selalu siap.”
35
5
36
yang berdiri di dekatnya, menguarkan bau rawa, panas tubuh, dan
ancaman kekerasan yang terasa jelas.
Dari sudut mata, Honor memperhatikan tangan Coburn. Ta-
ngan itu rileks, menempel di paha Coburn. Namun, Honor tahu
tangan itu bisa merenggut nyawanya jika pria itu mencekiknya.
Membayangkan tangan itu mencengkeram leher lembut dan rapuh
milik Emily membuatnya mual.
”Terima kasih, Mr. Coburn,” bisiknya.
Beberapa detik berlalu sebelum Coburn bertanya, ”Untuk apa?”
”Karena tidak menyakiti Emily.”
Coburn tidak menyahut.
”Dan karena telah menyembunyikan pistol itu dari pandangan-
nya. Aku menghargai tindakanmu.”
Beberapa detik lagi berlalu. ”Tidak ada gunanya menakuti anak
itu.” Komputer meminta kata kunci. Dengan cepat Honor menge-
tikkan kata kuncinya, yang ditampilkan sebagai titik-titik hitam di
kotak.
”Tunggu,” Coburn mencegah sebelum Honor menekan Enter.
”Hapus dan ketik ulang. Kali ini lakukan perlahan.”
Honor mengetikkan lagi kata kuncinya dengan perlahan.
”Apa arti huruf r-nya?”
”Rosemary.”
”H, r, Gillette. Bukan kata kunci yang sangat orisinal. Mudah
ditebak.”
”Karena tidak ada yang perlu kusembunyikan.”
”Kita lihat saja nanti.”
www.facebook.com/indonesiapustaka
37