Anda di halaman 1dari 2

Gambaran Umum

Industri rumah tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting dalam sistem
keamanan pangan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan data pada tahun 2016,
dugaan pangan penyebab KLB Keracunan Pangan 50%berasal dari masakan rumah
tangga, 21%jajanan atau pangan siap saji, dan sisanya berasal dari pangan olahan dan
jasaboga. Lebih dari 200 penyakit dihantarkan melalui konsumsi pangan yang tidak
aman. Diare merupakan penyakit yang paling banyak terjadi. Sekitar 10 juta hingga 22
juta kasus penyakit diare yang disebabkan pangan tercemar diperkirakan
terjadi di Indonesia. Disamping itu juga, pada umumnya IRTP merupakan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jumlah yang cukup besar yang tersebar diseluruh
pelosok Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, jumlah UMKM yang ada sebanyak 56 juta dan sejumlah 39,2juta (70%)
bergerak dibidang pangan. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi sector pangan
yang mencapai 8.8%,yang dicerminkan pada tingkat pertumbuhan dan ditopang tingkat
konsumsi masyarakat. Pada tahun 2016, kontribusi industri makanan dan minuman
(termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap PDB non migas sebesar 36,85%.
Berdasarkan dengan data-data tesebut, maka pemerintah perlu memberikan perhatian
prioritas terhadap pengembangan, pembinaan dan pengawasan pada IRTP tersebut, baik
dalam aspek managemen usaha, peningkatan kompetensi SDM, peningkatan kapasitas
produksi, keamanan dan mutu produk yang dihasilkan sampai dengan
pemasaran/penetrasi pasar. Hal tersebut dilakukan agar produk Pangan Industri Rumah
Tangga (P-IRT) dapat bersaing dipasar modern baik pasar domestik maupun
internasional, sehingga sejalan dengan Nawacita k e6 Presiden Jokowi tahun 2014-2019
yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

Mengingat potensi ekonomi yang sangat strategis dan penting, serta potensi risiko
produknya maka perlu diselaraskan dengan pertumbuhan IRTP yang sangat cepat
sekaligus meningkatkan keamanan dan mutu produknya. Dalam hal pengawalan terkait
aspek keamanan dan mutu P-IRT tersebut, berdasarkan Undang-Undang Nomor18 tahun
2012 tentang pangan pada pasal 108 ayat (3) diatur diantaranyaadalahBPOM melakukan
pengawasan keamanan pangan, mutu pangandangizi pangan untuk pangan olahan.
Pangan olahan tersebut termasuk Pangan Industri Rumah Tangga (P- IRT). BPOM

1
sebagai koordinator pengawasan obat dan makanan nasional sesuai dengan Instruksi
Presiden Nomor 3 tahun 2017 tentang Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan,
bertanggungjawab untuk menyiapkan dan mengembangkan
kebijakan /regulasi/standar/pedoman pengawasan pangan olahan termasuk P-IRT serta
kompetensi pengawas pangan di seluruh Indonesia.
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018
tentang peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan,
menjadi acuan untuk mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten/kota untuk dapat
melakukan pengawasan IRTP sesuai dengan kebijakan/regulasi/standar/pedoman Cara
Produksi Pangan yang Baik yang telah ditetapkan BPOM dan melaporkan hasil
pengawasan melalui sistem database yang dikembangkan oleh BPOM (SmartBPOM).

Tujuan
Meningkatkan keamanan dan mutu produk PIRT yang beredar sehingga dapat
bersaing di pasar modern baik pasar domestik maupun internasional.

E. PELAKSANAAN KEGIATAN
d) Monitoring Tindak Lanjut Pengawasan Sarana Industri Rumah Tangga Pangan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk rapat dengan lintas sektor yaitu Dinas
Penanaman Modal dan PTSP, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas
Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan dan dinas lain yang
terkait. Materi yang akan dibahas terkait hasil pemeriksaan post market (audit dan
pengujian) dan melakukan monitoring terhadap hasil pengawasan tersebut.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk . Selain itu pada kegiatan ini dilakukan juga
evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan DAK Non Fisik yang berlangsung di
Kabupaten Sinjai. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dua kali setahun.

Anda mungkin juga menyukai