Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS NOVEL THER MELIAN : CHRONICLE

Mulia Putri Egiana


XII IPA 1
Bab 1 Vrey dan Valadin
Vrey adalah seorang Vier-elf usia tiga belas tahun yang tinggal di Kedai Kucing Liar
bersama para kawanan pencuri sebagai temannya. Malam itu, vrey berburu sendiri di Hutan
Telssier. Hutan itu adalah kawasan bangsa Elvar yang sangat tertutup hingga tak ada seorang
manusia pun yang berani memasuki wilayah tersebut. Vrey sedang mengincar seekor Shadavar
sebagai hewan buruannya malam ini. Tetapi rencananya gagal saat ada sepasang elvar yang
melihat perangkapnya. Elvar pria yang bernama Valadin Illiyara mengetahui keberadaannya
hingga ia melakukan perlawanan. Namun, saat Vrey melawan ia mengatakan bahwa Vrey
mirip dengan sahabatnya, Reuven. Hingga ia berjanji pada Vrey untuk menemuinya lagi pada
malam bulan purnama berikutnya untuk memastikan kebenaran dari dugaannya.
Sebulan telah berlalu dari pertemuan pertama Vrey dengan Valadin. Saat itu tengah
malam di kota Mildryd, Vrey diam-diam keluar dari Kedai Kucing Liar ke arah tepi hutan kota
Mildryd untuk menemui Valadin. Sekitar setengah jam Vrey menjelajah tepi hutan untuk
mencari keberadaan Valadin, namun hasilnya nihil. Vrey mulai berpikir bahwa dia bukanlah
anak dari orang-orang yang telah disebutkan oleh Valadin pada bulan lalu, sehingga Valadin
enggan menemuinya lagi. Tetapi, semua yang dipikirkan oleh Vrey salah. Valadin muncul dari
balik semak-semak dengan kaki yang cukup terluka. Ia terkena jebakan para pemburu. Vrey
pun membantu mengobati luka Valadin, sedangkan Valadin memulai pembicaraan tentang
segala informasi yang ia dapat selama satu bulan terakhir. Dari cerita Valadin diketahui
kebenarannya bahwa memang benar Vrey adalah anak dari Lourd Reuven dan Lyra. Reuven
adalah seorang elvar yang disegani dan merupakan teman baik Valadin. Sementara Lyra adalah
manusia biasa dari kaum Gipsi. Informasi yang Valadin dapat, Lyra meninggal ketika
melahirkan Vrey. Sedangkan nasib Reuven, menurut Valadin dia telah mengakhiri hidupnya
karena tidak kuat menanggung beban ditinggal oleh orang yang ia kasihi. Setelah pembicaraan
malam itu, Valadin dan Vrey memiliki pertemuan yang semakin intens. Hingga suatu hari
Valadin mengajak Vrey untuk tinggal bersama para elvar di Falthemnar. Vrey menerimanya
walau hanya bertahan satu tahun karena ia merasa tidak cocok dengan lingkungan di
Falthemnar. Sehingga ia lebih memilih untuk tinggal kembali bersama teman-teman
manusianya di Kedai Kucing Liar.

Bab 2 Jubah Nymph


Vrey terbangun dengan beberapa rasa sakit dibagian tubuhnya. Saat ini ia berada di kota
kecil, yang tidak ia ketahui. Dia baru saja terbangun dari tidurnya serta mimpi panjangnya.
Mimpi akan pertemuannya dengan Valadin enam tahun yang lalu. Segalanya masih terlihat
sangat nyata dibenaknya. Hingga ingatannya beralih pada kejadian beberpa hari yang lalu. Saat
ia bertemu lagi dengan Valadin, namun keadaan telah berubah. Rion teman perjalanan Vrey
menceritakan kilasan kejadian yang menyebabkan dirinya pingsan. Penyebabnya tak lain tak
bukan ialah karena ia terkena racun dari Karth saat menghadapi kelompok Valadin di Gunung
Ash. Dia, Aelwen, dan Rion terjatuh ke arah kaki gunung, Aelwen membuat pelindung sihir
agar mereka bertiga selamat, racun yang terdapat pada tubuh Vrey merupakan racun yang kuat.
Sehingga mengharuskan Rion mencari tempat aman untuk bersembunyi. Selain itu, diketahui
bahwa Aelwen merupakan seorang Eldyn, yaitu seseorang yang mampu menyembuhkan orang
lain dengan kekuatannya. Saat memeriksa luka Vrey, Rion menemukan sebuah batu bercahaya
yang menjadi incaran kelompok Valadin. Untuk memulihkan tenaga mereka dan
menyelamatkan diri dari kelompok Valadin, akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal
sementara di tempat itu. Setelah Vrey terbangun dari pingsannya, Rion memberikan jubah
nymph yang telah dijahit dari bulu Burung Api. Di lain sisi, Vrey dan Rion juga msih
menyimpan kecurigaan terhadap rahasia yang disembunyikan oleh Aelwen.

Bab 3 Kebenaran Terungkap


Di kaki Gunung Ash, kelompok Valadin tengah memastikan keberadaan Vrey dan temen-
temannya. Hal ini dikarenakan Vrey berhasil mengambil relik Safir dari genggaman Eizen.
Relik tersebut merupakan salah satu relik elemental yang dimiliki oleh valadin. Dari tujuh
Relik Valadin baru mendapatkan dua, kini salah satunya telah berhasil direbut oleh Vrey.
Kondisi kelompok Valadin juga tidak lebih baik dari kelompok Vrey. Mereka semua kelelahan
dan tidak dapat melanjutkan pencarian terhadap kelompok Vrey. Kabut gelap di kaki gunung
memaksa mereka semua untuk kembali masuk kedalam gua di gunung untuk bermalam. Karth
pergi berburu untuk mencari makan, sementara yang lain mulai beristirahat. Pagi hari pun tiba,
di sisi lain Vrey sedang berjalan menikmati kota Shailaja. Tiba-tiba rion memanggilnya dan
mengatakan bahawa ia telah mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Aelwen. Hanya
dengan bukti selembar kertas, Vrey telah merasakan kecewa yang mendalam akibat
kebohongan Aelwen. Kebohongan bahwa Aelwen sebenarnya adalah seorang pangeran dari
Granville yang menghilang tiga tahun yang lalu. Kenyataan bahwa Aelwen bukanlah sahabat
wanitanya melainka ia adalah seorang pria, hingga pada kenyataan Aelwen tidak pernah benar-
benar ada dihidupnya dan tidak pernah memercayainya. Dalam rasa kecewa, Vrey melarikan
diri ke pinggir kota mendamaikan segala suasana hatinya.

Bab 4 Kesungguhan Lauren


Lauren terbangun di pagi hari dengan keadaan lebih baik dari semalam, kemudian ia
menyadari bahwa Valadin berjaga semalaman. Melihat hal itu ia pun menghampiri Valadin
untuk menanyakan keadaannya. Saat berbincang dengan Valadin, ia menemukan fakta-fakta
tentang hubungan Valadin dengan Vrey serta menemukan kenyataan bahwa ia anak dari
Reuven dan Lyra juga merupakan saudari kembar dari Vrey. Mengetahui semua itu, Lauren
tidak dapat menerima semuanya dengan mudah. Sedangkan, pada saat yang sama Vrey dan
Rion baru saja memutuskan untuk mengembalikan Leighton ke Granville. Setelah Leighton
menyetujuinya, mereka segera bergegas menuju Istana Laguna Biru di Granville.

Bab 5 Pulang Kembali


Valadin memecah kelompoknya menjadi dua, Valadin dan Ellanese pergi ke Rylith
Lamire untuk menemui Lourd Haldara menjelaskan tentang rencananya sebelum Vrey dan
kelompoknya yang mengadukannya. Kelompok yang kedua yaitu Lauren, Karth, dan Eizen
mereka bertugas untuk menuju Templia Undina di Kerajaan Lavanya. Sementara Vrey, Rion,
dan Leighton sedang dalam perjalanan menuju Granville. Namun, karena adanya festival di
Kerajaan Lavanya mengakibatkan mereka tertinggal kapal udara terakhir. Karena hal itu,
kelompok Vrey menuju Ibukota Lavanya untuk mengejar kapal Machine terakhir disana.

Bab 6 Kerajaan Lavanya


Saat tiba di Ibukota Lavanya, Vrey melihat kastil dan benteng yang dibangun
mengelilingi kota. Hal itu merupakan pemandangan yang menakjubkan baginya. Tapi,
kebahagiaan mereka tak berselang lama. Kapal yang akan mereka tumpangi baru saja
berangkat bersama para penumpang yang terlebih dahulu menaikinya. Dengan rasa kecewa,
mereka menggunakan pilihan terakhir dengan menemui salah satu putri Kerajaan Lavanya,
Putri Ashca. Identitas Leighton sebagai seorang pangeran yang mengenal Putri Ashca
mempermudah rencana mereka untuk menemui Putri Ashca. Setelah menemui Putri Ashca,
mereka pun diberikan surat perizinan untuk menggunakan kapal udara milik anggota kerajaan.
Namun, sebelum mereka sampai di tempat untuk menaiki kapal udara, sesuatu yang berukuran
besar dengan ujung melengkung menghunus Vrey dengan tepat di perutnya.

Bab 7 Musuh Menyerang


Karena Vrey memakai jubah Nymph yang telah ia dapatkan, luka tusuk di perutnya
dengan cepat menutup kembali. Pelaku penyerangan terhadap kelompok Vrey diketahui ialah
Karth sang Shazin dan Lauren. Mereka berdua merupakan anak buah Valadin, Leighton
memutuskan untuk bertahan melawan Karth dan Lauren, sementara Rion dan Vrey tetap
melanjutkan perjalanan menuju Granville. Tak berselang lama dari penyerangan tersebut,
sebuah ledakan terjadi di Ateliya Putri Ashca. Karth dan Lauren seperti kemunculan mereka
yang tiba-tiba begitu pula dengan kepergian mereka yang menghilang tanpa jejak. Tanpa
membuang waktu lebih lama, Leighton dan Desna segera menuju Ateliya. Yang ditemukan
dari Ateliya hanyalah bangunan yang telah hancur beserta beberapa penduduk yang menjadi
korban ledakan dan tewas. Beberapa saat kemudian terdengar kembali ledakan dari arah pasar
di tengah kota. Leighton dan Desna kembali menuju tempat ledakan berasal dan tidak menemui
siapapun pelakunya. Menurut penduduk sekitar tanah mereka tiba-tiba bergerak dan air dengan
sangat deras menyembur ke atas tanah. Menurut Desna, satu-satunya hal yang ada dibawah
tanah tersebut yaitu lorong air tua yang menghubungkan tempat itu dengan Kerajaan Lavanya.
Karena hilangnya Putri Ashca, mereka pun memutuskan untuk masuk ke lorong tersebut.

Bab 8 Cermin Air


Seperti yang telah direncanakan oleh kelompok Valadin, tujuan utama mereka adalah
menuju Templia Undina berada. Dengan membawa Putri Ashca sebagai penunjuk jalan,
akhirnya mereka dapat sampai di pintu masuk Templia Undina. Karth dan Eizen masuk ke
dalam templia untuk mengikuti ujian Undina, sementara Lauren menunggu di luar menjaga
Putri Ashca sebagai tahanan mereka. Karena terlalu banyaknya reruntuhan di lorong yang di
lakukan oleh Eizen, Leighton dan Desna mencari jalan lain untuk menghentikan kelompok
Valadin dan menyelamatkan Putri Ashca. Mereka menuju Naian Mujdpir dengan salah satu
perahu milik penduduk. Setelah sampai di Gerbang Naian Mujdpir, keduanya menuju kolam
istana yang dasarnya dilapisi oleh kaca. Desna segera masuk ke kolam dan mencari sesuatu
dengan kakinya di dasar kolam. Setelah menemukannya, ia mengetukkan pedangnya dengan
keras hingga membuat kaca kolam tersebut pecah.

Bab 9 Ujian Undina


Dengan memasuki gerbang Templia Undina, artinya Karth dan Eizen telah siap untuk
apapun ujian yang diberikan oleh Aether Undina. Memasuki tempat itu, yang dilihat hanyalah
danau yang sangat luas dan dalam. Altar tempat menuliskan mantra juga ada ditengah danau,
satu-satunya tempat di danau yang mengeluarkan cahaya. Setelah Eizen menuliskan mantra,
muncullah sosok Aether Undina. Seorang wanita anggun bergaun biru, kulitnya sewarna
dengan air mengatakan bahwa mereka harus mengikuti ujian untuk mendapatkan Relik
Aquamarine miliknya. Setelah mengatakan hal itu, air di danau bertambah tinggi dan muncul
seekor ular raksasa yang tubuhnya dipenuhi duri tajam, sedangkan Relik Aquamarine berada
di dalam air yang sulit dijangkau. Dengan susah payah Karth dan Eizen berhasil menenangkan
ular tersebut dan mencari keberadaan Relik Aquamarine. Setelah melawan ular tersebut, Eizen
kehilangan kesadarannya. Karth yang menyadari hal itu, dengan segera mengambil relik
Aquamarine dan menyelamatkan Eizen untuk kembali ke daratan seiring dengan hilangnya ular
penjaga templia dan menyusutnya kembali air danau.

Bab 10 Rahasia Putri Ashca


Setelah berhasil memecahkan kaca dasar kolam istana, Desna dan Leighton masuk ke
dalam lorong menuju Templia Undina. Sementara itu, tepat di depan pintu Gerbang Templia
Undina, Putri Ashca yang telah mengeringkan seluruh perhiasan yang dipakainya mulai
menyerang Lauren. Tanpa disangka-sangka seluruh pershiasan yang digunakan olehnya
merupakan senjata-senjata mematikan. Putri Ashca adalah seorang Alkemis dan semua
perhiasan itu berisikan cairan yang berbeda-beda fungsinya, bahkan ada yang berisi racun serta
cairan yang dapat membakar benda apapun didepannya. Pertarungan sengit antara Lauren dan
Putri Ashca pun tak bisa terelakkan lagi. Pada detik terakhir pertarungan, Putri Ashca
melemparkan cairan terakhir tepat di depan wajah Lauren. Tetapi, ada sesuatu yang
menghalangi ledakan itu untuk mengenai Lauren. Ternyata benda tersebut adalah Pregrine,
elang milik Lauren. Dengan tersedu-sedu Lauren tidak bisa lagi melanjutkan pertarungannya
dengan Putri Ashca, bahkan dia pun telah mengabaikan keberadaan Putri Lavanya tersebut.

Bab 11 Kuburan Air


Leighton dan Desna melewati lorong-lorong menuju pintu utama templia. Saat sampai di
depan pintu utama templia, mereka melihat Putri Ashca yang sedang menodongkan pisau ke
arah Lauren. Tak lama setelah mereka sampai, Eizen dan Karth keluar dari dalam templia dan
segera membantu Lauren untuk menyerang Desna, Leighton serrta seluruh prajurit Lavanya
yang dibawanya. Karena kondisi Eizen dan Karth tidak dalam kondisi baik, Eizen memutuskan
untuk memanggil Undina dengan Relik Aquamarine. Kemudian Eizen memerintahkan Undina
untuk memanggil sang penjaga untuk membantu mereka keluar dari tempat itu. Ular penjaga
Undina pun muncul, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Eizen,Karth,
dan Lauren naik ke atas kepala ular untuk menunggangi hewan tersebut, sementara Desna,
Leighton, dan Putri Ashca bersembunyi di dasar gua menunggu ular itu menjauh. Desna,
Leighton, dan Putri Ashca terbawa arus air, namun masih dalam jarak aman dibelakang sang
penjaga. Ular itu menerobos keluar melalui lubang yang menghubungkan lorong dengan kolam
Istana Lavanya, Leighton,Desna, dan Putri Ashca pun ikut terlontar dari semburan air hingga
terbaring di rerumputan hingga kehilangan kesadaran mereka.

Bab 12 Kamala
Leighton terbangun di atas dipan salah satu ruang pengobatan, Desna dan Putri Ashca
belum sadarkan diri. Setelah keduanya sadarkan diri, mereka langsung menemui Leighton
untuk membicarakan beberapa hal. Leighton menjelaskan segala hal yang ia ketahui tentang
kelompok Valadin serta kejadian di Gunung Ash. Putri Ashca menceritakan segala hal yang ia
ketahui dan terjadi padanya saat ia ditahan oleh Eizen. Kemudian mereka membuat penjelasan
untuk rakyat Lavanya tentang semua yang terjadi terutama kepada keluarga prajurit yang
menjadi korban. Semua kapal udara telah berangkat dan tidak akan ada lalu lintas udara sampai
festival di Lavanya selesai maka Putri Ashca memutuskan untuk menggunakan Kamala, kapal
terbang istimewa Kerajaan Lavanya.

Bab 13 Istana Laguna Biru


Perjalanan dari Lavanya ke Granville menggunakan Kamala menajadi dua kali lebih
cepat. Perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu satu minggu, kini dapat ditempuh
hanya dalam waktu 2 hari. Setelah mendarat di lapangan udahra kota Granville, Leighton,
Desna dan Putri Ashca segera menuju kota Laguna Biru untuk masik ke dalam Istana Laguna
Biru, rumah Leighton tiga tahun yang lalu. Saat memasuki istana dan memperkenalkan diri
kepada kepala prajurit istana, Leighton diminta untuk memasuki balairung untuk berbicara
empat mata dengan raja. Raja Llewellyn Arthus Granville merupakan ayah Leighton
mengatakan bahwa ia telah mengetahui masalah-masalah yang akan diceritakan oleh Leighton,
ia telah bertemu dengan Vrey dan Rion, ia juga telah menerima surat dari Leighton atas apa
yang terjadi di Lavanya. Tetapi keputusan sang raja begitu mengejutkan. Ia menjebloskan Vrey
dan Rion ke penjara Albinia atas tuduhan pencurian dan perampokan yang telah mereka
lakukan di Rilyth Lamire beliau juga memutuskan untuk sama sekali tidak ikut campur atas pa
yang terjadi dalam masalah internal bangsa Elvar, setelah mengatakan hal itu raja menugaskan
kepada pengawalnya untuk memasukkan leighton ke kamar pengasingan agar ia tidak dapat
keluar lagi dari kerajaan selangkah pun. Leighton mencoba keluar dan berteriak kepada Desna
dan Putri Ashca yang sedang berada di gazebo, semua sia-sia tidak ada yang dapat mendengar
teriakannya dari atas menara seperti saat ini. Hingga malam tiba Leighton sama sekali tidak
menyentuh makanan yang diselipkan oleh pelayan di depan pintu, kemudian Desna datang
lewat jendela membawa cairan pembeku milik Putri Ashca untuk menyelamatkan Leighton
karena sebenarnya ia mendengar teriakan Leighton dari gazebo. Mereka bertiga kumpul di
gazebo sebelum melarikan diri keluar dari Istana Laguna Biru. Cara yang digunakan Leighton
sama seperti cara yang ia gunakan tiga tahun lalu untuk keluar dari istana, yaitu dengan
memakai pakaian ganti pelayan wanita di gazebo dan menggerai rambut pirangnya hingga uia
menyerupai wanita sehingga tidak ada satu orang pun yang akan mengetahuinya.

Bab 14 Teman Satu-Satunya


Sejak sembilan hari yang lalu, perpisahan Valadin dengan kelompoknya di Gunung Ash
membuatnya cemas menunggu kabar tentang teman-temannya yang menuju Templia Undina
maupun kabar tentang keberadaan Vrey. Ia berada di Rilyth Lamire saat ini, ia berencana untuk
mencegah Vrey menceritakan semuanya pada Lourd Haldara, namun yang ditemuinya justru
berbeda dengan rencananya. Ia sudah datang lebih dulu sebelum Vrey, ia juga sudah
mengatakan pada Lourd Haldara bahwa semua kekacauan yang terjadi tanggung jawab para
pencuri, tetapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda kedatangan Vrey. Leighton yang
melarikan diri lagi dari kerajaannya, ia menuju Rilyth Lamire dengan niat untuk bertemu
dengan Lourd Haldara namun saat sampai di sana ia tidak dapat menemui Lourd Haldara
sedang pergi ke Falthemnar dan baru akan kembali minggu depan, justru sebaliknya ia bertemu
dengan Valadin. Mengetahui hal itu Leighton merasakan amarahnya memuncak. Dengan
mengendalikan emosinya, demi menyelamatkan Vrey Leighton mencoba untuk mempercayai
Valadin. Leighton yakin jika ada seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk
menyelamatkan Vrey selain dirinya adalah Valadin, sehingga ia membuat kesepakatan dengan
Valadin akan memberikan Relik Safir jika valadin bersedia untuk menyelamatkan vrey.
Begitupun dengan Valadin, meskipun enggan percaya pada Leighton tetapi ia tidak ingin
kehilangan Vrey lagi. Saat di Gunung Ash, Vrey nyaris terbunuh oleh Eizen dan dia tidak bisa
berbuat apapun karena itu kali ini ia akan menyelamatkan Vrey apapun resikonya.

Bab 15 Menara Albinia


Seperti yang telah dijanjikan oleh Leighton, Valadin datang ke area perbatasan Granville
satu jam setelah pembicaraanya dengan Leighton di Rilyth Lamire. Setelah beberapa menit
menunggu, Leighton datang dengan membawa peta kuno, yaitu peta Kastil Albinia sebelum
menjadi penjara. Valadin menggunakan Relik Rubi untuk membuat jalur bawah tanah agar
dapat menyelinap ke area penjara. Mereka memasuki lorong-lorong bawah tanah untuk
mencapai bangunan paling belakang, tempat isolasi dan ruang penyiksaan. Lantai demi lantai
mereka lewati, sel-sel yang ada disana telah kosong. Hingga mereka sampai di lantai ke delapan
dan mendengar suara jeritan. Di sana mereka melihat Rion yang tengah dicambuk agar ia mau
menandatangani surat kematian dirinya sendiri. Saat Leighton membantu Rion, Valadin
langsung pergi ke lantai sembilan untuk mencari Vrey. Ternyata benar dugaannya, Vrey juga
tengah disiksa di dalam kandang Demon. Melihat kondisi Vrey yang telah terluka dan tersiksa
seperti itu,Valadin melupakan janjinya pada Leighton untuk tidak membunuh siapa pun dalam
penjara tersebut. Ia membunuh algojo yang menyiksa Vrey. Setelah menyelamatkan Vrey ia
menunggu Leighton datang agar dapat menyembuhkan luka Vrey karena meskipun ia juga
seorang Eldyn tapi karena kesalahannya ia tidak dapat lagi menggunakan kekuatan
penyembuhannya itu. Kemudian mereka pun keluar dalam diam dari penjara tersebut.
Bab 16 Melarikan Diri
Valadin tetap menggendong Vrey selama perjalanan. Mereka menuju pondok
peristirahatan di seberang danau Granville. Tempat itu merupakan tempat yang jarang
dikunjungi sehingga sangat tepat jika dijadikan tempat istirahat sementara. Vrey menyadari
bahwa ia masih menyayangi Valadin seperti enam tahun yang lalu, apapun yang telah
dilakukan Valadin tidak pernah mengubah perasaanya dan tidak merubah sifat Valadin
padanya. Baginya pria yang bersamanya saat ini tetaplah Valadin Illiyara yang selalu
bersamanya enam tahun yang lalu. Kecanggungan yang terjadi antara Valadin dan Leighton
juga tidak menggubris perasaan Vrey pada Valadin. Untuk kali ini saja ia ingin bersama
Valadin. Valadin menyadari bahwa Vrey juga masih ingin bersamanya, jadi ia memutuskan
untuk tetap tinggal disana sampai Kamala milik Putri Ashca datang menjemputnya. Senja telah
tiba, yang berarti sudah waktunya bagi Vrey meninggalkan Valadin lagi. Bagi Valadin ini
semua untuk keselamatan Vrey, saat ia melihat kapal yang akan membawa Vrey tiba, ia
menagih janji Leighton untuk memberikan Relik Safir padanya dan ia juga memegang janji
Leighton untuk tidak mengatakan kejahatannya pada Lourd Haldara. Tetapi Leighton
melakukan penghianatan, ia dengan liciknya membuat Valadin mengatakan tentang Relik Safir
padanya agar Lourd Haldara yang ada di dalam kapal juga mendengar hal itu yang
membuktikan bahwa Valadin dan teman-temannya bersalah.

Bab 17 Keadaan yang Sulit


Desna, Putri Ashca, dan Lourd Haldara turun dari kapal. Lourd Haldara segera
mempertanyakan kebenaran perilaku Valadin dan teman-temannya. Tanpa penyangkalan
Valadin mengakui semua perbuatannya dan memilih untuk tetap melanjutkan misinya.
Pertarungan pun tak bisa dihindari lagi, Lourd Haldara dan Leighton menyerang Valadin
dengan sengit. Pedang Zward Eldrich milik Valadin adalah pedang terkuat hingga sulit untuk
dikalahkan. Desna dan Putri Ashca pun ikut membantu menyerang Valadin. Tepat saat keadaan
terdesak, teman-teman Valadin datang membantunya. Valadin sempat mengajak Vrey untuk
berada di pihaknya namun Vrey menolak karena ia ingin melindungi teman-temannya. Vrey
juga baru mengetahui bahwa ia dan Lauren adalah saudara kembar. Akibat dari pertarungan
sengit antara kelompok Valadin dengan kelompok Vrey, kelompok Valadin akhirnya hanyut
di danau karena sihir arus air yang dibuat oleh Lourd Haldara.

Bab 18 Kapel Odyss


Kapel Odyss adalah tempat ibadah penduduk Granville. Hari ini Vrey terbangun di
paviliun Istana Laguna Biru, semenjak kejadian pertarungan sengit dengan kelompok Valadin
ia dan Rion mengikuti Leighton untuk tinggal di Istana Laguna Biru. Tentu saja hal ini
memberikan kontraversi yang besar di masyarakat. Pada hari pertama ia merasa sangat nyaman
bisa tinggal di Istana layaknya seorang putri namun di hari berikutnya rasa nyaman itu tidak
lagi ada. Hal ini disebabkan kemana pun ia melangkah pasti ia akan mendengar bisikan-bisikan
buruk dari orang lain tentang dirinya. Dari semua tempat di Istana Laguna Biru, Vrey menyukai
Kapel Odyss karena tempatnya yang tenang dan sunyi hingga ia tak perlu lagi mendengar
celotehan pedas orang lain. Kini ia tahu mengapa Leighton mengatakan padanya bahwa tempat
tinggalnya di Mildryd jauh lebih baik daripada di sini.

Bab 19 Schalantir
Leighton yang menemukan Vrey di Kapel Odyss dengan gaun layaknya putri kerajaan
menjadi kagum untuk beberapa saat. Leighton akan segera pergi ke Rilyth Lamire untuk
bernegosiasi dan berbincang tentang hukuman Vrey juga masalah Valadin. Vrey memutuskan
untuk ikut dengannya. Sesampainya mereka di Rilyth Lamire, Putri Ashca, Desna, dan Kavall
seorang Elvar penempa logam telah ikut hadir di ruang kerja Lourd Haldara. Sang penempa
menceritakan tentang pedang Valadin yaitu Zward Eldrich serta mengatakan kekuatan apa
yang bisa dihasilkan oleh pedang itu. Lourd Haldara telah mengabarkan pada tetua Elvar
lainnya tentang tindakan yang dilakukan oleh Valadin dan teman-temannya, setelah menerima
surat darinya ia memstikan bahwa mereka juga akan segera menuju Rilyth Lamire. Putri Ashca
mengajukan diri untuk membantu menjemput para tetua dengan Kamala, Lourd Haldara
mengizinkannya. Sementara Putri Ashca menjemput tetua, Lourd Haldara menyusun rencana
agar mereka dapat mengejar Valadin. Sebelum kembali ke Granville, Lourd Haldara
memberikan hadiah kepada Vrey dan Leighton. Vrey mendapatkan jubah Nymph dan Aen
Glinr yang sempat disita oleh Lourd haldara sendiri, sedangkan Leighton mendapatkan
Schalantir pedang milik Valadin sebelumnya yang telah kehilangan kekuatannya yang
kemudian di perbaiki oleh Kavall. Menurut Lourd Haldara hanya Schalantirlah yang dapat
menyaingi kekuatan Zward Eldrich, karena Leighton seorang Eldyn sudah sepantasnya
Leighton dapat menggunakan pedang itu, sebab hanya seorang Eldyn yang dapat menggunakan
Schalantir.

Bab 20 Alasan Sentimental


Pagi itu merupakan hari yang direncanakan untuk mengejar kelompok Valadin dan
menjemput para tetua Elvar di Hutan Telssier. Rion telah pulih dari luka-lukanya ia akan segera
naik kapal yang berbeda untuk kembali ke kampung halamannya di Ignav. Setelah Lourd
Haldara naik ke kapal, Leighton dan Vrey diminta untuk segera naik juga. Selama perjalanan
mereka semua membicarakan bahwa kemungkinan besar Valadin akan terbang ke Hutan Kabut
tempat Templia Hamadryad berada. Leighton juga mengungkapkan hal yang mengejutkan
pada Vrey. Dia berkata bahwa pagi hari sebelum berangkat ia mengumpulkan seluruh anggota
keluarga kerajaannya untuk mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai
pangeran mahkota dan lebih memilih agar gelar pangeran mahkota serta hak menjadi raja
diberikan pada pangeran kedua, adik tirinya. Bahkan Leighton juga berniat untuk kembali
menjadi pencuri atau menjadi penduduk biasa setelah semuanya selesai.

Bab 21 Hutan Kabut


Valadin dan teman-temannya telah sampai di Hutan Kabut, tanpa menunggu waktu lama
mereka langsung menuju Templia Hamdryad di sana. Templia itu dijaga oleh empat orang
elvar. Sesuai dengan dugaan mereka Lourd Haldara telah memberitahu seluruh penjaga templia
akan kedatangannya. Tak perlu waktu lama dengan mudah mereka melewati para penjaga itu
dan memulai ujian Hamadryad. Tepat saat ujian baru saja dimulai Vrey dan kelompoknya
sampai di batas tepi Hutan Kabut. Untuk sampai di Hutan Kabut, Vrey dan yang lainnya harus
terjun layang karena Kamala tidak dapat mendarat di tempat yang dipenuhi oleh pohon besar.
Saat kapten kapal memberi kode untuk melompat, siap atau tidak Vrey harus lompat kemudian
ia baru saja menyadari faktanya bahwa seisi hutan itu hidup. Hidup dalam artian sebenarnya,
pepohonan dapat bergerak seperti mereka punya anggota gerak. Kini yang harus dihadapi oleh
Vrey dan teman-temannya bukan lagi hanya kelompok Valadin tetapi seisi hutan.

Bab 22 Amarah
Amarah hutan tidak mudah untuk diredakan, Vrey terjatuh di tepi tebing menemui Izahra
anak buah Lourd Haldara kemudian membantu Kart untuk keluar dari pohon pemakan
serangga. Saat melawan pepohonan hutan, mereka bertemu seorang Rahval yang dapat
memainkan kecapi dengan indah. Dia mengatakan untuk tidak menyerang hutan seperti
sebelumnya karena itu hanya akan menambah kemarahan hutan. Sang Rahval memainkan
kecapinya dan menyanyikan sebuah lagu. Vrey mengetahui lagu tersebut kemudian ia ikut
bernyanyi dengan sang Rahval, seketika kemarahan hutan tersebut reda dan Vrey mendapatkan
Relik Hamadryad. Setelah mendapatkan relik itu Vrey membebaskan kelompok Valadin yang
lainnya dari jeratan pepohonan hutan. Saat Valadin keluar dari semak-semak betapa
terkejutnya ia melihat keberadaan sang Rahval, ternyata Rahval tersebut adalah Lourd Reuven
sahabat lama Valadin sekaligus ayah dari Leuren dan Vrey. Valadin berniat untuk melawan
mereka semua, tetapi Vrey menggunakan kekuatan Hamadryad untuk menahannya hingga
Valadin terjerat sulur tanaman.

Bab 23 Menjelang Badai


Vrey melarikan diri ke arah hutan, duduk ditepi Sungai Kaligo. Tentu saja ia pergi ke
sana setelah apa yang dilakukan Lourd Haldara padanya dihadapan seluruh Tetua bangsa Elvar.
Para tetua itu datang tadi siang, ia sempat melihatnya. Ada empat tetua yang hadir dari
falthemnar, yaitu Leidz Thydia, Leidz Nearidei, Lourd Shopea dan Lourd Emlander. Lourd
Haldara benar-benar tidak menganggap keberadaan Vrey bahkan ia juga melupakan fakta
bahwa keberadaan Relik Hamadryad adalah karena bantuan dirinya. Sejak keluar dari Hutan
Kabut ia juga mengambil kembali jubah Nymph dan Aen Glinr milik Vrey beliau juga sama
sekali tidak mengizinkan Vrey menemui Lauren saudarinya sendiri dan juga Valadin yang telah
dianggap keluarga baginya. Valadin daan teman-temannya dikurung di penjara bawah tanah
dengan mengunci semua inderanya. Izahra anak buah Lourd Haldara sama sekali tidak
diberitahu apa yang sebenarnya terjadi, mamutuskan untuk menerobos masuk ke tempat
penahanan Valadin. setelah mengetahui niat Valadin dan alasan dari semua yang telah ia
lakukan serta menyadari bahwa para tetua Elvar telah menyembunyikan suatu kebenaran yang
nyata dari dunnia, tanpa ragu ia menghabisi Lourd haldara dan berbalik untuk memihak
Valadin, demi menyelamatkan bangsanya mengubah mata bangsa Elvar tentang dunia, serta
mewujudkan kedamaian oleh bangsa Elvar.
UNSUR INTRINSIK
1.Tema
Tentang perjalanan Valadin mencari Relik Elemental milik bangsa Elvar.

2.Alur
Menggunakan Alur Campuran karena pada awal buku sang penulis menceritakan
tentang masa lalu Vrey dan Valadin namun di bab selanjutnya menggunakan alur maju
di kejadian saat itu dengan beberapa kali flashback menceritakan masa lalu sesuatu
kemudian kembali lagi pada waktu saat ini.

3.Penokohan dan Perwatakan

1. Valadin Illiyara

 Menawan : “Dia berdiri di tengah tanah terbuka, sosoknya yang tegap dan
menawan di bawah sinar bulan.” Halaman 2 paragraph 5.

 Angkuh : “Dengan senyuman angkuh dan pandangan merendahkan,dia


mengamati Vrey bagai pemangsamengamatui buruannya.” Halaman 4
paragraph 1.

 Lembut : “Melihat kemiripan wajah kalian, aku ingin sekali menjawab iya,”
jawab Valadin lembut”. Halaman 5 paragraph 4.

 Kejam : “ Dia ingat melihat seulas senyum dingin di wajah Valadin dan
Valadin... Valadin menghunus pedangnya dan mencabut nyawa seorang
Elvar.” Halaman 26 paragraph 6.

 Bijaksana : “Siapapun bisa berbuat kesalahan seperti itu.” Halaman 46


paragraph 2.

 Peduli : “Valadin sangat mengkhawatirkan Vrey.” Halaman 206 paragraph


3.

 Tegas : “ “Kau tidak bisa mendapatkan semuanya sekaligus, Pangeran!


Bukan seperti itu cara kerja dunia, kau harus memilih satu hal yang kau
inginkan, lalu korbankan yang lain!” ucap Valadin tegas. Halaman 214
paragraph 7.

 Diplomatis : “ “Aku bersedia mendengar, kalau kau memang punya


rencana.” Jawab Valadin diplomatis.” Halaman 214 paragraph 8
 Sarkastik : “ “Apa ini sebegitu mengejutkannya?” tanya Valadin. “Kau pikir
aku pembunuh berdarah dingin?”” halaman 224 paragraph 8.

 Tenang : “Valadin menatap Lourd Haldara dengan tenang, kelewat tenang


untuk orang yang kejahatannya baru saja terbongkar.” Halaman 248
paragraph 2.

 Ambisius : “ “Karena aku punya alasan yang kuat, aku rela


menanggungnya”” Halaman 365 paragraph 5.

2. Vrey
 Berani : “Tapi gadis belia itu sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran
apalagi ketakutan walau saat ini tengah mengendap-endap di tengah malam
buta tanpa berbekal penerangan apa pun.” Halaman 1 paragraph 1.

 Optimis : “ Berkali-kali Vrey ingin menyerah dan menandatangani surat


pernyataan agar tidak perlu melihat Rion disiksa. Hanya keyakinan bahwa
Leighton akan segera kembali ke Granville dan meluruskan segalanyalah
yang membuatnya bertahan.” Halaman 234 paragraph 8.

3. Rion

 Setia Kawan : “ Dia tidak akan hidup tenang mengetahui dia bertanggung
jawab terhadap apa yang akan terjadi pada Vrey dan Aelwen jika dia
mengabaikan mereka.” Halaman 29 paragraph 6.

 Bertganggung jawab : “ “Aku yang memutuskan untuk membuat


kesepakatan dengan kalian saat kita bertemu di Talerim. Ini resiko yang
harus kutanggung.” Halaman 235 paragraph 5.

4. Lighton/Aelwen

 Pembohong : “Aelwen menghindari tatapan Vrey, membuat Vrey yakin


akan kebenaran perkataan Rion.” Halaman 51 paragraph 1.

 Licik : “ “Aku bohong! Jawab Leighton lugas. “Aku hanya ingin kau
mengakui semua perbuatanmu di hadapan semua orang.” Leighton
menghadap ke arah pepohonan yang tumbuh di pelataran di antara mereka
dengan kapal udara. “Lourd Haldara, kau sudah mendengar semuanya kan?”
ujarnya setengah berteriak.” Halaman 245 paragraph 7.

 Dermawan : “ “Leighton telah mengaturnya. Dia juga membayarku dengan


sangat pantas untuk jasaku mengantar kalian dari Talerim hingga
mengawalmu kembali ke Granville.” Jelas Rion” halaman 288 paragraph 6.
5. Lauren

 Keras Kepala : “ Tidak! Dia tidak punya saudari seperti itu, Lauren tidak
akan pernah mengakuinya.” Halaman 76 paragraph 5.

 Peduli : “ Kami semua mengandalkan kalian. Tetapi kalau terlalu bahaya,


jangan memaksakan diri, cepatlah keluar.” Halaman 127 paragraph 2

6. Karth

 Amanah : “Lauren memlototi Eizen. “Hah! Leganya aku karena Lourd


Valadin memercayakan masalah strategi kepada Karth. Apa kau tidak tahu
betapa pentingnya mejaga kerahasiaan kita? Yang artinya kita tidak boleh
menggunakan sihir sebesar itu secara terang-terangan. Caramu barusan akan
menarik terlalu banyak perhatian.” Halaman 78 paragraph 2

 Sarkastik : “ “Lain halnya kalau tiba-tiba ada ombak aneh setinggi puluhan
meter yang menelan seluruh istana dalam sekejap.” Ucap Karth melirik
Eizen sambil tertawa kecil.” Halaman 79 paragraph 1.

 Dingin : “Karth sudah mencabut beberapa nyawa atas dasar ambisi Valadin,
tapi dia sama sekali tidak merasa menyesal, apalagi bersalah. Sebagai
Shazin, dia dilatih untuk menghabisi lawan dengan cepat dan efisien. Karth
tidak pernah merasakan apa-apa saat menjalankan misinya, dia hanya fokus
melenyapkan lawan dan tidak ada yang penting selain itu.

7. Desna

 Cekatan : “Desna yang pertama bertindak, dia mencabut dua belati dengan
dua mata pisau melengkung dari pinggangnya dan melompat ke arah
penyerang mereka.” Halaman 103 paragraph 3.
 Kasar : “ “Tentu saja! Kau pikir aku tuli? Suaramu berisik sekali. Aku heran
kenapa tidak ada yang bisa mendengarnya,” Sahut Desna galak.” Halaman
200 paragraph 4.

8. Putri Ashca

 Tenang : “Dia terlihat cukup tenang bagi orang baru saja diculik dan
menyaksikan setengah blok jalanan meledak.” Halaman 119 paragraph 7.

 Cerdas : “Putri Ashca adalah seorang alkemis. Semua ‘perhiasan’ yang


dikenakannya adalah botol yangberisi cairan alkemia! Dan daritadi Lauren
membiarkannya saat mengeringkan, memilah dan mengatur benda-benda
yang sebenarnya bisa dijadikan senjata.” Halaman 149 paragraph 4.

9. Eizen

 Sombong : “Eizen memandangi mereka semua dengan tatapan menghina


dan merendahkan.” Halaman 160 paragraph 2.

 Pemarah : “ “TENANG!?” Hardik Eizen. “Keledai tua itu berani


mengembalikan sihirku! Menurutku malam ini juga kita kembali ke Riilyth
Lamire! Aku akan membuat perhitungan dengan mereka semua, lalu akan
aku hancurkan tempat itu, akan kubakar dan kukubur ke dalam tanah hingga
lenyap dari permukaan Terra kalau perlu!” halaman 262 paragraph 7.

10. Raja Llewellyn Arthus Granville

 Acuh : “ “Sebagai Raja Granville, aku tidak peduli pada apa yang terjadi di
Gunung Ash ataupun di Kerajaan Lavanya. Masalah Valadin, Gardian, dan
Templia adalah masalah internal bangsa Elvar sendiri yang tidak ada
kaitannya dengan kerajaan kita.” Halaman 195 paragraph 3.

 Pembohong : “ “Aku akan meyakinkan Putri Ashca bahwa kita akan


meneruskan masalah ini kepada para Tetua Bangsa Elvar. Dia tidak perlu
mendengar kenyataan yang sesungguhnya.” Halaman 195 paragraph 5.

 Tegas : “ “Bawa Pangeran keluar! Pastikan dia tidak bertemu siapapun dan
jaga agar dia tidak meninggalkan istana selangkah pun!.” Halaman 198
paragraph 1.

11. Lourd Haldara

 Pembohong : “ “Melihat kenyataan? Lucu mendengar kata-kata itu keluar


dari mulut busukmu. Kau yang telah membohongi bangsamu sendiri selama
ribuan tahun. Kau bahkan membohongi para Gardian yang kau perintahkan
kemari. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka untukmu dan demi apa?
Demi melindungi kebohongan-kebohongamu?” kata Valadin.” halaman 345
paragraph 6.

 Jahat : “Vrey tidak terkecuali. Lourd Haldara memperlakukannya seolah-


olah dia sampah sejak mereka meninggalkan Templia.” Halaman 352
paragraph 2.
12. Ellanese

 Angkuh : “Walaupun terlihat lelah, Ellanese masih menunjukkan


keangkuhan yang seolah tak bisa hilang dari matanya.” Halaman 302
paragraph 2.

 Kejam : “ “Aku punya firasat pencuri sialan itu akan menyulitkan kita
kedepannya nanti. Walau Valadin tidak tega menyakitinya, itu bisa berarti
masalah bagi kita semua. Jadi kalau dia benar-benar datang, aku ingin kau
membereskannya. Dan kali ini tidak boleh meleset!” kata Ellanese lagi.”
Halaman 303 paragraph 6.

4. Gaya Bahasa

1. Sarkasme
“Apa ini sebegitu mengejutkannya?” tanya Valadin. “Kau pikir aku pembunuh
berdarah dingin?” halaman 224 paragraph 8.

2. Personifikasi

“Matahari terlihat bagaikan ditelan Sungai Kaligo yang bercahaya keemasan.”


Halaman 354 paragraph 6.

“Saat matahari mulai mengintip dari arah timur, Vrey selesai merawat luka di
kaki Valadin.” Halaman 11 paragraph 1.

“Valadin tersenyum puas, dia berbalik dan kemudian melangkah pelan


menyusuri jalan setapak yang bermandikan cahaya keemasan matahari yang
hangat.” Halaman 11 paragraph 8.

3. Perumpamaan
“Mata biru Leighton terlihat begitu jernih, seolah mampu melihat isi hati vrey
yang paling dalam.”

5. Latar Cerita

Tempat :

 Hutan Telssier : “Dia berada di Hutan Telssier, kawasan hutan yang dikuasai
bangsa Elvar.” Halaman 1 paragraph 2.

 Falthemnar : “Vrey menggenggam tangan Valadin saat mereka berjalan


memasuki Falthemnar, deretan pohon raksasa menjulang tinggi menyambut
kedatangan mereka.” Halaman 14 paragraph 1.
 Kota Shailaja : “Saat ini kita berada di sebuah penginapan di kota Shailaja.”
Halaman 27 paragraph 6.

 Gunung Ash : “Mereka berada di sisi lain Gunung Ash.” Halaman 30 paragraph
1.

 Tepi kota Mildryd : “Vrey sudah berjanji untuk bertemu dengannya lagi di hutan
kecil yang terletak di tepi kota Mildryd.” Halaman 6 paragraph 4.

 Templia Undina : “Mereka adalah Gardian penjaga Templia ini” halaman 125
paragraph 4.

 Istana Laguna Biru : “Bawa Pangeran keluar! Pastikan dia tidak bertemu
siapapun dan jaga agar dia tidak meninggalkan istana selangkah pun!.”
Halaman 198 paragraph 1.

 Rilyth Lamire : “Sembilan hari yang lalu Valadin dan Ellanese tiba di Rilyth
Lamire.” Halaman 205 paragraph 2.

 Menara Albinia : “Keamanan di Menara Albinia luar biasa ketat, jauh lebih ketat
dari Rilyth Lamire.” Halaman 217 paragraph 3.

 Hutan Kabut : “Mereka sudah berada di Hutan Kabut.” Halaman 301 paragraph
1.

 Kota Kuil : “Vrey merasa kagum saat pertama kali tiba di kota kuil.” Halaman
350 paragraph 1.

Waktu :

 Tengah malam : “Tapi gadis belia itu sama sekali tidak menunjukkam
kekhawatiran apalagi ketakutan walau saat ini tengah mengendap-endap di
tengah malam buta tanpa berbekal penerangan apapun.” Halaman 1 paragraph
1.

 Pagi hari : “Saat matahari mulai mengintip dari arah timur, Vrey selesai
merawat luka di kaki Valadin.” Halaman 11 paragraph 1.

 Senja : “Di bawah langit merah danau berkilau keemasan dengan ikan-ikan yang
melompat.” Halaman 242 paragraph 4.
Suasana :
 Menegangkan : “Untuk sepersekian detik, Vrey merasa jantungnya berdegup
kencang kala melihat pria itu.” Halaman 2 paragraph 6.

 Tenang : “Suasana pedesaan yang hening dan tenang membantunya


menjernihkan pikiran dan melupakan sejenak masalahnya.” Halaman 57
parahgraph 2.

 Kacau : “Ateliya Putri Ashca sudah berubah menjadi puing hitam, seluruh
bangunan nyaris rata dengan tanah. Hanya sebagian dindingnya yang belum
hancur, sementara sisanya sudah tidak berbentuk lagi. Beberapa prajurit sudah
ada di sana. Mereka berusaha memadamkan api dan memeriksa setiap puing,
mencari kalau-kalau ada yang selamat.” Halaman 112 paragraph 3.

 Terdesak : “kau adalah musuh kami, tetapi saat ini, kau adalah satu-satunya
teman yang kumiliki.” Halaman 212 paragraph 4.

 Mengerikan : “Potongan tubuh, zirah , danperisai mengotori air yang semakin


keruh dengan darah.” Halaman 162 paragraph 4.

 Romantis : “Vrey merasa jantungnya berdegup kencang. Dia duduk di sebelah


Valadin. Valadin merentangkan tangannya hingga merengkuh pundak Vrey dan
menyandarkan kepala gadis itu di pundaknya.” Halaman 242 paragraph 3.

6. Sudut pandang
Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.

7. Amanat
Sebesar apapun ambisi kita, jangan pernah meninggalkan ataupun menyakiti orang-
orang yang kita sayangi.
UNSUR EKSTRINSIK

1.Nilai Moral : Setiap orang memiliki sisi kehidupan masing-masing. Jangan menilai
sesuatu hanya dari satu sisi karena apa yang terlihat buruk bagimu belum tentu terlihat
buruk dari segala sisinya.
Hal ini ditunjukkan pada sifat tokoh di halaman 55 paragraph 4.
“ “Ya... setelah aku tiba di Mildryd, Vrey dan teman-temannya menerimaku dengan
tangan terbuka di rumah mereka. Padahal mereka pencuri. Kaum yang dianggap rendah,
jahat, bahkan barbar oleh kebanyakan orang. Tapi bersama mereka aku merasakan
kehangatan, aku menemukan teman-teman sejati, sesuatu yang belum pernah aku temui
di Granville. Bukan itu saja, Vrey mengajariku cara berpikir yang baru dalam
memandang hidup. Dialah alasanku menjadi diriku yang sekarang. Jadi bukannya aku
tidak mau mengatakan identitasku padanya. Aku takut kalau dia tahu, sikapnya padaku
akan berubah.” ”

2. Nilai Sosial : meski terdapat banyak perbedaan, terdiri dari bangsa yang berbeda, namun
tetap bisa hidup berdampingan.

Halaman 350 paragraph 5 : “Penghuni kota kuil berasal dari berbagai macam suku dan
bangsa, Sancarya, Wellsia, Nauca, Vier-Elv, bahkan Draeg. Sebagian besar adalah pelajar
dan peneliti yang memang ingin mempelajari kebudayaan misterius itu. Tapi ada pula
pemburu, prajurit bayaran, dan penggali yang mencari nafkah di sini.”

3. Nilai Estetika : mengecup punggung tangan yang menunjukkan sikap menghormati


orang lain.
Halaman 99 paragraph 8 : “Leighton akhirnya berpamitan, dia menunduk dan
mengecup punggung tangan Putri Ashca.”

4. Nilai Agama : selalu melibatkan Mahapencipta dalam melakukan segala hal.

Halaman 271 paragraph 7 : “sudah menjadi tradisi kami untuk berdoa kepada Odyss
sebelum bepergian atau melakukan sesuatu yang penting,” Leighton menjelaskan.”

Anda mungkin juga menyukai