Anda di halaman 1dari 270

Vlad

Hezea
Vlad, The Son of Dragon Knight

Prolog
Waktu itu…
Wangsa Baessarab Draccvallesti1 sedang dalam
keadaan genting, pengkhianatan besar terjadi pada hari
itu. Saparov, Timir, dan Molaev mengadakan kampanye
untuk mengambil alih Wallachia.
Tidak ada lagi permainan harpa gereja, taman
bermain dengan aneka flora dan fauna yang
menyenangkan, maupun sungai yang menenangkan. Yang
ada hanyalah pedang, api dan darah. Semua itu Vlad
saksikan dengan mata kepala sendiri. Taman terbakar
hangus, sungai ternodai dengan darah karavan-karavan
milik ayahnya. Satu-satunya yang ia bisa selamatkan
adalah harpa gereja milik ibunya dan Radu.
Cneajna, menyuruh Vlad dan Radu kabur dari
Cetatea Meaga. Istana itu sudah terkepung, mayat
Alexandru ditaruh tepat di depan pintu Kastil. Prajurit
Wallachia semuanya diambil oleh Molaev dan sekutu-
sekutunya.
Molaev mendobrak pintu, Vlad dan Radu
bersembunyi.

1Ini dibuat oleh Mircea sendiri dan kelak Draccvallesti (eja: drakwalesti dengan menyamarkan ‘a’) ini tetap
menjadi Ksatria terdepan bagi Ordo Naga dan Kaisar Romawi Suci, tetapi pada akhirnya mereka berada
di pihak Utsmani karena pengkhianatan yang dilakukan Ordo Naga dan Kaisar Romawi Suci.

1
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad mendekap Radu agar ia tenang.


Molaev membawa ksatria dari Baessarab Danesti2, itu
menunjukkan bahwa seseorang dari merekalah yang
seharusnya menjadi pemimpin sah dari Wallachia dan
menjadi Ksatria Merah dari Ordo Naga.
Terjadilah hal yang tidak diinginkan sama sekali.
Vlad dan Radu hanya bisa diam, menangis, apa yang
terjadi pada ibu mereka. Setelah itu, ibu mereka terbunuh
dan darahnya mengenai muka mereka.
Vlad dari tadi memperhatikan mereka sambil
membuka jalan keluar ke bawah. Ada jalan masuk, Vlad
memegang pintu sambil memegangi mulut adiknya agar
diam dari tangisannya.
Di saat yang bersamaan, pintunya langsung tertutup
dan seorang prajurit menutup pintu. Sepertinya, ia datang
untuk melapor.
“Cari Draccvallesti sialan itu, jangan ada satupun
yang hidup, anak-anak maupun wanita. Kalau ada wanita,
bawakan ia kesini! Bawakan aku gadis bila perlu!”
“Baik!”

2Danesti ialah saudara dari Draccvallesti, dibuat oleh Dan I sebagai penguasa Wallachia dan pilar Ordo
Naga.

2
Vlad, The Son of Dragon Knight

Yang menjadi masalah adalah Draccvallesti


penerusnya semuanya lelaki, sedangkan yang gadis
kebanyakan meninggal karena penyakit.
Setelah Alexandru dipenggal, Mircea Muda harus
melihat dengan mata telanjangnya sendiri akan
penyiksaan Cneajna. Ia hanya bisa diam dibawa oleh
Molaev.
Vlad tak akan melupakan kejadian itu.
“Bagaimana rasanya? Karena ibu tirimu ini, kasih
sayang ayahmu yang menjadi hakmu hilang untuk
selamanya, ya kan?” Molaev mulai menghasutnya. “Aku
sudah membalaskan perbuatan wanita ini tepat di depan
matamu.”
“Memang, tapi apa urusanmu dengan dia? Kau
menunjukkan perilaku hewan tepat di depan mataku.
Meskipun dia ibu tiriku…”
“Kau seharusnya bisa mencicipi wanita cantik
sepertinya, tapi sayang dia sudah mati.”
“Aku bukanlah hewan.”
“Terserah apa katamu, aku hanya ingin satu hal
darimu.”
“Katakan.”
“Jadilah raja dan bangkitkan klan Danesti, tetapi di
bawah kepemimpinanku.”

3
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Bajingan!”
“Terserah apa katamu. Jika kau tidak mau, kau bisa
mati sekarang.”
Vlad turun pelan-pelan sambil mendengarkan
percakapan mereka.
“Kenapa kau tidak jadi Dominatri3 saja?”
“Raja bukanlah tujuanku, tujuanku hanya untuk balas
dendam dan hidup enak, hanya itu. Kau bisa menikmati
sisanya jika kau menuruti arahanku. Jadilah bagian dari
klan Danesti dan semua akan aman.”
“Baiklah.”
Vlad mencoba menulis dengan susah payah tentang
percakapan mereka, dengan ingatan dan pemahaman yang
berada di akalnya.
“Kakak sedang menulis apa?” Bisik Radu.
“Sesuatu yang penting, yang bahkan kau tidak harus
tahu.” Kata Vlad.
“Apakah Mircea Muda mengkhianati kita?”
“Aku benar-benar tidak tahu.”
“Kenapa kau menutupi mataku, apa yang terjadi
dengan ibu?”

3 Penguasa

4
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ibu…” Dengan berat hati dia mengucapkan.


“Meninggal…”
“Apakah itu orang-orang jahat yang sedang
menyerang ibu?”
“Jelas.” Vlad kemudian menutup bukunya dan
menyimpannya di saku. “Ayo pergi, sudah tak ada tempat
lagi bagi kita disini.”
“Ya.” Kata Radu, menahan isak tangisnya.
Sesampainya di kandang kuda, Vlad dan Radu
menyiapkan perlengkapan dan menaiki kuda itu. Mereka
sempat kesusahan untuk menaiki kuda itu karena Radu
hampir terjatuh berkali-kali sampai Vlad harus
menyiapkan jerami agar Vlad bisa menetapkan posisi
duduk mereka.
Vlad langsung memacu kudanya, kabur dari Cetatea
Meaga.
Mereka ketahuan oleh para prajurit, dengan segera
mereka mengejarnya.
“Kejar dia! Jangan sampai lolos!”
Untungnya, kuda Vlad lebih kencang daripada kuda
para prajurit itu.
Vlad dan Radu bersembunyi di sebuah gua.
“Dia cepat sekali!”

5
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Cari dia! Dia pasti bersembunyi di sekitar sini!”


“Kakak, aku takut.” Kata Radu.
“Tenang, aku ada disini. Kita pasti bisa kabur dari
mereka.” Kata Vlad, mengelus-elus adiknya.
Vlad mengendarai kudanya dengan perlahan,
berjalan mengendap-endap diantara para prajurit.
“Kakak bisa melihat?” Tanya Radu. “Aku sangat
takut.”
“Selagi kita menjauh dari obor-obor itu, kita aman.”
Jawab Vlad. “Aku pernah ke pemakaman nenek sendirian,
kau masih kecil dan belum bisa berjalan, kala itu.”
Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kabur dari para
prajurit dan keluar dari hutan. Malam itu menjadi
perjalanan panjang ke Hungaria. Ia memacu kudanya
dengan sangat kencang hingga Radu tertidur pulas. Meski
Vlad tengah mengantuk, ia pun harus terjaga karena
mengendarai kuda dan menjaga adiknya agar tidak
terjatuh di kecepatan yang cukup tinggi.
“Banyak hal yang seharusnya kau tidak perlu tahu,
Radu. Maafkan aku…”
Vlad berteriak sekencang mungkin, menangis.
“Aku tidak bisa melindungimu, ibu…”

6
Vlad, The Son of Dragon Knight

Angin malam menyelimuti perjalanan panjang


mereka. Rembulan bersinar di tengah langit yang gelap.
Pegunungan, pepohonan, kunang-kunang dan serangga
lainnya mengiringi. Bintang-bintang bersinar dan
menghiasi kegelapan. Vlad menyimpan murka dan Radu
menyimpan tangisannya.
“Sayang sekali, Vlad4. Kau dan keluargamu harus
pergi dari Kekaisaran Romawi Suci dan diberhentikan dari
Ordo Naga.”
Sigismund, Janeos Hunyadi, dan juga Wladileao
Molaev berdiri di depan Vlad.
“Kenapa? Kenapa harus begini?” Tanya Vlad.
“Aku tanya sekarang, apa yang barusan kau
lakukan?”
“Aku berdagang dengan Inggris, apa yang salah
dengan itu? Lagipula…”
“Untuk apa?”
“Untuk Ordo Naga dan Kekaisaran Romawi Suci.”
“Mengumpulkan dana, kah? Mana buktinya?”
Vlad memberikan satu kantung besar berisikan koin-
koin emas, ini sangat menggiurkan. Tetapi…

4 Vladishav atau Vlad II

7
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau tahu, aku sangat bersedih atas kematian


keluargamu.”
“Apa yang terjadi?”
“Terbantai.”
Vlad berlutut tak berdaya.
“Hei… Kenapa kau tak melindungi mereka? Apa
jaminan perlindungan kalian kalau mereka harus mati?”
“INI RAJAMU!!” Teriak Hunyadi.
“Diam, Hunyadi!” Sigismund beralih kepada Vlad.
“Aku tidak menjamin apapun untuk keluargamu.”
“Setelah semua yang kulakukan… Inikah balasannya?
Aku akan ambil ini kembali.”
“Anjing tetaplah anjing, ya?”
Prajurit menghadang dia untuk mendekati kantung
besar itu.
“Aku punya hak!”
“Aku Raja! Aku punya hak untuk ini!”
Vlad terdiam, ia sudah melihat banyak prajurit yang
mengepungnya.
“Pergilah dan jadilah orang biasa, menyingkir dari
pandanganku, Kekaisaran Romawi Suci maupun Ordo
Naga!”

8
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lepas perlengkapanmu!” Kata Prajurit itu. “Kau


sudah tidak berhak lagi, anak haram!”
Vlad melucuti perlengkapannya. Dari jubahnya, baju
besinya, hingga pedangnya.
“Jangan memakai kuda apapun dari sini, cepatlah
pergi!” Tambah Molaev.
Vlad menyimpan murka kepada mereka.
“Baiklah, aku akan pergi.”
. .
Sesampainya di Hungaria, Vlad dan Radu melihat
ayahnya memakai baju layaknya rakyat jelata.
“Ayah!” Kata Radu.
Vlad semakin sedih.
Nasib keluarganya langsung berubah menjadi buruk.
“Ayo pergi dengan kuda ini!” Kata Vlad.
“Kau membawa uang?”
“Beberapa.”
Ayahnya membeli jubah dan pergi dari Hungaria
bersama Vlad dan Radu.
“Mari kita pergi.”
Mereka berpetualang dari kota ke kota, memutar arah
melewati Moldavia, tempat kelahiran Cneajna, pergi tanpa
tujuan. Mencari tempat baru untuk layak disinggahi.

9
Vlad, The Son of Dragon Knight

Hanya berjalan dengan kuda, berbonceng tiga.


Tapi, mereka menikmati perjalanan itu meski dalam
kemiskinan. Tidur bersama layaknya keluarga beruang,
bahkan mereka tidak sadar kalau beruang itu berada di
samping mereka.
“Dalam kesedihan pasti diiringi kesenangan” Kata
Vlad kepada kedua anaknya, sambil mengelus kepala
mereka berdua.
Lalu, keluarga beruang itu diberikan makan oleh
Vlad untuk menghindari bahaya yang akan terjadi.
Sesampainya di pelabuhan Terat.
Vlad dan anak-anaknya menaiki kapal yang memuat
kandang kuda karena ia harus menaiki kuda miliknya lagi
untuk perjalanan berikutnya.
Mereka melihat benteng Konstantinopel, benteng
yang tidak bisa ditembus oleh siapapun. Mereka ingat saat
dulu mereka masih menjadi bangsawan, mereka masih
sering berkunjung disana. Memberikan sumbangan atas
nama Romawi Suci dan Ordo Naga, membangun relasi
dan juga berdagang dengan para pelaut Venesia dan
Genoa. Mengunjungi indahnya Katedral Agung Hagia
Sophia, dan melihat pemandangan indah dari atas benteng
yang luas nan besar.
Perjalanan berikutnya, Rumelia.

10
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad turun dari pelabuhan Enesa.


Di dataran Rumelia Selatan yang luas, senja di pantai
terasa sangat cerah, dihiasi oleh sekawanan burung yang
terbang entah kemana.
“Kita seperti sekawanan burung, ya?” Tanya Vlad,
kepada dirinya sendiri.
Disana, mereka menemukan sebuah pemukiman
yang tak jauh dari pelabuhan Enesa. Vlad bisa
membangun kehidupan baru disana, di sebuah desa kecil
yang bernama Fenes. Disana hanya ada sawah-sawah dan
rumah-rumah dan tidak ada benteng yang melindunginya.
Dari sini, kehidupan baru dimulai.
. .

11
Vlad, The Son of Dragon Knight

I
Fool
“Kebodohan ialah simbol keterbatasan manusia untuk bergantung”
-Phiotes-
“Begitu kejadiannya, Vlad?”
Anaknya, Vlad, mengangguk. Meski ia tetap
menahan isak tangisnya, namun itu takkan terbendung
sama sekali.
Vlad tak habis pikir, mereka sekejam itu kepada
Draccvallesti.
“Maaf, ayah. Aku hanya bisa disuruh kabur oleh ibu,
aku tak bisa… melindunginya…”
Vlad memeluk ayahnya.
“Pelajaran penting hari ini, dari kisahmu, jangan
percaya orang yang mengkhianatimu… walau pernah…”
“Baik ayah…”
“Maafkan ayah… sudah lalai… menjaga kalian…” Ia
memeluk ayahnya dengan erat. “Ayah sudah lelah menjadi
ksatria naga.”
“Aku mengerti, ayah. Aku mengerti.”
Sang ayah memeluk anaknya dengan erat,
Di malam yang sunyi itu, mereka berbagi kesedihan
satu sama lain. Radu yang tertidur pulas menikmati

12
Vlad, The Son of Dragon Knight

mimpinya, mereka tidak mau Radu mendengar


percakapan mereka. Ditemani lentera dan tungku perapian
yang menerangi rumah mereka dan menghangatkan
mereka dari dinginnya angin malam.
Keesokan harinya.
Dengan uang yang tidak seberapa, Vlad membeli satu
lahan saja untuk bertani. Dia juga bekerja sambilan di
pelabuhan Enesa, mengantar barang-barang ke Puri
Gaestana. Meski hanya digaji dengan tiga koin perak, ia
bisa mencukupi kehidupan keluarganya.
“Kau tidak boleh melakukan pekerjaan ini, Radu.
Karena ini sangat berat!” Vlad mengayunkan cangkulnya
dengan semangat. “Kau cari saja teman baru!”
“Bagaimana, ya? Biarkan aku berpikir dulu, kakak!”
Radu terganggu dengan kakaknya, karena ia sedang
memikirkan sesuatu “Kau tiba-tiba saja berisik seperti itu!”
“Kau mau tanyakan soal itu ke ayah?”
“Ya!”
“Kau bisa tanyakan itu sesudah kau melakukannya,
Radu.”
“Nanti kalau salah, aku salahkan saja kau!”
“Baik, baik. Yang penting kau bisa bermain sesukamu
daripada duduk di atas jerami dan ditemani kebosanan.”

13
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad tersenyum.
Sejuknya angin di ladang itu tidak menghalangi
mereka untuk berkeringat. Vlad ditemani para petani lain
yang sedang mengurus ladang mereka sendiri. Vlad
berusaha tersenyum kepada yang lain, bekerja dengan
semangat agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Radu dibiarkan bermain begitu saja dan mencari teman
baru, tidak seperti dulu yang biasanya tidak diperbolehkan
bermain dengan rakyat jelata.
Sekarang, mereka kedudukannya sama dengan rakyat
jelata.
Karena mereka orang biasa.
“Ayah baru mempelajari ini dari tetangga, makanan
ini sangat sederhana.” Vlad memotong sayur-sayuran,
memasak untuk anaknya. “Ini sup.”
“Kelihatannya enak, ayah!” Celetuk Radu.
“Kita belum pernah sama sekali.” Kata Vlad,
anaknya.
“Maka dari itu, ayah ingin makanan yang berbeda!
Beda dengan daging babi yang biasa kita makan setiap
hari! Ini lebih sehat!”
“Amyah mtahu darimamna msoal imtu?
~nyamnyamnyam.” Tanya Vlad, anaknya, sambil
mengunyah apel. “Ini buah segar sekali!”

14
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Biasakan kalau bicara jangan sambil mengunyah


makanan. Jadi, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan,
Vlad.” Vlad menabur garam di panci, lalu menaruh panci
itu di perapian kecil untuk memasak. “Ambilkan kayu di
gudang, perapian kecil ini tidak ada kayunya sama sekali!”
“Arang pun tidak ada?”
“Kan rumah ini baru, Vlad.”
“Oh, ya.”
“6 batang!”
Selesai memasak sup, mereka menyantap sup itu
bersama. Mereka makan dengan lahap. Suasana terlihat
harmonis dan menyenangkan. Di malam yang tenang,
angin sejuk masuk ke rumah itu dan bergabung bersama
mereka.
“Kau ingat keluarga beruang yang tidur saat
perjalanan kita kemarin?” Tanya Vlad kepada anaknya,
Vlad.
“Ya, aku ingat itu. Aku kira semua beruang jahat.”
Celetuk Vlad sambil meminum kuah supnya.
“Begitu pula dengan manusia, tidak semuanya baik.”
“Beruang-beruang itu ternyata seperti kita, ya!”
Ceplos Radu, saking polosnya dia.

15
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Justru kita yang seperti mereka.” Vlad mengelus


kepala Radu.
. .

Dua bulan berlalu.


Vlad menjadi pengantar yang direkomendasi bagi
para pedagang, tujuannya bukan hanya di Puri Gaestana,
Puri Tertea, Puri Xanabel bahkan beberapa puri lainnya ia
siap untuk mengantarkannya dengan cepat. Kereta kuda
pun ia sanggup beli untuk mengantarkan barang lebih
banyak.
Radu pun ikut membantu, meski ia masih anak-anak.
Suatu hari, segerombolan orang datang untuk
merampok mereka. Mereka membawa berbagai jenis
senjata.
“Serahkan barang-barang kalian!”
Vlad untungnya membawa pedang, maju menebas
mereka. Yang ia bawa adalah pedang model Turki.
Dia langsung menebaskannya ke salah satu
perampok.
“Ternyata, pedang yang sekarang ini… lebih baik
daripada pedang yang lalu.” Vlad tersenyum ke arah
perampok itu, dengan senyum mengerikan. “Vlad, Radu,

16
Vlad, The Son of Dragon Knight

kalian berdua bersembunyilah di suatu tempat. Jangan


sampai terlihat, seperti yang dulu itu! Aku atasi mereka!”
Perampok itu langsung ditebasnya, ia menebas
mereka satu per satu. Di saat ia keluar rumah, satu desa
dirampok. Ia langsung maju dan menebas para perampok
itu.
“KALIAN MAU SAMPAI KAPAN?! SAMPAI
KAPAN?! AYO LANGSUNG SERANG MEREKA,
MEREKA SEDANG MENGAMBIL HAK KALIAN!”
Satu per satu orang mulai mengangkat peralatan
pertanian mereka sebagai senjata. Sedangkan kabilah
perampok masih mengurusi Vlad yang melawan
sendirian.
Masalah teratasi.
Perang dengan kabilah perampok dari utara telah
selesai.
Desa Fenes menang dalam pertempuran kali ini.
Vlad masih bersembunyi di pelabuhan. Ada kapal
Turki yang masih bertanggal di pelabuhan itu.
“Itu kapal kecil apa?” Tanya Radu.
“Turki, musuh kita dulu.” Jelas Vlad.
“Apakah kita masih bermusuhan dengan mereka?”

17
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tentu tidak, lah, bodoh!” Vlad memukul kepala


Radu dengan ringan “Lagipula, kita kan bukan bagian dari
Romawi Suci dan Ordo Naga.”
“Kalau kita bisa kembali lagi?”
“Itu sudah jelas sekali kalau kita jadi musuh!” Vlad
menelan ludahnya. “Ini dia di dekat kita lo, mereka serius
tidak melakukan apapun?”
“YO~!”
Vlad dan Radu menengok bersamaan siapa yang
memanggil mereka. Ternyata, dia membawa obor dan
pedang yang berada di pinggang, itu jelas seorang
pasukan!
“Orang Turki!” Teriak Vlad. “Kami tidak bermaksud
apa-apa, kami serius!”
“Kalian orang Turki… jahat?” Ceplos Radu, saking
polosnya dia.
“Kau kenapa tanya begitu, bodoh!” Vlad memukul
kepala Radu lagi
“Kalau kami jahat, kami takkan berbicara dengan
kalian, lo.” Orang itu turun dari kapalnya. “Namaku
Ayzan, senang bertemu denganmu!”
“O-O-O-O!!! ORANG INI BISA BAHASA KITA!!”
“Namaku Radu, aku anak yang baik!”

18
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Vlad, salam kenal.” Vlad menundukkan kepalanya


dan kepala adiknya. “Jangan begitu, bodoh. Kalau mau
berkenalan tundukkan kepalamu sedikit!”
“Kami tidak begitu, kok. Kami meskipun berbeda
peran, rakyat jelata maupun bangsawan, kami semua
sama, kok!”
“Bisa begitu, ya.”
“Vlad! Radu!” Teriak ayahnya dari kejauhan sambil
membawa obor. Berjalan menghampiri anaknya.
“Oh, ayah disana.”
“Kalian tidak apa-apa?” Tanya Vlad, ia langsung
memegang anaknya. “Ada yang terluka?”
“Tidak, sih. Kami berkenalan dengan orang Turki
ini.”
“Oh!” Vlad langsung menyarungkan pedangnya.
“Maafkan kelancangan anak-anakku!” Vlad menunduk
dan memberikan hormat.
“Tak perlu segitunya, angkat kepalamu, tuan
pengantar.”
Ia bertamu di rumah Vlad, Vlad menjamunya dengan
minuman hangat dari tebu yang digiling.
“Enak sekali hidangannya, seperti hidangan
kerajaan!” Puji Ayzan.

19
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Jangan sungkan-sungkan, makan dan minum


sepuasnya saja disini!”
Ayzan langsung terdiam. “Kau ingin meracuniku,
ya?”
“Kami orang biasa, mana mungkin melakukan itu?”
Ayzan mendekat dan menepuk bahu Vlad.
“Vlad, Radu.” Vlad paham akan isyarat Ayzan. “Bisa
ke kamar sebentar?”
“Oh, baiklah.” Jawab Radu.
“Ada tebu giling di teko, sisakan ayah sedikit.”
“Ya!”
Vlad dan Radu masuk ke kamar, meninggalkan Vlad,
ayah mereka, bersama orang Turki itu.
. .
“Kami hanya ingin informasi darimu.”
“Silahkan.” Kata Vlad. “Apapun itu akan kujawab.”
“Kau Vladishav dari Wallachia, kan?”
“Ya, memang kenapa soal itu?”
“Aku Ayzan dari Turki. Sejauh yang aku tahu, kau
keluar dari Romawi Suci.”
“Ya.” Vlad menjelaskan semuanya. “Mereka
mengkhianatiku.”

20
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kenapa?”
Setelah lama menjelaskan semuanya kepada Ayzan,
ia memberikan penjelasan terakhir dengan mata berkaca-
kaca.
“Keluargaku… hanya tinggal mereka yang bertahan
dari pembantaian itu.”
“Pembantaian… telingaku tidak bisa mendengar
sampai kesana.”
“Begitulah, pembantaian ini dirahasiakan. Jadi, baik
bangsawan lain maupun orang luar tidak akan bisa
mendengarnya .”
“Begitu, ya? Aku turut berduka dan meminta maaf
atas kelancanganku.”
“Kau kan hanya bertanya, toh. Kalau itu sih, aku
takkan keberatan untuk menjawab apapun.” Vlad senyum
dan menghilangkan isak tangisnya. “Jangan khawatir.”
“Terima kasih.” Ayzan berdiri dan membalas
menundukkan kepalanya. “Kalau begitu, aku permisi.”
“Tak perlu menunduk kepadaku, kan kita sama!
Bagaimana tradisi ‘turki’-mu itu, hei?!”
“Terima kasih!” Ayzan menutup pintu dan
meninggalkan Vlad.

21
Vlad, The Son of Dragon Knight

Ayzan menangis meninggalkan rumah itu beserta


Vlad dan keluarganya.
. .
Pagi itu.
Pagi dimana para penduduk desa Fenes sedang
membuat dinding dari kayu demi keamanan mereka.
Pihak Puri Gaestana merasa geram dan menambahkan
pajak tiga kali lipat dari sebelumnya. Dari uang, hasil
tambang, maupun hasil panen.
“Dengan ini, aku umumkan bahwa pajak akan
meningkat tiga kali lipat dalam satu bulan, seiring kalian
membangun dinding kayu ini!” kata seorang Jenderal yang
diutus oleh Puri Gaestana.
Para penduduk mengeluh.
“Diam! Ini salah kalian sendiri! Padahal kami sudah
menjamin keamanan kalian!”
“Kami kemarin malam dirampok oleh kabilah dari
utara! Dan kalian tidak melakukan apapun!” Keluh para
rakyat jelata
“Ya, itu benar!”
“BERISIK!! ITU SEMUA SALAH KALIAN
SENDIRI, ITULAH TAKDIR!”

22
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, hei!” Vlad merasa terganggu saat ia mengurusi


sawah. “Aku tak tahu ada apa, yang jelas aku tidak enak
mendengarnya, siapa yang bilang begitu?”
“Siapa kau! Beraninya kau bilang begitu!”
“Kalau tidak salah, kau orang Traka, kan? Orang-
orang seperti ini benar-benar orang kotor.”
“RAKYAT JELATA!! KAU BENAR-BENAR...”
Vlad langsung menusuknya tanpa ampun.
“Dengan pajak seperti ini, bagaimana kita bisa
hidup?” Kata Vlad, lalu ia memenggal kepalanya dan
menaruh kepala itu di pedang Turki yang ia beli. “Kalau
mau ikut aku berperang melawan Gaestana, kalian
mendapat untung banyak, lo.”
Mayat-mayat itu ditutupi dengan kain dan
dilemparkan ke laut.
Tanpa pikir panjang, mereka membeli besi-besi yang
seharusnya dikirim untuk Gaestana. Menebang kayu
secara ekstra, bersiap untuk menyerang.
Dari pagi itu sampai malam.
Keesokan harinya...
Mereka memasuki puri Gaestana, sebagiannya.
Berkedok sebagai pedagang dari pelabuhan Enesa. Taktik
kotor ini sebelumnya digunakan Vlad untuk menaklukkan

23
Vlad, The Son of Dragon Knight

Puri Tentaena di sebelah sungai Danube yang dimana desa


di sekitarnya sedang dipungut pajak yang sangat
mencekik.
“Ternyata, ini seru juga.”
Vlad menyiapkan perlengkapan perangnya, tetapi
tanpa memakai penutup kepala. Ia tidak sedang bertempur
untuk kerajaan, atau pihak puri, atau bangsawan kota,
tetapi untuk orang kecil.
“Ayah... ingin berperang?” Tanya Vlad, anaknya yang
masih remaja itu cukup penasaran. “Untuk apa?”
“Rakyat dicekik, mereka harus melepaskan diri.
Kepala desa mengumumkan tindakan ini secara serentak.”
“Berperang untuk rakyat? Ayah sudah banyak
berubah, ya.”
“Kebaikan harus dibalas dengan kebaikan, jika kita
diberikan tempat untuk singgah dan berkumpul oleh
mereka, kita juga harus mempertahankan tempat mereka
sebagai balas budi.”
“Dan ini tidak seperti ayah yang dulu, ya.” Anaknya
tersenyum kepadanya.
“Ya.” Vlad mengelus kepala anaknya itu. “Jaga Radu
dan desa ini.”
“Baik, ayah.”

24
Vlad, The Son of Dragon Knight

Perang dimulai.
Vlad sudah berada di atas benteng setelah ia
menyelinap diam diam, membukakan gerbang untuk
memasuki Puri. Pihak Puri Gaestana panik, bangsawan-
bangsawan itu melihat kekacauan yang terjadi. Infanteri
dilibas habis oleh rakyat jelata yang mereka katakan
sebagai orang yang tidak berdaya. Kandang-kandang kuda
terbakar, jadi pasukan kavaleri tidak ikut untuk berperang
dan memilih untuk menjaga para bangsawan itu.
Vlad maju ke kastel itu, membantai para prajurit
dengan ganas. Ia menjadi yang paling ditakuti oleh semua
orang pihak Puri, tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Inilah manfaatnya pengalaman bertempur.
“Aku tahu siapa kau!” Kata Raja Puri itu.
“Katakan, Tarsalius!” Bentak Vlad. “Aku tahu siapa
dirimu, orang Traka5!”
“Kau... setelah dilepaskan dari keksatriaanmu, kau
menjadi serigala liar.”
“Aku tidak peduli itu, Tarsalius. Kau bukan raja yang
cukup hebat, aku tak ingin bertarung denganmu.”

5 Traka, bagian dari kabilah Yunani

25
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Setelah kau membunuh prajuritku, bangsawanku,


dan membantai keluargaku?! Kau kira aku tak bisa
bertarung?”
“Silahkan.”
“Orang Traka adalah orang yang kuat dengan
tombaknya!”
Vlad hanya tersenyum.
“Kau sangat meremehkan ksatria naga yang
terbuang. Aku tetap orang yang sama, lo.”
“Bersiaplah untuk mati!”
Vlad berpedang dengan lihai, pedang Turki miliknya
yang lebih ringan membuatnya bergerak lebih leluasa.
Serangan tombak dari raja itu tidak mengenai apapun, ia
hanya merusak furnitur-furniturnya yang mewah. Vlad
hanya menghindar dan tersenyum. Lalu menebaskannya
ke tangan raja itu.
“Pedang itu... Pedang Turki! Kau... bersekutu dengan
setan!”
“Sebelum kau bertindak lebih jauh, aku takkan
membiarkanmu pergi.”
Ribuan ksatria mati di tangan rakyat jelata. Ini adalah
penghinaan terburuk untuk bangsawan-bangsawan
Rumelia.

26
Vlad, The Son of Dragon Knight

Di saat yang bersamaan, Turki membuka jalan untuk


menaklukkan Puri Xanabel dan Puri Tertea yang keduanya
berdekatan dengan Selat Bosphorus.
“Yang benar saja!”
Pasukan-pasukan dari kedua puri itu panik ingin lari
kemana.
Menara utama puri Gaestana dirobohkan.
“Kita sudah tak ada tempat berlindung lagi!”
“TURKI ADA DISINI!!”
“Tunjukkan sisi ksatriamu, bagaimanapun juga...
Yang kita harus lakukan terakhir adalah menaklukan desa
itu!”
Sebelum para ksatria itu bertindak lebih jauh, para
ksatria Turki membantai mereka. Padang rumput di
sekitar Rumelia menjadi dataran yang penuh darah. Para
bangsawan kedua Puri dijarah dan ditawan. Jenderal-
jenderal mereka dipenggal dan dipasangkan kepalanya di
pedang komandan-komandan ksatria itu.
“Ayzan, apa kita perlu untuk memeriksa desa itu?
Sepertinya, mereka baru saja melakukan pemberontakan.”
Tanya bawahannya.
“Sama seperti kedua Puri yang tadi, mereka
memberontak karena pajak yang tinggi, padahal

27
Vlad, The Son of Dragon Knight

sekawanan perampok baru saja merampok mereka. Mari


kita kesana.”
Ayzan dan para pasukannya berkuda ke Desa Fenes.
“Kalian, tidak ada yang diserang sama sekali, kan?”
Ayzan terengah-engah, mereka melihat para pasukan
Turki seolah-olah mereka aneh. Tetapi kesiagaan mereka
tidaklah mengurang sama sekali, alat-alat pertanian sudah
berada di tangan mereka, digenggam dengan erat. “Kalian
baik-baik saja, kan?”
Genggaman erat itu akhirnya dikendorkan, mereka
membiarkan orang Turki itu mengecek seluruh desa.
Vlad dan para warga desa pulang dari puri Gaestana,
membawa kepala Tarsalius. Warga desa yang baru datang
itu mengenggam erat peralatan-peralatan mereka, bersiap
untuk menyerang.
“Tahan!” Seru Vlad. “Aku kenal mereka. Mereka
prajurit yang biasa berdagang di pelabuhan dekat sini.”
“Mereka berdagang di Enesa?”
“Yang benar saja!”
“Banyak orang yang menjarah kita, ternyata...”
Seorang wanita datang kepada Ayzan lalu
membentaknya.

28
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kami sudah berkali-kali dirampok disini! Kalian


mau merampok seperti mereka-mereka yang sebelumnya?
Mengambil pajak? Kami hanyalah sekawanan pengembara
yang sudah nyaman tinggal di desa ini dan inilah yang
kami buat!”
“Sudahlah.” Vlad memeluk wanita itu. “Biar aku
yang tangani ini.” Vlad beralih kepada Ayzan yang sedang
menunggangi kuda. “Kau mau apa kesini?”
Vlad mencuci pedangnya selagi Ayzan masih
bertamu di rumahnya. Vlad ingin mengembalikan pedang
itu dan ia akan membeli senjata lain dari pandai besi yang
ada di desa.
“Ayzan, aku ingin mengembalikan ini dan aku takkan
meminta uang itu lagi. Tapi, tolong. Hanya satu saja yang
kuminta, jangan menduduki desa ini, jangan mengambil
pajak dari mereka, jangan memberikan janji atau jaminan
apapun itu.” Vlad memberikan sekantung uang yang
selama ini ia kumpulkan. Satu kantung besar dari gudang
itu dikeluarkan oleh Vlad dan diserahkan kepada Ayzan
langsung di depan mukanya. “Aku sangat mohon!”
Ayzan menangis, tersentuh.
“Aku tahu, agama kalian benar, agama yang kalian
bawa ini yang kalian katakan selama ini... membawa
kebaikan dan kedamaian... Maka dari itu, tolong jangan

29
Vlad, The Son of Dragon Knight

ambil apapun dari mereka, jangan seakan-akan orang


muslim berhak untuk...”
“KAU TAHU APA?!”
Ayzan membentak Vlad dengan tiba-tiba.
“Aku berperang, bertahun-tahun, sama sepertimu. Meski aku
lebih muda darimu dan aku belum menikah, aku... dan
pasukanku... takkan menjarah apapun dari siapapun!”
“Nicopolis.” Sela Vlad. “Perang Nicopolis itu apa? Yang
barusan kalian taklukkan dan kalian membangun pos itu? Benteng
kabilah Akkerman? Itu apa?”
“Vlad! Kau harus ikut kami!” Kata pasukan Turki itu, ia tiba-
tiba menyela percakapan mereka. “Cepat!”
Vlad dan keluarganya dibawa ke Edirne, menggunakan
kapal.
“Sudah kuduga, Turki yang kemarin malam itu!” Kata Vlad.
“Mereka hanya berpura-pura!”
“Sudahlah, kakak, jangan menggerutu. Apa jadinya kalau
mereka menginjak kepala kita?”
“Kata mereka, mereka takkan membunuh anak-anak.
Aku akan berkata seenaknya disini.” Vlad berdiri dari tong
tempat ia duduk. “Oi, Turki! Apa salah kami kepada
kalian! JIKA KAMI PERNAH MERUSAK BENTENG
KALIAN, KAMI AKAN GANTI APAPUN ITU MESKI

30
Vlad, The Son of Dragon Knight

BEKERJA SEUMUR HIDUP KAMI! TAPI, JANGAN


TAKLUKKAN...”
Seorang prajurit Turki itu menampar Vlad.
“KAU TAHU APA SIALAN?!?! KAU YANG TIDAK
PERNAH KELAPARAN SEPERTI ORANG-ORANG
MISKIN, TAHU APA?!?! AKU TAHU KAU SEORANG
BANGSAWAN!!”
“Kau bicara apa, ksatria sialan?” Vlad berdiri dari
jatuhnya. “Kami pernah kelaparan setelah satu tahun
pengkhianatan di Wallachia, klan kami dikhianati,
perempuan-perempuan kami diperkosa, disiksa, dan
direnggut nyawanya. Kalau begitu... KAU TAHU APA?!
MUSLIM DAN SALIBIS, SEMUANYA SAMA SAJA!!
DENGAN BERLAGAK AMBISI YANG SOK KUAT,
MEMBELA KEADILAN, TAPI KELAKUAN SEPERTI
PERAMPOK!”
“SINI KUBUNUH KAU!!”
“Hei, hei! Itu anak kecil!” Salah satu temannya
menghadangnya. “Tenang sedikit!”
“Kau tak dengar perkataan anak ini barusan? Minggir
saja kau!” Ia maju dan meninju Vlad sampai terhuyung ke
dek kapal. Radu berdiri dari tong, berlari mengambil pisau
dari salah satu teman prajurit itu dan menusukkannya ke

31
Vlad, The Son of Dragon Knight

lutut prajurit itu. Lalu, ia berlari ke arah Vlad dan


menghalangi orang itu.
Dia benar-benar cepat.
“Aku mohon, jika kau mau aku bersujud atau apapun itu, aku
sangat bersedia. Tapi, jangan sakiti kakakku!” Radu menangis.
“Ba...”
“Hentikan ini semua.”
Ayzan keluar dari dek kapal.
“Ayzan! Anak ini...”
“Jangan bilang aku tak dengar apapun, Kazan.”
“Vlad, kau mau aku membuktikan betapa adilnya orang
muslim dan muslim lebih baik daripada salibis-salibis bedebah
itu? Sini aku tunjukkan.” Ayzan tersenyum kepada Vlad.
“Jangan bilang kau membela anak ini, Ayzan!”
Ayzan memperhatikan terlebih dahulu, lalu tiba-tiba...
Ia menusuk bagian belakang lututnya sendiri.
“Kalau kau mau menginjak kepala anak ini, kau harus
langkahi mayatku.” Ia menodongkan pisaunya kepada Kazan.
“Berdiri!”
“Kau ternyata bedebah, Ayzan. Aku takkan bertarung
denganmu.”
Ayzan langsung melemparkan pisau, ia melukai pipi Kazan.
Tetapi, yang dibelakang Kazan...

32
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kenapa... kau dengan mudahnya... merenggut nyawa


seorang teman?! Syariat6 itu apa bagimu?!”
“Dalam hukum darah, eksekusi bisa dilakukan kapan saja
dan dimana saja.”
“Kurang ajar! Apa salah dia?!”
Ia merogoh saku temannya, lalu menemukan sebuah kalung
dengan lambang gabungan. Terdapat lingkaran di bagian terluar,
salib di bagian menengah dan bintang segienam di bagian
terdalam.
“Ini apa?”
Ia berbalik dan menjawab tantangan Ayzan, menghunus
pedangnya dengan genggaman yang sangat erat.
“Baiklah, Ayzan. Aku akan memenggal kepalamu, setelah
itu... keluargamu!”
“Memang, kau itu... pecundang... dari dulu.”
Angin mendesir lautan, dan kapal yang berlayar di atasnya.
Kedua pedang yang terhunus mencoba untuk menghukum satu
sama lain dan bertarung atas kepantasan siapa yang harus
menghukum dan yang harus dihukum. Burung-burung yang
berkicau terbang dengan kawanannya, suara itu cukup kencang
bila terdengar sampai ke kapal meski harus berbaur dengan suara
arus laut.
. .

6 Aturan, bagian dari Islam untuk seluruh umat manusia.

33
Vlad, The Son of Dragon Knight

II
Anxiety
‘Kecemasan selalu datang ketika ada ketenangan’
-Alteria-
Dalam beberapa saat.
Duel itu berakhir dengan cepat.
Tebasan itu layaknya hembusan angin lalu.
“Kau takkan bisa membuktikan apapun padaku.”
“Ordo Salib Bintang Utara7... akan memburumu!”
Ujarnya, dengan bahasa Sirilik8.
“Oh, ya. Aku juga punya ini.” Ayzan juga
mempunyai lencana itu. “Ini untukmu, Vlad. Siapa tahu
itu akan berguna kelak, suatu hari nanti...”
Lencana itu diberikan kepada Vlad.
Ayzan mengambil sebuah cawan kayu, ia masukkan
ke dalam tong minyak untuk mengisinya, lalu ia
melemparkan keduanya di saat yang bersamaan.
Ia membakar Kazan hidup-hidup dan
mencengkeram lehernya.
“AYZAN!! KAU TAK AKAN HIDUP TENANG
UNTUK SELAMANYA!! INGAT! SELAMANYAAA!!”

7 Ini adalah Ordo yang menguasai seluruh ordo yang ada di Kristendom bagian utara.
8 Sistem bahasa yang digunakan orang-orang sekitar Eurasia.

34
Vlad, The Son of Dragon Knight

Kazan mati dengan kepala terbakar.


Tragis.
Ayzan membuang mayatnya ke laut, dan juga mayat
temannya yang mati.
Ketika tangan Ayzan terbakar setelah ia
mencengkeram lehernya, tangan itu dikebaskannya ke
baju.
Selesai, api pun padam.
Ia mengelap tangannya dengan serbet kecil warna
merah yang biasa ia pakai.
“Tidak... terbakar?” Vlad melongo.
“Apakah ada orang kristen dan orang yahudi yang
bisa seperti ini?” Tanya Ayzan.
“Aku belum pernah melihat yang seperti itu.”
“Bagus.”
Ayzan masuk ke dalam dek, meninggalkan orang-
orang yang terpana.
“Orang cerdas seperti dia... hebat juga.”
“Terkadang, mengerikan.”
“Ahli beladiri seperti itu hanya mengandalkan
ketenangannya dan kecerdasannya, ia seperti tahu
semuanya.”

35
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tak heran dia diangkat sebagai sekretaris jenderal


Direktorat Intelijen Negara.”
Para prajurit memuji di belakang Ayzan.
Vlad saat itu gelisah, ia tak tahu harus percaya
kepada yang mana. Antara salibis atau muslim, ia terus
penasaran.
Sampai malamnya...
“Kau tidak tidur di lambung kapal?” Cakap seorang
prajurit dengan bahasa Rumania. “Disini cukup dingin,
lo.”
“Ya, nanti.” Kata Vlad.
“Baiklah, kalau begitu biarkan aku berjaga disini.”
“Ini kapalmu, lo.”
“Benar juga.”
Ia memandangi cahaya Konstantinopel dari kejauhan.
“Kapal ini cepat sekali dibanding kapal yang
lainnya.” Kata Vlad. “Meski kapal ini kecil.”
“Kau tahu kapal ini bisa memuat berapa orang?”
Vlad menggeleng.
“Lima puluh sampai enam puluh orang.”
“Sempit sekali!”
“Tapi, untuk sekarang, kapal ini hanya dinaiki dua
puluh orang jadi tidurmu bisa nyenyak. Lagipula, selain

36
Vlad, The Son of Dragon Knight

ini bisa sebagai kapal perang, dia juga bisa sebagai kapal
dagang.”
“Oh, jadi begitu, ya.”
“Saat perang di Nicopolis yang sudah lama berlalu
itu, kapal ini yang digunakan untuk perang, mengangkut
kami dari Edirne ke pelabuhan Terat, sebagiannya memilih
untuk berkuda atau berjalan karena produksi kapal itu
terbatas.”
“Aku kira kalian langsung tergesa-gesa dan
memaksakannya.”
“Tapi, kata Sultan Mentor, kita lakukan saja dengan
apa yang ada. Jadi, kami tidak memaksakan seluruh
industri di seluruh distrik yang di dekat laut untuk
membuatnya karena keterbatasan itu.”
“Kalian juga terbatas, ya.”
“Ya, begitulah.”
“Oi, Karam.” Ayzan keluar dari lambung kapal.
“Ayzan! Masih belum tidur?” Tanya Karam.
“Bagaimana dengan orang-orang? Kau belum menemukan
sesuatu lagi seperti tadi siang?”
“Ah, kurasa sudah tidak ada lagi.”
“Begitu, ya.”
Mereka tiba di pelabuhan.

37
Vlad, The Son of Dragon Knight

Sebuah kota pelabuhan, berdinding batu, dengan satu


menara pengawas bermuatan ballista dan tiga meriam.
“Disini memang kota pelabuhan, tak jarang banyak
pedagang juga disini. Dari berbagai kerajaan, berbagai
agama, suku-suku, banyak sekali.” Kata Vlad. “Kita bisa
jadi orang kaya disini!”
“Kau benar!” Ceplos Radu. “Dan kita tak akan makan
sup lagi!”
“Sup ayah enak, kok!”
“Bagi lidahku, itu rasanya bercampur, jadi tidak
enak!”
“Justru karena rasanya bercampur menjadi satu,
rasanya menjadi gurih, kau tahu itu!”
“Kalau ada campuran tertentu, itu bisa dikatakan
gurih.” Sela Ayzan di tengah perdebatan singkat mereka.
“Kita jalan-jalan dulu di sekitar sini.”
Vlad mencari taman dan diikuti oleh Radu. Ia
memainkan harpa gereja di tengah taman, duduk
bersandar di sebuah pohon. Alunan harpa yang ia
mainkan itu, ibunya yang mengajarinya sewaktu kecil.
Harpa gereja itu bukan digunakan untuk memuji tuhan, ia
tidak berkidung sama sekali. Tetapi, burung-burung
berkidung dan beterbangan mengiringi alunan harpa.
Alunan harpa itu merdu. Vlad memetikkan harpa itu

38
Vlad, The Son of Dragon Knight

dengan keras, semua orang mendengarnya. Semua orang


di sekitarnya berhenti untuk mendengarkan alunan harpa
itu.
Vlad sempat menangis, mengingat ibunya.
Semua orang di sekitarnya bersorak gembira, Vlad
memainkan alunan yang bagus. Kebanyakan mereka tidak
menyadari kalau itu adalah alunan gereja yang
bertemakan ‘Eden & Garden’9 yang menyandingkan antara
surga dan dunia.
“Kakak, banyak orang datang!”
“Ayo pergi.”
Vlad dan Radu melewati orang-orang itu dan
meninggalkan mereka, meski mereka tetap bersorak
kepadanya.
“Lagu itu memang bagus sekali.”
“Aku memang sedang mengenang ibu, bisa-bisanya
mereka bersorak gembira seperti itu!” Vlad menampar
dinding yang tidak bersalah sebagai saksi mati dan korban
kekesalannya. “Yang benar saja!”
“Bukan begitu, kau tak tahu cara menanggapi pujian,
ya?”
“Tidak.”

9 Lagu ini biasa dikidungkan di Katedral Agung di Hungaria, tetapi bukan sebagai kidung pemujaan inti.

39
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Carilah teman.”
Vlad hanya mendeham, ia tidak tahu maksud Radu,
apalagi respon orang-orang sekitarnya tadi.
“Begitu, ya.”
. .
“Setelah kita keluar dari Benteng Parasi, kita pergi ke
Benteng Kurku10. Kita menginap dahulu karena perjalanan
dari sini ke Kurku memakan dua hari. Lalu kita melewati
Strandia11, tetapi kita takkan naik ke gunungnya melainkan
kita akan menaiki lembah.” Kata Ayzan, sambil membaca
petanya.
“Bukannya lebih aman kita menaiki salah satu
gunungnya, ya? Disana, gunung Ej, memiliki puncak
terendah. Sedangkan yang disana lagi, gunung Ak,
memiliki puncak tertinggi.”
“Kau mau melewati gunung? Kita mengawal anak-
anak, lo.”
“Vlad pernah menaiki Ceza12, kalau Radu...”
“Aku mau naik gunung!” Timpal Radu.
“Itulah semangat, Radu!”

10 Perkembangan Kirklareli, benteng Parasi dan benteng Kurku disatukan beberapa periode setelahnya
(dari periode Murad II) demi mengatasi segerombolan perampok dan serangan pasukan salib Balkan pada
abad ke-16
11 Pegunungan di bagian tenggara Balkan, dinamai Yildiz dalam bahasa Turki.

12 Salah satu pegunungan di dataran Carpathia.

40
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kalau begitu, yang ini saja!” Tunjuk Vlad. “Aku


yakin, disini aman.”
“Mahya13!”
Mereka semua sepakat, pergi ke Puncak Mahya.
Mereka memasuki Benteng Kurku, banyak sekali
taman, tetapi ada satu taman yang sepi dilalui orang. Vlad
sempat-sempatnya bermain disana.
Setelah dari Kurku, mereka berjalan ke puncak
Mahyata. Disana cukup dingin, meski belum musim salju.
“Tetapi, karena ini rute yang susah dilalui, para
perampok ataupun mata-mata lain jarang kesini.” Jelas
Ayzan. “Biasanya di puncak ini, sangat aman. Ada
beberapa orang petani yang biasa berjaga disini.”
“Mereka berjaga?” Tanya Vlad. “Lalu, apa yang
mereka tanam?”
“Sejenis tanaman herbal, namun beberapa dari
mereka gagal karena siklus atau tanahnya kurang subur.”
“Padahal gunung.”
“Kami akan meneliti lebih lanjut untuk menyuburkan
tanah di puncak ini, agar kualitas tanamannya bagus jika
kami mengobservasi di puncak-puncak lainnya.”
“Begitu, ya.”

13 Mahia Dagi.

41
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad melihat peta lagi, mereka harus menjauhi


Gulyamo yang berada di dekat dataran rendah Burgas.
Suatu hari.
Saat mereka berkemah di Mahya Dagi, ia menulis
sebuah rencana. Pada mulanya, ia memprediksi dan
memberikan jawaban sementara pada catatannya itu.
Vlad mengamati dari kejauhan, dari gelap ia bisa
melihat sebuah sebuah gua yang dimana diterangi oleh
lampu obor.
“Kau penasaran dengan gua itu?”
“Ayzan.” Vlad tersentak sedikit, ia sempat
menggenggam pisaunya. “Aku kira kau orang lain.”
“Hebat ya, kau bisa melihat dari kejauhan.”
“Aku prajurit pengintai, pedagang, ksatria naga yang
melakukan banyak pertempuran untuk Wallachia, aku
yang seringkali dijadikan tumbal dalam strategi mereka.
Tidak dipersenjatai, dan hanya boleh dipersenjatai ketika
sudah selesai dari observasi pergerakan musuh dan terjadi
pertempuran kecil14.”
“Berarti, dulu kita musuh.”
“Jelas.”

14Pertempuran-pertempuran kecil (small fight) itu biasanya hanya dihadiri oleh 2000 orang atau
dibawahnya hingga mencapai 6000. Jika mencapai 6000 ke atas, maka bisa disebut dengan perang (battle).
Seperti penaklukkan di puri Gaestana, itu adalah pertempuran kecil.

42
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau, saat itu15 melihatku dari arah utara dan sempat


mencegah serangan waktu itu. Pantas pergerakanmu
sedikit sempurna, tetapi kau tidak bisa mengobservasi ke
laut karena pergerakanmu terbatas oleh pos-pos kami di
dataran tinggi.”
“Kapal Genoa dan Venesia saat itu telat untuk datang,
jadi kami kewalahan mengatasi kalian. Aku heran dengan
semangat perang kalian, kenapa bisa begitu?”
“Karena keyakinan.”
“Yang benar saja!”
Vlad tertawa terbahak-bahak karena Ayzan
mengatakan hal itu.
Padahal...
“Aku serius, Vlad.”
“Baiklah, baiklah. Aku takkan menertawakan hal itu
jika kau sudah serius.”
“Kita benar-benar orang yang sama, tetapi beda
tujuan.”
“Kita manusia, tetapi berbeda pandangan.” Vlad
berdeham. “Yang jelas, butuh adanya sikap toleratif untuk
berbicara soal pandangan.”
“Kau benar.”

15 Sebuah perang gerilya yang beberapa tahun setelah perang Nicopolis.

43
Vlad, The Son of Dragon Knight

. .
Mereka sampai di Edirne.
Edirne tampak indah, penjual minyak wangi dimana-
mana, kota dengan bangunan-bangunan simetris, banyak
taman. Asri, beda dengan kota-kota di bagian Eropa
lainnya.
Banyak sekali pedagang yang lalu-lalang di sekitar.
Para warga yang saling menyapa dengan para pengelana.
Seperti alam yang berbeda. Tulis Vlad dalam bukunya16.
“Vlad suka dengan taman, ia tidak suka apapun
kecuali bunga, harpa gereja, dan ibunya. Yang ia tidak
suka ialah aku, perang, api, dan darah. Terakhir kali aku
mengijinkan dia ikut berperang saat ada perang dengan
ribuan perampok lalu membantai kampung perampok
itu17, dia menangis.”
“Itu menjelaskan banyak hal kenapa dia lebih suka
berjalan ke taman daripada ke bangunan penting yang
lain, seperti toko – yang berbagai macamnya.”
“Kau benar, dia terlalu dini untuk mengandalkan
strategi bertahan hidup seperti itu.”

16Berbeda Alam, karangan Vlad II.


17Pertempuran Hezon yang kotor, disini mereka (Wallachia dan Moldavia) sehabis membantai para
perampok yang ingin merampok Moldavia dan Wallachia di dekat Varna, mereka juga menghancurkan
Benteng Hezon dan membabat habis rakyatnya. Sepuluh ribu orang pihak Benteng Hezon meninggal dan
empat ribu orang luka-luka dan dua ribu orang meninggal dari pihak mereka.

44
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tidak, menurutku dia sudah cukup, namun kurang


pendidikan.” Ayzan tersenyum kepada Vlad. “Aku bisa
mengajarkannya untuk seumur hidupku jika kau bersedia
menjadi sahabatku.”
“Akan kupikirkan baik-baik, Ayzan.”
Vlad meninggalkannya dan mulai mencari sebuah
penginapan.
Di sebuah penginapan, mereka mulai dijamu
layaknya seorang bangsawan.
“Aku masih ingin ayah yang memasak.” Kata
anaknya, Vlad. “Meski sup ini memang enak.”
“Roti buatan ayah lebih manis daripada disini! Disini
tidak ada tebu18, ya? Mereka tidak tinggal di dekat pantai,
sih!” Ceplos Radu. “Meski ini bisa dimakan.”
“Makan saja. Pemberian tuhan berupa makanan
harus diterima, apapun itu. Tidak boleh pilih-pilih.”
“Baik.”
Pada malam itu, di penginapan, Vlad merasakan
banyak hal yang aneh. Bertemu dengan musuh lamanya,

18Tebu, biasanya di abad pertengahan ditanam di dekat pantai karena efek angin pantai membuat mereka
tumbuh cepat daripada yang ditanam di hutan dekat sungai. Tanah subur hanya berefek pada kualitas
tebu, sedangkan efek angin mempengaruhi kecepatan perkembangan tebu. Iklim yang cocok untuk
tanaman ini ialah iklim subtropika.

45
Vlad, The Son of Dragon Knight

lalu berkenalan dan berbincang, bahkan melakukan


perjalanan bersama.
“Aneh, hanya tuhan yang bisa melakukan ini.”
Keesokan harinya.
“Sultan ingin bertemu denganmu, datanglah ke Istana
bersama kami.” Kata seorang prajurit.
Vlad sempat menggenggam pedangnya.
“Sudah kuduga ini akan terjadi.” Vlad baru ingat apa
yang harus dibawa. “Sebentar.”
Ia membawa kantung besar, orang-orang itu tidak
akan tahu isinya apa.
“Ayo pergi.”
Sesampainya di Istana.
“Sultan menyuruhmu untuk masuk ke kantor
utamanya.” Kata seorang pelayan. “Maaf, telah lama
menunggu.”
Vlad sempat terpana oleh pelayan itu, tetapi ia
menyadari satu hal.
“Baiklah.”
Ia menulis tentang itu, dengan judul ‘membungkus
perempuan?’
“Salam.” Kata Vlad.

46
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau sudah belajar banyak, Vlad.” Sambut Sultan


Murad. “Salam! Ini sebuah kehormatanku untuk bertemu
ksatria naga sepertimu – mantan, sepertinya.”
“Mantan ksatria naga, kau benar.” Vlad mulai
berlutut.
“Tidak, tidak. Semua orang sama, berdirilah19.”
Vlad berdiri, lalu menaruh kantung besarnya itu.
“Itu apa?”
“Sebuah kehormatan bagiku untuk bertemu dengan
musuh lama.”
Para pengawal mulai menghunuskan pedangnya.
“Hei, hei! Siapa yang menyuruh kalian mengeluarkan
pedang kalian!” Bentak Murad. “Mana sopan santun
kalian? Dia tamu!”
Mereka melakukan hormat, sebagai tanda maaf, lalu
menyarungkan pedangnya.
“Aku membawa sebuah kantung, khusus untukmu,
atau untuk kotamu – tidak, untuk negerimu. Aku ingin
anak-anakku bebas dari cengkeraman kalian.”
“Setelah pertempuran-pertempuran kecil yang kau
buat – setelah ini aksi apa yang akan kau lakukan?”

19Etika militer dari zaman Abbasiyah, tidak menundukkan kepala ataupun berlutut kepada orang yang
lebih tua, baik dari segi ilmu maupun umur. Etika ini mulai dikembangkan lagi dan lagi sehingga hanya
dengan menaruh tangan di dada sudah menunjukkan penghormatan.

47
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kalau kau bersikeras untuk menambah harga dari


kebebasan anak-anakku, aku bersedia menjadi budak atau
nyawaku yang harus digantikan.”
“Tunggu, kau salah paham soal ini! Kau benar-
benar.... ah! Bagaimana, ya...”
“Aku heran, seorang Sultan juga bisa begini.”
“Jika kau berharap aku sempurna, jangan anggap aku
manusia sama sepertimu, atau anak-anakmu, atau para
salibis, atau prajuritku yang ahli dalam bertarung.”
Murad berpikir, cukup lama. Bingung apa yang mau
dibicarakan.
Vlad tidak kuat berdiri, ia memutuskan untuk duduk
di karpet. Tidak ada yang melarang, ia merasa bebas. Ia
duduk bersila di karpet.
Sedari tadi ia menunggu sambil berdiri.
Vlad tersenyum sendiri, ia memang di alam yang
berbeda. Memandang langit-langit kantor utama Sultan.
Sultan dengan kursi dan mejanya sedang berpikir, ia
memandang itu dari berbagai sisi.
Para prajurit menahan tawa karena kekonyolan Vlad.
Vlad penasaran, ia tidak seperti raja-raja yang ia
temui.

48
Vlad, The Son of Dragon Knight

Yang satu ini, Sultan, aneh. Biasanya bangsawan atau


tamu kalau duduk tidak diperbolehkan duduk sampai ia benar-
benar kelelahan atau cedera, baru ia diperbolehkan duduk di kursi
dan disediakan oleh para pelayan. Dari berbagai raja yang aku
temui, mereka semua seperti itu. Tetapi, ini berbeda, Aku duduk
di karpet dianggap biasa, aku tidak minta kursi empuk atau
apapun, lebih nyaman di karpet. Karpet ini lebih bersih daripada
punya raja-raja yang lain, aku nyaman duduk di sini. Selagi
mereka tidak memperingatkanku tentang karpet atau dudukku,
aku nyaman, aku biarkan saja. Tulis Vlad.
“Vlad, kau kalau mau duduk di kursi bilang sama
pelayan.” Murad baru menyadarinya
“Oh, tidak. Aku lebih nyaman duduk seperti ini.
Bicaralah, aku akan dengarkan.” Kata Vlad, santai. “Jika
kau tenang, aku juga tenang.”
“Kau memang orang yang aneh, Vlad.”
“Selagi aku sudah pernah miskin dan kelaparan, aku
tidak punya waktu untuk memikirkan etika duduk.
Berbeda dengan ketika aku kaya dan menjadi bangsawan.”
“Begitu, ya.”
“Kau juga aneh, lo.”
Murad menyadari pasukan pengawalnya sedang
menggenggam pedang.

49
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei!” Bentaknya. “Lain kali aku akan membubarkan


kalian!”
“Matamu juga cukup tajam.” Kata Vlad, dengan
bahasa Rumania.
“Aku juga pengawas perang, ini yang aku bisa.” Balas
Murad, dengan bahasa Rumania.
“Pasti, yang namanya kegelisahan itu... memang
muncul ya?”
“Selalu begitu.”
Pertarungan sengit, akan terjadi.
“Aku mencium bau yang sangat tidak enak.” Vlad
meringis.
“Maaf, aku juga tidak menyadarinya.” Kata Murad.
“Aku jadi tidak enak hati.”
“Mari kita bereskan.”
“Harusnya aku yang bilang begitu, Vlad.”
Mereka terpaksa harus menumpahkan darah di
ruangan itu untuk bertahan.
. .

50
Vlad, The Son of Dragon Knight

III
Coward
‘Sikap pengecut berlaku ketika seseorang ingin bertahan’
-Phiotes-

Vlad langsung melompat tanpa ragu, ke depan


Murad. Para prajurit itu telat merespon, ia baru
menggenggam pedangnya ketika Vlad sudah sampai ke
Murad. Tetapi...

Ia melewati Sultan Murad.

Ia menebas orang yang berada di atas kepala Murad,


membelah orang itu menjadi dua. Vlad refleks
menyarungkan pedangnya dengan cepat, lalu beralih
mengandalkan pisau. Ia melemparkan pisaunya ke arah
para prajurit yang siap untuk mengalahkan mereka
berdua.

“Jujur, aku hanya ingin hidup damai.” Kata Vlad.


“Namun, tuhan tidak memperbolehkan.”

“Kau bodoh. Dunia itu cobaan, bukan surga.”

“Kau memang benar.” Vlad masih sempat meringis.


“Kau urus yang di belakangku, aku yang urus di
belakangmu. Soalnya, dari tadi mereka mencoba menusuk
di belakangku.”

51
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kalau ada Ayzan disini, semuanya akan jauh lebih


mudah.”

Vlad hampir tertebas oleh para pembunuh itu, Murad


langsung melempar mejanya hingga mengenai musuh dan
berputar ke belakang, mengeluarkan pedang dari
sarungnya dengan cepat. Vlad langsung berlari ke arah
pintu dan mendobraknya dengan tendangan. Ia mengejar
sang pelayan yang mencurigakan itu.

Jika yang seperti ini masih ada, aku yakin kamuflase mereka
semakin rapi. Memang, ‘bungkusan’ yang terletak pada wanita
melindungi mereka dan itu adalah identitas mereka. Tapi,
bagiku... semua bisa dikamuflasekan. Baik berbungkus atau tidak,
kamuflase seperti orang-orang licik itu pasti ada, tidak mungkin
tidak. Tulis Vlad.

Sang pelayan itu berlari, Vlad mengejarnya dari


belakang.

Ia berlari dari atap ke atap. Vlad mengikuti


langkahnya dengan sempurna. Pelayan itu sedikit demi
sedikit melepas hijabnya.

Jelas, dia seorang mata-mata dari luar.

Sesampainya di atas dinding kota.

“Berhenti! Atau aku yang akan bunuh diri!”

52
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ini takkan menyelesaikan apapun!”

“Aku takkan menjawab apapun meski nyawa


taruhannya!”

Vlad mendeham, dia tak tahu lagi apa yang harus ia


lakukan dengan wanita ini.

“Aku takkan bertanya apapun. Aku sudah tidak


peduli lagi.”

“Lalu, kenapa kau mengejarku?”

“Menurutku, akan lebih bagus jika kau memakai pakaian


tertutup seperti tadi daripada kau berpakaian seperti itu.”

“Aku tak akan...”

“Aku serius, lo. Mana mungkin aku bercanda?”

“Kau... Ordo Naga.”

Ia menyadari kalau di punggung tangannya tertempel


sebuah tato Ordo Naga, dicetak dengan besi yang membara
dengan bahan kimia tertentu jadi tanda itu takkan hilang sampai
kapanpun.

“Ya, aku takkan membunuhmu.”

“Sedang apa kau disini?!”

“Aku? Aku ditangkap.” Kata Vlad, tersenyum. “Aku kalah


dengan seorang ahli bertarung bernama Ayzan.”

53
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ayzan... dia berbahaya, ya?”

“Begitulah, aku saja tak bisa melawannya.”

“Ayzan memang bukan rumor, ya. Dia... benar-benar ada.”

“Aku tak percaya dia bisa melemahkanku tanpa ada luka


sedikitpun20”

“Semakin kau menjelaskannya, kau malah terkesan sengaja


membuatku ketakutan!”

“Haha, jangan takut begitu. Buktinya, dia membebaskanku.”

“Mem... bebaskan... mu?”

“Ia bahkan membiarkanku mengejarmu. Seharusnya, orang


yang ditahan itu diikat dengan tali atau rantai, bukan? Apalagi aku
dari Ordo Naga, rantainya harus berat juga.”

“Itu benar.”

Wanita itu terdiam, merenung sesaat. Memandangi sungai


kecil yang digunakan sebagai irigasi, langit biru dihiasi dengan
burung-burung, taman yang di dekat sungai kecil itu

20Ayzan bertarung satu lawan satu dengan Vlad bukan di sebuah atau berbagai pertempuran kecil,
melainkan saat perjalanan melewati Mahyata. Dia melakukan duel itu saat malam hari hingga subuh,
ketentuannya tidak boleh ada luka diantara kedua belah pihak. Ketentuan duel ini cukup membingungkan
dan sulit dipercaya, tetapi pada akhirnya, Ayzan menang bertarung melawan Vlad, tanpa darah, tanpa
luka, dan kedua pihak tak ada yang melanggar ketentuan itu. Ini yang disebut teknik penguncian lawan,
murni dari beladiri asli milik Utsmani, diciptakan oleh Orhan. Ini sudah dikembangkan lebih lanjut,
namun pengembangannya lebih buruk sehingga diantara salah satu pihak dapat terluka parah, bahkan
terbunuh karena teknik penguncian (biasa disingkat kunci)

54
Vlad, The Son of Dragon Knight

mengiringinya. Bangunan-bangunan simetris, lingkungan yang


damai, tidak seperti lingkungan eropa yang ia temui.

“Mereka bohong padaku, tentang Turki ini.” Wanita itu


mulai angkat bicara. “Ordo naga, dan seluruh Kristendom.”

“Aku dikhianati mereka, bahkan.”

“Seorang Draccvalesti? Tidak mung...”

“Yang aku bicarakan ini memang sudah terjadi.” Vlad


menggenggam tangannya yang kosong, menangis jika
mengingatnya lagi. ”Tidak bisa diubah lagi. Bahkan mereka
merampok apa yang aku punya, karavan dan hasil dagang yang
aku cari sendiri! Aku dan anak-anakku ditelantarkan, dan...”

“Kau benar-benar ksatria, ya...”

“Begitulah, meski aku baru tahu bahwa aku anak haram.”

“Mereka... menyuruh kita setia, namun mereka...”

“Jika kau ingin membahas itu lagi, aku akan pergi.” Itu sudah
mengenai luka yang paling dalam bagi Vlad. “Aku tak akan
menjelaskan apapun lagi dan aku membebaskanmu.” Vlad
melempar sekantung uang emas kecil kepadanya. “Pergilah sejauh
mungkin, dariku... Turki... atau Kristendom.”

Vlad melangkah pergi, turun dari atas dinding dan


meninggalkan wanita itu.

“Dia benar-benar membiarkannya pergi...”

55
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Apakah ini kisah cinta?”

Kedua pengawas kastil hanya berdiri memandangi Vlad dan


wanita itu, sedari tadi.

“Ah, meski begitu.” Dia mengeluarkan buku dan tintanya


untuk menulis. “Kita tak boleh melewatkan satupun tentang ini,
laporan harus tetap ada.”

“Dia tidak berbahaya, kan?”

“Tadi, dia menyamar jadi pelayan berhijab. Hanya saja, aku


lihat tidak ada darah di pakaiannya. Kau bisa lihat sendiri.”

“Kita tidak perlu mengejar, kan?”

“Apa gunanya Direktorat Intelijen kalau begitu?!”

“Benar juga.”

Wanita itu merunduk, lalu berjalan menuruni tangga.

“Ah, bagaikan panggung yunani! Operias21!”

“Mereka mau pentas lagi atau tidak?”

“Sepertinya tidak, Operias disini dilarang karena ada Ijtihad22


yang menguatkan Sultan untuk meniadakan itu.”

“Ah, padahal Operias itu sangat berkesan, lo.”

Sekarang, Opera
21

Pertimbangan hukum, berdasarkan hukum syariat, bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadits
22

Rasul.

56
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau tidak pernah berpikir itu akan menjadi Ikhtilat23?”

“Yang di pasar itu...”

“Itu mu’amalah24, bodoh!”

Malamnya, Vlad diajak makan bersama dengan Sultan


Murad, begitu pula dengan anak-anaknya. Mereka makan dengan
lahap, saking enaknya makanan-makanan itu.

“Makanannya enak?” Tanya Murad kepada anak-anak itu.

“Enak!” Ceplos Radu. “Tapi, masakan ayah yang paling


enak!”

“Perhatikan tata kramamu!” Pukul Vlad. “Maafkan adik saya


yang lancang.”

“Tata kramamu juga harus dijaga, Vlad.” Kata Murad. “Kau


tidak boleh memukul kepala adikmu seperti itu, kepala itu
kehormatan.”

“Dengan segala kemurahan hati, terima kasih telah


memberikan kami banyak hal.”

23 Campur baur antara lawan jenis, dalam syari’at ini tidak diperbolehkan jika tidak ada kepentinmgan
khusus seperti transaksi jual beli, perserikatan, dsb.
24 Interaksi. Ini juga ada batasnya, jika ada interaksi penting seperti jual beli, akad-akad lainnya, atau

pekerjaan, dsb. ini boleh jika ada interaksi seperti ini terhadap lawan jenis. Asal hukum dari kehidupan
kedua lawan jenis ini terpisah dan kembali bersatu bila terjadinya pernikahan.
+: Operias sempat diperbincangkan di masa Abbasiyyah, awalnya boleh di siang hari sejak awal
pertunjukan tepat pada hari itu, di malam hari mereka menyatakan tegas Operias tidak boleh dan harus
ditiadakan. Laporannya menunjukkan adanya ikhtilat dan tidak ada muamalah yang penting. Ini
menunjukkan bahwa Islam bukan mengekang, tetapi mempertahankan kemuliaan manusia, dan sebagai
pembeda derajat bagi manusia.

57
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kami membuktikan apa yang bisa kami lakukan, terhadap


manusia maupun Tuhan esa, yang tak pernah mengantuk ataupun
tidur. Itulah definisi Sultan.” Murad membalas senyum kepada
Vlad.

“Oh, ya. Ngomong-ngomong, anakmu kemana?” Tanya


Vlad.

“Mereka berfokus kepada pendidikan, untuk sekarang.


Mereka tidak bisa diajak untuk memenuhi kehadiran di jamuan ini
karena agenda mereka cukup padat.”

“Yah, dari sini, aku juga sepertinya paham tentang itu. ‘Orang
yang dipersiapkan’25, itu bukan?”

“Salah, yang benar adalah ‘orang yang siap’. Aku yang paling
tahu bahasaku sendiri daripada dirimu yang baru belajar satu
bulan.”

“Hahaha! Kau benar juga tentang itu. Tunggu, bagaimana


kau menerkanya, ya?”

“Intuisi.”

Sehabis makan, mereka bercanda dan tertawa lepas. Suasana


serasa hangat di malam yang dingin.

“Vlad, Radu, sudah kenyang?”

25Definisi dari Sehzade berdasarkan bahasa Arab Chagatai dengan lafaz yang jelas berbeda. Namun,
Shehzade sendiri berasal dari bahasa Persia Kara-Khan bermakna ‘Putra Mahkota’.

58
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ya.” Jawab Vlad, anaknya.

“Apakah kami boleh pergi ke taman?” Tanya Radu.

“Ya, tapi jangan main terlalu jauh!”

Vlad dan Radu meninggalkan ruang makan dan pergi ke


taman.

“Kau masih peduli dengan anakmu, beda dengan Mircea


yang suka menyuruh seenaknya.” Kata Murad.

“Telingamu kalau sudah sampai sana, aku tak perlu


menjelaskan apapun lagi.” Timpal Vlad. “Kau perlu apa
denganku? Jika kau ingin aku mengganti kerugian yang ada di
pertempuran-pertempuran kecil itu, aku akan menggantinya.
Tapi, jangan pernah libatkan anak-anakku ini menjadi badanmu.
Kau bisa ambil uangku, atau perusahaan jasa angkutku di sekitar
Rumelia ini, tapi jangan keluargaku.”

“Oh, ada yang salah paham disini. Aku disini bukan untuk
meminta ganti rugi dan...”

“Pada akhirnya, kami memang tidak bisa apa-apa lagi.” Vlad


menggenggam tangannya, menangis. “Terserah! Aku sudah tidak
peduli dengan hidupku lagi, tak ada yang bisa dipertahankan lagi!
Aku tahu apa yang akan kau bilang, Murad. AKU TAHU!!”

“Sudah kubilang, kita orang yang sama. Jika aku jadi kau...”

“Aku tahu kau akan bilang yang lain.”

59
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ya. Pasti aku akan melawanmu jika kita berganti peran.”

“Anak-anakku, mereka terlalu dini untuk merasakan


sakitnya menjadi ksatria... Aku takut jika mereka belum siap untuk
dikhianati atau...”

“Aku muslim.... Aku Sultan... AKU SULTAN, AKAN


MEMBUKTIKAN BAHWA AKU LEBIH BAIK DARIPADA
BEDEBAH-BEDEBAH SIALAN ITU!!” Teriakan Murad
menggema di aula ruang makan yang besar itu. “Aku tidak akan
mengkhianatimu jika kau mau bekerja sama denganku.”

“Jangan bilang ‘akan’, aku masih melihatmu sama seperti


bangsawan-bangsawan Kristendom bangsat itu.”

“Aku akan buktikan malam ini juga.”

Murad menulis surat, membuktikan bahwa Murad berbeda


dengan bangsawan-bangsawan Kristendom yang mereka hina itu.

“Kau mau apa, Murad?”

“Memberikan pendidikan.”

“Apakah itu... ‘Devshirme’... yang kau masih lakukan?”

“Ya.”

“Jangan main-main denganku!” Vlad mencengkeram kerah


Murad dan mengangkatnya26. “Apanya yang baik tentang Islam?

26Bahkan sebagian riwayat mengatakan Vlad II ingin membunuhnya ketika Murad ingin memasukkan
anaknya pendidikan melalui Devshirme. Vlad II mendengar kesan buruk Devsirme dari orang-orang

60
Vlad, The Son of Dragon Knight

Pada akhirnya... semua agama sama! Berjuang demi yang benar...


Tidak ada yang benar sama sekali!”

Vlad pergi meninggalkan Murad.

Perbincangan itu berjalan dengan tidak lancar.

“Vlad, Radu. Kalian sudah selesai?” Tanya Vlad.

“Eh, aku kira kita tinggal di Istana.” Ceplos Radu.

“Jangan terlalu berharap, Radu27.” Kata Vlad, anaknya. “Ya,


meski awalnya aku juga berharap begitu.”

“Mari kita kembali ke penginapan.”

Vlad dan anak-anaknya pergi ke penginapan.

Di hari itu, Vlad dipaksa untuk membuka luka lama. Sebagai


seseorang yang pernah menjadi ksatria, luka itu sangatlah sakit.
Siapa orang yang tidak sakit atas pedihnya pengkhianatan sebagai
balasan atas kesetiaan?

Siang, dan terik panasnya, malam, dan angin dinginnya,


menjadi saksi bisu untuk tangisan Vlad yang sakit karena dipaksa
membuka luka lama itu. Belum lagi tanah yang ia pijak, taman-
taman yang ia pandangi, bangunan-bangunan, istana, dinding,

Kristendom sendiri. Ini yang disebarkan para kaum elit untuk memperburuk citra Devshirme hingga
sekarang.
27 Vlad tidak mengintip percakapan antara ayahnya dengan Murad, meski ini bertentangan dengan

riwayat Radu Florescu, namun ini adalah riwayat dari anak budak Vlad III (Klan Bahri) sendiri yang
dimerdekakan seiring pernikahan ulang mereka (Vlad III dengan Maryam Bahri dengan nama Maria
Adolescuna de Nava.)

61
Vlad, The Son of Dragon Knight

maupun langit yang menjadi rumah bagi siang dan malam,


menjadi atap tanpa tiang baginya dan anak-anaknya.

Keesokan harinya.

Vlad dan anak-anaknya bergegas pergi dari Edirne,


membawa perbekalannya, uangnya, semuanya sudah siap.

“Ayah, kita akan kemana?” Tanya Radu

“Ke timur, tetapi melewati daerah-daerah Turki.”

“Tapi, tak ada kapal yang rutenya menuju ke sana.” Kata


Vlad, anaknya.

“Trabzon?”

“Tidak ada, jarang orang melewati laut hitam disini.”

“Kita akan membeli kapal, aku yakin uang ini masih cukup
untuk membeli kapal dengan persediaannya.”

“Tapi,sepertinya ada sesuatu yang belum kita dengarkan dari


mereka.” Vlad beralih ke topik lain. “Ayah yakin, tidak penasaran
tentang hal itu? Penjelasan ayah tadi malam itu memang banyak,
tapi aku rasa itu belum cukup.”

“Dengar, menjadi ksatria itu... kau harus mengabdikan


dirimu kepada sesuatu. Mau itu kerajaan atau apapun itu, jika kau
melayani mereka, kau dianggap ksatria.”

“Dengan kata lain... budak.”

62
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kasta kita sama dengan rakyat jelata, hanya berbeda sedikit.


Yang ada, kasta seperti itu malah menjadi rantai makanan.”

“Aku tidak heran kenapa ayah bisa berpikir begitu.”

Vlad dan anak-anaknya meninggalkan penginapan.

“Kita harus kembali ke pelabuhan melewati Mahyata lagi?”

“Ya.”

“Ini jalan paling aman, sih.”

“Kalau kita menaiki gunung Ej atau gunung Ak, pos mereka


di dataran tinggi Golyamo bisa menjangkau kita. Gagak Pemburu
ada di mana-mana, jadi kalian harus bisa berhati-hati dan jangan
banyak bicara selagi kita masih dalam perjalanan.”

“Baiklah.”

Mereka pergi dengan kuda mereka, menyamar menjadi


orang kulit hitam dengan arang.

Setidaknya, cap tato ordo naga milik Vlad tidak terlihat oleh
siapapun.

Mereka berkuda dengan kencang, melewati Mahyata hanya


dalam satu malam. Kuda itu sangatlah kencang untuk turun dari
puncak, hingga Radu tak bisa tertidur. Vlad yang panik,
memegangi mulut Radu, memegangi tali kekangnya, sambil
menahan teriakannya. Mereka belajar berkuda dengan tangguh di
Mahyata.

63
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mereka dari Edirne ke Parasi hanya dalam tiga hari


tanpa bermalam.

“Kuda-kuda ini kelelahan.”

“Kita bawa juga?”

“Tidak, kita jual dengan harga murah.”

Mereka selesai menjual kuda mereka.

“Kita menginap disini dulu, perjalanan ini cukup


melelahkan.”

Vlad memasak sup seperti biasa, tapi tanpa tebu,


hanya ada garam.

“Kita tidak memakan roti?” Ceplos Radu

“Kita kan bukan bangsawan lagi.” Jawab Vlad,


anaknya. “Lagian, kita butuh gandum, harus diubah
menjadi tepung, kemudian baru jadi roti. Prosesnya juga
agak lama.”

“Ayah akan coba buat lagi ketika kita sampai ke


Trabzon.”

“Asyik!”

Vlad tidak ingin membuka lama lagi, maupun


membuat luka baru.

Vlad seakan-akan ingin mengutuk dirinya sendiri.

64
Vlad, The Son of Dragon Knight

Kehidupanku, aku sudah tidak peduli lagi, Yang paling


penting adalah menjaga apa yang sudah Cneajna berikan, anak-
anakku...

Ia menulis sambil menangis.

Air mata ikut menulis, namun hanya membuatnya


kertasnya basah.

Anaknya, Vlad, memainkan harpa gereja kecil,


‘Garden & Eden’ tidak pernah ia lupakan. Ia menikahi
Cneajna karena lagu itu, bukan hanya karena Moldavia.

Dunia dan surga memang berbeda...

Paginya, mereka menebalkan arang ke kulit mereka.


Penyamaran harus tetap berlanjut, mereka harus waspada
dengan Direktorat Intelijen.

Atau yang lainnya.

Sesampainya di pelabuhan, mereka ikut mengantri.


Arang mulai luntur karena keringat. Saat giliran mereka...

“Bau arang!”

Mereka dihadang dengan kapak kedua prajurit itu.

“Kalian menyamar untuk apa?!”

Ayzan terengah-engah, mengejar mereka.

Percuma lari.

65
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mata-mata wanita yang di Kota Edirne juga, mengejar


mereka.

Orang-orang Gagak Pemburu dengan serangan


kejutan membunuh kedua prajurit yang menghadang
mereka.

Vlad dan anak-anaknya terkepung.

“Vlad, Radu. Jangan terlalu jauh dariku!”

Vlad memegang belatinya, meski ia masih belum


cukup mahir dalam bertarung.

“Radu, naik ke punggungku!”

Radu menolak.

Ia mengambil belati di sakunya lalu berlari menusuk


salah satu anggota Gagak Pemburu yang menyergap
mereka. Vlad, kakaknya, langsung menerjang melompat,
menusuk kepala para anggota Gagak Pemburu. Vlad, ayah
mereka, menebas dengan pedang Turki miliknya, ia
membantai mereka dengan keji.

Radu belum pernah bertarung, ia hanya


mengandalkan keberanian dan keegoisannya dalam
bertarung.

Dan refleks yang sama seperti ayah dan kakaknya

66
Vlad, The Son of Dragon Knight

Ketika Radu tertangkap oleh salah satu anggota


Gagak Pemburu. Kakaknya langsung menusuk lutut orang
itu dan membunuhnya dengan tikaman di dada.

Wanita itu bertarung dengan Ayzan, kedua pisaunya


patah hanya dengan tangan kosong. Wanita itu kewalahan
melawan Ayzan.

“Aku... tidak ingin mereka hidup atau mati di


tanganmu!” Kata wanita itu. “Aku... hanya ingin mereka
bebas!”

“Aku justru ingin menawarkan kehidupan yang lebih


baik.” Balas Ayzan. “Kau tidak...”

“Kau yang tidak tahu apa-apa, orang Turki!”

Ayzan terdiam.

“Kau tidak melihat mata Vlad?” Bela wanita itu


sambil menangis. “Kau tidak melihat?! SADARLAH
KALAU KAU TIDAK TERBUTAKAN OLEH
KEKUASAAN!! Aku tahu kau butuh mereka, Turki butuh
mereka, aku tahu. Kalau kau ingin membantunya,
buktikan... bantu ia kabur sekarang.”

“Aku... ingin memberikan pelajaran yang berharga


bahwa... kabur itu percuma.”

67
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ya, itu memang kalimat dari seorang pembantai


yang terkenal di seluruh intelijen di dataran Balkan dan
kawasan Mediterania dengan harga sembilan ribu batang
emas untuk kepalanya.” Wanita itu mengusap matanya.
“Pembantai keji tak bermoral, menunjukkan taring dan
cakar buasnya untuk menggilas manusia, hanya untuk
ambisinya, negaranya, dan tuannya.”

“Kau menilaiku sama, ya.”

Mereka bertarung lagi.

Kapal meninggalkan pelabuhan sesegera mungkin.

Itu kapal terakhir untuk hari itu.

Para kawanan Gagak Pemburu mati mengenaskan,


satu keluarga berhasil mengatasi kepungan itu. Sisanya
tinggal mereka berdua yang masih bertarung.

“Kita tak bisa melawan wanita Gagak Pemburu


maupun Turki. Kekuatan kita memang tidak setara dengan
mereka berdua.” Kata Vlad. “Mau melawan juga percuma,
kita akan jadi daging busuk yang terbuang jika kita
melakukan itu.”

“Mau bagaimana lagi, sebagai gantinya kita


mengikuti orang yang menang dalam duel itu.” Kata Vlad,
anaknya. “Mau tidak mau.”

68
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku menebak kalau Ayzan yang akan menang.”


Kata Radu, dengan yakin. “Karena ia prajurit pilihan.”

“Tebakanmu mungkin masuk akal, Radu.”

Dan benar, wanita itu terjatuh dan terkunci


tangannya oleh Ayzan. Ayzan langsung mengayunkan
pisau itu dari atas, tanpa ragu.

“HENTIKAN!!” Teriak Vlad.

Pisau itu terhenti, mata pisaunya sangat dekat dengan


kepala wanita itu. Salah sedikit saja, kepala wanita itu
tertusuk dan ia akan meninggal.

“Vlad! Cepat kabur!” Kata wanita itu. “Apa yang kau


pikirkan?! Tidak perlu pikirkan aku!”

“Percuma, itu kapal terakhir untuk hari ini.” Vlad


beralih kepada Ayzan. “Aku akan ikut denganmu, tapi aku
sangat memohon... lepaskan dia.”

Ayzan menuruti perkataan Vlad.

Para prajurit datang dari kejauhan.

Vlad, anak-anaknya, dan wanita itu dibawa oleh


Ayzan pergi dari kekacauan itu. Jadi, para prajurit itu
hanya membereskannya dan ditinggalkan tanpa
sepengetahuan mereka.

Vlad memegang wanita itu untuk menenangkannya.

69
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Terima kasih.”

Senyuman Vlad yang tulus itu meluluhkan hatinya,


meski berantakan hanya karena arang dan keringat.

Wanita itu merobek kain gaunnya, membasahinya


dengan air, lalu mengusapi wajah Vlad.

Senyuman Vlad terlihat jelas, Wanita itu spontan


memeluknya.

“Aku... yang harusnya bilang begitu."

Terombang-ambing dalam samudera ketidakpastian

Menggemakan suara yang menimbulkan kebingungan

Badan ini tak mampu menanggung

Keanehan dunia

Hanya bisa takjub, hanya bisa pasrah

Entah ini tuhan yang mau,

Karena penebusan dosa yang keji,

Atau karena pengampunan yang berkasih sayang.

Aku takkan pernah tahu.

Vlad menulis itu di penginapan.

Kita takkan pernah bisa terlepas dari darah,

Selama kita hidup.

70
Vlad, The Son of Dragon Knight

Jika darah sudah tiada lagi di kandung badan,

Perjuangan telah selesai.

Ayzan mengirimkan sajak singkat itu kepada Vlad.

Vlad mengirimkan sajak-sajaknya kepada Ayzan. Di


malam itu, mereka berpisah karena tidak bermalam di
tempat yang sama karena Ayzan pergi ke arah utara.
Pengawasan dialihkan kepada salah seorang yang
bermarga ‘Dezertamma’.

“Kita dijaga oleh orang yang lebih berbahaya lagi.”


Kata Vlad. “Dezertamma, ini adalah keluarga yang sangat
berbahaya.”

“Bagaimana ceritanya?” Tanya Radu, penasaran.

“Dari laporan ayah yang kubaca, awalnya ini sebuah


rumor. Rumor ini bermula dari perang jauh sebelum di
Kosovo. Orang-orang Traka dibantai di puri Senago – yang
sekarang menjadi pos pengawasan di dataran Albania –
karena memperbudak keluarga pengelana muslim yang
melewati Turki. Namanya Ba.. emm.... pokoknya berinisial
‘B’28. Pelaku dari pembantaian itu ialah keluarga

28Klan Bahri, klan ini adalah klan pengelana yang biasa ikut membantu peperangan di laut bersama orang-
orang Muslim lainnya selama beberapa abad lamanya. Mereka bercampur dari berbagai kalangan. Klan
ini awalnya berkelana dari utara ke selatan. Saat mereka diajak untuk masuk Islam, mereka sangat bangga
dengan ajakan itu dan mulai membentuk klan ini. Klan ini mempunyai keahlian khusus dalam bidang
navigasi, bahkan mereka mengambil konsep optik dari Ibnu Haitsam untuk pengembangan teropong.

71
Vlad, The Son of Dragon Knight

Dezertamma, tanpa baju besi ataupun zirah, mereka tak


gentar terhadap panah ataupun meriam. Adapun klan ‘B’
ini, mereka sekarang ditahan dan dijadikan budak oleh
Romawi Suci dan Ordo Naga, banyak keluarga mereka
dijadikan budak oleh orang-orang tidak jelas itu dan
Utsmani masih belum terbuka mata dan telinganya untuk
menyelamatkan mereka. Ini cukup menarik, kalau diingat-
ingat. Ini sudah hampir satu abad.”

“Mereka memang suka berperang, ya?”

“Kalau dilihat-lihat dari motto milik mereka itu,


‘pedang untuk siapapun’ yang berarti keadilan harus
ditegakkan kepada semua umat manusia tanpa terkecuali.
Yang sudah terjadi, seperti yang kuceritakan tadi, meski
mereka membantai di Senago, mereka tidak membantai
rakyat-rakyat miskin dan tidak memungut pajak. Mereka
hanya membantai para pejabat, ksatria, dan keluarga
mereka. Mereka membersihkan semua darah itu dengan
bersih, rakyat-rakyat kecil dievakuasi tanpa sepengetahuan
orang-orang sombong itu. Mereka tidak seperti ksatria
Kristendom yang dimana mereka selalu memungut pajak
dengan pembantaian rakyat kecil dan membakar rumah
mereka29.”

29 Flynn, Gordon, Salib adalah Hukuman, 1863.

72
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Wallachia dulu juga seperti itu, ya?”

“Kurang lebih. Tapi, ayah baru menyadari kesalahan itu


setelah ia dikhianati oleh Romawi Suci dan Ordo Naga.”

“Ayah yang sekarang adalah orang yang lebih baik daripada


ksatria-ksatria salib itu.”

“Kau benar.”

Radu mulai menulis, seperti kakaknya.

“Radu, apa yang kau tulis?” Vlad penasaran.

“Kakak tak perlu tahu apa yang aku tulis.” Timpal Radu.

“Tulisan itu yang penting bisa dibaca, lo.”

Radu menulisnya dengan senyuman, ia menulis apa yang


telah dijelaskan Vlad. Dengan kepintaran kakaknya, adiknya juga
harus bisa menirunya. Ia menulis dengan semaksimal mungkin,
selain mengingatnya di dalam kepala.

Vlad merasa senang, adiknya sudah mulai piawai dalam


menulis sesuatu.

Entah apa yang akan mereka torehkan ke dalam kertas-kertas


mereka, yang penting mereka menuliskannya dengan bentuk
apapun, dengan perasaan apapun.

. .

73
Vlad, The Son of Dragon Knight

IV
Perplex
‘Masalah bisa menjadi mustahil untuk dihadapi jika diselesaikan dengan masalah’
-Alteria-

Seorang Dezertamma berhasil membawa Vlad, anak-


anaknya, dan juga wanita itu, dengan tanpa terluka.

Dalam berbagai periode, Dezertamma adalah


keluarga yang cukup diandalkan di pemerintahan, meski
tidak ada dalam sejarah salah satu dari mereka diangkat
sebagai Wazir Agung. Mereka adalah salah satu pendiri
bela diri Elsian30, yang mengimbangi bela diri Sakari31.

“Salam.”

“Silahkan masuk, tuan Dezertamma.”

“Anda bisa tahu ini saya, tuan Vlad?”

30 Elsian, atau disebut Tersian (Dar-al-Siyanah) yang bermakna Penjagaan. Ini adalah perguruan beladiri
Islam pertama. Pencetusnya ialah Dai Zhia (De Zai/Da Zai), teknik bela diri ini konsepnya ialah akulturasi
dari teknik bertarung Cina, gulat Romawi dan teknik berpedang Persia. Seiring pengembangannya dengan
mengambil sumber yang paling jauh di zaman itu dimana bangsa Arab masih dalam proses perkembangan,
ia mengambil konsep penamaan dari syair-syair Arab di sebagian tekniknya. Pengembangan beladiri ini
juga didukung oleh Bayazid I.
31 Sakari (Arab: shaqari, ‫ ) صقري‬adalah konsep beladiri pertama yang diprakarsai oleh Orhan I, konsep ini

dibentuk dengan akulturasi antara gulat Romawi dengan teknik berpedang Persia dan diambil dari masa
Abbasiyyah yang dimana bangsa Arab mengalami masa kejayaan. Dikembangkan lagi oleh Dai Zhia pada
periode Bayazid I yang tekniknya sama sekali berbeda dengan Elsian yang dibuatnya dan
dikembangkannya. Sakari mengambil filosofi dari elang yang terbang diantara dua lingkup, bumi dan
langit.

74
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Jelas, aku ingat saat ‘itu’ kau pernah bertarung


denganku.”

“Puri Leige, kah?”

“Tepat sepekan sebelum pertempuran kecil disana.”

Dezertamma memasuki ruangan itu. Rambutnya


panjang sepunggung, memakai surban, pedang yang di
pinggangnya hanya disarungkan ke sabuk kainnya tanpa
sarung pedang. Buku dan pena yang terselip di dalamnya
ia pegang erat erat, wadah tinta yang ia gantung di
pinggangnya terdapat berbagai corak.

“Namaku Orza Dezertamma.”

“Adikku, Radu. Dan aku sendiri, Vlad.”

“Sama seperti ayahmu, ya?”

“Sudahi saja, malam ini kami ingin cepat tidur. Apa


yang kau inginkan sekarang?” Tanya Vlad. “Anak-anakku
sebenarnya ingin tidur lebih awal.”

“Benarkah itu?”

“Kalau aku sih, aku tak keberatan.” Kata Radu.

“Kalau kalian ada pembicaraan yang tertutup...”


Vlad, anaknya, berdiri dan membawa harpa gereja itu.
“Aku dan Radu akan bermain ke atap.”

75
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Wah, maaf ya!” Orza menggarukkan kepalanya


sambil tersenyum malu.

Vlad dan Radu meninggalkan ruangan.

“Jadi, kita membicarakan tentang apa?”

“Ini bukan masalah kerugian yang harus dibayar atau


apa, aku mungkin akan membicarakan beberapa hal selain
itu.”

“Katakan.”

“Salib ini.... kau tahu?” Ia menunjukkan sebuah


liontin.

“Aku tahu, pengkhianat itu sedang memakainya.”

“Siapa itu?”

“Molaev,” Vlad mengernyitkan dahinya dan menaruh


tangannya di meja dan kepalanya bertumpu di atasnya.
“Wanita itu memberitahuku barusan. Kalau tidak salah
dengar, dia memang lulusan Akademi Perang di Benteng
Kurku.”

“Benteng Kurku memang mencetak generasi


pengkhianat, aku tak menyangkal semua itu memang
terjadi.” Orza mengeluarkan buku dari sakunya. “Dari
salinan laporan yang kudapatkan, Molaev ini sebenarnya
suami dari Calcodina, yang merupakan putri dari keluarga

76
Vlad, The Son of Dragon Knight

Danesti. Dia tak pernah ingin menjadi Voivode atau


apapun.... ini cukup aneh.”

“Molaev memang tak pernah ingin menjadi siapapun,


tapi aku tahu dia ingin sesuatu.”

“Kau juga kenal dia, kan?”

“Dia pernah menjadi bolyar32 untuk Wallachia yang


cukup dipercaya oleh kakak-kakakku. Lalu, sekarang.... dia
mengatasnamakan Danesti.... padahal perang saudara itu
sudah lama berakhir33.”

“Draccvalesti dengan Danesti, kah? Apakah ‘Duma’


disana bertindak saat itu?”

“Aku tidak tahu. Saat itu, aku dalam perjalanan


pulang ke Wallachia dan tiba-tiba aku diperintahkan untuk
menghadap Raja Sigismund. Aku membawa uang yang
sangat banyak untuk menyumbang Romawi Suci, aku
menyumbang dengan harta yang bersih karena aku yakin
dengan itu dosaku sebagai anak haram akan dihapuskan....

32 Bangsawan di dataran Balkan, negara-negara Slavia, dan dataran Rusia pada abad pertengahan. Mereka
memegang komando militer dan juga sebagai penasihat bagi Tsar atau raja-raja lainnya. Sebagian dari
mereka membentuk kelompok yang bernama Duma yang bermakna ‘meyakinkan’, kelompok ini memiliki
siasat politik dan taktik yang ‘meyakinkan’ sehingga raja-raja sendiri waspada akan pergerakan mereka.
33 Perang Saudara Verta, ini adalah perang antara Dan I dengan Mircea I, Alexandru I yang masih remaja

saat itu dijadikan ‘sandera’ bagi Danesti. Perang itu berlangsung selama 3 tahun. Perang itu akhirnya
dimenangkan oleh Mircea.

77
Vlad, The Son of Dragon Knight

pada akhirnya, aku dikhianati dengan terbunuhnya


keluargaku.... Bodohnya aku, ya?”

“Jelas! JELAS BODOH!! JIKA KAU SADAR KAU


BODOH, KAU TAK BISA MENGUBAH TAKDIRMU
SEBAGAI ANAK HARAM!!”

Vlad hanya bisa menangis, sakit mendengarnya.


Tajam sekali kata-kata yang Dezertamma ucapkan.

Akhirnya ia paham, kenapa Dezertamma itu


‘berbahaya’.

“Kau mengeluarkan kata-kata itu jelas sekali kau


ingin menantangku, orang campuran. Atau... harus aku
katakan kau adalah orang Cina bekas Mongol yang
melarikan diri dari bangsanya yang suka berperang di
timur? Percuma, aku tidak bisa melawanmu karena kau
ahli dalam bertarung dan berdebat.”

Orza memukul keras perut Vlad dan ia menahan


pukulan kuat itu.

Dia masih berdiri meski menunduk karena menahan


sakitnya pukulan itu.

“Kau harusnya berhati-hati, ini orang banyak yang


kau hina. Kau bisa mati hanya dengan berkata seperti itu.”

78
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Setelah kau menginjak hidup orang yang berusaha


mempertahankan keluarganya dengan berkata seperti itu,
pantaskah kau menasihatiku dan memberiku pelajaran?”
Vlad tersenyum sinis. “Kalau begitu, bagiku.... Muslim
sama saja dengan para Salibis sialan itu.”

Vlad, anaknya, berlari untuk menyerang Orza. Orza


tanpa ragu untuk memukulnya, Vlad menghindarinya
dengan spontan dan menyayat betis Orza. Radu juga ikut
menyayatnya dari belakang.

Kedua betisnya tertikam, tapi ia masih berdiri.

“Pergi! Jangan sakiti ayah kami!” Teriak Vlad.

Orza justru tersenyum.

“Baiklah, maafkan kakak yang jahat ini, ya.”

Orza masih bisa berjalan walau kakinya tertusuk


seperti itu.

Ia meninggalkan ruangan.

“Ayah hanya terluka sedikit, jangan khawatir.” Kata


Vlad. “Ayo kita tidur nyenyak malam ini.”

Vlad dan Radu memapah ayahnya dari kursi ke


kasurnya.

“Kau tidak apa-apa, Orza?”

79
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku dokter bagi tubuhku sendiri, aku tak butuh


dokter lain, Zaki.”

Dengan mudahnya, ia mengobati lukanya dengan


cepat.

“Jika kau mati, biarkan aku yang membantai


mereka.”

“Tidak, Zaki. Ini ulahku sendiri, kalau aku mati juga


aku tidak peduli. ‘Lebih baik aku tidak diciptakan sama
sekali dan membiarkan tuhan sendirian’, itulah yang
dipikirkan nabi Adam selama di Surga. Dengan kata lain,
kita sebagai makhluk ganas tidak peduli tentang harga
diri. Aku baru menamatkan buku terkutuk yang berjudul
‘Keluhan Nabi Adam’, isinya sangat menarik.”

“Ya, motto kita tentang ‘Pedang untuk siapapun’ itu


sebenarnya ‘Dunia untuk Tuhan sendiri’. Kedamaian yang
diinginkan sebagian manusia yang tidak seperti kita itulah
yang diinginkan oleh Tuhan, meski skenarionya kiamat
harus pasti terjadi.”

“Yah, Surga itu ‘fantasi’, kedamaian itu ‘utopis’. Kita


sebagai tentara lebih suka kematian daripada kehidupan
yang menua ini.”

“Orza, filsafat membuat kita rusak, ya.”

“Ya...” Orza tersenyum. “Justru menyenangkan.”

80
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Seperti biasa, apakah kau membenci agama ini?”


Zaki tersenyum. “Jika kau membencinya, kau bisa kembali
seperti kakek-kakek kita dahulu sebelum keluarga ini
terbentuk.”

“Tidak, justru agama ini sebagai penyeimbang hidup.


Aku takkan membencinya selama itu takkan mengubahku
menjadi hewan seperti para Salibis sialan itu.”

Vlad, bocah itu mendobrak pintu itu.

“Kalian tidak bisa berbicara di luar penginapan ini,


ya?” Vlad menatap dengan serius.

“Anak ini yang menusukmu, Orza?”

“Ya. Tapi, jika kau ingin membunuhnya, aku akan


membunuhmu lebih dulu.”

“Aku akan beri anak ini pelajaran.”

Vlad melompat menerjang Zaki dan menikam


perutnya sebelum Zaki melancarkan serangan.

“Dia ini pengkhianat, bukan? Jika bukan, dia pasti


bisa menghindari seranganku.” Kata Vlad, lirih. “Aku
sudah lelah dikejar, diawasi sana-sini. Kalau memang ada
kepentingan, bawa kita ke rajamu atau apalah itu, aku tak
peduli.”

“Zaki... aku tak tahu kau adalah pengkhianat.”

81
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Sial...”

Zaki mematahkan pisau Vlad yang menusuk


perutnya dan hendak mencengkeram Vlad.

Sayang...

Kepala Zaki dicengkeram dan dihancurkan dalam


satu genggaman.

Orza yang melakukannya.

Orza merogoh-rogoh apa yang ada pada Zaki, dan ia


menemukan sebuah lencana. Di balik lencana itu terdapat
sebuah nama. Vlad juga memilikinya, tapi itu bukan
miliknya, namun Ayzan yang memberinya saat di kapal
itu.

Nama yang tertulis disana: Pveros Haphida

“Namanya memang bukan Zaki, administrasi


terkadang tidak berguna kalau di saat seperti ini.” Orza
lalu mengeluhkan pekerjaannya. “Ini susahnya jika bekerja
di bagian administrasi, data harus dikerjakan sendiri.
Nama lain harus dicari sendiri. Diagram atau grafik-grafik
lainnya harus tertera sesuai data survei yang dilakukan
oleh kelompok, mana kelompok itu terdapat individu yang
emosinya terkadang cenderung berbeda. Aku....”

82
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lebih baik tidak diciptakan. ‘Keluhan Keturunan


Adam’34, ya?”

“Kau menguping, ya?”

“Ruangan ini tidak kedap suara, aku bebas


mendengarnya. Di kasur atau di kursi pun aku bisa
mendengar. Itu cukup mengganggu.”

“Padahal, kau orang Balkan yang baru saja kita


temui.”

“Aku mempelajari bahasamu, orang pintar.”

“Sebagai gantinya, kita berbicara tentang hal ini.”

“Baiklah, mari kita berbicara.”

“Tentang buku ini, ‘Keluhan Keturunan Adam’ yang


‘ditemukan’ oleh Phiotes dari Yunani mengandung filsafat
yang agak merusak pikiran dan pemikiran....”

“Itu bukan ‘agak’ lagi tapi ‘memang’ merusak.”

“Kau bocah yang sedikit menarik.”

34 Phiotes, Prajurit sekaligus Penulis. Tinggal di Traka, wafat di Roma. Orang-orang di sekitarnya
membencinya karena pemikiran yang dituangkannya terlalu menyinggung pemahaman ketuhanan bagi
orang Yunani, menolak keberadaan manusia. Ia hampir dipecat dari pekerjaannya karena hal itu dan ia
masih bisa bekerja karena ia memenuhi tantangan Arenium (Arena) di Traka. Pernah juga dia diutus
sebagai delegasi untuk Romawi Agung dan memenuhi tantangan Colosseum di Roma. Sebagian para
pejabat di Roma tertarik akan pemikirannya dan akhirnya ia menjadi penulis untuk ‘Tinta Suci Romawi’.
Ia menulis tentang filsafat, politik, dan cinta seperti para penulis yunani pada umumnya. Keluhan
Keturunan Adam ialah buku pertamanya, dan Keluhan Keturunan Adam yang direvisi adalah karya
terakhirnya. Revisi itu dilakukan sebanyak 100 kali dan ia mempunyai 282 karya selama hidupnya.

83
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Terkadang, aku juga bosan membaca huruf-huruf


seperti ini. Aku membaca apapun, laporan, ukiran, apapun
itu.”

Vlad memandangi lencana yang diberikan Ayzan itu.


Lencana itu tertulis sebuah nama....

Ailphestios Dyrvanc Berlidum.

“Ini milik siapa? Milikmu?”

“Namaku jelas-jelas Vlad, kenapa kau malah bertanya


begitu?!”

“Baiklah, kita lanjut lagi.”

Sampai hari berikutnya....

Vlad terbangun agak siang. Dia sendirian, tertinggal


oleh ayah dan adiknya.

Itu karena ia menemani Orza berbincang di luar


kamarnya semalam.

Vlad mencuci muka, lalu memakan makanan yang


tertinggal di meja. Surat itu tertulis kalau ayah dan
adiknya sedang pergi untuk berbelanja.

Vlad mendapatkan pisau baru dan sebuah gambar


yang berada di kertas. Gambar itu merepresentasikan
teknik bertarung. Ia mendapatkan tiga gambar untuk tiga
teknik bertarung. Akhirnya, Vlad mempelajarinya dan

84
Vlad, The Son of Dragon Knight

berlatih di atap penginapan. Ia berlatih menggunakan


belati.

Akan tetapi, berlatih untuk sehari saja itu belum


cukup.

Malamnya, Vlad berkumpul bersama keluarga


kecilnya. Makan bersama, berbagi cerita tentang mereka
yang berkeliling sembari berbelanja.

“Aku menemukan taman bunga yang di dekat istana


itu, mereka punya ‘air mancur’ di taman itu.” Kata Radu.

“Hal ‘itu’ baru saja aku dengar. Memangnya indah,


ya?”

“Indah sekali! Aku harap kita bisa membuat taman


yang seperti itu.”

“Aku juga belum melihatnya, bisa perlihatkan itu


kepadaku besok?”

“Bisa, tapi kau harus bangun pagi dan jangan


kesiangan seperti tadi.”

“Baiklah.” Vlad tidak ingin berbicara soal kenapa ia


tidak bisa tidur malam kemarin. “Aku akan tidur teratur
seperti biasanya.”

“Vlad.” Ayahnya bertanya. “Kau berbicara dengan


orang Turki itu?”

85
Vlad, The Son of Dragon Knight

Radu tidur lebih awal.

“Jadi, apa yang kau bicarakan dengan orang Turki


itu?”

“Dia meminta maaf dan kita membicarakan hal yang


tidak begitu penting.”

“Tentang apa itu?”

“Setelah penciptaan, asal mula manusia,


perkembangan peradaban manusia di abad permulaan.
Buku yang berjudul ‘Keluhan Keturunan Adam’, ayah
tahu?”

“Ayah hanya mendengarnya jika sebagian besar


orang-orang Duma membeli buku itu.”

“Dan buku itu ‘diterjemahkan’ ke bahasa Turki.”

“Jadi, semua orang bisa memilikinya jika buku itu


‘diterjemahkan’. Begitu, ya?”

“Peralihan bahasa cukup kuat di Turki, apalagi yang


memiliki kemampuan itu ialah direktorat intelijen
mereka.”

“Kau tahu susunan struktur mereka?”

“Mungkin untuk mengetahuinya tak ada cara lain


lagi, selain menyerah kepada mereka.”

86
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Yah, keluarga kecil seperti kita berhak apa


memangnya? Dicabut dari Keksatriaan Romawi Suci,
dibuang dari Ordo Naga. Kita tak berhak menjadi ksatria
lagi.”

“Salam.”

Seseorang datang mengetuk pintu.

“Salam, masuk.”

Orza masuk ke dalam ruangan itu dan duduk


bersama mereka.

“Aku meminta maaf atas kejadian kemarin.” Orza


menepuk dadanya sebagai isyarat permintaan maaf.

Cukup keras.

“Aku mendengarnya dari anakku, jadi tak perlu


mengatakan apapun.”

“Duduklah, Orza. Aku tak akan menikammu seperti


kemarin jika kau tidak bertindak demikian.... lagi.” Kata
Vlad, dengan nada santai.

“Jadi, apa yang harus dibicarakan, Orza?”

“Utusan memberitahuku bahwa Ayzan telah tiba di


Edirne dan kau harus menemuinya di sana. Sultan juga
ingin menemuimu karena permintaan maaf atas
kesalahpahaman yang terjadi. Mungkin, ini terdengar

87
Vlad, The Son of Dragon Knight

sepele. Tetapi, jika kau ingin mempertimbangkannya


lagi.... tawaran kami ditambahkan lagi menjadi lebih baik
dari sebelumnya.”

“Apa itu?”

“Aku tak bisa katakan sekarang, kau harus menemui


mereka untuk tahu lebih banyak. Ini saja yang bisa aku
beri tahu.”

Vlad berpikir sejenak.

“Baiklah, Orza. Kami akan segera tidur untuk


perjalanan besok.”

“Senang mendengarnya, aku akan menunggu kalian


di taman kota.”

“Kalau begitu, sampai jumpa lagi.”

“Kita akan bertemu lagi, Vlad. Salam.”

Orza meninggalkan ruangan dan menutup pintu.

Vlad merenung di malam itu, jendela membiarkannya


melihat bintang-bintang di langit malam yang gelap. Bulan
tetap bersinar cerah di tengah kegelapan langit. Angin
sejuk di malam itu menjadi nafas bagi orang-orang yang
terlelap dan terjaga. Daun-daun yang jatuh dari pohonnya
karena angin tak bisa membencinya, karena mereka

88
Vlad, The Son of Dragon Knight

hanyalah makhluk bebas yang hanya bergerak dalam


diam.

Untuk seumur hidupku, aku memang ingin


menghilangkan semua dendam atas apa yang sudah terjadi di
waktu itu. Aku sangat ingin membuang harga diri dan juga
kehidupanku karena......

Aku adalah orang yang tak layak diciptakan oleh Tuhan.

Sebaiknya aku tak ada.

Begitu pula, berlaku juga dengan manusia yang lain.

Semua manusia tak perlu hidup.

Makhluk tak perlu diciptakan.

Apakah tuhan merasa sendirian? Padahal dia maha kuasa,


lo. Katanya dia tidak butuh kita, tetapi kita yang butuh dia.
Kesombongan memang pantas baginya, tetapi tidak untuk
makhluk lain?

Beribadah? Menyembah kepadanya? Berterima kasih


kepada Tuhan karena menciptakan kita, dunia, akhirat,
didalamnya ada Surga dan Neraka?.

Seandainya hanya ada Surga, pasti para makhluk


menyembahnya.

Jika hanya ada Dunia, para makhluk tidak akan


memikirkan tuhannya.

89
Vlad, The Son of Dragon Knight

Seandainya hanya ada Neraka, para makhluk tak mungkin


ada.

Mungkin ‘hanya Neraka’ takkan ada jika keberadaan


makhluk tidak ada.

Jika tak ada Dunia dan Akhirat, lebih baik takkan ada
makhluk.

Kehidupan lebih baik takkan ada jika takkan ada kematian.

Lebih baik Tuhan sendiri.

Tapi dia takkan mau.

Dia yang menciptakan kekacauan, tapi dia yang


menyelesaikannya dengan cara lain.

Seenak dia saja, kan dia Tuhan.

Apa hak makhluk? Ia hanya berkata saja.

Entah baik atau buruk yang akan didapatkannya, takkan


ada yang tahu kecuali Dia.

Ia menulis tentang dirinya dan juga ringkasan singkat


tentang buku itu.

Vlad menamatkan buku itu hanya dalam sehari.

Vlad bangun lebih pagi, ia membangunkan adik dan


ayahnya.

“Kita harus berjalan ke Edirne.”

90
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau sudah menyiapkan semuanya?” Tanya


ayahnya.

“Sudah, kita hanya pergi saja ke sana.”

“Terima kasih, Vlad.”

Sesampainya di Edirne.

Vlad dan anak-anaknya datang ke istana untuk


menghadap Sultan. Dia harus benar-benar mendengarkan
penjelasan Sultan itu dan menerimanya.

Dia tak boleh lari lagi.

“Sultan sedang beribadah, mohon tunggu sejenak.”


Kata pelayan itu.

Vlad melihat bahwa pelayan itu bukan dia lagi, ia tak


secantik wanita pelayan yang ia temui sebelumnya.

“Baiklah, terima kasih.”

“Apa kalian perlu makan dan minum dulu? Kalian


terlihat orang yang telah melakukan perjalanan jauh.”

“Yah, kami bolak-balik kesini sebanyak dua kali.”

“Kalian pasti mempunyai pertimbangan panjang


untuk kembali ke sini.”

“Aku tidak masalah jika Sultan mau berbicara lagi


dan aku bisa mempertimbangkannya dengan baik.”

91
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Baiklah, sebaiknya aku pergi terlebih dahulu. Masih


banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Mohon tunggu
dengan sabar, Sultan akan segera kembali ke istana.”

“Terima kasih.”

Setelah menunggu lama....

“Maaf, aku habis beribadah di Masjid, sekalian


melepas penat.” Kata Murad, tersenyum.

“Aku tak masalah.”

“Mana anak-anakmu? Kau tidak ajak juga?”

“Mereka di penginapan sekitar sini, tak masalah.”

“Aku ingin ini menjadi percakapan terbuka, tapi tak


kusangka ini menjadi pembicaraan yang tertutup.”

“Aku tak akan mengubah istana menjadi taman


bermain anak-anak, lagipula pembicaraan ini bakal
menjadi lebih serius.”

“Kau siap mendengarkan semua penjelasanku?”

“Jadi, aku disini menawarkan pendidikan yang


kusebut ‘Devshirme’ yang dimana mereka ditampung dan
dibiarkan tumbuh hingga akar mereka mendasar. Ini
sebenarnya sudah diterapkan sejak lama, tapi aku ingin
mengenalkannya kepadamu jadi jangan salah paham
dulu.”

92
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Setiap setahun sekali, anak-anak ‘dikorbankan’


itu....”

“Jangan salah paham, mereka bukan dikorbankan.


Aku memasang iklan di papan pengumuman seperti biasa,
anak-anak akan menjalani pendidikan yang indah. Kita
mengajarkan konsep ‘mencari berlian di antara arang dan
batu bara’ yang dimana akan berdampak besar di
kehidupan nyata. Perkembangan sosial terkadang harus
diperhatikan. Orang tua juga boleh ikut dalam program
ini.”

“Begitu rupanya, ‘kebahagiaan di tengah


kesengsaraan’. Dengan kata lain, kalian menjanjikan
program indah dengan iklan sedemikian rupa agar
mereka....”

“Berpendidikan, beradab, dan cemerlang. Itu slogan


kami untuk Devshirme.”

“Aku ingin lihat seperti apa ‘Devshirme’ yang kalian


jalankan.”

“Baiklah.”

Vlad dan Sultan Murad berjalan di taman Akademi


Perang Negara cabang Edirne.

“Akademi Perang Negara tersebar dimana-mana,


namun peminatnya tidak banyak di kalangan umat

93
Vlad, The Son of Dragon Knight

Muslim sendiri35. Kita menawarkan Devshirme untuk


semua orang tanpa terkecuali. Yang mereka katakan kami
mengambil dari anak-anak Kristen saja, itu sudah salah
besar. Kami mengambil orang-orang yang mau, baik itu
kristen manapun, yahudi manapun, atau orang tak
beragama sekalipun, bukan orang-orang berbakat atau
orang yang cerdas karena kespontanannya, seperti
anakmu. Kalau anakmu mau dengan tawaran iklan negara
tentang Devshirme ini, aku akan sangat senang.”

Vlad melihat orang tua dan anak-anak duduk


bersama-sama mendengarkan gurunya di kelas, ia melihat
lagi orang tua dan anak-anak berlatih bersama-sama di
lapangan luas sambil berteriak keras, bersemangat.

“Devshirme.... cukup bagus.”

“Benar, kan?” Murad mendeham. “Tapi, karena kau


berpeluang akan menjadi temanku, aku akan beritahu satu
saja kekurangan Devshirme ini.”

“Apa itu?”

“Mereka tidak boleh keluar dari program ini, satupun


tidak boleh. Kita berikan pendidikan yang indah, di sisi

35Yang dimaksud ialah yang mengabdi menjadi pasukan. Wajib militer diberlakukan bagi orang-orang
muslim yang dianggap kuat, sebagai pasukan cadangan (sentry) ketika kekurangan kekuatan pertahanan
di suatu wilayah sebagai antisipasi di situasi genting. Namun, mereka tidak digaji karena mereka
melindungi wilayah mereka sendiri sebagai penduduk lokal dan diberikan kompensasi karena bantuan
yang berikan.

94
Vlad, The Son of Dragon Knight

lain kita juga memberikan pendidikan yang keras. Mereka


akan ‘dihukum’ secara mental jika mereka keluar dari
Devshirme36”

“Menyeramkan, aku tarik kembali kata-kataku.” Vlad


merespon sedikit buruk mendengar hal itu. “Aku tak
keberatan. Tapi masalah persetujuan mereka, kau
tanyakan saja sendiri.”

“Kau bisa-bisanya mengatakan itu setelah aku


menjelaskan semuanya?”

“Kalau kau menjelaskan dengan gamblang seperti itu,


kesalahpahaman pada diriku jelaslah hilang.”

Murad tersenyum.

Vlad meninggalkan Murad karena ada pekerjaan


yang harus dia urus, perusahaan dagangnya.

Ia membuka kantor baru di Edirne dengan uang


untuk membeli kapal di Benteng Pelabuhan Parasi.

36 Penjelasan Murad harusnya cukup jelas untuk mendeskripsikan Devshirme. Devshirme adalah
penampungan, bagi anak-anak maupun orang tua. Sistem ini ditentang oleh sebagian ‘ulama karena tidak
memberikan kesempatan orang yang belajar keluar dari program tersebut dan dikekang layaknya penjara
– dengan kata lain, wajib militer bagi non-muslim. Di sisi baik, mereka bisa menjadi orang penting dan
berguna di masyarakat, seperti Zagan yang menjadi Wazir Agung. Di sisi buruk, mereka seperti
narapidana tidak bersalah yang masuk di dalam penjara, ada kemungkinan yang takkan dihindari bahwa
akan ada pemberontakan karena hal itu. Jika salah satu siswa menggugat untuk keluar dari program,
sudah dipastikan gugatan itu ditolak namun dengan cara halus. Adapun rumor tentang hukuman mental
(sebagian riwayat bahwa termasuk hukuman fisik) hanya gertakan agar mereka tidak mencoba keluar dari
program dan menjalankannya dengan baik.

95
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Dengan ini, kami akan melakukan pengantaran


barang dengan mudah kalau sudah membangun kantor.”

Vlad dengan bangga membeli bangunan dari Agensi


Properti Nasional37.

“Kita bisa tinggal disini tanpa membayar penginapan,


ini akan menjadi pos perusahaan kita di kota ini!”

“Kantor yang di Fenes, bakal berjalan atau tidak?”


Tanya Vlad, anaknya.

“Semua tergantung orang-orangnya. Kalau aku


sebagai direktur perusahaan, aku harus menjalankan
perusahaan yang kubuat sendiri. Perusahaan Jasa
Pengantar Gagak Putih bersedia mengantar barang apapun
ke tujuan manapun!”

“Kau.... tidak bisa lepas dari Gagak Pemburu, ya?”

Vlad tiba-tiba menjadi lesu.

“Gagak Pemburu ialah masa mudaku dulu, masa


dimana aku masih melayani Ordo Naga dan Romawi Suci,
dibentuk oleh enam pilar dan semuanya Barbara sampai

37 Varlik Aracilikci Devleti, menjual berbagai macam properti seperti barang-barang bagus, perhiasan,
senjata orang luar, sampai kantor. Mereka tidak menjual barang-barang antik karena itu melanggar kode
etik pedagang muslim maupun ketentuan syariat sendiri sebagaimana yang telah di-ijtihad-kan para
‘ulama di abad pertengahan. Tetapi para ‘ulama modern mengatakan barang antik boleh dijual apalagi
termasuk jaminan/garansi pada barang antik tersebut.

96
Vlad, The Son of Dragon Knight

kita sendiri tidak tahu mana yang asli karena semuanya


kembar.”

“Kembar enam? Mereka sekali lahir dalam satu orang


perempuan?”

“Tidak, enam orang perempuan.” Jelas Vlad kepada


anaknya itu. “Hermann Celje benar-benar gila. Aku pernah
sekali saja dalam setahun itu melayani dia, mempelajari
teknik pengintaian dan teknik bertarung. Tak kusangka,
mereka menirukan teknik yang ada di Akademi Perang
Negara yang ada di Edirne meski mereka gagal untuk
menirukannya. Aku memperhatikan gerakan-gerakan
mereka, bahkan mereka punya satu perbedaan yang
bernama ‘kuda-kuda’. Ini cukup menarik.”

“Hermann.... apakah dia orang baik?”

“Kau masih percaya dengan orang-orang seperti itu


setelah mereka mengkhianati kita?”

Vlad ingin beralih ke topik lain, tak ingin membuat


luka ayahnya semakin dalam.

“Apa itu kuda-kuda? Aku baru dengar.”

“Kuda-kuda itu jembatan untuk bertarung. Mungkin


untuk ksatria salibis, ini tidak digunakan.”

“Aku tidak paham.”

97
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ibarat posisi berdiri dengan memegang pedang.”

“Kalau seperti itu, ksatria salibis juga bisa.”

“Tapi, ini berbeda.” Vlad memperagakan kuda-kuda


sebagaimana yang ia lihat di Akademi Perang. “Gestur dan
postur tubuh bisa mempunyai presisi yang luar biasa.
Bahkan, ketika berperang walau dalam kepungan pun,
satu lawan seratus pun jadi tidak masalah. Inilah yang
menyebabkan kita kalah di pertempuran-pertempuran
kecil kemarin.”

“Selain keyakinan dan integritas mereka.”

Kedua Vlad, anak dan ayah itu selalu bertukar cerita,


sedih maupun senang. Sedangkan seorang anak seperti
Vlad tak ingin membuat ayahnya sedih maupun
menceritakan hal-hal sedih.

Hanya satu surat yang mungkin hampir tidak


tersampaikan kepada ayahnya.

Terima kasih, ayah bodoh.

Dan surat itu ia tulis sejak berdirinya kantor baru di


Edirne.

. .

98
Vlad, The Son of Dragon Knight

V
Envy
‘Iri selalu datang karena ada perbandingan antara kelebihan dan kekurangan’
-Phiotes-

“Ayzan.... apakah aku harus menyebutmu


‘Ailphestios Dyrvanc Berlidum’? Sudah lama kita tidak
bertemu, serigala gurun.”

Ia muncul dari bayang-bayang hutan, duduk


bergabung di dekat perapian.

“Memang, sukuku dari gurun. Aku bukan dari suku


padang rumput yang suka berburu manusia. Jadi
katakanlah, apa maumu?”

“Ezetta ingin menemuimu.”

“Ezetta? Untuk apa orang itu ingin menemuiku? Aku


tak berpikir bahwa orang itu benar-benar
membutuhkanku.”

“Kau tidak memanggilnya ayah? Kau memang orang


yang lupa diri.”

“Setelah dia menyiksaku enam tahun lamanya? Ironis


sekali, padahal aku merasakan penderitaan itu.”

99
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Karena penderitaan yang kau alami, kau hidup


seperti sekarang. Ingat, kau budak dari klan ‘B’ itu. Setelah
orang itu membelimu, seharusnya kau berterima kasih.”

“Ayzan itu bukan namaku, melainkan yang diberikan


‘Halil’. Namaku Hosam Bahri, dari klan Bahri, suku
Qanthura’38 campuran.”

“Ah, Phearemanos39 Cenneddar40. Si Pheare


mengambilmu waktu itu, kan. Kau bangkit dari
penderitaan itu, kau diberikan kehidupan layak. Aku
bertanya, apakah pantas budak memiliki kehidupan yang
layak?”

“Semua manusia harus diberikan haknya dengan


keadilan. Mau ia budak atau merdeka, semuanya sama-
sama manusia.”

“Keadilan itu ‘khayalan’, dan kau masih berharap?”

“Entah, manusia hanya cobaan dari cobaan yang lain,


bagi yang lain, kepada yang lain. Harapan hanyalah
harapan, yang nyata nanti ialah akhir. Khayalan itu ketika
ia tidak mau apapun kecuali yang ia punya, itulah

38 Bagian dari Turki


39 Nama lain Halil Pasha.
40 Nama Latin dari klan ‘Candar’

100
Vlad, The Son of Dragon Knight

keniscayaan yang sia-sia. Padahal, manusia itu makhluk


paling rakus.”

“Apa yang diminta, harus diberikan, harus didapat.”

“Kau mau berdiskusi tentang apa lagi?”

“Aku ingin melihat kemampuan bertarungmu.”

“Apa ketentuannya?” Ayzan berdiri. “Aku bersedia


dengan ketentuan apapun.”

“Pertarungan sampai mati.”

“Serius? Kau ingin melenyapkanku?”

“Ini perintah dari Pheare, dan juga Ezetta –


maksudku, ayah.”

“Marremale, kita harusnya berwasiat kepada satu


sama lain. Kepada kedua orang itu, atau keluarga masing-
masing.”

“Aku punya keluarga baru. Sedangkan, kau tidak


punya siapapun.”

“Sejak dulu, aku memang sendirian. Aku selalu tahu,


bahwa tidak ada keluarga bagiku.... tetapi, berwasiat tak
mengenal apapun.” Ayzan memutar peluit merpatinya,
merpati-merpati itu datang dari bayang-bayang hutan,
bersembunyi di ranting-ranting pohon. “Terus terang, aku
lebih mempercayai yang namanya ‘teman’. Meski mereka

101
Vlad, The Son of Dragon Knight

tidak peduli denganku, setidaknya ada kebaikan yang bisa


kulakukan dan mereka tak perlu terlibat dalam
masalahku.”

“Aku tak percaya yang namanya ‘teman’, sudah


banyak ‘teman’ yang berkhianat sepertimu.”

“Mungkin, bisa saja. Aku juga baru membunuh


temanku di kapal.”

“Kau percaya itu, tetapi kau sendiri mengkhianati hal


itu.”

“Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam satu


tindakan, tapi juga itu tidak bisa dijelaskan.”

Setelah mereka menulis wasiat....

“Apa burung merpatimu bisa dipercaya?”

“Mereka penerbang handal yang patuh, mereka pasti


tahu tujuannya jika mereka tahu tempat kemana ia
terbang. Asalkan ia kau beri makan dengan cukup, mereka
akan mengantar surat apapun.”

“Kau punya banyak merpati.”

“Hanya untuk di saat seperti ini, mungkin saja jika


kedua pihak mati, setidaknya ada yang bisa terbalaskan
dengan satu kata saja.”

102
Vlad, The Son of Dragon Knight

Marremale menulis dengan merunduk, ia hanya


tersenyum.

“Jujur saja, kau terlihat lebih baik dari sebelumnya.”

“Apa memang benar begitu? Kurasa, aku yang


sekarang sama dengan yang sebelumnya.”

Senyuman itu dibalas dengan senyuman cerah, tulus.


Marremale merasakannya, ia sempat iri terhadap apa yang
ia tidak punya, sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan itulah
yang menyiapkan pesan tersirat di dalam senyum yang
terukir di wajah Ayzan waktu itu.

Merpati-merpati itu pergi, hilang dalam bayang-


bayang hutan.

Kemudian, kedua bilah pedang menyanyi, hempasan


angin kedua pedang itu mematikan perapian kayu.
Semuanya gelap, tak ada yang bisa melihat pertarungan
itu kecuali mereka. Kunang-kunang mulai menghadiri
pertunjukkan, membantu dengan cahaya mereka agar
pertarungan bisa terlihat. Suara-suara para serangga
mengiringi kedua bilah pedang yang bernyanyi, seperti
para penonton di koloseum yang bersorak karena mereka
bertaruh kepada salah satu di antara mereka yang
bertarung. Kedua petarung itu jelas mempertaruhkan
nyawa mereka, entah mati atau tidak, itu urusan nanti.

103
Vlad, The Son of Dragon Knight

Darah mulai bertumpah, tebasan yang diluncurkan


bukan dengan tenaga yang main-main. Yang satu
bertarung karena mempertahankan diri, yang satu lagi
bertarung karena ingin memenuhi perintah tuannya.

Kedua petarung itu menari di tengah gelapnya


malam dengan bayang-bayang hutan, para serangga
semakin bersorak, gemerincing pedang mulai
meninggikan nadanya, percikan api pada kedua cetakan
besi itu semakin jelas terlihat. Marremale melihat senyum
Ayzan yang terukir, ia semakin membencinya.

‘Dasar Air: Mengalir Deras’

Mode aliran deras dari dasar air ia kerahkan.


Marremale sampai menahan serangan itu dengan
kewalahan, ia mulai mencoba menyerang balik. Ia
menirukan serangan Ayzan, tetapi ia tak bisa. Ia menebas
dengan tidak teratur, posisi bertarungnya mulai tidak
karuan. Ia benar-benar kewalahan.

‘Menabrak batu’!

Marremale terhempas hingga ke pohon, tebasan itu


dikerahkan dengan tenaga yang cukup dalam.

Ilmu beladiri yang Ayzan pelajari tidak sia-sia,


pembunuh kelas atas seperti Marremale akhirnya
terkalahkan.

104
Vlad, The Son of Dragon Knight

Marremale masih belum terbunuh, ia mengerang


kesakitan.

“Bunuh aku... bunuhlah seperti kau membunuh


temanmu yang ada di kapal.”

“Jika kau mau mati dengan cara seperti itu, aku tidak
punya minyak atau api yang tersisa.”

“Bunuh aku... dengan pedangmu yang kotor.”

“Jika kau mau mati dengan pedangku ini, aku perlu


menebasmu beberapa kali hingga kepalamu terpenggal
dan kau akan tersiksa karena itu, karena pedangku ini
kurang tajam.”

“Bunuh aku... dengan tanganmu.”

“Percuma, tangan ini berjanji tidak membunuh


kecuali dengan senjata.”

Marremale menangis, ia merasa malu karena ia hidup


dengan dikasihani.

“Kenapa.... Kenapa kau tidak membunuhku seperti


teman-temanmu yang sudah kau bunuh, seperti musuh
yang berperang melawanmu?! KAU INGIN BERLAGAK
SEPERTI ORANG SUCI?! KAU ADALAH SERIGALA
KOTOR YANG HAUS DARAH!! KAU ADALAH
ANJING YANG LUPA KODRAT!!”

105
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Memang benar, aku adalah serigala kotor. Berlagak


seperti orang suci? Dari dulu aku tidak bisa, karena aku
memang hidup seperti ini. Dari dulu aku tidak pantas...
menjadi orang baik.” Ayzan tersenyum sambil
memberikan obor. “Mungkin, jika kau bisa membunuhku
bukan dengan cara ksatria seperti ini, akan lebih mudah.”

Ia menyalakan obor, lalu menerangi sekitarnya


dengan obor. Ia melihat tangis dan senyum Ayzan menjadi
satu.

“Aku selalu tahu, kau adalah perempuan. Dan lelaki


takkan membunuh perempuan dengan cara ksatria, tetapi
perempuanlah yang bisa membunuh lelaki dengan cara
pemburu.” Ayzan menyarungkan pedangnya. “Aku
pemburu, tapi aku juga ksatria. Namun, aku bukanlah
keduanya melainkan berdiri di antaranya. Marremale, kau
terbunuh dengan obor yang kau pegang. Kau yang
sekarang adalah Mariemois.”

Para pemburu misterius lompat dari pepohonan,


muncul dari bayang-bayang hutan, obor milik Ayzan yang
Mariemois pegang membuat mereka terlihat.

“DI BELAKANGMU!”

Ayzan menebas mereka dengan sekali tebas, tetapi


menggunakan pedang yang lain, pedang yang selama ini

106
Vlad, The Son of Dragon Knight

ia sembunyikan dari pertarungan itu. Pedang itu sangat


tajam, pasti itu ditempa dan diasah dengan mandiri.

Lima pemburu misterius tewas seketika.

Pedang itu hitam legam, tidak terlihat dan


berkamuflase dalam bayang-bayang. Meski dengan obor
yang menerangi sekitar, tetap saja tidak terlihat. Butuh
penerangan yang cukup untuk bisa melihat pedang itu.

“Kau bebas sekarang, kau bukan Marremale Hercena,


yang sudah mati.” Lencana salib utara ia ambil sebagai
pengganti nyawanya. “Kau bebas sebagai Mariemois.”

“Kau... dengan mudahnya.”

“Ya, dulu kita merasakan penderitaan yang sama.


Kau takut dengan mata itu, bukan? Siksaan yang kita
alami bertahun-tahun, kau membiarkanku pergi dan
membiarkanmu tersiksa di dalam sana.”

Mata Mariemois yang hijau terang41 berubah menjadi


warna mata semula.

41Mata Langit, mata yang dimana bisa digunakan ketika berinteraksi dengan ilusi. Hijau terang berarti
budak/korban dari ilusi, sebagian orang masih bisa mengendalikan akalnya jika ia pengguna mata tersebut.
Namun, jika pengaruhnya sangat besar semisal dikendalikan oleh pengguna mata berwarna ungu
terang,berarti akalnya sudah benar-benar dikendalikan. Biru terang ialah pengguna ilusi tingkat tinggi,
penggunanya kebanyakan para bangsawan kelas atas yang tingkat bertarungnya di tingkat menengah.
Merah terang ialah pengguna ilusi misterius, yang dimana hanya para penyihir mengerikan yang memiliki
mata itu. Kuning terang ialah pengguna ilusi tingkat menengah, penggunanya kebanyakan para prajurit,
pembunuh bayaran, penyihir biasa, atau mata-mata. Hitam kelam tanpa warna lain di bola matanya ialah
orang yang baru ingin memasuki gerbang ilusi, tanpa corak apapun. Biasanya jika manusia ingin

107
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau masih ingat, ya?” Mariemois menangis. “Ya,


aku dihukum karena itu. Tubuhku penuh dengan noda,
tanganku sudah membunuh orang-orang yang tidak
bersalah. Merampok para pengelana muslim, dan
menculik ‘B’... yang dia jadi bagian dari keluargamu.... dan
aku.....”

“Aku memaafkanmu, namun aku tak bisa memaafkan


mereka.” Mata Ayzan yang merah terang menunjukkan
rasa dendam kepada mereka. “Tetapi, perjanjian adalah
perjanjian, gencatan senjata inilah yang membuatku masih
untuk tidak membunuh musuh yang tidak menyamar. Jika
aku lakukan, aku melanggar perjanjian itu sendiri.”

”Apakah kau akan menyelamatkan mereka?”

“Entah, aku sendiri tidak bisa menyelamatkan diri.”


Tangisan itu membuatnya semakin ingin membalaskan
dendam terhadap perbuatan mereka. “Aku harus
memisahkan diri dari Utsmani, tetapi entah kapan. Aku
hanya bisa berterima kasih kepada mereka. Aku tak ingin
memberitahukan masalahku yang sebenarnya kepada

memasuki sihir ilusi, ia harus memasuki tahap hitam kelam, jika gagal, lapisan putih yang berada di mata
akan menghitam juga dan akan terjadi pendarahan pada mata dan otak jika gagal memasuki tahap hitam
kelam. Mata ungu terang ialah pengguna ilusi di atas tingkat tinggi, kebanyakan orang yang memiliki mata
ini sudah tergila-gila dengan hal-hal supranatural dan ilmu ruhaninya di atas rata-rata. Meski begitu,
pengguna ilusi mata ungu terang ini bisa membunuh dengan menyelipkan ilusi surgawi tanpa harus
menusukkan pedang atau membuat orang itu menjadi gila karena ilusi tersebut, kematian mereka bisa
tenang tanpa rasa sakit hanya dengan ilusi mengerikan seperti itu.

108
Vlad, The Son of Dragon Knight

mereka karena aku hanyalah budak yang dibebaskan.


Aku... tak punya hak untuk merepotkan mereka lagi... Aku
hanya bisa berjanji, berdoa, dan berharap aku akan
menyelamatkan mereka dan juga klan ini.”

“Maafkan aku....”

Wanita itu tertunduk, meminta maaf.

Ayzan pergi, berbaur bersama bayang-bayang hutan.


Ketika wanita itu mengejarnya, ia menghilang.

Wanita itu berjanji akan melindungi Ayzan untuk


seumur hidupnya.

Obor yang wanita itu bawa menerangi bayang-


bayang hutan di tengah kegelapan malam, ia memandang
langit yang bintang-bintangnya menghiasi mengiringi
bulan. Ia berusaha mencari jejak Ayzan agar ia tidak
terbunuh.

Sampai beberapa tahun lamanya, ia terus


mencarinya....

Ia juga mencari cara lain agar bisa menemukan


Ayzan.

. .

“Salam.” Vlad mencengkeram dadanya erat-erat.


“Namaku Vlad, senang bertemu dengan kalian semua.”

109
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Orang Balkan, kau datang dari arah Kurku, ya?”

“Biasanya, orang Balkan lulusnya malah jadi


pengkhianat. Apa-apaan coba?”

“Dia cuman anjing yang diikat tuannya dari jauh


hanya untuk menggigit daging kita, padahal kita juga
memberinya tempat, makan dan juga minum.”

“Orang hina seperti ini kadang sok ramah, masa


depannya bakal jadi pengkhianat sama seperti lulusan
sebelumnya.”

Vlad tidak gentar sama sekali, meski ia dicemooh oleh


orang-orang Turki.

“Aku bisa mendengar kalian, para anjing sekalian...”

Obrolan ramai di kelas terhenti seketika.

“Kau bilang apa tadi, orang Balkan?”

“Aku tidak dengar, lo. Memang, kau bisa bahasa


Turki?”

“Aku mendengar gonggongan kalian, para anjing


sekalian.... Kalian menghinaku, aku juga menghina
kalian...”

Vlad berakhir dengan babak belur, dikeroyok orang-


orang Turki.

110
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad berdiri, ia akhirnya mengkuti kelas dari jauh.

Ia hanya bisa mendengar dari luar kelas karena kalah


dengan keroyokan orang-orang Turki. Dibalik dinding
kelas, ia hanya bisa mendengar dan menulis apa yang
diajarkan di dalam kelas.

Keesokan harinya, Vlad dibuat babak belur lagi.

“Vladislavs.” Seorang guru memegang daftar absensi.

“Orang Balkan itu tidak hadir, pak!”

“Dia benar-benar sengaja absen, ya. Orang Balkan itu


di perkenalannya tadi sopan sekali.”

Pada saat pelajaran latihan fisik di lapangan.

Vlad dibuat babak belur juga disana, tapi ia harus


benar-benar kuat.

Besoknya lagi.

Seperti biasa, orang-orang Turki menjahilinya, ia


membawa buku kosong di sakunya, tetapi disobek-sobek
oleh orang-orang Turki itu.

“Ternyata, dia benar-benar kosong. Apakah dia tidak


berguna dari lulusan sebelumnya?”

“Dia benar-benar bodoh, mungkin dia anak pungut.”

Vlad melawan, tetapi tetap saja kalah.

111
Vlad, The Son of Dragon Knight

Ia babak belur seperti biasa.

Ia tersenyum sambil menangis, ia benar-benar


kehilangan harapan.

Sejak hari pertama ia masuk ke akademi, pada akhir


pelajaran di hari itu ia tidak pernah balik ke kantor yang ia
jadikan rumah. Ia tidak pernah pulang ke rumah dan lebih
ingin menyendiri, beli makan dan minum sendiri. Vlad
ingin menyembunyikan semuanya dari ayahnya.

Kemudian, besoknya lagi.

“Orang lemah tidak seharusnya melawan, orang


Balkan!”

“Sudah hentikan!”

Orang Turki yang menghajar gerombolan itu.

“Kau melawan bangsamu sendiri?” Tanya Vlad.


“Terus terang, sejak terbuangnya kehidupan kami, kami
memang seharusnya begini.”

“Kau menyerah? Wajar saja, kau masih orang kafir.”

“Mungkin, pandangan kalian memang begitu.”

“Kau masuk lewat jalur Devshirme, kan?”

“Aku tertipu dengan iklannya. Tak kusangka, jadi


susah sekali untuk belajar disini.”

112
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Namamu?” Tanyanya, sambil mengulurkan tangan.

“Vlad.” Vlad menerima uluran tangan tersebut.


“Kau?”

“Demi Dezertamma, kita masuk melalui jalur yang


sama.”

“Kau, Kristen?”

“Kau tidak bisa lihat mukaku seperti orang mana?”


Gerutunya sambil memukul Vlad. “Tapi, Devshirme
terbuka untuk semua orang, namun ia tertutup untuk
orang yang memasukinya dan tidak boleh dibiarkan
keluar.”

“Penjara.”

“Yang keluar akan dihukum setimpal. Lagian,


Devshirme ini gratis juga, lo. Itu saja kelebihannya.”

“Makanya banyak orang memilih Devshirme.”

“Jujur saja, baik Devshirme atau tidak, pendidikan


disini gratis. Yang mendapatkan rekomendasi42 akan
diberikan pelayanan asrama. Untuk mendapatkan
rekomendasi, kau harus menunjukkan bakat atau prestasi.

42 Ahtarat ( ‫أختارات‬ ) yang berarti terpilih atau terajukan. Sinonimnya adalah beasiswa.

113
Vlad, The Son of Dragon Knight

Jika tidak, kau akan menjalani pendidikan tetap selama


lima tahun tanpa ke jenjang berikutnya.”

“Lima tahun disini memang untuk apa saja?! Aku


tidak mau menderita lebih lama!”

“Maka dari itu, yang namanya rekomendasi ini....


sangat diperlukan.”

Keesokan harinya.

Dari perbincangan mereka kemarin, mereka berdua


mulai menjalani hubungan pertemanan. Mereka berlatih
beladiri secara mandiri, menulis materi-materi. Meskipun
kelas mereka berbeda, akan tetapi mereka tetap terhubung
satu sama lain.

Esoknya lagi.

Vlad sudah bisa melawan, bahkan lebih baik. Orang-


orang Turki itu mendapatkan luka pukul meski Vlad
berakhir babak belur juga. Akan tetapi, Vlad puas.

Sangat puas.

Dia berani memasuki kelas.

Malamnya, ia tidak mau pulang ke kantor. Demi


memergokinya, ia mengikuti Vlad kemana ia pergi.

Ia menangis, menyendiri. Selalu mengeluh dan


berkata “Aku lebih baik tidak diciptakan sama sekali!”

114
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lebih baik aku menjadi debu, ya?” Timpal Demi.

Vlad selalu menyendiri di luar gerbang, di sisi


dinding yang jarang penjaga berjalan berjaga di sekitarnya.

“Kau... ini tempat rahasiaku, kau tahu!” Gerutu Vlad.


“Kenapa kau mengikutiku?!”

“Aku hanya ingin menemanimu saja. Tidak boleh,


kah?”

Vlad hanya berdiam, bersandar dan meratap. Lalu, ia


berkata, “Terserah!”

“Apa kau lelah... diperlakukan seperti ini terus?”

“Jujur, ya. Tapi, seperti yang kubilang kemarin,


hidupku ya begini, mau bagaimana lagi?”

“Benar juga, ya.”

“Setiap hari aku mengatakan dan memikirkan kata-


kata itu, aku jadi ingin mengakhiri hidupku dengan
mudah. Taman yang kuinginkan mungkin tidak ada di
surga karena mungkin sama saja dengan dunia.” Vlad
mulai memainkan lagu itu, Eden & Garden. “Ada taman,
tapi bukan milik kita.”

“Jadi, maksudmu... surga itu khayalan?”

“Kalau dia hanya sungai dan taman, di dalamnya ada


pohon dan buah yang matang dan segar, dan bedanya

115
Vlad, The Son of Dragon Knight

tidak ada lapar dan kebohongan, kau bisa menemukan itu


di dunia... walau jauh jaraknya. Bahkan, aku sempat
menemukan yang seperti itu di Kurku atau di
Konstantinopel.”

“Kau, tidak berkeinginan untuk masuk....”

“Tidak.” Sela Vlad. “Aku menyendiri juga tak hanya


untuk meratap, tapi menamatkan buku-buku, seperti....
buku panduan kalian yang ini.”

“Ah, yang itu.”

“Kalau tidak salah, itu ‘Koran’43 ya?”

“Kita menyebutnya Al-Qur’an.”

“Entah, susah untuk diucapkan di lidah. Aku bukan


orang campuran seperti kalian.”

Rumah Demi.

Ia juga sendirian, ibunya meninggal, sedangkan


ayahnya sedang memenuhi tugas di tempat lain.

“Kau bisa menginap di rumahku, jika kau mau.”


Tawar Demi.

43 Terkadang, orang-orang non-Muslim tidak menyebut ‘Al-Qur’an’ dengan benar dan langsung
menyebutnya ‘Koran’, tanpa fonem yang harus terpisah.di tengah kata tersebut. Tetapi, tidak masalah
menyebut Al-Qur’an seperti itu selama mereka tidak bermaksud untuk menghina dengan pelafalan
tersebut.

116
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau memaksaku untuk datang kesini, Demi.


Padahal, agama kalian mengajarkan untuk tidak
memaksa.” Timpal Vlad. “Lagipula, aku ini kafir di mata
kalian.”

“Tetapi, sebagai muslim, kita belajar tentang


integritas, yang dimana kita harus memaksa dan terpaksa
dalam keadaan tertentu. Bahkan, kafir sekalipun harus
‘dipaksa’ untuk menerima kebaikan kami.”

“Sialan.” Umpat Vlad. “Kalau begitu....” Vlad


menjabat tangan Demi dengan senyuman hangat. “Aku tak
keberatan, dengan senang hati aku tinggal di rumahmu!”

“Ujung-ujungnya, kamu juga merepotkan.”

“Ya, kamu yang menawarkan, toh.”

Vlad memutuskan untuk tinggal bersama Demi,


meskipun memang merepotkannya.

“Kau tidak punya rumah? Atau kabur dari rumah?”

“Aku... tidak punya rumah. Rumahku hancur karena


para bangsawan dan ksatria biadab salibis.”

“Maaf, telah memaksamu mengatakan itu.”

“Tidak apa-apa~! Dari dulu, hidupku memang tak


berharga sama sekali. Sekali-kali, jika orang itu mau

117
Vlad, The Son of Dragon Knight

mendengarkan perkataan orang itu, dengan terbuka orang


itu akan menceritakannya kepadamu.”

Vlad diberikan semangkuk sop dan roti.

“Kau sudah menderita terlalu lama di Balkan.” Ia


duduk di samping Vlad, menemaninya.

“Ah... nama dataran itu adalah Romaneasca44. Yah,


kami baru saja dikhianati karena sebuah ujian yang mereka
anggap sepele. Padahal, itu jelas-jelas pengkhianatan.
Apakah ujian itu harus ada rasa kehilangan, membunuh,
dan juga saling merampas hak hidup satu sama lain?”

“Sebenarnya, kalau ujiannya begitu, aku anggap ‘ya’.


Itu kalau ujian hidup.”

“Ujian hidup?”

“Ya, kalau kau hidup tanpa ujian apapun, untuk apa?


Menurutmu, adanya surga dan neraka itu apa? Apakah
surga hanya untuk orang-orang yang berperang, atau
berusaha di kehidupan setelah perang mereka? Apakah
neraka itu bagi orang yang melakukan kesalahan sebesar
apapun dan menolak kebenaran? Surga dan neraka itu
penempatan. Kau berperang untuk satu sama lain, ada
tujuan yang kau anggap itu benar, berbuat baik kepada

Dataran Romaneasca ialah bagian dari Semenanjung Balkan, terdiri dari Wallachia sebagai tali dan
44

Moldavia beserta Transylvania ialah sepasang takik atau sayap busur.

118
Vlad, The Son of Dragon Knight

sesama, mengadili pelaku kejahatan, tidak hanya sekedar


etika.”

“Penempatan, etika, jahat baik, surga neraka......


entahlah....” Vlad meminum air di gelasnya. “Aku rasa aku
sedang tak punya tujuan sekarang, sejak penderitaan itu.”

“Ya.” Demi meminum kuah supnya di mangkok


hingga habis dan menaruhnya kembali, lalu ia kembali
berbicara. “Kau, orang Balkan yang berbeda dari yang lain,
kau dikhianati oleh orang Balkan itu sendiri.”

“Rasanya, aku tak ingin mempercayai ksatria salibis


itu lagi.”

Vlad tidur di rumah Demi, ia menumpang untuk


sementara.

Keesokan harinya.

“Ia tidak pernah pulang ke rumah? Yang benar saja!”

“Kita habisi orang Balkan itu agar dia tidak macam-


macam dan tidak berkhianat setelah ia lulus dari sini!”

“Tetapi, kau tidak menemukan sebuah keganjalan,


yang dimana ia malah membalas lebih keras dari lulusan
sebelumnya.”

“Itu, ada orang Balkan yang lain!”

119
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, kau! Mari sini kau! Aku punya tugas untukmu,


bawakan aku makanan di jongko dekat sana, aku berikan
kau beberapa perak. Aku sengaja berikan kau lebih agar
tidak kurang ketika kau membelinya.”

“Memangnya, apa makanan itu?” Tanya anak dari


Balkan itu.

“Yah, entah roti atau bubur, ransum apel juga tidak


masalah.”

Anak itu membawakan makanan cukup banyak


hingga ia tertutup pandangannya dengan mangkok-
mangkok makanan itu.

“Bagus, orang Balkan. Begini cara menjadi ksatria,


kau harus menuruti atasan. Kami, orang Turki, adalah
atasanmu, orang Balkan menyedihkan!”

Mereka, sekumpulan orang-orang Turki itu tertawa.

Orang-orang Turki yang lain juga mengejeknya.

“Untuk apa ikut Devshirme, ujung-ujungnya kau jadi


rendahan juga!”

“Banyak orang yang berkhianat sepertimu, jadi kami


melakukan ini agar mencegah pengkhianatan yang
terjadi!”

120
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Orang-orang Balkan harusnya tidak mengikuti


pendidikan!”

Dia hanya menangis.

“Oh, kau ingin makan? Kau lapar, orang Balkan.”


Orang itu berbalik dan mengambil mangkok yang utuh.
“Ini, makan!”

Mangkok itu dilemparkan ke muka orang Balkan itu.

Orang-orang Turki yang jahil itu tertawa puas.

Dia terlihat seperti sepantaran Vlad.

Vlad berjalan sendirian, tanpa ditemani Demi karena


ia sedang membeli makanan di jongko.

Vlad melihat orang itu menunduk menangis dengan


pandangan yang menyedihkan, ia semakin kesal dengan
perlakuan sekumpulan orang-orang Turki yang jahil itu.

“Oh, ada dia! Orang yang tidak pernah pulang ke


rumah!”

“Oh, ya. Kau kabur dari rumah? Kelaparan? Sini, aku


beri makan satu untukmu.” Ia mengambil satu mangkok
utuh untuknya. “Ini, makan!”

Vlad bergeming, diam.

Lalu, tersenyum mengerikan.

121
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kalian membuang makanan, tahu.” Kata Vlad,


sambil menjilati makanan di sekitar mulutnya.

“Kami memberi makan kepada orang yang kelaparan,


tapi dengan cara berbeda. Kalian tidak lebih dari seekor
anjing.”

“Begitu, ya?”

Pukulan melayang kepada orang Turki itu, ia pun


terpukul mundur.

“Kau memang mau cari masalah, orang Balkan?!”

“Aku memberi makan balik, sebagaimana kalian


biasanya memberiku makan.”

“Kalau begitu, kau masih lapar, ya?”

Vlad terkena pukulan itu.

Vlad memukul lagi dan lagi, mencengkeram kerah


orang itu dan memukulnya lagi. Ia terhuyung sampai
jungkir balik.

Tak sia-sia ia selama ini berlatih.

“Ada lapangan luas disana, ayo bertarung!”

“Orang Turki memang menyebalkan, ya.”

Mereka bertarung melawan Vlad, orang-orang mulai


berkerumun, tidak ada yang boleh kabur dari pertarungan

122
Vlad, The Son of Dragon Knight

itu. Vlad terpojok, mereka mengeroyok Vlad bagaikan


gagak-gagak yang memburu burung lain yang mencari
gara-gara terhadap sesama mereka. Vlad tidak menyerah,
ia terus melayangkan pukulannya kepada orang-orang
yang sudah membuatnya babak belur setiap hari.

“Aku... tidak menyerah. Apa yang kalian lakukan


kepada orang-orang seperti kami itu... salah. Kalian
memperlakukan mereka seperti orang Turki lulusan
sebelumnya yang memperlakukan orang Balkan lulusan
sebelumnya. Sampai kapan ini berakhir... Sampai kapan?!
SAMPAI KAPAN, BODOH?!” Vlad meninju mereka
hingga pingsan.

Belum puas, Vlad ingin mengotori tangannya lebih


kotor lagi.

“Hentikan, orang Balkan!”

“Hei, hentikan!”

“Kau tidak punya hak untuk mengadili mereka!


Hentikan!”

Orang-orang Turki yang berkerumun mulai


menghadang Vlad untuk melayangkan tinju dendamnya
yang ia tujukan kepada mereka.

123
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lepas! Lepaskan aku!” Ketus Vlad, kepada orang-


orang yang menghalanginya. “Baiklah, ini sudah
berakhir.”

Mereka melepaskannya.

Nafasnya tersengal-sengal, ia hampir saja membunuh


mereka.

Seorang guru datang.

Mereka, para murid yang berkerumun, memberikan


jalan kepadanya.

“Kau... kau yang membuat onar sekarang. Ikut aku,


kau akan dihukum.” Kata guru itu.

“Bagaimana dengan mereka?” Timpal Vlad,


mengusap darah yang ada di pelipisnya.

“Mereka? Mereka pingsan karena kau!”

“Melihatku dikeroyok begini, yang harus diadili yang


bertahan? Menyedihkan.... apa keadilan bagi kalian?
Ternyata, benar. Keadilan hanyalah khayalan.”

“Kau, anak yang tak tahu berterima kasih!”

“Berterima kasih? Tahu diri? Apa itu? Ya, kami benar-


benar orang rendahan, tak seperti kalian yang sukanya
melihat anjing ditendang seharian, setiap hari, bahkan
menggonggong saja tidak boleh. Ya, keadilan itu bagi

124
Vlad, The Son of Dragon Knight

kalian tidak mustahil karena kalian muslim. Aku berterima


kasih kepada kalian yang setiap hari memberiku makan
berupa tendangan dan cacian, aku meminta maaf telah
membuat mereka pingsan dan babak belur seperti ini.
Tapi....” Vlad menatap guru itu dengan senyum sinis.
“Aku tak menyesal.”

Guru itu meludahinya.

Ia membawa Vlad ke suatu tempat, lumbung kayu.

“Kau.... setelah apa yang kau lakukan kepada orang-


orang itu, kenapa kau membiarkan mereka hidup?”

“Kenapa kau tidak membantuku, guru?”

“Kau diuji.” Lencana salib bintang utara ia tunjukkan


kepada Vlad. “Pantasnya dirimu untuk menjadi bagian
dari Gagak Pemburu atau tidak, itu tergantung kau
bertindak.”

“Jadi, kau siapa? Gagak Pemburu? Aku harus


memanggilmu apa kalau begitu? Tuan? Memangnya kau
berhak mengatakan itu setelah semua itu terjadi? Bahkan
kau tidak membereskan atau membantu masalah-masalah
yang dialami orang-orang Balkan yang belajar disini.”

Ia menendang Vlad hingga terhempas ke kayu-kayu


yang disusun itu. Vlad batuk darah, kondisinya tidak
stabil. Namun, ia masih tetap tersenyum.

125
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Karena kau membiarkan orang-orang Turki itu


hidup, kau harus mati.”

Vlad untungnya membawa belati yang dibelikan


ayahnya. Ia bertarung melawan guru itu, ia mengandalkan
beberapa teknik yang sudah ia kuasai dalam tiga hari yang
lalu dan juga refleksnya yang cukup baik. Ia bisa menyayat
guru itu dengan mudahnya.

“Kau sudah berapa lama bertengger di tempat ini?


Harusnya guru biasa bisa melampauiku.” Cela Vlad. “Ya,
kau pengkhianat bermuka dua. Jadi, wajar saja.”

“Anak anjing sialan!”

“Kenapa kau memasang muka seperti itu? Bingung?


Takut? Kau iri kenapa aku bisa lebih handal darimu?
Kalau iri, mundur saja. Ketakutan dan kebingungan seperti
itu takkan membuatmu menang.”

“Beraninya kau!”

Vlad menyayat tanpa ragu, membunuhnya dengan


sayatan di kepala dan menusuk kepala itu sedalam
mungkin.

Guru ‘pengkhianat’ itu tumbang.

Demi membuka pintu lumbung kayu itu.

126
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, Demi. Kau telat! Bantu aku membersihkan


darah ini dan juga....”

Vlad dan Demi pergi ke hutan setelah ia


membersihkan kekacauannya di lumbung kayu. Vlad
berendam di sungai dengan memakai bajunya. Ia
membersihkan dirinya dari darah.

“Hei, ajari aku berenang!”

“Setelah kita membereskan masalahmu? Yang benar


saja! Ini guru kita, lo. Manzim yang menjadi instruktur
bertarung.”

“Yang ia ajarkan tidak ada gunanya bagiku. Yang


kau ajarkan kepadaku malah berguna lebih banyak untuk
bertahan di sini dibandingkan dengannya. Yah, yang
penting bisa lulus dan mendapatkan rekomendasi kalau di
tempat seperti ini!”

“Ya, begitulah.”

“Lagipula, nama aslinya ialah ‘Ailphestios Dyrvanc


Berlidum’, eh.... bukan yang ini!” Vlad merogoh saku yang
satunya lagi dan memasukkan lencana yang namanya ia
sebutkan tadi. “Nama aslinya ialah Feredocca Faraman.
Orang sepertinya saja bisa masuk ke Akademi Perang
Nasional, kenapa bisa begitu? Padahal, tugas kalian juga

127
Vlad, The Son of Dragon Knight

untuk mencegah itu. Kalau sampai masih ada sarang


mereka di Edirne, kita takkan bisa lari dari mereka!”

“Maka dari itu, kita butuh....”

“Rekomendasi!” Seru mereka berdua.

Malamnya, di Rumah Demi. Ia merawat lukanya


sendiri, karena teknik perawatan yang Demi ajarkan
kepada Vlad. Vlad merasa sedikit tenang daripada ia
menyendiri di luar benteng. Vlad tersenyum sendiri,
senyumnya bukan senyum mengerikan maupun senyum
sinis, melainkan senyuman tulus dan terbuka.

“Kau masih tersenyum seperti itu, setelah kejadian


tadi?”

“Ya, akhirnya aku bisa tenang. Membalaskan anak


itu, anak yang sangat lemah dan tidak berdaya. Andaikan
dia bergabung dengan kita, dia pasti bisa tersenyum
sepertiku.”

“Kau berpikir seperti itu setelah kau menumpang di


rumahku selama ini? Benar-benar tak tahu terima kasih!”

“Terima kasih, orang Turki baik!”

“Sejujurnya, inilah yang membuat aku iri kepadamu.


Kenapa kau masih berpikir untuk tidak membunuh
mereka... padahal kau kesakitan, kelaparan, kau tidak

128
Vlad, The Son of Dragon Knight

ingin melihat orang tuamu kecewa dengan program


Devshirme dan menyalahkannya setelah mereka
membuatmu seperti ini. Kenapa... kau waktu itu
berbohong kepadaku dan juga menyembunyikan
kesengsaraanmu.... kenapa?”

“Kau akhirnya tahu, ya? Ya, kalau kau tidak


memperkenankanku untuk tinggal disini, aku akan pulang
ke kantor.”

“Jawab dulu pertanyaanku!”

“Ya! Waktu itu, aku hanya bertahan dengan beberapa


koin perak. Makan sendirian, bertahan dengan beberapa
koin perak di kantung.”

“Kau juga menolak bantuan mereka, kenapa?”

“Aku tidak ingin bibi pemilik jongko itu kecewa


kalau pelakunya ialah bangsanya sendiri. Aku tak ingin
merepotkan mereka.” Air mata itu mengalir, senyuman itu
tetap tidak berubah. ”Sejujurnya, aku juga tak ingin bilang
ini kepadamu. Tapi, kau menanyakan ini kepadaku dan
memaksa menjelaskan semuanya. Maaf...”

“Kau... ingin menjadi kuat dengan bertindak seperti


itu?”

“Apalah dayaku, Demi! Aku sudah terbuang sejak


sekian lama! Yang penting bisa bertahan saja sudah cukup,

129
Vlad, The Son of Dragon Knight

aku tidak butuh yang lain!” Teriak Vlad. “Tapi, jika kau
ingin pertemanan denganku yang seperti ini, aku akan
menjaganya sebaik mungkin!”

Di malam itu, Demi menghela nafas, lalu berteriak,

“Aku membencimu, Vlad!”

“Aku takkan membencimu, Demi!”

Keesokan harinya, Vlad dan Demi berangkat ke


Akademi. Tiba-tiba saja, ada orang Balkan sepantaran
mereka di atas sebuah bangunan yang cukup tinggi
bahkan mereka berpikir orang bisa jatuh mati jika di
ketinggian seperti itu.

“Oi, oi! Kau kenapa?” Tanya Vlad.

“Dia mau bunuh diri, bodoh!” Ketus Demi sambil


memukul Vlad. “Cari tangga dan naik ke atap itu!”

“Baiklah!”

Vlad berlari dan mencari tangga, anak itu malah


kabur.

“Vlad, cepat! Anak itu kabur!”

“Sabar!”

Vlad langsung menaruh tangga dan naik ke atap, lalu


berlari mengejar anak itu.

130
Vlad, The Son of Dragon Knight

Anak itu mau melompat ke atap selanjutnya, tetapi ia


masih ragu untuk melakukannya. Vlad menambah
kecepatan larinya, ia langsung memegang anak itu dan
menariknya dengan keras hingga terhempas. Tetapi....

Vlad terjatuh.

Hingga merubuhkan sebuah kios.

“Vlad!” Seru Demi. “Bertahanlah, aku segera kesana!”

“Tidak, tahan anak itu agar tidak melompat lagi!”

Vlad kesakitan, tetapi badannya sudah terbiasa dan ia


segera berdiri untuk memperbaiki kios itu.

Untungnya, di pagi itu, kios belum terisi barang


dagangan yang akan dijual.

“Akhirnya, selesai!”

Vlad berhasil memperbaiki kios itu seperti semula.

“Setelah kau terjatuh dan kesakitan seperti itu, kau


masih mau berangkat?” Tanya Demi, sambil menahan
orang itu.

“Yah, rekomendasi cukup penting bagiku. Jadi untuk


kali ini, aku tidak boleh membolos!” Seru Vlad.

“Harus, lah!”

131
Vlad, The Son of Dragon Knight

Orang yang baru saja Vlad tolong, tidak berbicara


apapun.

“Oi, bicaralah!” Ketus Vlad kepada orang itu.

“Vlad, dia ketakutan, lo.”

“Aku tak peduli, setidaknya dia berbicara tentang


namanya, atau satu kata pun juga tidak apa-apa. Bahkan
jika dia bilang ya atau tidak, ia tetap berbicara.”

“Mungkin, dia tidak bisa bahasa Turki.”

“Jika kau lihat bahasa Rumania-ku, mungkin dia


paham.”

“Aku paham sedikit.... bahasa Turki.” Ia berbicara


dengan bahasa Turki.

Akhirnya, dia berbicara walau satu kalimat yang


sedikit terpotong.

“Kau tahu aku orang mana?” Kata Vlad, dengan


bahasa Rumania-nya. “Aku orang jahat atau orang baik?”

“Kau bicara apa Vlad? Aku tidak paham!”

“Kau orang aneh.” Ia berbicara dengan bahasa yang


agak terdengar berbeda, namun Vlad masih bisa
memahaminya untuk sebagian besar. “Kau sepertinya
bukan dari pesisir, terdengar dari gaya bicaramu, kau
orang dari Puri yang jauh dari pesisir.”

132
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku dari dataran Romaneasca.”

“Aku dari puri Markostrad45 yang berada di pesisir –


mungkin jauh dengan puri tempat kau tinggal – yang
ditaklukkan beberapa tahun sebelumnya.”

“Markostrad yang dekat pantai dan sungai Danube?


Dekat hutan juga?”

“Bukit, lebih tepatnya.”

“Tidak jauh jika dari Wallachia.”

“Namamu?”

“Vlad, kau?”

“Za... Za.. G-G-G-Gan...”

“Kau ragu-ragu menyebutkan namamu, ya? Kita akan


jadi temanmu, kok.”

“Namaku Zagan!” Serunya dalam bahasa Turki.

“Aku Demi, Demi Dezertamma.” Katanya, sambil


menunjukkan senyuman. “Aku orang Turki baik atau
orang jahat?”

“Bilang saja,” bisik Vlad. “Dia orang baik.”

“Orang.... ba-ba-baik!”

45 Sekarang, Mangalia.

133
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Vlad, kau jangan memberitahu apapun!”

“Lagipula, kau menirukan pertanyaanku dari


bahasaku sendiri!”

Mereka bertahan di akademi bersama-sama, mulai


dari hari itu.

Malamnya, mereka menginap di Rumah Demi.

Demi sedang menulis sesuatu, sebuah surat.


Sedangkan Vlad dan Zagan berbincang dan bercanda di
sebuah kamar.

Jujur, aku iri.

Sikap yang kau punya.

Akhlak yang katanya bukan sekedar etika, namun


penempatan yang tepat.

Mungkin ayahku benar, yang susah itu bukan mempelajari


metode dari penempatan itu sendiri melainkan belajar untuk
menggunakannya di kehidupan biasa.

Dan kau punya hal itu.... darimana?

. .

134
Vlad, The Son of Dragon Knight

VI
Mistake
‘Kesalahan adalah titik balik kebenaran yang tersembunyi’
-Palogos-

“Ayah, sudah lama kakak tidak kembali. Apakah kau


baru merasakannya?” Kata Radu, cemas. “Apakah kakak
baik-baik saja?”

“Aku sudah dari kemarin merasakannya, Vlad


hampir sepekan tidak pulang ke sini.” Kata Vlad, ia pun
ikut cemas. “Aku takut setelah kejadian kemarin, Gagak
Pemburu masih memburu kita.”

Radu hanya bisa menatap dinding, sambil


merindukan kakaknya.

“Kakak....” Radu memetik satu senar harpa.

Hujan deras membasahi tanah, bangunan-bangunan,


sungai, dan sawah. Aliran sungai semakin deras, sawah
pun banjir, kincir air sementara dihentikan agar air irigasi
tidak membuat sawah terendam air yang berlebihan.
Langit pun mendung, hembusan angin cukup kuat.
Pepohonan menari dengan angin kencang, mengiringi
hujan deras. Bunga-bunga dan dedaunan beterbangan.

135
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Cuacanya sedang tidak baik, tidak baik menjalankan


bisnis dengan seperti ini. Lagipula, pencarian harus
dihentikan sekarang juga.” Vlad memikirkan keselamatan
para pekerja.

Vlad bergerak ke karavannya, ia harus menghentikan


pengirimannya sekarang juga.

“Jangan bergerak dulu, kita tunggu sampai hujan gila


ini reda.”

“Batas pengirimannya....”

“Aku tidak peduli.” Ia menepuk bahu anak buahnya.


“Kalian harus memikirkan keselamatan kalian juga.
Beristirahatlah di kantor.”

“Baik, terima kasih!”

“Pencarian harus dihentikan sekarang juga, besok


kalian baru bisa bekerja lagi. Jangan khawatir, upah kalian
tidak akan dipotong!” Tegas Vlad.

“Terima kasih!”

. .

Vlad sedang bersama teman-teman barunya, Zagan


dan juga Demi. Mereka bertukar cerita satu sama lain.
Penderitaan, pengalaman menarik, dan terkadang mereka
membahas sebuah pemikiran.

136
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Oh, Zagan. Kau tinggal di rumah itu, ya?” Tanya


Vlad.

“Aku menumpang disana, pakaian yang kupakai itu


juga bukan punyaku. Aku selama ini menumpang dan
menumpang, orang-orang Turki disini biasanya
memberikan penampungan yang layak untuk anak-anak
korban perang46 di sekitar Balkan.” Jawab Zagan.

“Tidak hanya disini.” Jelas Demi. “Di Benteng Kurku


atau Benteng Parasi juga demikian. Pemerintah akan
membuat benteng lagi di sekitar Edirne. Selain itu, Edirne
akan dibuat lebih luas lagi dari sebelumnya.”

“Dengan kata lain, sawah di sekitar benteng ini bakal


dipindahkan?”

“Ya, kalau perlu, pesawahan yang ada di luar harus


berada di dalam dinding.”

“Sultan sekarang bertindak lebih tegas dan bijak, ya.”

46Biasanya, setelah melakukan inspeksi besar-besaran terhadap desa-desa yang dijarah oleh kerajaan-
kerajaan mereka (Pasukan Kristendom, Ortodoks maupun Romawi Suci), Turki menyediakan lapangan
pekerjaan, penampungan bagi anak-anak kecil, dan merestorasi wilayah. Di saat itu, belum ada konsep
panti asuhan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di zaman sekarang. Tentu saja, kedudukan
mereka kebanyakan merdeka karena mereka korban penjarahan dan bukan korban perang kedua belah
pihak yang mana Turki terlibat. Korban perang yang dimaksud adalah penjarahan yang dilakukan oleh
pihak Kristendom sebelum Turki menaklukkan wilayah itu.

137
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Pemerintah di sekitar sini yang merancang


pembangunan tersebut. Itu juga demi keamanan para
petani dan pengusaha yang bertempat di luar benteng.”

“Hebat sekali!”

Seorang wanita yang bertengger di pohon yang


berada di dekat rumah Demi, mendengarkan percakapan
mereka.

“Kau harus tahu, Demi ini orang yang baik dan


pintar. Dia mengajariku banyak hal, dia orang yang sangat
berguna! Dan juga, manusia yang baik ialah manusia yang
berguna bagi yang lain!”

“Kau jangan mengutip sembarangan, Vlad!”

“Lagipula, aku baca buku yang itu. Apa namanya,


ya?”

“Itu Hadits!”

“Hades!” Timpal Vlad, sambil berseri-seri.

Karena ia sudah diberitahu tentang nama buku itu.

“Hades itu dewa kematian, bodoh!” Demi


menggebrak meja.

“Lagipula, lidahku susah mengucap seperti itu!”

“Hadits, bukan Hades!”

138
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ha~ dis.”

“Terserah! Kau bilang seperti itu sama saja menghina


tau!”

“Aku tidak berniat menghina, kau saja yang


berpikiran aku sedang menghina padahal tidak sama
sekali!”

Zagan hanya bisa tertawa mendengar mereka berdua


berdebat.

Ranting patah, wanita itu terjatuh.

“Ada seseorang!” Seru Zagan. “Dia baru saja


terjatuh!”

Wanita itu ditolong oleh mereka, dan membiarkannya


masuk ke rumah.

“Bolehkah aku ikut... bersama kalian?” Kata wanita


itu, dengan malu-malu.

“Silahkan!” Kata Demi, memberikan tempat untuk


dia duduk.

Meski begitu, Demi tetap menjaga jarak duduknya


dengan wanita yang ia tidak kenal sama sekali.

“Kau sudah berapa lama bertengger di pohon?


Lagipula, ini hujan deras, lo. Kalau kau sakit, siapa yang
mau mengurusmu?” Ketus Vlad. “Ceroboh sekali.”

139
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Maaf, Tuan Vlad. Aku kesini juga ingin


menyampaikan sesuatu kepadamu.”

“Katakan.”

“Ayahmu sedang mencarimu, kau memang ingin


pergi ke mana?”

“Oi, oi. Dia siapa, Vlad?” Tanya Demi

“Aku juga belum kenal dia, Demi.” Vlad beralih ke


Demi. “Lagipula, dia itu wanita yang ayah selamatkan.
Padahal, dia adalah Gagak Pemburu.” Lalu, Vlad beralih
ke wanita itu. “Ada banyak hal yang tidak bisa aku
jelaskan. Makanya, aku berada di sini.”

“Begitu, ya. Kalau begitu, setelah hujan reda, aku


akan bilang kepada ayahmu bahwa kau baik-baik saja.”

“Begitu saja sudah cukup.”

“Maaf, aku belum memperkenalkan diri.” Ia


menunjukkan lencananya. “Namaku Szelen Mortzevik,
dari Moldavia.”

Demi mengambil lencana itu dari saku Vlad, lalu ia


menunjukkannya. “Ailphestios Dyrvanc Berlidum.”

“Oi! Kau ambil dari mana lencana itu?! Lagipula,


memakai nama orang tanpa izin itu tidak boleh, lo!” Ketus
Vlad.

140
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Itu lencana pemberian juga, berbagi saja tidak


boleh.”

“Itu lencana milikku, jadi identitas itu milikku juga!”

“Kau bisa-bisanya ya, #@$%@#!!”

“Kau berani-beraninya berkata seperti itu, #@$%@#!!”

Larut malam....

“Kau bisa tidur di kamar ibu yang berada di sana.


Jaga kamar itu dengan baik.”

“Terima kasih, Tuan Demi. Tuan Vlad memang tidak


salah pilih teman.” Kata Szelen. “Kebaikan anda pasti
dibalas oleh Tuhan.”

“Aku harap itu lebih baik.”

Tak lupa, untuk berjaga-jaga, Demi membawa pedang


kesayangannya.

Vlad hendak tidur di malam itu, tetapi...

“Tidurlah dengan nyenyak, Vlad...”

Pembunuh itu dengan segera hendak menebas Vlad


dan melompat memasuki jendela.

Vlad dengan refleks yang kuat bisa menghindarinya.

Padahal ia hendak tidur, ia benar-benar mengantuk.

“Kurang ajar!”

141
Vlad, The Son of Dragon Knight

ZRAATTSS!!!!

Pembunuh itu tertusuk oleh pedang Demi. Demi


takkan melepaskannya, ia menusuk lebih dalam, lalu
membelahnya. Tubuh yang terbelah itu ambruk, lantai
kayu tertumpahkan oleh darah, Demi memainkan
pedangnya dengan anggun, memasukkan pedang itu ke
dalam sarungnya. Demi melompat melewati jendela.
Namun, refleks Vlad memegang Demi dan melemparnya
ke dinding.

“Aduh... mengganggu saja..” Gerutu Vlad, mengigau.

Ia benar-benar tidak boleh memberitahu Vlad, karena


itu adalah tugasnya untuk melindungi teman.

Akhirnya ia keluar melewati pintu depan rumahnya.

“Serahkan hidupmu, ksatria!”

Gagak pemburu dengan tombak salib pemburunya


terlihat ganas, menerjang menyerang musuhnya. Refleks
Demi masih sempat membuatnya menghindari serangan
kejutan itu.

Szelen menebas para gagak pemburu, membantu


Demi.

“Aku takkan membiarkan.... teman tuan Vlad mati di


tangan orang kotor seperti mereka!”

142
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Szelen! Aku kira kau hendak tidur malam ini!”

Szelen memegang pedangnya dengan erat.

“Tapi....” Ujar Demi. “Aku tak keberatan jika seorang


wanita membantuku dalam pertarungan yang tidak
seimbang ini. Aku benar-benar sangat terbantu.”

Demi maju menyerang mereka, menebas batang-


batang tombak mereka, lalu menerjang dan memenggal
kepala mereka. Szelen juga menirukan teknik Demi,
terlihat mudah baginya untuk mempelajari teknik
bertarung seperti itu. Ia juga menirukan kuda-kuda
bertarung yang Demi lakukan.

Teriakan orang-orang yang terluka karena tebasan itu


terdengar keras, hingga mengganggu Vlad.

“Berisik!” Teriak Vlad, geram. “Aku ingin tidur


tenang, namun tidak bisa. Apa-apaan coba?!”

Vlad melihat ujung tombak itu tepat berada di depan


matanya, ia masih bisa menahan tombak itu,
memegangnya dengan erat. Vlad langsung maju,
melompat keluar jendela dan meninjunya tanpa pikir
panjang. Ia dan orang itu jatuh dari atas di Rumah Demi.

Zagan juga terganggu.

143
Vlad, The Son of Dragon Knight

Tombak salib itu terlepas dari genggaman orang itu,


maupun Vlad. Vlad bangkit dari jatuhnya, dengan segera
mengambil tombak itu dan menusuk kepalanya hingga
menghancurkan apa yang di dalamnya.

“Demi, harusnya kau bangunkan aku! Aku bisa


langsung bangun dan melawan mereka! Kau tak perlu
kerepotan seperti ini!” Gerutu Vlad. “Teman harus
melindungi teman yang lain, bukan?”

Ia diserang oleh pemburu lain, orang itu tak ada


kapoknya setelah kawanannya terbantai. Vlad dengan
refleksnya, menusukkan tombak itu ke kepalanya.

“Tetapi...” Vlad masih sempat berbicara. “Jika salah


satunya tidak bisa bertahan dan dipertahankan, pasti ada
rasa kehilangan! Dan aku tak mau lagi.... akan kehilangan
itu!”

“Vlad....”

“Tuan Vlad....”

“Aku... adalah....” Ia memegang tombak dengan


kedua tangannya, dengan erat. “Calon Murid dari
‘Ailphestios Dyrvanc Berlidum’! Orang yang ingin menjadi
lebih baik!”

144
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad mengangkat tombaknya, menusukkannya lebih


dalam kepada orang itu. Mata orang itu membelalak, ia
merasakan sakit yang teramat sangat.

Vlad mencabutnya dengan paksa.

“Aku... tak bisa menggunakan tombak ini. Tapi,”


Vlad mematahkan tombak itu dan mengubahnya menjadi
sangat pendek. “Aku.... bisa kalau menggunakannya
seperti ini!”

Vlad berlari ke arah Demi, dengan refleksnya yang


kuat, ia melihat musuh itu akan menyerang Demi. Ia
mendorong Demi dan membiarkannya tertusuk oleh
tombak musuh.

Vlad masih menahannya, menahan rasa sakit itu.

“Serang!” Teriaknya, sampai mulutnya


menyemburkan sedikit darah.

Szelen dan Demi menyerang secara bersamaan


menebas musuh-musuh yang lain. Sedangkan musuh yang
menusuknya dengan tombak...

Vlad melemparkan tombak yang ia patahkan itu ke


kepalanya.

Vlad lemas, ia mencabut tombak itu dari badannya.


Dia pun akhirnya tumbang.

145
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku sudah terbuang.... sejak lama.... Terima kasih,


tuhan.... Penderitaanku.... akan berakhir.....”

“VLAAAD!!!”

Vlad pingsan karena ia tak kuat dengan rasa sakit itu,


pendarahannya juga lumayan parah.

“Cepat, tolong dia!” Kata Szelen, panik. “Kalau


begini, Tuan Vlad akan mati!”

“Sabar!” Teriak Demi.

Ia melakukan operasi mendadak untuk merawat


tubuh Vlad yang terluka parah. Ia mencari buku
kedokteran tentang operasi sebagai panduan. Demi juga
berusaha menenangkan diri, Szelen hanya bisa berdoa,
begitu pula Zagan yang melihat kejadian itu.

“Kenapa... bisa begini? Orang ini... kenapa harus


terluka? Harusnya, jika aku yang disana, Vlad takkan
terbunuh.” Zagan meringkuk, menangis di balik tembok
ruang laboratorium itu. “Vlad, jangan mati!”

“Dia masih bernafas!” Kata Demi, dengan sedikit


senyuman. “Agar operasi ini berjalan lancar, kalian tidak
boleh mengganggu, untuk sementara!”

“Aku perlu melihatnya! Aku...”

146
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku berjanji...” Ia memegang pundak Szelen. “Akan


mengajarimu nanti.... tentang apa yang kulakukan
sekarang.”

Szelen meninggalkan ruangan itu.

“Vlad....” Zagan menangis, ia tak kuat menahan air


matanya.

“Ayo, kita kembali ke kamar.” Ujar Szelen. “Mari kita


berdoa untuk keselamatan tuan Vlad, sebagai temannya.”

“Ya.”

Zagan berdiri dan kembali ke kamar, sambil


ditenangkan oleh Szelen.

“Szelen, aku kira kau orang jahat. Soalnya, kau tadi


menguntit.” Zagan masih bisa berkata seperti itu, walau
masih menangis. “Tapi, kau orang baik.”

“Aku teman kalian, dan juga bawahan tuan Vlad.


Wajar jika, aku penasaran dengan keadaan tuan Vlad.”

“Ya.”

Szelen terlihat memiliki aura seorang kakak jika


berhadapan dengan Zagan.

147
Vlad, The Son of Dragon Knight

Demi melakukan operasi terhadap tubuh Vlad, ia


mengikuti petunjuk yang ada di Kanun-i-Tib47. Peralatan
di laboratorium sudah memenuhi persyaratan operasi.
Hanya saja, yang dibutuhkan hanyalah mental dan fokus.
Demi, sebagai dokter, harus punya pendirian yang stabil.
Meski ia sangat muda untuk melakukan operasi kepada
anak sepantarannya, dan operasi ini ada kemungkinan
besar untuk gagal dan bisa mengakibatkan kematian.
Namun, jika ada daya dan upaya yang kehendaknya dari
Tuhan yang Maha Kuasa, do’a dan usaha yang terkumpul
pada harapan orang-orang terdekatnya takkan sia-sia.

“Bertahanlah.... Vlad!”

Tiga jam kemudian....

Adzan subuh berkumandang dari kejauhan,


terdengar hingga ke ruang laboratorium yang berada di
rubanah. Operasi berhasil, Vlad masih dalam keadaan
stabil. Ia masih bernafas dan lukanya teratasi. Ia hanya
pingsan untuk sementara.

Ia segera mandi dan berdandan.

Demi berangkat ke masjid, untuk sholat subuh


berjamaah. Ia langsung memacu kudanya dengan cepat.

47 Al-Qanun fi At-Tibb karya Ibn Sina.

148
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku.... *ugh..... dimana?”

Vlad melihat papan di sebelah kanannya, tertulis:

‘Jangan bangunkan dirimu, kau hanya butuh tidur


dan istirahat.’

“Sialan kau, Demi!” Gerutu Vlad, tapi ia tersenyum.


“Tapi, terima kasih!”

Ia harus beristirahat, luka tusuknya cukup parah.

“Aku sok kuat, ya? Padahal, aku masih belum bisa


bertarung sepertimu.”

Ia melihat Demi berlatih saat pertama kali ia tinggal


di rumahnya. Demi memiliki teknik bertarung yang buas,
ia terlihat seperti menari. Namun, dengan tariannya itu, ia
bisa menghempaskan enam boneka kayu sekaligus dalam
satu tebasan. Itu memang bukan teknik bertarung biasa,
bahkan anak sepantarannya menguasai hal itu saja sudah
sangat hebat.

Vlad terpukau.

“Padahal, anak sepantaranku harusnya belum bisa


bertarung. Aku bertarung hanya mengandalkan
keberuntunganku dan tidak bisa memakai teknik seperti
itu. Aku tak mau mengandalkan hal seperti itu, maka dari

149
Vlad, The Son of Dragon Knight

itu aku harus berlatih seperti dia. Tapi....” Air mata pun
mulai berlinang di maka Vlad. “Aku bodoh.”

Vlad menangis menyadari kebodohannya.

Paginya....

Pagi yang cerah, matahari terbit dari ufuk timur.


Pepohonan menari bersama angin yang menghembuskan
udara sejuk. Burung-burung berkicau, bertengger di
pepohonan taman. Orang-orang miskin biasa berkumpul
disitu, mereka berbagi cerita sambil memakan buah-
buahan dari tanam-tanaman dan pepohonan. Nama taman
itu ialah Taman Demi, sedari awal Demi sengaja
ditinggalkan rumah dan tanah yang luas oleh orang
tuanya untuk belajar menjadi pribadi yang mandiri.
Namun, dia malah membuat taman di sekitar rumahnya,
menampung orang-orang miskin, dan mengumpulkan
teman.

Vlad tidak bisa berkumpul lagi dengan orang miskin


di hari itu karena ia sedang terluka parah. Sebagai
gantinya, Zagan berkumpul dengan orang-orang miskin,
lalu mengajak mereka berbicara.

Itu karena memang sudah menjadi peraturan di


Rumah Demi yang dibuat mendadak semenjak kedatangan
Vlad.

150
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Nah, kau harus berkumpul dengan orang-orang


miskin disana, setiap pagi!”

“Kenapa harus seperti itu? Mereka kot....”

“Kau lupa, ‘sedari awal, hidupku memang terbuang’,


kan?”

“Baiklah, baiklah!” Gerutu Vlad, kesal. Ia benar-benar


gengsi. “Aku akan melakukannya!”

Vlad sedih tidak bisa berkumpul dengan orang-orang


miskin di taman itu, berbagi cerita tentang apa yang
dialaminya selama ia belajar di akademi.

“Aku juga tidak bisa berangkat ke akademi.” Gerutu


Vlad. “Aku juga ingin berbicara kepada mereka, di taman
itu.”

“Kau masih belum waktunya untuk ke taman, Tuan


Vlad.” Kata Szelen, cemas. “Kau masih belum sembuh.”

“Baiklah, ini juga demi Demi yang merawatku


semalaman penuh.” Ia menggerakkan jari-jarinya sembari
menatap langit-langit laboratorium. “Maafkan aku, Demi.
Aku tidak berbicara dengan mereka untuk hari ini.”

Sedangkan Demi.....

Dia benar-benar kelelahan.....

151
Vlad, The Son of Dragon Knight

Otak yang digunakan untuk operasi dalam semalam


menghabiskan tenaganya, jantungnya terus terpacu di
malam itu dan ia benar-benar terjaga sehingga kantuk pun
takut menghadapinya sampai ia benar-benar lelah. Operasi
itu juga memacu mentalnya, itu pertama kalinya ia
melakukan operasi. Peluang yang mengakibatkan
kematian untuk Vlad sangatlah besar, ia harus benar-benar
fokus dan berhati-hati untuk operasi seperti itu. Apalagi,
Vlad itu anak sepantarannya, belum menginjak dewasa.

Zagan mencoba membangunkan Demi untuk


berangkat ke akademi untuk belajar, sayangnya ia ditahan
oleh Szelen untuk tidak membangunkannya.

Zagan lebih memilih membaca buku yang ada di


laboratorium yang berada di dalam rubanah, sembari
menemani Vlad.

“Kau takut berangkat sendiri, Zagan? Aku sih wajar


saja.”

“Lagipula, di akademi sendirian sama sekali tidak


menyenangkan.” Kata Zagan.

“Eh.... kau sangat kesepian, ya.”

“Aku juga tidak punya teman, jika aku berteman


sama orang-orang Balkan yang ada di kelas, sama saja
kami berkumpul untuk dibantai.”

152
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku juga berpikir begitu, Zagan.”

Zagan membaca buku sambil memandangi Vlad yang


masih saja tersenyum. Ia akhirnya ikut tersenyum juga.

Szelen pun ikut.

Lalu, mereka tertawa bersama.

. .

Dari kejauhan, di dalam bayang-bayang hutan,


terlihat kota Edirne yang berbenteng. Menara-menaranya
yang terang karena cahaya obor terlihat bersinar layaknya
bintang-bintang di angkasa malam. Kedua orang itu,

“Pelayan Kematian.... Szelen Mortzevik. Ia mengikuti


jalan yang ditempuh Marremale – tidak.... Mariemois. Aku
yakin orang-orang yang dibebaskan oleh Ailphestios
Dyrvanc Berlidum pasti masih ada.” Kata lelaki itu.

“Marremale, digadiskan para ksatria suci dan


bertingkah seperti laki-laki. Szelen, yang kegadisannya
masih belum lepas darinya karena ayahnya
melindunginya, Diro Mortzevik. Sayang, ketika Diro
Mortzevik meninggal, ia mengambil tugas sebagai
pengamat di Edirne dengan bertujuan kabur dari
Organisasi Gagak Pemburu.” Kata wanita itu, lalu ia
mengambil daftar di sakunya. “Orang-orang seperti itu,
Lina, Serevia, Aila, Serenata, Kamos dan Genios kembar,

153
Vlad, The Son of Dragon Knight

Zeminda, Karshapova, orang-orang seperti itu sudah mati


di tangan kita.”

“Daftar itu.... mungkinkah Ailphestios juga


bertindak?”

“Tidak, tetapi ‘Tinta Merah’ yang bertindak.”

“Komplotan mana ‘Tinta Merah’ itu? Turki? Untuk


apa mereka melindungi wanita seperti itu? Padahal itu
gadis-gadis intelijen untuk Romawi Suci.”

“Entah. Aku dengar juga, ‘Tinta Merah’ tidak


merekrut wanita dan anak-anak – sama halnya dengan
mereka merekrut tentara.”

“Mereka anggap sebuah intelijen itu sebagai ksatria,


ya?”

“Ksatria hitam.... atau.... ‘Ksatria Kegelapan’, lebih


tepatnya.”

“Ailphestios juga bukan bagian dari Turki, ia bukan


prajurit atau siapapun. Ia hanya berkedok sebagai seorang
pengelana di Turki, pengkhianat seperti dia memang tidak
pantas dan tidak akan menjadi prajurit.”

“Kalau dia menjadi prajurit, apalagi mengingat


pemimpinnya adalah Murad, dia bukan binatang buas
melainkan ‘Iblis Pembantai dari Neraka’. Aku sangat

154
Vlad, The Son of Dragon Knight

yakin, binatang sepertinya hanya akan dibuat haus darah


dan dijadikan iblis.... oleh orang itu.”

“Jika kita melihatnya berafiliasi dengan Murad itu....


kita benar-benar harus bergerak cepat!”

“Penggal saja aku untuk hari ini, aku memang tak


tahu apa-apa soal Ailphestios Dyrvanc Berlidum.” Orang
Turki yang mereka tawan akhirnya angkat bicara di tengah
pembicaraan mereka. “Jika itu maumu.”

“Kau... setelah apa yang terjadi kepada keluargamu


semalam dan kami hanya memuaskan diri pada badan-
badan kalian, kau masih bisa bilang begitu?”

“Biarkan aku bertanya sesuatu kepada kalian.... apa


salah kami kepada kalian? Kami hanya rakyat biasa dan
tidak memiliki kemampuan apapun untuk bertarung
dibandingkan dengan kalian.”

“Kau mainan yang menarik.” Kata wanita itu,


menunjukkan mata birunya. “Lihat apa yang bisa kami
lakukan.”

Ia memejamkan matanya untuk tidak memandang


mata wanita itu.

“Kiriman kilat... sudah sampai, bodoh!”

BOOOMM!!!

155
Vlad, The Son of Dragon Knight

Pohon-pohon tumbang akibat ledakan itu. Hutan


semakin gaduh, serigala-serigala itu melolong dan bersiap
untuk maju ke lokasi ledakan tersebut.

Mereka semua mendarat dengan selamat. Akan


tetapi...

“Ailphestios!” Seru pria itu.

Ia menebas pria itu tepat di depan mata wanita itu.


Kepala sudah terpisah dengan badannya, begitu pula jiwa
yang berpisah dengan raganya. Wanita itu tidak terima, ia
langsung melemparkan pisau kepadanya dengan murka.
Tetapi, ia berhasil menghindari pisau dari wanita itu.

“Aku tidak akan memaafkanmu! Setelah apa yang


kau lakukan kepada Ezetta – ayah kita sendiri!” Seru
wanita itu.

“Kau memanggil pecundang itu seorang ayah?


Setelah apa yang mereka lakukan kepadaku delapan tahun
lalu?” Ia menerangi bekas luka di tangannya, lalu
menunjukkannya kepada wanita itu. “Ini apa? Tak hanya
di tangan, juga di dada, di punggung. Aku bahkan hampir
dikebiri karena dituduh melakukan perbuatan hewan
kepada istrinya, padahal wanita licik itu sengaja
mencelakaiku.”

156
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Pengkhianatanmu berdampak dua kali lipat dari apa


yang dilakukan ayah kepadamu!” Mata biru itu
memandangnya dengan tajam. “Kau orang yang tak tahu
terima kasih!”

“Aku tak perlu terima kasih... atau minta maaf


kepadanya.... dan takkan ada alasan lagi untukku kembali
kepada orang itu.” Mata Ayzan yang merah terang
menyala memandang tajam, meski menitikkan air mata.
“Berkedok sebagai orang Turki, namun memperbudak
klan pengelana dari sukunya sendiri. Ia menjanjikan
sesuatu dengan kesejahteraan yang diberikan Romawi Suci
dan pada akhirnya.... kebodohan itu malah terlihat jelas
pada diri kami! Diperbudak, disiksa, dirampas, setiap hari
kami hanya mengiba dan berharap namun sia-sia!”

Wanita itu terdiam.

“Kenapa? Ya, mentang-mentang kau seorang


bangsawan, kau tidak perlu mengetahui keberadaan kami
dan bagaimana kami hidup bersama dengan mereka.
Dieksploitasi, dipaksa, setiap harinya, diberi makanan
yang busuk, SEKARAT!! KAU SETELAH BILANG
SEMUA ITU ADALAH KASIH SAYANG, LALU
ADANYA SURGA DAN NERAKA ITU APA?! APAKAH
SURGA ITU HANYA BAGI KALIAN DAN NERAKA
HANYA BAGI KAMI?!” Teriak Ayzan. “JAWAB!!”

157
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku tidak perlu menjelaskan atau dijelaskan apapun


lagi, anjing yang lupa diri! Pada akhirnya, keadilan harus
tegak di tangan yang benar, Tuhan akan menyandarkan
‘salib’ kepada orang-orang yang berdosa!”

“Tuhan Maha Adil, ia memberikan cobaan kepada


manusia dengan manusia yang lain. Tak ada istilah
manusia harus dihukum dengan salib karena ia berdosa....
pada akhirnya, kita sama-sama berdosa, harus sadar akan
dosa-dosa kita.”

Wanita itu bertarung, maju menerjang menebas


lawannya. Ayzan hanya menghindar dengan menghemat
tenaganya, ia menghindari lawannya dengan mudah.
Ketika pedang wanita itu tersangkut di sebuah pohon,
dengan mudahnya ia menedang wanita itu hingga
terhempas ke pohon lainnya, menjauh dari pedang yang
dipegangnya.

“Setidaknya, ada yang bisa aku lakukan.” Ukiran


sayap elang bergerak di matanya, bergerak secara visual, ia
mencabut pedang yang tersangkut dari pohon itu. “Aku
akan membuatmu tidak merasakan rasa sakit, dan melepas
penderitaanmu dengan segera.”

Ia tertusuk di jantungnya tanpa merasa sakit,


matanya tidak membelalak karena kejut, menembus
hingga ke dalam pohon itu. Mata biru terang akhirnya

158
Vlad, The Son of Dragon Knight

redup dan kembali normal, lalu terpejam dengan


sendirinya.

“Ilusi surgawi, Hosam.” Kata orang itu, yang


menyamar menjadi petani di luar benteng, yang sempat
ditawan oleh mereka berdua yang terbantai di tangan
Ayzan. “Aku kira kau hanya membual soal ilusi itu.”

“Sesama pengguna ilusi, kau tidak tahu akan hal itu?”

“Kau berkata seolah-olah kau berhak mengangkat


jiwa seseorang dari raganya.”

“Itu ilusi, bedakan dengan kenyataan. Aku bukan


malaikat, Bars.”

“Ya, aku juga menggunakan ilusi terhadap orang-


orang itu dan menjadikannya keluarga boneka, dan
mereka diperlakukan begitu oleh kawanan mereka sendiri.
Cukup menyedihkan, para binatang itu.”

“Kita hanya punya diri kita sendiri, bahkan Sultan


tidak boleh terlibat hal ini. Ia harus benar-benar
mempersiapkan para Sehzade, kali ini.”

“Apa langkah kita selanjutnya, Hosam?”

“Bantai sang ‘Ayah’ dan anak-anaknya.” Kata Hosam,


dengan senyuman dendamnya “Kita bangkitkan klan
Bahri sekali lagi, untuk berenang bebas.”

159
Vlad, The Son of Dragon Knight

Perang yang tak terlihat oleh permukaan rakyat biasa


akan terjadi.

Malam itu akan menjadi malam penentuan hidup


bagi sang ‘Ayah’ yang bernama Ezetta. Dendam yang
terpendam akhirnya terluapkan oleh Hosam Bahri. Dia
mengedepankan dendam daripada kode etik Ghazi, karena
ada hak yang harus ia penuhi.

“Kau sudah menyimpan ini sejak lama, ya?”

“Manusia apa yang bisa menyimpan penderitaan


sehebat ini, selain nabi, sahabat, para tabi’in, dan orang-
orang bertakwa?” Hosam menggenggam tangannya
dengan erat. “Aku manusia yang penuh dosa, tanganku
harus kotor untuk memperjuangkan hak ini, di sisi lain
aku juga masih mementingkan keluarga.”

“Kau melupakan aga....”

“Kau bisa bilang begitu.” Sela Hosam. “Tetapi,


sebuah agama di dalam diri takkan bergerak jika tanpa
sebuah ikatan ataupun keluarga.” Mata merah itu kembali
seperti mata semula, sambil memandang temannya
dengan senyuman. “Ingat itu.”

“Aku tak salah memanggilmu seorang guru.”

160
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Sejak lama, dari lubuk hatiku yang terdalam.... aku


tidak pantas disebut seorang guru, karena tanganku yang
kotor.”

“Ada benarnya, tapi ada salahnya.”

“Tak ada benar salahnya.”

“Mungkin.”

“Memang.”

Ailphestios Dyrvanc Berlidum, menjadi serigala. Ia


yang berjuluk ‘Anjing Neraka Romawi Suci’ akan
mendapat julukan lain setelah ia membantai sang ‘Ayah’
dan anak-anaknya. Pembantaian keji akan berlangsung,
bukan karena apapun selain dendam yang membara.
Angkasa malam menjadi saksi perjalanannya, selain hutan
dan daratan yang ia pijak.

Darah akan bertumpah dari kedua belah pihak, dan


itu takkan bisa dihindari.

Entah, setelah dendamnya terbalaskan, apakah


amarahnya masih tetap membara.

. .

161
Vlad, The Son of Dragon Knight

VII
Fear
‘Ketakutan selalu seiring dengan keberanian walaupun berbeda’
-Maximus-

“Vlad.” Kata Demi, memberikan air lemon. “Kau sudah


baikan?”

“Lumayan, aku bisa beraktifitas kembali besok, sepertinya.”


Kata Vlad, menerima gelas itu. “Aku takkan baik-baik saja
tanpamu. Mungkin, jika kau tak melakukan operasi itu, aku sudah
mati.”

“Tuhan yang memberimu kesempatan hidup, operasiku dan


doa-doa itu hanya perantara.”

“Tuan Vlad.” Kata Szelen, ia tiba-tiba mengingat tugasnya.


“Apakah kau ingin kembali ke kantor?”

“Untuk saat ini, tidak.” Balas Vlad, dengan senyuman tulus.


“Aku mungkin akan menganggap rumah ini sebagai rumah
sendiri.”

“Baiklah kalau begitu, aku akan laporkan bahwa tuan baik-


baik saja.”

“Vlad.” Kata Demi. “Apa kau yakin?”

“Aku sangat yakin.”

162
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Terima kasih.” Demi memeluknya. “Kau adalah bagian dari


keluarga kami sekarang. Kau ingin pergi dan kembali dalam
keadaan apapun, kami bersedia mengantar dan menyambutmu
dengan hangat.”

“Ya.” Balas Vlad, memeluknya. “Aku takkan melupakanmu,


karena kau keluarga keduaku.”

“Kau berjanji, ya? Kita akan menjadi teman dan keluarga.”

“Aku berjanji.”

Senyuman itu merekah di wajah mereka, Vlad memiliki


keluarga baru, Dezertamma. Meski Dezertamma awalnya
dipandang buruk karena perlakuan Orza terhadap ayahnya,
namun ia melihat sisi baik karena Demi memperlakukannya
seperti saudara sendiri, meski ia bukan muslim.

“Mungkin, aku akan kembali kesini untuk berlatih


denganmu, Tuan Dezertamma.” Kata Szelen, sambil bersikap
hormat. “Memang merepotkan, tapi mohon bantuannya.”

“Santai saja, Szelen.” Kata Demi, sampai mengangkat


tangannnya ke dada. “Rumah dan taman ini terbuka bagi siapa
saja yang membutuhkan, tidak memandang muslim ataupun non-
muslim.”

Szelen dan Demi mengobrol bersama, di saat yang lain sudah


tertidur di larut malam itu.

163
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Anda menunjukkan kesetaraan, kah?” Tanya Szelen.

“Keadilan.” Jawab Demi. “Seperti motto keluargaku ‘pedang


untuk semua orang’, memang keadilan untuk semua orang. Baik
orang itu kuat atau lemah, pria atau wanita, laki atau perempuan,
harus diperlakukan adil, bukan setara.”

“Begitu, ya?”

“Hei, pernahkah kau berpikir bahwa semua orang itu


berbeda?“

“Ya, tidak semua orang sama. Aku, Tuan Vlad, Tuan Vlad
anaknya, ataupun Tuan Radu.... bahkan kau, Tuan Dezertamma,
yang sebagai muslim.”

“Kau sekarang menganut aliran apa?”

“Ortodoks.”

“Bukankah kau dulunya....”

“Ya, dulunya. Tapi, aku memutuskan untuk mengikuti


Ortodoks untuk saat ini.”

“Begitu, ya?”

“Ayahku dibunuh oleh pengkhianat yang ternyata dari


kalangan sendiri.”

“Kau sama dengan Vlad.”

164
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Begitulah, tapi aku disini ingin membalas dendam... atas apa


yang mereka lakukan!”

“Kau ingin membalas dendam kepada orang-orang itu? Kau


harus melakukan perang. Pertanyaannya hanya tiga: Kau punya
apa untuk perang? Siapa yang akan menjadi sekutumu? Kau
sedang siap atau tidak?”

Ia teringat oleh kata-kata Vlad saat wanita itu bekerja menjadi


budaknya.

“Ingat, Szelen.” Kata Vlad, dengan nada tegas pada waktu


itu. “Aku kemari tidak untuk membalas dendammu ataupun
dendamku, aku kesini hanya ingin menempuh hidup baru. Entah
berperang atau tidaknya dengan mereka.... itu urusan takdir.”

“Aku akan ingat pertanyaan-pertanyaan itu, pasti akan


berguna... suatu hari nanti.”

“Ya, adakalanya kita berpikir jernih untuk itu terlebih


dahulu.”

Keesokan harinya, Szelen meninggalkan pesan.

“Aku akan datang kesini pada malam hari.”

“Baiklah, Szelen. Itu terserah padamu.” Kata Demi.


“Mungkin aku akan membuat sup terlebih dahulu.”

Vlad menjalani kehidupan di Akademi dengan baik. Ia


mengikuti pelajarannya tanpa harus membolos satu kelas pun. Ia

165
Vlad, The Son of Dragon Knight

menunjukkan kegigihannya dengan belajar. Orang-orang Turki


mulai tidak suka dengannya, terutama orang-orang yang berada
di program reguler. Pertamanya, mereka hanya menghina, dan
Vlad tidak menggubris itu. Pada akhirnya, Vlad diajak berkelahi
dan dikeroyok lagi. Namun, ia puas...

Ia melawan semua orang Turki itu tanpa tumbang.

“Maju semua, anjing-anjing liar! Menggonggonglah sekeras


mungkin!” Kata Vlad, melakukan provokasi. “Kalian hanya bisa
main keroyokan, mana sisi pejuang kalian?!”

“Adil tidak ada bagimu, orang Balkan!”

“Anjing Balkan sialan!”

“Persetan dengan kau dan keluargamu!”

Demi pun melihat kejadian ini, ia mengajari Vlad teknik


bertarung, namun ia gunakan untuk memukul bangsanya sendiri.
Tapi, ia tak menyesal, karena Vlad sudah jadi bagian dari
keluarganya. Pendiriannya berbeda dengan muslim maupun non-
muslim lain, ia cukup kuat dan berbakat.

“Integritas di dalam dirinya tidak akan sirna jika masih


dipegang dengan orang yang tepat.” Kata Orza, kakaknya.

“Kakak!” Seru Demi, yang terkejut akan kakaknya yang tiba-


tiba berada di sampingnya. “Kau sedang apa?”

166
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Observasi.” Katanya, dengan senyum. “Aku tertarik dengan


anak-anak itu.”

“Anak-anak Turki? Kau tidak...”

“Orang-orang Balkan.” Selanya, sambil menepuk bahu


adiknya. “Kedua orang bodoh itu rela bertarung dengan orang-
orang Turki untuk melawan diskriminasi, tidak seperti lulusan-
lulusan sebelumnya.”

“Karena lulusan-lulusan sebelumnya banyak yang


berkhianat.”

“Ya. Karena itu, konflik ini berlangsung lebih lama. Tapi, ini
juga itikad baik kita.”

“Kakak yang memperlakukan mereka seperti itu... selama


kakak belajar disini?”

“Ya, benar sekali.”

“Aku lebih baik membantu mereka berdua saat mereka


terluka, baik kalah atau menang.”

“Dari kedua orang itu, kau memilih siapa?”

“Orang itu.” Kata Demi, menunjuknya dan memandang


dengan yakin. “Dia adalah keluarga non-muslim pertamaku.”

“Rupanya, kau sangat berbeda denganku, adik.”

“Kau akan bilang ke ayah setelah itu? Aku takkan peduli.”

167
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku takkan bilang ke ayah.”

Orza meninggalkan Demi, lalu melambaikan tangan sebagai


isyarat ‘sampai jumpa lagi’.

“Aku sudah kuat sekarang, Demi!” Seru Vlad. “Meski,


mereka masih keroyokan.”

“Kalau mereka, jelas keroyokan!” Ketus Demi. “Kau masih


kuat bertarung untuk besok?”

“Aku akan jadikan mereka boneka kayu!”

“Semangat yang bagus!”

“Tapi, anak ini malah ikut-ikutan, akhirnya dia babak belur


juga!” Gerutu Vlad, sambil memandang sinis kepada Zagan.
Tetapi, ia malah tersenyum. “Tapi, terima kasih, lo. Kau sudah
melindungiku.” Vlad mengelus-elus kepala Zagan.

“Aku tidak ingin kau mati seperti malam kemarin.”

“Mereka mana mau bawa senjata? Lagian, jika mereka


membawa senjata, pastilah senjata kayu. Latihanku, setiap pagi,
Demi memberikanku latihan fisik yang berat. Aku dipukul keras,
sangat keras, sampai perutku sakit! Lagipula, tinju mereka seperti
itu tidak ada rasanya!”

“Baru seminggu latihan, kamu sudah sombong! Dasar, anjing


yang tidak tahu teri....”

“Terima kasih~!” Sela Vlad. “Saudara baru.”

168
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Nada bicara apa itu? Menjijikkan!”

Malam itu menjadi malam yang baik bagi mereka. Vlad,


Zagan, dan Demi berbincang hangat bersama. Bermain dan
bercanda, membaca buku, terkadang berlatih hingga larut malam.

“Szelen katanya ingin datang malam ini, kenapa ia tidak


datang?” Tanya Demi, heran.

. .

“Vlad baik-baik saja, sekarang ia berada di Taman Demi.”


Kata Szelen, sambil hormat.

“Tak perlu hormat seperti itu, aku dan kau sama.” Tegas
Vlad. “Lagipula, kau jadi bagian dari kami, Szelen. Jika aku
lepaskan kau dan kau kembali ke tempat asalmu, kau mungkin
sudah dilahap oleh ksatria-ksatria salibis itu. Diro sudah mati sejak
lama dan kau takkan mendapat perlindungan lagi.”

“Baik, Tuan Vlad.”

“Biarkan saja dia, Radu memang menyuruhnya untuk


mencari teman. Benar kan, Radu?”

Radu mengangguk, ia peduli pada kakaknya yang suka


menyendiri. Tidak mudah bergaul dan berbaur dengan orang lain.

“Baguslah, dia sudah bisa mencari teman.”

“Aku mohon izin agar tinggal bersama Vlad di Taman Demi.”

169
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad terdiam sejenak, setelah ia memikirkannya dengan


waktu yang tidak lama, ia memutuskannya.

“Baiklah, Szelen. Terserah padamu.”

“Terima kasih, Tuan!”

“Apa kau biarkan ‘pelayan kematian’ itu pergi, Vlad?” Kata


seorang pedagang yang bertamu di kantornya.

“Biarkan saja, Baran.” Kata Vlad, sembari menyeruput air


tebu di gelas kayunya. “Aku dan dia kedudukannya sama, bebas
untuk memilih.”

“Apakah dia akan memilih....”

“Entah dia akan memilih dirinya dengan Vlad, Radu, aku


atau orang lain pun, dia pasti sudah tau konsekuensinya karena
dia yang memilih.”

“Kurasa, pandanganku tentang Vlad sang pedagang bijak


memang benar.”

“Aku memang bukan Ksatria Naga jika kau berbicara tentang


itu.” Vlad menaruh gelas kosong itu di mejanya. Ia tersenyum
sambil berkata, “aku sejak awal tertarik untuk berdagang hingga
saat ini.”

Keesokan harinya.

“Szelen baru datang, ya? Latihannya pagi, lo!” Seru Demi.

170
Vlad, The Son of Dragon Knight

Szelen masih tertidur.

“Baiklah, istirahatlah yang tenang, Nona Pelayan.”

“Demi, kau sedang apa?” Tanya Vlad. “Kami sudah


menunggu, lo.”

“Oh, ya. Sebentar, aku ingin cuci muka terlebih dahulu.”

Vlad diam-diam masuk, lalu mengelus kepala Szelen yang


sedang tertidur.

“Seperti beruang.” Kata Vlad, tersenyum.

Ia baru memegang wanita selain ibunya.

“Oi, Vlad, Zagan! Aku menunggu kalian!” Seru Demi, dari


luar rumah.

“Ya, nanti aku kesana dengan Demi!” Ia beralih ke pelayan


yang sedang tidur cantik itu. “Selamat tidur pagi.”

Vlad pergi meninggalkan ruangan.

Mereka berlatih bersama, dengan pedang kayu mereka.


Boneka kayu mereka gunakan sebagai sasaran pedang kayu
mereka, ditebaskannya pedang kayu itu berkali-kali.

Bukan berarti latihan ini tanpa arahan siapapun.

Demi, sebagai instruktur mereka, harus mengarahkan


mereka mana postur yang terbaik untuk melatih bentuk serangan

171
Vlad, The Son of Dragon Knight

mereka. Vlad dan Zagan menirukan Demi untuk melatih teknik-


teknik serangan itu.

“Sebelum kita melakukan latih tanding, kita benar-benar


harus menjalani latihan mandiri, berulang kali. Dengan beberapa
teknik yang sudah aku ajarkan kali ini, alangkah baiknya kita
mengulangnya lagi dan lagi besok. Materi tambahan untuk besok
hanya satu teknik, seterusnya juga begitu sampai kalian
mempelajari semuanya. Aku harap kalian bisa mengerti.”

Keesokannya, mereka berlatih lagi dan lagi.

Vlad dan Zagan mulai merasakan perkembangan yang


signifikan. Mereka sudah mulai bisa untuk bertarung.

Keesokannya, lagi dan lagi.

Satu boneka kayu sudah bisa mereka hancurkan.

Mereka tidak hanya melatih teknik berpedang, melainkan


tendangan dan pukulan.

Hari terus berlanjut.

Mereka sudah bisa menguasai bantingan degan cepat, seiring


mereka juga masih melatih teknik serangan yang diajarkan
sebelumnya.

Esok semakin cerah bagi mereka.

172
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mereka berkembang dengan cepat, bisa menguasai teknik


bertahan aliran tanah. Mengubah aliran dengan cepat, dari tanah
ke air, dari air ke angin, dari angin ke api.

Sampai akhir bulan.

Mereka mulai melakukan latih tanding.

Kelihatannya bukan latih tanding biasa, melainkan duel


sengit.

Zagan memasang kuda-kuda, sedangkan Vlad juga sudah


bersedia.

“Instruktur, bagaimana ketentuan pertandingan ini?” Tanya


Vlad.

“Terserah kalian, ini latih tanding kalian.” Jawab Demi,


sambil menengadahkan tangannya sembari duduk bersandar di
pohon. “Pertarungan kalian, ketentuannya juga dari kalian.”

“Kau mau berpedang atau tangan kosong?” Tanya Zagan


kepada Vlad, menodongkan pedang kayunya.

“Dari ini.” Jawab Vlad, mengangkat pedang kayunya.

“Berarti, ketika pedang lepas dari tangan, masih bisa


bertarung, ya? Baiklah.”

Mereka mulai menempatkan diri mereka sesuai posisi,


melakukan peregangan badan dan ancang-ancang.

173
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mereka mulai memasang kuda-kuda untuk bertarung.

Mereka langsung menerjang, menyerang tanpa ragu. Teknik


menyerang mereka digerakkan dengan cukup liar. Vlad
menggunakan aliran tanah, sedangkan Zagan menggunakan
aliran api. Tanah itu serasa disembur oleh api, namun takkan
meretakkan tanah itu.

Vlad berganti aliran angin, yang biasanya digunakan untuk


menghindar. Sedangkan Zagan menggunakan aliran air,
menyerang dengan arus deras. Angin dan air takkan bisa saling
bersentuhan, melainkan...

Berbaur bersama.

Zagan terkena serangan Vlad setelah Vlad menghindari


semua serangannya. Zagan beralih menggunakan aliran api, Vlad
menggunakan aliran air. Entah mana yang akan bertahan, apakah
air akan mengering dengan api, ataukah api yang padam dengan
air.

Mereka bertarung dengan ganas, saling melawan satu sama


lain, serangan dengan serangan, tanpa tangkisan atau elakan, yang
ada hanyalah serangan dan serangan balik. Zagan tanpa ragu
membakar dan mengeringkan Vlad. Sayangnya, Vlad malah
berhasil mengecilkan api itu.

174
Vlad, The Son of Dragon Knight

Pedang kayu terlepas dari tangannya. Namun, Zagan tidak


terjatuh. Ia masih bisa menggunakan tangan dan kakinya untuk
bertarung.

“Zagan, kau harusnya kalah.” Kata Vlad, dengan


sombongnya karena pedang kayu masih ia genggam.

“Tapi, ketentuannya kalau masih bisa bertarung dengan


tanpa senjata, harusnya juga boleh?”

“Benar juga.”

Zagan langsung menendang tangannya, pedang kayunya


terlepas dari genggamannya, ia terhuyung dan tangannya terluka.

“Boleh juga.”

Vlad langsung menyerangnya tanpa ragu, memukulnya dan


menendangnya. Serangan Vlad cukup kuat untuk bisa diatasi oleh
Zagan. Zagan langsung memukul Vlad.

Dari kejauhan, Radu dan ayahnya mulai datang ke Taman


Demi, sembari mengunjungi Vlad.

“Ayah, kakak baik-baik saja, kan?” Tanya Radu.

“Tenang saja, dia tinggal bersama orang baik.” Kata Vlad,


ayahnya. “Di umurnya yang masih muda, bahkan pada saat aku
muda seperti kakakmu, aku tidak bisa melakukan apa yang dia
lakukan.”

“Apakah kakak lebih baik daripada ayah waktu muda dulu?”

175
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Apa yang kau bicarakan, Radu? Ayah masih muda, lo.”

“Tidak, ayah kelihatan tua.”

“Ya, terlihat. Tapi, aku benar-benar muda.”

“Tua.”

Ia tidak bisa mengelak lagi tentang perkataan Radu.

Vlad memenangkan pertarungan, latih tanding itu berakhir


dengan terjatuhnya Zagan ke tanah.

“Bantingan arum jeram memang terbaik!” Seru Vlad.

Vlad dari kejauhan melihat ayahnya dan Radu, memasuki


pagar Taman Demi.

“Ayah, Radu!” Seru Vlad.

Vlad langsung berlari, karena saking rindunya kepada


ayahnya.

“Ayah, dia berlari.”

Vlad menangkap anaknya yang sekian lama ia tidak bertemu.


Ia memeluknya dengan erat.

“Ayah!”

“Kakak darimana saja?” Radu pun ikut memeluknya.

“Ceritanya panjang.”

176
Vlad, The Son of Dragon Knight

Demi menjamu dengan air tebu, sedangkan Vlad


menyuguhkannya.

“Bahkan, kau sekarang lebih baik, Vlad.” Kata ayahnya,


terlihat bangga karena bisa menjamu tamu dengan baik. “Szelen,
ia dimana?”

“Dia sedang tidur.” Kata Vlad, sambil menaruh gelas dan


teko yang berisi air tebu.

“Begitu, ya. Kau memutuskan untuk tinggal disini?”

“Aku punya teman baru, lagipula dia juga sendirian.”

Ayahnya paham dengan menganggukkan kepalanya.

“Kakak, apakah aku boleh ikut?” Tanya Radu.

“Ini program Devshirme, kau boleh ikut kalau sudah cukup


umur.”

“Ya, Devshirme ternyata menarik, lo.” Radu saking cerianya


sampai ia menjadi korban iklan itu. “Kita bisa menjadi ksatria naga
lagi, seperti ayah dulu... bahkan lebih hebat lagi daripada
sebelumnya!”

“Aku harap mereka juga membuat ksatria naga disini.”

Kedua Vlad tertunduk lesu mendengarnya, karena ksatria


naga sudah tidak ada pada diri mereka.

177
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad menceritakan semua yang terjadi, setelah mereka


berbincang santai.

“Aku mengerti perasaanmu, Vlad.” Kata ayahnya. “Kapan


kau mau kembali?”

“Akhir tahun.”

Vlad dan Radu meninggalkan Taman Demi, melambaikan


tangan sebagai isyarat sampai jumpa, meninggalkan anaknya
yang sudah menetap di taman itu.

“Vlad.”

“Aku harap ksatria naga takkan ada lagi.” Vlad menangis


setelah ia ditinggalkan oleh mereka, ucapan Radu yang tadi
seketika terngiang di benak Vlad. “Aku harap mereka tidak
membuat ksatria naga seperti itu lagi.”

Demi menepuknya, sambil mengantarkannya ke dalam


rumah untuk beristirahat.

Zagan berlatih lebih keras.

“Zagan, waktunya istirahat!” Seru Demi. “Jangan paksakan


dirimu!”

“Ya, sebentar lagi!”

. .

178
Vlad, The Son of Dragon Knight

Malamnya.

Szelen dan Vlad berbincang-bincang di kamar.

“Kau serius tidak ingin kembali dengan Tuan lagi?” Tanya


Szelen. “Sudah hampir 4 bulan meninggalkan kantor seperti ini.”

“Ya, aku sangat mengerti, Szelen.” Kata Vlad. “Tapi, aku


kesini hanya untuk mencari sekutu untuk melindungi keluargaku.
Orang yang sangat bisa kupercaya, bahkan jika dia ingin nyawaku
nanti, aku pasti akan membayarnya.”

“Aku sangat yakin, Tuan Demi tidak akan mau.”

“Dari awal, kehidupanku sudah terbuang.” Vlad


menggenggam lencana milik Ayzan. “Aku berhak diserahkan
dengan keluarga ini jika itu untuk melindungi darah keluargaku.
Tetapi, tidak semua orang Turki aku juga turuti, bahkan siapa
yang akan menjadi atasanku nanti, aku belum tentu menyerahkan
urusanku kepadanya, bahkan anak Sultan sekalipun.”

“Apakah Sultan juga berhak untuk kau serahkan urusan itu?”

“Selama ia melindungi keluargaku dengan baik, aku akan


melayaninya dengan baik – itu juga kalau aku masih dalam
penugasan. Jika aku dibebastugaskan, aku tidak punya pilihan lain
selain mengabulkan keinginannya di lain waktu.”

Sementara itu, di kantor Gagak Pemburu yang berkamuflase


menjadi perusahaan Sayap Gagak.

179
Vlad, The Son of Dragon Knight

Muncul dari gelapnya malam, seseorang terjatuh dari atas,


cukup dekat dengan kantor mereka. Penjaga kebingungan, ia
langsung menghampirinya dan mengajaknya berbicara.

“Hei, ada apa?”

“Dia berbahaya! Dia.... berhasil melawan tiga puluh orang


seperti kita sendirian!”

“Sendirian?”

“Ya.”

“Apakah dia akan menuju ke sini?”

“Dia.. di...”

Seseorang yang menggunakan tudung langsung meninjunya,


ia terhempas hingga ke dinding.

“Orang ini mati.”

“Ampuni aku... aku berjanji untuk tidak mengulanginya lagi,


aku menyerah.... jangan bunuh aku dan teman... teman...”

“Tuhan mungkin mengampunimu jika bertobat...”

Orang itu tersenyum, karena merasa dia sudah dimaafkan.

“Tetapi, pertarungan ini kalian yang mulai, aku tidak akan


memaafkan kalian!”

“Kami hanya.... berada di depan...”

180
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau melewati garis batas yang sudah ditentukan di


rumahku, dan jika tidak ada aku kalian sama sekali tidak boleh
melewati garis itu. Begitu pula dengan rumah orang lain.”

“Kau juga... tidak boleh... masuk!”

Kaki orang itu tertancap oleh paku oleh prajurit yang sedang
sekarat itu. Sekali injak oleh orang itu, prajurit yang sekarat itu
mati.

“Kalian yang mulai melewati garis batas yang sudah


kutentukan, maka aku juga melewati garis batas yang kalian
tentukan.”

Orang itu masuk, membawa mayat.

Para penjaga sudah menyiapkan serangan kejutan untuk


orang itu. Mereka ketakutan, menggigil. Rumor yang mereka
takutkan ialah orang itu, membantai sendirian tanpa mengampuni
musuhnya yang menyerah atau sekarat.

“Dia datang!”

Anak-anak panah meluncur, bersiap untuk menghujam ke


arah orang itu. Ia menggunakan orang mati itu sebagai perisai dari
hujaman anak-anak panah yang siap untuk melontarkan nyawa
dari raganya.

Orang itu melompat, dan menebas kepala para pemanah


sambil berlari dengan lincah. Gerakannya memutar-mutar,

181
Vlad, The Son of Dragon Knight

berdansa sambil membawa kematian, seakan-akan kematian


sudah berbaur dengan dirinya. Pedangnya yang tajam menembus
baju baja itu dengan mudahnya dan bisa membuat para pemanah
terluka hebat.

Orang itu naik lagi ke lantai atas, membantai semuanya.


Orang-orang Gagak Pemburu pun ketakutan, teriakan histeris
semakin ramai. Mereka yang terpaksa bertarung sambil menangis
mempertaruhkan nyawanya merasa terhina karena terbantai
dengan satu orang saja. Orang itu membantai dengan tatapan yang
sangat datar, tanpa ada rasa bersalah.

Bahkan, seluruh bilah pedangnya pun sudah tertutupi


dengan tumpahan darah.

Pertumpahan darah tidak bisa dihindari, malam itu menjadi


malam penghinaan bagi Gagak Pemburu.

Salah satu dari Gagak Pemburu mulai mengirim suratnya


melalui burung, dengan cepat orang itu memanah burung itu tepat
ke kepalanya dan menebas orang yang mengirim surat itu.

“Tuan, sebaiknya anda hentikan ini. Ini tidak baik untuk....”

“Lalu apa, Hada? Mereka sudah lancang ingin masuk dan


merusak rumahku.”

“Namaku bukan Hada, melainkan Medios.” Ia menunjukkan


lencananya dengan bangga, kepada orang itu. “Kau pasti ‘orang
itu’, yang bisa membantai segalanya.”

182
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Membantai?” Kata orang itu sambil menoleh dengan


pandangan yang sangat meremehkan.

“Ya, yang membantai lima keluarga sekaligus beserta dengan


para pasukan penjaganya, dalam satu malam. Dan menghukum
para pemimpin keluarganya dalam satu waktu.”

“Oh, itu aku mengistirahatkan mereka dengan tenang untuk


selamanya.”

“Jihad dengan cara seperti itu sangatlah tidak ada, Tuan.”

“Dan yang berkata seperti itu adalah seseorang yang pernah


menganiaya wanita-wanita dari keluarga mereka yang terbantai?
Sungguh ironis.”

“Mereka itu bu....”

“Budak katamu?” Sela orang itu “Proses dari akad


perbudakan setelah perang itu tidak ada sama sekali semenjak kau
membakar desa Timyot yang dekat dengan Severin.”

“Aku berperang bersamamu, Tuan Gazavat.”

“Tetapi, kau juga berperang bersama mereka.”

“Kau sudah di luar kendali, Tuan.”

“Meski kalian bersembunyi di antara kami, kalian harus


benar-benar diburu dan dihukum.”

“Memang benar, kau adalah binatang.”

183
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Binatang... meskipun mereka melakukan kesalahan juga,


mereka tidak bermaksiat dan tidak dianggap bermaksiat karena
memang kodratnya.”

Medios – yang beralias sebagai Hada Bey, menyerang orang


itu.

“Aku sudah mempercayakan Desa Aikrea kepadamu tetapi


kau malah memaksa mereka memberikan pajak dan membuat
mereka menderita. Orang-orang sepertimu... masih dalam proses
penyelesaian.”

“Tidak akan kubiarkan... keluargaku terbantai!”

“Setelah kau membantai rakyat-rakyat yang tidak bersalah


kepadamu karena ingin mengambil harta mereka?!”

Orang itu dengan satu tebasan, bisa mematahkan pedang


Medios. Medios mundur, mulai mencabut pedang dari sarungnya.
Naasnya...

Orang itu memukul kepalanya ke bawah hingga


menghancurkan lantai kayu itu.

Medios tidak bisa berkutik, orang itu turun dan


menghampirinya. Dengan tatapan yang kosong, tidak akan bisa
semua orang membaca ekspresinya. Kemarahan itu sangat tidak
terlihat jika orang memandang dari mimiknya itu, tetapi jika
dilihat dari sudut pandang lain...

184
Vlad, The Son of Dragon Knight

Dia benar-benar marah.

Ia menghancurkan lantai.

Hanya dengan tinjunya sendiri saja, cukup untuk membunuh


orang sepertinya dan tidak perlu menggunakan terlalu banyak
tenaga dan teknik bertarung.

Medios masih hidup, ia langsung berlari dan mengambil


pedang dari anak-anak buahnya yang sudah meninggal. Ia
menuruni anak tangga tanpa pikir panjang. Orang itu pura-pura
berjalan ke arahnya.

Tanpa pikir panjang, orang itu langsung menuruni lantai


dengan satu lompatan saja.

Satu lompatan saja bisa merusak lantai-lantai yang ia pijaki.

Ketika sampai ke lantai dasar terlebih dahulu, ia tersangkut


di lantai kayu itu. Ternyata di bawah lantai itu masih ada ruangan
lagi, sebuah rubanah.

“Serang!”

Dengan cepat, orang itu langsung menarik kakinya ke atas


dan berlari ke tangga untuk menghalangi Medios.

Hampir saja serangan-serangan itu mengenainya

“Mau kemana?”

185
Vlad, The Son of Dragon Knight

Ia dipukuli, dipatahkan kakinya, dan dipukuli lagi sampai


terhempas hingga dinding bangunan hancur, orang itu benar-
benar di luar dugaan.

Ketika orang itu melihat ada seseorang yang ingin kabur,


dengan cepat, ia melempar pisau itu dan tertikam di bagian
jantung. Lalu ia menaruh bom gas tidur itu ke rubanah dan tidak
membiarkan orang-orang itu kabur.

Ketika orang itu ingin melihat Medios lagi, ia menghilang.

“Dengan luka seperti itu, dia pasti akan ke markas utamanya


tiga hari lagi, paling lambat dia akan pergi dari sini dalam waktu
satu minggu.” Kata orang itu, sambil membersihkan bila dan
tangannya dari darah-darah itu. “Lagipula, lebih baik aku
membayar orang untuk mengejarnya.”

Orang itu pergi meninggalkan kantor milik Gagak Pemburu.

Sementara itu, Medios...

Pada waktu subuh, ia sudah mencapai Taman Demi, dimana


Szelen Mortzevik – yang ia kenal sebagai sekutunya di Gagak
Pemburu, tinggal disana. Sialnya...

Ia terinjak dengan kuda.

Orang yang mengendarai kuda itu ternyata Demi, sang


penjaga taman, yang ingin berkuda ke masjid untuk sholat subuh.

“Aduh! Tidak jadi berangkat ke masjid!”

186
Vlad, The Son of Dragon Knight

Dia menguburkan Medios di dekat tempatnya terinjak oleh


kuda. Dia harus melakukan sholat subuh sendirian untuk kali ini.
Dia tahu mayat ini kafir karena lencana miliknya yang ia rogoh
sama seperti lencana yang Vlad tunjukkan, milik Ailphestios
Dyrvanc Berlidum.

“Kau sudah selesai dihukum, orang kafir.”

Demi meninggalkan kuburan itu dan kembali ke taman


dengan kudanya, sudah tidak sempat lagi untuk berjamaah di
masjid. Ia harus mandi setelah ia menguburkan mayat lalu baru ia
melakukan sholat.

Vlad dan Zagan sedang memasak, mereka belajar untuk


memasak sup dan ayam panggang.

“Potong sayurnya dengan benar, Zagan.”

“Ya!”

Vlad menyiapkan ayam panggang, ia taburi bumbu-bumbu


yang berada di dapur, lalu mencoba racikan bumbu itu dengan
jari.

“Ini enak!”

Ia memotong ayam panggang itu, membaginya menjadi


empat.

Sarapan sudah siap.

187
Vlad, The Son of Dragon Knight

Demi bersyukur mempunyai teman seperti mereka. Bukan


karena mereka bisa menyiapkan hidangan yang enak, melainkan
mereka adalah keluarganya.

“Vlad, makan yang banyak!” Ia membagikan daging


ayamnya kepada Vlad. “Kau sudah memasak sebanyak ini.”

“Tidak!” Vlad mengembalikannya. “Aku sudah ada jatah


sendiri.”

“Tidak, tidak.” Ia mengembalikannya lagi. “Kau tidak boleh


mengembalikan pemberian baik dari seseorang.”

“Aku punya jatah, aku tidak ingin sewenang-wenang!”

“Hei!”

“Oi!”

“Kalian ini kalau bertengkar, memikirkan kepala sendiri.”


Kata Szelen, ia menggelengkan kepala karena ini sudah biasa
terjadi. “Jangan biasakan untuk saling mengabaikan kalau kalian
selesai bertengkar.”

Vlad berlatih seperti biasa, memberikan pertunjukkan


dengan teknik bertarungnya kepada orang-orang miskin. Bukan
karena sombong, melainkan itu gaya menghibur yang lain.

“Kau sudah belajar itu sekian lamanya?”

“Begitulah! Karena pemilik taman ini sabar dan mau


mengajarkanku beberapa teknik, aku bisa melakukannya.” Vlad

188
Vlad, The Son of Dragon Knight

menancapkan pedang kayunya. “Kalau dia tidak sabar untuk


mengajariku, aku mungkin takkan bisa melakukannya.”

“Benar juga!”

“Vlad, mari kita berangkat.” Seru Demi, dari kejauhan. “Kita


nanti terlambat, lo!”

“Ya, sebentar lagi!”

Szelen sudah membersihkan rumah, ia harus menggantikan


mereka mengawasi orang-orang miskin yang bekerja di taman.

“Nona Szelen, anda ini orang yang cukup menarik.”

“Kalau boleh tahu, siapa yang punya?”

Szelen hanya menunjukkan cincinnya.

“Cincin itu bagus sekali.”

“Cincin mahal itu, bahkan harganya setara dengan rumah


yang bakal kita beli!”

“Ah, Szelen sudah ada yang punya.”

Szelen hanya tersenyum mendengar respon dari orang-orang


itu.

“Kalau boleh tahu, apakah kau dipinang oleh Demi, atau oleh
Vlad?”

189
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tidak keduanya, melainkan ayah dari Tuan Vlad sendiri.”


Kata Szelen. “Silahkan bertanya apapun jika ada yang belum
diketahui.”

“Kalau begitu, permisi. Kita harus bekerja.”

Szelen tersenyum, bahkan orang miskin seperti mereka masih


menjaga kehormatan seorang wanita, apalagi para pedagang.
Tidak seperti di tempat kelahirannya, wanita hanyalah alat bagi
orang yang mampu membelinya dan menguasainya.

“Kalian bahkan masih memuliakan wanita yang terbuang


sepertiku, padahal aku adalah orang yang terbuang setelah
ayahku meninggal.”

“Hei, cantik!” Orza bermain-main di atap rumah Demi.


“Sedang apa kau berada di rumah adikku? Seharusnya itu tidak
boleh, lo. Apalagi sampai menginap menggunakan kamar ibu.”

“Oh, aku diizinkan untuk itu, kok.”

“Yang benar saja.” Orza turun dan menghampiri Szelen.


“Kau kesini, untuk apa?”

“Belajar.”

“Belajar? Kau belajar tentang apa, Szelen? Kau cocoknya


mengurusi urusan rumah tangga.”

“Setidaknya, dengan menjadi orang tua yang baik ialah


memberikan pendidikan yang baik.”

190
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau juga mempelajari teknik bertarung, jangan-jangan kau


mata-ma...”

“Aku, dulunya.” Sela Szelen, tersenyum. “Tetapi, jangan


salah. Aku sekarang budak dengan kontrak darah.”

“Kontrak darah? Kau benar-benar bermasalah!” Kata Orza,


menggaruk-garukkan kepalanya, menurutnya budak dari kontrak
darah itu budak yang bermasalah karena kesepakatannya
bertarung untuk siapa yang menjadi tuan dan siapa yang menjadi
budak. “Benar-benar!”

Kemudian, dengan segera.

“Aku beli budak ini seharga tiga karavan 48 berisikan emas,


Vlad.”

Vlad hanya bisa mendeham, sebenarnya ia tidak mau


melepas Szelen karena mungkin akan berdampak besar kepada
anak-anaknya yang belum beranjak dewasa.

“Aku tidak bisa!” Kata Vlad, tegas. “Dia menginginkannya


sendiri.”

“Aku yang menginginkannya, Vlad. Pikirkan sekali lagi!”

“Kau rela dengan memberikan tiga karavan?! Kau gila!”

“Kaulah yang gila, Vlad!”

48 1 Karavan: 12 peti, yang satu peti berisikan sekitar 400 keping emas.

191
Vlad, The Son of Dragon Knight

Perbincangan mulai panas.

“Vlad, aku kesini ingin menghapuskan perbudakan kasar,


apalagi budak dengan kontrak darah! Siapa lagi yang kau jadikan
budak dengan kontrak seperti itu? Aku bebaskan semuanya.”

“Tidak ada, Orza. Hanya dia saja.”

“Kau pasti berbohong! Kau berasal dari Gagak Pemburu,


kan?”

“Kau pikir setelah aku dikhianati oleh Romawi Suci dan Ordo
Naga, apakah kau masih berpikir juga aku taat kepada Gagak
Pemburu?”

Orza terdiam.

“Dengar, aku akan menurunkan harga dari Szelen ini. Tetapi,


aku akan jelaskan barang dagangan ini dengan rinci, mohon
dengarkan dengan seksama.” Kata Vlad, mulai mencoba
menenangkan Orza. “Tenang, meskipun aku berbicara seperti itu,
aku tetap menjaga kehormatan wanita. Aku tidak akan menyentuh
wanita, kecuali kalau ia mau. Aku bukan ayahku, pamanku,
ataupun saudara-saudaraku.”

Semua berkat Ayzan, tulisnya.

“Aku akan dengarkan.”

“Dia pernah mencoba untuk membunuhku, keluargaku,


bahkan Sultan Murad. Dia awalnya pembunuh untuk Gagak

192
Vlad, The Son of Dragon Knight

Pemburu juga, namun ia tidak memiliki lencana karena ia tidak


mengikuti ujian, bahkan sampai tidak diperbolehkan. Dia adalah
anak dari keluarga Mortzevik, yang menjunjung kehormatan
wanita, tidak seperti bangsawan-bangsawan lain yang suka
mempermainkan rakyat wanita mereka.”

“Apakah kau dulu juga begitu?”

“Spesialisku ialah pengintaian dan peperangan, aku tidak


punya waktu jika aku punya anak banyak dan istri banyak.
Apalagi, mempermainkan wanita seperti itu.”

“Lanjutkan.”

“Dia intinya ingin menjadi budakku karena kontrak darah


untuk mengikatku. Entah ini cara apa, yang jelas ini cara yang
tidak lazim.”

“Bahkan kau juga berpikir demikian.”

“Aku yakin ada alasan Szelen melakukan ini, tetapi ia tidak


mau memberitahukan itu kepadaku.”

Orza berpikir sejenak, ia mempertimbangkan akad itu.

“Empat karavan!”

“Setengah karavan, dan selesai.”

“Kau ingin menghina...”

193
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Jangan salah paham, Orza sang Ksatria Tinta Merah. Aku


tahu akan itu, tetapi harga budak ini jika aku kalkulasikan ialah
seharga diriku sendiri. Tetapi, kalian tahu jika seseorang
mempunyai properti yang memang bisa dijual, maka ialah yang
harus menentukan harganya. Etika berdagang, lo.”

Orza mulai berpikir, Szelen hanya bisa tertunduk mendengar


keputusan Vlad.

“Baik.” Tegas Orza. “Satu karavan, tidak boleh dikurangi


lagi!”

“Kau terlalu baik, ksatria.”

Orza membawa Szelen kembali lagi ke Taman Demi, taman


milik adiknya.

Vlad hanya tersenyum, setelah terbelinya kebebasan Szelen.

“Terima kasih.” Ia menatap buku yang ia beli dari seseorang


pengembara. “Sudah mengurangi satu tali yang mengangkat
beban ini.”

Buku itu berjudul...

“Entahlah, aku sangat ingin mendengar jeritan derita kalian,


meminta tolong seperti itu.” Ia menitikkan air mata hingga
membasahi sampul kulit dari buku itu. “Sama seperti ketika aku
kelaparan di jalan bersama anak-anakku, ditelantarkan,
dikhianati, mengemis merendah meminta tolong kepada yang

194
Vlad, The Son of Dragon Knight

lain, tetapi tak ada satupun yang menggubris. Kalian pasti


keluarga yang mengemban kebangsawanan yang lebih berat dari
kami, dipenjara, disiksa, bahkan dirampas semuanya dari
kalian...”

. .

Satu hari, tepat sebelum Vlad masuk ke program Devshirme.

“Ini buku yang terlihat menarik! ‘Teknik dan Etika


Berdagang’! Katanya, sudah terjual beberapa ribu eksemplar di
sekitar sini!” Seru Vlad, anaknya. “Bolehkah aku membelinya?”

“Berapa harga buku ini?” Katanya, tanpa ragu-ragu. “Aku


akan bayar berapapun.”

“Lima koin perak.”

“Dua dinar49 saja, deh.” Senyumnya.

“Orang kafir sepertimu?!” Penjual itu mencengkeram kerah


bajunya, dia mengetahui kalung salib yang berada di lehernya.

Dia tetap tidak menghilangkan senyumnya, senyum tulus


yang dianggap meremehkan orang lain.

49Berasal dari bahasa Romawi, yakni denarius. Satu koin emas setara dengan empat koin perak (Persia:
Dirham, umumnya, nama ini digunakan untuk perak. Namun, bisa juga digunakan untuk emas) dan
delapan koin perunggu (Acssee/Acsi). Nilai tukar ini lebih tinggi dari pada di negeri-negeri Kristendom
dan berlaku dari zaman awal Kekhalifahan.
Penggunaan mata uang ini di Romawi cukup mahal. Satu koin emas setara dengan sepuluh koin perak
dan dua puluh koin perunggu. Bahkan, nilai tukar seperti ini sudah berlangsung selama puluhan abad dan
ini masih relevan. Dari penjelasan di atas, ini bukti bahwa Islam menjadi satu-satunya pelopor peradaban
yang maju dan berkembang.

195
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau bisa pukul aku jika harganya kurang tinggi.”

“Baiklah, satu dinar.” Dia melepaskan cengkeramannya.

“Anda baik sekali.”

Vlad rasa dia pasti dirundungi kemalangan. Dilihat dari mata


dengan pandangan tajamnya, intonasi, gestur tubuhnya, dia meski
dalam kesusahan pun dia tidak butuh dikasihani.

Prajurit Utsmani yang memakai seragam meringkusnya,


entah kenapa. Vlad harus mengikuti orang itu.

“Tunggu di rumah, ayah akan segera kembali.”

Vlad dan Radu, anak-anaknya, segera kembali ke kantor.

Vlad menaiki bangunan untuk spionase, khawatir dengan


orang itu.

Padahal, orang itu terlihat seperti pedagang buku biasa yang


mungkin berkelana dari jauh.

“Kau ke istana ini meloncat dari atap-ke-atap, kan?”

“Oi, oi, kau benar-benar tidak ingat aku, Orza?” Vlad


menoleh kepada orang itu.

“Vlad!” Ia menepuk punggung Vlad, terkejut. “Ada apa kau


kesini?!”

“Aku khawatir dengan pedagang pengelana itu, padahal ia


hanya menjual buku biasa!”

196
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku biarkan kau kali ini, Vlad. Silahkan melihat sepuasmu.”

Perbincangan ini bukan perbincangan biasa, sepertinya.

“Aku tetap tidak mau!” Kata pedagang itu. “Bergantung


kepada bangsawan seperti kalian sama saja layaknya kucing
rumahan berbaur dengan kawanan anjing jalanan.”

“Meski begitu, hak muslim tetap....”

“Aku tidak peduli! Kalian bukanlah negeri absolut! Hanya


mengandalkan monarki seperti bani Umayyah saja, apakah kalian
bisa bertahan lebih lama? Kerajaan Kambing Hitam dan Kambing
Putih memperebutkan satu sama lain! Mamluk tidak bisa
bertindak apapun selain melihat pertempuran mereka selama
berpuluh-puluh tahun! Kalian, mentang-mentang di tanah Eropa
seperti ini, kalian tidak memperhatikan konflik yang ada di timur?!
Kalian lebih mementingkan bisyarah50 dan ambisi kalian di Eropa
daripada mementingkan orang-orang timur kecil setelah
kehancuran besar51!”

50 Kabar Gembira (bahasa arab: basyara, yabsyuru). Dengan sintaksis adjektiva menjadi: basyıır ‫ بشي ر‬yang
berarti kabar atau informasi untuk manusia, bisa diartikan sebagai baik buruknya tergantung konotasi
pendengar. Jika ‫ بشارة‬bentuknya (sintaksis sumber), bisa diartikan sebagai baik buruknya tergantung yang
disampaikan dan yang menyampaikannya.
51 Meski Kesultanan Mamluk sudah menyelesaikan dengan memberhentikan perjalanan berdarah kaum

Mongol, tetap saja peperangan-peperangan kecil tetap berlanjut. Hancurnya Abbasiyyah di kala itu
menjadi abad kegelapan lagi, dimana sastra bahasa Arab tidak berkembang lagi dan terasingkan hingga
di masa Utsmani, meski para penyair tetap berani bersyair di depan umum dan dilarang oleh
pemerintahan-pemerintahan muslim di kala itu, untuk mencegah radikalisme. Dikutip dari ‘Puing-Puing’,
oleh Reis Kazan Dezertamma dan Ahmad Salim.

197
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Memang benar, kami lebih mementingkan itu daripada


yang lain.” Sultan tidak mengelaknya. “Lagipula ini juga kerajaan
apa? Luas sekali sampai tidak dipertimbangkan lagi, masih saja
mementingkan Konstantinopel yang memiliki tembok tebal.
Padahal bisa membuat benteng sendiri, lo. Bahkan Edirne yang
tipis ini saja masih sempat terbobol oleh orang luar yang tidak
akan dibukakan pintunya.” Sultan mengganti mukanya dengan
raut yang datar. “Kau serius? Aku berkeliling empat tahun di
sekitar mereka dan memang terjadi perang. Memang, empat tahun
pengembaraanku sia-sia, tanaman-tanaman obat, peralatan, bibit
pertanian, bahkan sandang pangan pun tidak berarti sama sekali.
bahkan saat itu aku belum menjadi Sultan. Mereka bahkan hampir
mengklaim Palestina untuk itu!” Ia berganti raut lagi, menjadi
sungai kecil yang mengalir dengan tenang. “Meski begitu, aku
juga manusia. Maklumi saja tadi aku marah seperti itu dan
lupakan. Bagaimanapun juga, kalian para Muslim tetap seperti
keluargaku, kok.”

“Baiklah, kalau begitu.”

Ia mengucapkan kata-kata berbahasa Arab, yang bahkan


Vlad tidak mengerti.

Sultan hanya mengangguk.

Setelah itu, ia berbalik, melakukan hormat dan melangkah


keluar meninggalkan ruangan Sultan.

198
Vlad, The Son of Dragon Knight

Rintik-rintik hujan mulai turun, gerimis membasahi


bangunan-bangunan, dinding, dan tanah yang dipijaki dan
dikelola manusia, memandikan hewan-hewan liar, rerumputan,
tanaman-tanaman pertanian, juga pepohonan. Bahkan kedua
orang itu dimandikan oleh hujan.

“Aku kira dia pedagang biasa.” Kata Vlad.

“Begitu juga kau, aku kira juga pedagang biasa dari desa itu.”
Kata Orza, yang menyandarkan dirinya ke dinding kubah. “Kau
tidak tahu apa yang mereka bicarakan dengan bahasa mereka,
kan?”

“Kau tidak perlu jelaskan hal itu, Orza.”

“Ayolah, ini gratis. Sembari mengobrol santai sambil


bermandikan hujan.”

“Baiklah, katakan.”

“Mereka dari Klan Bahri, inisial atau kodenya ‘B’ dan huruf
‘‫ ’ب‬dari bahasa Arab. Mereka dari klan pengelana, Turki campuran
dari padang pasir, Palestina dan Syam kebanyakan. Tetapi, mereka
menjadi sandera kaum salibis semenjak perang Salib pertama,
orang-orang Romawi, Inggris, Perancis, dan negeri-negeri Kristen
lainnya hadir dalam perang itu untuk merebut satu kota, yakni
Palestina. Mereka yang singgah di Trabzon itu dilenyapkan,
wanita mereka dijadikan budak, namun pendidikan ala
pemberontak oleh mereka itu tidak lenyap sampai sekarang.

199
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mereka sebagian kecilnya memang masih bertahan di Palestina,


namun sebagian besarnya...” Orza tidak bisa menjelaskan lagi, ia
menangis.

“Dimigrasikan secara masal, ya?”

“Mereka sudah berabad-abad menjadi budak dan


mengirimkan satu-per-satu pengelana yang ahli bertarung untuk
berperang melawan mereka.”

“Berarti, Perang Salib itu adalah perang terkotor sepanjang


sejarah, dimana orang-orang direnggut kemerdekaannya. Salib
sebagai kasih sayang itu tidak ada melainkan hukuman52.”

“Kalau orang-orangmu mendengar ini, pasti mereka akan


marah.”

“Yah, jika mereka bisa melihat apa yang dilakukan para


Ksatria Kuil 53 , mereka akan tahu seberapa kotor mereka selama
masih membawa salib.” Vlad mematahkan lencana salibnya dan
memasukkannya ke saku. “Aku tidak akan percaya salib lagi.
Entah Ortodoks, Kepausan, Bizantium, atau Romawi Suci, aku tak
berpihak kepada siapapun lagi.”

“Mau aku tawarkan sesuatu?”

52 Flynn, Gordon, Salib adalah Hukuman, 1863. Hal. 87. Dikutip dari sebuah pidato yang dibawakan oleh
Sanida di Trabzon yang menyebabkan pemberontakan masal pada abad ke-12.
53 Templar (perancis: Auperes Commilitones Christi Templique Salomonici Hierosolemitani, yang berarti

Keanggotaan Ksatria-Ksatria Miskin Kristendom dan Kuil Solomon di Jerusalem), dianggap sebagai
ksatria pendeta, ksatria biara, ksatria kuil karena menjaga kuil.

200
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Nanti saja, akan kupikirkan lagi.”

Vlad tersenyum kepada Orza, berterimakasih atas sedikit


pengetahuan yang ia berikan kepadanya. Ia meninggalkan Orza
dan melompat ke atap yang lain.

Orza terjun dari kubah, berputar.


Lalu, menghilang....
. .

Malam hari sebelum ia berangkat ke akademi.

Vlad meringkas satu buku yang lumayan tebal itu ke saku


buku kecil. Vlad menulis banyak hal, puisi, pantun, syair bersajak
tentang apa yang ia lihat dan yang ia alami. Ayahnya
membuatkannya dengan sampul dari kulit sapi agar nyaman
untuk dipegang. Ia tidak dibuatkan dengan satu buku saja, tetapi
banyak buku. Tinta juga sudah disediakan. Bahkan, sebelum hari
masuknya Vlad ke jenjang pendidikan itu, sempat diadakan
perayaan kecil untuk keluarga kecil itu saja.

Vlad tersenyum, mungkin ia harus merelakan dirinya masuk


ke jenjang pendidikan yang bahkan sama sekali ia belum kenal.
Berpisah dengan ayah dan adiknya untuk sementara.

Mungkin, mereka akan bertemu lagi.

“Vlad, semuanya sudah siap!”

Vlad pergi untuk belajar.

201
Vlad, The Son of Dragon Knight

Sayangnya, ayahnya tidak tahu ketika Vlad menjalani


program non-asrama di Akademi Militer Umum Nasional.

Asrama hanya diperuntukkan bagi murid yang


mendapatkan rekomendasi, entah itu kelulusan dengan peringkat
atas di akademi sebelumnya, atau penghargaan dari masyarakat
sekitar sebagai balas jasa karena mengisi agenda yang diadakan
untuk masyarakat, semisal seminar atau sebuah forum.

Dan sebenarnya, ketika masuk di sebuah asrama, disitulah


sistem Devshirme benar-benar berlaku dan berjalan sebagaimana
mestinya dan tidak boleh ada yang mencoba keluar dari sana.

Tidak ada yang bisa kabur dari Devshirme.

. .

“Ezetta!”

Sudah melakukan satu bulan pencarian, berturut-turut,


mencari keberadaan Ezetta. Hosam bersama muridnya, Zel, ingin
menyulut sebuah perang untuk membebaskan keluarganya yang
tertahan olehnya.

Anak-anak panah meluncur setiap hari, ke arah mereka. Bagi


mereka, ini hanya luka biasa, bisa diobati dengan minyak astakar54
yang lebih keras dari alkohol.

54Minyak campuran, terkandung kurma hasil fermentasi dengan kurma matang yang diekstrak dan
disuling dan minyak zaitun. Digunakan untuk pengobatan cepat, sering digunakan oleh orang-orang

202
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Minyak?” Tanya Hosam.

“Aku kehabisan!” Jawab Zel. “Kita benar-benar terjebak!”

Kuda-kuda mereka juga kehabisan tenaga, mau tidak mau


mereka harus berlari dan meninggalkan kuda-kuda itu.

“Sialan!”

“Kejar mereka!”

Para pemanah sudah berada di jangkauan yang cukup jauh


sedangkan kuda-kuda mereka ditebas mati di tempat oleh kavaleri
bandit yang mengejar mereka.

“Hosam, bagaimana bisa ia tidak berada di situ?”

“Aku tidak tahu jelasnya, yang pasti mereka memindahkan


basisnya.”

“Sialan!”

Mereka memutuskan bersembunyi dan beristirahat sampai


tengah malam tiba.

Akhirnya, malam itu tiba.

“Sudah malam, ya. Dengan ini, pengawasan mereka menjadi


terbatas.”

“Tinta Merah, ya.”

militer kerajaan di timur tengah. Diharamkan (pada 1763) karena dapat menyebabkan mabuk dan adiktif
yang berpotensi merusak tubuh.

203
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Entah itu Tinta Merah atau Gagak Pemburu, mereka tidak


boleh ikut campur. Ini benar-benar urusan pribadi.”

Mereka keluar dari persembunyian mereka, dengan


menggantungkan lentera yang menyala.

“Anjing Neraka!”

Tebasan itu nyaris mengenai Hosam, ia menghindarinya


dengan cepat.

Lawannya terkena tebasan yang bahkan tidak sempat terlihat


oleh muridnya maupun lawannya sendiri.

“Anjing Neraka yang lebih cepat dari bayangannya sendiri,


kau sudah disambut di perkemahannya.”

“Aku berani menghadapimu hanya karena aku ingin


mengirimkan pesan bahwa kalian akan mati malam ini, terbantai
dan menderita.”

“Kau menyia-nyiakan pemberian ayah, anjing!”

“Kau menyia-nyiakan kehidupan.”

Mereka terdiam beberapa saat.

“Tunjukkan jalannya, sialan.” Kata Ayzan, menodongkan


sarung pedangnya ke leher lawannya.

204
Vlad, The Son of Dragon Knight

Setelah terlihat sebuah tenda besar di sana, sang ‘Ayah’ ingin


merampok desa lagi. Dinding kayu dikelilingi oleh obor yang
menerangi pandangan para penjaga.

Ia melepaskan prajurit yang menyerangnya itu.

“Kalian takkan bisa hidup jika melawan mereka.” Ia


tersenyum, meremehkan mereka. “Menyerahlah, bodoh!”

“Kami lebih mencintai kematian sebagaimana kalian


mencintai kehidupan.”

Ia pergi.

“Bagaimana?”

Tanpa pikir panjang, mereka langsung menyerang. Mereka


berlari dan langsung menebas penjaga, memulai peperangan.

“Anjing Neraka telah kembali, ayah!”

“Sambut mereka dengan meriah!” Seru Ezetta. “Memang


anjing yang lupa diri. Tetapi kalian, anjing-anjing neraka yang aku
asuh akan menghukum anjing yang sudah mendapatkan
kehidupannya dari luar! Kalian adalah prajurit yang akan
dimasukkan ke dalam surga karena kalian menghukum anjing-
anjing berdosa itu dengan pantas! Mari kita buktikan bahwa kita
takkan kalah dengan mereka!”

“VOLENTE DEO!!”

205
Vlad, The Son of Dragon Knight

Hosam dan Zel membantai apa yang mereka lihat sebagai


musuh, dan mencoba menyelamatkan mereka yang tertawan.
Bilah pedang mereka sudah tertutup dengan darah yang
berlumur. Tatapan mereka yang tajam membuat mereka terus
maju untuk mencapai orang itu.

Para kavaleri maju untuk mengepung mereka berdua.


Sayangnya, mereka kemampuannya jauh di bawah mereka
berdua. Infanteri kelas berat dikerahkan juga, mereka
menggunakan ilusi dan bom untuk mengacaukan mereka lalu
menebas mereka dan merusak formasi.

“Ini perang! Kalian tidak boleh kalah!” Kata seorang kapten


peleton. “Sial!”

Para pengirim surat juga tidak lepas dari mata mereka,


mereka membantai pengirim surat untuk mencegah datangnya
bala bantuan.

Hujan mulai turun.

Dengan tatapan yang tajam, mereka tanpa ragu untuk


membantai orang-orang itu. Bengis, kejam, dan menunjukkan aura
yang penuh emosi. Darah yang tertumpahkan bercampur dengan
lumpur. Tarian pedang mereka dengan ayunan yang kuat
bagaikan serigala liar yang membunuh serigala-serigala lain.
Mengkoyak habis musuh, mereka menjadi pembantai yang
mengerikan dengan menghilangkan rasa kemanusiaan mereka.

206
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ampuni aku! Kumohon!”

Teriakan histeris mulai bersahutan dengan teriakan perang.


Gemuruh halilintar menggema, mengiringi hujan yang mulai
deras. Mata mereka mengeluarkan sebuah sihir untuk membuat
mereka ketakutan, merasakan ilusi tirani, kekejaman yang tiada
tara.

“Tolong! Tolong!”

“AARRGGHH!!!!!”

Mereka masih belum berhenti membantai.

Bantuan datang.

“Tong pencincang55, luncurkan!”

Tong pencincang dilontarkan dari kejauhan.

Mereka segera berlari, secepat mungkin.

Membantai musuh yang ada di depan dan menuju ke arah


Ezetta.

“Benteng sudah ditaklukkan oleh mereka, padahal hanya dua


orang saja.”

55Taslagchdelbereit, senjata ini digunakan dengan dimuatkan dan diluncurkan melalui mangonel atau
catapult. Ini jelas senjata milik bangsa Mongol, tetapi mereka kalah oleh para penyihir-penyihir eropa
sehingga secara terpaksa mereka menyerahkan rancangan tong itu. Proses pembuatannya juga tidak
sembarangan, paling cepat satu bulan hanya memproduksi satu unit, bagi orang eropa pada umumnya.
Terdiri dari mesiu, uap, serbuk arang, dan serbuk besi.

207
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Dua orang seperti itu saja, kalian bisa kewalahan. Jangan


meremehkan orang ini. Kita harus menghemat penggunaan tong
pencincang ini, pembuatannya juga tidak semudah yang
diperkirakan. Satu kesalahan pada pembuatannya bisa berakibat
fatal!”

“Kita harus turun tangan, lagipula tong pencincang yang kita


bawa sudah habis!”

“Baiklah, ini juga untuk ayah!”

Kedua prajurit itu akhirnya pergi ke perkemahan itu untuk


menyelamatkan orang yang mereka sebut ‘ayah’.

“Ezetta, jangan kabur!” Ia memasuki tenda milik Ezetta.


“Hadapi aku!”

“Kau pikir aku tidak bisa bertarung?” Seru Ezetta. “Akulah


yang mengajarimu bertarung lebih hebat untuk melawan para
Turki itu! Akulah yang membuatmu bertahan hidup hingga saat
ini! Kau... tidak tahu terima kasih!”

“Aku tidak butuh untuk mengingat itu lagi.”

Ezetta mengubah matanya menjadi merah terang, visual


gagak yang terbang itu menjadi sebuah ukiran yang bergerak di
matanya. Hosam mengeluarkan mata merah terang itu juga,
memvisualkan pusaran air yang berubah menjadi ukiran
geometris.

208
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau ingin menyelamatkan orang-orang Trebzon-Yerusalem


ini?! Menyedihkan! Perjanjian itu56....”

“Sudah tidak berlaku lagi!”

Hosam menangis.

“Kalian tidak menepati janji kalian! Kalian menyandera dan


mengambil hak orang lain!” Semburnya, penuh kemarahan.
“Ezetta, kau sudah tidak bisa kabur lagi!”

“Aku tidak berniat kabur, aku malah ingin menyambut


anakku yang tersayang! Buat apa kabur dari anak sepertimu, apa
yang harus ayah takutkan kepada anak nakal ini?!”

Ezetta menerjang Hosam, ia benar-benar membara untuk


melawan anak yang selama ini ia tak jumpa. Bukan hanya sekedar
bertemu, namun berbicara dengan cara jantan.

Pertarungan dimulai.

Hosam menangkis semua serangan dengan teknik aliran


tanahnya, ia membuat pertahanan sekeras mungkin. Ezetta
memakai pedang dan kapak pendek. Ezetta melakukan putaran
vertikal, teknik penghabisan yang biasa dilakukan oleh pembunuh
dari kalangan Nizariyyah.

Perjanjian Delere, untuk membebaskan Klan Bahri jika Jerusalem ditaklukkan. Namun, mereka tidak
56

menepati janji mereka, dan melakukan migrasi masal terhadap Klan Bahri jauh dari timur tengah.

209
Vlad, The Son of Dragon Knight

Meski dengan serangan seperti itu, dia masih bisa


menahannya.

Tenda terbakar karena sumbu api yang membakar melalui


minyak di sekitarnya.

Ezetta yang membakar tendanya sendiri.

“Kau tidak akan menderita sendirian, Ailphestios Dyrvanc


Berlidum – anakku. Aku, ayahmu akan mati juga bersamamu.”

“Entah, begini jadi lebih menantang!”

Ezetta langsung menebasnya tanpa ragu, ia kerahkan semua


teknik penghabisannya untuk membunuhnya. Hosam menangkis
semua serangan dan mencoba menyerang balik.

Ia berusaha untuk melancarkan serangan ilusi kepada


Hosam, namun visual pembalik milik Hosam bereaksi dengan
baik.

Ezetta dengan serius menghadapi Hosam, genggaman


mereka pada pedang yang mereka miliki cukup erat sampai itu
menjadi bagian dari diri mereka sendiri. Pertarungan itu cukup
sengit, padahal tenda juga hendak rubuh karena pasak-pasak
kayunya terbakar.

Meskipun mereka tidak terbakar oleh api, namun mereka


tetap merasakan panasanya api itu.

“Ayah! Kami datang!”

210
Vlad, The Son of Dragon Knight

Zel datang untuk menghadang mereka berdua, setelah ia


menghabisi para keroco itu.

“Kedua kakak kita berkhianat, ya?”

“Mari kita bantai!”

Zel dengan pedangnya yang berukuran sedang menebas


kedua kuda itu dengan satu tebasan dan mereka tersungkur.

“Sialan!”

“Kakak Zel, kau memang...” Saudaranya menggenggam


tangannya sambil memandangnya dengan mata tajam. “Akan
kubunuh kau... dan juga Dyrvanc!”

“Takkan kubiarkan kalian melewati mayatku!”

Mereka berdua berdiri dari jatuhnya dan berusaha


menyerang Zel.

Hosam berhasil menumbangkan Ezetta.

“Beritahu aku dimana mereka!”

“Mereka sudah pergi dari sini, kau sudah tidak bisa mencari
mereka lagi!”

“Bajingan!”

Hosam langsung menebas leher Ezetta dan ia mati dengan


terpenggal.

211
Vlad, The Son of Dragon Knight

Tak lupa, ia membakar badan itu dengan kayu pasak yang


belum sempat terbakar, dinyalakannya api itu melalui pemantik.

Hosam keluar dari lingkaran api itu dengan menebas kain


tenda melingkar yang terbakar itu.

Kepala sang ‘Ayah’ ia bawa dengan meletakannya di ujung


pedangnya.

“Ayah!” Seru mereka berdua.

“Hei, beri aku satu lawan lagi, Zel!” Seru Hosam. “Aku masih
belum puas bertarung!”

“Mana terima kasihmu, kakak sialan!” Kata salah satu dari


mereka, yang terhempas dari pukulan Zel.

“Pertama, yang harus kau lakukan adalah tenang meskipun


dalam keadaan murka.”

Ia berteriak lalu berdiri melawan Hosam.

“Diam!”

“Aku hanya ingin...”

Ia menyalakan api pada pedangnya hanya dengan


menggesek pemantiknya.

“MATILAH KAU, DYRVANC!!”

212
Vlad, The Son of Dragon Knight

Ia melakukan serangan putaran yang mematikan, putaran


Dervish57 dengan sedikit lompatan. Meskipun dengan tarian sufi
yang indah nan mematikan seperti itu, tidak ada yang bisa
membuat deras aliran tenang selain badai, ombak dan pusaran
dari kedalaman pijakan laut.

Ia mati dengan tebasan penuh ketenangan, presisi ayunannya


tidak bisa ditebak oleh siapapun.

Ia mempengaruhi saudaranya dengan ilusi surga yang


menenangkan.

“Kakak, kok tidak sakit?”

“Freibel, indah bukan? Kau sudah melakukan tarian pujian


itu, bukan? Tapi, sayangnya kau tidak akan dan tidak bisa melihat
surga setelah ini. Aku tidak akan memperlihatkan semua
perbuatan kejimu dan memaafkanmu begitu saja, aku hanya
memperlihatkan surga yang sama sekali tidak akan kau jamah.”

“Terima kasih, kakak Dyrvanc. Aku tahu kesalahanku meski


kau tidak...” Ia melepaskan pedangnya. “M-m-
memperlihatkannya... kepadaku. Mereka yang sudah tersiksa dan
mati... tidak akan... memaafkanku, kan? Kami benar-benar
menyedihkan.”

“FREIBEL!!!!”

57 Sebuah aliran sufi, yang biasanya melakukan dzikir atau shalawat dengan tarian berputar.

213
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lawanmu adalah aku, Greibel!” Seru Zel. “Kau harus


melangkahi mayatku sebelum kau mengganggu Dyrvanc.”

“Kakak Zel, dan juga Dyrvanc, akan kubunuh!”

Mereka tetap bertarung satu sama lain.

Lalu, kedua kaki terputus dalam satu tebasan, secara


langsung.

Greibel pun terjatuh.

“Aku kalah dengan satu tepukan saja, ya?” Greibel menoleh


kepada Hosam. “Istirahatkan aku dengan tenang, Dyrvanc.”

“Baiklah, jika itu yang kau mau.”

Ia memenggal saudaranya, Freibel Berlidum58. Meski mereka


bukan sedarah, tetapi mereka tetap keluarga dalam bimbingan
Ezetta.

Lalu, ia membakarnya dengan pedangnya.

“Kata terakhir?”

Zel berhasil mengalahkan Greibel dengan menebas kedua


tangannya hingga terpisah dari badannya. Ia tertunduk, berlutut,
putus harapannya untuk hidup.

58Berlidum adalah sebuah nama untuk anak-anak yatim, korban perang, atau budak dalam masa
penampungan. Didirikan oleh Ezetta Berlandum, dari keluarga Berlandum, yang memegang Dewan
Duma, keanggotaan Ordo Naga, delegasi dari Ksatria Kuil, dan penghubung antara organisasi Kristendom
dan non-Kristendom. Bahkan, tidak heran kalau mereka para Berlandum berhubungan dengan orang-
orang Syi’ah juga.

214
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Istirahatkan aku... seperti Freibel.”

“Kalau itu, aku tidak bisa.” Kata Zel, dengan memandang


Hosam. “Hanya ada seseorang yang bisa disini.”

“Sejujurnya,” Hosam berjalan dengan bilah pedangnya yang


terbakar dan terhunus. “Aku tidak ingin kalian berdua mati.
Kalian sendiri yang menginginkan pertempuran yang sia-sia ini.
Aku takkan biarkan kalian bertindak lebih jauh sebelum Utsmani
bertindak.”

“Utsmani... jikalau mereka sudah berurusan dengan


kematian, tidak ada indah-indahnya, ya?”

“Tidak ada kematian yang indah melainkan berserah diri dan


bersiap dengan senyuman... meski ia tidak menggapai surga itu
sendiri.”

“Karena itu, mata langit dibutuhkan, ya? Sihir seperti itu...”

“Sihir seharusnya benar-benar terlarang dalam agama


manapun, baik menggunakan mata, tangan, alat-alat ataupun
mantra yang diucapkan lewat lisan.”

“Aku siap untuk mati seperti Freibel.”

“Baiklah.”

Ia menusukkan pedang itu kepada Greibel, tanpa ada kejut,


tanpa ada teriakan, yang ada hanya senyuman dan pasrah.

“Surga ini.... tidak akan bisa kujamah. Indah sekali....”

215
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Beristirahatlah dengan tenang.”

Ia terbakar dari dalam ke luar.

“Apakah kita membunuh semua orang Berlidum? Kita juga


bagian dari itu, lo.”

“Aku tidak membalas dendam kepada orang-orang yang


bersamaku, hanya orang yang memegang merekalah yang aku
sangat benci.”

Sungai darah kecil mengalir sampai ujung perkemahan, para


gagak yang lapar datang untuk memakan bangkai mereka. Fajar
menyongsong, nyawa-nyawa melayang terbang tanpa asa dan
tanpa pimpinan siapapun kecuali diri mereka sendiri, senjata-
senjata tertidur pulas, dan para binatang bangun dari tidurnya.
Pembantaian yang mereka berdua lakukan hanya untuk dua
tujuan, mempertahankan desa yang ingin dirampok dan juga
membalas perbuatan Ezetta. Mereka akan melanjutkan pencarian
darah sampai mereka benar-benar kehilangan harapan.

Itu jika mereka benar-benar kehilangan harapan, kurang


lebih.
“Kau gentar?”
“Ya, setelah semuanya terjadi.”
“Selalu begitu, ya?”
Ia memandang ke langit dan seraya berkata “selalu”.
. .

216
Vlad, The Son of Dragon Knight

VIII
Prospect
‘Harapan adalah hak untuk semua makhluk hidup’
-Zoroasterius-

“Seperti yang aku harapkan, Vlad benar-benar


sesuatu.” Kata Direktur Akademi Militer Nasional di
Edirne, Kanacak. “Laporannya sungguh mengejutkan,
bahkan statistiknya melebihi lulusan biasa. Orang Balkan
darimana dia?”

“Dia dari Wallachia.”

“Ah, Wallachia. Para ksatria dan mata-mata berbakat


yang terlahir dari pemerintahan bobrok itu, ya?”

“Mereka mendisiplinkan anak-anak di taman-taman


untuk anak-anak59.”

“Apakah anak ini pernah menjalani pendidikan itu


sebelumnya?”

“Pernah, ayahnya mengisi data itu dengan seadanya.”

“Baiklah, anak ini benar-benar harus diproses.”

59Kindergarten (dalam bahasa Latin yang diumumkan menjadi bahasa Inggris), pendisiplinan anak
melalui pengetahuan umum atau pengetahuan bertarung, merekrut anak-anak yang berumur 5-7 tahun
untuk ketentuannya. Vlad juga sempat belajar disana, belajar membaca, menulis, dan mengenal aksara lain,
seperti aksara Akrilika. Pembelajaran spionase hanya dikhususkan anak-anak berprestasi yang
mendapatkan rekomendasi, sayangnya Vlad tidak tertarik untuk mendapatkan rekomendasi dan memilih
untuk bermain di taman menemani ibunya.

217
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Siap!”

Prajurit itu mengambil laporan Vlad untuk segera


diurus.

“Vlad, siapa kau?” Ia mengetuk meja dengan jari-


jarinya. “Apakah kau akan memberikan bencana kepada
Edirne sama seperti lulusan sebelumnya? Jika itu terjadi,
aku takkan membiarkan kau mendapatkan rekomendasi
sama seperti orang-orang itu.”

Kanacak keluar dari kantornya, berjalan ke taman


kantor, memberi makan para burung dan kucing yang
berkeliaran. Lalu, mengawasi lapangan pelatihan dan
kelas-kelas. Semuanya terkendali, ia tidak melihat Vlad
ataupun kawan-kawannya membuat kerusuhan.

Padahal, seringkali ia melakukan kerusuhan untuk


membela diri dan banyak laporan tentang itu, tanpa
disebutkan karena pembelaan diri.

“Hmmm... damai sekali, tidak seperti sebelumnya


yang mereka orang-orang Balkan itu susah untuk disiplin.”

Vlad berpatroli, menyuruh orang-orang Balkan


sepantarannya yang sering bertengger di jongko untuk
masuk ke kelas. Mereka memasuki kelas yang berbeda-
beda. Baru kali ini, ia melihat orang Balkan memerintah
sesamanya.

218
Vlad, The Son of Dragon Knight

Padahal, lulusan sebelumnya tidak pernah


melakukan itu dan hanya melakukan gerakan pembelotan
secara diam-diam.

“Permisi.”

Vlad hanya mengucapkan sepatah kata sambil


berjalan melaluinya untuk memasuki kelas.

“Kau... tidak mempedulikan dirimu sendiri, ya?” Kata


Kanacak. “Baru kali ini aku melihat orang Balkan seperti
itu.”

Vlad menulis banyak hal, banyak sekali hal, hingga di


ujung kertas terakhir.

Vlad benar-benar kebingungan.

“Saya ijin ke kamar mandi!”

“Cepat kembali ke kelas setelah itu!”

Vlad berjalan ke perpustakaan, Kanacak masih


berdiri melihat lapangan latihan yang kosong.

“Hei,” panggilnya. “Apa kau butuh sesuatu?”

“Kau tidak punya satu lagi yang kubutuhkan, pak.”


Kata Vlad. “Tetapi, aku tetap berterima kasih.”

219
Vlad, The Son of Dragon Knight

Vlad memberinya lima asci60 untuk buku itu, lalu


berjalan segera ke perpustakaan.

“Hei!”

Kanacak tidak punya waktu untuk mengejarnya, ia


harus mengawasi kelas lain di lantai yang berbeda.

“Dia... memilih untuk membeli buku itu.”

Kanacak tetap tersenyum, mengawasi anak-anak,


bersikap seolah-olah ia adalah pengawas.

Padahal, pengawas masih bertugas.

“Direktur!” Seru seorang pengawas. “Kenapa kau


memakai baju itu?”

Seragam yang dipakainya sama seperti seragam


pengawas.

“Jangan terlalu keras, kupukul kau!” Ketusnya,


dengan emosi.

“Pengawasan rutin, ya?”

“Aku tidak bisa duduk di kursi terlalu lama, aku


ingin berjalan melihat-lihat bunga saja.”

Pengawas itu tidak paham akan maksudnya.

60 Koin perunggu

220
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Baiklah, pengawas. Lanjutkan tugasmu.”

Setelah itu, ia kembali ke kantor.

Tersadarkan, ia tiba-tiba memikirkan sesuatu yang


mengganjal.

“Siapa anak itu?”

. .

Vlad dan kedua kawannya mengikuti latihan dengan


baik di lapangan, bahkan mereka biasa menjadi pemenang
latih tanding di kelompok mereka. Meski berbeda
kelompok, mereka masih bisa berkumpul di jongko atau
bercanda di rumah.

“Kami ingin berkumpul dengan kalian.”

“Kalian?” Vlad berdiri dari duduknya, lalu berjalan


menghadap mereka. “Kalian jangan mengharapkan
bersatu dan menimbulkan perpecahan disini. Kami sangat
tidak menginginkan hal itu terjadi jika memang itu tujuan
adanya perkumpulan ini.”

Mereka menunduk.

“Dengarkan, kalian semua.” Vlad mengacungkan


tangannya dan berkata dengan lantang. “Kami sendiri juga
tidak menginginkan adanya perkumpulan besar seperti

221
Vlad, The Son of Dragon Knight

Terowongan Pemuda Balkan61 seperti yang dilakukan


lulusan sebelumnya, yang dimana mengumpulkan orang-
orang Balkan yang didiskriminasi oleh orang-orang Turki
yang akhirnya ditujukan untuk menggulingkan mereka
dan pemerintahannya. Ini tempat yang disediakan mereka,
lo, kenapa kalian malah ingin membalas dendam.
Bersyukurlah karena sudah diberikan pendidikan gratis
tanpa orang tua atau pengasuh kalian harus membayar.
Bahkan, jika kalian masih belajar disini, ada jaminan kalian
bakal digaji kalau prestasi kalian baik meskipun kalian
tidak mendapatkan rekomendasi62. Kalian harus berterima
kasih kepada mereka, lo. Kalian yang belajar disini tidak
mungkin kelaparan, kan? Kalian disini juga ditunjangi.
Kenapa harus ada embel-embel perkumpulan dan
bergabung dengan yang kuat agar bisa membentuk sebuah
kelompok? harusnya tidak perlu. Kita semua teman, kok.”

“Kami benar-benar lemah, Vlad.”

61 Terowongan Pemuda Balkan (hungaria: Fiatalkori Alaguta Balkananan), didirikan oleh Leibertert
Moncastera, dari Kedespotan Serbia. Tujuan awalnya untuk menghilangkan diskriminasi orang-orang
Balkan, pada akhirnya itu digunakan untuk menggulingkan Sultan, ibukota, keluarga, dan imperium
Utsmaniyyah.
62 Ini adalah bentuk keistimewaan Devshirme, jika nilai ujian dengan rata-rata baik meskipun gagal di

beberapa mata pelajaran, ia akan diberikan gaji pelajar sesuai dengan nilai mereka. Jika mereka dapat nilai
dengan di bawah rata-rata, ia tak akan mendapatkan gaji meskipun dia sudah menyelesaikan remedial.
Berbeda dengan orang-orang muslim yang menjalankan wajib militer, mereka sudah pasti ditunjang oleh
negara. Meski begitu, seleksi dan pelaksanaan program Devshirme cukup ketat, tidak luput oleh
persaingan antara orang-orang Devshirme dengan orang-orang muslim yang wajib militer.

222
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Begitu pula kami, dikeroyok seperti barusan apa


kami tidak lelah? Tidak terluka sama sekali bahkan? Kami
babak belur setiap hari, kalian masih dilemparkan satu
ransum bubur kecil di muka saja masih mengeluh?
Dirobeknya buku kalian? Diejek setiap hari? Begitu saja
masih mengeluh? Kalian sudah merasa pantas mendirikan
perkumpulan seperti ini?”

“Memang selemah apa kalian hingga bisa melawan


seperti itu?”

“Memang kalian disini menginginkan peraduan


nasib? Kerja sama? Meminta bantuan seperti ini bahkan?
Jika kau ingin bertengkar dan membuat kelompok untuk
membalas orang-orang Turki yang jahil kepadamu,
adukan saja kepada instruktur atau guru disini. Atau, jika
ada cara lain kalian harus bertengkar sendiri.” Vlad
mendekat kepada orang itu sambil meregangkan
tangannya “Kalau ingin membuat kelompok, jangan ikut
sertakan aku karena aku tidak ingin membuat masalah.”

“Kau!”

“Sudah.” Sergah teman orang itu, mencegahnya.


“Baiklah, kami akan pergi dan tidak akan mengganggu
kalian.”

Mereka meninggalkan Vlad dan kawan-kawannya.

223
Vlad, The Son of Dragon Knight

Malam harinya...

Vlad merespon surat yang sampai kepadanya, ia


hanya mengikuti apa yang dikatakan surat itu. Datang
seorang instruktur, Vlad cukup mengenalnya karena dia
biasa mengajar di kelompok milik Vlad sewaktu di
lapangan. Lapangan terasa luas, hampa, yang datang
hanya seorang instruktur.

“Jadi, Vlad.” Kata instruktur itu. “Kau tidak ingin


bergabung dengan Terowongan Pemuda Balkan?”

“Untuk apa? Setelah aku babak belur dan tidak ada


satupun yang membela termasuk kalian yang diam saja
menonton? Jujur saja, aku sudah lelah dengan segala
pengkhianatan kalian orang-orang salib lakukan.” Vlad
tersenyum sinis, dengan nada yang meremehkan.
“Sekarang, aku menemukan salah satu penjahat yang bisa-
bisanya menjahati ibuku.”

“Kau jeli, dan kau cukup berbahaya, Vlad.” Kata


instruktur itu. “Prediksi Gagak Pemburu memang benar,
bocah ingusan sepertimu harus dicabut sebelum kau
tumbuh hingga akarmu merambat ke semua penjuru.”

“Oh, kurasa aku tidak memiliki pengaruh sebesar itu


kepada orang-orang Turki.”

224
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Untuk sekarang. Tetapi, untuk keesokan hari atau


masa depan, kita takkan tahu pengaruhmu sampai mana.”

“Kalau itu biar takdir yang menentukan.”

Vlad teringat kata-kata Demi.

“Vlad, bawalah pedang ini untuk berjaga-jaga.


Mungkin, ini pedang yang tidak mahal dan kurang
berkualitas. Tetapi, untuk menebas musuh, ini sangat
diandalkan.” Demi menyerahkan pedang kepada Vlad
sebelum ia menjawab tantangan itu. “Jaga dirimu dan
berjanjilah kau akan kembali.”

“Entah, kalau itu.” Vlad memeluk Demi dengan


tersenyum, ia menjadi saudara yang perhatian terhadap
Vlad. “Kau lebih baik jaga yang ada di rumah.”

Vlad bersiap dengan kuda-kudanya, tidak seperti


pertama kali dia bertarung dan membunuh orang yang dia
tanpa kuda-kuda dan hanya mengandalkan refleks.

Dia mengandalkan semuanya pada dirinya, teknik,


refleks, dan mentalnya.

Meski bertarung dengan badan yang rapuh.

“Vlad, kau tidak bisa kabur lagi!”

“Memangnya, aku sudah datang jauh-jauh kesini


menghabiskan tenaga, perlu kabur karena lawannya

225
Vlad, The Son of Dragon Knight

adalah dirimu?” Vlad menghunuskan pedangnya. “Jangan


salah, ini bukan pertama kalinya aku membunuh orang,
apalagi yang seperti kalian!”

“Anak-anak!” Panggilnya. “Kalian mengenal orang


ini, kan?”

“Dia adalah orang yang enggan memberikan


bantuan...”

“Kepada yang membutuhkan.”

“Sombong, dia berani bergaul dengan orang Turki.”

“Bahkan, meskipun tinju itu diarahkan kepada orang


Turki itu, dia tidak meninju mereka sampai berdarah!”

“Dia... bertahan sendiri, tanpa memedulikan orang


lain!”

Zagan datang.

“Aku orang Balkan, anak seorang pendeta, dia.... Vlad


itu... temanku! Dia yang menyelamatkan orang seperti
aku!”

Zagan teringat dengan perkataan Demi, ia tergugah


untuk membantu Vlad.

“Jika kau ingin melindunginya, bantulah ia


sekarang.”

226
Vlad, The Son of Dragon Knight

Zagan tanpa ragu langsung berkuda ke Akademi.

“Bagaimana kau tahu tentang kehidupannya... jika


kau tidak sehari saja hidup bersamanya dan hanya melihat
dari kejauhan?” Zagan berkata tanpa ragu. “Dia adalah
orang yang lebih mementingkan orang lain daripada
dirinya sendiri! Aku merasakan keramahan itu, sedangkan
kalian... menginginkan kehancuran!”

“Kau tahu apa bocah?!” Kata orang itu. “Kau tidak


mengerti penderitaan kami se...”

“Apa katamu?” Sela Zagan, sambil meninggikan


nadanya. “Kau bisa menjadi instruktur, diberikan gaji, kau
masih punya tempat tinggal, dan kau tidak berterima kasih
kepada mereka? Hah?! Penderitaan... penderitaan... dan
penderitaan saja yang kalian bahas. Jika penderitaan itu
yang kalian bahas, kalian tidak akan bisa melakukan
gerakan seperti ini! Kalian akan menjadi gelandangan
seperti rakyat kecil di kota-kota besar jika kalian
merasakan penderitaan!”

“Inilah kenapa... dunia ini surga bagi yang ingkar,


dan penjara bagi yang yakin.” Vlad memandang mereka
dengan sinis. “Orang-orang yang ingkar pasti akan
menginginkan lebih karena itulah yang harus didapat, dan
orang-orang yang yakin itu hanya menginginkan
kebebasan meskipun mereka terkurung berkali-kali.”

227
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Dari ucapanmu itu, Vlad, kau sepertinya bukan


orang...”

“Aku mengakui, bahwa aku orang yang ingkar.


Tetapi, aku bertindak seperti orang yang yakin.” Sela Vlad.
“Terlihat seperti hipokrit, ya? Aku tetaplah aku.”

“Sudahi ceramahmu, Vlad.” Instruktur itu


menyarungkan pedangnya. “Jika kau bisa bergabung
dengan kami, mungkin kami akan memberimu
kesempatan. Tentu saja, keluargamu juga.”

“Bagaimana mungkin... aku bergabung dengan


kalian... yang diam saja melihatku menderita, bahkan
mendapatkan kesenangan atas penderitaanku?” Vlad
mengganti posisi kuda-kudanya, membidik dengan
pedangnya. “Bahkan, orang sepertimu harusnya tidak
perlu memberikan kesempatan itu. Harusnya aku yang
bertanya kalau... kau mau hidup atau mati? Apa
menunggu kalah dulu baru bisa bernegosiasi?”

“BAJINGAN!! ANAK PELACUR HARUSNYA


DIAM SAJA!!”

Instruktur itu langsung menyerang Vlad, tanpa


memakai kuda-kuda atau teknik bela diri. Dia tanpa ragu
untuk menebas Vlad, sayangnya...

Tangannya tertebas oleh pedang murahan itu.

228
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Mau mati atau hidup? Yang mana?” Dia


menodongkan pedang itu kepada instruktur itu. “Aku
berikan kesempatan negosiasi satu kali lagi!”

“Serang!”

Ia dilindungi oleh anak-anak buahnya.

“Ampun, Tuhan Langit.”

Vlad, ia tanpa ragu menebas anak-anak


sepantarannya yang bergabung dengan instruktur itu dan
terlihat sudah terbiasa untuk membunuh.

Zagan, meskipun banyak keraguan dalam dirinya


untuk membunuh, akan tetapi dia melakukan ini untuk
teman yang menyelamatkannya dari bunuh diri.

Zagan dan Vlad memandang tajam ke arah musuh,


menebas orang-orang itu. Zirah orang-orang itu tidak
menghalangi mereka untuk terbunuh. Instruktur itu mulai
mengambil pedangnya dan berusaha menusuk Vlad dari
belakang.

Akan tetapi...

Zagan melindunginya, menahan serangan instruktur


itu. Ia sangat tahu tentang tebasan itu, karena itu teknik
yang sudah ia kuasai sebelum hari dimana sang instruktur
mengajarkan teknik itu.

229
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, teknik itu...” Zagan meringis. “Harus dilakukan


dengan dua tangan, bodoh!”

Zagan menebas tangannya, ia berteriak sekencang


mungkin.

Untungnya, penjaga akademi sedang tidak


mengawasi, dan prajurit masih jauh untuk berpatroli di
sekitarnya.

Teriakan itu diakhiri dengan tusukan di kepalanya.

Mereka menghabisi semua musuh.

“Hei, bagaimana coba?” Tanya Zagan, ia benar-benar


kebingungan melihat semua mayat ini. “Kita benar-benar
kacau!”

“Jangan tanya aku, aku sedang berpikir!” Sergah


Vlad, menopang sambil mengelus dagunya. “Aku benar-
benar bingung.”

Vlad tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.

“Untungnya, lumbung kayu selalu tidak terkunci.”


Kata Vlad. “Aku pernah dihukum disana.”

“Itu... karena aku, bukan?”

“Jelas bukan, itu hanya seorang instruktur dan orang-


orang itu. Aku takkan menyalahkan korban yang butuh
dibela.”

230
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Maaf, kalau aku selalu merepotkan.”

“Hei~hei, kau disini sudah cukup membantu, lo.”


Vlad melepas bajunya yang basah karena dicuci dan
membersihkan darah yang tumpah di lapangan. “Hargai
kerja kerasmu sendiri, baru kau bisa hargai orang lain.”

“Kenapa kau buka baju?”

“Aku tidak mau memakai pakaian yang basah.”

“Celanamu juga basah, apa kau mau ju...”

“Kau bodoh atau bagaimana, Zagan?” Sela Vlad,


dengan nada tegas.

“Maaf, bercanda.”

Keesokan harinya...

Mereka bangun kesiangan.

Mereka melihat hari sedang hujan. Hujan yang


tenang dan menenangkan, tidak ada angin kencang,
maupun halilintar melainkan hujan biasa. Taman Demi
diberi minum oleh hujan yang tenang itu.

“Hei.” Kata Vlad.

“Ya.” Kata Zagan.

“Kau mau berangkat?”

231
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Di tengah-tengah hujan begini, kau masih mau


berangkat?”

“Entah.”

“Bagaimana dengan kekacauan kita kemarin?”

“Sepertinya, kita harus mengganti kayu dari lumbung


itu.”

“Demi, dia dimana?”

Mereka mengecek di laboratoriumnya.

Tidak ada.

Sementara itu, Demi...

“Hei, bukankah tadi aku bilang keuntunganku hanya


dapat satu karavan saja?” Keluh Demi, karena tidak sesuai
dengan laporan.

“Jangan mengeluh, anak kecil. Sebagian itu dari


ayahmu juga.” Kata sepupunya, Dalphes. “Kita para
pemodal hanya disuruh untuk menaati aturan perusahaan,
kurang lebih.”

Perusahaan Keluarga Dezertamma, perusahaan


swasta yang memperjualbelikan berbagai barang dan jasa.
Tidak seperti Agensi Properti Nasional yang hanya
menjual barang berupa tanah dan bangunan.

232
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, tujuanku untuk berpartisipasi disini agar aku


bisa mandiri.”

“Jadi, kau masih bilang untuk tidak bergantung


kepada orang lain? Bahkan ayahmu?” Dalphes mulai
menggenggam tangannya, lalu mengarahkannya kepada
Demi. “Selagi kau berpartisipasi disini, kau harus
bergantung dan dipergantungkan orang lain karena kita
keluarga disini!”

Seketika, suasana menjadi hening.

“Oi! Dalphes! Demi!” Seru Orza dari kejauhan, ia


berlari ke arah adiknya dan sepupunya sambil tersenyum.
“Kalian disini rupanya.”

“Kak, ambil satu karavan itu untukmu.” Kata Demi,


menyerahkan kunci karavan. “Aku sudah mendapatkan
bagianku.”

“Oh, pemodal besar, Demi Dezertamma adikku...” Ia


terlihat terpaksa untuk menerimanya, menunduk.
“Anggap saja ini sebagai pengganti pembelian Szelen.”

“Szelen? Kenapa kau tidak bilang kepadaku?” Demi


memukulnya dengan keras, ia terpukul mundur.
“Kenapa?!”

“Aku ingin menghindari rumor buruk di keluarga


kita. Ini masalah kedua belah pihak yang akan dirugikan.

233
Vlad, The Son of Dragon Knight

Entah itu dari pihak Gagak Putih maupun keluarga kita.”


Orza tidak membalas pukulannya, ia benar-benar tahu
kalau itu kesalahannya. “Maka dari itu, aku harus
bertindak cepat.”

“Kalau kau bilang tentang hal itu dari awal, aku


takkan marah.” Demi menunduk. Dia tahu, ini
kesalahannya juga. “Kalau kau baru bilang itu sekarang,
akulah yang merasa bersalah.” Demi tersenyum. “Terima
kasih, kakak.”

Ia meninggalkan lorong aula, beranjak pulang.

Demi pulang dengan basah kuyup karena kehujanan,


ia memasuki rumah melalui pintu yang berada di kandang
kuda. Terlihat tidak ada orang di rumah. Namun, ia
melihat Szelen berlatih keras di rubanah.

“Tuan Demi? Ada apa?”

Demi memeluk Szelen.

“Maaf, Tuan. Anda perlu ganti baju terlebih dahulu,


anda benar-benar basah kuyup, nanti anda masuk angin.”

“Szelen, kenapa kau tidak katakan dari awal setelah


Orza membelimu?” Demi menangis. “Ceritakan kepadaku,
semuanya.”

“Tenang dulu, Tuan Demi.”

234
Vlad, The Son of Dragon Knight

Mereka berbincang berdua setelah itu.

“Tuan ingin aku menjelaskan semuanya, ya?”

Suasana semakin canggung, tidak seperti dulu


mereka berdua berbicara dengan lepasnya.

“Ya, aku benar-benar ingin kau menjelaskan tentang


semuanya.”

“Baiklah...”

. .

Vlad memenangkan pertarungan kontrak darah itu,


dna lawannya adalah Szelen. Yang kalah akan dijadikan
budak, dan yang menang menjadi tuannya.

“Hei, Szelen. Aku membayarmu untuk kontrak


budak kali ini. Aku sangat memohon kerja kerasmu nanti.”

Vlad memberikan satu peti berisikan ratusan koin


emas.

“Mungkin ini tidak seberapa, tetapi...” Vlad masih


canggung mengatakannya, ragu-ragu. “Akan tetapi, ini
untuk kebaikan kedua belah pihak.”

“Padahal... aku berniat untuk membunuhmu dan


keluargamu.” Szelen menangis, terharu. Heran, bahagia,
dan sedih bercampur aduk menjadi satu perasaan. “Lantas
kenapa... kau membiarkanku hidup dan memberikanku

235
Vlad, The Son of Dragon Knight

harga sebuah pernikahan?! Emas di dalam peti itu bukan


harga budak, melainkan harga barang antik, harga
pernikahan bangsawan, dan harga darah ksatria paling
loyal di Gagak Pemburu!”

“Aku mengerti.”

Ia menatap Vlad.

“Aku sangat mengerti. Tetapi, kehormatan wanita


itu.... harus dibayar dengan harga yang pantas, kan?
Mengingat Mortzevik adalah teman berhargaku di Gagak
Pemburu, aku ingin melindungi putri tunggalnya yang
berharga...”

Vlad dengan luka sayat yang cukup lebar di perutnya


masih bisa menahan diri dan berbicara banyak hal.

“Aku sendiri merasa bersalah jika aku melanggar


janjiku. Bahkan, jika aku mati sekalipun dalam duel
denganmu, aku takkan keberatan. Tetapi, ini kontrak
darah, tak boleh ada yang mati.” Vlad memegangi
perutnya. “Kau tak perlu mengkhawatirkanku, kau sudah
kalah soalnya. Maaf, soal menginjakmu tadi... aku benar-
benar tidak...”

Vlad memenangkannya hanya dengan


mendorongnya jatuh dan menginjak perutnya dengan satu
kaki.

236
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau...” Sela wanita itu dengan menunduk, lalu


memelototi Vlad dengan mata yang penuh isak tangis.
“KAU TIDAK PERLU MINTA MAAF KEPADAKU!!”
Szelen berlutut dan hendak meminta maaf dengan
bersujud. “Akulah... yang harus disalahkan!!”

“Szelen, angkat kepalamu, kumohon!” Vlad


memegangi kepala Szelen, mencegahnya untuk bersujud.
“Aku memaafkanmu, jadi kumohon berdirilah!”

“Ya.” Mata Szelen mencurahkan air mata saat


menceritakan tentang kontraknya itu. “Saat itu,
kontraknya berjalan. Seiring berjalannya waktu dan Orza
memperhatikanku, aku berniat dibeli dari Tuan Vlad
dengan tiga karavan, pada awalnya. Itu pun termasuk
semua budak yang dimiliki Tuan Vlad.”

“Lalu?”

“Aku kira dia menawarkan dengan harga mahal,


ternyata ia menawarkan kepada Orza dengan
menguranginya menjadi setengah karavan. Orza sudah
bersedia dengan empat karavan untuk membebaskan
budak-budak, tetapi yang dia punya hanya aku dengan
kontrak darah.”

Demi mengangguk, ia paham.

237
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Lalu, dia memberikan harga satu karavan dan tidak


boleh diganggu gugat lagi dan Tuan Vlad menyetujuinya.
Selesai dengan kontraknya, Orza memberiku satu peti
emas sama seperti yang dilakukan Vlad ketika ia memulai
kontrak darah.”

“Seharusnya, aku yang memberikannya... karena kau


tinggal di tempatku.” Demi memberikan satu peti itu
kepada Szelen. “Siapa tahu, kau membutuhkan emas ini
jika kurang.”

“Kumohon...” Szelen dengan tiba-tiba memeluknya,


itu mengejutkan Demi. “Jangan begini....”

“Kenapa kau bilang begitu?”

“Aku berusaha membunuh Sultan dan orang-orang


baik seperti keluarganya, dan juga Vlad yang baru saja
dikhianati.”

“Hei.” Demi memegang dan mengelus kepala Szelen.


“Dengarkan aku, Szelen. Jangan terlalu meratap ke masa
lalu, maafkanlah dirimu dan terima kasihlah kepada orang
yang memberikan kebaikan.”

Szelen menangis, bahagia dan sedih bercampur


menjadi satu, ia benar-benar terharu bisa bertemu dengan
orang baik. Ia mengingat doa yang diucapkan orang

238
Vlad, The Son of Dragon Knight

tuanya. Memeluk Demi dengan erat, berteriak dengan


keras.

Demi menangis, membalas pelukan Szelen.

“Semoga, anakku dipertemukan oleh orang-orang baik di


tengah orang-orang jahat seperti kita.”

“Terima kasih... atas doamu... Ayah!”

“Harapan ayahmu terkabul, ya?”

Vlad tersenyum, terharu melihat mereka yang sedang


berpelukan.

“Mereka sedang menghujani rubanah ini dengan air


mata yang penuh haru.” Kata Vlad. “Mari kita membaca
buku di ruang pustaka untuk berteduh.”

Zagan yang di belakangnya mengangguk, lalu


mengikuti Vlad.

. .

“Hei, Vlad.” Tanya Zagan. “Sejak kapan kau bisa


berkuda?”

“Itu sudah lama sejak aku kecil.” Jawab Vlad. “Aku


langsung bisa berkuda di bawah bimbingan ayahku. Dari
bukit ke bukit, lalu mendaki gunung sendirian.”

“Kau tidak pernah terjatuh selama perjalanan?”

239
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Aku terjatuh berkali-kali, namun bukan dalam


kecepatan tinggi. Jadi, aku bisa selamat.”

“Kau saat itu berniat untuk menjadi prajurit, ya?”

“Ya, aku sangat ingin menjadi prajurit. Aku kira saat


itu aku sendirian. Ternyata, ayahku mengawasi dari
kejauhan.”

“Ayahmu ternyata perhatian denganmu.”

“Jelas, dia sangat perhatian. Dia baru saja


mengirimiku uang saku untuk diberikan kepada Demi
setengahnya sebagai bayar sewa dan makan.”

“Wah.”

“Permisi!”

Ada seseorang dari kejauhan, berada di luar pagar


dan kehujanan.

Tamu disuguhi dengan air tebu yang segar dan roti


kering sebagai camilan, Vlad dan Zagan yang
menyuguhkannya.

“Anda wali dari Zagan, ya?” Tanya Vlad, sembari


duduk di depan tamunya.

“Ya, itu benar. Sudah tiga bulan lebih tidak kembali,


jadi aku datang kesini, anak muda.” Kata tamu itu.

240
Vlad, The Son of Dragon Knight

Demi berjalan dari rubanah, lalu duduk bergabung di


ruang tamu.

“Ada apa?”

“Dia walinya Zagan, dia ingin berbicara mengenai hal


itu!” Bisik Vlad.

“Aku paham, Vlad.” Demi beralih ke tamu itu. “Aku


Demi, dan ini Vlad, kami ini teman satu rumahnya.”

Tamu itu menangis, terharu.

“Anda baik-baik saja, kan?” Tanya Vlad.

“Ya, sudah lama ia tidak memiliki teman... semenjak


aku membiarkan dia bermain di luar, dia kembali dengan
sedih, selalu... aku membiarkannya belajar dengan
program Devshirme, pulangnya pasti meninggalkan
bercak ransum dengan wajah penuh air mata. Tetapi, aku
heran kenapa selama tiga bulan ia belum kembali, jadi aku
mencarinya. Ternyata, dia di taman kebahagiaan para
petani Balkan, Taman Demi.”

“Mendengar kata-kata itu, saya benar-benar


tersentuh.”

“Kalau begitu, aku akan memberikan sesuatu...


sebagai tanda terima kasihku.”

241
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tidak, ini tanda terima kasih sebagai teman


baiknya.” Demi tersenyum, sambil menyerahkan peti yang
berisi banyak emas. “Saya benar-benar berterima kasih
sudah mengasuh dia selama ini.”

“Tidak, simpan saja petimu. Aku sudah menyiapkan


satu karavan untukmu.”

“Tidak, simpan saja karavannya. Saya benar-benar


tulus ingin memberikan dua karavan saya.”

“Kalau begitu, tidak ada cara lain lagi, ya...”

Hujan akhirnya berhenti, tepat sehabis ashar.

Lapangan luas di Taman Demi terasa sunyi, angin


menari bersama rerumputan, dedaunan pepohonan dan
tanaman-tanaman, dan para boneka petani yang mengalir
karena irigasi dan kincir air kecil di sekitarnya.

“Vlad,” panggil Zagan, mengajaknya berbicara.


“Menurutmu ‘apa yang mereka akan lakukan’?”

“Aku tidak tahu, kenapa tanya aku soal itu?”

“Aku penasaran.”

“Aku juga...” Kata Vlad, meratapi dinding kamar.


“Bahkan, aku harap aku bisa menjawab pertanyaanmu.”

“Mereka akan tetap bersikap baik, kan?”

242
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ya, semoga mereka tidak berbuat yang berlebihan.”

Mereka benar-benar menari dengan irama.

Cetakan-cetakan besi itu mendendangkan sebuah


lagu berjudul ‘pertandingan penerimaan pertemanan’,
alunan angin yang datar menjadi penyeimbang irama,
tanaman-tanaman dan pepohonan menari, dedaunan
gugur yang takkan bisa membenci angin pun menari
berputar-putar.

Langkah tarian itu cepatnya bukan main, tangan dan


kaki selalu bersinergi meskipun berbeda arah geraknya.
Tarian terbang itu terlihat indah.

Tarian Daun yang Gugur.

Tarian dari dasar angin yang cukup indah, namun


butuh waktu lama untuk melakukan tarian itu dengan
sempurna. Lompatan dengan putaran penuh secara
horizontal bukan hal yang mudah.

Pendaratannya harus dilakukan dengan sempurna.

Orang itu menghindarinya dengan refleks yang luar


biasa.

Pertarungan itu hanya Vlad dan Zagan yang melihat


dari atap rumah. Keduanya sudah berada di tingkat yang
berbeda jauh dari mereka.

243
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Ksatria Gagak Pemburu atau Romawi Suci... apakah


mereka memiliki refleks seperti itu?” Tanya Zagan.

“Kurasa hanya sebagian orang.” Jawab Vlad. “Aku


hanya menebak.”

“Demi dan pengasuhku itu... mereka sama-sama


ksatria yang di atas rata-rata.”

“Seperti apa dia?”

“Dia orang yang baik, selalu memberiku bunga,


menghiburku di saat sedih, menemaniku di saat senang.
Dia adalah prajurit, entah kenapa aku tidak pernah
melihatnya menggelantungkan pedang di pinggang atau
memakai seragam sebagai identitasnya. Dia hanya berlatih
dengan pedang kayu di waktu senggang.”

“Bagaimana di saat waktu penyerahan hak asuh?”

“Aku hanya dikenalkan oleh salah satu prajurit yang


menyelamatkanku dari bencana perang itu. Katanya, dia
orang baik dan seorang prajurit teladan di tahun itu. Tapi,
saat itu aku berpikir bahwa ‘entah ia akan membuangku
kemanapun, aku tetap bersedia’, seperti itu.”

“Kau siap menerima dirimu apapun itu, ya? Entah


apa yang ada di pikiranmu saat itu untuk bunuh diri.”

“Aku membuang diriku sendiri.”

244
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau baru memikirkannya setelah kau bertemu aku


dan Zagan.”

“Sebenarnya.”

Tarian itu memang tarian yang luar biasa dari mereka


berdua, putaran itu sangat memukau. Kecepatan dan
presisi mereka dalam menari memang bukan main.

Mereka masih bisa bertahan lebih lama dalam


bertarung.

Menari dan menari, dengan berbagai langkah,


melakukannya dengan cepat dan kuat. Jika ksatria
melawan ksatria, terciptalah suatu pertarungan yang
hebat.

Pertarungan semakin sengit, pedang yang berdentang


mulai menggema di taman yang sunyi itu. Belum ada
sama sekali darah yang tertumpah.

Cukup sekali kena untuk memenangkan pertarungan


ini.

Orang itu mulai melancarkan putaran untuk sekali


lagi, Demi melakukan putaran terbalik untuk menghindari
serangan.

Gerakan yang tidak terduga!

245
Vlad, The Son of Dragon Knight

Meskipun Demi berputar, ia melakukan lompatan


dan putaran di saat yang bersamaan. Putaran ganda sangat
susah untuk dilakukan. Vlad sadar, ketika ia melihatnya
berlatih di hutan melawan para harimau sendirian. Ia
mencoba melakukan putaran itu hingga berhasil.

Akhirnya, usaha keras itu tidak sia-sia.

‘Dasar Angin: Badai Ribut’

Punggungnya terkena sayatan, luka itu cukup lebar.


Orang itu tersungkur dan kalah dari Demi.

“Maafkan saya, saya terlalu berlebihan!” Demi


mengobati luka orang itu. “Saya seharusnya memakai
pedang tumpul saja.”

“Eh, aku memakai pedang tajam juga. Lagipula,


aturannya hanya sekali kena, kan? Tidak masalah, kan?”
Kata orang itu, dengan nada santai. “Kita juga berlatih
dengan pedang tajam agar setiap saat kita tidak
mengurangi kewaspadaan kita.”

“Anda benar juga.”

“Omong-omong, namaku Arba’ Gasen.”

“Senang bertemu dengan anda.”

Zagan tersenyum, mereka terlihat akur sehabis


pertandingan itu.

246
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kurasa, aku terpaksa menerima dua karavan ini.”

“Anda harus menerima kebaikan kami, tuan.” Demi


melepaskan kuda dan karavannya di kandang mereka.
“Lagipula, menerima kebaikan sesama muslim tidak ada
salahnya.”

“Ya.”

“Sekali-kali, jika anda ada waktu senggang, jangan


sungkan berkunjung.”

Vlad menaiki kuda salah satu karavan untuk


mengawal Arba’.

“Mari kita berangkat.” Kata Vlad, dengan ceria.

“Pemuda yang sangat enerjik!” Ia membalas senyum


Vlad, lalu beralih ke Demi. “Aku akan berkunjung ke sini
di lain waktu, dengan membawa sesuatu.”

“Kami akan menyambut dengan senang hati, jika


memang ada waktu.”

Arba’ dan Vlad pergi dari Taman Demi dengan kedua


karavan itu.

Kuda-kuda dan karavan yang menganggur akhirnya


terpakai juga.

Sejuknya angin di kala senja itu berbaur dengan


makhluk-makhluk di sekitarnya. Tidak memandang

247
Vlad, The Son of Dragon Knight

derajat mereka dari keberakalannya, tidak memandang ia


terlihat hidup atau mati terdiam, tidak memandang
apapun. Senja di Taman Demi terasa menenteramkan.

“Sehabis derasnya hujan, sejuklah angin di kala reda.”

“Kata siapa itu?”

“Seseorang.”

Dan, seseorang itu masih berada dalam jangkauan


mereka.

. .

248
Vlad, The Son of Dragon Knight

+
That People’s Tales: Arba’ Gasen’s Point

Arba’ Gasen, sang pembantai legendaris dari Tabriz.


Anak keempat dari lima bersaudara. Keluarganya mati
dan dibakar hidup-hidup di depan matanya. Yang ia bisa
lakukan hanya berlari karena saat itu dia masih kecil. Dia
direkrut para Radikalis六三, menjadi orang paling teladan,
ketekunan dan kerja kerasnya bercampur dengan motif
balas dendam.

Balas dendamnya terbalaskan dengan bantuan para


Radikalis.

Dia membantai, menghancurkan benteng, menjarah


para prajurit karavan, dan beraksi dengan baik di kalangan

六三 Dalam bahasa arab, Asasiyun ( ‫أسيياسي‬, Romanisasi: Assassins). Didirikan oleh Hassan Al-Sabbah.
Mereka bagian dari Nizariyah yang kemudian ditaklukkan oleh Ayyubiyyah. Hidup di pegunungan,
tebing dan bukit-bukit batu. Mereka menganut aliran Syiah Ismailiyyah. Pembunuhan terencana terhadap
orang-orang penting, membantai prajurit kelas berat, sabotase penuh, ialah taktik utama mereka (dan
digunakan oleh orang-orang Modern saat ini, pen.). Ordo mereka ialah ordo yang paling dipercaya sejak
perang salib di abad ke-11. Terpercaya sebagai prajurit bayaran dan agen intelijen yang terlatih. Meski
markas utama Alamut ditaklukkan oleh Ayyubiyyah, mereka masih tetap bertahan sampai darah terakhir.
Motto utama mereka ialah: ‘Kita bekerja di kegelapan untuk melayani cahaya’. Diterapkan dalam bentuk
lain dalam slogan Akademi Perang Nasional di Konstantinopel setelah penaklukkannya, yaitu: ‘Berani
kotor untuk lingkungan yang bersih’. Kemudian, dijadikan sebagai slogan iklan nasional di abad ke-19
agar Turki tetap bersih.

249
Vlad, The Son of Dragon Knight

para Radikalis. Baik dia bekerja berkelompok, maupun


sendirian.

Inilah kenapa ia mendapat julukan ‘Pembantai


Legendaris dari Tabriz’.

Tugas terakhirnya ialah meneror bangsa Mamluk di


empat benteng. Kahran六四, Baghdad yang sudah
direnovasi, Jerusalem, dan juga Akka.

Sayangnya, dia digagalkan oleh satu orang.

Orang itu...

Dia menancapkan dua tombak di badannya. Dia


benar-benar kewalahan.

“Kenapa... hanya kau seorang diri? Kau... siapa?”

“Aku penguasa Mamluk, bodoh!”

Orang itu... dia benar-benar sombong.

Untungnya, tugas untuk meneror orang-orang itu


belum ada yang jatuh korban.

Para Radikalis terbantai di markas mereka sendiri,


Benteng Karnamun di Tehran. Terbakar dan hancur hanya
dengan satu orang, yakni orang itu...

六四 Sekarang, Kairo.

250
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau sekarang melihat apa yang aku lakukan?


Bedanya, aku melakukannya seorang diri, sedangkan kau
berkelompok.”

Aku terkadang juga bekerja sendirian. Tulisnya, dengan


menimpal kata-kata orang itu.

“Sungguh, untuk apa kau melakukan semua ini


dengan mengumpulkan kawan-kawanmu itu?” Orang itu
dengan nada meremehkan memandang rendah dirinya.
“Kau itu bodoh, ya?”

“Aku adalah korban penjarahan oleh sisa-sisa Ksatria


Kuil. Mereka membakar desa, menjarah harta apa yang
kami punya. Keluarga wanita kami dianiaya di depan
mata kami. Para penjarah itu.... mereka!” Dia menangis.
“Mereka...”

“Tunggu sebentar. Kau punya mata hijau itu, ya.”

Orang itu melakukan sesuatu dengan kedua matanya,


entah apa yang dia lakukan tidak ada yang tahu. Dia tidak
menyentuhnya sama sekali, dia benar-benar melihat mata
orang itu berwarna merah terang dengan ukiran elang
yang terbang melingkar lalu membentuk sebuah ukiran
mozaik yang indah.

“Selesai!”

251
Vlad, The Son of Dragon Knight

Matanya berdarah, ketika ia disuguhkan cermin. Ia


melihat matanya menjadi warna kuning, seperti mata
kucing. Darah keluar dari matanya. Namun, ia tidak
merasa kesakitan.

“Sekarang, aku tunjukkan dimana orang-orang itu


berada. Bahkan, mereka sedang menjarah benteng para
pengembara.” Kata orang itu, tersenyum. “Jadi, kau tak
perlu bekerja dengan mereka lagi.”

Benteng Falkana telah dijarah, tempat itu benar-benar


kacau saat mereka tiba di sana.

Mereka benar-benar telat.

Kuda mereka harus melakukan perjalanan lagi, mau


tidak mau.

“Aku tahu persis mereka di mana.”

Benteng Akka, tempat bersemayamnya orang-orang


Yahudi.

“Kau tahu, kau tidak boleh membunuh para ahli


agama. Yang harus kau lakukan ialah bertanya.
Bertanyalah pada satu orang saja, yang mungkin kau
anggap sebagai ahli agama. Ingat satu hal, bertindak harus
berpikir, mengerti?”

252
Vlad, The Son of Dragon Knight

Orang itu benar-benar membimbingnya di jalan yang


benar.

“Ahli agama... mereka tidak mencurigakan.”

“Yang mencurigakan itu Ksatria Kuil dan Radikalis.


Meskipun mereka sangat berseberangan, ada
kemungkinan mereka bekerja sama.”

“Tidak mungkin mereka bekerja sama, dari pemikiran


mereka saja sudah terlihat jelas bahwa mereka berselisih.”

“Kau sudah lama menjadi Radikalis, ya? Kelompok


tentara bayaran itu pasti melatihmu dengan cara yang
aneh-aneh.”

“Jelas, aku harus menusukkan pisau tujuh kali sehari,


bahkan sampai aku kehabisan darah dan sekarat. Jadi, aku
terbiasa untuk tertusuk berkali-kali. Tusukan di badan
tidak berarti apa-apa bagiku.”

“Benar-benar aneh.” Orang itu mengelus dagunya.


“Bagaimana kalau ada tusukan di kepala?”

“Aku masih bisa mati... mungkin?”

“Kau percaya kau bisa kebal dengan seperti itu?


Serius?”

“Hampir.”

“Benar-benar bodoh, ya.”

253
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Tapi, aku yakin akan satu hal.” Dia mengatakannya


dengan yakin, memandang tajam, dan tersenyum kepada
orang itu. “Semua yang hidup akan binasa.”

Orang itu tertunduk.

Ksatria Kuil datang tengah malam, ketika penghuni


benteng Akka dan para penjaga benteng tertidur. Mereka
yang biasanya menutup gerbang rumah menggantikan
para penjaga.

Dia menyamar menjadi Ksatria Kuil, memakai


seragam mereka. Menyusup ke bagian terdalam markas
mereka. Misi ini benar-benar hanya dilakukan seorang diri.

“Kau dapat apa?”

“Mereka yang di satu ruangan itu berkata tentang


pembagian harta jarahan. Satu yang lain berkata tentang
pengelolaan pasukan. Satu yang lain lagi berkata tentang
sebuah buku, mungkin – karena mereka membahas
sesuatu yang cukup rumit.”

“Beritahu aku dimana ruangan mereka – yang


membahas buku.” Kata orang itu, dengan menggebu-gebu.
“Mereka pasti tidak membahas hanya dengan satu buku.”

“Di rubanah, sebelah lorong tangga yang menuju ke


penjara.”

254
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Bagus, aku tidak meragukan kerjamu untuk ini.” Dia


memberikan sekantung emas. “Kau bisa pergi sekarang,
aku atasi ini sendiri.”

“Tidak.”

Orang itu menoleh kepadanya, ia yakin orang itu


pasti mengucapkan satu kata.

“Apa katamu? Aku tidak....”

“Tidak.” Selanya. “Aku tidak akan pergi


kemanapun.”

“Tunggu, kau ingin mencegahku atau bagaimana?”


Kata orang itu, menggenggam tangannya. “Jika kau
mencegahku, aku akan memberi lubang tepat di
kepalamu.”

“Silahkan.”

“Kau benar-benar bodoh, ya? Kau memang ingin mati


disini.”

“Aku tidak keberatan.” Katanya, dengan tatapan


tajam itu. “Lagipula, aku tidak ingin menghadangmu.”

“Oh, aku tahu.”

Dia membantai orang-orang di sekitar rubanah itu


dengan senyap, dilakukan dengan maksimal. Sementara
orang itu, bisa fokus ke ruangan yang ia tuju.

255
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Hei, kau orang manja yang itu, ya?” Orang yang di


ruangan penuh dengan buku itu duduk santai, ditemani
dengan lilin dan kertas-kertas yang berserakan di meja.
“Sudah lama kita tidak bertemu.”

“Ya, sudah lama.”

“Bagaimana kabar ayahmu?”

“Nah, Mo sedang beristirahat sampai fajar nanti. Aku


kesini hanya untuk mengunjungimu.”

“Kau kemari hanya untuk balas budi, ya?”

“Ya, semenjak pertunjukan Operias yang


menakjubkan penuh dengan darah itu六五.”

“Oh, yang itu.”

“Dan sekarang, kau jadi ahli agama dari biara orang


Yahudi? Menakjubkan bisa melihatmu hidup di tengah
Ksatria Kuil.”

“Ah, itu.” Dia menyalakan cerutunya, memasukkan


tembakau, membakarnya, menghisapnya, lalu
dikeluarkannya asap itu. “Lagipula, jika kita bisa bekerja
sama, kenapa tidak?”

六五 Sebuah Aksi teror di Amasya. Istana Camladari terbakar saat itu dan memakan banyak korban,
kebanyakan prajurit penjaga dan pelayan istana yang menjadi korban. Tetapi, saudara-saudara orang itu
juga menjadi korban pada insiden tersebut.

256
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Bertahan hidup, ya.”

“Yang takkan kulupakan...” Katanya, sambil memeras


tebu di gelas, meletakkan cerutunya dan meminum gelas
yang berisi hasil perasannya itu. “Pada waktu itu, kalian...
Mongol melawan Mongol itu masih terjadi tepat di depan
mata kepalaku sendiri. Jadi, aku kemari untuk membalas
dendam apa yang sudah mereka perbuat. Pendahulumu –
tidak, bahkan ayahmu... benar-benar merugikan orang
lain, termasuk keluargamu.”

“Perang itu bukan perang yang kami inginkan,


bodoh.”

“Mo... aku tahu dia selalu berlagak di medan perang,


tetapi ia dilindungi di tengah-tengah pasukannya.”

“Kau berbicara seolah kau tahu ayahku.”

“Aku tahu ayahmu, ketika di Akademi Perang dulu


maupun sekarang masih tetap sama.” Ia meletakkan isi
cerutu yang membara ke tangannya, lalu ia
menggenggamnya. “Ironisnya, aku satu tim dengannya.”

“Yang benar saja.”

“Dia tak berbohong, kami tahu soal Mo.”

Orang itu terdiam, ia melihat banyak orang


mengelilinginya.

257
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Kau tahu apa, sebagai anaknya?”

“Yang aku tahu... dia bukan orang yang seperti itu.”


Kata orang itu, tersenyum bangga saat mengatakannya.
“Dia... yang menjadikanku seperti ini. Di saat saudara-
saudaraku terbunuh, bukan aku yang membalaskan
dendam mereka melainkan ayahku seorang diri. Ia pulang
ke rumah penuh dengan darah hingga warna kulitnya
tidak terlihat lagi. Ibuku yang melihatnya sampai pingsan
waktu itu.”

Dia, Arba’ Gasen, mendengar percakapan mereka


sambil berjaga.

“Mo... apakah dia mengajarimu seperti ini?”

“Tidak, ini kehendakku sendiri.”

Mereka terdiam sejenak.

Arba’ Gasen merasakan sesuatu.

Orang besar yang muncul entah dari mana


menyerangnya dengan kapak besarnya. Arba’ menahan
serangan itu dengan kedua tangannya, padahal mata besi
di kapak itu hampir mengenai kepalanya.

Orang besar terus mendesak menggunakan


tenaganya, lantai yang mereka pijak sampai retak.

258
Vlad, The Son of Dragon Knight

Arba’ tidak sanggup menahannya, ia langsung


menyerangnya dengan pisau di lututnya.

Orang besar marah, berteriak. Bantuan mulai datang


dari atas, menuju ke rubanah. Ia berlari menyerang Arba’
dengan tenaga penuh. Namun, Arba’ menghindarinya
dengan lompatan tinggi hingga membentur langit-langit.
Orang besar itu merubuhkan dinding sebuah ruang
dimana orang itu dan pustakawan berada.

“Hei, Ktarhun! Sedang apa kau?!” Kata penghuni


ruangan yang duduk di kursi pustakawan itu. “Kau
mengganggu jamuan tamuku!”

“Maaf, Tuan Salmus. Ada penyusup disini, aku tidak


berbohong.”

“Alah, kau biasanya marah dan menghancurkan


dinding ruangan lain hanya untuk mengejar tikus!
Lagipula, keamanan disini cukup ketat dan tidak
mungkin...”

Dia melihat pasukan terkapar, Ktarhun akan


diinterogasi.

“Kau sampai membunuh penjaga kita sendiri... hanya


karena mengejar tikus?”

“Tuan Salmus, mohon jangan marah. Dia tidak mati,


lo. Aku tidak berbohong soal penyusup yang ada disini!”

259
Vlad, The Son of Dragon Knight

Penyamaran Arba’ berhasil.

Salmus maju menghampiri Arba’, dia memeriksa


keadaannya.

“Orang ini mati, bodoh.” Salmus melihat


sekelilingnya, prajurit-prajurit itu tumbang. “Kita benar-
benar kehabisan penjaga terbaik kita!”

Salmus akhirnya maju menyerang Ktarhun.

“Aku akan meladenimu nanti, anak manja.” Ia


memandang Ktarhun dengan tajam. “Keluarga lebih
dulu.”

Salmus dengan cepat menerjang Ktarhun dan


meninjunya. Ktarhun terhempas jauh hingga menabrak
dinding, tekanan tenaga dalamnya sangat kuat. Ktarhun
benar-benar kesakitan, pukulan itulah yang ia takutkan
selama ini. Salmus menerjang lagi, memukulnya sampai
memuntahkan darah, lalu meninju kepalanya bertubi-tubi.

Sampai hancur kepalanya.

“Ternyata, itu bukan rumor, ya – membunuh dengan


tangan kosong – begitu?”

“Meski kau memakai baju besi berat pun, aku masih


bisa menembusnya tanpa memakai pedang atau tombak,

260
Vlad, The Son of Dragon Knight

cukup dengan tangan ini, aku bisa membunuh orang


sebanyak yang aku mau, keroyokan juga aku tak peduli.”

“Kalau begitu...” Mata merah orang itu menyala.


“Aku takkan keberatan, aku tetap harus melindungi
saudara-saudaraku darimu.”

Rekan-rekan Salmus pingsan karena pengaruh mata


merah orang itu.

“Ternyata, aku benar-benar menemukan orang yang


setara denganku.” Salmus juga tak mau kalah, ia juga
mengaktifkan mata merahnya. “Aku bosan melawan
orang-orang lemah.”

Mereka berdua saling menerjang, beradu dengan


tangan. Langkah-langkah mereka meretakkan lantai
rubanah. Gema pukulan, hempasan angin dari
pertarungan itu cukup terasa hingga menggoyangkan
benda-benda yang ada di sekitarnya. Ruas-ruas jari dan
tulang-tulang mereka saling bertabrakan, berusaha
menumbangkan satu sama lain. Saling menggoreskan luka,
membabakbelurkan tubuh, dan berkeringat. Pertarungan
semakin sengit, tendangan dan pukulan dilancarkan
bertubi-tubi. Putaran dan tekanan dilakukan bersamaan.
Seisi rubanah mulai bergetar. Penjaga penjara bawah tanah
mulai naik ke permukaan rubanah. Sampai seketika,
mereka langsung pingsan.

261
Vlad, The Son of Dragon Knight

Pengaruh mata mereka sangat kuat hingga tak ada


yang bisa mengganggu pertarungan mereka.

Darah dan keringat mereka bertumpah.

Mereka bertarung dengan cepat dan tenaga yang luar


biasa.

Orang itu menemukan celah Salmus.

Salmus merasa ia menemukan celah orang itu.

Orang itu sengaja terlihat kelelahan, padahal selama


ini ia melakukan serangan bertubi-tubi sebagai pengalihan.

Salmus memasang kuda-kuda, meretakkan lantai


rubanah lebih dalam, melakukan teknik tinjuan dasar
namun dengan tenaga yang kuat.

Orang itu, dengan melepaskan tenaganya sejenak


hanya untuk mempercepat pergerakannya. Awalnya, ia
tidak terlihat untuk menghindar dan malah
menghadapinya dari depan.

Gerakan ini sangat menarik.

Orang itu melompat dan berputar dengan putaran


ganda, menggunakan kakinya. Salmus terkena serangan
lututnya. Dari sini, Arba’ memperhatikan pertarungan itu
dengan seksama. Kaki yang lainnya digunakan untuk
membanting Salmus dan akhirnya...

262
Vlad, The Son of Dragon Knight

Lantai rubanah yang mereka pijak rubuh dan mereka


terperosok ke lantai penjara bawah tanah. Arba’ langsung
menengok orang itu.

“Kau baik-baik saja disana?”

Kepala Salmus hancur.

“Aku baik!”

Orang-orang yang di penjara bawah tanah itu


dibebaskan. Sebagiannya dari Klan Bahri. Orang itu
langsung mengajak mereka untuk bergabung menjadi
bagian dari Utsmani.

“Kami... benar-benar lemah, karena selama ini kita


dipenjara. Apakah anda tidak masalah dengan hal itu?”

“Tak ada kata terlambat untuk orang yang ingin


belajar, saudaraku.”

“Terima kasih, tuan!”

Orang-orang yang dibebaskan ini menjadi bagian dari


Utsmani dan beberapa tahun kelak akan ditugaskan
menjadi penjaga di kawasan Mamluk.

“Jadi, sekarang... kau mau kemana?”

Orang itu benar-benar mengerikan! Bahkan, kalau mau


menghancurkan banyak markas musuh, dia bisa

263
Vlad, The Son of Dragon Knight

menghancurkannya dalam sekali serang! Tulisnya, di sebuah


jurnal.

“Entah.” Kata Arba’. “Setelah aku membalaskan


dendamku disini... entah mengapa aku merasa tidak ada
jalan lagi selain terdampar di padang pasir.”

“Mau ikut denganku?”

Aku merasa malu ketika dia mengajakku. Bahkan, aku


berpikir apakah dia akan membutuhkanku nanti? Aku
sebenarnya tidak menginginkan kalau dia membutuhkanku atau
tidak. Yang jelas, ketika dia mengampuni nyawaku dan melihat
cara dia bertarung, aku benar-benar ingin mengikutinya.
Tulisnya, dengan menangis.

“Baiklah, aku tak keberatan.”

“Aku takkan membiarkanmu terdampar di padang


pasir lagi!” Kata orang itu, dengan senyuman tulusnya.
“Jadi, jangan khawatir.”

“Terima kasih.”

Orang itu, mengajak Arba’ Gasen untuk ke


tempatnya. Memberi ia sandang, pangan, dan papan
dengan layak. Sebagai gantinya, ia harus bekerja dengan
baik kepada orang itu.

Ia menjadi kapten peleton.

264
Vlad, The Son of Dragon Knight

Menjaga desa-desa di sekitar Amasya, berpatroli di


sekitar Diyarbakir, mempertahankan wilayah di sekitarnya
dengan baik. Ketika ia kekurangan tentara untuk ia
pimpin, ia maju sendirian dengan gagah perkasa.
Membantai orang-orang itu dan menebarkan ketakutan
kepada musuh.

Bukan berarti dia bengis.

Ia mendapatkan prajurit-prajurit yang menyerah


untuk ditawan. Tetapi...

“Kalau kau menyerah, kaburlah sejauh mungkin dan


jangan pernah kembali lagi...” Arba’ mengacungkan
pedangnya ke langit, lalu mengarahkan ke lehernya
sebagai isyarat. “Kalau kita bertemu dengan membawa
pedang ataupun panah, jangan harap aku berubah pikiran
seperti ini.”

Prajurit-prajurit musuh yang menyerah akhirnya


kabur dari pandangannya, sejauh mungkin.

“Kau melakukan tugasmu dengan baik, Arba’.” Kata


orang itu, sambil mengecek laporan. “Ternyata, kau bisa
maksimal juga.”

“Itu semua berkat bimbingan anda.”

“Alah, itu karena kerja keras dan do’amu sendiri, kau


tahu?”

265
Vlad, The Son of Dragon Knight

“Mungkin.”

“Kenapa kau suka ragu-ragu, bodoh?!”

“Terima kasih.” Arba’ tetap tersenyum. “Kalau


begitu...”

“Tunggu dulu!” Sela orang itu, sambil menggebrak


mejanya. “Aku akan menaikkan pangkatmu, itulah
tujuanku memanggilmu kesini.”

“Ya?”

“Kau akan menjadi bey di wilayah sekitar Adrianopel


untuk desa Lokka.”

“Bukannya kau penguasa Mamluk, ya?”

“Bukan hanya itu. Aku juga seorang pangeran, lo.”


Orang itu mulai merendahkan nada bicaranya. “Lagipula,
jika kau ingin sesuatu, katakan saja.”

“Bisakah aku berhenti dari pekerjaan ini? Aku tak


ingin naik pangkat atau apa, entah aku dinaikkan menjadi
Fangdam atau Bey, aku benar-benar tidak menginginkan
jabatan yang lebih tinggi.”

“Yah...” Orang itu tiba-tiba memelas. “Padahal aku


melihat kerjamu benar-benar bagus, dan dirimu benar-
benar mendedikasikan diri. Kau mencurahkan tenaga dan
perasaanmu untuk pekerjaan ini. Kau menuai banyak

266
Vlad, The Son of Dragon Knight

prestasi dalam beberapa tahun ini, aku terkesan.” Orang


itu menuliskan sesuatu di data tentang Arba’. “Namun,
aku juga tidak bisa memaksakan kehendak seseorang. Kau
juga berhak untuk mengutarakan pendapat. Aku... benar-
benar berterima kasih.”

“Justru...” Arba’, seorang pembantai legendaris,


benar-benar tunduk di hadapan orang itu. “Untuk
membalas kebaikanmu selama ini, aku rela untuk
merendahkan diriku! Bahkan, jika ada kesalahan apapun
itu, biarkan aku menebusnya!” Arba’ menunduk dan
menangis.

“Kau bebas dari hukuman, kok.”

“Aku tak ingin... lari dari tanggung jawab. Bahkan,


jika ada kesalahan sekecil apapun, biarkan aku
menebusnya!”

Orang itu benar-benar berpikir keras.

Sesaat kemudian, ia mendapatkan ide.

Hukuman penjara, tanpa makan dan minum selama


seminggu.

Dengan hukuman ini, selama ia membunuh banyak


orang dan menyatakan penyerahan, ketika ia ingin
mengajukan diri untuk dihukum, ia tidak harus mati.

267
Vlad, The Son of Dragon Knight

Bahkan membiarkannya sekarat tebusannya sama dengan


membunuh banyak orang dengan pedang.

Itulah yang orang itu pikirkan.

Dia akhirnya menjalani hukuman selama seminggu


dengan baik.

Orang itu benar-benar bijak.

Ia akhirnya melakukan migrasi ke Edirne,


menemukan kehidupan baru. Dia tidak mengikuti aliran
syi’ah yang dulu lagi melainkan menjadi penduduk biasa.
Berbaur dan bekerja di tengah masyarakat dengan baik.

Arba’ Gasen hanyalah seseorang, Pembantai


Legendaris dari Tabriz hanya julukan dan menjadi legenda
yang mungkin takkan dikenal banyak orang sebagaimana
dulu dia masih menjadi orang Radikalis六六.

Orang itu.....

Telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

Dan, dia memulai lembaran baru di kehidupannya.


.Continuandum.

六六 NB: Penulis memakai kata ‘Radikalis’ untuk ‘Assassins’ karena menyesuaikan sintaksis, muasal kata,
dan romanisasi bahasa Arab. Terpilihnya kata Asasiyun dalam ordo tersebut karena mereka berpedoman
teguh kepada Islam dan Aliran Syi’ah mereka (Isma’iliyyah). Meski mereka ditawarkan untuk melepas
kedua hal atau salah satunya, mereka lebih baik mati daripada melepas kedua hal tersebut. Karena itulah
mereka dianggap sebagai Radikalis.

268

Anda mungkin juga menyukai