1. Pendahuluan
PT Freeport Indonesia mengoperasikan tambang tembaga dan emas yang terletak di daerah
Pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua, Indonesia. Produksi bijih saat ini adalah sekitar
220.000 ton per hari (TPD) yang berasal dari Tambang Big Gossan, Tambang DOZ dan Tambang
Terbuka Grasberg. Dua tambang bawah tanah yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan
adalah Grasberg Block Cave dan Deep Mill Level Zone.
Sebagai bagian dari ekspansi 300K, PTFI diizinkan untuk mengelola tailing (hasil samping dari
proses pengolahan bijih) dengan menggunakan sistem sungai untuk mentransportasikan tailing
dari area mill di Dataran Tinggi ke Dataran Rendah dimana tailing akan terendapkan di area
Modified Ajkwa Deposition Area (ModADA) atau Area Pengendapan Ajkwa yang Dimodifikasi dan
sebagian tailing halus akan mengalir dan mengendap di muara dan Laut Arafura. Rencana
Pengelolaan Tailing PTFI mendeskripsikan sistem tanggul yang kurang lebih sejajar (Sistem
Tanggul ModADA) sebagai strategi untuk mengelola pengendapan tailing sehingga tailing tidak
menyebar secara lateral keluar dari daerah pengendapan. Sedimen alami, sedimen yang berasal
dari kegiatan tambang yang tererosi dan tailing (istilah sedimen disini digunakan sebagai
kombinasi keduanya) mulai mengendap dan elevasi dasar dari ModADA akan terus bertambah
sejalan dengan banyaknya sedimen yang mengendap.
Sejak 1990, TRMP (Tailings and River Management Project) PTFI telah membangun dan akan
terus melanjutkan kegiatan pembangunan tanggul untuk mengelola aliran-aliran sungai dan
pengendapan sedimen di dalam area ModADA di Dataran Rendah. Pada bulan Juni 2005, TRMP
telah melakukan pemisahan aliran Sungai Ajkwa yang sebelumnya juga mengalir di daerah
pengendapan tailing menuju ke dalam kanal yang berada di antara Tanggul Barat Lama (Old West
Levee) dan Tanggul Barat Baru / New West Levee.
2. Latar Belakang
TRMP telah mengoperasikan ModADA sebagai area pengendapan sedimen berdasarkan
dokumen AMDAL 300K 1997 sebagai bagian dari operasi PTFI. Wilayah ModADA saat ini dimulai
dari sebelah selatan Jembatan MP40 sampai dengan daerah muara. Aliran tailing sungai
Otomona mengalir ke daratan dan muara ModADA sebelum mengalir ke Laut Arafura ModADA
di desain untuk menangkap sebagian besar sedimen (tailing, sedimen sisa tambang lainnya dan
sedimen alami) dimana sebagian sedimen dengan fraksi yang lebih halus keluar memasuki
daerah Muara dan Laut Arafura. Batasan area ModADA yang disetujui pada tahun 1997
ditunjukkan pada Gambar 3-14 dokumen ANDAL 300K, dimana luas area Daratan adalah sekitar
230 km2 dan luasan daerah Muara yang akan terdampak adalah seluas sekitar 220 km2. ModADA
secara lateral terletak di dalam dua tanggul yang dioperasikan/dibangun memanjang paralel dari
Utara ke Selatan. Tanggul Timur dan Tanggul Barat direncanakan akan dibangun masing-masing
sepanjang 65 km dan 67 km.
Pola pengendapan tailing saat ini secara alami telah membentuk area-area yang berelevasi lebih
rendah (area depresi) dibandingkan dengan aliran aktif tailing dan beberapa area di sekitarnya.
Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi kemampuan untuk memaksimalkan retensi sedimen
di area tersebut. Untuk itu TRMP telah menggunakan area-area depresi tersebut untuk
meningkatkan retensi sedimen secara keseluruhan dengan mengalihkan aliran aktif tailing
menuju area-area terdepresi dan juga dengan mengoptimalkan upaya-upaya bio-retensi.
Optimalisasi pengendapan tailing di area pengendapan ModADA adalah satu dari tujuan utama
dari kegiatan TRMP PTFI.
Daratan
ModADA
Muara
ModADA
Gambar 3: Penanaman Phragmites Karka di area kering di EMA150-EMA145 Tanggul Timur (kiri) dan
WMA200-WMA195 Tanggul Barat (kanan)
Gambar 5: Pemblokiran Kanal dan Pembelokkan Kanal oleh Swamp Excavator di dekat Tanggul Barat
Gambar 7: Rencana Penggalian, Pembelokkan dan Pengalihan Kanal untuk Swamp Excavator oleh TRMP
b. Daerah yang telah ditumbuhi oleh Phragmites karka akan dibersihkan menggunakan
swamp excavator sehingga aliran sedimen dari kanal utama dapat mengalir menuju
ke kolam.
Gambar 11: Kondisi pembentukan delta dan kanal tidak dipelihara dengan baik
e. Gambar 12 adalah kondisi final yang ingin dicapai dalam proyek ini dimana kondisi
kanal dipelihara dengan baik oleh Swamp Excavator sehingga kolam akan diisi dengan
sedimen.
f. Tahapan-tahapan ini akan terus berlanjut unutk mengisi area-area depresi dengan
sedimen. Gambaran umum proyek dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 13: Gambaran Umum Rencana Pengisian Kolam WMA70 oleh TRMP
4. Rangkuman
TRMP telah melakukan kegiatan untuk meningkatkan retensi sedimen di dalam ModADA dengan
mengalihkan aliran aktif tailing dari kanal utama ke area-area depresi (contoh: area dengan
rumput Phragmites karka dewasa, area dengan elevasi lebih rendah, dan kolam yang secara
dominan dipenuhi oleh air jernih). Pekerjaan kanal seperti pengalihan kanal, pemblokiran kanal
dan kegiatan lainnya telah dilakukan dengan bantuan alat Swamp Excavator. Sebagai bagian dari
komitmen untuk lebih meningkatkan retensi sedimen di dalam area daratan ModADA, TRMP
merencanakan untuk meningkatkan jumlah Swamp Excavator menjadi 4 sampai 6 unit. Dalam 3
tahun kedepan TRMP juga merencanakan untuk memulai proyek uji coba
pengerukan/pemompaan air jernih yang ada di kolam kolam yang terletak di dekat tanggul dan
mengarahkan aliran sedimen ke dalam area-area tersebut dengan menggunakan alat Swamp
Excavator. Seluruh rencana tersebut akan dilaksanakan jika operasi produksi PTFI berjalan
normal.
5. Acuan
1. PTFI, SOP – TM 09-01 Rencana Pengelolaan Tailing (TMP 2016), Juli 2016.
2. Dodt Russell, PTFI – Tailings and River Management Project Dept., Proposal Kolam
WMA70, Oktober 2016.
3. PTFI – Tailings and River Management Project Dept. – Engineering Team, Pengelolaan
Sedimentasi – Rencana Penggalian Kanal dan Proyek Pompa, Desember 2016.
4. PTFI – Tailings and River Management Project Dept., Upaya Retensi Tailing Pada Area
Pengendapan Tailing ModADA, Desember 2016.
5. PTFI – Tailings and River Management Project Dept., Sediment Management AFE, Januari
2017.