Anda di halaman 1dari 3

Coburn berhasil melepaskan bingkai dan menemukan apa yang

sudah Honor duga: foto, selapis penahan kaku, dan kaca. Coburn
menatap foto dengan tajam dan memeriksa tanggal yang tercetak
di belakangnya. ”Kelihatannya mereka kuartet yang sangat akrab.”
”Tiga pemuda itu berteman di sekolah dasar. Stan nyaris bisa
dikatakan membesarkan si kembar Hawkins bersama Eddie. Me-
reka sangat banyak membantu kami sejak Eddie meninggal. Mere-
ka sangat perhatian kepadaku dan Emily.”
”Benarkah?” Coburn memperhatikan Honor berlama-lama.
”Tentu saja begitu.”
Honor ingin menghantam Coburn saat menyadari apa yang
menjadi alasan senyum sinis itu. Namun, ia menahan lidah, meya-
kini bahwa membela moralnya di hadapan pria yang berlumuran
darah banyak orang bukan tindakan bermartabat. Namun, ia me-
rebut foto itu dari Coburn dan mengembalikan bagian-bagian
bingkai itu ke atas lemari pakaian.
”Bagaimana dia meninggal?” Coburn bertanya. ”Eddie. Apa yang
menewaskannya?”
”Kecelakaan mobil.”
”Bagaimana kejadiannya?”
”Orang-orang percaya bahwa Eddie membanting kemudi agar
tidak menabrak hewan, atau sesuatu. Dia kehilangan kendali dan
menabrak pohon.”
”Dia sendirian?”
”Ya.” Honor kembali menatap muram foto yang menangkap
wajah tersenyum suaminya dengan begitu sempurna. ”Dia dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka

perjalanan pulang setelah bekerja.”


”Di mana barang-barangnya?”
Pertanyaan itu menarik kembali Honor dari kenangan indah
yang getir. ”Apa?”
”Barang-barangnya. Seharusnya kau menyimpan barang-barang
pribadi suamimu.”

41
Mengingat percakapan mereka, keinginan Coburn untuk meng-
geledah barang-barang peninggalan Eddie sangat tidak sensitif, dan
itu lebih menyinggung Honor daripada ancaman pistol. Ia memba-
las tatapan Coburn yang dingin dan tanpa perasaan. ”Kau bajingan
keji.”
Sorot mata Coburn semakin dingin. Dia maju selangkah. ”Aku
harus melihat barang-barangnya. Entah kau yang memberikan
padaku, atau aku akan mengobrak-abrik rumahmu.”
”Silakan. Tapi, sebelum aku rela membantumu, langkahi dulu
mayatku.”
”Oh, dengan senang hati.”
Menangkap nada bengis Coburn, tatapan Honor beralih ke be-
lakang bahu pria itu, ke arah ruang keluarga tempat Emily masih
menikmati salah satu acara favoritnya.
”Anakmu baik-baik saja, Mrs. Gillette. Dia akan tetap baik-baik
saja selama kau tidak bermain-main denganku.”
”Aku tidak bermain-main.”
”Aku juga tidak.”
Kata-kata Coburn lembut tapi terkesan bengis dan penuh an-
caman. Dengan perasaan murka terhadap Coburn, dan terhadap
dirinya sendiri karena harus menurut tanpa bisa melawan, Honor
berkata pelan, ”Akan lebih mudah jika kau memberitahu apa yang
kaucari.”
”Akan lebih mudah jika kau berhenti menyulitkan diriku.”
”Aku tidak menyulitkanmu!”
”Masa?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Tidak! Aku tak tahu apa yang kauinginkan, bahkan yang kau-
bicarakan. Emas batangan? Sertiikat saham? Batu mulia? Jika aku
memiliki benda semacam itu, bukankah aku sudah mencairkannya
sekarang?”
”Uang tunai?”
”Apakah kelihatannya aku memegang banyak uang tunai?”

42
”Tidak. Kau tidak punya. Tapi, kau tidak akan menunjukkan-
nya, karena itu tindakan bodoh.”
”Bodoh bagaimana?”
”Jika kau tiba-tiba bergelimang uang tunai, orang-orang akan
memburumu.”
”Orang-orang? Orang-orang macam apa? Memburuku? Aku ti-
dak mengerti.”
”Menurutku kau mengerti.”
Selama percakapan yang memanas ini, Coburn semakin lama
semakin dekat sehingga mereka sekarang berhadapan. Fisik Coburn
yang menonjol membuat Honor merasa terjebak. Sulit untuk men-
jauhi pria itu, tetapi ia menolak menghindar lagi. Selain itu, ia ti-
dak akan membiarkan Coburn puas karena mengetahui taktik-tak-
tik intimidasi seperti itu efektif.
”Sekarang, untuk terakhir kalinya,” Coburn berkata, ”di mana
barang-barang Eddie?”
Honor melawan dengan tatapan galak, postur tegak, dan tekad
yang kuat. Nyaris saja ia berkata persetan dengan Coburn.
Namun, Emily terkikik.
Dengan suara manisnya yang mengalun, bocah itu mengatakan
sesuatu pada tokoh-tokoh dalam acara televisi, kemudian memekik
kegirangan dan bertepuk tangan.
Keberanian Honor lenyap. Ia menurunkan dagunya, kemudian,
alih-alih berkata persetan dengan Coburn, ia berkata, ”Ada kotak
penyimpanan di bawah tempat tidur.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

43

Anda mungkin juga menyukai