Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

DANA ALOKASI KHUSUS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN


SUBBIDANG PENGAWASAN PANGAN

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang- Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
4. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan;
5. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menkes/Per/XII/76 tentang Produksi
dan Peredaran Makanan;
7. Instruksi Presiden RI. Nomor 2 tahun 1991 tentang Peningkatan Pembinaan dan
Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan;
8. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2017 tentang Efektivitas Pengawasan Obat
dan Makanan;
9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75 tahun 2014 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/Per/9/2012
tentang Pengadaan Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 tahun 2018 tentang peningkatan
Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan
11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2014
tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 22 Tahun 2018
tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Industri Rumah Tangga;
13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan Baik Industri
Rumah Tangga (CPPB-IRT);
14. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan;

1
b. Gambaran Umum
Industri rumah tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting dalam sistem
keamanan pangan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan data pada tahun 2016,
dugaan pangan penyebab KLB Keracunan Pangan 50 % berasal dari masakan rumah
tangga, 21 % jajanan atau pangan siap saji, dan % sisanya berasal dari pangan olahan
dan jasa boga. Lebih dari 200 penyakit dihantarkan melalui konsumsi pangan yang
tidak aman.Diare merupakan penyakit yang paling banyak terjadi. Sekitar 10 juta
hingga 22 juta kasus penyakit diare yang disebabkan pangan
tercemar diperkirakan terjadi di Indonesia. Perkiraan beban ekonomi yang harus
ditanggung untuk menanggulanginya berkisar 4.76-16.75 milyar USD atau setara
64.6 sampai 226.3 triliun rupiah. Disamping itu juga, pada umumnya IRTP merupakan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jumlah yang cukup besaryang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM yang ada sebanyak 56 juta dan sejumlah
39,2 juta (70%) bergerak dibidang pangan. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan
ekonomi sektor pangan yang mencapai 8.8%, yang dicerminkan pada tingkat
pertumbuhan dan ditopang tingkat konsumsi masyarakat. Pada tahun 2016, kontribusi
industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap PDB
non migas sebesar 36,85%.

Berdasarkan dengan data-data tesebut, maka pemerintah perlu memberikan


perhatian prioritas terhadap pengembangan, pembinaan dan pengawasan pada IRTP
tersebut, baik dalam aspek managemen usaha, peningkatan kompetensi SDM,
peningkatan kapasitas produksi, keamanan dan mutu produk yang dihasilkan sampai
dengan pemasaran/penetrasi pasar. Hal tersebut dilakukan agar produk Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT) dapat bersaing di pasar modern baik pasar domestik
maupun internasional, sehingga sejalan dengan Nawacita ke 6 Presiden Jokowi tahun
2014-2019 yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional. Terkait hal tersebut telah dilakukan peluncuran Program Terpadu
Pengembangan dan Pembinaan UMKM 8 Kementerian/Lembaga (Kementerian
Perdagangan; Kementerian Perindustrian; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian
Pertanian; Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Badan Ekonomi
Kreatif Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan), pada tanggal 7 Mei 2018
di Hotel Ritz Carlton. Program terpadu tersebut pada tahun 2018 mempunyai target
210 UMKM di 6 Provinsi (15 Kabupaten/Kota). Diharapkan kegiatan ini juga dapat
mendukung program terpadu tersebut, terutama terkait pendampingan dalam hal
aspek keamanan dan mutu produk seperti pengawasan Cara Produksi Pangan Yang
Baik skala IRTP.
Mengingat potensi ekonomi yang sangat strategis dan penting, serta potensi risiko
produknya maka perlu diselaraskan dengan pertumbuhan IRTP yang sangat cepat
sekaligus meningkatkan keamanan dan mutu produknya. Dalam hal pengawalan
terkait aspek keamanan dan mutu P-IRT tersebut, berdasarkan Undang Nomor 18
tahun 2012 tentang pangan pada pasal 108 ayat (3) diatur diantaranya adalah BPOM
melakukan pengawasan keamanan pangan, mutu pangan dan gizi pangan untuk
pangan olahan. Pangan olahan tersebut termasuk Pangan Industri Rumah Tangga (P-
IRT). Disamping itu, pada PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan gizi
pangan, pengawasan Keamanan P-IRT harus dilakukan secara terpadu dengan
Pemerintah Daerah dalam hal ini Kabupaten/Kota. BPOM sebagai koordinator
pengawasan obat dan makanan nasional sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3
tahun 2017 tentang Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, bertanggung jawab
untuk menyiapkan dan menggembangkan kebijakan/regulasi/standar/pedoman
pengawasan pangan olahan termasuk P-IRT serta kompetensi pengawas pangan di
seluruh Indonesia.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 tahun 2018


tentang peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan,
menjadi acuan untuk mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk dapat
melakukan pengawasan IRTP sesuai dengan kebijakan/regulasi/standar/pedoman
Cara Produksi Pangan yang Baik yang telah ditetapkan BPOM dan melaporkan hasil
pengawasan melalui sistem database yang dikembangkan oleh BPOM (Smart BPOM).

B. TUJUAN
- Meningkatkan efektivitas sistem pengawasan IRTP yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman.
- Meningkatkan keamanan dan mutu produk PIRT yang beredar sehingga dapat
bersaing di pasar modern baik pasar domestik maupun internasional.
- Meningkatkan kompetensi SDM pengawas makanan sesuai standar yang telah
ditetapkan.

C. KELUARAN dan INDIKATOR KELUARAN


a. Keluaran
Terlaksananya pengawasan pre dan post market produk makanan minuman industri
rumah tangga pangan di 277 kab/ kota
b. Indikator Keluaran
- 30 pelaku usaha yang telah mengikuti bimbingan teknis keamanan pangan di
277 kab/kota
- Terlaksananya kegiatan pengkajian ulang sertifikasi pangan industri rumah
tangga
- Terlaksananya kegiatan inventarisasi sarana industri rumah tangga pangan
- Persentase meningkatnya Industri rumah tangga pangan yang memenuhi
ketentuan
- Persentase meningkatnya Pangan Industri rumah tangga yang memenuhi
syarat.
- Terlaksananya kegiatan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan sarana
industri rumah tangga pangan
- 200 Masyarakat mengikuti KIE Kemanan Pangan di 277 kabupaten/kota

D. LINGKUP KEGIATAN
a. Input Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan koordinasi pembinaan dan
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan Permendagri Nomor 41 Tahun 2018.
b. Penanggung Jawab
Dinas Kesehatan di 277 Kabupaten/Kota
c. Penerima Manfaat Kegiatan
1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
2. Pelaku usaha Indutri RumahTangga Pangan (PIRT)
3. Masyarakat, dalam hal jaminan keamanan dan mutu produk P-IRT

E. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Rincian Kegiatan
Sebagai langkah awal dilakukan identifikasi terhadap kondisi pengawasan pre market
dan post market di kabupaten/ kota dalam melakukan pengawasan IRTP. Identifikasi
dilakukan terhadap 514 Kabupaten/ kota yang meliputi :
- Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga
- Jumlah Sertifikat Produksi Pangan Insudtri Rumah Tangga
- Jumlah penduduk
- Jumlah Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan
- Jumlah Temaga District Food Inspector
- Anggaran yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk pengawasan
pre dan post market IRTP

Data tersebut didapatkan melalui fasilitasi lintas sektor yaitu Kementrian Dalam Negri
dalam bentuk surat kawat kepada 514 kab/kota di seluruh Indonesia dengan batas
waktu penyampaian di tanggal 15 Agustus 2019. Setelah didapatkan data diatas
dilakukan scoring terhadap kriteria-kriteria tersebut berdasarkan analisa risiko,
sehingga didapatkan 277 kab/kota yang akan mendapatkan DAK Pengawasan Obat
dan Makanan di Tahun 2020.

Pelaksanaan kegiatan meliputi beberapa tahapan, yaitu:


1. Pengawasan Pre Market Industri Rumah Tangga Pangan dalam rangka
penerbitan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga
a) Penyelenggaraan Bimtek Keamanan Pangan bagi Pelaku Usaha Industri
Rumah Tangga Pangan
Dilakukan bimbingan teknis keamanan pangan kepada 30 pemilik atau
penanggung jawab industri rumah tangga pangan di wilayah kab/ kota
setempat. Penyelenggara Bimtek adalah Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Narasumber pada bimtek ini adalah tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP)
yang kompeten dari Dinas Kesehatan Kab/ Kota dan Balai Besar/ Balai POM
setempat atau dari instansi lembaga lain yang kompeten dibidangnya. Materi
yang disampaikan adalah:
1. Materi Utama
a. Peraturan perundang-undangan di bidang pangan
b. Keamanan dan Mutu Pangan
c. Teknologi proses pengolahan pangan
d. SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure)
e. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk Industri Rumah
Tangga Pangan
f. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
g. Persyaratan Label dan Iklan Pangan
2. Materi pendukung
a. Pencantuman label halal
b. Etika Bisnis dan Pengembangan jejaring bisnis IRTP
Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan diberikan kepada pemilik/
penanggungjawab insudtri rumah tangga pangan yang telah lulus mengikuti
penyuluhan keamanan pangan dengan hasil evaluasi minimal nilai 60 (cukup).
Nilai didapatkan dengan melakukan evaluasi terhadap hasil post test dari
kegiatan Bimtek.
b) Pengawasan dalam rangka penerbitan sertifikat produksi pangan industry
rumah tangga
Pengawasan dalam rangka penerbitan sertifikat industri pangan dilakukan
dengan audit sarana produksi IRTP yang telah mendapatkan Sertifikat
Penyuluhan Keamanan Pangan. Pemeriksaan sarana dilakukan oleh DFI
(District Food Insspector) atau Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dengan
dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemeriksaan sarana produksi IRTP dilakukan sesuai dengan Peraturan Kepala
Badan POM tentang Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012. Pemberian Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga diberikan jika hasil pemeriksaan sarana produksi
menunjukkan level I atau II dan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM no
22 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga

c) Pengkajian Ulang Sertifikat produksi pangan industri rumah tangga


Pengkajian dilakukan dalam bentuk rapat di dalama kantor bersama dengan
petugas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebanyak 3 kali dalam setahun
untuk mengkaji sertifikat PIRT yang telah dikeluarkan sebelumnya

2. Pengawasan Post Market Industri Rumah Tangga Pangan


a) Inventarisasi Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Inventarisasi dilakukan dalam bentuk rapat dengan beberapa lintas sektor yaitu
PTSP, Dinas KUKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan di wilayah kab.kota
setempat. Inventarisasi ini dilakukan untuk melakukan pengkajian terhadap
sarana IRTP yang terdapat diwilayah tersebut. Pengakjian dilakukan
berdasarkan track record IRTP, kasus dan status IRTP (aktif/ tidak aktif).
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan sarana IRTP yang akan dilakukan
audit dalam rangka pengawasan post market dalam bentuk rapat sebanyak 2
kali dalam 1 tahun.

b) Pengawasan Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)


Pengawasan dilakukan dengan audit saran IRTP dengan jumlah yang telah
ditentukan sebelumnya berdasarkan perhitungan sampling dari jumlah sarana
IRTP yang terdapat di wilayah kab/kota setempat. Audit dilaksanakan sesuai
dengan dengan Peraturan Kepala Badan POM tentang Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga HK.03.1.23.04.12.2206 tahun
2012.

c) Sampling dan Pengujian Pangan Industri Rumah Tangga


Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan sampling terhadap produk PIRT
yang beredar di wilayah kab/ kota setempat. Selanjutnya sampel tersebut
dilakukan evaluasi terkait kesesuaian label untuk selanjutnya dilakukan
pengujian cemaran mikrobiologi (parameter ALT) sesuai dengan Peraturan
Kepala Badan POM No 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan, pengujian kadar Bahan Tambahan Pangan (BTP Pewarna,
Pengawet), pengujian parameter Bahan Berbahaya (Formalin, Boraks,
Rhodamin, Methanil Yellow)

d) Monitoring dan Tindak Lanjut Pengawasan Sarana Industri Rumah Tangga


Pangan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk rapat dengan lintas sector yaitu sektor
yaitu Dinas Penanaman Modal dan PTSP, Dinas KUKM, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Ketahanan Pangan, Balai Besar/Balai POM,Loka POM dan dinas dinas lain
yang terkait di wilayah kab.kota. Materi yang akan dibahas terkait hasil
pemeriksaan post market (audit dan pengujian) dan melakukan monitoring
terhadap hasil pengawasan tersebut. Kegiatan dilakukan dalam bentuk rapat
triwulan dengan hasil dalam bentuk laporan triwulan yang akan dilaporkan ke
lintas sector terkait termasuk Badan POM. Selain itu pada kegiatan ini
dilakukan juga evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan DAK Non Fisik yang
berlangsung di kab/kota masing-masing. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
setiap triwulan sekali. Hasil evaluasi tersebut dilaporkan ke BPOM. Untuk
pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di triwulan 4, kegiatan dilaksanakan di
bulan Desember sekitar tanggal 20-30 Desember tahun berjalan.

e) KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Keamanan Pangan


Kegiatan dilakukan dalam bnetuk seminar yang mengundang 200 orang
masyarakat di kab/ kota setempat. Kegiatan dilaksanakan selama 1 hari dengan
materi terkait keamanan pangan

7
b. Alokasi sumber daya (pembiayaan).
DAK non-fisik 2020

c. Waktu dan tempat/lokasi pelaksanaan kegiatan.


Kegiatan dilakukan di 277 kabupaten/kota selama 1 tahun dengan rincian PoA
sebagai berikut:
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengawasan pre market industri rumah
tangga pangan dalam rangka penerbitan
sertifikat produksi pangan industri rumah
tangga
A. Penyelenggaraan BIMTEK keamanan pangan
bagi pelaku usaha industri rumah tangga
pangan
B. Pengawasan dalam rangka penerbitan
sertifikat produksi pangan industri rumah
tangga
C. Pengkajian ulang sertifikasi produksi pangan
industri rumah tangga
Pengawasan post-market produk makanan
minuman industri rumah tangga
A. Inventarisasi sarana industri rumah tangga
pangan (IRTP)
B. Pengawasan sarana industri rumah tangga
pangan (IRTP)
C. Sampling dan pengujian pangan industri
rumah tangga
D. Monitoring tindak lanjut hasil pengawasan
sarana industri rumah tangga pangan
E. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
keamanan pangan

F. PENUTUP
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat kepada pemerintah,
pelaku usaha IRTP dan masyarakat terkait jaminan keamanan dan mutu produk IRTP
dan dapat menjadi landasan untuk penentuan DAK tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai