Anda di halaman 1dari 3

menghilang dan sekarang dia bisa dikatakan kurus-kering.

Kerja
keras dan kekhawatiran telah mengukir kerut-kerut di sekeliling
matanya, dan bibir yang selalu siap menyunggingkan senyuman
sekarang selalu tertekuk karena kekecewaan.
Tom tidak menyalahkan Janice atas perubahan penampilan itu.
Perubahan dalam dirinya sendiri pun sama saja. Kesedihan dan
kehilangan harapan terpampang jelas di wajah mereka. Lebih buruk
lagi, yang berubah bukan hanya isik mereka. Cinta mereka terha-
dap satu sama lain juga berubah drastis akibat tragedi yang terus
mendera kehidupan mereka. Cinta yang ia rasakan terhadap Janice
sekarang hanya berdasarkan rasa iba, bukannya hasrat.
Ketika baru menikah, mereka sama-sama berminat terhadap
musik jazz, ilm-ilm, dan masakan Tuscan. Mereka berencana
menghabiskan musim panas di Italia, mengikuti kelas-kelas masak,
dan menikmati anggur berkualitas tinggi sepanjang sore-sore yang
dibanjiri sinar matahari.
Itu hanya satu dari sekian banyak impian mereka yang hancur-
kan.
Setiap hari, Tom bertanya kepada diri sendiri, berapa lama me-
reka bisa terus bertahan dalam keadaan seperti ini. Sesuatu harus
berubah. Tom tahu itu. Ia menduga Janice juga tahu. Namun, tidak
ada yang ingin lebih dulu mengibarkan bendera putih tentang ko-
mitmen mereka terhadap putra mereka yang tak berdaya. Mereka
sama-sama tidak ingin lebih dulu berkata, ”Aku tak sanggup lagi,”
dan menyarankan sesuatu yang mereka ikrarkan tidak akan pernah
terjadi, yaitu memasukkan Lanny ke fasilitas perawatan khusus.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Fasilitas yang bagus adalah fasilitas-fasilitas swasta, yang tentu


saja mahal. Namun, biaya yang terlalu tinggi bukan satu-satunya
hambatan. Tom tidak yakin apa reaksi Janice jika ia menyarankan
untuk membatalkan keputusan awal mereka tentang perawatan
Lanny. Ia khawatir Janice akan menentangnya. Namun, ia juga
khawatir wanita itu tidak akan menentangnya.

47
Merasakan kehadirannya, Janice menoleh ke belakang. ”Ham
dan keju dengan moster cokelat?”
”Ya.”
Janice membungkus roti lapis dengan plastik. ”Kau berencana
menginap di sana?”
”Aku tidak bisa meninggalkanmu berdua saja dengan Lanny
selama itu.”
”Aku bisa mengatasinya.”
Tom menggeleng. ”Aku akan kembali. Fred Hawkins akan
membagi semua catatan kasusnya denganku.”
”Maksudmu si peramal dari Departemen Kepolisian Tambour?”
Sarkasme Janice membuat Tom tersenyum. Janice mengenal si
kembar Hawkins sejak tahun terakhir SMA mereka, ketika ayahnya
memutuskan untuk pindah ”ke pedesaan”, mengeluarkan Janice dari
akademi paroki di New Orleans dan memindahkannya ke sekolah
negeri di Tambour. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh, dua
lingkungan itu berbeda 180 derajat.
Janice mengalami gegar budaya yang dahsyat dan tidak pernah
benar-benar memaafkan orangtuanya karena menariknya dari tahun
senior yang sangat penting, lalu memasukkannya ”Bubbaville”. Dia
menganggap semua orang di Tambour kampungan, khususnya
Fred Hawkins dan kembarannya, Doral. Dia takjub melihat salah
seorang kembar itu menjadi penegak hukum, sementara yang lain
menjadi pejabat kota. Bahkan menurut standar Tambour, pasang-
an kembar itu melampaui ekspektasinya.
”Semua orang di Tambour menginginkan kepala pembunuh Sam
www.facebook.com/indonesiapustaka

Marset ditancapkan di tonggak, dan mereka mendesak Fred untuk


mendapatkannya,” Tom bercerita pada Janice. ”Petugas koroner
memperkirakan waktu kematian tujuh korban sekitar tengah ma-
lam, jadi Fred”—Tom melirik jam di oven microwave—”telah ham-
pir dua belas jam melakukan penyelidikan, dan dia belum menemu-
kan petunjuk penting apa pun.”

48
Janice mengernyit. ”TKP-nya digambarkan seperti kolam darah.”
”Foto-foto yang dikirim anak buahku memang mengerikan.”
”Apa yang dilakukan si pemilik perusahaan di gudang tengah
malam begitu?”
”Fred juga menganggapnya ganjil. Mrs. Marset juga tidak tahu,
karena dia sedang di luar kota. Fred menduga mungkin Coburn
menimbulkan masalah, berkelahi dengan rekan kerja, sesuatu yang
cukup serius sehingga mandor harus memanggil Marset. Mereka
memeriksa catatan telepon, tapi alasan keberadaan Marset di sana
pada jam yang tidak biasa belum dipastikan.”
”Apakah Lee Coburn biasa membuat onar?”
”Catatan kepegawaiannya tidak menunjukkan begitu. Tapi, tidak
ada yang mengaku mengenalnya dengan baik.”
”Aku mengetahuinya dari konferensi pers Fred. Selain gambaran
tentang dirinya dan sketsa seniman polisi, sepertinya mereka tidak
memiliki banyak petunjuk.”
”Dia mencantumkan informasi palsu di lamaran pekerjaannya.”
”Mereka tidak memeriksa sebelum mempekerjakannya?”
”Kecerobohan yang pasti disesali staf personalia.”
”Aku penasaran mengapa dia berbohong dalam lamarannya.
Untuk menyembunyikan catatan kriminal?”
”Itu kesimpulan umumnya. Tapi, sejauh ini sidik jarinya tidak
menunjukkan dia pernah melanggar hukum.”
Janice mengernyit. ”Mungkin dia salah satu penjahat yang bisa
membaur dalam masyarakat, hingga dia melakukan sesuatu seperti
ini. Menarik perhatian semua orang. Aku tidak mengerti mengapa
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang sinting ini membunuh orang-orang tak bersalah. Jika dia


menyimpan kebencian terhadap perusahaan, mengapa tidak meru-
sak salah satu truknya saja? Mengapa harus melakukan pembantai-
an?”
Ketika Tom pertama kali berjumpa dengannya, Janice adalah
manusia penuh perasaan dan kasih sayang yang sering berpihak

49

Anda mungkin juga menyukai