DAFTAR ISI
01 Kajian Implementasi Peraturan Kepala
PENDAHULUAN Badan POM tentang SPP-IRT| 36
Peningkatan Kompetensi Keamanan
Dasar Hukum| 2 Pangan| 38
Tugas Pokok dan Fungsi| 4 Pembinaan Implementasi Keamanan
Struktur Organisasi, Personalia, dan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)|
BMN| 5 43
Struktur Organisasi| 5 TOT Fasilitator Keamanan Pangan
Sumber Daya| 6 Sekolah| 45
Sarana dan Prasarana| 12 Pembuatan Materi Dan Tools Intervensi
Anggaran| 13 Keamanan PJAS| 47
Evaluasi Kinerja Kedeputian III Pada
Direktorat PMPU| 48
02 Monitoring Dan Evaluasi Program| 49
KEgiAtAN tAHUN UMKM Pangan yang Diintervensi untuk
Memahami Keamanan Pangan| 55
ANggArAN 2018 Program Prioritas Nasional Pasar Aman
di Destinasi Wisata| 58
Program Nasional Gerakan Keamanan Bimtek Usaha Pangan Desa terkait
Pangan Desa (GKPD)| 14 Daerah Wisata| 58
Advokasi Kelembagaan Desa| 16 Pengawalan Usaha Pangan Desa terkait
Pelatihan Kader Keamanan Pangan Daerah Wisata| 59
Desa (KKPD)| 18 Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar
Bimtek Komunitas Desa dan Pelaku Aman dari Bahan Berbahaya| 60
Usaha Pangan Desa| 20 Sosialisasi Keamanan Pangan| 65
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan| 22 Sosialisasi Keamanan Pangan kepada
Pengawalan Desa Pangan Aman| 24 Individu| 65
Perkuatan Kapasitas Desa| 26 Pemberdayaan Organisasi Sosial dan
Peningkatan Kompetensi Keamanan Kemasyarakatan| 67
Pangan| 29 Pameran Keamanan Pangan| 72
Monitoring dan Evaluasi| 31 Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar
Koordinasi Lintas Sektor| 31 Aman dari Bahan Berbahaya| 74
Jejaring Keamanan Pangan Daerah
(JKPD)| 31
Kabupaten/ Kota yang Sudah 03
Menerapkan Peraturan Kepala Badan PENUtUP
POM Tentang SPPIRT| 34
Penutup| 78
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) merupakan organisasi yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Keputusan tersebut telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2013. Lingkup tugas dan fungsi Badan POM tertuang dalam Keputusan Presiden
Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2013.
Selanjutnya Kepala Badan POM mengeluarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan merupakan salah satu Direktorat di
lingkungan Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI yang dibentuk sesuai Surat Keputusan Kepala Badan POM
RI No. 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan pasal 279, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan serta
adanya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan
Obat dan Makanan memberikan motivasi baru kepada Badan POM untuk melakukan
perubahan, termasuk perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kelola. Untuk implementasi
Perpres dan Inpres tersebut di atas, Badan POM mengeluarkan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun
2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat
Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan sudah tidak ada lagi. Tugas dan fungsi yang
semula dilaksanakan oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan banyak
tertuang dalam tugas dan fungsi Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha.
2
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan nama unit kerja eselon 2 dan ada
perpindahan kegiatan dari Direktorat di organisasi tata kerja lama dan yang baru, seperti pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perpindahan kegiatan dari Stuktur OTK lama kepada Struktur OTK baru
OTK Lama OTK baru
- INRASFF - - INRASFF
- Kajian - Kajian -
keamanan keamanan
pangan pangan
- INARAC - INARAC -
3
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Tugas pokok dan fungsi struktur organisasi lama (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan) dan struktur organisasi baru (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha), dapat dilihat perubahannya sebagaimana tampak seperti yang terdapat dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan serta
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
4
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
1. Struktur Organisasi
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan merupakan organisasi di bawah
koordinasi Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari tiga Subdirektorat, yaitu
Subdirektorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan, Subdirektorat Promosi
Keamanan Pangan, dan Subdirektorat Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah
Tangga. Bagan organisasi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan seperti
pada Gambar 1.
5
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat SPKP menjadi SDM
Direktorat PMPU. Direktorat SPKP terdiri dari 36 orang ASN, sedangkan pada Direktorat
PMPU jumlah ASN bertambah menjadi 37 orang. Ada beberapa pegawai yang mutasi ke
unit lain, ada pula yang masuk ke Direktorat PMPU.
2. Sumber Daya
Sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan menjadi SDM Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha. Pegawai Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari 36
orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 22 orang pramubakti, sedangkan pada Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha jumlah PNS bertambah menjadi 37 orang.
Terdapat beberapa pegawai yang mutasi ke unit lain, ada pula yang mutasi ke Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha.
Terdapat 5 (lima) orang yang mutasi dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan karena mengajukan pensiun dini dan mutasi ke unit lain pada perubahan stuktur
6
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
lama menjadi struktur baru tahun 2018, sehingga total PNS di Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan berkurang dari 36 orang menjadi 29 orang. Akan tetapi
bersamaan dengan struktur baru, jumlah PNS di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha yang tadinya 29 orang yang berasal dari Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan, bertambah 8 orang dari unit lain masuk ke Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha yang baru. Jumlah PNS di Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha menjadi 37 orang. Data PNS yang pensiun
dan mutasi seperti pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data PNS yang pensiun dan mutasi pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha
PNS OTK Lama PNS OTK Baru
No Nama Keterangan No Nama Keterangan
1 Dra. Mauizzati Purba, Mutasi ke Dit 1 Dra. Dewi Mutasi dari
Apt., M.Kes SPO Prawitasari, Apt., BBPOM
M.Kes Palembang
2 Nugroho Indrotristanto, Mutasi ke Dit 2 Dra. Dini Gardenia, Mutasi dari Dit
STP, MSc SPO Apt., MP PKP
3 Rina Puspitasari, Mutasi ke Biro 3 Dra. Indriemayatie Mutasi dari
STP., M.Sc Humas dan Asri Ganie, Apt Ditwas PBB
DSP
4 Fahmi Fasah Mutasi ke Biro 4 Rona Monika Mutasi dari
Angkotasan, Skom, Umum dan SDM Sihaloho, S.Si, Apt Ditwas PBB
Mkom
5 Prita Dwi Lasnita Mutasi ke Dit 5 Rizan Febriana Mutasi dari
Sitanggang, STP PPRTB Pratama, S.Farm, Ditwas PBB
Apt.
6 Citra Prasetyawati, Pensiun dini 6 Suprapti Mutasi dari
S.Farm, Apt, M.Sc Ditwas PBB
7 Hasan Hidayat Pensiun 7 Eni Nurani Mutasi dari
Ditwas PBB
8. Fitriani, SKM Mutasi dari Biro
Hukmas
Pada tahun 2018 terdapat beberapa kali pergantian pimpinan eselon 2 (Direktur), seperti
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Pergantian Direktur Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan serta
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
7
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Meskipun Kepala Unit Kerja berganti, pelaksanaan program dan kegiatan tetap berlanjut
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renja 2018. Sebaran Sumber Daya Manusia
berdasarkan tingkat pendidikan pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi PNS Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah PNS Dit Surveilan Jumlah PNS DIt
dan Penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat
Keamanan Pangan dan Pelaku Usaha
P L Total P L Total
1 S2
Master Kesehatan 1 0 1 1 0 1
Master Sains 6 1 7 6 0 6
Master Pangan 0 0 0 2 0 2
Master Epidemiologi 1 0 1 1 0 1
Master Profesional 2 1 3 3 1 4
Keamanan Pangan
Master Biomedis 1 0 1 1 0 1
Master Bioteknologi 1 0 1 1 0 1
2 S1
Apoteker 8 0 8 6 1 7
Dokter Hewan 0 1 1 0 1 1
Sarjana Teknologi Pangan 8 0 8 6 0 6
Sarjana Kesehatan 1 0 1 2 0 2
Masyarakat
Sarjana Ilmu Komunikasi 0 0 0 1 0 1
Sarjana Biokimia 1 0 1 1 0 1
Sarjana Kimia 0 0 0 1 0 1
3 D3 1 0 1 1 0 1
4 SMK 0 2 2 1 0 1
Total 31 5 36 34 3 37
Dengan adanya mutasi pegawai dari unit lain ke Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha, maupun dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan ke
unit lain, maka komposisi jumlah pegawai seperti pada Tabel 6 dan Gambar 2 dibawah ini.
8
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
3 3
7 7
22 22
9
7
10 13
31
0
Berdasarkan analisis beban kerja yang dibagi berdasarkan peta jabatan jumlah karyawan
yang dibutuhkan ialah 82 orang. Dengan beban kerja tersebut terdapat gap antara beban
kerja yang ada dengan jumlah karyawan yang tersedia (Tabel 7).
9
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
b. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya dibutuhkan pegawai
sebanyak 7 orang. Pada saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
c. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, formasi yang dibutuhkan
adalah sebanyak 10 pegawai. Saat ini sudah ada 9 pegawai yang menduduki jabatan
tersebut.
d. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Pertama dibutuhkan sebanyak 14
pegawai. Saat ini jumlah personil yang telah menduduki jabatan pengawas farmasi dan
makanan pertama sudah ada sebanyak 14 orang.
e. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia, formasi yang dibutuhkan
adalah sebanyak 4 pegawai. Saat ini sudah ada 1 pegawai yang menduduki jabatan
tersebut.
f. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana Lanjutan dan Pelaksana,
formasi yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 1 pegawai. Saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
g. Untuk jabatan Pranata Komputer Ahli Pertama, dibutuhkan 2 pegawai, namun saat ini
belum ada yang menduduki jabatan tersebut
h. Untuk jabatan Pranata Komputer Ahli Pelaksana Lanjutan, dibutuhkan 2 pegawai,
namun saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
i. Untuk jabatan Arsiparis Pelaksana Lanjutan dibutuhkan sebanyak 4 pegawai. Saat ini
posisi tersebut belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
j. Untuk jabatan Perencana Pertama, Muda dan Madya dibutuhkan masing-masing
sebanyak 2, 2, dan 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
k. Untuk jabatan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Tingkat Pertama, Muda dan Madya,
dibutuhkan masing-masing sebanyak 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki
jabatan tersebut.
l. Untuk jabatan Analis Kepegawaian Muda dan Madya masing-masing dibutuhkan
masing - masing sebanyak 2 dan 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki
jabatan tersebut.
m. Untuk jabatan Pengadministrasian Keuangan, dibutuhkan 3 orang pegawai. Saat ini
baru ada 2 orang yang menduduki jabatan tersebut
n. Untuk jabatan Pengadministrasian Umum, dibutuhkan 3 orang pegawai. Saat ini belum
ada yang menduduki jabatan tersebut
o. Untuk jabatan Verifikator, dibutuhkan 1 orang pegawai. Saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
p. Untuk jabatan Pengelola BMN dibutuhkan 3 orang pegawai, saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
10
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Tabel 7. Perbandingan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Analisis Beban Kerja Tahun 2018
dengan Ketersediaan Pegawai
Jumlah Kekurangan
No Jabatan Kebutuhan
yang ada pegawai
1 PFM Utama 2 0 -2
2 PFM Madya 7 0 -7
3 PFM Muda 10 9 -1
4 PFM Pertama 14 14 0
5 PFM Penyelia 4 1 -3
6 PFM Pelaksana Lanjutan 1 0 -1
7 PFM Pelaksana 1 0 -1
8 Perencana Madya 1 0 -1
9 Perencana Muda 2 0 -2
10 Perencana Pertama 2 0 -2
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
11 1 0 -1
Madya
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
12 1 0 -1
Muda
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
13 1 0 -1
Pertama
14 Pranata Komputer Pertama 2 0 -2
Pranata Komputer Pelaksana
15 2 0 -2
Lanjutan
16 Arsiparis Pelaksana Lanjutan 4 0 -4
20 Pengadministrasi Keuangan 3 2 -1
21 Verifikator Keuangan 1 0 -1
22 Analis Pengelola BMN 0 0 0
Pengelola Barang Persediaan dan
23 3 0 -3
BMN
24 Pengadministrasi Umum 3 0 -3
25 Pejabat Struktural 11 11 0
Jumlah 82 37 -45
11
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Rincian peralatan, meubelair, dan perangkat lainnya tertera pada Tabel 8. sebagai berikut:
Tabel 8. Rincian Peralatan, Meubelair, dan Perangkat lainnya
1 Sepeda Motor 1 1 1
2 Backdrop 0 2 3
3 Mesin Ketik Listrik 1 1 1
4 Dispenser 1 2 3
5 Lemari Besi/Metal 1 13 13
6 Lemari Kayu 24 27 33
7 Locker 1 2 2
8 Kulkas 3 3 3
9 Alat Penghancur Kertas 2 2 2
10 LCD Projector/Infocus 8 6 6
13 Meja Kerja Kayu 56 56 56
14 Kursi Besi/Metal 52 67 67
15 Meja Rapat 3 3 3
16 Meja Receptionis 2 2 1
17 Televisi 1 2 2
18 Handy Cam 3 3
19 Kursi Dorong 51 51 51
20 Microwave 0 1 1
21 Laser Pointer 4 5 5
22 Video Keamanan Pangan 0 2 3
23 Camera Digital 4 5 5
24 Telephone (PABX) 1 1 1
25 Sofa 1 set 1 set 1 set
26 Pesawat Telephone 3 3 3
27 Facsimile 2 4 4
28 Meja Besi 1 1 1
29 Meja + Kursi Kayu 1 set 1 set 1 set
30 P.C Unit 58 58 57
31 Note Book 27 23 31
32 Printer (Peralatan Personal Komputer) 41 47 53
33 Scanner (Peralatan Personal Komputer) 5 4 5
34 External/Portable Hardisk 8 12 12
35 Server 4 4 4
12
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
4. Anggaran
Anggaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha pada tahun 2018 terdiri
atas dua bagian yaitu anggaran pada Organisasi dan Tata Kerja lama (kode 3179) dengan
nilai pagu sebesar Rp. 9.717.459.000 dan anggaran untuk Organisasi Tata Kerja baru
(kode 4132) dengan nilai pagu sebesar Rp 30.226.571.000.
Penyerapan anggaran pada tahun 2018 untuk anggaran kode 3179 sebesar 99,60%
(terserap sebesar Rp.9.678.968.676), sedangkan untuk anggaran dengan kode 4132
terserap sebesar 97,35% (terealisasi sebesar Rp.29.426.710.000.
13
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Badan POM telah menginisiasi program ini sejak tahun 2015 dengan melakukan intervensi
keamanan pangan kepada masyarakat (ibu rumah tangga, PKK, kelompok
pemuda/karangtaruna, dan komunitas sekolah (guru, anak sekolah/pramuka) dan Usaha
Pangan Desa (ritel/warung/koperasi desa, industri rumah tangga pangan, pedagang kreatif
lapangan, wisata kuliner dan pasar desa). Intervensi dilakukan untuk membentuk Desa
Pangan Aman (Desa PAMAN).
TOTAL
TARGET
100 Desa 500 DESA
100 Desa PANGAN
100 Desa AMAN
100 Desa
100 Desa
Target pembentukan desa pangan aman di setiap provinsi adalah sekitar 3 – 5 desa per tahun.
Desa yang diintervensi berasal dari 1 atau lebih kabupaten/kota. Tahapan kegiatan untuk
membentuk Desa Pangan Aman sebagai berikut:
14
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
HASIL KEGIATAN
Sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, telah diintervensi 704 desa di 33 provinsi dan
menghasilkan 7.690 Kader Keamanan Pangan Desa yang terdiri dari:
15
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Tabel 10. Desa yang akan diintervensi keamanan pangan Tahun 2018
No Provinsi Kabupaten/Kota Nama Desa
1 BANDA ACEH Kota Langsa 1. Desa Karang Anyar
2. Desa Kuala
3. Desa Simpang Lhee
2 BANDAR Kab. Tanggamus 1. Desa Bangun Rejo
LAMPUNG 2. Desa Gisting Bawah
3. Desa Naningan
3 JAWA BARAT Kab. Subang 1. Desa Pagaden
2. Desa Pasirbungur
3. Desa Cicadas
4. Desa Gandasoli
5. Desa Patimban
4 KALIMANTAN Kab. Hulu Sungai 1. Desa Kapuh
SELATAN Selatan 2. Desa Wasah Hilir
3. Desa Telaga Bidadari
5 BALI Kab. Bangli 1. Desa Sulahan, Kec. Susut
(DENPASAR) 2. Desa Landih, Kec. Bangli
3. Kel. Kubu, Kec. Bangli
6 PAPUA Nabire 1. Kelurahan oyehe
2.kelurahan kalibobo
3. Kampung kalisemen
16
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
17
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
18
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
19
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pelatihan dilakukan melalui presentasi dan diskusi. Materi yang diberikan kepada KKPD
meliputi:
o Pedoman Pelaksanaan Gerakan Keamanan Pangan di Perdesaan
o Pengawasan Keamanan Pangan di Indonesia
o 5 kunci Keamanan Pangan Keluarga Anda
o 5 kunci Keamanan Pangan untuk anak Sekolah
o Mencegah dan Menatalaksana Keracunan dan Alergi Pangan
o Demo Rapid test kit
Tabel 12. Jumlah Komunitas Desa dan Pelaku Usaha Pangan Desa yang sudah dibimtek
Jumlah Komunitas Desa yang Dibimtek
No Provinsi PEMUDA/ RITEL IBU RUMAH KARANG
IRTP PKL GURU PKK TOTAL
REMAJA PANGAN TANGGA TARUNA
1 Aceh 0 30 30 30 0 25 30 5 150
2 Bali 0 60 60 60 20 0 40 60 300
3 Banten 0 28 30 27 28 17 0 5 135
4 Bengkulu 0 28 30 29 0 15 30 15 147
Daerah
5 Istimewa 0 30 30 30 15 30 15 0 150
Yogyakarta
6 DKI Jakarta 0 50 50 50 0 27 50 23 250
7 Gorontalo 0 22 34 32 34 27 0 0 149
8 Jambi 5 37 52 39 54 47 30 27 291
20
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
21
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap kader keamanan pangan desa dapat dilihat pada
Grafik 1 dan 2 berikut ini:
22
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
92
86 88
70 69 70
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku kader keamanan
pangan desa kelompok Ibu-ibu PKK, guru, pramuka dan karang taruna terkait keamanan pangan
meningkat setelah dilakukan intervensi keamanan pangan.
Sedangkan hasil analisis data pre intervensi keamanan pangan terhadap komunitas sebagai berikut:
KOMUNITAS
85 84 84
80
74 75 74 72
69 71 66 64 62 65
58
Grafik 3. Hasil analisis data pre intervensi keamanan pangan terhadap komunitas
23
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Berdasarkan grafik diatas, skor terendah pada komunitas desa adalah skor sikap komunitas
terhadap keamanan pangan yaitu dibawah 70. Dengan adanya intervensi keamanan pangan
diharapkan dapat meningkatkan sikap komunitas desa terhadap keamanan pangan. Data
post intervensi untuk komunitas akan diambil dan dievaluasi 1 tahun setelah dilakukan
intervensi yaitu tahun 2019.
Maksud dan tujuan dari Program Desa Pangan Aman yang bersinergi ini di antaranya adalah:
1. Mewujudkan keamanan pangan di desa, masyarakat, dan keluarga.
2. Meningkatkan komitmen desa/kelurahan akan program keamanan pangan.
3. Mengurangi biaya penanganan kasus keracunan pangan.
4. Meningkatkan komunikasi resiko dengan komunitas desa/kelurahan.
5. Mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan daya saing bangsa melalui peningkatan
keamanan dan mutu produk pangan yang dihasilkan di desa.
6. Menjadi model kegiatan permberdayaan keamanan pangan yang sesuai dengan kearifan
lokal daerah.
7. Mengembangkan produk pangan unggulan desa dengan tingkat keamanan yang baik
sehingga memiliki daya saing perekonomian dan perdagangan yang kuat, Nusa Tenggara
Barat, dan Bali.
24
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Untuk mencapai tujuan tersebut, tahapan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 13. Tahapan Kegiatan Pengawalan Desa Pangan Aman
No Kegiatan Pelaksana Peserta
1 Perkuatan Kapasitas Desa
a Workshop Keamanan - Badan POM - BBPOM dan Dinas Pemberdayaan
Pangan Masyarakat Desa dari Provinsi Aceh,
Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Bali
- Kementerian Dalam Negeri
- Kementerian Desa dan PDTT
- Poltekkes Jakarta, Bandung, Banten
b Advokasi Desa Pangan - BPOM - Badan Perencanaan Pembangunan
Aman - BB/BPOM Daerah (Bappeda) Provinsi
(Narasumber) - Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro
- Kementerian Desa Kecil Dan Menengah Provinsi
dan PDTT - Dinas Pangan /Ketahanan Pangan
(Narasumber) Provinsi dan Kabupaten
- Dinas - Dinas Kesehatan Provinsi dan
Pemberdayaan Kabupaten terkait
Masyarakat Desa - Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Desa Provinsi dan Kabupaten terkait
(Narasumber) - Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan
- Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Provinsi
- Tenaga Ahli Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa Provinsi dan
Kebupaten terkait
- Tenaga Ahli Bidang Pelayanan Sosial
Dasar Provinsi dan Kabupaten terkait
- Kepala Desa
2 Pelatihan Kader Keamanan - BPOM - Pendamping Lokal Desa
Pangan Desa - BB/BPOM - Pendamping Desa Tingkat
(Narasumber) Kecamatan
- Dinas - Tenaga Ahli Kabupaten Bidang
Pemberdayaan Pelayanan Sosial Dasar dan
Masyarakat Desa Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Kementerian Desa dan PDTT
(Narasumber)
3 Monitoring dan evaluasi - BPOM - Pendamping Lokal Des
- Kepala Desa
- Komunitas Desa
Jumlah desa yang sudah diitervensi dan yang menjadi target pengawalan desa pangan aman
adalah 2.094 desa. Rincian hasil kegiatan dan capaian target tersebut sebagai berikut:
25
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pertemuan ini diawali dengan pembukaan oleh Plt. Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang menyampaikan kegiatan Gerakan Keamanan Pangan Desa yang
merupakan salah satu kegiatan penguatan preventif promotif “Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat” dalam program Prioritas Nasional Pembangunan Manusia melalui
pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar. Kegiatan ini telah
diinisiasi Badan POM sejak tahun 2015. Kepala Badan POM telah menandatangani
MoU dengan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
pada tahun 2017. Salah satu tindak lanjut dari MoU ini adalah masuknya kegiatan
keamanan pangan dalam prioritas penggunaan dana desa tahun 2018.
Agenda selanjutnya adalah diskusi panel yang dibagi menjadi 2 (dua) sesi. Pada sesi
pertama, presentasi dari Drh. A.A. Nyoman Merta Negara selaku Kasubdit Peningkatan
Peran Pemda. Beliau menyampaikan tentang kebijakan desa pangan aman.
Presentasi materi ini dilakukan secara panel dengan Ruki Fanaike, STP selaku Kepala
26
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Seksi Advokasi Pemda yang menyampaikan lebih teknis mengenai pengawalan 2100
desa pangan aman tahun 2018 dan Pembentukan desa pangan aman tahun 2019.
Pada sesi diskusi ini, banyak dibahas mengenai pelaksanaan teknis kegiatan
pengawalan dan pembentukan desa pangan aman tahun 2018-2019. Selain itu juga
ada masukan untuk melibatkan Dinas Pangan sebagai salah satu fasilitator kegiatan
ini, oleh karena itu Badan POM bisa melakukan audiensi atau koordinasi dengan
Kementerian Pertanian.
Sesi kedua dimulai setelah istirahat makan siang yang diawali dengan presentasi Dra.
Dyah Sulistyorini, Apt, M.Sc selaku Kasubdit Pemberdayaan Pelaku Usaha
menyampaikan materi tentang “Evaluasi Desa Pangan Aman”. Beliau menyampaikan
beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan desa pangan aman
tahun 2017. Selanjutnya Weldon JM, SSTP, MPA selaku Kepala Seksi Pendampingan
dan Kaderisasi Masyarakat Desa, Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa dan PDTT menyampaikan
materi tentang “Peran Pemda dalam rangka Percepatan Pembentukan Desa Pangan
Aman dan Peran Pendampingan Desa dan Dana Desa dalam Keamanan Pangan”.
Beliau lebih menegaskan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah terutama dalam hal
keamanan pangan dan juga prosedur mengawal dana desa untuk dapat dialokasi
sesuai kegiatan yang diminta dari pusat. Beberapa masukan pada sesi diskusi ini lebih
fokus pada koordinasi lintas sektor di daerah supaya lebih ditingkatkan melihat hasil
evaluasi kegiatan tahun lalu yang belum semua daerah mencapai target. Selain itu,
perlu lebih dikuatkan lagi strategi audiensi dan advokasi kepada Pemerintah Daerah
supaya dapat dibuat Perda/Pergub/Perwali supaya ada payung hukum yang jelas
tentang keamanan pangan di desa (lebih dihidupkan kembali JKPD nya).
27
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.
Kegiatan keamanan pangan berupa:
- Pelatihan kader desa untuk pangan yang sehat dan aman
- Pelatihan pangan yang sehat dan aman
- Pengadaan reagen rapid test kit untuk menguji sampel-sampel makanan
- Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan sehat untuk
peningkatan gizi bagi balita dan anak sekolah
d) Kemendesa memastikan Kegiatan keamanan pangan tercantum dalam Peraturan
Menteri Desa Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa setiap
tahunnya.
e) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ini
menjadi payung hukum bagi desa untuk melaksanakan kegiatan keamanan
pangan, namun beberapa desa membutuhkan payung hukum dari pemerintah
daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu membuat aturan turunan yang
dapat memperkuat Desa dalam menganggarkan kegiatan keamanan pangan
masuk dalam kegiatan GERMAS (Inpres No.1 Tahun 2017).
f) Dinas PMD Provinsi dan Kab/ Kota diharapkan dapat memberikan data dan
mengundang pendamping desa yang akan dilatih menjadi kader keamanan
pangan.
g) Badan POM akan membuat pedoman detail tentang penggunaan materi
keamanan pangan yang akan digunakan oleh pendamping desa yang telah dilatih
untuk bimtek komunitas desa.
h) Dinas PMD dan camat perlu membuat surat pengantar/rekomendasi pelaksanaan
kegiatan bimtek kepada komunitas desa sehingga kepala desa dapat memfasilitasi
kegiatan tersebut.
28
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
119
Sumatera Barat 28 Agustus 2018/ Kota Padang
225
Jawa Barat 7 September 2018/ Kota Bekasi
Pertemuan Advokasi Desa Pangan Aman dilaksanakan melalui metode presentasi dan
diskusi. Adapun materi presentasi yang disampaikan adalah:
a) Pemaparan Program 2100 Desa Pangan Aman oleh Badan POM
b) Hasil pengawasan keamanan pangan dan pelaksanaan kegiatan Desa Pangan
Aman di Provinsi oleh BB/BPOM
c) Sinergisme program pendamping desa dengan Desa Pangan Aman oleh
Kementerian Desa dan PDTT
d) Peran pendamping desa dan penggunaan dana desa dalam keamanan pangan
oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
29
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
desa secara berkelanjutan. Pelaksanaan bimtek pendamping desa dapat dilihat pada
Tabel 8. berikut ini:
Pertemuan Bimtek Desa Pangan Aman dilaksanakan melalui metode presentasi dan
diskusi. Adapun materi presentasi yang disampaikan adalah :
- Desa Pangan Aman oleh Badan POM
- Keamanan Pangan oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan pada Ritel Pangan oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan Keluarga oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan Komunitas Sekolah oleh Badan POM
- Akses Informasi KP, review Produk Informasi Keamanan Pangan oleh Badan POM
- Peran Pendamping Desa dalam Program Desa Pangan Aman oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Rencana Tindak Lanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis Kader Keamanan Pangan:
a) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi dan/ Kabupaten yang terlibat dalam
kegiatan ini diharapkan :
- Mengorganisir dan Mengarahkan Tenaga Ahli (TA), Pendamping Desa (PD),
Pendamping Lokal Desa (PLD) dalam kegiatan sosialisasi keamanan pangan
kepada Komunitas Desa dan pelaporannya.
- Mengintegrasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan
keamanan pangan desa (Badan POM dapat ikut serta dilibatkan menjadi
Narasumber keamanan pangan pada pertemuan Pendamping Lokal Desa/
Pendamping Desa).
- Pengawalan kegiatan pangan aman masuk dalam anggaran dana desa
30
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Jejaring Keamanan Pangan Daerah yang selanjutnya disebut JKPD diharapkan dapat menjadi
forum komunikasi yang hidup di antara anggota JKPD dan pemangku kepentingan lainnya
31
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
dalam berbagi informasi dan bertukar ide mengenai program serta sumberdaya kegiatan
terkait keamanan pangan di daerahnya. Oleh karena itu, perlunya komitmen, sinergisme dan
keterpaduan program kegiatan keamanan pangan untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor
di daerah dalam rangka mendukung Jejaring Keamanan Pangan Nasional.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor
dalam program keamanan pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk
Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD). Materi yang disampaikan dan dibahas dalam
pertemuan advokasi JKPD ini meliputi:
- Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia
- Peran Pemerintah Daerah dalam Pengawasan dan Pembinaan SPP-IRT
- Pengawasan Pangan Terpadu di Daerah
- Perkembangan Jejaring Keamanan Pangan di Provinsi
Pelaksanaan advokasi JKPD tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 12. Pelaksanaan Pertemuan dalam rangka JKPD
32
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
33
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan
dalam Pasal 43 menyatakan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah
tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan POM telah menetapkan pedoman
penerbitan SPP-IRT dalam bentuk Peraturan Kepala Badan terkait SPP-IRT. Peraturan
tersebut yaitu:
34
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga; untuk peraturan ini telah direvisi pada tahun 2018
menjadi Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2018;
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga;
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai output tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asistensi Regulasi ke Pemerintah Daerah
Hingga saat ini, sudah ribuan industri skala rumah tangga bahkan skala menengah ke
atas terdaftar sebagai IRTP dengan nomor pendaftaran P-IRT (Pangan-Industri Rumah
Tangga). Namun, banyak nomor P-IRT yang diterbitkan tidak sesuai alur yang telah
ditetapkan yaitu produsen mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dengan nilai minimal
60, sarana produksi pangan diperiksa dengan hasil pemeriksaan tergolong level I dan II
serta jenis pangan yang didaftarkan sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran
peraturan. Masih banyak permasalahan terkait tertib administrasi dan masalah keamanan
pangan lainnya pada produk IRTP di lapangan.
Tahun 2018, telah dilakukan sosialisasi mengenai tata cara pendaftaran PIRT beserta
Peraturan yang mengaturnya ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) di 8 provinsi yaitu Bangka Belitung, Papua Barat, NTT dan NTB, Maluku
Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur. Setelah sosialisasi dilanjutkan
dengan kegiatan Kajian Implementasi Peraturan tentang SPP-IRT yang dilakukan di 46
Kabupaten/ Kota. Sebagai responden adalah Pimpinan (Kabid/Kasie); satu petugas
PKP/petugas yang melaksanakan SPP-IRT; dan satu petugas DFI/petugas yang
melaksanakan pemeriksaan sarana dalam rangka SPP-IRT dari setiap Dinkes
Kabupaten/Kota. Hasil kajian terhadap 6 indikator kriteria utama (KU) bagi implementasi
SPP-IRT di tingkat Dinkes Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa 33% Kabupaten/Kota
dari 46 Dinkes Kabupaten/Kota yang disurvei pada tahun 2018 telah menerapkan
pemberian SPP-IRT sesuai ketentuan.
Pencapaian target pada sasaran kegiatan ini diperoleh melalui beberapa strategi yaitu:
a. Asistensi Regulasi ke Pemerintah Daerah sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman para pemangku kepentingan khususnya petugas
35
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI) di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terkait peraturan Badan POM mengenai SPP-IRT
sekaligus berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait implementasi peraturan tersebut
di lapangan.
b. Sosialisasi aplikasi pelaporan SPP-IRT yang telah dikembangkan oleh Badan POM
untuk memudahkan Dinas Kesehatan melakukan pelaporan terkait pemberian SPP-
IRT.
c. Peningkatan Kompetensi Tenaga PKP/DFI melalui Bimtek PKP dan DFI yang
dilaksanakan di Pusat maupun berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah sebagai
penyelenggara.
d. Berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian dan BKPM-PTSP Pusat terkait
Perijinan SPP-IRT yang akan dilaksanakan terintegrasi dengan Sistem Online Single
Submission (OSS).
Output kajian implementasi SPP-IRT ini adalah 28% Kabupaten/Kota yang diintervensi
asistensi regulasi dan disurvei mengenai implementasi SPP-IRT telah menerapkan SPP-
IRT sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2018 mengenai Pedoman
Penerbitan SPP-IRT.
Kegiatan kajian ini dilakukan melalui survei terhadap Dinkes Kabupaten/Kota dipilih
secara terencana (purposing sample) pada daerah yang telah diintervensi asistensi
regulasi SPP-IRT di tahun 2018. Daerah target kajian yaitu pada 8 Provinsi (Jawa Barat,
Pangkal Pinang, Maluku Utara, Papua Barat, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) sebanyak 46 Kabupaten/ Kota. Dinkes
Kabupaten yang disurvei sebanyak 33 Kabupaten, dan Dinkes Kota sebanyak 13 Kota.
Sebagai responden adalah Pimpinan (Kabid/Kasie); satu petugas PKP/petugas yang
36
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Analisis didasarkan pada enam indikator utama, yaitu: 1)jenis pangan yang diizinkan
untuk memperoleh SPP-IRT sesuai standar (16 kategori), 2)sebelum diterbitkan SPP-IRT
selalu diselenggarakan PKP, 3)sertifikat penyuluhan diberikan sesuai standar (nilai
minimal 60 dan nomor standar), 4)sarana produksi IRTP diperiksa sesuai standar
sebelum memberikan SPP-IRT, 5)IRTP mendapat sertifikat SPP-IRT jika hasil
pemeriksaan B-C atau I-II, 6)satu nomor SPP-IRT hanya diterbitkan untuk satu jenis
pangan dan satu jenis kemasan. Selain indikator utama, terdapat juga tujuh indicator
tambahan yaitu: 1)semua materi utama PKP diberikan, 2)semua petugas DFI memiliki
sertifikat, 3)penerimaan permohonan SPP-IRT sesuai standar (form sesuai 2012 dan
semua isinya diperiksa), 4)monitoring SPP-IRT sesuai standar, 5)ada laporan
penyelenggaraan penyuluhan PKP, 6)penomoran SPP-IRT sesuai standar (15 digit dan
paham), 7)semua petugas PKP memiliki sertifikat. Suatu indikator capaian dinyatakan
tercapai (baik) bila nilai yang dicapai lebih besar atau sama dengan 70 (≥70%).
Penggolongan Dinkes dalam pelaksanaan SPP-IRT didasarkan pada penilaian 6 kriteria
utama (KU) dan memenuhi minimal 5 kriteria tambahan. Berdasarkan hasil penilaian,
maka diperoleh Kab/Kota yang telah menerapkan SPP-IRT dengan baik, yaitu dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut ini:
37
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
1) Implementasi SPP-IRT pada tahun 2018 di 46 kab/kota pada umumnya sudah baik
yang dinyatakan dari kriteria indikator utama yang sudah 76% tercapai. Hal ini perlu
diikuti dengan peningkatan kriteria tambahan yang baru 68% tercapai.
2) Hal yang paling perlu ditingkatkan pada indikator utama adalah penyelenggaraan
pelatihan keamanan pangan (PKP) yang selalu harus dilakukan sebelum pemberian
SPP-IRT.
3) Masih terdapat 15,4% Dinkes yang menyelenggarakan penerbitan SPP-IRT tanpa
mengikuti prosedur penerbitan SPP-IRT yang dikeluarkan oleh BPOM/Perka BPOM.
4) Pelatihan petugas PKP dan DFI perlu direview kembali, karena pemahaman petugas
terhadap Perka BPOM massih minim yang menyebabkan penyimpangan dalam
penyelenggaraan penerbitan SPP-IRT.
5) Pelatihan PKP dan DFI secara online perlu dievaluasi kembali mengingat kompetensi
yang diharapkan belum banyak yang tercapai.
6) Masih banyak Pemda (42,3%) yang tidak menyediakan anggaran untuk pembinaan
IRTP.
7) Penerapan 6 indikator kriteria utama (KU) bagi implementasi SPP-IRT di tingkat Dinkes
Kabupaten/Kota menunjukkan masih perlu adanya peningkatan program dan
pengawasannya karena Kabupaten/Kota yang menerapkan pemberian SPP-IRT
sesuai Pedoman BPOM baru dicapai oleh 28,26 % dari 46 Dinkes Kabupaten/Kota
yang disurvei pada tahun 2018.
8) Masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
perhatian Dinkes Kabupaten/Kota agar dapat mengikuti pedoman pemberian SPP-IRT
yang dikeluarkan BPOM. Hal ini merupakan tantangan tersendiri karena umumnya
ketidak sesuaian pelaksanaan sangat bervariasi antara satu Kabupaten/Kota dengan
Kabupaten/Kota lainnya.
38
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Hal tersebut mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu yaitu melalui koordinasi
dan kerjasama lintas sektor terkait, termasuk dengan pemerintah daerah kabupaten/kota
guna memperkuat pengawasan pangan sebagai suatu komponen penting untuk menjamin
keamanan pangan. Pembinaan dan pengawasan tersebut harus dilakukan oleh tenaga
pembina dan pengawas pangan yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal dan profesional.
Keberadaan tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) yang kompeten merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam melakukan pengawalan dan pengawasan industri
pangan khususnya UMKM yang terus berinovasi dengan cepat yang memungkinkan
munculnya begitu banyak variasi jenis pangan yang ditawarkan kepada konsumen. Sejak
diterbitkannya peraturan BPOM pertama terkait SPP-IRT pada tahun 2003 hingga tahun
2007, Badan POM telah menyelenggarakan Bimtek Penyuluh Keamanan Pangan
termasuk kepada Pemerintah Daerah. Setelah tahun 2007, penyelenggaraan bimtek PKP
kemudian menjadi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Daerah. Namun jika
melihat kondisi saat ini, jumlah tenaga PKP baik yang ada di tingkat Badan POM maupun
di tingkat Pemerintah Daerah cenderung mengalami penurunan karena tenaga PKP yang
telah dilatih sebelumnya banyak yang dirotasi maupun dimutasi serta tidak banyak
Pemerintah Daerah yang tetap menyelenggarakan bimtek PKP secara mandiri. Untuk di
tingkat Badan POM, jumlah tenaga PKP di masing-masing Balai/Balai Besar juga menurun
terutama dengan adanya perubahan struktur organisasi dan pembentukan kantor BPOM
hingga level Kab/Kota.
Dari hasil Kajian Implementasi Peraturan BPOM terkait SPP-IRT yang dilakukan pada
tahun 2013 hingga tahun 2017 di 357 Kabupaten/Kota yang dikaji diperoleh data sebanyak
115 Kab/Kota atau 32,2% tidak memiliki tenaga PKP bersertifikat, sebanyak 223 Kab/Kota
atau 62,5% memiliki tenaga PKP bersertifikat 1-4 orang serta sebanyak 11 Kab/Kota atau
39
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
5,3% memiliki tenaga PKP lebih dari 5 orang. Melalui hasil kajian tersebut juga diketahui
hanya 27% Kabupaten/Kota yang memiliki Tenaga DFI bersertifikat. Melalui data tersebut
terlihat bahwa jumlah tenaga PKP yang bersertifikat di daerah masih perlu ditingkatkan.
40
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
No Instansi Jumlah
10 Balai Besar POM di Mataram 1 orang
11 Balai Besar POM Banjaramasin 1 orang
12 Balai Besar POM di Denpasar 1 orang
13 Balai besar POM di Surabaya 1 orang
14 Balai Besar POM di Samarinda 1 orang
15 Balai Besar POM di Palembang 2 orang
16 Balai besar POM di Medan 1 orang
17 Balai Besar POM di Padang 1 orang
18 Balai Besar POM di Jakarta 1 orang
19 Balai POM di Jambi 1 orang
20 Balai POM di Mamuju 1 orang
21 Balai POM di Sofifi 1 orang
22 Balai POM di Kupang 1 orang
23 Balai POM di Pangkalpinang 1 orang
24 Balai POM di Ambon 1 orang
25 Balai POM di Bengkulu 1 orang
26 Balai POM di Gorontalo 1 orang
27 Balai POM di Dumai 1 orang
28 Balai POM di Palu 1 orang
29 Loka POM 1 orang
30 Loka POM di Kota Balikpapan 1 orang
31 Loka POM di Kabupaten Tulang Bawang 1 orang
32 LOka POM di Kabupaten Aceh Tengah 1 orang
33 LOka POM di Kabupaten Aceh Selatan 1 orang
34 Loka POM di Kabupaten Manggarai Barat 1 orang
35 Loka POM di Kota Palopo 1 orang
36 Loka POM di Kabupaten Mimika 1 orang
37 Loka POM di Maluku Tenggara Barat 1 orang
38 Loka POM di Kabupaten Tanah Bumbu 1 orang
39 Loka POM di Kabupaten Banyumas 2 orang
40 Loka POM di Kabupaten Rejanglebong 1 orang
41 Loka POM di Kabupaten Jember 1 orang
42 Loka POM di Kabupaten Kediri 1 orang
43 Loka POM di Kabupaten Buleleng 2 orang
44 Loka POM di Kota Surakarta 1 orang
45 Loka POM di Kota Baubau 2 orang
46 Loka POM di Kabupaten Bima 1 orang
47 Loka POM di Kabupaten Ende 1 orang
48 Loka POM di Kota Payakumbuh 2 orang
49 Loka POM di Kabupaten Tangerang 2 orang
50 Loka POM di Kota Tanjung Pinang 1 orang
51 Loka POM di Kabupaten Sorong 1 orang
52 Loka POM di Kabupaten Banggai 1 orang
53 Loka POM di Kota Dumai 1 orang
54 Loka POM di Kota Tasikmalaya 1 orang
55 Loka POM di Kota Tarakan 1 orang
56 Loka POM di Kabupaten Indragiri Hilir 1 orang
Total 73 orang
41
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
42
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD 1945 serta tertera
dalam UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Negara berkewajiban mewujudkan
pemenuhan konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi hingga perseorangan.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berperan penting dalam pemenuhan asupan energi
dan gizi anak usia sekolah.
Aksi Nasional Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu, dan
bergizi (Aksi Nasional PJAS) sudah dimulai sejak tahun 2011-2014 merupakan gerakan
43
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi melalui partisipasi aktif dan
terpadu dari seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun
daerah, serta pemberdayaan komunitas sekolah. Aksi Nasional PJAS ini telah
mengiintervensi komunitas sekolah (siswa, orang tua sisawa, guru, pedagang PJAS,
pengelola kantin) di 23.510 SD/MI yang tersebar di 31 provinsi.
Kemudian dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan
preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban
pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Sesuai dengan Instruksi Presiden No.1
Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) mendapatkan mandat untuk (a) menjamin keamanan dan mutu
pangan olahan yang beredar di masyarakat; dan (b) memperkuat dan memperluas
pengawasan dan intervensi keamanan PJAS.
Dalam kurun waktu tiga (3) tahun (2017-2019), BPOM melaksanakan Intervensi Keamanan
PJAS melalui Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di 34 Provinsi dengan
target mengintervensi 17.000 sekolah SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SLTA/sederajat.
Tahun 2017 telah mengintervensi sebanyak 5000 sekolah di 10 provinsi, tahun 2018 telah
mengintervensi 5000 sekolah di 10 provinsi, dan pada tahun 2019 ini akan mengintervensi
7000 SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SLTA/sederajat di 14 provinsi.
Gambar 4. Roadmap Program Intervensi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Tahun 2018 ini, intervensi dilakukan di 10 provinsi antara lain Program Pembinaan
Keamanan PJAS di Provinsi tahun 2018 dilaksanakan di 10 provinsi antara lain Provinsi
Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Banten, Provinsi Daerah
44
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pelaksana Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di Provinsi adalah Pusat dan
Daerah (BB/Balai POM). Fungsi Balai Besar/Balai POM sebagai organizing committee
berwenang secara teknis di lapangan atas seluruh persiapan, koordinasi dan pelaksanaan
program. Balai Besar/Balai POM memiliki kontrol penuh terhadap semua rangkaian
pelaksanaan program. Sedangkan Pusat (Badan POM c.q Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha) sebagai steering committee, memandu, memantau,
memonitor, dan mengevaluasi rangkaian pelaksanaan program di daerah.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi program bersama/integrasi lintas sektor
di tingkat pusat untuk Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di daerah,
45
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
dan menyamakan persepsi dan pemahaman petugas Balai Besar/Balai POM terhadap
implementasi program PJAS di provinsi.
Pelaksanaan ToT Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah yang dilaksanakan tanggal 23-
24 April 2018 di Hotel Grand Mercure – Jakarta. Berdasarkan hasil survei kepuasan
pelanggan, 100% peserta ToT setuju menyatakan bahwa kegiatan ini sebagai sumber
informasi penting bagi mereka dalam kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah.
Kemudian 83,79% peserta ToT berharap dapat mengikuti kegiatan ini lagi apabila
diselenggarakan di lain waktu. Berdasarkan penilaian keseluruhan kinerja petugas
dalam pelayanan kegiatan ToT, 100% peserta ToT merasa puas. Adapun saran-saran
dari peserta yakni jumlah materi yang disampaikan terlalu banyak sehingga perlu
penambahan waktu pelaksanaan, kemudian untuk layout tempat duduk dibentuk U-
shape agar diskusi lebih efektif.
46
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
47
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan
modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan
kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumber daya tersebut
seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran
program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya
yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN
yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola
karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v)
promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.
Salah satu upaya Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha untuk
mendukung percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan POM, khususnya di
Kedeputian III Bidang Pengawasan Pangan Olahan adalah dengan melakukan evaluasi
kinerja Kedeputian III. Tujuan kegitan ini adalh untuk mengevaluasi kinerja unit-unit kerja
di Kedeputian II. Selain itu tujuan kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membangun
teamwork yang baik di Kedeputian III. Acara ini dilaksanakan di Desa Wonosari,
Gunung Kidul, pada tanggal 18-20 Juli 2018.
48
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Adapun kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan dengan 3 metode, yaitu:
a. Monev setiap tahapan
Kegiatan untuk memantau pencapaian output setiap tahapan dengan cara Balai
Besar/Balai POM mengisi data pencapaian output setiap tahap kegiatan dengan
sesuai form yang tersedia pada masing-masing Juknis melalui
http://bit.ly/PJAS2019. Selain itu, petugas pusat juga melakukan supervisi ke 10
provinsi untuk memverifikasi progress dan kesesuaian tahapan dengan juknis-juknis
Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di provinsi.
b. Monev keseluruhan program
Setelah rangkaian kegiatan PJAS selesai dilaksanakan, maka dilakukan evaluasi
keberhasilan program intervensi keamanan PJAS, dengan cara:
1) Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha menyiapkan kuesioner
monev dalam bentuk link online dan hardcopy dalam bentuk MS Word.
2) Balai Besar/Balai POM mengkoordinir pengumpulan data monev di daerah dan
mengirimkan kuesioner monev kepada target responden di 5000 sekolah di 10
provinsi dengan memilih bentuk kuesioner sesuai kondisi di lapangan
3) Target responden adalah:
• Petugas Balai Besar/Balai POM Pelaksana Intervensi Keamanan PJAS 2019
• Kepala Sekolah/Guru UKS
• Lintas Sektor (Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan
Kementerian Agama
c. Workshop monev PJAS
Pada workshop monev PJAS diperoleh tersosialisasi capaian pelaksanaan tahapan
kegiatan intervensi PJAS di provinsi serta diperolehnya rekomendasi dari diskusi
yang melibatkan lintas sektor tentang pelaksanaan program PJAS termasuk
terwujudnya komitmen lintas sektor dalam menjaga keberlangsungan pelaksanaan
Program PJAS di daerah.
Workshop monev di setiap provinsi yang menjadi target (10 provinsi) umumnya
dilakukan di ibu kota provinsi yang dihadiri kurang lebih 40 orang yang mewakili
sekolah penerima PBKPKS (Piagam Bintang Keamanan Pangan Sekolah), Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kab/Kota, Kanwil Agama, Dinas Pertanian, dan Pemkot.
49
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Beberapa provinsi bahkan dihadiri oleh Walikota/Bupati sebagai salah satu bentuk
perhatian pemerintah daerah dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan
bergizi.
Acara terlebih dahulu diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian
sambutan dari Kepala BB/BPOM dan sambutan serta pembukaan secara resmi oleh
pejabat Pemkot/Pemkab. Selanjutnya acara workshop monev pjas diisi dengan
presentasi dari narasumber pusat yang memaparkan tentang capaian program
intervensi PJAS secara nasional, hasil olah survei online terhadap BB/BPOM, Guru,
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kanwil
Kementerian Agama dari wilayah target sekolah di 10 Provinsi. Kemudian
dilanjutkan dengan hasil survei online terhadap siswa di 10 provinsi yang menjadi
target dimana setiap provinsi diambil 40 siswa SD/MI, 40 siswa SLTP/MTs, dan 40
siswa SLTA/MA. Presentasi dilanjutkan dengan presentasi dari Kepala BB/BPOM
tentang hasil capaian setiap tahapan pelaksanaan intervensi PJAS di masing-
masing provinsi. Setelah acara presentasi dilanjutkan dengan diskusi untuk
mengklarifikasi, menyamakan persepsi, memperoleh kejelasan dan bagaimana
untuk menjaga keberlangsungan program PJAS di daerah secara mandiri.
Hal ini karena strategi yang dilakukan kurang sesuai, dimana jumlah undangan sama
dengan jumlah target, sehingga jika ada undangan yang berhalangan hadir, maka
target tidak tercapai. Sementara itu, di provinsi lain menggunkan strategi yang lebih
sesuai, dimana jumlah undanga dilebihkan untuk mengantisipasi jika ada undanaga
yang tidak hadir, dan strategi berhasil mencapai target.
50
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pada sesi diskusi dalam Workshop Monev PJAS di 10 Provinsi, terdapat beberapa
hal yang menjadi perhatian bersama antara Badan POM, BB/BPOM, K/L/PD
diantaranya yaitu:
1) Perlunya meningkatkatkan kemitraan antara lintas sektor terkait dalam
Pengawasan PJAS, antara lain Badan POM, Kemenkes, Kemendikbud, Kanwil
Kemenag, Kementerian Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan,
Kemenkominfo, Kementan, Kemendag, dan KKP di tingkat pusat dan di tingkat
daerah.
2) Kemitraan yang kuat diharapkan dapat mensinergisme kan program-program
sejenis yang dimiliki oleh K/L seperti PJAS/PBKPKS, sekolah ramah anak,
sekolah adiwiyata, sekolah sehat, progras, gemar ikan dan lain-lain.
3) Sinergisme antara K/L yang memiliki program-program sejenis tersebut
diharapkan memunculkan Program Baru yang terpadu dan multi sektor dan
dapat dijaga keberlangsungannya.
4) Perlunya peran dan komitmen Pemda/Pemkot untuk terlibat dalam program
PJAS atau yang sejenisnya dengan memasukkan program PJAS dalam
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang dibiayai
oleh APBD.
51
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
52
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
8 Tenggara
Banten Balai Besar POM di 13 13 100
9 Gorontalo Serang
Balai POM di 6 9 150
Gorontalo
53
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Strategi dan implementasi program yang tepat diperlukan untuk mewujudkan PJAS
yang aman, bermutu dan bergizi, mengingat sekolah di Indonesia jumlahnya sangat
banyak yang tersebar di kota hingga pelosok perdesaan. Kondisi kantin dan pangan
yang dijual sangat beragam yang menyebabkan beragamnya jenis dan tingkat risiko
keamanan pangannya. Selain itu, jumlah pengawas pangan yang terbatas juga
menjadi faktor pembatas dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi.
Pendampingan kepada komunitas sekolah (kepala sekolah, guru UKS, orang tua
siswa, siswa, pedagang PJAS, dan pengelola kantin) dilakukan bersama-sama
antara Balai Besar/Balai POM dengan instansi terkait lainnya seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Tujuan akhir dari program intervensi PJAS dengan
pendekatan ekstensifikasi program adalah terwujudnya kemadirian/berdayanya
komunitas sekolah dalam mengawasi pangan jajanan anak sekolah. Kemandirian
ini terlihat dari ada atau tidaknya Tim Keamanan Pangan Sekolah, atau Program
Keamanan Pangan Sekolah yang terintegrasi dalam program UKS, atau tersedianya
sarana prasarana kantin yang memenuhi syarat keamanan pangan, dimuatnya
materi keamanan pangan dalam muatan atau tersedianya anggaran untuk
keamanan PJAS dari Pemda atau sumber lainnya.
54
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Kegiatan yang dilakukan di daerah (Balai Besar/Balai POM) yaitu advokasi lintas
sektor, pelatihan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKPKS),
operasionalisasi mobil keliling, audit PBKPKS, pemberian paket edukasi, dan
pemberian PBKPKS. Program ini dilaksanakan secara koordinatif yang melibatkan
lintas sektor terkait. Strategi dan tahapan kegiatan yang dirancang ini memerlukan
komitmen dan dukungan semua lintas sektor terkait.
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Mikro, jumlah usaha Mikro
yang ada sebanyak 55.856.756 dari jumlah total industri 55.888.700 (99,94%).
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk menumbuhkan iklim yang kondusif untuk
pengembangan usaha bagi UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini untuk mendukung agenda Nawa Cita ke-6 dalam
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
Dalam rangka mendukung pemberdayaan UMKM, dapat mengadopsi strategi TOT berbasis
masyarakat, yang mana dengan memberdayakan Pendamping Desa untuk memperluas
cakupan UMKM yang diintervensi. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh
Badan POM untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan serta arah yang sama
untuk mencapai tujuan UMKM terintervensi pengetahuan keamanan pangan yang sama,
maka perlu dilaksanakan peningkatan kapasitas Fasilitator Keamanan Pangan dalam bidang
pangan melalui peningkatan kapasitas manajemen mitra kerja dan Training of Trainer (ToT)
Fasilitator Keamanan Pangan.
55
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Kegiatan usaha pangan (UMKM) yang diintervensi keamanan pangan merupakan kegiatan
prioritas nasional. UMKM yang diintervensi keamanan pangan selanjutnya diharapkan dapat
menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) baik untuk pangan siap saji
maupun pangan industri rumah tangga sehingga produk yang dihasilkan oleh UMKM aman
dan memenuhi persyaratan. Program intervensi keamanan pangan untuk UMKM pangan ini
dilaksanakan untuk periode tahun 2017 hingga 2019.
Kegiatan intervensi keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan dilaksanakan dengan
cara:
1. Bimbingan teknis kepada pelaku usaha pangan. Penyelenggaraan bimtek dilaksanakan
di 11 (sebelas) kota yaitu Serang, Palembang, Banda Aceh Padang, Medan, Semarang,
Bandung, Bogor, Yogyakarta dan Surabaya dan Jakarta, dengan jumlah total peserta
sebanyak 9.543 pelaku usaha pangan. Kegiatan ini melibatkan BB/BPOM setempat.
Selanjutnya untuk 4 pelaku usaha pangan peserta bimbingan teknis di Jakarta akan
mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dalam memahami dan menerapkan
persyaratan CPPOB secara konsisten.
2. Kegiatan Training of Trainer bagi Fasilitator Keamanan Pangan, kegiatan ini mencetak
202 orang tenaga Fasilitator Keamanan Pangan tingkat nasional yang berasal dari
organisasi masyarakat. Selanjutnya Fasilitator Keamanan Pangan tingkat Nasional
(FasNas) melakukan diseminasi internal di masing-masing wilayahnya sehingga dicetak
Fasilitator Keamanan Pangan tingkat Daerah (FasDa). Baik FasNas dan FasDa
bertanggung jawab melaksanakan edukasi keamanan pangan bagi pelaku Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayahnya masing-masing.
3. Workshop FGD dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta 9 (sembilan) Politeknik Kesehatan (Poltekkes)-
Kementerian Kesehatan Bandung, Jakarta III, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Malang, Serang, Medan dan Padang. Workshop ini dilakukan sebagai bentuk koordinasi
dalam pelaksanaan sosialisasi keamanan pangan yang akan dilaksanakan oleh alumni
dan atau mahasiswa Poltekkes yang akan bertugas sebagai tenaga Fasilitator
Keamanan Pangan di desa target. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari
permasalahan tidak tercapainya target jumlah UMKM yang diintervensi pada tahun 2017
dan konsolidasi serta koordinasi dengan pihak Poltekkes.
4. Sosialisasi Keamanan Pangan kepada pelaku usaha pangan dilaksanakan oleh
Fasilitator Keamanan Pangan yang berasal dari organisasi masyarakat dan mahasiswa
dan atau alumni Poltekkes. Fasilitator keamanan pangan yang berasal dari organisasi
masyarakat mengintervensi sebanyak 7.015 pelaku usaha pangan, sedangkan fasilitator
56
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
keamanan pangan yang berasal dari Poltekkes mengintervensi sebanyak 10.580 pelaku
usaha pangan.
Realisasi indikator kinerja kedelapan Persentase (Usaha Mikro Kecil dan Menengah/UMKM)
yang meningkat pemahamannya tentang keamanan pangan yaitu pada tahun 2018 sebesar
68,8% bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar 70% maka capaian adalah sebesar
98,40% dengan kategori cukup. Realisasi tahun 2018 bila dibandingkan dengan realisasi
tahun 2017 adalah sebesar 102,38%. Indikator kinerja pada tahun 2017 berupa jumlah
UMKM yang diintervensi kemudian dikonversi menjadi persentase. Realisasi tahun 2018
dibandingkan dengan indikator kinerja pada Renstra tahun 2019 adalah 86%, sehingga
masih terdapat gap dengan Renstra tahun 2019 untuk indikator tersebut sebesar 14%.
Diperlukan upaya dalam meningkatkan pemahaman keamanan pangan pelaku usaha.
Capaian tahun 2018 sebesar 98,40%, hal ini disebabkan sebagian peserta yang belum
mencapai kompetensi yang diharapkan karena latar belakang pendidikan pelaku usaha
pangan yang beragam. Rencana tindak lanjut untuk dapat meminimalkan potensi masalah
tersebut diperlukan model intervensi dengan materi yang lebih disesuaikan dengan tingkat
pendidikan peserta sehingga materi keamanan pangan yang dapat mudah dipahami oleh
pelaku usaha pangan.
Realisasi tahun 2018 terhadap sasaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha yaitu persentase UMKM Pangan yang diintervensi keamanan pangan sebesar
24,42% bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar 20% maka capaian adalah sebesar
122%. Hal ini disebabkan karena antusiasme dari pelaku usaha pangan untuk mengikuti
kegiatan bimbingan teknis dan sosialisasi keamanan pangan. Selain itu, komitmen dari
organisasi masyarakat, poltekkes serta stakeholder lainnya untuk mendukung kegiatan
bimbingan teknis dan sosialisasi keamanan pangan. Workshop FGD dengan Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta
9 (sembilan) Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan turut memberi andil
dalam penguatan komitmen serta koordinasi dalam pelaksanaan sosialisasi keamanan
pangan. Pertemuan koordinasi dengan para pemimpin organisasi masyarakat serta
pelaksanaan ToT bagi Fasilitator Keamanan Pangan memperkuat komitmen dan dukungan
dari organisasi masyarakat terhadap pelaksanaan bimbingan teknis keamanan pangan dan
sosialisasi keamanan pangan.
Pada tahun 2019 target persentase UMKM Pangan yang diintervensi keamanan pangan
sebesar 2%, yang merupakan peningkatan 2% dari jumlah UMKM Pangan yang diintervensi
keamanan pangan pada tahun 2018. Persentase ini dibuat relatif stabil terhadap intervensi
UMKM pangan tahun 2018 adalah berorientasi pada pengawalan UMKM yang sudah
57
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
diintervensi serta penambahan UMKM pada kegiatan pendampingan yang sifatnya intensif
sehingga penambahan jumlah UMKM tidak besar.
Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata merupakan kegiatan prioritas
nasional yang diinisiasi oleh Badan POM dan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata.
Desa wisata yang dipilih sebagai lokus merupakan 10 destinasi prioritas Kementerian
Pariwisata.
Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata merupakan kegiatan yang
mendukung kegiatan desa pangan aman untuk meningkatkan keamanan pangan
masyarakat desa khususnya di desa daerah destinasi wisata. Kegiatan ini merupakan
kegiatan pendukung desa pangan aman, dengan kata lain indikator kegiatan ini mendukung
IKU desa pangan aman. Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata dilakukan
dalam bentuk bimbingan teknis dengan target para Pedagang Kreatif Lapangan (PKL),
UMKM Pangan dan stakeholder terkait. Target kegiatan ini akan dilaksanakan ke 10
(sepuluh) desa destinasi wisata yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di
Pangkal Pinang, Kepulauan Seribu di Jakarta, Tanjung Lesung di Serang, Borobudur di Jawa
Tengah, Bromo Tengger di Jawa Timur, Mandalika di Mataram, Wakatobi di Kendari, Labuan
Bajo di Kupang dan Pulau Morotai di Maluku.
Kegiatan ini baru dimulai pada tahun 2017. Capaian kegiatan desa pangan aman di daerah
destinasi wisata tahun 2018 mencapai 100%, karena telah dilaksanakan kegiatan bimbingan
teknis di 10 (sepuluh) desa daerah destinasi wisata sesuai target dan telah melakukan
bimbingan teknis kepada dengan cakupan 790 peserta yang berasal dari UMKM pangan dan
stakeholder terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Perangkat
Desa).
Tahapan kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata adalah sebagai berikut:
1. Bimtek Usaha Pangan Desa terkait Daerah Wisata
Bimbingan teknis dilakukan dengan cara penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan
oleh narasumber BB/BPOM dan Pusat kepada komunitas pengusaha pangan yang
terdiri dari pelaku usaha pangan siap saji, industri rumah tangga dan stakeholder terkait.
Acara bimtek berlangsung selama 1 (satu) hari dan dihadiri oleh peserta yang berjumlah
80 (delapan puluh) orang di setiap lokus. Kepada para peserta dilakukan pengukuran
pengetahuan dalam bentuk tes di awal dan di akhir acara untuk mengetahui sejauh
58
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
mana pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan dalam bimbingan teknis
yang telah dilakukan.
SOTK Lama
Kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata di laksanakan di 5 (lima) titik yaitu
Desa Citeureup (Tanjung Lesung di Serang), Desa Kenalan (Borobudur di Jawa Tengah),
Desa Bon Jeruk (Mandalika di Mataram), Pulau Pramuka (Kepulauan Seribu di Jakarta), dan
Desa Senduro (Bromo Tengger di Jawa Timur). Kegiatan ini cukup berhasil dengan nilai
capaian 100% yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
SOTK Baru
Kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata dilaksanakan di 5 (lima) titik yaitu
Desa Morotai Timur (Morotai di Maluku), Desa Sibaganding (Danau toba di Sumatera Utara),
Kampung Ujung (Labuan Bajo di Kupang), Desa Lenggang Gantung (Tanjung Kelayang di
Pangkal Pinang), dan Kelurahan Wanci (Wakatobi di Kendari). Kegiatan ini cukup berhasil
dengan nilai capaian 100% yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jumlah Desa
Sasaran
Pangan Aman di
Kegiatan 3: 5 Desa Desa 100 % “BAIK”
Daerah Destinasi
Desa Wisata
Wisata
59
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Selain itu, kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata didahului dengan advokasi
BPOM kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk kegiatan pertemuan advokasi Pemerintah
Daerah oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pelaku Usaha. Kegiatan advokasi juga
berhasil melakukan pendekatan ke Kepala Daerah sehingga Pemerintah Daerah
memberikan dukungan yang optimal pada program keamanan pangan. Dinas Kesehatan di
daerah destinasi wisata juga ikut terlibat dalam hal pengawasan pangan.
TINDAK LANJUT
Program pasar aman dari bahan berbahaya merupakan program yang diinisiasi oleh Badan
POM sejak tahun 2013 dan melibatkan kontribusi aktif dari pemangku kepentingan lainnya.
Program ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi, pasar merupakan simpul penting
dalam rantai peredaran bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan ke industri rumah
tangga pangan, termasuk pengolah PJAS. Oleh sebab itu pengendalian peredaran bahan
berbahaya di pasar menjadi salah satu upaya intervensi dari sisi pasokan (supply side) dalam
meningkatkan keamanan pangan.
Implementasi program ini disusun melalui rencana aksi yang melibatkan peran masyarakat,
lintas sektor dan stakeholder terkait untuk mewujudkan pasar aman dari bahan berbahaya
60
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Adapun untuk mencapai target yang diharapkan, telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai
bagian dari intervensi terhadap pasar-pasar tersebut:
- Focused Group Discussion komitmen pemda dan lintas sektor tentang pasar aman dari
bahan berbahaya.
- Bimtek keamanan pangan.
- Pelatihan fasilitator pasar aman dari bahan berbahaya di daerah.
- Monitoring dan evaluasi implementasi pasar aman dari bahan berbahaya.
- Pengadaan peralatan pendukung untuk pasar pilot dalam rangka pasar aman dari bahan
berbahaya.
- Penyusunan dan review pedoman dan modul.
- Sosialisasi Sistem Informasi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya (SIPAMAN)
- Penyusunan dan penyebaran media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan
pangan.
- Asistensi dan sosialisasi pasar aman dari bahan berbahaya kepada pemerintah daerah
dalam Germas Sapa.
- Perencanaan dan evaluasi program gerakan masyarakat hidup sehat sadar pangan
aman.
Sampai akhir tahun 2018, beberapa output telah dihasilkan oleh program Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya, diantaranya: dari hasil Focused Group Discussion Komitmen Pemda dan
lintas sektor tentang pasar aman dari bahan berbahaya, sebanyak 81% pasar memenuhi
kriteria Pasar Aman dari Bahan Berbahaya sehingga mendapatkan capaian sebesar
124,6%. Keberhasilan ini disebabkan oleh:
61
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
1. Adanya dukungan dari pemerintah daerah terhadap program pasar aman dari bahan
berbahaya, dukungan tersebut berupa alokasi anggaran untuk mendukung program
pasar;
2. Pemerintah Daerah telah melakukan sosialisasi mengenai keamanan pangan di pasar
pasar target;
3. Pemerintah Daerah telah melakukan tindak lanjut atas temuan pangan yang tidak
memenuhi syarat di pasar pasar target;
4. Adanya replikasi pasar aman dari bahan berbahaya yang dilaksanakan oleh beberapa
Pemda dan berdampak pada penguatan manajemen pasar.
Pelatihan fasilitator pasar aman dari bahan berbahaya pada tahun 2018, BPOM telah
melakukan kerjasama dengan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo). Dari target
sebanyak 300 peserta, diperoleh 263 peserta yang mengikuti pelatihan tersebut. Tidak
tercapainya jumlah peserta diakibatkan karena belum tersedianya anggaran beberapa
Pemerintah Daerah untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dapat menjadi evaluasi untuk
membuat strategi baru dalam penyelenggaraan di tahun 2019. Sampai dengan tahun 2018,
sebanyak 618 Fasilitator yang berasal dari OPD terkait dan unit pusat telah dilatih melalui
Pelatihan Fasilitator Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Fasilitator ini diharapkan menjadi
motor penggerak keberlangsungan program di daerah, khususnya dalam mendorong Pemda
untuk mereplikasi pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya.
Hasil pengawasan terhadap pangan dan bahan berbahaya yang beredar di pasar, yang
dilakukan oleh petugas pasar dan disupervisi oleh petugas dari Balai Besar/ Balai POM
menunjukkan adanya tren penurunan dari tahun 2013-2018.
Grafik 4. Hasil Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya di Pasar tahun 2013-2018
62
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Dari 170 pasar yang diintervensi, telah dilakukan penilaian terhadap pasar yang akan
mendapatkan award pasar aman dari bahan berbahaya. Indikator penilaian award tersebut
adalah adanya dukungan dari pemerintah daerah, kondisi pasar, hasil uji dan sampling
pangan serta kemandirian pasar dalam Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Ketiga
pasar tersebut adalah Pasar Sambelegi Kab. Sleman, Pasar Minulyo Kab. Pacitan, Pasar
Kahayan Kota Palangkaraya. Keberhasilan ke 3 pasar tersebut tentunya dapat menjadi
percontohan bagi pasar yang lain dan motivasi kepada Pemerintah Daerah untuk secara
mandiri mewujudkan Pasar Aman dari Berbahaya.
Terkait dengan output yang sudah dicapai sampai dengan tahun 2018, diperlukan rencana
aksi untuk menindaklanjuti dan mendorong keberhasilan implementasi Program Pasar Aman
dari Bahan Berbahaya, diantaranya:
1. Perlunya pendampingan dan pembinaan bagi pasar-pasar hasil replikasi daerah baik
oleh petugas pengawas di pasar, fasilitator, maupun petugas Balai Besar/ Balai POM.
Penyediaan peralatan pendukung untuk pengawasan oleh Pemda sebaiknya diikuti
dengan monitoring secara rutin.
2. Pemberdayaan tim pengawas terpadu bahan berbahaya untuk menindaklanjuti hasil
temuan di pasar percontohan khususnya di daerah-daerah dengan rata-rata temuan
pangan TMS di pasar percontohan diatas rata-rata nasional. Diharapkan Tim Pengawas
Terpadu di daerah dapat menyusun suatu SOP untuk tindak lanjut hasil pengawasan
bahan berbahaya di pasar.
3. Pengembangan metode intervensi baru terhadap wilayah yang rata-rata temuan pangan
TMS di pasar percontohan masih diatas rata-rata nasional.
4. Pemberdayaan fasilitator program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diperlukan
sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang telah dilaksanakan sehingga tahun 2020
Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di daerah telah siap dialih kelola oleh
Pemda.
5. Penguatan terus menerus Jejaring Keamanan Pangan Daerah untuk lebih mendukung
program keamanan pangan termasuk Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya
63
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Sebanyak 19 pasar di destinasi pariwisata prioritas juga telah diintervensi Badan POM pada
tahun 2018. Hasil Intervensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Hasil intervensi pasar aman di destinasi wisata tahun 2018
No Provinsi Destinasi Pariwisata Nama Pasar
1. Sumatera Utara Danau Toba Pasar Balige
Pasar Tiga Raja
2. Kepulauan Bangka Tanjung Kelayang Pasar Berehun
Belitung Pasar Gantung
3. Banten Tanjung Lesung Pasar Panimbang
Pasar Citeureup
4. DKI Jakarta Kepulauan Seribu Pasar Pulau Untung Jawa
Pasar Pulau Pramuka
5. Jawa Tengah Borobudur Pasar Borobudur
Pasar Salaman
6. Jawa Timur Bromo-Tengger- Pasar Sukapura
Semeru Pasar Senduro
7. NTB KEK Mandalika Pasar Sengkol
Pasar Jelojok
8. NTT Labuan Bajo Pasar Kampung Ujung
Pasar Batu Cermin
9. Sulawesi Tenggara Wakatobi Pasar Mandati
Pasar Usuka
10. Maluku Utara Morotai Pasar Baru Gotalamo
64
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Pada tahun 2018, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka sosialisasi keamanan pangan
adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi Keamanan Pangan kepada Individu
Kegiatan ini masuk dalam anggaran tahun berjalan (TA 2018) namun masih termasuk
output Struktur Organisasi Lama (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan).
Tabel 22. Hasil evaluasi pemahaman peserta pada Kegiatan Sosialisasi Keamanan Pangan
kepada Individu
NO TANGGAL ORMAS Nilai rata-rata Nilai rata- Delta
PELAKSANAAN pre tes rata post tes
1 4 April 2018 Mahaiswa 87.07 90.96 3.89
UNJ
2 12 April 2018 Kowani 86.49 87.76 1.27
3 17 April 2018 Kowani 87.31 90.30 2.99
4 19 April 2018 Pramuka 87.31 91.22 3.91
5 4 Mei 2018 Aisyiyah 86.00 89.00 3.00
6 7 Mei 2018 Salimah 85.00 88.00 3.00
7 8 Mei 2018 Wanita Islam 83.00 88.00 5.00
8 9 Mei 2018 Salimah 85.00 88.00 3.00
9 3 Juli 2018 Aisyiyah 84.00 88.00 4.00
10 6 Juli 2018 PKK 87.00 89.00 2.00
11 13 Juli 2018 PKK 85.00 89.00 4.00
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) kegiatan ini adalah Persentase individu yang
memahami konsep keamanan pangan dengan perhitungan perbandingan jumlah
individu yang memahami konsep keamanan pangan terhadap jumlah individu yang
mendapat sosialisasi keamanan pangan. Individu yang memahami konsep keamanan
65
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
pangan adalah masyarakat yang mendapat sosialisasi keamanan pangan dengan hasil
evaluasi (post test) sesuai dengan kriteria, yaitu nilai di atas 80.00.
Berikut daftar MoU Badan POM dan Ormas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 23. Daftar MoU Badan POM
NO MOU / PERJANJIAN TENTANG TANGGAL DAN TAHUN
KERJASAMA PENANDATANGAN
MOU
1 MoU antara Badan Kerja sama dalam pelaksanaan 30 Oktober 2017
POM - PP 'Aisyiyah komunikasi, informasi dan edukasi (3 tahun)
di Bidang Obat dan Makanan
2 MoU antara Badan Peningkatan Peran Tim Penggerak 30 Oktober 2017
POM - TP PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan (3 tahun)
Pusat Keluarga di Bidang Keamanan
Obat dan Makanan
3 MoU antara Badan Pemberdayaan Potensi Gerakan 22 Februari 2017 - 2022
POM-Kwarnas Pramuka dalam Peningkatan (5 tahun)
Keamanan Obat dan Makanan
4 MoU antara Salimah Kerja Sama Dalam Pelaksanaan 5 Maret 2016 -2019
dan Badan POM Komunikasi Informasi Dan Edukasi (3 tahun)
Keamanan Pangan
5 MoU antara Badan Kerja Sama di Bidang Pendidikan, 7 Desember 2015 - 2020
POM dan UNJ Penelitian dan Pengabdian (5 tahun)
Masyarakat
6 MoU antara Badan Kerja Sama dalam Pelaksanaan 21 Mei 2015 - 2018
POM dan KOWANI Komunikasi Informasi dan Edukasi (3 tahun)
Keamanan Pangan
PKS
1 PKS antara Deputi III Pemberdayaan Potensi Gerakan 30 Oktober 2017 - 2020
dengan Wakil Kepala Pramuka dalam Peningkatan (3 tahun)
Bidang Perencanaan Keamanan Pangan
Pengembangan dan
Kerjasama Kwartir
Nasional
2 PKS antara Deputi III Pelaksanaan Komunikasi Informasi 28 Februari 2017 - 2020
dan Sekretaris Dan Edukasi Keamanan Pangan (3 tahun)
Jenderal Kowani
3 PKS antara Deputi III Komunikasi Informasi dan Edukasi 28 Februari 2017 - 2021
dengan Sekretaris Keamanan Pangan (4 tahun)
Umum Persaudaraan
Muslim (SALIMAH)
66
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
TINDAK LANJUT
67
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
aman untuk dikonsumsi. Selain itu, perangkat desa/kelurahan dan pemuda mampu
melakukan pengawasan pangan yang beredar di daerahnya. Sehingga risiko
masyarakat terkena penyakit dapat diturunkan dan ekonomi masyarakat dapat
ditingkatkan. Disamping itu, beban Pemerintah Daerah untuk mengatasi masalah
pangan menjadi berkurang.
Adapun nama dan narasumber dan jadwal dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan sebagai berikut:
68
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Tabel 24. Nama dan narasumber dan jadwal dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
Narasumber Instansi Tanggal Lokasi Peserta
69
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
70
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
71
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
72
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
keamanan pangan tersebut yaitu melalui kegiatan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi
dalam bentuk booth/stand keamanan pangan dalam suatu event pameran. Pameran
sendiri seyogyanya menjadi alternatif sarana penyebaran informasi untuk meningkatkan
pengetahuan kepada masyarakat. Disamping mempromosikan tentang keamanan
pangan, dalam pameran secara tidak langsung dapat memberikan informasi dan
edukasi tentang keamanan pangan kepada masyarakat luas sehingga diharapkan
mampu mengubah sikap mentalnya terhadap masalah keamanan pangan.
Pameran keamanan pangan yang dilaksanakan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Daftar Pameran Keamanan Pangan tahun 2018
Pameran Pembangunan
5. Kesehatan. Hari 8 – 10 November 2018 ICE BSD, Serpong, Banten
Kesehatan Nasional
73
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
BPOM terus berupaya meningkatkan awareness masyarakat terhadap Obat dan Makanan
yang dikonsumsinya salah satunya melalui Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyarakat tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan bersama Tokoh Masyarakat
dan Organisasi Masyarakat. Peserta berasal dari masyarakat dan komunitas pasar, agar
masyarakat mampu memilih pangan yang aman di pasar, baik pasar modern maupun pasar
tradisional. Materi yang disampaikan berisi tentang pangan aman, pangan bebas bahan
berbahaya dan kemasan pangan yang aman.
Hasil pelaksanaan KIE dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18 berikut ini:
Tabel 26. Hasil Pelaksanaan KIE tentang Bahan Berbahaya dan Kemasan Pangan
NO TOKOH BPOM BB/ BPOM TGL TEMPAT JUMLAH
MASYARA PESERTA
KAT
1 Dr. H. Suir Dini M. Suhendri 5 September Gedung Serba 200
Syam, Gardenia 2018 Guna Serumpun, Jl.
M.Kes Rambutan Raya,
Kec Kuranji Kota
Padang, Sumbar
2 Fifi Yani 7 September Gedung M. Syafei, 200
2018 Padang Panjang,
Jl. Jend. Sudirman
No.kel, Ps. Baru,
Padang Panjang
Bar., Kota Padang
Panjang, Sumbar
3 Betti Neni Yuliza Meilifa 7 September Aula Kemenag 200
Shadiq 2018 Sumbar
4 Pasadigoe M. Suhendri 9 September Aula Kantor Wali 200
2018 Nagari Baringin,
74
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
75
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
Tabel 27. KIE Bersama Tokoh Masyarakat *): undangan 200 orang tetapi yang hadir 153 orang
NO ORMAS TANGGAL TEMPAT JUMLAH PESERTA
1 PD Pasar Pakuan Jaya 15 Desember 2018 D’Anaya Hotel 111
dan masyarakat Bogor
2 Persaudaraan Muslimah 19 Desember 2018 Hotel Balairung 118
(Salimah)
JUMLAH TOTAL 229
76
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
77
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
PENUTUP
Tahun 2018 merupakan tahun perubahan Badan POM menggunakan struktur dan tata kerja yang
baru. Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 mengakibatkan terjadinya perubahan nama unit kerja dan ada perpindahan kegiatan
dari Direktorat di organisasi tata kerja lama dan yang baru. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
dan Pelaku Usaha merupakan Direktorat yang baru muncul namanya di struktur organisasi Badan
POM.
Sebagian besar program yang dijalankan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha merupakan program dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan di strukur
organisasi lama. Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya dan Pasar Aman di Destinasi Wisata
juga dijalankan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha merupakan
pelimpahan dari Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya di strukur organisasi lama.
Program yang dilaksanakan pada tahun 2018 merupakan pelaksanaan program kerja yang tertuang
dalam Revisi Renstra Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 2015 – 2019 guna
mendukung visi dan misi Badan POM.
Beberapa Program Nasional telah dilakukan melanjutkan program yang sudah ada di tahun
sebelumnya dan juga telah dilakukan beberapa inovasi guna mencapai visi dan misi Badan POM.
Perkuatan, kendala dan rencana tindaklanjut perlu terus diperhatikan agar kesinambungan program
dapat terus dilaksanakan di tahun-tahun selanjutnya.
78