muka, tetapi pria itu memegang bagian bawah dagunya dan me-
maksanya menatap ke depan.
Pria itu bertanya dalam bisikan, ”Kaulihat betapa mudahnya
bagiku untuk menyakitimu?”
Honor menatap mata pria itu dan mengangguk.
”Nah, aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji tidak akan
14
menyakitimu atau anakmu. Tapi, kau harus menuruti semua kata-
kataku. Oke? Sepakat?”
Honor mungkin agak lega mendengar janji itu, bahkan meskipun
tidak memercayainya. Namun, tiba-tiba ia menyadari siapa pria itu,
sehingga sentakan ketakutan menyebar ke sekujur tubuhnya.
Ia tersengal dan terkesiap. ”Kau… kau pria yang menembak
semua orang itu semalam.”
www.facebook.com/indonesiapustaka
15
2
16