Anda di halaman 1dari 3

Coburn diyakini masih berada di area tersebut dan harus dianggap

bersenjata serta berbahaya.


”Kau melebih-lebihkan,” kata Doral tentang kalimat penutup
Fred. ”Selicin apa pun Lee Coburn, semua orang akan memburu-
nya. Kukira dia mustahil lolos dari area ini.”
Fred menatap kembarannya dan mengangkat sebelah alis. ”Kau
yakin soal itu, atau itu hanya harapanmu?”
Sebelum Doral bisa menjawab, ponsel Fred berdering. Ia melirik
identitas penelepon dan tersenyum pada kembarannya. ”Tom
VanAllen. FBI datang menyelamatkanku.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

23
3

Coburn beringsut mundur menjauhi wanita itu, tetapi ketakutan


wanita itu terhadap dirinya terpancar jelas. Bagus. Ia harus mem-
buat wanita itu takut. Rasa takut akan mendorong wanita bekerja
sama. ”Mereka sedang mencarimu,” wanita itu berkata.
”Di balik setiap pohon.”
”Polisi, polisi negara bagian, sukarelawan. Anjing pelacak.”
”Aku mendengar mereka menyalak pagi-pagi sekali.”
”Mereka akan menangkapmu.”
”Mereka belum berhasil.”
”Seharusnya kau terus kabur.”
”Kau lebih suka begitu kan, Mrs. Gillette?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Ekspresi wanita itu semakin memancarkan ketakutan, menun-


jukkan dia sadar Coburn mengetahui namanya. Ia tidak memilih
rumah wanita itu secara acak untuk bersembunyi. Rumah itu—wa-
nita itu—adalah tujuan khusus.
”Mommy, anak kucingnya masuk ke semak dan tidak mau ke-
luar.”

24
Coburn membelakangi pintu, tetapi ia mendengar si gadis kecil
masuk dari halaman, mendengar sol sandal si gadis berbunyi di
lantai kayu keras saat dia mendekati dapur. Namun, ia tidak ber-
balik ke arah si gadis kecil. Tatapannya terus terpaku kepada ibu
anak itu.
Wajah wanita itu pucat pasi. Bibirnya amat pucat saat dia ber-
gantian menatap Coburn dan putrinya. Namun, Coburn kagum
karena wanita itu berhasil menjaga suaranya tetap ringan dan ceria.
”Anak kucing memang seperti itu, Em. Mereka suka bersembunyi.”
”Mengapa?”
”Anak kucing itu tidak mengenalmu, jadi mungkin dia takut.”
”Itu konyol.”
”Ya, memang. Sangat konyol.” Wanita itu mengalihkan pandang-
annya lagi kepada Coburn dan menambahkan dengan penuh arti,
”Dia harus tahu kau tidak akan melakukan apa-apa.”
Coburn tidak bodoh. Ia memahami maksud ucapan wanita itu.
”Jika kau melakukannya,” katanya lembut, ”dia akan mencakarmu,
dan itu pasti sakit.” Sambil terus menatap si wanita yang ketakutan,
ia menyelipkan pistol ke pinggang celana jinsnya dan menarik bagi-
an bawah kausnya untuk menutupi, kemudian berbalik. Anak itu
menatapnya dengan ekspresi penasaran yang tidak ditutup-tutupi.
”Apakah bu-bu-mu sakit?”
”Apa?”
Anak itu menunjuk kepalanya. Coburn mengangkat tangan dan
menyentuh darah yang mengering. ”Tidak, ini tidak sakit.”
Ia mengitari si anak kecil dan menyeberang ke meja. Sejak ma-
www.facebook.com/indonesiapustaka

suk ke dapur, mulutnya berliur karena mengendus aroma kue yang


baru saja dipanggang. Ia melepaskan mangkuk kertas sebuah cup-
cake dan menggigit setengah, kemudian menjejalkan sisanya ke
mulut dengan rakus dan meraih satu lagi. Ia belum makan sejak
kemarin siang, dan sepanjang malam ia bekerja keras menembus
rawa. Ia kelaparan.

25

Anda mungkin juga menyukai