
18
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
9.50 pH Lab
pH Kecenderungan
9.00 -2SD
+2SD
8.50
pH Lab
8.00
7.50
7.00
6.50
Oct
Mar
May
Dec
Mar
Mar
May
Nov
Mar
Apr
May
Nov
Dec
Mar
Apr
Nov
Jan
Jul
Sep
Feb
Aug
Jun
Sep
Jan
Jul
Sep
Jan
Jul
Aug
Sep
Jan
Jun
Jul
Aug
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 16. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Jembatan Otomona (S130) Periode Tahun
2011 - 2016
Gambar 17. Pengambilan Contoh Air dan Pengukuran Debit di Titik Pantau Jembatan
Otomona (S130)
Titik Pemantauan Pandan Lima berada pada koordinat 04o 48’ 43.57” dan 136o 57’ 21.30” BT.
Titik penaatan ini merupakan alur keluaran aliran air dari daerah pengendapan tailing
(ModADA) di bagian barat sebelum memasuki muara sungai Ajkwa. Seperti yang telah
diprediksi oleh tim pakar ITB, titik pantau Pandan Lima akan mengalami banyak perubahan
morfologi karena lokasi ini berada dalam daerah aktif pengendapan tailing, dimana sampai
akhir periode ini beberapa aliran baru telah terbentuk disekitar titik pantau akibat terjadinya
proses sedimentasi. Aliran yang terbentuk ada yang masih menuju ke titik pantau Pandan
Lima dan ada yang langsung keluar menuju muara.
Hasil pengukuran manual nilai debit harian, pH dan TSS harian di Titik Pantau Pandan Lima
selama 2016 bisa dilihat di Gambar 18, 19 dan 24. Kisaran nilai debit harian yang terukur
selama tahun 2016 berkisar antara 13,4 hingga 115 m3/detik dengan rerata 50,8 m3/detik.
19
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Pada periode yang sama, nilai pH berkisar antara 7,02 hingga 7,98, sedangkan 50% TSS
harian yang terukur antara 1,72 g/L hingga 7,14 g/L dengan rerata 4,05 g/L.
100
80
60
40
20
Oct
Jan
Jun
Aug
Jan
Jul
Sep
Jan
Jun
Sep
Jun
Aug
Jan
Jul
Sep
Jan
Jun
Sep
Mar
Nov
Mar
May
Nov
Mar
Dec
Apr
Dec
Mar
May
Nov
Mar
Apr
Nov
Feb
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 18. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Pandan Lima hingga Tahun 2016
9.00
Pandan Lima
pH Perubahan
8.50 +2SD
-2SD
8.00
pH
7.50
7.00
6.50
May
Nov
Nov
Mar
May
Nov
Dec
Mar
May
Nov
Dec
May
Oct
Jan
Feb
Jun
Jan
Sep
Feb
Jun
Aug
Sep
Feb
Jul
Aug
Sep
Jan
Feb
Jul
Sep
Apr
Apr
Apr
Apr
Gambar 19. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Pantau Pandan Lima hingga Tahun 2016
Titik Pemantauan Kelapa Lima berada pada koordinat 04o 47’ 58.27” LS dan 136o 59’ 46.55”
BT. Titik penaatan ini merupakan Alur keluaran aliran air dari daerah pengendapan tailing
(ModADA) di bagian timur sebelum memasuki muara sungai Ajkwa.
Telah banyak terjadi perubahan morfologi sungai dan pembentukan pulau (terjadinya proses
sedimentasi) di sekitar Kelapa Lima sejak awal tahun 2014, dimana proses ini juga
mempengaruhi tempat kegiatan monitoring di Kelapa Lima.
20
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
200
Debit Harian
Debit Bulanan
160 Linear (Debit Harian)
Debit (m3/s)
120
80
40
0 Oct
Oct
Oct
Mar
May
Nov
Mar
Dec
May
Dec
Mar
May
Dec
Apr
Nov
Mar
May
Nov
Jan
Aug
Jan
Jun
Aug
Feb
Aug
Jun
Aug
Feb
Jun
Jul
Sep
Jan
Jul
Sep
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 20. Hasil Pengukuran Manual Debit Air di Kelapa Lima hingga Tahun 2016
9.00
Kelapa Lima
pH Kecenderungan
8.50 +2SD
-2SD
8.00
pH
7.50
7.00
6.50
Oct
Sep
Aug
Sep
Jul
Aug
Sep
Jul
Sep
May
Nov
Nov
Apr
Mar
Apr
May
Nov
Dec
Mar
Apr
May
Nov
Dec
Apr
May
Jan
Feb
Jun
Jan
Feb
Jun
Feb
Jan
Feb
Gambar 21. Hasil Pengukuran Manual pH di Titik Pantau Kelapa Lima hingga Tahun
2016
Hasil pengukuran manual nilai debit harian, pH dan TSS harian di Titik Pantau Kelapa Lima
selama 2016 bisa dilihat di Gambar 20, 21 dan 25. Kisaran nilai debit harian yang terukur
selamatahun 2016 berkisar antara 0,002 hingga 59,4 m3/detik dengan rerata 12,6 m3/detik.
Pada periode yang sama, nilai pH berkisar antara 7,01 hingga 8,04, sedangkan 50% TSS
harian yang terukur antara 0,045 g/L hingga 8,66 g/L dengan rerata 2,64 g/L.
21
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
November dan Desember 2009 melalui surat PTFI ke KLH No. 1218/Env/Gov/X/2008
tertanggal 12 Oktober 2008.
250,000
TSS Harian
TSS Bulanan
200,000 Linear (TSS Bulanan)
TSS (mg/L)
150,000
100,000
50,000
0
Mar
May
Nov
Apr
Dec
May
Nov
Mar
Nov
Mar
May
Dec
Apr
Nov
Oct
Jan
Jul
Sep
Jan
Jun
Sep
Feb
Jul
Sep
Jan
Jun
Aug
Jan
Aug
Feb
Jul
Sep
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 22. TSS Harian di Lokasi Titik Pantau #57 Periode Tahun 2011 - 2016
100,000 TSS
TSS Bulanan
Linear (TSS Bulanan)
80,000
TSS (mg/L)
60,000
40,000
20,000
0
Oct
Jul
Jul
Mar
May
Dec
May
Nov
Apr
Nov
Mar
May
Nov
Mar
May
Nov
Dec
Apr
Nov
Dec
Jan
Aug
Sep
Feb
Jun
Aug
Jan
Sep
Jan
Sep
Feb
Jun
Aug
Gambar 23. TSS Harian di Lokasi Titik Pantau Jembatan Otomona (S130) Periode Tahun
2011 - 2016
22
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel 4. Hasil Pemantauan TSS Harian Manual di #57, Otomona Barat (S125) dan
Jembatan Otomona (S130) Tahun 2016
#57 22.338 39.807 65.429 38.928 15.406 7.257 16.627 10.168 12.465 16.671 8.862 11.954
S125 ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND
S130 32.098 27.236 31.300 21.945 23.742 20.543 21.519 24.533 20.094 13.922 16.044 14.565
Catatan: ND adalah tidak ada data karena alasan keamanan lokasi ini ditutup
Data pemantauan dari Titik Pantau S125 (sebelum pertemuan sungai Otomona Barat dan
Otomona Timur) tidak dapat dilaporkan karena sejak tanggal 15 Juli 2009, lokasi tersebut
ditutup karena alasan keamanan sampai waktu yang belum ditentukan.
Pemantauan untuk parameter logam di titik penaatan tailing di Pandan Lima dan Kelapa Lima
dilakukan sekali sebulan. Total Padatan Tersuspensi (TSS) dihitung berdasarkan
penjumlahan data TSS rata-rata harian dibagi jumlah hari dalam satu bulan dan angka
dihitung 50% dari hasil pengukuran aktual. Hasil pemantauan TSS selama periode 2016
disajikan pada Gambar 24 dan 25.
21,000
TSS Harian (50%)
18,000 TSS Bulanan (50%)
KepMen 431
15,000
mg/L
12,000
9,000
6,000
3,000
0
Oct
Jul
Jul
Jul
Mar
May
Nov
Apr
Nov
Mar
May
Mar
May
Nov
Mar
May
Nov
Mar
May
Nov
Jan
Aug
Jan
Jun
Aug
Jan
Aug
Jan
Sep
Jan
Sep
Jan
Sep
Gambar 24. TSS Harian (50% aktual) di Pandan Lima hingga Tahun 2016
23
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
21,000
TSS Harian (50%)
18,000 TSS Bulanan (50%)
KepMen 431
15,000
mg/L
12,000
9,000
6,000
3,000
0
Oct
Jul
Jul
Jul
Mar
May
Apr
Nov
Mar
Nov
Mar
May
Nov
Mar
May
Nov
Mar
Apr
Nov
Jan
Aug
Jan
Jun
Sep
Jan
Jun
Aug
Jan
Sep
Jan
Sep
Jan
Sep
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 25. TSS Harian (50% aktual) di Kelapa Lima hingga Tahun 2016
9.00
AP-1
TI-2
KK-3
8.50
8.00
pH
7.50
7.00
6.50
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Gambar 26. Nilai pH Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun 2016
24
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
15.00
AP-1
TI-2
KK-3
12.00
SO4 (mg/L)
9.00
6.00
3.00
0.00
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 27. Nilai Sulfat Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun 2016
300
AP-1
TI-2
250 KK-3
TDS (mg/L)
200
150
100
50
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 28. Nilai TDS Terukur di Sumur Pantau AP-1, TI-2 dan KK-3 hingga Tahun 2016
25
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Permenkes
Parameter Satuan AP-1 TI-2 KK-3 No. 416
Tahun 1990
Nitrat (N-NO3) mg/L 0,03 - 0,06 <0,01 0,03 - 0,16 10
Nitrit (N-NO2) mg/L <0,01 <0,01 <0,01 1
Sulfat mg/L 5,28 - 5,51 6,3 - 6,98 0,2 - 0,4 400
Tot. Sianida
mg/L <0,004 <0,004 <0,004 0,1
(CN)
Warna PtCo <3 <3 <3 50
Total Coli MPN/100mL <3,0 <3,0 <3,0 50
Logam Terlarut
Aluminium (Al) mg/L <0,005 <0,005 <0,005 --
Arsen (As) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 0,05
Barium (Ba) mg/L 0,0098 - 0,0108 0,0136 - 0,0186 0,0077 - 0,0094 --
Kalsium (Ca) mg/L 25,9 - 31,3 40,7 - 51,5 26,4 - 30 --
Kadmium (Cd) mg/L <0,0002 <0,0002 <0,0002 1
Kromium (Cr) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 0,05
Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 - 0,002 <0,001 --
Besi (Fe) mg/L 0,0009 - 0,0235 <0,0005 - 0,0024 <0,0005 - 0,0069 1
Raksa (Hg) mg/L <0,0003 <0,0003 <0,0003 0,001
Magnesium (Mg) mg/L 6,86 - 8,54 8,28 - 9,74 13,2 - 15,4 --
Mangan (Mn) mg/L 0,0019 - 0,0034 0,002 - 0,0022 <0,0002 - 0,0003 0,5
Nikel (Ni) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 --
Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 0,05
Selenium (Se) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 0,01
Seng (Zn) mg/L 0,002 - 0,005 <0,001 - 0,015 0,005 - 0,016 15
26
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Gambar 29. Hasil Pemantauan Dinamika Endapan dan Perubahannya pada Penampang
Melintang MA110
27
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Analisis data untuk survei potongan melintang terhadap ModADA untuk Seri 40 telah selesai,
sedangkan kegiatan pengambilan contoh Seri 41 telah selesai pada triwulan keempat 2016.
Gambar 31. Kegiatan Pemantauan Bentang Alam Secara Manual, Pengambilan Contoh di
ModADA dan Profil Melintang Seri 41.
28
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Catatan :
%S : % Total Sulfur
pH NAG : pH Net Acid Generation
NAPP : Net Acid Production Potential (CNV – MPA)
29
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel 7. Ringkasan Hasil Pemantauan Makro Avertebrata (Crustacea) Bakau Tahun 2016
Daerah Hutan Mangrove Daerah Kolonisasi Baru Mangrove
Parameter Ajkwa (Tailing) Kamora (Acuan) Pulau Ajkwa Pulau Waii
Ajk41 Kam1 Kam3 AIS1 AIS2 AIS3 AWI
Jumlah Jenis 16 18 15 8 6 7 8
Jumlah Individu 271 342 212 112 95 77 222
Jumlah Biomass (gr) 502 428 3.489 351 332 220 375
30
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di hutan bakau kamora pada
stasiun Kam1 (18 jenis), sedangkan terendah dijumpai di Pulau Ajkwa pada stasiun AIS2 (6
jenis). Jumlah individu tertinggi dijumpai di hutan bakau Kamora pada stasiun Kam1 (342
individu), sedangkan terendah dijumpai di Pulau Ajkwa pada stasiun AIS3 (77 individu).
Jumlah biomasa tertinggi dijumpai di hutan bakau Kamora pada stasiun Kam3 (3.489 gr),
sedangkan terendah dijumpai di Pulau Ajkwa pada stasiun AIS3 (220 gr). Indeks dominansi
tertinggi dijumpai di Pulau Ajkwa pada stasiun AIS2 (0,73) dan terendah dijumpai di hutan
bakau Ajkwa pada stasiun Ajk41 (0,16). Indeks keragaman tertinggi dijumpai di hutan bakau
Ajkwa pada stasiun Ajk41 (2,09) dan terendah dijumpai di Pulau Ajkwa pada stasiun AIS2
(0,62).
Komposisi famili hasil pemantauan makro avertebrata (Crustacea) bakau berdasarkan jumlah
individu dan biomasa disajikan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 33. Komposisi Famili Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan Biomasa (Kanan)
Fauna Makro-Avertebrata (Kelompok Crustacea) Tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa komposisi famili fauna makro avertebrata mangrove
(kelompok Crustacea) berdasarkan jumlah individu didominasi oleh famili Sesarmidae (Mud
Crab) yang kemudian diikuti oleh famili Alpheidae (Snapping Shrimp), Ocipodidae (Ghost
Crab) dan Thalassinidae (Mud Shrimp). Komposisi famili fauna makro avertebrata mangrove
(kelompok Crustacea) berdasarkan biomasa juga didominasi oleh famili Sesarmidae (Mud
Crab) yang kemudian diikuti oleh famili Alpheidae (Snapping Shrimp), Portunidae dan
Thalassinidae (Mud Shrimp).
Ringkasan hasil pemantauan fauna makro avertebrata dari kelompok Moluska akan
dilaporkan setelah hasil identifikasi oleh pihak ketiga telah diterima.
31
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel 8. Ringkasan Hasil Pemantauan Avertebrata Muara dengan Jaring Pukat Tahun
2016
Ajkwa Tipuka Kamora Minajerwi Mawati Otakwa
EM274
EM275
EM276
EM330
EM332
EM430
EM432
EM770
EM773
EM870
Parameter EM871
Jumlah Jenis 5 9 9 8 10 9 7 9 10 16 11
Jumlah Individu 27 109 34 81 67 106 48 22 13 206 357
Jumlah Biomassa (Kg) 0,23 0,15 0,28 0,48 0,18 0,85 0,60 0,20 0,16 1,93 2,21
Indeks Dominansi
0,32 0,58 0,17 0,24 0,23 0,19 0,21 0,19 0,11 0,29 0,37
Simpson (C)
Indeks Keragaman
1,29 1,02 1,94 1,64 1,71 1,84 1,69 1,89 2,25 1,70 1,33
Shannon-Weaver (H')
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di Muara Otakwa pada
stasiun EM870 (16 jenis) dan terendah dijumpai di Muara Ajkwa pada stasiun EM274 (5 ekor).
Jumlah individu tertinggi dijumpai di Muara Otakwa pada stasiun EM871 (357 individu) dan
terendah dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773 (13 individu). Biomasa tertinggi
dijumpai di Muara Otakwa pada stasiun EM871 (2,21 kg) dan terendah dijumpai di Muara
Tipuka pada stasiun EM275 (0,15 kg). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di Muara Tipuka
pada stasiun EM275 (0,58) dan terendah dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773
32
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
(0,11). Indeks keragaman tertinggi dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773 (2,25) dan
terendah dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275 (1,02).
Komposisi famili hasil pemantauan avertebrata muara berdasarkan jumlah individu dan
biomasa dengan menggunakan jaring pukat selama tahun 2016 disajikan pada Gambar
berikut.
Gambar 34. Komposisi Famili Avertebrata Muara Berdasarkan Jumlah Individu (kiri) dan
Biomasa (kanan) dengan Metode Jaring Pukat pada Tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa komposisi famili avertebrata muara berdasarkan jumlah
individu didominasi oleh famili Penaeidae (udang putih) diikuti oleh Echinodermata,
Sergestidae, Dorippidae dan Portunidae (kepiting). Komposisi famili avertebrata muara
berdasarkan biomasa didominasi oleh famili Penaeidae (udang putih) diikuti oleh Portunidae
(kepiting), Echinodermata, Dorippidae dan Squillidae.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Pemantauan Ikan Muara dengan Metode Jaring Insang Tahun
2016
Ajkwa Tipuka Kamora Minajerwi Mawati Otakwa
Parameter
EM274 EM275 EM330 EM430 EM770 EM870
Jumlah Jenis 23 23 26 24 28 18
Jumlah Individu 244 79 111 162 217 202
Jumlah Biomasa (kg) 123,2 33,6 36,0 104,7 122,2 104,2
Indeks Dominansi Simpson (C) 0,22 0,13 0,11 0,21 0,10 0,27
Indeks Keragaman Shannon -
2,12 2,48 2,65 2,13 2,66 1,82
Weaver (H')
33
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di Muara Mawati pada
stasiun EM770 (28 jenis) dan terendah di Muara Otakwa pada stasiun EM870 (18 jenis).
Jumlah individu tertinggi dijumpai di Muara Ajkwa pada stasiun EM274 (244 individu) dan
terendah di Muara Tipuka pada stasiun EM275 (79 individu).
Biomasa tertinggi dijumpai di Muara Ajkwa pada stasiun EM274 (123,2 kg) dan terendah di
Muara Tipuka pada stasiun EM275 (33,6 kg). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di Muara
Otakwa pada stasiun EM870 (0,27) dan terendah di Muara Mawati pada lokasi EM770 (0,10).
Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM770 (2,66) dan
terendah di Muara Otakwa pada stasiun EM870 (1,82).
Komposisi famili fauna ikan muara berdasarkan jumlah individu dan biomasa dengan
menggunakan metode jaring insang pada tahun 2016 disajikan pada Gambar berikut.
100% 100%
80% 80%
60%
Jumlah Individu
60%
Biomasa
40% 40%
20% 20%
0% 0%
EM274 EM275 EM330 EM430 EM770 EM870 EM274 EM275 EM330 EM430 EM770 EM870
Ariidae Sciaenidae Polynemidae
Drepanidae Scatophagidae Others Ariidae Sciaenidae Polynemidae
Gambar 35. Komposisi Famili Ikan Muara Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan Biomasa
(Kanan) dengan Metode Jaring Insang Tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa komposisi famili ikan muara berdasarkan jumlah individu
didominasi oleh famili Ariidae (sembilang) diikuti oleh Sciaenidae (kakap tawar), Polynemidae,
Drepanidae (samandar) dan Scatophagidae. Komposisi famili ikan muara berdasarkan
biomasa didominasi oleh famili Ariidae (sembilang) diikuti oleh Sciaenidae (kakap tawar),
Polynemidae, Lobotidae dan Muraenesocidae.
34
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel 10. Ringkasan Hasil Pemantauan Ikan Laut Dangkal Tahun 2016.
Ajkwa Kamora Mawati Minajerwi Otakwa Tipuka
Parameter
A1 K1 Ma1 Mi1 Ot5 T5
Jumlah Jenis 34 29 32 30 20 17
Jumlah Individu 548 538 597 562 281 175
Jumlah Biomasa (Kg) 17,88 13,48 37,33 11,92 14,44 3,02
Indeks Dominansi Simpson (C) 0,11 0,10 0,13 0,17 0,16 0,16
Indeks Keragaman Shannon -
0,90 0,90 0,87 0,83 0,84 0,84
Weaver (H')
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara
Ajkwa pada stasiun A1 (34 jenis) dan terendah di laut dangkal depan Muara Tipuka pada
stasiun T5 (17 jenis). Jumlah individu tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Mawati
pada stasiun Ma1 (597 individu) dan terendah di laut dangkal depan Muara Tipuka pada
stasiun T5 (175 individu). Biomasa tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Mawati
pada stasiun Ma1 (37,3 Kg) dan terendah di laut dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun
T5 (3,02 Kg). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Minajerwi pada
stasiun Mi1 (0,17) dan terendah di laut dangkal depan Muara Kamora pada lokasi K1 (0,10).
Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Kamora dan Ajkwa
pada stasiun K1 dan A1 (masing-masing 0,90) dan terendah di laut dangkal depan Muara
Minajerwi pada stasiun Mi1 (0,83).
Komposisi famili fauna ikan laut dangkal berdasarkan jumlah individu dan biomasa dengan
menggunakan metode jaring pukat pada tahun 2016 disajikan pada Gambar berikut.
Gambar 36. Komposisi Famili Ikan Laut Dangkal Berdasarkan Jumlah Individu (Kiri) dan
Biomasa (Kanan) dengan Metode Jaring Pukat Tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa komposisi famili ikan laut dangkal berdasarkan jumlah
individu didominasi oleh famili Leiognathidae diikuti oleh Sciaenidae, Mullidae, Engraulididae
dan Sillaginidae. Komposisi famili ikan laut dangkal berdasarkan biomasa didominasi oleh
Sciaenidae diikuti oleh Leiognathidae, Ariidae, Sillaginidae dan Gymnuridae.
35
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Ringkasan hasil pemantauan avertebrata laut dengan metode jaring pukat pada tahun 2016
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Pemantauan Fauna Avertebrata Laut Dangkal dengan Metode
Jaring Pukat Tahun 2016.
Ajkwa Kamora Mawati Minajerwi Otakwa Tipuka
Parameter
A1 K1 Ma1 Mi1 Ot5 T5
Jumlah Jenis 8 17 7 5 3 4
Jumlah Individu 67 139 27 8 8 22
Jumlah Biomasa (gr) 1.104 2.679 695 366 21,1 45,2
Indeks Dominansi Simpson (C) 0,39 0,15 0,26 0,31 0,34 0,55
Indeks Keragaman Simpson (SID) 0,62 0,85 0,76 0,79 0,75 0,47
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara
Kamora pada stasiun K1 (17 jenis) dan terendah di laut dangkal depan Muara Otakwa pada
stasiun Ot5 (3 jenis). Jumlah individu tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Kamora
pada stasiun K1 (139 individu) dan terendah di laut dangkal depan Muara Minajerwi dan
Otakwa pada stasiun Mi1 dan Ot5 (masing-masing 8 individu). Biomasa tertinggi dijumpai di
laut dangkal depan Muara Kamora pada stasiun K1 (2.679 gr) dan terendah di laut dangkal
depan Muara Otakwa pada stasiun Ot5 (21,1 gr). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut
dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,55) dan terendah di laut dangkal depan
Muara Kamora pada lokasi K1 (0,15). Indeks keragaman jenis tertinggi dijumpai di laut
dangkal depan Muara Kamora pada stasiun K1 (0,85) dan terendah di laut dangkal depan
Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,47).
Komposisi famili fauna avertebrata laut dangkal berdasarkan jumlah individu dan biomasa
dengan menggunakan metode jaring pukat (metode sweep area) pada tahun 2016 disajikan
pada Gambar berikut ini.
Gambar 37. Komposisi Famili Fauna Avertebrata Laut Dangkal Berdasarkan Jumlah Individu
(Kiri) dan Biomasa (Kanan) dengan Metode Jaring Pukat pada Tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa komposisi famili avertebrata laut dangkal berdasarkan
jumlah individu didominasi oleh famili Penaeidae (udang putih) diikuti oleh Squillidae,
Diogenidae, Portunidae (kepiting) dan Matutidae. Komposisi famili avertebrata laut dangkal
36
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
berdasarkan biomasa didominasi oleh Penaeidae (udang putih) diikuti oleh Portunidae
(kepiting), Squillidae, Diogenidae dan Decapoda.
Plankton Muara
Pengambilan contoh plankton muara tahun 2016 telah dilakukan di triwulan kedua dan
keempat tahun 2016. Ringkasan hasil pemantauan fauna plankton (Phytoplankton dan
Zooplankton) muara pada tahun 2016 disajikan pada Tabel di bawah ini.
EM275
EM276
EM330
EM332
EM430
EM432
EM770
EM773
EM870
EM871
EM281
Parameter
Jumlah Jenis 8 14 12 13 5 9 10 12 11 9 9 9
Jumlah Individu
1.180 8.410 5.300 440 110 1.330 2.770 2.490 5.495 4.835 1.685 570
x 103 (Cell/M3)
Indeks
0,28 0,80 0,67 0,11 0,26 0,45 0,78 0,31 0,76 0,59 0,39 0,30
dominansi (C)
Indeks
Keragaman 0,72 0,20 0,33 0,89 0,74 0,55 0,22 0,69 0,24 0,41 0,61 0,70
Simpson (SID)
Tabel Phytplankton muara di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di
Muara Tipuka pada stasiun EM275 (14 jenis), dan terendah dijumpai di muara Kamora pada
stasiun EM332 (5 jenis). Kepadatan (density) tertinggi dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun
EM275 (8.410 x 103 cell/m3) dan terendah dijumpai di Muara Kamora pada stasiun EM332
(110 x 103 cell/m3). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di Muara Tipuka pada stasiun EM275
(0,80) dan terendah dijumpai di Muara Kamora pada stasiun EM330 (0,11). Indeks keragaman
tertinggi dijumpai di Muara Kamora pada stasiun EM330 (0,89) dan terendah dijumpai di
Muara Tipuka pada stasiun EM275 (0,20).
37
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
EM274
EM275
EM276
EM330
EM332
EM430
EM432
EM770
EM773
EM870
EM871
EM281
Parameter
Jumlah Jenis 21 23 24 27 14 9 9 31 27 27 31 19
Jumlah Individu x
16,35 34,8 42,75 38,73 1,80 0,80 0,63 26,63 26,93 24,83 57,7 27,78
103 (Creature/m3)
Indeks dominansi
0,40 0,26 0,21 0,32 0,26 0,21 0,19 0,25 0,41 0,21 0,25 0,27
(C)
Indeks Keragaman
0,60 0,74 0,79 0,68 0,74 0,80 0,81 0,75 0,59 0,79 0,75 0,73
Simpson (SID)
Tabel Zooplankton di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di Muara
Mawati dan Otakwa pada stasiun EM770 dan EM871 (masing-masing 31 jenis) dan terendah
dijumpai di Muara Minajerwi pada stasiun EM430 dan EM432 (masing-masing 9 jenis).
Kepadatan (density) tertinggi dijumpai di Muara Otakwa pada stasiun EM871 (57,7 x 103
cell/m3) dan terendah dijumpai di Muara Minajerwi pada stasiun EM432 (0,63 x 103 cell/m3).
Indeks dominansi tertinggi dijumpai di Muara Mawati pada stasiun EM773 (0,41) dan terendah
dijumpai di Muara Minajerwi pada stasiun EM432 (0,19). Indeks keragaman tertinggi dijumpai
di Muara Minajerwi pada stasiun EM432 (0,81) dan terendah dijumpai di Muara Mawati pada
stasiun EM773 (0,59).
Komposisi famili hasil pemantauan plankton (Phytoplankton dan Zooplankton) muara
berdasarkan kepadatan (density) tahun 2016 disajikan pada Gambar di bawah ini.
38
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Plankton Laut
Pengambilan contoh plankton laut telah dilakukan pada triwulan kedua dan keempat tahun
2016. Lokasi pengambilan meliputi wilayah laut dangkal yang terhubung langsung dengan
enam muara yaitu Muara Ajkwa, Kamora, Mawati, Minajerwi, Otakwa dan Tipuka. Ringkasan
hasil pemantauan fauna plankton (Phytoplankton dan Zooplankton) laut dangkal pada tahun
2016 disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Pemantauan Phytoplankton Laut Dangkal Tahun 2016
Ajkwa Kamora Mawati Minajerwi Otakwa Tipuka
Parameter
A1 K1 Ma1 Mi1 Ot5 T5
Jumlah Jenis 15 12 12 16 10 15
Jumlah Individu x 103
13.375 2.090 3.890 3.515 700 7.565
(Creature/m3)
Indeks dominansi (C) 0,50 0,20 0,20 0,16 0,15 0,22
Indeks Keragaman Simpson (SID) 0,50 0,80 0,80 0,84 0,85 0,78
Tabel Phytplankton laut dangkal di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di
laut dangkal depan Muara Minajerwi pada stasiun Mi1 (16 jenis), dan terendah dijumpai di laut
dangkal depan Muara Otakwa pada stasiun Ot5 (10 jenis). Kepadatan (density) tertinggi
dijumpai di laut dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun A1 (13.375 x 103 creature/m3) dan
terendah dijumpai di laut dangkal depan Muara Otakwa pada stasiun Ot5 (700 x 103
creature/m3). Indeks dominansi tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Ajkwa pada
stasiun A1 (0,50) dan terendah dijumpai di laut dangkal depan Muara Otakwa pada stasiun
Ot5 (0,15). Indeks keragaman tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Otakwa pada
stasiun Ot5 (0,85) dan terendah dijumpai di laut dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun A1
(0,50).
Tabel 15. Ringkasan Hasil Pemantauan Zooplankton Laut Dangkal Tahun 2016
Ajkwa Kamora Mawati Minajerwi Otakwa Tipuka
Parameter
A1 K1 Ma1 Mi1 Ot5 T5
Jumlah Jenis 24 29 37 31 27 27
Jumlah Indivdu x 103 (Creature/m3) 25,63 67,30 46,98 44,18 28,43 78,88
Indeks dominansi (C) 0,21 0,19 0,18 0,14 0,18 0,22
Indeks Keragaman Simpson (SID) 0,79 0,81 0,82 0,86 0,82 0,78
Tabel Zooplankton laut dangkal di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi dijumpai di
laut dangkal depan Muara Mawati pada stasiun Ma1 (37 jenis) dan terendah dijumpai di laut
dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun A1 (24 jenis). Kepadatan (density) tertinggi dijumpai
di laut dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (78,88 x 103 creature/m3) dan terendah
dijumpai di laut dangkal depan Muara Ajkwa pada stasiun A1 (25,63 x 103 creature/m3). Indeks
dominansi tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,22) dan
terendah dijumpai di laut dangkal depan Muara Minajerwi pada stasiun Mi1 (0,14). Indeks
keragaman tertinggi dijumpai di laut dangkal depan Muara Minajerwi pada stasiun Mi1 (0,86)
dan terendah dijumpai di laut dangkal depan Muara Tipuka pada stasiun T5 (0,78).
Komposisi famili hasil pemantauan plankton (Phytoplankton dan Zooplankton) laut dangkal
berdasarkan kepadatan (density) tahun 2016 disajikan pada Gambar di bawah ini ini.
39
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Bentos Muara
Pemantauan bentos muara telah dilaksanakan pada triwulan keempat tahun 2016. Hasil
pemantauan bentos muara tahun 2016 belum dapat dilaporkan karena masih dalam proses
identifikasi oleh pihak ketiga di Jakarta.
Bentos Laut
Pemantauan bentos laut telah dilaksanakan pada triwulan ketiga tahun 2016. Hasil
pemantauan bentos laut belum dapat dilaporkan karena masih dalam proses identifikasi oleh
pihak ketiga di Jakarta.
40
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
pemantauan kandungan logam berat dalam fauna (ikan) tahun 2016 belum selesai di analisa
dan akan dilaporkan pada triwulan pertama tahun 2017.
4.7.7 Toksikologi
Kegiatan pemantauan toksisitas tailing terhadap biota perairan telah dilakukan pada tahun
2016. Metode yang digunakan adalah dengan bioassay test meliputi uji akut. Media yang
digunakan adalah air yang diambil dari aliran tailing di sungai Ajkwa pada stasiun S255 dan
muara Ajkwa pada stasiun EM270.
Biota uji yang digunakan terdiri dari ikan Blue eyes (Pseudomugil inconspicuus) untuk media
uji air muara, sedangkan ikan Hardyhead (Craterocephalus sp) digunakan untuk media uji air
sungai. Metode yang digunakan adalah uji akut (bioassay) selama 96 jam. Pemilihan ikan
sebagai biota uji adalah ikan yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap paparan bahan-bahan
berbahaya, untuk itu ikan yang diuji adalah ikan yang masih usia anakan (Juvenile). Untuk
mendapatkan standar dari sensitivitas biota uji maka dilakukan juga pengujian menggunakan
toksikan lain sebagai referensi yaitu larutan Tembaga Sulfat (CuSO4).
Ringkasan hasil uji toksisitas tailing terhadap biota perairan pada tahun 2016 disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 16. Ringkasan Uji Toksisitas Pada Ikan Blue Eyes pada November Tahun 2016
EM270 Tailings Estuarine Reference Toxicant (CuSO4)
Treatment Treatment
Survival (%) Survival (%)
% 24 48 72 96 mg/L 24 48 72 96
Kontrol** 100 100 100 100 Kontrol 100 100 95 95
6,25 100 100 95 95 0,5 100 100 100 100
12,5 100 95 95 95 1 100 100 95 95
25 100 100 100 100 2 67 52 52 52
50 100 100 100 100 4 14 5 5 5
100 100 100 100 100 8 14 5 5 5
Catatan : **Tes dapat diterima atau sah jika kelangsungan hidup > 90% dan kualitas
parameter air tetap dipertahankan dalam batas yang dapat diterima.
Tabel di atas menunjukan bahwa perlakuan dengan penambahan konsentrasi air dari muara
Ajkwa yang dialiri tailing, dengan konsentrasi berbeda (6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%)
menunjukan tidak adanya dampak akut terhadap anakan ikan uji (Blue eyes). Hal ini
ditunjukan dengan tingkat laju kehidupan (survival rate) dari anakan ikan uji lebih besar dari
50% seteleh pengujian akut selama 96 jam.
Tabel 17. Ringkasan Uji Toksisitas Pada Ikan Hardyhead pada Desember Tahun 2016
S255 Tailings River Reference Toxicant (CuSO4)
Treatment Treatment
Survival (%) Survival (%)
% 24 48 72 96 mg/L 24 48 72 96
Kontrol** 100 100 90 90 Kontrol 100 100 90 90
6,25 90 83 78 78 0,25 83 83 72 72
12,5 87 83 83 78 0,5 72 72 67 56
25 94 83 83 83 1 89 83 67 56
41
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel di atas menunjukan bahwa perlakuan dengan penambahan konsentrasi air dari sungai
Ajkwa yang dialiri tailing, dengan konsentrasi berbeda (6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%)
menunjukan tidak adanya dampak akut terhadap anakan ikan uji (Hardyhead). Hal ini
ditunjukan dengan tingkat laju kehidupan (survival rate) dari anakan ikan uji lebih besar dari
50% setelah pengujian akut selama 96 jam.
42
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Tabel 18. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Sungai Tahun 2016
Kandungan Logam Dalam Sedimen (Berat Kering mg/kg) Subtrat
Lokasi Sta. Periode
Ag Al As Cd Cu Fe Hg Pb Ni Se Zn MPS Jenis
Kamora Sem. 1 <1,00 9.480 4,2 1,1 14 23.700 0,063 12 8,9 0,29 43 63 Lumpur
S325
(Kontrol) Sem. 2 <1,00 45.000 6,0 0,69 14 28.400 0,069 9,3 11 1,8 50 58 Lumpur
Ajkwa Sem. 1 <1,00 14.400 4,2 1,4 130 33.200 0,037 15 14 0,76 57 25 Lumpur
S261
(Tailing) Sem. 2 <1,00 12.400 1,7 0,74 53 27.400 0,012 11 12 NA 43 58 Lumpur
Ajkwa Sem. 1 <1,00 8.760 22 2,8 744 29.800 <0,012 241 5,1 2,7 491 11 Lumpur
S265
(Tailing) Sem. 2 <1,00 6.870 25 3,5 768 41.100 <0,012 180 5,0 NA 660 47 Lumpur
Pasir
Minajerwi Sem. 1 <1,00 10.300 2,8 1,1 24 24.900 <0,012 6,9 13 0,16 40 356
Kasar
(Bekas S420
Pasir
Tailing) Sem. 2 <1,00 17.500 0,9 0,90 16 27.800 <0,012 7,2 16 NA 46 287
Kasar
Mawati Sem. 1 <1,00 8.650 4,0 0,98 7,9 24.100 0,012 10 10 0,29 43 103 Pasir
S760
(Kontrol) Sem. 2 < 1,00 14.000 7,1 1,2 20 29.300 0,028 14 14 2,4 61 25 Lumpur
Otakwa Sem. 1 <1,00 10.400 10 1,3 45 28.200 0,034 15 14 0,16 69 25 Lumpur
S860
(Kontrol) Sem. 2 < 1,00 10.500 13 1,3 33 29.100 0,029 15 18 4,8 89 56 Lumpur
Keterangan : NA, tidak ada data karena ada kerusakan pada AAS – Grafite Furnace
Tabel 19. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Muara Tahun 2016
Kandungan Logam Dalam Sedimen (Berat Kering mg/kg) Subtrat
Lokasi Sta. Periode
Ag Al As Cd Cu Fe Hg Pb Ni Se Zn MPS Jenis
Kamora Sem. 1 <1,00 9.180 3,0 0,89 13 20.500 0,048 8,6 8,3 0,27 39 35 Lumpur
EM330
(Kontrol) Sem. 2 <1,00 70.600 10 0,76 31 35.800 0,119 15 13 2,72 68 10 Lumpur
Tipuka Sem. 1 <1,00 11.800 14 1,8 438 34.200 0,026 93 8,8 1,19 216 13 Lumpur
(Bekas EM275
Tailing) Sem. 2 <1,00 14.800 10 1,3 272 32.400 0,012 64 12 NA 143 11 Lumpur
Ajkwa Sem. 1 <1,00 7.250 24 2,8 645 30.100 0,020 160 4,4 3,16 480 24 Lumpur
EM270
(Tailing) Sem. 2 <1,00 13.500 16 2,2 616 28.600 0,012 144 4,7 NA 439 17 Lumpur
Minajerwi Sem. 1 <1,00 16.400 14 1,9 344 36.900 0,019 67 13 1,46 187 12 Lumpur
(Bekas EM430
Tailing) Sem. 2 <1,00 29.000 10 1,5 326 38.400 0,014 66 13 NA 175 7 Lumpur
Mawati Sem. 1 <1,00 12.800 8,1 1,3 158 31.300 0,032 35 10 <0,02 92 9 Lumpur
EM770
(Kontrol) Sem. 2 <1,00 8.350 2,2 0,63 28 18.000 0,012 11 8,3 NA 43 140 Pasir
Otakwa Sem. 1 <1,00 14.300 9,0 1,4 18 34.700 0,016 17 15 0,16 65 6 Lumpur
EM870
(Kontrol) Sem. 2 <1,00 32.900 14 1,1 126 34.100 0,015 30 16 3,48 88 10 Lumpur
Keterangan : NA, tidak ada data karena ada kerusakan pada AAS – Grafite Furnace
Tabel 20. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Lokasi Hutan
Mangrove Tahun 2016
Jarak Kandungan Logam Dalam Sedimen (Berat Kering mg/kg) Subtrat
Lokasi Sta.
(m) Ag Al As Cd Cu Fe Hg Pb Ni Se Zn MPS Jenis
0 <1,00 16.400 22,4 2,08 759 37.300 0,020 144 6,74 2,14 362 10 Lumpur
AIS1 200 <1,00 11.600 19,8 1,81 752 36.400 0,019 139 6,10 1,19 297 11 Lumpur
Ajkwa 400 <1,00 10.100 20,1 2,07 729 33.000 0,019 133 5,55 1,83 377 13 Lumpur
Island
(Tailing) 0 <1,00 7.670 20,6 2,09 676 27.300 0,017 131 5,39 1,87 371 17 Lumpur
AIS2 200 <1,00 11.600 21,2 1,89 761 33.700 0,017 153 6,12 1,58 336 9 Lumpur
400 <1,00 12.000 19,0 1,90 697 37.100 0,014 117 5,66 1,54 310 10 Lumpur
43
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Waii 0 1,14 12.900 25,8 2,56 904 25.600 0,016 362 5,71 2,43 627 5 Lumpur
Island AWI 250 <1,00 11.500 18,0 1,85 763 33.500 0,013 182 5,65 1,79 327 6 Lumpur
(Tailing) 500 <1,00 14.200 18,6 2,14 894 40.800 0,013 208 6,08 2,00 374 6 Lumpur
0 <1,00 10.400 19,9 2,55 624 35.300 0,026 114 5,85 1,10 325 17 Lumpur
Ajkwa
AJK41 250 <1,00 29.000 17,6 2,00 695 36.700 0,019 73,9 7,73 0,45 182 13 Lumpur
(Tailing)
500 <1,00 27.000 22,7 2,24 746 33.500 0,028 143 8,27 0,51 267 10 Lumpur
0 <1,00 34.600 6,51 1,16 17,8 28.500 0,069 11,6 10,7 <0,16 50,8 19 Lumpur
Kam1 250 <1,00 13.000 4,23 1,04 16,0 22.000 0,076 12,3 9,68 0,28 44,4 26 Lumpur
500 <1,00 46.300 7,87 1,27 23,0 30.600 0,043 15,1 11,9 0,70 54,2 22 Lumpur
Kamora
(Kontrol) 0 <1,00 13.100 5,22 0,87 12,7 19.900 0,054 8,26 8,55 0,041 36,1 32 Lumpur
Pasir
Kam3 250 <1,00 7.690 1,51 0,63 3,21 15.300 0,033 2,87 7,13 <0,16 25,7 77
Halus
500 <1,00 37.600 7,81 1,27 23,5 30.300 0,031 11,5 11,6 1,18 54,5 21 Lumpur
Tabel 21. Hasil Analisis Konsentrasi Logam pada Sedimen di Beberapa Kedalaman Laut
pada 2016
Depth Kandungan Logam Dalam Sedimen (Berat Kering mg/Kg) Subtrat
Lokasi Sta.
(m) Ag Al As Cd Cu Fe Hg Pb Ni Se Zn MPS Jenis
CO1 5 <1,00 10.300 2,06 0,55 13,5 25.400 <0,012 11,8 9,45 NA 45,2 27 Lumpur
Lepas CO3 20 <1,00 15.300 2,90 0,67 12,6 32.500 <0,012 14,8 11,8 NA 52,7 12 Lumpur
Pantai
Kokonau CO4 40 <1,00 8.110 2,86 0,86 0,86 34.100 <0,012 7,48 10,5 NA 51,0 349 Pasir Kasar
OC26 35 <1,00 8.980 1,86 0,74 1,59 35.200 <0,012 6,59 9,90 NA 48,6 139 Pasir
Lepas AT1 5 <1,00 10.300 3,37 0,69 12,0 23.800 0,050 12,0 10,1 NA 46,4 27 Lumpur
Pantai AT3 20 <1,00 20.800 3,11 0,72 22,0 30.200 0,023 16,9 12,3 NA 57,7 9 Lumpur
Atuka AT4 40 <1,00 7.290 0,56 0,71 1,10 32.500 <0,012 5,64 9,51 NA 47,0 249 Pasir Kasar
K1 5 <1,00 14.500 3,50 0,47 4,28 19.200 0,014 7,47 6,78 NA 35,0 129 Pasir
K3 20 <1,00 13.900 3,17 0,65 27,5 25.100 0,018 15,4 10,4 NA 56,2 9 Lumpur
Lepas
Pantai K4 40 <1,00 8.940 0,97 0,77 2,23 28.800 <0,012 7,30 10,3 NA 50,3 158 Pasir
Kamora
OC23 35 <1,00 16.100 <0,40 0,66 2,82 26.900 <0,012 6,64 9,09 NA 45,9 155 Pasir
OC29 40 <1,00 8.720 <0,40 0,90 4,76 34.000 <0,012 7,40 10,1 NA 54,5 162 Pasir
T5 5 <1,00 14.700 4,30 0,62 33,6 23.600 0,017 13,1 8,06 NA 49,9 70 Lumpur
OC05 5 <1,00 14.800 6,59 0,79 116 29.300 0,035 25,0 11,1 NA 72,7 10 Lumpur
OC06 5 <1,00 8.870 8,11 0,96 65,2 23.600 0,014 21,3 8,89 2,52 63,3 69 Lumpur
Lepas T7 20 <1,00 14.000 8,54 0,96 209 30.600 0,035 43,9 10,9 NA 118 10 Lumpur
Pantai T8 40 <1,00 9.120 <0,40 0,89 2,60 42.100 <0,012 7,52 11,1 NA 58,4 371 Pasir Kasar
Tipuka
MCP-2 35 <1,00 25.800 3,22 0,88 15,2 31.700 <0,012 11,6 10,5 NA 57,7 6 Lumpur
OC22 35 <1,00 9.700 0,87 0,92 4,37 41.200 <0,012 8,71 11,0 NA 60,4 184 Pasir
OC31 40 <1,00 7.410 <0,40 0,72 3,00 31.800 <0,012 7,67 9,72 NA 48,8 477 Pasir Kasar
OC40 50 <1,00 6.820 1,12 0,64 1,50 30.000 <0,012 6,52 8,48 NA 41,4 237 Pasir Kasar
A1 5 <1,00 9.140 7,46 1,00 366 30.700 0,015 38,0 6,95 NA 113 23 Lumpur
A3 20 <1,00 15.700 6,65 1,03 240 32.700 0,017 47,8 11,5 NA 121 10 Lumpur
44
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Uji sedimen bioasay terhadap biota Mellita sp bertujuan untuk mengevaluasi dampak pasir
sisa tambang atau tailing terhadap kelolosan hidup (survival) biota yang hidup pada sedimen
di muara. Contoh sedimen yang diuji adalah sedimen dari Muara Ajkwa pada stasiun EM270,
45
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
ABL1 dan ABL2, dimana muara tersebut merupakan area yang terkena dampak tailing yang
akan dibandingkan dengan lokasi referensi yaitu dari Muara Kamora pada stasiun EM330,
KBL3 dan KBL5. Lokasi kontrol adalah salah satu titik di Pulau Kamora (KIS) yang merupakan
lokasi dimana ampipoda Melita sp ditemukan dan dikoleksi.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan protokol dari Environmental Canada (1998) dan USEPA
(1996) dengan sedikit modifikasi menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan organisme uji
yang digunakan. Ringkasan pengujian sedimen bioassay terhadap biota Mellita sp dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Parameter Keterangan
Tipe Tes Static renewal
Temperatur 24 – 27 C
Salinitas Overlying Water 24 ppK ± 3 ‰
Wadah Testing/Uji 1-L beaker glass
Volume Sedimen 175 mL (2 cm depth)
Volume Overlying Water 775 mL
Sumber Organisme Uji Hasil kultur di dalam laboratorium
Tahapan dan Usia Organisme Uji Juvenil, ≤ 7 hari
Jumlah Organisme Uji/Wadah Uji 20
Ulangan 5
Oksigen Terlarut dan Aerasi Di beri aerator
Overlying water Campuran air laut dan air payau dari lokasi kontrol
Durasi Pengujian 10 hari
Hasil Akhir (endpoint) Kelolosan hidup (survival)
Test Acceptability (Valid) Rata-rata kelolosan hidup (survival) pada lokasi kontrol
≥ 80 %.
Gambar 40. Proses Uji Sedimen Bioassay Menggunakan Ampipoda Melita sp.
46
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Hasil uji sedimen bioasay terhadap biota Mellita sp tahun 2016 menunjukkan bahwa rata-rata
kelolosan hidup Ampipoda (Melita sp) pada sedimen uji dari Muara Ajkwa sebesar 63,3 %,
sedimen kontrol dari muara Kamora sebesar 80% sedangkan dari lokasi referensi sebesar
86,1%. Tingkat laju lolos hidup Mellita sp untuk sedimen dari Muara Ajkwa menunjukan nilai
yang lebih rendah dibandingkan dengan sediimen dari lokasi kontrol dan referensi (Muara
Kamora dan Pulau Kamora). Ringkasan sebaran data laju lolos hidup ditunjukan pada gambar
di bawah ini.
Gambar 41. Sebaran Data Laju Kelolosan Hidup (Survival Rate) dari Organisme Uji Melita
sp
Pengukuran ukuran partikel (MPS) dan kandungan bahan organik (TOC) di dalam sedimen
sebagai habitat dan makanan biota Melitta sp bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat dan
ketersediaan bahan makanan pada tiga lokasi tersebut. Ringkasan hasil pengukuran
ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 42. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel (kiri) dan Kandungan Bahan Organik (kanan)
dalam Sedimen Uji.
47
Evaluasi Pelaksanaan Tahunan
KepMenLH No. 431 Tahun 2008
Periode 2016
Gambar grafik di atas menujukan bahwa ukuran partikel sedimen di lokasi yang terkena
dampak tailing (Muara Ajkwa) lebih halus dibandingkan dengan sedimen di lokasi kontrol dan
referensi (Muara Kamora dan Pulau Kamora). Begitu juga dengan kandungan bahan organik
pada sedimen di lokasi terkena dampak tailing (Muara Ajkwa) lebih rendah nilainya dibanding
dengan sedimen dari lokasi kontrol dan referensi (Muara Kamora dan Pulau Kamora).
Menurunnya laju kelolosan hidup biota Mellita sp di Muara Ajkwa kemungkinan besar
disebabkan oleh rendahnya kandungan bahan organik sebagai sumber makanan dan ukuran
partikel sedimen yang terlalu halus sebagai habitat bagi biota Mellita sp.
Berdasarkan dari prosedur EMPA (EPA, 1994) telah membagi kategori sedimen dari tingkat
kelolosan hidup suatu organisme. Kondisi sedimen dikategorikan ’Baik’ atau ’Toksisitas
Rendah’ apabila laju kelolosan hidup (survival rate) organisme ≥ 80%. Kondisi sedimen
dengan kategori ’Sedang’, apabila laju kelolosan hidup organisme 60% - 80%. Kondisi
sedimen dengan kategori ’Tidak Baik’ apabila laju kelolosan hidup organisme ≤ 60%.
Sesuai dengan kriteria diatas, maka hasil uji sedimen bioasay terhadap biota Mellita sp. tahun
2016 menunjukkan bahwa rata-rata kelolosan hidup biota Mellita sp pada sedimen yang
terkena dampak tailing termasuk dalam kategori ’Sedang’.
48