Anda di halaman 1dari 408

1

2
3
4
5
6
Takdir Beberapa Petualang ...........010
Para Dewa........................................076
Keseharian Gadis Sapi ...................079
Cerminan Gadis Guild ....................113
Terbakarnya Benteng Gunung ......136
Gadis Guild .....................................156
Tamu Tak Terduga .........................160
Heavy Warrior .................................196
Rekan Seperjalanan ........................200
Goblin Slayer ...................................221
Pembasmian Goblin ........................242
Yang kuat ........................................263
Sang Pahlawan ...............................290
Tertidur ...........................................294
Partu Para Petualang .....................335
Di Balik Bukit Goblin .....................360
Takdir Beberapa Petualang ...........390

7
Pada suatu hari, hari di mana jumlah bintang
bersinar lebih sedikit di bandingkan dengan
sekarang...
Dewa cahaya dan ketertiban berseteru dengan
dewa kegelapan dan kekacauan untuk melihat
siapa yang dapat mengontrol dunia. Perseteruan ini
berlangsung tidak dalam pertarungan, melainkan
dengan lemparan sebuah dadu.
Atau lebih tepatnya, banyak, banyak lemparan
dadu. Lagi dan lagi dan lagi mereka melempar dadu.
Dan ada pemenang dan ada yang kalah, namun
tetap tidak ada penyelesaiannya.
Pada akhirnya, para dewa lelah akan dadu.
karena itu mereka menciptakan banyak makhluk
untuk di jadikan bidak permainan dan sebuah dunia
untuk tempat permainannya. Manusia, elf, dwarf,
lizardmen, goblin, ogre, troll, dan demon.
Sesekali mereka berpetualang, terkadang meraih
kemenangan, terkadang mengalami kekalahan.
Mereka mendapatkan harta karun, mereka menjadi
bahagia, dan pada akhirnya mereka mati.
Dalam dunia ini, terdapat satu petualang yang
berbeda.

8
Dia tidak akan menyelamatkan dunia.
Dia tidak akan merubah dunia.
Itu karena, dia hanyalah bidak lainnya, yang akan
kamu temukan dimanapun…

9
Pertarungan sengit telah usai, dia menginjakan
sepatu boot nya ke sebuah mayat goblin.
Dia yang berlumuran dengan darah sang
monster, dari helmnya yang kotor hingga armor
kulit dan baju besi buatan yang menutupi seluruh
tubuhnya.
Sebuah perisai kecil terikat di lengan kirinya,
dan di lengan lainnya memegang sebuah obor yang
menyala dengan terangnya.
Kakinya menahan mayat makhluk itu, dia
menunduk dengan tangan kirinya dan dengan santai
mencabut sebuah pedang dari tengkorak makhluk
itu. Itu adalah pedang yang terlihat murahan,
panjangnya sangatlah aneh dan penuh berlumuran
dengan otak goblin.
Terduduk di tanah, terdapat sebuah anak panah
pada pundaknya, seorang gadis muda yang kurus
bergetar ketakutan. Wajahnya yang manis di hiasi
rambut panjang berkilau warna emas, menjadi
berantakan di karenakan air mata dan keringat.
Tangannya yang kurus, kakinya– keseluruhan

10
tubuhnya yang indah terbalut dalam sebuah jubah
seorang priestess , tongkatnya yang di genggamnya
1

berbunyi, sebuah cincin yang bergantung pada


tongkat itu berbenturan satu sama lainnya seirama
dengan tangannya yang gemetar.
Siapakah pria yang ada di depannya ini?
Penampilannya yang sangat aneh, aura yang
yang menyelimutinya, membuatnya berpikir jika
pria itu adalah goblin—. Atau mungkin sesuatu
yang lebih buruk, sesuatu yang dia tidak ketahui.
“si-siapa kamu.....?” tanya dia, menahan rasa
takut dan sakit.
Setelah beberapa saat, pria itu menjawab
“Goblin Slayer.”
Seorang pembunuh. bukan seekor naga ataupun
vampir. Namun monster paling rendah : goblin.
Normalnya, nama ini akan terdengar lucu.
Namun bagi sang priestess saat itu, nama ini
sangatlah tidak lucu.
****
Kamu sudah mendengar ini.
Seorang anak panti asuhan yang di besarkan di
sebuah kuil . Ketika berumur 15 tahun, mereka
menjadi dewasa dan harus menentukan pilihan
: apakah mereka ingin tetap tinggal di kuil dan
menjadi pelayan dewa, atau apakah mereka ingin
1. Priestess : Pendeta Perempuan

11
pergi, dan membuat jalan mereka sendiri di dunia
ini?
Priestess memilih pilihan kedua, dan
mengunjungi Guild Petualang adalah cara dia.
Guild Petualang— dibuat dengan tujuan
untuk membantu jiwa-jiwa pemberani yang ingin
melakukan quest—. Konon pertama di dirikan, oleh
beberapa orang yang bertemu di dalam bar.
Tidak seperti pekerja lain, atau sebuah asosiasi.
Guild Petualang sedikit berbeda dengan agen
buruh. Dalam peperangan yang sedang berlangsung
dengan para monster dan “mereka yang dapat
berbahasa,” petualang adalah tentara bayaran.
Tidak ada satu orangpun yang ingin mentoleransi
keberadaan orang-orang bersenjata, jika tidak di
atur dengan baik.
Priestess menghentikan langkahnya di depan
kantor cabang yang berdiri tepat di depan gerbang
kota. Ketika dia memasuki lobby, dia sedikit terkejut
dengan ramai nya para petualang, walaupun sepagi
ini.
Bangunan ini memiliki penginapan dan sebuah
bar—biasanya bersamaan dengan— sebuah kantor,
semua menjadi satu bangunan. Keramaian seperti
ini adalah hasil yang sudah semestinya jika mereka
menyediakan tiga jasa dalam satu tempat.

12
Dari setiap manusia biasa dengan armor besi,
terdapat seorang elf mage dengan tongkat dan
jubahnya. Di sini terdapat dwarf berjenggot
pemegang kapak, di sana terdapat ras yang tinggal
di padang rumput yang bernama rhea. Priestess
berjalan menyusuri keramaian melewati pria dan
wanita dari berbagai macam ras dan umur yang
membawa berbagai macam senjata, menuju gadis
guild. Antrian yang panjang, penuh dengan orang
yang ingin mengambil atau memasang quest, atau
memberikan laporan.
Petualang pemegang tombak sedang berbicara
dengan seseorang yang menggunakan armor berat.
“dan? Bagaimana dengan manticore di
perbatasan itu?”
“itu nggak seberapa, kalau kamu ingin mangsa
yang besar, aku rasa kamu harus pergi ke reruntuhan
atau yang lainnya.”
“benar juga, tapi kamu nggak akan bisa
mendapatkan makan jika seperti itu.”
“hey, aku dengar ada roh jahat yang sedang
membuat kekacauan dekat ibukota. Siapapun yang
pergi kesana mungkin bisa dapat bayaran yang
bagus, hey?”
“mungkin aku bisa mengatasinya, kalau itu
demon level rendah....”
Priestess secara tidak sengaja mendengar

13
percakapan seperti itu kurang lebih tiga kali,dan
setiap kali dia mendengarnya, dia memeluk rapat
tongkatnya untuk menguatkan jiwanya.
“....Sebentar lagi aku juga akan....”
Priestess menyadari menjadi petualang tidaklah
mudah, dia sudah menyaksikan sendiri orang yang
terluka dari dungeon datang ke kuil meminta
keajaiban penyembuhan. Dan menyembuhkan
orang seperti itu adalah wahyu ibunda bumi.
Mengapa dia harus takut, untuk melawan
bahaya dan melakukan apa yang sudah dia
pelajari? Dia adalah yatim piatu, dan kuil telah
menyelamatkannya. Sekarang adalah gilirannya
untuk membalas budi.
“ya, ada yang bisa di bantu?”
Antrian berjalan secara perlahan selagi priestess
hanyut dalam pikirannya,dan sekarang gilirannya.
Dengan ekspresi yang lembut, Gadis Guild
menyambutnya, masih muda namun lebih tua dari
Priestess, pakaiannya yang bersih benar-benar di
rawat dengan baik.rambutya bewarna coklat muda
dan di kepang. Jika dilihat di sekeliling guild, tidak
di ragukan bahwa meja resepsionis guild adalah
tempat yang sangat sibuk. Yang mengharuskan
resepsionis tidak menunjukkan penampilan yang
buruk adalah hal yang wajar dan di mengerti oleh
wanita profesional yang mendaftar di pekerjaan ini.

14
Priestess merasa sedikit gugup, dia menelan air
liurnya dan berkata.
“Uh...A...Aku ingin menjadi pe...petualang.”
“Apa itu.... benar?” Gadis Guild bertanya dengan
nada lembut dengan sedikit keraguan. Tidak bisa
berkata apa-apa, Priestess merasa mata gadis guild
bergerak dari wajah ke tubuhnya. Merasa sedikit
malu, dia mengangguk.
Perasaan itu menghilang ketika gadis guild
kembali tersenyum dan berkata “Saya mengerti,
apa anda bisa baca dan menulis?”
“Umm, ya,sedikit. Aku belajar di kuil.”
“Jika begitu, mohon isi ini. Jika ada yang tidak di
mengerti silahkan bertanya.”
Itu adalah lembaran petualang, huruf berwarna
emas menghiasi kertas berwana coklat muda itu.
Nama, jenis kelamin, umur, kelas, warna rambut,
warna mata, kemampuan, keajaiban.... Informasi
yang sederhana, terlalu sederhana sehingga terlihat
janggal.
“Oh.” Gadis Guild berkata, “Anda bisa biarkan
kolom kemampuan dan riwayat petualang kosong,
pihak guild akan mengisi bagian itu nanti.”
“Ba-baik bu.” Priestess mengangguk, dan dengan
tangan yang sedikit gemetar dia mengambil pena
dan mencelupkannya ke dalam tinta dan mulai
menulis.

15
Dia menyerahkan lembarannya yang telah
selesai ke Gadis Guild, yang memeriksanya dan
mengangguk. Kemudian dia mengambil sebuah
jarum silver, dan mengukir sebuah huruf pada plat
porselain. Dia menyerahkannya kepada Priestess,
yang kemudian Priestess menyadari bahwa plat
tersebut memiliki informasi yang sama dengan
lembaran sebelumnya, hanya saja lebih kecil.
“Ini akan berfungsi sebagai tanda identifikasi
anda, kami menyebutnya ‘status’. Akan tetapi.”
Dia menambahkan “Ini tidak akan menunjukkan
status apapun.” Kemudian di berkata kepada
priestess yang berkedip. ”Ini akan di gunakan untuk
menunjukkan identitas anda jika terjadi sesuatu
dengan anda, jadi jangan sampai hilang.”
Jika terjadi sesuatu?
Untuk beberapa detik, Priestess sedikit
tercengang dengan perkataan gadis guild, namun
tidak lama baginya untuk menyadari maksud
ucapannya, satu-satunya alasan mereka perlu
“menunjukkan identitas anda” adalah di saat kamu
terbunuh dengan begitu brutal hingga mayatmu
sulit di kenali.
“Ya bu.” Kata priestess, yang berharap agar
suaranya berhenti bergetar.
“Tapi, apa memang semudah ini menjadi seorang
petualang....?”

16
“Untuk menjadi petualang, ya.”
Ekspresi gadis guild sulit di baca, apakah dia
khawatir atau tidak peduli? Priestess sama sekali
tidak tahu.
“Akan lebih sulit untuk naik tingkat, karena akan
berdasarkan seberapa banyak anda membunuh
monster, apa saja yang telah anda perbuat, dan tes
personalitas.”
“Tes personalitas?”
“Terkadang ada orang dengan tipe aku-cukup-
kuat-untuk-melakukannya-sendiri.“ Kemudian dia
menambahkan “Namun ada juga tipe yang eksentrik
di antara mereka.” Usai mengatakannya, sikapnya
berubah menjadi lebih lembut dengan senyum yang
manis.
Oh, Priestess berpikir aku tidak tahu dia bisa
tersenyum seperti itu.
Gadis Guild menyadari Priestess mengamatinya,
dan dengan cepat kembali ke sikap profesional
awalnya. “Quest di pasang di sebelah sana.” Dia
menunjukkan sebuah papan yang hampir menutupi
seluruh dinding. “Pilihlah quest yang sesuai dengan
level anda.”
“Menurut saya,” Resepsionis berkata “ Saya
merekomendasikan anda untuk memulai dari
membersihkan saluran air.”

17
“Membersihkan saluran air? Aku kira para
petualang bertarung melawan monster.....?”
“Tidak ada salahnya dalam memburu tikus
raksasa, dan lagi anda akan berjasa pada dunia ini.”
Kemudian dia menambahkan, “Petualang baru yang
sudah memiliki sedikit pengalaman, bisa mencoba
memburu goblin.” Dan ketika itu wajahnya terlihat
sedih.
“Baiklah, itu saja untuk pendaftaranya, selamat
berburu!.”
“Oh, te-terima kasih.” Priestess menundukkan
kepalanya mengucapkan terima kasih dan pergi dari
meja resepsionis. Dia mengantung plat porselain
itu ke lehernya, dan menghembuskan nafas yang
selama ini di tahannya. Dia sudah menjadi seorang
petualang, semudah itu.
Tapi apa yang harus aku lakukan sekarang?
Priestess hanya membawa sebuah tongkat
(lambang dari kuilnya) dan sebuah tas berisi baju
ganti dan beberapa koin.
Dia sudah mendengar bahwa lantai dua
bangunan guild ini di peruntukkan bagi petualang
level rendah. Mungkin akan lebih baik baginya
untuk menyewa sebuah kamar, kemudian melihat
quest apa saja yang tersedia....
“Hey, mau berpetualang bersama kami?”
“Ap-Apaaa?”

18
Undangan tiba-tiba itu berasal dari seorang laki-
laki muda dengan sebuah pedang di pinggulnya,
pelindung dada yang bercahaya di ikat pada
dadanya. Layaknya Priestess, dia juga memiliki plat
porselain yang baru di sekitar lehernya.
Plat tersebut memiliki sepuluh variasi yang
mengindikasikan tingkatan penggunanya, dari
platinum yang merupakan tingkat paling atas hingga
porselain yang di peruntukkan bagi petualang baru.
“Kamu seorang priestess kan?”
“Um, ya. Ya....benar.”
“Mantap! Sesuai dengan yang partyku
butuhkan.”
Tepat di belakang laki-laki itu, dia dapat melihat
dua orang gadis lainnya. Satu gadis menggunakan
pakaian ahli bela diri dengan rambut yang di
ikat, dan memiliki mata yang penuh percaya diri.
Sedangkan satu gadis lagi menggunakan tongkat
dan jubah dengan tatapan yang tenang.
Seorang Fighter dan Wizard2 pikir dia.
Warrior mengikuti pandangan Priestess dan
berkata “party ku,” Dan mengangguk “Sedang
dalam quest darurat. Tapi aku ingin setidaknya ada
satu orang lagi, bagaimana kalau kamu?”
“Apa maksudmu ‘darurat’.....?”
“Kami akan membasmi goblin!”
Goblin. Goblin sudah lama telah tinggal di dalam
2. Petarung dan Penyihir

19
sebuah gua di dekat kota, mereka adalah monster
paling lemah, dan jumlah mereka hanya satu-
satunya keuntungan mereka.
Mereka setinggi anak kecil, dengan tenaga
dan pola pikir yang sama. Satu-satunya yang
membedakan mereka dengan manusia adalah
kemampuan mereka untuk dapat melihat dalam
kegelapan. Mereka sering melakukan hal-hal yang
biasa dilakukan monster— mengancam orang,
meneror desa, menculik gadis.
Mereka memang lemah, tapi akan lebih baik
membiarkan goblin yang tertidur tetap tidur.
Awalnya penduduk desa mengacuhkan para
goblin.... Namun keadaan mulai berubah. Pertama,
tanaman yang mereka simpan untuk musim dingin
telah hilang sampai ke biji-bijinya. Penduduk yang
murka mulai membangun sebuah pagar, dan
melakukan patroli dengan obor di tangan.
Namun para goblin masih sering berhasil
melewati patroli mereka.
Mereka mencuri kambing beserta anak gadis
pengembala kambing, dan juga menculik para
wanita yang keluar untuk memeriksa kegaduhan
yang terjadi.
Para penduduk desa pun kehabisan pilihan.
Mereka mengumpulkan uang mereka yang
masih tersisa dan pergi menuju Guild—Guild

20
Petualang, dimana para petualang berkumpul.
Tentunya,dengan memasang quest akan ada orang
yang datang membantu.
Um, dan...
Priestess berdiri dengan jari di bibirnya,
mendengarkan penjelasan sang Warrior.
Perburuan goblin untuk quest pertamanya.
Banyak orang yang melakukannya, dan dia tidak
perlu mencari para petualang—para petualang lah
yang menemukan dia. Ini pasti takdir.
Tak pernah terpikir di benaknnya bahwa dia
mampu melakukan semuanya sendiri, melakukan
sendiri sebagai seorang cleric adalah sama saja
bunuh diri. Pada akhirnya dia akan membutuhkan
party, dia khawatir untuk bergabung party dengan
orang asing, tetapi orang yang mengajaknya ke dalam
party bukan orang asing kan? Sebelumnya tidak
pernah ada anak laki-laki yang mengundangnya,
dan sudah ada dua orang gadis disana.
Jadi tidak akan ada masalah..... benarkan?
“Baiklah kalau begitu, aku akan bergabung.”
Dia menjawab dengan mengangguk, dan Warrior
pun gembira.
“Yang benar?! Mantap! Sekarang siapa yang siap
untuk melakukan petualangan?!”
“Apa, Hanya kalian berempat?” Gadis Guild tiba-
tiba berkata. “Saya yakin jika kalian menununggu

21
sebentar lagi, akan ada petualang lainnya yang
muncul.....”
Sepertinya sang Warrior sama sekali tidak
tersinggung dengan perkataan Gadis Guild, “Mereka
hanya goblin, aku yakin kami berempat sudah
cukup.” Kemudian dia menoleh kepada rekannya
“Benarkan?” Dia terdengar begitu yakin, sebuah
senyum yang ceria menghiasai wajahnya. Kemudian
dia berkata pada Gadis Guild, “para wanita yang
tertangkap itu harus segera di selamatkan, kita
tidak boleh membuang waktu lagi!”
Melihat ini, wajah Gadis Guild menjadi tidak
berekspresi, pada waktu yang sama, Priestess
merasakan firasat aneh dalam hatinya.
*****
Obor berkelip dengan redup di tengah udara
yang busuk.
Cahaya matahari terselimuti oleh kegelapan
yang mengisi dalam gua. Pada mulut gua, sangatlah
sulit untuk melihat, dan semakin kedalam semakin
gelap gulita.
Bayang-bayang yang terpapar pada dinding
bebatuan, berdansa seiring dengan api yang
bergoyang. Berjalan menyisiri dinding layaknya
lukisan monster.
Tiga gadis dan satu laki, dengan armor murahan
yang mereka pakai. Dengan formasi berbaris,
22
mereka berjalan dengan gugup melewati kegelapan.
Warrior berdiri di garis depan memegang obor, di
belakangnya berdiri Fighter. Paling belakang adalah
Wizard, dan diantara Fighter dan Wizard pada garis
ketiga adalah gadis muda dengan jubah pendeta
perempuan, memegang erat tongkatnya dan
berjalan dengan hati-hati.
Ini merupakan saran dari Wizard untuk berjalan
berbaris. Selama tidak ada jalan bercabang, mereka
tidak perlu mengkhawatirkan serangan dari
belakang. Dan jika petualang yang berada di garis
depan dapat bertahan, maka mereka yang ada
di belakang akan aman dan mampu memberikan
bantuan kepada yang di depan. Paling tidak itulah
rencananya.
“A-Apa ini ide bagus? Masuk begitu saja?”
kata Prietess dengan tidak percaya diri. Nada dia
menandakan rasa semakin khawatir dari sebelum
masuk gua, “Maksudku, kita bahkan tidak tau apa-
apa tentang goblin ini.”
“Sheesshh, dasar ribut, begini sudah kalau satu
party dengan seorang priestess.” Suara Warrior
terdengar nyaring di dalam keheningan gua,
bergema hingga hilang. “ Anak kecil saja nggak
takut dengan goblin, bahkan dulu aku membantu
untuk mengusir mereka dari desaku.”
“Oh sudahlah.” Kata Fighter. “Membunuh

23
beberapa goblin bukanlah hal yang istimewa,
kamu bikin malu dirimu sendiri saja. Dan,” Dia
menambahkan ucapannya dengan suara yang
pelan.”Kamu bahkan nggak membunuh mereka.”
“Aku nggak bilang aku membunuh mereka.”
Warrior membalas dengan cemberut.
Fighter menghela napas jengkel dan tersenyum.
“Mereka mungkin memotong pecundang ini jadi
daging cincang, tapi aku akan menghajar mereka
sampai terbang. Jadi jangan khawatir.”
“Pecundang? Pedis sekali!” Obor menyinari
wajah sedihnya, namun kemudian, dengan
lincahnya dia memegang pedangnya “Hey, kalau
kita mau, kita berempat dapat mengalahkan naga!”
“Duh, nggak sabaran sekali.” gumam Wizard,
yang membuat Fighter tertawa kecil. Suara mereka
bercampur, bergema di dalam gua.
Priestess tetap diam, seakan-akan takut jika
bersuara dapat menarik sesuatu dari kegelapan.
“Tapi aku memang ingin berburu naga suatu
hari.” Kata Wizard. “Gimana dengan kalian?” senyum
tanpa kata Priestess seakan setuju atas perkataan
Wizard, dan juga Warrior yang mengangguk. Akan
tetapi, kegelapan ini menyembunyikan ekspresi
ambigu yang tidak pasti , seperti Gadis Guild.
Apakah memang harus? Dia bertanya pada
dirinya sendiri, tetapi tidak berani menyuarakan

24
pendapatnya, walaupun firasatnya bergerumuh di
dalam hatinya.
“Kita berempat dapat....” katanya. Namun
bagaimana mungkin dia bisa mempercayai orang
yang baru di kenalnya selama dua hari? Priestess
menyadari bahwa mereka bukanlah orang jahat,
tapi....
“Apa kamu yakin kita nggak perlu melakukan
persiapan terlebih dahulu? Kita bahkan nggak
memiliki po-potion...”
“Kita juga nggak memiliki uang, atau waktu untuk
berbelanja.” Warrior menjawab dengan tegas tidak
mempedulikan suara Priestess yang gemetar. “Aku
cemas dengan wanita yang di culik itu.... Dan lagi
kalau kami terluka, kamu bisa menyembuhkan kami
kan?”
“Memang benar aku memiliki keajaiban
penyembuhan dan cahaya...tapi...”
“Kalau begitu kita akan baik-baik saja!”
Tidak ada yang mendengar Priestess yang
berusaha mengatakan “Tapi aku cuma bisa
menggunakannya tiga kali....”
“Percaya diri memang bagus” kata Fighter. “Tapi
apa kamu yakin kita nggak tersesat?”
“Gua ini lurus aja kayak terowongan, gimana
mungkin kita tersesat?”

25
“Aku nggak yakin, kamu suka terbawa suasana
kalau nggak ku awasi.
“Kamu juga sama saja....”
Warrior dan Fighter, yang berasal dari kota yang
sama, berdebat ringan sejak perjalanan ini dimulai.
Priestess yang mengikuti mereka dari belakang,
menggenggam tongkatnya dengan dua tangan dan
berdoa kepada ibunda bumi.
“Kumohon, berikanlah kami perlindungan...”
Dia berdoa dengan sangat pelan sehingga
suaranya tidak bergema dan hilang di kegelapan.
Mungkin ibunda bumi mendengar doanya, atau
mungkin Priestess yang terlalu sensitif selama dia
berdoa. “Ayo cepatan, jangan ketinggalan.” Tegur
Wizard. “Oh iya, maaf...”

26
27
Priestess lah yang menyadarinya terlebih dahulu.
Ketika dia berjalan melewati Wizard yang
menyalipnya selagi dia berdoa, suara yang bergerak,
seperti batu kerikil yang terjatuh.
Priestess terdiam.
“Kenapa lagi sih?” Wizard bertanya dengan
jengkel ketika dia menyalip priestess kedua kalinya,
yang terdiam tak bergerak.
Wizard merupakan murid lulusan tertinggi di
kelasnya dari akademi di ibukota dimana dia belajar
mantranya, dia tidak terlalu akrab dengan Priestess,
gadis penakut yang ada di partynya memberikan
kesan pertama yang buruk. Dan semenjak memasuki
gua, kesan itu semakin memburuk.
“Ba-baru saja, sepertinya aku mendengar ada
sesuatu yang ja-jatuh....”
“Di mana? Di depan kita?”
“Ng-Nggak, di belakang kita....”
Oh ya ampun.
Ini bukanlah kewaspaan, tapi pengecut. Priestess
ini tidak berani mempertaruhkan nyawanya layaknya
seorang petualang. Warrior dan Fighter terus
berjalan menjauh, selagi mereka berdua berdiri di
tempat. Terlalu terbawa oleh perdebatan mereka,
membuat mereka tidak melihat kebelakang.
Cahaya yang semakin menjauh, membuat
keadaan semakin gelap. Wizard menghela napas.

28
“Dengar, kita sudah berjalan lurus semenjak
kita memasuki gua kan? Bagaimana mungkin ada
sesuatu di bela—” dan suaranya yang tenang—
“Goblin!!”
—menjadi teriakan.
Yang di dengar priestess bukanlah suara yang
jatuh, melainkan suara galian.
Makhluk buruk rupa melompat keluar dari
sebuah terowongan, dan berbondong-bondong
menuju Wizard yang berada di posisi belakang.
Setiap tangan memiliki senjata sederhana, setiap
wajah memliki ekspresi menjijikkan, mereka adalah
penghuni gua yang seukuran anak kecil.
Goblin.
“G-g-ggggg...”
Tidak dapat berbicara, Wizard mengangkat
tongkatnya dengan ujung berwarna merah yang dia
terima pada hari kelulusannya.
Adalah sebuah keajaiban, lidahnya yang terbelit
dapat mengucapkan mantra.
“Sagitta…inflammarae....radius....!” Muncullah
panah api!
Di saat dia mengeluarkan setiap mantra yang
telah di ingat mati di dalam hatinya, mantra mulai
memancar—mantra dengan kekuatan untuk
mengubah realita itu sendiri.

29
Sebuah bola api yang berbentuk panah yang
bercahaya terbang dari ujung tongkat wizard
dan mengenai seekor goblin tepat di wajahnya.
Terdengar suara desis daging yang terbakar, dan
aroma daging yang terpanggang.
Satu sudah mati!
Rasa kemenangan yang membawa rasa
semangat, meninggalkan senyum bangga pada
bibirnya. Membuatnya terisi oleh rasa percaya diri
yang membuatnya berpikir bahwa apa yang sudah
berhasil sekali akan berhasil lagi.
“Sagitta....inflammarae....radiaaaagghhh....!!”
Akan tetapi terlalu banyak goblin, dan hanya
empat party member. Sebelum dia berhasil
membaca mantra, salah satu makhluk kecil itu
mengenggam tangannya. Dia bahkan tidak sempat
bereaksi di saat goblin itu membantingnya ke batu
kasar di tanah.
“Argh! Ugh—!”
Kacamatanya terlempar dari wajahnya, dan
pecah karena benturan, membuat pengelihatannya
menjadi buram. Seekor goblin dengan cepat
merebut tongkat Wizard dari tangannya.
“H-hey! Kembalikan! Kalian nggak pantas
memegang i-itu!”
Benda-benda sihir seperti tongkat atau cincin
merupakan sambungan hidup para pembaca

30
mantra. Terlebih lagi, baginya itu adalah harga
dirinya.
Seakan-akan ingin menjawab teriakan wizard,
goblin memegang tongkat itu dan mematahkannya
tepat di depan matanya.
Wajah wizard menjadi murka, wajah tenang
yang sebelumnya sudah tidak ada lagi.
“Bajingan---!“
Dia mengeliat di tanah, berusaha lepas dari
cengkraman yang menahannya dengan lengannya
yang lemah, dadanya yang ranum bergoyang-
goyang. Itu bukanlah pilihan yang bijak. Goblin
yang kesal mengambil pisaunya dan menusuk keras
perut wizard.
“Hrrrrgh!?” teriakan penuh rasa sakit di saat
pisau itu menembus perutnya.
Tentu saja rekan Wizard, sang Priestess tidak
tinggal diam.
“H-hey, kalian semua! Lepaskan dia! Hen-
hentikan—!” Dia mengayunkan tongkatnya dengan
lengannya yang mungil, berusaha untuk mengusir
para goblin.
Ada cleric yang ahli dalam seni bela diri.
Beberapa dari mereka sudah berpetualang dalam
jangka waktu yang lama, dan memiliki tenaga fisik
yang hebat.

31
Namun Priestess bukanlah salah satu dari
mereka.
Dari cara dia mengayunkan tongkatnya, dia tidak
akan mengenai apapun.
Setiap ayunan tongkat itu menghantam dinding,
tongkat itu mengeluarkan bunyi yang membuat
para goblin mengambil langkah mundur.
Mungkin mereka menganggap dia sebagai
seorang warrior priestess, atau hanya takut terkena
ayunan tongkatnya secara tak sengaja?
Apapun itu, Priestess mengambil kesempatan ini
untuk menarik Wizard dari mereka.
“Kuatkan dirimu!” Priestess berteriak.
“bertahanlah—!”
Tetapi tidak ada jawaban, tangan Priestess
terbasuh oleh darah.
Masih terdapat pedang berkarat yang menancap
pada perut Wizard, robekkan yang kejam
menunjukkan isi perutnya.
Melihat pemandangan di depan matanya,
Priestess merasakan sesuatu yang aneh pada
tenggorokannya yang membuatnya sulit bernapas.
“Ah... Ugh...”
Namun Wizard tersebut masih hidup, kejang dan
tersentak, tapi masih hidup.
Masih ada waktu. Pasti masih ada waktu.
Priestess mengigit keras bibirnya..

32
Menggengam erat tongkatnya dekat dada,
Priestess meletakkan tangannya di bagian
tubuh wizard yang terburai seakan-akan ingin
memasukkannya kembali, dan membaca mantra
keajaiban.
“O ibunda bumi yang penuh ampunan,
ulurkanlah tanganmu kepada luka anakmu ini....”
Mantra sihir dapat mempengaruhi tata cara
kerja dunia, akan tetapi penyembuhan kecil ini
merupakan intervensi asli dari ilahi.
Di saat Priestess berdoa, telapak tangannya mulai
bersinar dengan sinar hangat yang mengelilingi
Wizard. Dan perut Wizard yang terburai mulai
terjahit menyatu kembali.
Tentu saja, goblin bukanlah makhluk yang akan
diam menyaksikkan begitu saja.
“Bangsat! Goblin bajingan! Berani sekali kalian
melakukan ini semua!”
Warrior yang baru menyadari apa yang terjadi
dibelakangnya, melesat untuk melindungi rekannya
dan membunuh para penyerangnya.
Dia telah membuang obornya, dan sekarang
memegang erat pedangnya dengan dua tangan. Dia
memberi dorongan, menusuk leher goblin.
“GUIA!?”
“Siapa berikutnya?”
Dia membasahi pedangnya dengan korban

33
pertamanya, dan mencari korban kedua. Dan
melibas goblin dari pundak ke pinggul.
Timbulnya muncratan darah goblin, membuat
warrior berteriak haus akan darah.
“Kenapa!? Ayo serang aku!”
Warrior merupakan anak kedua dari seorang
petani, sejak kecil dia selalu bermimpi untuk
menjadi seorang ksatria. Dia tidak pernah tahu cara
untuk menjadi ksatria, namun dia yakin kekuatan
adalah salah satu syaratnya. Ksatria dalam dongeng
tidur yang dia dengar selalu membasmi monster,
memusnahkan kejahatan, dan menyelamatkan
dunia. Disini, di gua ini— membasmi para goblin,
menyelamatkan para gadis dan melindungi
temannya— membuatnya merasa menjadi seorang
ksatria.
Perasaan itu membuatnya tersenyum.
Kekuatan yang mengalir di tangannya, darah
yang mengalir di telinganya, semuanya menyempit
hingga dia hanya mampu melihat musuh yang ada
di depannya.
“Tunggu! Kamu tidak bisa melawan mereka
semua!”
Dia belum menjadi ksatria sejati.
Dan ketika Warrior mendengar suara Fighter,
dia menyadari bahwa salah satu goblin berhasil
menusukkan pedang usangnya ke pahanya.

34
“Ngah! Keparat—!”
Itu adalah goblin yang dia sayat di dada, pedang
tumpul Warrior yang berlumur darah tidak cukup
untuk membunuhnya.
Pecah dari posisi bertarungnya, Warrior
mendaratkkan serangan keduanya ke arah goblin,
dan kali ini goblin tersebut mati.
Tapi dalam sekejap, monster lainnya melompat
dari belakang dia....
“Terima ini!” dia mencoba melawan dengan
pedangnya, akan tetapi pedangnya yang panjang
tersangkut pada tembok gua.
Itu adalah gerakan terakhir yang akan di buatnya.
Obor yang dia jatuhkan mulai meredup dan
pada akhirnya pudar, dan di dalam kegelapan
yang menyelimutinya, dia terkejut akan betapa
kerasanya teriakannya bergema.
Tanpa silsilah dan tanpa uang, Warrior tidak
dapat membeli perisai ataupun helm. Dia hanya
memiliki pelindung dada tipis untuk melindunginya.
Tidak mungkin dia bisa bertahan dari serangan
brutal para goblin.
“Nggak....nggak mungkin!”
Fighter yang gagal sampai tepat waktu, hanya
bisa melihat laki yang dia kasihi mati. Wajahnya
pucat dan tubuhnya kaku tak bergerak.

35
Mengkepalkan tangannya dan mengambil posisi
bertarung, hanya itulah yang dia dapat lakukan.
“Kalian berdua, lari”
“Ta-tapi... !” protes Priestess, tapi dia tahu
itu tidak ada gunanya. Walaupun dengan Minor
heal3, kondisi Wizard di lengannya tidak membaik.
Napasnya semakin tengah-engah.
Gerombolan goblin semakin mendekat, fokus
akan mangsa mereka. Mereka masih waspada akan
keberadaan Fighter, tapi hanyalah masalah waktu
sampai mereka menyerang.
Priestess melihat Fighter dan Wizard, kemudian
dia melihat kebengisan para goblin yang masih
menyiksa tubuh warrior yang sudah tidak bernyawa.
Melihat temannya yang tidak bergerak, Fighter
menjentikkan lidahnya, kemudian dia berteriak
dengan lantang, menerjang ke arah gerombolan
musuh.
“Hi-yaaaaah!”
Tangan dan kakinya sangatlah lentur dan lincah.
Ayah kandungnya sendiri lah yang mengajarinya
sebelum ayahnya meninggal, dan sekarang dia
menunjukkan hasil dari seni bela dirinya.
Dia tidak akan mati disini, seni bela diri ayahnya
tidak mungkin kalah oleh makhluk menyedihkan ini.

3. Minor Heal : Penyembuhan Kecil

36
Selama aku hidup, aku tidak akan pernah
memaafkan mereka karena sudah membunuh laki-
laki itu!
Dia mengarahkan tinjunya menuju solar plexus
goblin, yang merupakan hasil latihan dari hati dan
pikirannya.
Tinju tersebut membuat musuh terdorong ke
samping, terjatuh dan muntah di tanah. Kemudian
fighter menyelesaikannya dengan satu serangan
berputar menuju leher.
Serangan kritikal.
Serangan dashyat di leher goblin, menyebabkan
lehernya berputar ke arah yang mustahil, dan
akhirnya mati.
Dan pada saat yang sama, dia melangkah maju
dengan jarak yang tersisa, dan menggunakan
momentum itu untuk melancarkan tendangan
berputar di udara, tendangan tersebut mengenai
dua ekor goblin, membunuh mereka sebelum
mereka jatuh ke lantai—
“Ap—?!”
Namun goblin ketiga dengan mudah menangkap
kakinya, dan mengenggam pergelangan kakinya.
Wajah Fighter mulai memucat ketika dia mulai
meremas kakinya.
Bukankah goblin seukuran anak kecil....
benarkan?

37
“HUURRRGGGH!”
Makhluk tersebut, dengan napas tengiknya yang
tercium oleh Fighter. Sangatlah besar.
Fighter bukanlah gadis yang kecil, namun bahkan
dia pun perlu mendengakkan kepalanya untuk
dapat menatap mata monster itu. Rasa sakit yang
dia rasakan pada kakinya semakin lama semakin
bertambah sakit, yang memaksanya berteriak.
“Ahh...ar-arggghhh.... Le....pas...kan... A-aku-
ahh...!”
Kaki Fighter tersebut masih dalam
genggamannya, goblin itu dengan santainya
menghantamkan Fighter ke arah dinding gua, yang
menghasilkan keretakkan pada dinding tersebut.
Fighter pingsan tanpa dapat melakukan apapun,
dan tanpa disadarinya, goblin itu mengayunkannya
kembali dan menghantamnya ke sisi dinding lainnya
“Hrr,guhhh?!”
Kesadarannya telah kembali, dengan rintihan
suaranya yang tidak berdaya. Muntahanya
bercampur menjadi satu dengan darah. Kemudian,
gerombolan goblinpun mendatanginya.
“Agh! Uggh! Ya...yaaaah! Ugh!”
Para goblin memukul fighter dengan pentungan
mereka tanpa mempedulikan tangisannya, hingga
bajunya robek.

38
Pasrah akan kondisinya, Fighter mengeluarkan
teriakan bernada tinggi, namun di balik teriakan itu,
Priestess yakin dia dapat mendengar...
“Lari! Cepat!”
“Ma-maafkan aku....!”
Menutup telinganya agar dapat tidak mendengar
gema dari siksaan para goblin terhadap rekannya,
Priestess memapang wizard dan mulai melarikan
diri.
Berlari, berlari, berlari, terjatuh, kemudian
berdiri lagi, dan berlari lebih kuat lagi.
Melewati kegelapan, tersendung berkali-kali
tapi tidak berhenti.
“Maafkan aku....! Maafkan...aku! Kumohon ma...
maafkan aku...!” kalimat itu terus keluar di tengah-
tengah napasnya yang terengah-engah.
Cahaya telah sirna, dia menyadari bahwa dia
semakin di kejar masuk ke dalam gua yang lebih
dalam, tapi apa yang bisa dia lakukan?
“Ahh...ah..”
Langkah kaki goblin yang semakin mendekat
dengan setiap gema yang terdengar, memberikannya
rasa takut yang tak terbayangkan.
Berhenti sekarang adalah tindakan bodoh,
dan dia tidak bisa kembali ke jalan masuk yang
dia lewati. Kalaupun dia bisa, dia tetap tidak bisa
melihat apapun dalam kegelapan ini.

39
Akhirnya dia menyadari arti ekspresi ambigu
dari gadis guild.
Ya goblin memang lemah, party mereka yang
terdiri dari— Warrior, Fighter, dan Wizard sudah
mengetahui akan hal itu—. Goblin hanyalah sebesar
dan sepintar anak kecil, paling tidak itu lah yang
mereka dengar.
Tapi apa yang terjadi jika anak kecil itu memegang
senjata, merencakan sesuatu yang jahat, memiliki
hasrat untuk membunuh, dan bergerombol?
Mereka tidak pernah memikirkan hal itu.
Party mereka lemah, tidak berpengalaman, tidak
biasa dalam pertarungan, tidak punya uang ataupun
keberuntungan, dan yang terpenting mereka kalah
jumlah.
Ini merupakan kesalahan yang sering terjadi, hal
biasa yang sudah sering kalian dengar.
“Ohh..!”
Jubah panjangnya pada akhirnya tersangkut
di kakinya, dan dia terjatuh ke tanah, wajah dan
tangannya mengalami luka gores, namun yang lebih
buruk lagi, wizard telah lepas dari genggamannya.
Dengan segera Priestess berlari ke arahnya
untuk membantunya lagi— seorang gadis yang baru
di kenalnya dalam beberapa hari.
“Ma-maafkan aku! Kamu nggak apa-apa?
“Urr, hrrg...”

40
Alih-alih jawaban yang di dapatnya, gelembung
darah bermunculan dari mulut wizard. Priestess
yang berfokus untuk berlari, tidak menyadari
kondisi tubuh wizard yang semakin gemetar tidak
terkendali. Seakan-akan tubuh wizard terbakar api,
keringat mengalir dengan deras di balik jubahnya.
“Ke-kenapa....?”
Priestess bertanya pada dirinya sendiri. Apakah
doanya tidak di dengar oleh para dewa?
Diliputi rasa khawatir, priestess membuka jubah
luar sang Wizard dan memeriksa lukanya.
Akan tetapi keajaibannya bekerja seperti yang
seharusnya, luka di perut Wizard telah hilang, dan
menjadi mulus seperti sebelumnya.
“U-uhh di-di saat seperti ini— Di saat seperti ini
apa yang harus aku lakukkan...?”
Pikirannya kosong.
Dia sedikit mengetahui tentang P3K4, dan dia
masih dapat menggunakan keajaibannya.
Tapi apa melakukan keajaiban healing sekali
lagi benar akan membantu? Apa ada cara lain
yang dapat dia lakukan? Dan dalam kondisi panik
seperti ini, apakah dia bisa fokus untuk memohon
pertolongan kepada dewa?
“Ahh? Ahhhh!”

4. P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

41
Di saat Priestess menghabiskan waktu untuk
berpikir, rasa sakit yang sangat menyelimuti
tubuhnya.
Dia mendengar suara—sesuatu yang berlari?—
dan kemudian pundak kirinya di liputi rasa sakit. Dia
melihatnya, dan menemukan sebuah panah yang
tertancap dalam pada pundaknya, darah mengalir
dan mengotori jubahnya.
Priestess tidak menggunakan armor, panah
itu menembus paksa daging pundak prietess yang
halus. aturan kuil melarang penggunaan armor yang
berlebih, dan juga dia tidak memiliki uang. Setiap
gerakan kecil yang di lakukannya memperkuat rasa
sakit yang ada, terasa panas yang seakan-akan
terbakar api.
“Aaaargghh...!”
Yang hanya bisa di lakukannya hanyalah
merapatkan giginya, menahan air matanya, dan
menatap para goblin.
Dua monster bersenjata mendekatinya. Senyum
penuh nafsu terpancar di wajah mereka, tetesan air
liur terlihat menetes dari mulut mereka.
Alangkah baiknya jika dia dapat mengigit lidahnya
sendiri dan mati. Namun dewa melarang perbuatan
bunuh diri, dan sepertinya dia di takdirkan untuk
bernasib sama dengan rekannya.

42
Apakah mereka akan memotong dia?
Memperkosa dia? Atau keduanya?
“Ohhh... Tidak..”
Rasa takut membuat giginya bergetar tak
terkendali.
Priestess merapatkan tubuh Wizard dekatnya,
menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi
rekannya, tapi Priestess merasakan ada sesuatu
yang hangat dan basah di kakinya. Goblin sepertinya
mencium aroma itu, dan wajah mereka menjadi
terlihat semakin menjijikkan.
Priestess berulang kali menyebut nama Ibunda
Bumi, untuk mengalihkan perhatian dirinya dari apa
yang ada di depannya.
Sudah tidak ada harapan.
Namun kemudian....
“Ap....?”
Jauh di dalam kegelapan, terdapat sebuah
cahaya.
Layaknya sebuah bintang yang bersinar dengan
terangnya pada sebuah malam sunyi sepi bintang.
Satu sumber cahaya kecil yang redup bersinar,
yang semakin datang mendekat.
Cahaya itu di iringi oleh suara langkah seseorang
yang tenang namun pasti, yang tentunya tahu arah
kemana dia akan melangkah.
Para goblin menoleh kebelakang penuh

43
pertanyaan, apa teman mereka membiarkan
seorang mangsa lepas?
Dan kemudian, persis di belakang goblin,
Priestess melihatnya.
Pria itu tidak terlihat luar biasa.
Dia menggunakan armor kulit dan helm besi
yang kotor. Di lengan kirinya sebuah perisai
terikat dan memegang obor, di tangan kanannya
menggenggam sebuah pedang dengan pajang yang
tidak biasa. Yang membuat priestess berpikir bahwa
party nya yang tidak melakukan persiapan apapun,
masih memiliki perlengkapan yang lebih bagus,
Tidak, dia ingin berteriak jangan mendekat!
Tapi rasa takut telah membekukan lidahnya,
membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Tidak
memiliki keberanian layaknya fighter membuatnya
di liputi rasa malu.
Kedua goblin itu berputar balik mengarah kepada
pendatang baru, tanpa mempunyai rasa takut
menunjukkan punggung mereka kepada Priestess
yang tidak berdaya. Mereka akan mengurusnya
nanti. Salah satu dari mereka meletakkan panah
pada tali busurnya, menariknya, dan menembakkan
panah.
Itu merupakan panah sederhana, dengan mata
panah yang terbuat dari batu. Di tambah dengan
kemampuan goblin sebagai pemanah yang sangat

44
payah.
Tapi kegelapan adalah sekutu goblin.
Tidak ada orang yang bisa menghindar dari
panah yang terbang tiba-tiba di balik kegelapan.
“Hmph.”
Dengan dengusan mengejek, pria itu memotong
panah itu di udara dengan satu tebasan.
Tidak dapat mencerna apa yang sudah terjadi,
goblin kedua menerjang pria tersebut. Makhluk
itu membawa satu-satunya senjata yang dia miliki,
pisau berkarat. Dia melihat celah armor pada
pundak pria itu, dan menusuknya.
“Tidakkk!”
Priestess berteriak—tapi tidak ada suara yang
lain. Serangan goblin hanya menghasilkan suara
pelan gesekan antara metal.
Pisau itu telah di hentikan oleh sebuah baju
besi yang melapisi tubuh pria itu di bawah armor
kulitnya.
Goblin yang bingung berusaha menekan lebih
keras. Dan pendatang baru ini memanfaatkan
kesempatan itu.
“GAYOU?!” Teriak goblin di saat pria itu
menghantamkan perisainya ke arah goblin dan
menekannya ke batu gua.
“Satu.....” Kata pria itu dingin.

45
Arti katanya semakin jelas ketika dia
menggunakan obornya untuk menyumpal wajah
goblin.
Teriakan yang memekikkan telinga, dan aroma
daging yang terbakar mengisi keheningan gua.
Goblin berusaha melepaskan diri sekuatnya,
namun tertahan oleh perisai. Dia bahkan tidak bisa
menyentuh wajahnya sendiri.
Pada akhirnya dia tidak bergerak, tubuhnya
yang tak bernyawa tergeletak di tanah begitu saja.
Pria itu memastikkan bahwa dia benar-benar tidak
bergerak, kemudian melepaskan perisainya.
Terdengar suara desis daging terbakar pada
mayat goblin di tanah tersebut.
Pria itu memberikan sebuah tendangan pada
monster tesebut, menggulingkan tubuh monster
itu. Kemudian melangkah maju ke dalam gua.
“Berikutnya.”
Itu merupakan pemandangan yang tidak
biasa, dan Priestess bukanlah satu-satunya yang
ketakutan.
Goblin dengan busur tanpa di sadarinya
mengambil satu langkah mundur, bersiap melarikan
diri meninggalkan temannya. Keberanian adalah
kata yang tidak di miliki dalam kamus goblin.
Namun di belakangnya terdapat Priestess.

46
Priestess menghembuskan nafasnya dengan
kuat, dan kali ini dia dapat bergerak. Dia memang
memiliki panah di pundaknya, seekor goblin di
depannya, kakinya yang sudah tidak sanggup
lagi, dan rekannya yang jadi beban, tapi dia tetap
bergerak.
Dengan tanganya yang bebas, Priestess
memukulkan tongkatnya ke arah goblin.
Itu adalah gerakan yang tidak ada artinya,
hanyalah gerakan yang berdasarkan insting.
Tapi itu sudah cukup untuk membuat goblin
tidak bergerak untuk sesaat.
Dan dalam sesaat itu, makhluk tersebut berpikir
dengan keras tentang apa yang harus di lakukannya,
namun sebelum dia dapat memutuskan,
keputusannya terhempas menghantam batu yang
di dinding, terdorong oleh pedang yang dilempar
warrior berarmor.
Setengah dari kepalanya masih menempel di
dinding, sedangkan setengahnya lagi terjatuh di
tanah.
“Dua.”
Pertarungan sengit telah usai, dia menginjakan
sepatu boot nya ke sebuah mayat goblin.
Dia yang berlumuran dengan darah sang
monster, dari helmnya yang kotor hingga armor
kulit dan baju besi buatan yang menutupi seluruh

47
tubuhnya.
Sebuah perisai kecil terikat di lengan kirinya, dan
di lengan satunya memegang sebuah obor yang
menyala dengan terangnya.
Kakinya menahan mayat makhluk itu, dia
menunduk dengan tangan kirinya dan dengan santai
mencabut sebuah pedang dari tengkorak makhluk
itu. Itu adalah pedang yang terlihat murahan,
panjangnya sangatlah aneh dan penuh belumuran
dengan otak goblin.
Terduduk di tanah, terdapat sebuah anak panah
pada pundaknya, seorang gadis muda yang kurus
bergetar ketakutan. Wajahnya yang manis di hiasi
rambut panjang berkilau warna emas, menjadi
berantakan di karenakan air mata dan keringat.
Tangannya yang kurus, kakinya– keseluruhan
tubuhnya yang indah terbalut dalam sebuah jubah
seorang priestess, tongkatnya yang dia pegang
berbunyi, sebuah cincin yang bergantung pada
tongkat itu berbenturan satu sama lainnya seirama
dengan tangannya yang gemetar.
Siapakah pria yang ada di depannya ini?
Penampilannya yang sangat aneh, aura yang
yang menyelimutinya, membuatnya berpikir jika
dia sendiri adalah goblin—. Atau mungkin sesuatu
yang lebih buruk, sesuatu yang dia tidak ketahui.

48
“Si-siapa kamu.....?” tanya dia, menahan rasa
takut dan sakit.
Setelah beberapa saat, pria itu menjawab
“Goblin Slayer.”
Seorang pembunuh. bukan seekor naga ataupun
vampir. Namun monster paling rendah : goblin.
Normalnya, nama ini akan terdengar lucu.
Namun bagi sang priestess saat itu, nama ini
sangatlah tidak lucu.
*****
Apa yang harus di katakannya pada pria ini—
Goblin Slayer—pikirnya sambil duduk terbengong,
melupakan rasa sakit yang ada di pundaknya. Pria
itu berjalan mendekat hingga dia dapat melihatnya.
Membuat Priestess takut dan gemetar.
Bahkan sekarang, dengan jarak sedekat ini
dan obor yang menyala meneranginya, wajahnya
masih tersembunyi di balik pelindung kepalanya,
dan Priestess tidak bisa melihat matanya. Seakan-
akan armor tersebut memiliki kegelapan yang sama
seperti gua ini.
“Kamu baru mendaftar?” tanya Goblin Slayer
dengan pelan, menyadari plat rangking yang
tergantung di sekitar leher Priestess. Dia juga
memilikinya, berayun perlahan di tengah cahaya
obor. Warna yang terpantul oleh cahaya itu
adalah— tidak di ragukan lagi, Silver.
49
Priestess mengeluarkan suara “Oh...” dia
mengetahui arti dari warna itu. Itu adalah peringkat
ketiga tertinggi dari sepuluh level sistem guild.
Hanya ada beberapa orang dalam sejarah
yang mampu mencapai tingkat Platinum, dan
yang mencapai tingkat Gold biasanya bekerja
untuk pemerintahan, Yang kemudian Silver,
mengindikasikan para petualang yang paling ahli
pada bidang mereka masing-masing.
“Kamu.... Tingkat silver.” Dia adalah seseorang
veteran yang tidak bisa di bandingkan dengan
priestess yang masih tingkat Porcelain.
“Saya yakin jika kalian menunggu sebentar lagi,
akan ada petualang lainnya yang muncul.....”
Apakah dia petualang yang di maksud oleh Gadis
Guild?
“Jadi kamu bisa bicara.”
“Huh?”
“Kamu beruntung.”
Tangan goblin slayer bergerak dengan cepat,
tidak memberikan waktu bagi Priestess untuk
bereaksi.
“Ap—? Ahh...!”
Kulitnya yang robek di saat panah itu di cabut,
memberikannya rasa sakit yang membuatnya sulit
bernapas. Darah yang mengalir dari lukanya keluar
bersamaan dengan air matanya.

50
Dan dengan sikap tenang yang sama, Goblin
Slayer merogoh isi tas pada ikat pinggangnya dan
mengambil sebuah botol.
“Minum ini.”
Cairain hijau yang terlihat dalam sebuah botol
kaca, mengeluarkan aura yang lembut—sebuah
potion penyembuh.
Sebuah benda yang di inginkan oleh Priestess
dan partynya, namun terkendala uang untuk
membelinya.
Dia bisa saja mengambilnya, tetapi dia ingin
memberikannya kepada Wizard yang terluka.
“P-pak!” terkejut suaranya dapat keluar, dia
melanjutkan perkataannya. “ Bi-bisa nggak kita
berikan kepadanya? Keajaibanku nggak bisa—”
“Dimana dia terluka? Apa yang terjadi?”
“Se-sebuah pisau... Di perutnya...”
“Pisau...”
Goblin Slayer meraba perut Wizard secara
perlahan, dan ketika dia menekannya dengan
jari, Wizard batuk darah. Melalui pemeriksaan
singkatnya, tanpa mempedulikan Priestess
yang memeluk erat Wizard, dia berkata datar. “
Percuma.”
Terkejut, Priestess menjadi pucat dan menelan
liurnya, memeluk Wizard lebih erat.

51
“Lihat.” Goblin slayer menarik pisau belati yang
masih tersangkut pada baju besi di pundaknnya.
Sebuah cairan berbahaya yang tidak di ketahuinya,
melumasi seluruh bagian belati.
“Racun.”
“Ra-Racun...?”
“Mereka meraciknya dengan air liur mereka
dan di campur dengan tinja mereka dan beberapa
tanaman yang ada di hutan.”
”Kamu beruntung.”
Priestess menelan liurnya lagi, mengerti penuh
maksud dari ucapan Goblin Slayer.
Beruntung, panah itu tidak di lumasi racun.
Beruntung, bukan goblin dengan belati yang
menyerangnya....
“Ketika racun itu masuk ke dalam sistem
tubuhmu, pertama kamu akan kesulitan bernapas,
kedua lidahmu akan mulai keram yang akan
menjalar ke seluruh tubuhmu. Kemudian kamu
akan mengalami demam, hilang kesadaran, dan
mati.”
Dia membalut pisau belati usang itu dengan
sebuah kain dan memasukkannya ke dalam tas
yang di ikat pinggangnya, kemudian dia bergumam
di dalam helmnya. “ Dasar makhluk hina.”
“Ka-Kalau dia teracuni, kita harus
menyembuhkannya, iya kan?”

52
“Kalau maksudmu antiracun, aku mempunyainya.
Akan tetapi racun itu sudah menyebar ke seluruh
tubuhnya, sudah terlambat.”
“Ohh...!”
Pada saat itu, mata Wizard bergerak untuk
sesaat, tersedak oleh darah di tenggorokkannya,
dan dengan bibir yang bergetar, dia mengucap
sebuah kalimat tanpa suara. “...nuh...ku...”
“Aku mengerti.”
Dengan cepat Goblin Slayer menyayat leher
Wizard.
Wizard tersentak dan mengeluarkan desahan
halus, kemudian batuk darah dan mati.
Memeriksa pedangnya, Goblin Slayer
menjentikkan lidahnya setelah mengetahui bahwa
pedangnya sudah menjadi tumpul karena lemak.
“Jangan sedih.” Katanya.
“Gimana kamu bisa ngomong seperti itu?!”
Priestess berteriak. “Mungkin...mungkin kita masih
bisa... menyelamatkannya...” Dia memeluk erat
tubuhnya yang sudah tidak bernyawa.
Tapi—
Dia tidak bisa melanjutkkan ucapannya. Apakah
wizard memang sudah tidak dapat di tolong? Dan
jika iya, apakah membunuhnya merupakan sebuah
kebaikkan? Priestess tidak tahu jawabanya.
Yang dia tahu, dia belum mendapatkan

53
keajaiban cure, yang dapat menetralisir racun. Ada
antiracun disini, akan tetapi itu adalah milik pria itu,
dan bukanlah hak priestess untuk memberikkannya
pada Wizard. Priestess terduduk di lantai, tidak
sanggup meminumnya ataupun berdiri.
“Dengar,” Kata goblin slayer. “Makhluk ini nggak
cerdas, tapi mereka tidak bodoh juga. Paling nggak
mereka cukup pintar untuk mengincar pembaca
mantra duluan.” Kemudian dia menunjuk. “Lihat
kesana.”
Bergantung pada dinding, adalah seekor tikus
mati dan sebuah bulu sayap gagak. “Itu adalah
5
goblin totem, ada shaman disini.”
“Shaman...?”
“Kamu tidak tau tentang shaman?”
Priestess menggelengkan kepalanya.
“Mereka pembaca mantra, lebih jago dari
temanmu ini.”
Goblin pembaca mantra, Priestess tidak
mengetahui akan hal itu, jika saja dia tahu mungkin
saja partynya masih akan tetap hidup.
Tidak.
Dia menepis pikiran itu, walaupun party mereka
mengetahui ada shaman disini, mereka akan
menilai bahwa shaman bukanlah musuh yang harus
di takuti. Goblin sangatlah lemah, mereka adalah
monster untuk pemula.
5. Shaman : Dukun

54
Atau, itu lah yang dia percaya sampai saat pagi
itu.
“Apa kamu melihat yang besar?” goblin slayer
mengamati wajah priestess yang terduduk.
Kali ini—sedikit saja— priestess dapat melihat
matanya. Dingin, seperti mata mekanikal yang
bersinar di balik helm kotor itu.
Tubuh priestess kaku, merasa tidak nyaman oleh
tatapan Goblin Slayer dari dalam helm kotor itu.
Kemudian dia teringat adanya air hangat di antara
kakinya.
Dia yang telah di serang goblin, menyaksikkan
temannya terbunuh, dan hanya dia yang selamat.
Terasa tidak nyata.
Rasa sakit pada pundaknya, dan rasa malu
karena mengompol tidak bisa di pungkiri.
“Y-Ya tadi ada satu.... Kayaknya.... Aku hanya
berlari sekuat tenagaku...”
Dia menggelengkan kepalanya, mencoba untuk
mengingat kenangan buruk itu.
“Itu hobgoblin. Mungkin mereka mengambil
seekor pengelana sebagai seorang penjaga.”
“Hob... maksudmu peri bumi?”
“Keluarga jauh.”
Goblin Slayer memeriksa senjata dan armornya,
kemudian berdiri. “Aku akan menyusuri gua ini, aku
harus mengatasi mereka disini.”

55
Priestess melihat Goblin Slayer yang menatap ke
arah kegelapan gua.
“Apa kamu bisa kembali sendiri? Atau kamu mau
menunggu disini?”
Dia mengenggam erat tongkatnya dengan
lengannya yang lelah, dan memaksa kakinya yang
bergetar untuk berdiri dengan titik air mata yang
terjatuh.
“Aku...ikut...denganmu...!”
Hanya itu satu-satunya pilihan, dia tidak sanggup
untuk kembali sendiri ataupun di tinggal sendirian.
Goblin Slayer mengangguk. “Kalau begitu,
minum potionnya.”
Di saat Priestess meminum obat pahit itu, rasa
panas di pundaknya mulai memudar. Potion ini
mengandung setidaknya 10 macam tanaman dan
tidak akan menyembuhkan secara total, hanya
mengurangi rasa sakit.
Priestess menghela napas lega, ini kali
pertamanya dia meminum potion.
Goblin Slayer yang mengamatinya minum
“Baiklah.” Ucapnya. Dan dia mulai berjalan masuk
dalam gua, tidak ada keraguan dalam langkahnya,
dia tidak pernah melihat kebelakang. Priestess
berusaha mengikutinya, takut di tinggalkan olehnya.
Selama mereka berjalan, Priestess melihat ke
belakang, mayat Wizard yang terbaring di tanah.

56
Tidak ada yang bisa di katakan oleh priestess,
dia mengigit bibirnya keras dan menundukkan
kepalanya hormat, dan bersumpah akan kembali
lagi untuk temannya.
*****
Entah mengapa, mereka tidak menjumpai satu
goblin pun dalam perjalanan pendek mereka dalam
gua. Akan tetapi mereka banyak menemukan
potongan daging yang tersebar di mana-mana.
Mungkin itu adalah daging manusia, tidak ada yang
tahu. Terdapat cukup banyak darah yang dapat
membuat perut mual di tambah dengan berbagai
macam campur isi perut yang tersebar.
“Err, eeuugghh...”
Priestess menemukkan badan seorang warrior
dan secara refleks berlutut dan muntah.
“Sembilan...” Goblin Slayer mengangguk,
menghitung jumlah mayat goblin tanpa terganggu
pemandangan sekitar mereka.
“Di lihat dari ukuran sarang mereka, kemungkinan
besar masih tersisa setengah lagi.”
Dia mengambil pedang dan pisau dari tubuh
warrior, dan mengantungnya pada ikat pinggangnya.
Dia memeriksa mayat korban goblin lainnya, namun
tidak menemukan sesuatu yang memuaskannya.

57
Priestess membersihkan mulutnya, memberikan
tatapan menegur, namun goblin slayer tidak
berhenti.
“Berapa jumlah kalian?”
“Apa?”
“Gadis Guild mengatakan ada beberapa
petualang amatir yang berburu goblin.”
“Kami ada berem—Oh!” Priestess berteriak.
Membersihkan mulutnya lebih cepat dengan
dua tangan, “An-anggota partyku yang lain...!”
Bagaimana mungkin dia melupakannya?
Dia tidak menemukan tubuh Fighter, Fighter
yang mengorbankan dirinya, mengalami siksaan
yang terbayangkan, tidak di temukan di manapun.
“Gadis?”
“Ya...”
Goblin Slayer mendekatkan obornya, dan dengan
seksama memeriksa tanah gua. Terdapat jejak kaki
baru, darah, cairan kotor, dan jejak sesuatu yang di
tarik di tanah.
“Sepertinya mereka membawa dia ke bagian
lebih dalam. Aku tidak tau apa dia masih hidup atau
tidak” katanya sambil memeriksa beberapa helai
rambut yang terjatuh.
Priestess terkejut “Kalau begitu kita harus
selamatkan dia—”

58
Tapi Goblin Slayer tidak menjawab. dia
menyalakan obor yang baru, membuang yang lama
ke samping. “ goblin memiliki penglihatan malam.
Tetap nyalakan, kegelapan adalah musuh kita....
dengar.”
Dia menurutinya, dan membuka telinganya
mencari suara.
Dari dalam kegelapan, jauh dari jangkauan obor
terdengar suara langkah. Slap-slap-slap.
Goblin! Kemungkinan datang untuk memeriksa
cahaya dari obor.
Goblin Slayer mengambil salah satu pisau dari
ikat pinggangnya dan melemparnya ke dalam
kegelapan.
Terdengar suara kasar yang menembus sesuatu.
Tubuh goblin berguling masuk dalam jangkauan
obor yang redup. Ketika dia melihatnya, Goblin
Slayer menerjang kedepan dan menusukkan
pedangnya pada jantung makhluk itu. Goblin itu
mati tanpa suara, karena sebuah pisau menancap di
tenggorokkannya. Kejadian ini berlangsung terlalu
cepat untuk di ikuti.
“Sepuluh.”
Selagi Goblin Slayer menghitung, Priestess
melihat ke dalam kegelapan dan bertanya dengan
malu, “Kamu bisa melihat di kegelapan juga?”
“Sedikit.”

59
Goblin Slayer tidak ingin repot-repot mengambil
pisau tumpul dari mayat goblin itu, sebagai
gantinya, dia mengambil pedang yang di pakai
warrior sebelumnya, menjentikkan lidahnya setelah
dia menyadari bahwa pedang itu terlalu panjang
untuk gua sempit ini.
Selanjutnya dia mengambil sebuah tombak
dari goblin yang dia bunuh, yang di potong dari
tulang binatang. Tapi, tombak bagi seekor goblin
merupakan sebuah pisau yang sedikit panjang bagi
orang dewasa.
“Hanya latihan, aku tau betul dimana letak leher
mereka.”
“Latihan? Berapa lama latihan....?”
“Lama.”
“Lama?”
“Kamu ini banyak tanya ya?”
Priestess terdiam, menundukkan kepalanya
malu.
“Apa yang bisa kamu gunakan?”
“Maaf?” Dia menaikkan kepalanya lagi, tidak
mengerti apa maksud perkataannya.
Goblin Slayer tidak pernah mengalihkan
pandangannya dari dalam gua selama mereka
berbicara.
“Keajaiban apa?”
“Aku punya minor healing dan holy light pak.”

60
“Berapa kali pemakaian?”
“Tiga secara keseluruhan, aku...aku punya dua
lagi.” Itu bukanlah sesuatu yang luar biasa, tapi
Priestess merupakan salah satu pemula dengan
pencapaian tinggi, pencapaian yang di peroleh dari
berdoa pada Dewa, membuat petisi dan di hadiahi
keajaiban. Dan kemudian, tidak semua orang
sanggup untuk menyatukkan jiwanya dengan dewa
berulang-ulang kali. Itu membutuhkan pengalaman.
“Itu lebih banyak dari yang aku kira.” Katanya.
Dengan nada yang penuh wibawa dan tenang tanpa
menunjukkan emosi sama sekali, Priestess tidak
mengetahui apakah itu pujian atau bukan.
“Gunakan holy light, minor healing tidak ada
gunanya disini. Jangan habiskan keajaibanmu untuk
itu”
“Ba-baik pak...”
“Yang barusan kita bunuh adalah seekor
pengintai, kita ada di jalur yang benar”
Dengan ujung tombaknya dia menunjuk ke bagian
dalam terowongan gua. “Pengintai mereka tidak
akan kembali, begitu juga mereka yang menyerang
partymu, aku sudah menghabisi mereka.”
Priestess diam.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Apa?”

61
“Kalau kamu jadi goblin, apa yang akan kamu
lakukan?”
Pertanyaan yang tidak di duga, Priestess
meletakkan jari mungilnya ke dagu dan berpikir
keras. apa yang akan di lakukannya jika dia seekor
goblin?
Tanganya yang pernah di tolong oleh pihak kuil,
terlalu putih untuk seorang petualang.
“...Siapkan penyergapan.”
“Benar.” Kata goblin slayer dengan nada tenang.
“Dan kita akan masuk ke dalam penyergapan itu,
bersiaplah.”
Priestess memucat tetapi mengangguk.
Goblin Slayer mengeluarkan sebuah gulungan
tali dan pasak kayu, dan memasangnya di sekitar
kakinya.
“Aku punya mantra untukmu,” katanya
tanpa mengalihkan pandangannya pada
pekerjaannya.”Ingat kalimat ini, pintu terowongan.
Kamu melupakannya, kamu mati. ”
“Ba-baik pak!” priestess menggenggam erat
tongkatnya dengan kedua tanganya.
Pintu terowongan, pintu terowongan, berulang
kali di ucapkan olehnya.
Satu-satunya yang bisa di harapkan olehnya
adalah pria misterius ini yang memanggilnya
dirinya sendiri Goblin Slayer. Jika dia meninggalkan

62
priestess, maka priestess, Fighter, dan wanita yang
di culik akan mati.
Tidak lama kemudian, Goblin Slayer selesai
melakukan persiapan. “Ayo pergi.”
Priestess mengikutinya secepat dia bisa,
melewati tali dan menuju terowongan.
Terowongan ini cukup kokoh, namun bukanlah
sesuatu yang di bangun untuk serangan tiba-
tiba. Dengan setiap langkah, tanah jatuh dari akar
pohon yang menembus langit-langit, tapi tidak ada
tanda akan longsor. Jalan menurun yang bertahap
membuat priestess gelisah. Ini bukanlah tempat
untuk manusia.
Seharusnya dia menyadari dari awal, dan
sekarang dia sudah menyadari bahwa itu semua
sudah terlambat. Goblin menghabiskan waktunya
di bawah tanah. Benar, mereka tidaklah seperti
dwarf, tapi kenapa dia dan yang lainnya sangat
meremehkan goblin hanya karena mereka tidak
kuat?
Sudah terlambat untuk menyesal.
Priestess melangkah hati-hati dengan cahaya
lemah obor. Dia menatap punggung goblin slayer,
langkahnya tidak menunjukkan keraguan atau rasa
takut sama sekali. Apa dia tahu apa yang ada di
depannya?

63
“Kita hampir sampai.” Dia berhenti tiba-
tiba. Priestess hampir saja menabraknya. Dia
menegakkan tubuhnya dengan cepat, sebelum
Goblin Slayer menoleh kebelakang dengan gerakan
mekanikalnya.
“Sekarang, holy light.”
“Ba-baik pak, aku siap.... kapan saja.”
Dia mengambil napas dalam dan
menghembuskannya lagi. Kemudian dia memegang
erat tongkatnya untuk bersiap, demikian juga
Goblin Slayer, mengatur genggamannya pada obor
dan tombak.
“Lakukan.”
“O ibunda bumi yang penuh ampunan,
limpahkanlah cahaya sucimu pada kami yang
tersesat di kegelapan...”
Goblin Slayer menerjang maju seketika Priestess
mengangkat tongkatnya, ujung tongkat mulai
bercahaya dengan cahaya menyilaukan layaknya
matahari. Keajaiban sang Ibunda Bumi.
Dengan cahaya di belakangnya, Goblin Slayer
berlari menuju aula monster.
“GAUII?”
“GOOORRR?”
Terdapat enam goblin, beserta satu yang besar
dan satu yang duduk di kursi menggunakan sebuah
tengkorak di kepalanya. Para monster menyipitkan

64
mata mereka karena cahaya putih murni yang tiba-
tiba dan berteriak kebingungan.
Dan juga, disana terbaring tak bergerak beberapa
wanita muda.
Hal-hal yang suram tidak ragukan lagi terjadi di
ruangan ini.
“Enam goblin, satu hob, satu shaman, total
delapan.” Goblin Slayer menghitung musuhnya
tanpa terdengar sedikitpun rasa takut pada
suaranya.

Tentu saja, tidak semua goblin menutup mata


mereka.
“OGAGO..GAROA..” Goblin shaman yang duduk
di singgasana membaca mantra yang tidak bisa di
mengerti.
“GUAI?!” Konsentrasinya pecah oleh tombak
Goblin Slayer yang merobek tembus perutnya.
Dia berteriak kesakitan, dan terjatuh kebelakang
kursinya.
Para goblin berdiri tidak bergerak menyaksikkan
tragedi ini, Goblin Slayer memanfaatkan
kesempatan ini. Pedang warrior berbunyi ketika
Goblin Slayer menariknya dari sarung pedangnya.
“Baiklah, ayo kita pergi dari sini.”
“Apa?! Ba-baik pak!”

65
Bahkan di saat Goblin Slayer berbicara, Goblin
Slayer sudah melesat berlari. Terkejut akan
kecepatanya dan tidak tahu apa yang harus di
lakukan, Priestess mengikutinya. Pengelihatan
goblin yang telah kembali, akhirnya mengejar
mereka.
Dengan cepat Goblin Slayer sudah berada jauh
di depan priestess, apakah dia sudah terbiasa
mengambil peran di garis depan dan belakang, atau
ini adalah hasil murni dari latihan dan pengalaman?
Apapun itu, dia yang dilapisi armor kulit dan baju
besi, dan penglihatannya yang terbatasi oleh helm
dapat berlari dengan cepat dan lincah. Sungguh
takjub di mata Priestess.
Dan ketika dia melihat goblin slayer melompat
di mulut terowongan, barulah dia teringat kalimat
mantra itu. “Oh—gawat!” Dia nyaris mengenai tali
yang ada di tanah. Goblin Slayer sudah merapatkan
dirinya pada sebuah dinding, Priestess dengan cepat
melakukan hal yang sama pada dinding sebelah.
“GUIII!”
“GYAA!!”
Mereka dapat mendengar teriakan kemarahan
mereka dan suara kaki goblin yang datang menuju
celah ini. Priestess mencoba mengintip, dia melihat
sesuatu yang besar berada di depan gerombolan—
hobgoblin.

66
“Sekarang! Lakukan lagi!.” Goblin Slayer
berteriak kepada Priestess.
Priestess mengangguk, dan mengarahkan
tongkat simbol dari kuilnya ke arah terowongan,
dan membaca ucapan doa tanpa terbata-bata.
“O Ibunda Bumi yang penuh ampunan,
limpahkanlah cahaya sucimu pada kami yang
tersesat dalam kegelapan...”
Ibunda Bumi sangatlah penuh ampunan bagi
mereka, namun tidak bagi goblin, yang tersilaukan
oleh cahayanya.
“GAAUU?!”
Goblin yang terbutakan oleh cahaya, tersandung
oleh sebuah tali dan terjatuh.
“Sebelas.” Goblin Slayer dengan cepat
menghujamkan pedangnya pada goblin yang
terjatuh menuju otak makhluk itu, makhluk itu
kejang-kejang sesaat kemudian mati.
“Ya-yang lainnya hampir sampai!” teriak
Priestess. Dia telah kehabisan keajaiban, ritual
pengabungan jiwa yang berulang-ulang telah
membuat tubuhnya kelelahan. Wajahnya memucat
akibat lelah berlebihan.
“Aku tau.” Goblin Slayer mengeluarkan
sebuah botol dan melemparnya mengarah tubuh
hobgoblin. Botol itu pecah dan mengeluarkan cairan
hitam kental dari dalam botol. Aromanya yang

67
tidak mengenakkan membuat Priestess berpikir itu
adalah racun yang tidak di kenalnya.
“Sampai jumpa di neraka.”
Goblin Slayer menendang tubuh hob yang basah
itu masuk ke dalam terowongan. Para goblin yang
tidak menyangka ada sebuah gulungan daging
besar yang berguling ke arah mereka, menusukkan
pedang mereka ke arahnya.
Namun ketika mereka sadar bahwa itu adalah
penjaga mereka, mereka panik. Mereka mencoba
menarik senjata mereka yang tertanam dalam
tubuh hob yang terlumasi oleh cairan hitam....
“Dua belas, Tiga belas.”
Mereka sudah terlambat.
Tanpa rasa penyesalan, Goblin Slayer melempar
obornya mengarah ke dalam terowongan. Terdengar
suara whoosh di saat mayat hobgoblin itu terbakar
api. Memangsa dua korban lain bersamanya.
“GYUUUUUIIIAAAA!!” teriak goblin yang
menggeliat di tanah, terbakar dan berguling ke
bawah terowongan. Priestess tersedak oleh aroma
daging yang terbakar tepat di depannya.
“A-apa itu?”
“Beberapa ada yang bilang minyak medea, yang
lain petrolum. Itu bensin.” Dia mendapatnya dari
seorang alchemist. Dia menambahkan “Sangat
mahal hanya untuk efek yang sederhana.”

68
“Ta-tapi di dalam—sana, wanita yang di culik—!”
“Api itu tidak akan menyebar dengan hanya
beberapa tubuh yang di bakarnya, kalau mereka
masih hidup di dalam, ini nggak akan membunuh
mereka.” Kata dia. “ Dan kita masih belum kehabisan
goblin.” Priestess mengigit bibirnya lagi.
“A-apa kamu mau masuk lagi?”
“Nggak, ketika mereka sudah nggak bisa
bernapas, mereka akan keluar dengan sendirinya.”
Pedang Goblin Slayer telah hilang, tersangkut
pada kepala hob yang terbakar di bawah
terowongan. Dia juga tidak ingin bertarung dengan
pedang yang berlumuran dengan otak.
Dia mengambil sebuah senjata yang di jatuhkan
hobgoblin, sebuah kapak batu. Itu hanyalah sebuah
batu yang di ikatkan pada sebuah stik—primitif
dengan kata lainnya. Tapi itu juga membuatnya
mudah di gunakan.
Goblin Slayer mengayunkannya dengan cepat
di udara, mengetesnya. Dan menyadari dia dapat
menggunakannya menggunakan satu tangan
dengan mudah.
Terpuaskan, dia mengeluarkan satu obor lagi
dari dalam tasnya.
“Ini.” Kata Priestes menawarkan sebuah batu
api. Namun Goblin Slayer hampir tidak menoleh
kepadanya.

69
“Makhluk ini tidak pernah berpikir seseorang
akan menyiapkan penyergapan untuk mereka.” Dia
berkata.
Priestess tidak menjawab.
“Jangan khawatir.” Goblin Slayer mengayunkan
kapaknya dengan terkoordinasi. “Sebentar lagi
akan berakhir.”
Dia benar.
Dia mengatasi semua goblin yang muncul
dari balik asap dan api. Satu tersandung tali yang
kemudian kepalanya hancur, yang kedua melompati
tali, hanya untuk tersayat oleh kapak batu yang
sudah menunggu, yang ketiga pun juga sama. Kapak
itu sudah tidak mampu menembus tubuh makhluk
ke empat, jadi Goblin Slayer mengambil pentungan
makhluk itu.
“Tujuh belas. Kita masuk.”
“Ba-baik pak!” Priestess dengan buru-buru
mengikuti Goblin Slayer yang melangkah maju
masuk ke dalam gumpalan asap.
Merupakan pemandangan yang mengerikan
di dalam aula, hobgoblin yang terbakar sampai
habis, shaman yang terbaring dengan tombak yang
menembus tubuhnya, para wanita yang terbaring di
tengah-tengah kotoran di tanah.
Sesuai perkiraan Goblin Slayer, asap itu
mengambang di atas mereka.

70
Namun Priestess menyadari bahwa, berhasil
selamat terkadang bukanlah suatu berkah, ketika
dia menemukan tubuh Fighter.
“Ughh...eurrggh...”
Tidak ada lagi yang tersisa di perut Priestess,
dia hanya merasakan sensasi pahit dan terbakar
di tenggorokkannya, dan air matanya yang mulai
mengalir lagi.
“Baiklah kalau begitu.”
Di saat Priestess muntah, Goblin Slayer
menginjak-injak api yang menjalar dengan bensin
di tanah.
Goblin Slayer berjalan menuju shaman
yang tertusuk. Goblin itu terlihat terkejut oleh
kematiannya sendiri. Bayangan Goblin Slayer yang
berdiri di depannya terpantul di matanya.
“Sudah ku duga.” Kata Goblin Slayer, dengan
segera mengangkat pentungannya.
“GUI?!” Shaman terkejut, di saat dia melihat
pentungan tersebut mengarah turun padanya. Kali
ini dia benar-benar mati.
Membersihkan otak yang tercecer di
pentungannya, Goblin Slayer bergumam “Delapan
belas, yang berlevel tinggi benar-benar kuat”
Goblin Slayer mulai menendang kasar pada
singgasana yang sekarang sudah tak bertuan.
Priestess terkejut kembali ketika dia menyadari

71
bahwa itu terbuat dari tulang manusia.
“Trik tipikal goblin, lihat.”
“A-apa?” Priestess mengusap mata dan
mulutnya di saat dia mendenggakan kepalanya.
Tepat di belakang singgasana terdapat satu papan
kayu usang yang di gunakan goblin sebagai pintu.
Sebuah tempat tersembunyi— atau hanya
itu saja? Tongkat Priestess berbunyi dengan
genggamannya.
“Kamu beruntung.”
Di saat Goblin Slayer menarik papan itu,
terdengar teriakan bernada tinggi, bersamaan
dengan tumpukan hasil jarahan. Empat anak goblin
yang ketakutan terdapat di dalam.
“Makhluk ini cepat berkembang biak, kalau
partymu datang lebih telat, akan ada lima puluh
dari mereka, dan mereka akan menyerang secara
bergerombol.”
Ketika di bayangkan—apa yang akan terjadi
pada mereka dan semuanya—Priestess merinding.
Priestess membayangkan beberapa lusin goblin
memperkosanya, dan mengandung anak goblin....
Menatap pada mereka yang ketakutan, Goblin
Slayer mengatur pegangannya pada pentungan.
“Kamu...kamu bunuh anaknya juga?” dia
bertanya, namun dia sudah tau jawabannya. Dia
terkejut akan kedataran suaranya sendiri di saat dia

72
mengatakan itu, apakah hatinya, emosinya, sudah
mati rasa di karenakan realita yang mengerikan?
Dia ingin hal ini menjadi benar, untuk kali ini saja.
“Tentu saja.” Dia berkata dengan tenang dan
mengangguk.

Dia pasti sudah melihat hal seperti ini berkali-


kali.
Dia sudah mengetahui alasan dia memanggil
dirinya sendiri “Goblin Slayer”.
“Kita menghancurkan sarang mereka. Mereka
tidak akan melupakannya apalagi memaafkannya,
dan yang berhasil selamat dapat belajar dari ini,
dan menjadi lebih pintar.” Dia berkata sambil
mengangkat tongkatnya yang masih di selimuti
ceceran otak shaman. “Nggak ada alasan untuk
biarkan mereka hidup.”
“Walaupun ada...ada goblin yang baik?”
“Goblin yang baik?” dia menghembuskan
napasnya seolah-olah dia yang tidak pernah terpikir
oleh ide itu.
“Mungkin saja... Kalau kita mencari, tapi...”
Dia tidak berkata apapun dalam beberapa saat,
kemudian dia berbicara.
“Satu-satunya goblin baik adalah goblin yang
tidak pernah keluar dari lubang busuk mereka.”
Dia mengambil langkah.

73
“Dengan ini dua puluh dua.”
*****
Ini adalah cerita yang sudah biasa kamu dengar
di mana-mana.
Sebuah desa di serang goblin, beberapa wanita
di culik.
Beberapa pemula mencoba untuk membasmi
para goblin sebagai quest pertama mereka.
Tapi goblin yang terlalu banyak, membuat party
mereka terbantai.
Atau satu berhasil selamat dan menyelamatkan
para wanita,
Dalam masa mereka di culik, para wanita di
paksa menjadi mainan para goblin.
Di liputi rasa takut, mereka meminta
perlindungan pada kuil.
Seseorang yang selamat, secara perlahan hilang
dari dunia, tidak pernah meninggalkan rumahnya
lagi.
Di dunia ini, hal seperti ini adalah hal sehari-hari
yang terjadi layaknya matahari terbit.
Benarkah? Priestess tidak yakin, apakah hal
seperti ini adalah hal yang sudah biasa?
Dan jika memang benar, jika dia mengetahui ini
sebelumnya, dapatkah dia mempercayai Ibunda
Bumi?

74
Pada akhirnya hanya dua hal yang dia sudah
yakin.
Yaitu, dia akan terus melanjutkan sebagai
petualang.
Dan Goblin Slayer membasmi semua goblin yang
ada di sarang mereka.
Namun, itu juga tidak lebih dari sebuah dongeng
yang sering di ceritakan.

75
Di suatu tempat yang bukan disini. Di tempat
yang jauh namun terasa dekat.
Klotak klotak seorang Dewa melempar dadu.
Dia tampak seperti gadis kecil yang manis, dan
namanya adalah Illusion.
Lagi dan lagi dia melempar dadu. Dia memiliki
hari yang bagus, dan senyum menghiasi bibirnya.
Akan tetapi dadu tidak pernah mempedulikan
keinginan para Dewa.
Dengan teriakan imut, Illusion menyembunyikan
wajahnya.
Oh! Lemparan yang jelek sekali. Dia bahkan tak
sanggup melihatnya.
Peralatan apapun, dan strategi apapun tidak
dapat mengubahnya.
Sebut saja peluang atau takdir, hal ini akan tetap
terjadi.
Illusion berbaring kecewa, dan salah satu Dewa
menunjuknya dan tertawa.

76
Namanya adalah Truth. Aku sudah bilang katanya
dengan bahagia sambil menepuk tangannya.
Itu karena Truth blak-blakan dan kejam.
Dia berkata pada Illusion, bahwa dia itu bodoh
karena mau bertaruh pada sebuah quest yang kaya
akan resiko.
Illusion mengeluh pada dirinya sendiri, tapi tidak
ada yang bisa dia lakukan.
Dia sendiri tidak bisa menahan dirinya ketika dia
mengambil seorang petualang yang takdirnya telah
di atur. Jadi, mengapa dia bisa mengeluh ketika
petualang miliknya sendiri mati?
Memang seperti itulah cara kerjanya.
Mendengar para Dewa menggunakan manusia
sebagai permainan mereka, ada beberapa yang
menentang.
Namun, jalur apa yang tidak di pengaruhi oleh
peluang atau takdir?
Ketika semua petualangmu mati, tidak ada lagi
yang bisa di lakukan.
Memang di sayangkan, tapi petualangan ini
sudah berakhir.
Siapkan beberapa petualang lagi, dan mulai
kembali.
Kali ini semua akan baik-baik saja, petualang
baru ini akan—

77
Pada saat itu, kedua Dewa menyadari seorang
petualang baru muncul di papan.
Truth mendengus jijik.
Illusion memulai ulang.
Dia telah datang.

78
Dia bermimpi.
Dia bermimpi di masa musim panas kala dia
masih kecil, mungkin berumur delapan tahun. Dia
akan membantu pekerjaan pamannya di kebun
mengantarkan seekor anak sapi. Umurnya yang
muda membuatnya tidak menyadari bahwa itu
hanyalah sekedar alasannya untuk pergi bermain.
Dia akan membantu sebuah persalinan. Itu
adalah pekerjaan yang penting.
Dan yang lebih baik lagi, dia akan keluar dari
desa dan pergi menuju kota—sendirian!
Tentu saja, gadis itu menyombongkan hal ini
kepadanya, dia mengingat wajah cemberut yang
terlihat di wajah bocah laki-laki itu. Bocah laki-laki
itu dua tahun lebih tua darinya, namun dia tidak
mengetahui kehidupan di luar desanya, dia bahkan
tidak bisa membayangkan sebuah kota, apalagi
ibukota.
Benar,gadis itu sama dengannya dalam hal itu,
tapi tetap saja....
Dia sudah tidak mengingat apa yang memulainya.

79
Bocah laki-laki itu mulai marah, mereka
berkelahi, dan mereka berdua menangis. Jika
dipikir, gadis merasa dia sudah terlalu berlebihan,
gadis percaya dia bisa mengatakan apapun yang dia
mau hanya karena dia laki-laki.
Terlalu banyak membual, cukup untuk membuat
bocah itu marah. Gadis tidak menyangka itu akan
terjadi, karena dia masih kecil.
Pada akhirnya, kakak perempuannya menjemput
sang bocah pulang. Menggandeng tangannya.
Sejujurnya, gadis ingin mengajak bocah untuk
ikut dengannya.
Pada kereta kuda yang menuju kota berikutnya,
gadis melihat ke arah desa melalui gorden jendela.
Ayah dan ibunya melihat gadis pergi, gadis
melambaikan tangan perpisahan dengan mereka.
Sang bocah tidak terlihat disana.
Dalam kereta kuda yang bergoyang, gadis
merasakan rasa sakit di hatinya, dia belum meminta
maaf.
Ketika dia kembali, gadis harus berbaikan lagi
dengannya.
*****
Gadis sapi memulai harinya lebih awal
Itu karena dia bangun lebih awal lagi, bahkan
sebelum ayam jantan berkokok.
Hal pertama yang dia lakukan adalah berjalan
80
mengelilingi kebun. Dia tidak pernah mengabaikan
ini.
Pernah satu kali gadis sapi bertanya kepadanya.
Dan dia mengatakan pada gadis sapi, bahwa dia
sedang mencari jejak kaki. “Goblin bergerak pada
malam hari.” Katanya. “Mereka akan kembali ke
sarang mereka di saat subuh tiba. Tapi mereka selalu
melakukan pengintaian sebelum menyerang.” Dia
berkata. Jadi dia mencari jejak kaki tanda-tanda
kemunculan goblin.
Ketika dia telah menyelesaikan inspeksi
pertamanya, dia melakukan inspeksi lainnya. Kali ini,
dia memeriksa pagar, mencari jika ada kerusakan.
Dan jika dia menemukannya, dia akan membawa
papan kayu dan paku untuk memperbaikinya
sendiri.
Gadis sapi terbangun oleh suara langkah kaki
yang melewati jendelanya, ayam jantan sudah
mulai berkokok.
Mendengar langkah santai tersebut, dia turun
dari tempat tidurnya, meregangkan tubuhnya dan
menguap. Kemudian dia melapisi tubuhnya yang
telanjang dengan sepasang pakaian dalam sebelum
membuka jendelanya.
Angin pagi yang sejuk berhembus masuk.
“Selamat pagi! Bangun pagi seperti biasanya
ya!” Gadis Sapi menyandarkan dadanya yang ranum

81
pada kerangka jendela dan memanggil dia yang
sedang melihat pagar.
“Yeah.” Dia menoleh dan berkata.
Dia menggunakan armor yang kotor, pelindung
dada kulit, helm besi, sebuah perisai terikat di
lengannya dan sebuah pedang pada pinggulnya.
Tampilannya yang seperti biasa. Melihat ke arah
matahari, gadis sapi berkata. “Cuaca hari ini bagus
sekali, mataharinya cerah banget!”

82
83
“Iya.”
“Paman sudah bangun?”
“Nggak tau.”
“Hmmm, harusnya sebentar lagi dia bangun.”
“Menurutmu?”
“Kamu pasti lapar. Ayo sarapan pagi dulu,
sebentar lagi aku siapkan.”
“Baiklah.”
Dia mengangguk pelan.
Dia masihlah pria yang tidak banyak bicara, pikir
gadis sapi dan tersenyum.
Dia tidaklah seperti itu di masa dia masih kecil.
Di pagi hari yang sedikit demi sedikit berubah,
mereka selalu melakukan percakapan yang sama
setiap paginya.
Tapi sebagai seorang petualang, melakukan
petualangan adalah bisnis yang beresiko. Jika dia
dapat berbicara dengannya di pagi hari, itu artinya
dia telah selamat dan hidup untuk hari berikutnya.
Oleh karena itu dia tidak pernah mengeluh
mengenai sedikitnya percakapan mereka,
Masih tersenyum, Gadis Sapi mengenakan
pakaian kerjanya, dan menuju dapur.
Mereka seharusnya mempunyai giliran untuk
memasak, tapi Gadis Sapi lah yang selalu memasak.
Dia jarang sekali memasak.

84
Dua? Tiga kali mungkin? Saat aku terkena
demam, aku yakin...
Gadis Sapi tidak mengatakan padanya bahwa
sup yang di buatnya sangatlah hambar dan encer
karena dia takut akan membuatnya marah.
Gadis Sapi terkadang berpikir, karena dia selalu
bangun lebih pagi, mungkin sekali-kali dia membuat
sarapan, tapi petualang menjalani hidup yang
tidak bisa di prediksi, jadi Gadis Sapi tidak pernah
memintanya.
“Pagi paman! Sarapan sebentar lagi ya, oke?”
“Ya pagi, baunya harum sekali, perutku sudah
berbunyi.” Pamannya adalah pemilik kebun yang
bangun sesaat dia juga bangun untuk melakukan
inspeksinya.
“Selamat pagi pak.”
“Mm-hm...pagi.” Paman menjawab dengan
singkat dan mengangguk pada salam paginya.
Di atas meja terdapat keju, roti, dan sup krim,
Semua di buat di kebun ini.
Dia memasukkan makanan itu melalui celah
pada helmnya. Gadis Sapi memperhatikannya
dengan senang.
“Ini untuk bulan ini.” Katanya, seperti mengingat
sesuatu. Dia mengeluarkan kantong kulit dari tas
di pinggulnya, dan meletakkannya di atas meja.
Terdengar suara yang keras di saat dia meletakkan

85
kantong itu, dan dari mulut kantong dapat terlihat
koin emas yang berkelip.
“....”
Paman melihatnya tanpa berkata apapun,
seperti tidak ingin mengambilnya.
Tidak ada yang bisa menyalahkannya, pria ber
armor ini sesungguhnya tidak perlu menyewa
tempat di kandang kuda di sebuah kebun kecil.
Dia bisa saja tinggal di penginapan mewah di suatu
tempat.
Akhirnya paman menghela kecil nafasnya
menyerah, dan menarik kantong tersebut ke
arahnya.
“Menjadi petualang sepertinya sangat
menguntungkan”
“Akhir-akhir ini bisnis sedang bagus.”
“Benarkah? Hey...apa kamu....?” Paman biasanya
dapat berkomunikasi baik dengan orang-orang, tapi
entah mengapa, jika dengan pria ini lidahnya selalu
terbelit. Gadis Sapi tak pernah mengerti ini.
“...Apa kamu akan pergi lagi hari ini?”
“Ya pak.” Dia menjawab dengan tenang yang
selalu ikuti oleh anggukan pelan. “Aku akan pergi ke
guild, terlalu banyak pekerjaan.”
“Aku mengerti.” Paman terdiam sesaat. “Jangan
terlalu berlebihan.”
“Baik pak.”

86
Paman sepertinya sedikit tercengang oleh suara
pria itu di saat dia meminum teh susu hangat
miliknya.
Percakapan mereka selalu berakhir seperti
ini setiap paginya, Gadis Sapi mencoba untuk
meringankan suasana dengan keceriaan yang
di paksa. “Ngomong-ngomong, aku harus
mengantarkan pesanan, jadi kita bisa pergi sama-
sama!”
“Baik.” Dia mengangguk. Tapi karena ini, wajah
paman menjadi lebih tegang.
“....Kalau begitu, aku akan mengeluarkan
gerobaknya.” Sang petualang menawarkan
bantuan.
“Oh, paman ini khawatiran banget.” Kata Gadis
Sapi. ”Aku akan baik-baik saja, aku ini lebih kuat
dari yang keliatannya tau.” Dia menggulung lengan
bajunya dan menunjukkan ototnya sebagai bukti.
Memang benar, lengannya terlihat lebih besar di
bandingkan dengan gadis kota seumuran dia, tapi
dia bukanlah seseorang yang dapat kamu bilang
berotot.
“Baiklah.” Itulah yang di katakanya ketika
dia telah menyelesaikan makanannya. Dia
Meninggalkan meja tanpa berterima kasih atas
makanannya.
“H-ei, tungu sebentar!” Gadis Sapi berkata. “Aku

87
juga harus bersiap-siap, tunggu sebentar!”
Ini lah yang selalu terjadi setiap paginya, Gadis
Sapi menghabiskan makanannya dengan cepat,
tidak terlihat anggun sama sekali,
Dia meminum untuk membasuh semua
makanan yang masuk tenggorokannya—yang dia
butuhkan untuk semua pekerjaannya—dengan
susu, dan membawa semua piring kotor ke tempat
pencucian piring.
“Baiklah, paman, kami berangkat!”
“Cepatlah kembali, dan hati-hati, kumohon.”
“Kami akan baik-baik saja paman, kami akan
bersama.”
Pamannya yang masih duduk di meja makan,
memperlihatkan ekspresi ragu seolah-olah ingin
mengatakan, justru itu yang aku khawatirkan.
Paman gadis sapi adalah orang yang baik, dan petani
yang rajin, Gadis Sapi sangat tahu akan hal ini.
Hanya saja paman sepertinya tidak cocok dengan
para petualang,... Atau lebih tepatnya, paman takut
oleh keberadaannya. Walaupun sebenarnya tidak
ada yang perlu di takuti....
....Gadis Sapi sangat yakin.
Ketika Gadis Sapi keluar, dia sudah melihat sang
petualang berjalan melewati pagar. Gadis Sapi pergi
ke tempat dimana gerobak di simpan, cepat tapi
tidak terburu-buru.

88
Dia sudah memuat semua muatannya di hari
sebelumnya, jadi dia hanya perlu memegang
gagangnya dan mendorongnya. Barang muatan
dan anggur bergoyang seiring dengan roda yang
berbunyi.
Dia berjalan menyisiri garis pohon menuju
kota, Gadis Sapi menarik gerobak mengikuti di
belakangnya. Dadanya bergoyang seiring dengan
muatan yang bergetar karena batu kerikil.
Ini bukanlah pekerjaan yang terlalu memakan
tenaga, akan tetapi seiring mereka berjalan, Gadis
Sapi mulai berkeringat dan bernapas sedikit lebih
berat.
“.....”
Tiba-tiba, tanpa suara dia memperlambat
langkahnya. Tentu saja dia tidak behenti, tapi hanya
memperlambat langkahnya. Gadis Sapi dengan
semangat baru, mempercepat langkahnya hingga
dia berjalan di sampingnya.
“Terima kasih.”
“....Jangan di pikirkan.” Dia menggelengkan
kepalanya menjawab singkat.
“Gantian?”
“Nahhh, aku nggak apa-apa.”
“Baiklah.”
Guild petualang juga memiliki penginapan
dan bar, dan disitulah tempat gadis sapi akan

89
mengantarkan barang produksinya— itu adalah
pekerjaannya. Disitulah tempat dimana sang
petualang akan mengambil quest kesehariannya—
itu adalah pekerjaannya .
Gadis Sapi tidak bisa membantu pekerjaan dia,
jadi Gadis Sapi merasa tidak enak karena meminta
bantuan darinya.
“Bagaimana pekerjaanmu?” Tanya gadis sapi
seraya menarik gerobaknya melewati bebatuan.
Menatapnya dari samping.
Tidak banyak yang bisa di lihat, dia selalu
menggunakan helmnya di saat dia bangun. Ekspresi
apapun yang dia miliki, Gadis Sapi tidak bisa
melihatnya.
“Banyak goblin akhir-akhir ini.”
Jawabannya selalu singkat. Singkat tapi padat.
Gadis Sapi mengangguk senang.
“Yang benar?”
“Lebih banyak dari biasanya.”
“Jadi kamu sibuk?”
“Ya.”
“Yeah, kamu selalu pergi akhir-akhir ini.”
“Ya.”
“Mempunyai banyak pekerjaan, berarti bagus
dong?”
“Nggak” Dia menggelengkan kepala pelan.
“sama sekali.”

90
“Kenapa?” Gadis Sapi bertanya, dan dia
menjawab.
“Aku lebih ingin nggak ada goblin sama sekali.”
“Yeah...” Dia berkata dan mengangguk.
Akan lebih baik jika goblin tidak ada.
*****
Jalanan pada akhirnya semakin membaik,
mereka sudah dapat melihat bangunan kota
yang muncul di horison dengan kesibukkan kota
yang terdengar di telinga mereka. Disini, seperti
kebanyakan kota, aula guild tepat berada di gerbang
kota. Yang merupakan bangunan terbesar dikota,
mengalahkan bangunan lain bahkan kuil ibunda
bumi. Itu dikarenakan untuk memudahkan orang-
orang yang dari luar kota untuk menemukannya.
Gadis Sapi sebagai contohnya, senang dapat
menemukannya dengan mudah.
Guild juga mengatakan keinginan mereka untuk
menangkap para penjahat yang berpura-pura
menjadi seorang petualang.
Akan tetapi, sulit untuk membedakan antara
penjahat dan petualang jika hanya di lihat dengan
sekilas.
Gadis Sapi memperhatikan berbagai macam
armor yang di gunakan orang-orang yang berjalan
di jalan dan dia dengan helm kotornya, walaupun
mereka ada di tengah kota, dan memberikan
91
senyum masam.
“Tunggu sebentar oke? Aku akan mengantarkan
pesanannya.”
“Oke.”
Gadis Sapi dengan cepat meninggalkan bahan
produksinya pada bagian servis di belakang
bangunan, kemudian menghembuskan nafas
seraya mengelap keringat pada dahinya. Dia
membunyikan sebuah lonceng untuk memanggil
koki, dan menunjukkan padanya secarik kertas
untuk membuktikkan bahwa semua sudah sesuai
dengan yang di pesannya, dan meminta tanda
tangannya. Sekarang yang dia butuhkan adalah
tanda tangan Gadis Guild dan tugasnya akan selesai.
“Maaf sudah membuatmu menunggu.”
“Nggak masalah.”
Dia masih berdiri disana ketika gadis sapi keluar.
Di saat mereka melewati pintu berayun aula
guild, sensasi sejuk karena terlindung oleh matahari
yang mereka rasakan, sirna oleh rasa pengap
yang terjadi oleh kumpulan panas tubuh dari para
petualang yang berkumpul di dalam aula guild, aula
guild benar-benar ramai seperti biasanya.
“Aku akan meminta tanda tangannya.”
“Oke.”
Di luar dia akan menunggunya, tapi di dalam dia
akan berpisah dengan Gadis Sapi.

92
Dia mengarah pada sebuah deretan kursi pada
sebuah dinding, dan duduk penuh percaya diri
seolah-olah kursi itu sudah di pesan untuknya. Gadis
Sapi melambai mengarah kepadanya, dan menuju
meja resepsionis di mana antrian para pengunjung
terlihat. Disana terdapat para petualang, orang
yang ingin memasang quest, orang dari pegadaian,
pedagang, dan apoteker. Terlintas di pikiran Gadis
Sapi, bahwa berpetualang sepertinya membutuhkan
banyak pengeluaran dari yang dia kira.
“Jadi, hey. Troll ini datang ke arahku kan?
Tapi aku bilang, nggak hari ini!. Dan aku berhasil
menghindarinya dengan jarak yang tipis segini.”
“Oh, itu terdengar melelahkan, mungkin anda
perlu menggunakan stamina potion.”
Gadis Sapi melihat pengguna tombak
menjelaskan kisahnya pada gadis yang ada di
meja resepsionis. Dengan tubuhnya yang langsing
di penuhi oleh otot yang padat, menunjukkan
kekuatannya. Sebuah plat yang bergantung di
lehernya menunjukkan bahwa dia adalah seorang
dengan tingkat silver.
Gadis Sapi tau bahwa dia adalah tingkatan ketiga
tertinggi dari hirarki level guild, Gadis Sapi tahu
karena itu merupakan tingkatan dia juga.
“Stamina potion? Siapa yang butuh? Babe aku
hanya perlu tombakku untuk mengalahkan troll itu.

93
Gimana menurutmu?”
“Oh, saya sudah mendengar bahwa troll
sangatlah....” ketika Gadis Guild mulai kesulitan
untuk mencari kata-kata, secara tak sengaja Gadis
Guild melihat dia duduk di pinggir dinding.
“Oh!” wajahnya berseri-seri.
6
“Ugh, Goblin Slayer.” Spearman menjentikkan
lidahnya mengikuti arah pandang gadis guild.
Mungkin dia berbicara terlalu nyaring, keriuhan
guild melihat ke arah dia.
“Aku nggak percaya dia tingkat silver juga.”
Seorang knight yang elegan menggelangkan
kepalanya tidak menyukainya. Bekas luka pada
platinum armornya membuktikkan banyaknya
pertarungan yang dia lewati, dan membuatnya
semakin mencolok. “Siapa yang tau jika dia bisa
melawan sesuatu yang lebih besar dari goblin?
Seorang spesialis? Heh! Mereka memberikan
tingkat silver kepada sembarang orang akhir-akhir
ini.”
“Biarkan saja dia, dia tidak ada hubungannya
dengan kita, siapa yang peduli dengan apa yang di
lakukannya?”
Seorang warrior tank memberikan lambaian
menyudahi kepada Knight. Apakah kebodohan
atau keberanian yang membuatnya terlihat santai
dengan armornya yang terlihat jahat? Knight dan
6. Spearman : Pengguna Tombak

94
Warrior Tank mengenakan plat berwarna silver, jadi
mereka bukanlah seorang pemula.
Akan tetapi, dua bocah laki-laki dengan
pelindung dada tipis, dan sebuah pisau dan tongkat
dengan jubah, membicarakannya.
“Lihat dia!” Salah satunya berkata “Aku nggak
pernah melihat armor sekotor itu!”
“Yeah, kita berdua punya perlengkapan yang
lebih baik di banding dia....”
Perlengkapan mereka sebenarnya sama
murahnya dengan dia, tapi “lebih baik” karena tidak
ada goresan pada perlengkapan mereka.
“Hentikan” Seorang paladin perempuan
seumuran dengan mereka, berusaha menghentikan
mereka. “Gimana kalau dia mendengar kalian?
Aku yakin dia juga pemula seperti kita.” Suara
ejekan mereka menjadi satu dengan rasa lega
mereka, mengetahui bahwa ada seseorang yang
memiliki keadaan yang lebih menyedihkan dari
mereka, tanpa mereka menyadari sebuah plat silver
menggantung di leher dia.
“Heh-heh-heh....” Seorang pembaca mantra
dengan topi lancip dan jubah seksinya, tampak
menikmati percakapan mereka. Dia adalah seorang
7
Witch dan seorang pengguna sihir tingkat silver.
Dia memeluk tongkatnya dengan penuh pesona,
menyandarkan dirinya pada sebuah dinding di
7. Witch : Penyihir

95
tempat dia mendengar percakapan mereka.
Bisikan-bisikan yang mengisi seluruh ruangan,
mereka yang mengenalnya dan mereka yang tidak
mengenalnya, semua membicarakan dia.
Dan di tengah semua itu, dia duduk diam tanpa
mempedulikannya.
Dia nggak peduli, dia nggak berpura-pura— dia
memang benar nggak peduli. Jadi, sepertinya nggak
ada gunanya marah membela dia....
Gadia Sapi menutup mulutnya, tapi dia tidaklah
senang.
Pada saat itu, wajah cemberut masih terlihat
di muka Gadis Sapi, secara tak sengaja dia melihat
mata Gadis Guild. di balik senyumnya yang manis,
dia memiliki ekspresi yang sama dengan Gadis Sapi.
Kesal. Marah. jijik. Dan....ketidakberdayaan dia
karena tidak bisa melakukan apapun.
Aku tau yang kamu rasakan
Gadis Guild menutup matanya beberapa saat
dan menghela napas.
“Mohon permisi, saya akan kembali.”
“Ya, er—ahem, silahkan... Aku akan
menunggu. Aku belum selesai menceritakan kisah
keberanianku—er membuat laporanku.”
“Ya, saya mengerti.” Gadis Guild pergi menuju
kantor belakang.

96
Tidak lama kemudian, dia kembali ke aula guild
dengan membawa tumpukan kertas yang terlihat
berat dengan kedua tangannya. Dengan huff dan
puff dia membawa tumpukan kertas itu ke papan
gabus di dinding.
“Baiklah semuanya! Saatnya memasang quest
pagi ini!” suara Gadis Guild mengisi seluruh
ruangan, dan mendiamkan mereka yang masih
berbicara. Kepang rambut Gadis Guild bergoyang
seraya Gadis Guild melambaikan tangan mencari
perhatian para petualang.
“Akhirnya!” Mata yang berkilau, dengan cepat
para petualang berdiri dari kursi mereka menyerbu
Gadis Guild, itu karena, jika mereka tidak mengambil
quest, maka mereka tidak akan makan hari ini. Itulah
kehidupan para petualang. Hadiah yang di berikan
juga di pengaruhi oleh reputasi para petualang. Dan
seberapa banyak mereka melakukan kontribusi yang
baik pada dunia—orang awam biasa menyebutnya
“experience points” –-akan menentukan tingkatan
mereka. Dan semua orang ingin naik tingkatan.
Tingkatan para petualang akan dengan mudah
mendapatkan kepercayaan, itu karena, tidak ada
orang yang ingin mempercayakan sebuah quest
yang penting pada petualang tingkat Obsidian
atau Porcelain, tidak peduli seberapapun ahlinya
mereka.

97
Dengan Gadis Guild yang di kerumuni, para
petualang berebutan menarik sebuah quest yang
tertempel di papan.
“Quest porcelain murah sekali... Aku nggak mau
menghabiskan seluruh hidupku untuk mengusir
tikus di saluran air.”
“Yah, nggak banyak yang bisa kita lakukan. Hey
gimana kalau ini?”
“Membasmi goblin? Sepertinya bagus. Dan ini
memang pekerjaan untuk pemula.”
“Ohh! Iya itu bagus banget, aku pingin membasmi
goblin...”
“Nggak! Kamu dengar Gadis Guild kan? Kita
harus mulai dari selokan.”
“Gimana dengan naga? Ada naga nggak?”
“Oh, sudahlah, Perlengkapanmu masih belum
cukup bagus untuk itu, lanjutkan berburu bandit
saja. Bayarannya nggak jelek kok.”
“Hey! Aku mau ambil quest itu!”
“Aku dapat duluan, jadi kamu mesti cari yang
lain.”
Spearman dari yang sebelumnya terlambat
bergabung dengan kerumunan itu, dia mendapati
dirinya terdorong kebelakang kerumunan dan
terjatuh. Dengan segera dia berdiri lagi dengan
sebuah teriakan.

98
“Oke semuanya tidak perlu berkelahi.” Kata
Gadis Guild dengan senyum yang masih menempel
di wajahnya.
“Hmmph.” Gadis Sapi berusaha menjaga jarak
dengan Gadis Guild, dia tidak ingin terbawa oleh
kerumunan itu, dan sepertinya dia belum akan
mendapatkan tanda tangan itu dalam waktu dekat
ini.
Bosan, Gadis Sapi mengarahkan tatapannya ke
arah dinding. Dia masih duduk disana.
Gadis Sapi pernah berkata. “Kita harus cepat,
atau kita akan kehabisan quest.” Tapi dia menjawab.
“Membasmi goblin bukan quest yang populer.”
Biasanya para petani yang memasang quest itu, jadi
hadiahnya juga kecil, dan mereka juga di anggap
sebagai quest level rendah sehingga petualang yang
sudah pengalaman tidak akan mengambilnya.
Oleh karena itu, dia menunggu hingga area
papan quest itu sudah sepi. Tidak perlu terburu-
buru.
Dan... dia tidak pernah mengatakannya, tapi
Gadis Sapi merasa alasan dia mau menunggu
adalah supaya petualang yang masih baru dapat
mengambil quest itu duluan. Tapi Gadis Sapi tidak
ingin menanyakannya itu padanya. Karena dia hanya
akan menjawab. “begitukah?” seperti biasanya.
“Hmmm....” jika Gadis Sapi masih akan

99
menunggu lama disini, mungkin lebih baik Gadis
Sapi menunggu bersama dengan dia?
Seharusnya dia tidak ragu.
“Ah...” seseorang sudah mendekatinya sebelum
gadis sapi.
Seorang petualang gadis muda, dia mengenakan
sebuah jubah pendeta yang melapisi tubuhnya yang
indah, sebuah simbol Ibunda Bumi mengantung di
tongkatnya.
“...Hai.” kata dia pendek, berdiri di depannya.
Dia terlihat malu seraya menunduk memberi salam.
“Yeah” hanya itulah jawabannya, entah apa yang
ada di pikirannya yang tersembunyi di balik helm
itu. Sepertinya dia tidak menyadari bahwa Priestess
kewalahan mencoba mencari kata yang tepat untuk
merespon perkataannya.
“Aku membeli beberapa perlengkapan, seperti
yang kamu bilang.” Dia menggulungkan lengan
jubahnya, sebuah baju besi berantai baru terpasang
pada tubuhnya yang kurus.
“Nggak jelek.”
Seseorang yang tidak mengetahui perkaranya
bisa salah paham jika mendengar perkataannya.
Tapi perkataan dia sama sekali tidak mempunyai
arti jelek.
Dia memperhatikan Priestess, melihatnya dari
atas sampai bawah, dan mengangguk.

100
“Lingkarannya sedikit besar, tapi akan cukup
untuk menghentikan pisau mereka.”
“Bapa kuil sangat nggak senang dengan ini,
dia ingin tau pelayan Ibunda Bumi mana yang
menggunakan armor.”
“Kemungkinan dia nggak tau banyak soal goblin.”
“Bukan itu, ini melanggar peraturan....”
“Kalau itu akan menganggu keajaibanmu,
mungkin kamu harus pindah keyakinan.”
“Doa ku akan terdengar oleh Ibunda Bumi!”
“Kalau begitu nggak ada masalah.”
Priestess menggembungkan pipinya marah,
untuk beberapa saat mereka saling diam.
“Nggak mau duduk?”
“Oh, i-iya aku mau duduk!”
Tersipu, dengan buru-buru Priestess duduk
di kursi di sampingnya. Gerakannya yang lucu
menimbulkan suara poof disaat dia duduk.
Priestess meletakkan tongkatnya di atas
lututnya dan merapatkan tangannya seolah-olah
ingin menjadi satu dengan kursinya. Tampaknya dia
merasa gugup.
“Hmphh.” Gadis Sapi mengeluarkan dengusan
jengkel yang tidak dia sadari. Tapi bukan berarti dia
tidak pernah menceritakan soal priestess padanya.
Priestess adalah seorang petualang yang satu party
dengannya selama kurang lebih satu bulan. Dia

101
tidak pernah mengatakan bahwa dia menemukan
Priestess pada petualangan pertamanya, dan
mendidiknya di bawah asuhan dia— tapi Gadis
Guild menyatukan sedikit demi sedikit info yang dia
dapatkan darinya.
Di satu sisi Gadis Sapi khawatir dengannya yang
selalu pergi sendirian, jadi dia senang sudah ada
yang menemaninya. Tapi di sisi lain... Kenapa dia
harus sangat muda?
Gadis Sapi datang ke aula guild setiap hari, Tapi
ini pertama kalinya dia bertemu Priestess secara
langsung. Tubuhnya yang kurus seakan-akan dapat
patah menjadi dua jika di peluk dengan kuat. Gadis
Sapi melihat tubuhnya sendiri yang semok, dan
menghela nafasnya.
Priestess tidak menyadari Gadis Sapi
memperhatikannya, masih tersipu, akan tetapi
mengumpulkan keberaniannya, dia membuka
mulutnya.
“So-soal hari waktu itu...”
Nada tinggi, dan suaranya yang terbata-bata,
pasti di akibatkan oleh rasa gugupnya.
“A-aku rasa menghancurkan seluruh gua dengan
ledakan itu terlalu....terlalu berlebihan!”
“Kenapa begitu?” Dia melanjutkan kata-katanya
tanpa rasa terkejut sama sekali. “Kita nggak bisa
meninggalkan satu goblinpun disana.”

102
“Y-ya, tapi gimana....gimana kalau seluruh
gunung itu longsor?”
“Aku lebih khawatir soal goblin.”
“Aku tau! Tapi maksud yang pingin aku bilang,
pola pikir pendekmu adalah masalah!”
“...Aku mengerti.”
“Aa-dan satu lagi, caramu untuk menghilangkan
ba...bau harusnya sedikit lebih....sedikit lebih....!”
dia mulai sedikit menjauhkan posisi duduknya di
saat dia bicara.
Nadanya terdengar sedikit jengkel. “Jadi kamu
sudah belajar waktu untuk menyerang?” Priestess
menelan liur, tidak menyangka akan perubahan
topik bicara yang tiba-tiba.
Gadis Sapi yang menguping pembicaraan
mereka, tertawa kecil sendiri.
Dia masih belum berubah semenjak kita masih
kecil.
Itu... di subuh pagi hari atau sore hari.” Priestess
menjawab dengan wajah yang ingin membuktikkan
kepadanya.
“Kenapa?”
“Ka-karena itu adalah kebalikannya sore dan
pagi bagi para goblin.”
“Benar, tengah siang adalah tengah malam
bagi mereka. Penjagaan mereka akan sangat ketat.
Kemudian pertanyaan berikutnya : bagaimana

103
menyerang sebuah sarang?”
“Hmm...jika memungkinkan, bikin api dan buat
mereka keluar dengan asap. Karena itu...itu...
berbahaya di dalam sarang.”
“Benar, masuklah jika kamu nggak punya
waktu atau nggak punya pilihan, atau jika kamu
ingin memastikan bahwa kamu tidak menyisakan
satupun dari mereka hidup.”
Dia mengintrogasinya seraya Priestess
kewalahan menjawabnya. “Perlengkapan?”
“O-obor dan terutama potion.”
“Itu saja?”
“Da-dan tali, aku rasa tali akan selalu berguna...”
“Jangan lupa, mantra dan keajaiban.”
“Per-perlengkapan kamu bisa jadi penganti
mantra dan keajaiban, kamu harus menyimpan
magic kamu di saat yang di butuhkan.”
“Senjata.”
“Um,kamu perlu...”
“Nggak, kamu nggak perlu. Ambil dari musuh,
mereka punya pedang, kapak, tombak, pentungan,
busur. Aku nggak perlu peralatan khusus. Aku
warrior.
“...Baik pak” dia mengangguk layaknya anak
kecil yang di marahi gurunya..
“Ganti senjatamu, ganti taktikmu. Melakukan hal
yang sama berulang-ulang hanyalah akan membuat

104
dirimu terbunuh.”
“Um, apa... boleh aku catat?”
“Nggak. Jika mereka mengambil catatan itu
darimu, mereka dapat mempelajarinya. Kamu
harus mengingatnya dari hati.” Dengan tenang dia
berkata selagi Priestess berusaha mengingat semua
perkataannya dalam hati. Ini benar-benar telihat
percakapan antara guru dan murid.
Apa dia pernah bicara sebanyak itu? Gadis Sapi
merasa tidak tenang kala pertanyaan itu melintas di
pikirannya.
Gadis Sapi tidak mengerti mengapa itu
membuatnya tidak tenang, dia ingin mendapatkan
tanda tangan itu dan pulang secepat mungkin.
“Baiklah” Tiba-tiba dia berdiri. Melihat
sekililingnya, Gadis Sapi menyadari kerumunan
petualang sebelumnya sedang melakukan
persiapaan mereka. Banyak sekali yang harus di
siapkan— menyiapkan perlengkapan, menyiapkan
makanan, mengumpulkan informasi.
Priestess dengan terburu-buru mengikuti dia
yang melangkah tanpa melihat para petualang lain
yang pergi.
“Ah...” Gadis Sapi kehilangan kesempatannya
lagi. Suaranya, layaknya tangannya, menggantung
di udara.

105
“Oh, pak Goblin Slayer! Selamat pagi! Senang
sekali bisa melihatmu hari ini!” suara dan wajah
Gadis Guild memiliki kecerian yang tidak di miliki
oleh Gadis Sapi.
“Ada goblin?”
“Tentu saja! Tapi sayangnya tidak terlalu banyak
hari ini. Tapi ada tiga quest yang melibatkan goblin.”
Ketika dia berdiri di sana, Gadis Guild dengan
tangannya yang terlatih mengambil beberapa
kertas. Sepertinya kertas itu sudah di siapkannya
terlebih dahulu.
“Desa di wilayah gunung bagian barat memiliki
sarang ukuran sedang, desa dekat sungai bagian
utara memiliki sarang ukuran kecil, dan sarang kecil
di bagian hutan arah selatan.”
“Desa lagi?”
“Ya, mereka semua petani, seperti biasanya.
Mungkin mereka memang menargetkan petani.”
“Mungkin.” Dia menjawab candaan Priestess
dengan serius. “Apa ada orang lain yang mengambil
quest ini?”
“Ya, sekelompok grup pemula sedang menuju
hutan bagian selatan, itu adalah quest dari desa
dekat hutan tersebut.”
“Pemula.” Dia bergumam. “ Siapa saja yang ada
di party mereka?”

106
“Coba ku lihat...” Gadis Guild berkata, dia menjilat
jempolnya dan memulai membalik halaman sebuah
buku.
“Satu warrior, satu wizard, satu paladin.
Semuanya tingkat porcelain.”
“Hm, itu cukup seimbang.”
“Mereka yang baru ada disini..... Cuma tiga
orang? Mereka nggak akan selamat!” Teriakan
panik Priestess di ikuti oleh ucapan selanjutnya.
“Maksudku, kami waktu itu berempat, dan....”
Dia mulai pucat, badannya sedikit merinding, dia
menggengam tongkatnya dengan erat.
Gadis Sapi mengalihkan tatapannya, rasa tidak
nyaman di hatinya semakin kuat.
Mengapa dia tidak menyadarinya lebih cepat?
Dia bertemu dengan petualang di quest
pertamanya... Seorang petualang...
Dia seharusnya mengerti apa artinya itu.
“Aku sudah mencoba mengingatkan mereka...
aku benar-benar mencoba. Tapi mereka tetap
bersikeras bahwa mereka akan baik-baik saja.” Kata
Gadis Guild, tentunya dia sudah mendengar kisah
tentang Priestess.
Namun, pada akhirnya para petualang lah yang
bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.
Priestess melihatnya dengan memohon.

107
“Kita tidak bisa membiarkan mereka, kalau kita
tidak menolong mereka...”
Dengan segera dia menjawab. “ Pergilah kalau
kamu mau.”
“Apa...?”
“Aku akan mengambil sarang di gunung, ada
kemungkinan seekor hob atau shaman ada disana.”
Priestess melihatnya dengan terbengong, sulit
untuk mengetahui ekspresi apa yang ada di balik
helmnya. “Kalau di biarkan, sarang itu akan semakin
berkembang, dan keadaan akan semakin buruk.
Aku harus membersihkannya sampai ke akarnya.”
“Jadi.... jadi kamu akan membiarkan mereka
begitu saja?!”
“Aku tidak tau apa pendapatmu tentang aku,”
dia membalas dengan menggelengkan kepala. “
Tapi sarang ini harus segera di musnahkan. Seperti
yang aku bilang, kamu bisa pergi ke hutan jika kamu
mau.”
“Ta-tapi, kalau gitu kamu akan pergi ke area
gunung sendirian kan?!”
“Aku sudah pernah melakukannya.”
“Ahhhhh!” teriak Priestess, menggigit keras
bibirnya.
Bahkan dari tempat Gadis Sapi berdiri, dia dapat
melihat tubuh Priestess yang bergetar, namun
wajahnya tidak menunjukkan rasa takut.

108
“Kamu ini gila!”
“Kamu ikut?”
“Tentu saja aku ikut!”
“Kamu dengar dia.”
“Oh, terima kasih banyak kalian berdua!” Gadis
Guild menundukkan kepalanya menunjukkan rasa
terima kasih. “ Tidak ada petualang berpengalaman
lain yang mau mengambil quest goblin...”
“Pengalaman apaan...” Priestess bergumam
cemberut, dia melihat ke arah plat porcelain yang
menggantung di lehernya, dia terlihat seperti anak
kecil yang mengambek.
“Ha-ha-ha... Yah, kamu tau... jadi, kalian berdua
akan pergi?”
“Ya.” Priestess mengangguk marah.
Dia selalu siap sedia, jadi ketika urusan
administrasi telah selesai, dia siap berangkat saat
itu juga.
Mereka akan melewati Gadis Sapi dalam langkah
mereka menuju pintu. Tidak ada jalan keluar
lainnya dalam bangunan ini. Apa yang harus—atau
jangan—dia katakan? Beberapa kali dia membuka
mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu.
Namun pada akhirnya dia tidak mengatakan
apapun.
“Aku akan pergi,” Dia lah yang selalu berhenti di
depannya.

109
“Apa? Oh...yeah.” Dia mengangguk padanya.
Ada jeda waktu beberapa saat sebelum dia berhasil
mengeluarkan dua kata berikutnya. “Hati-hati.”
“Kamu juga dalam perjalanan pulangmu.”
Priestess mengangguk ketika dia melewati Gadis
Sapi, dan Gadis Sapi membalasnya dengan senyum
ambigu.
Dia tidak pernah melihat kebelakang.
*****
Gadis Sapi kembali pulang ke kebun seorang diri,
menarik gerobak kosong dan mengurus binatang
tanpa berkata-kata.
Di kala matahari mulai turun secara perlahan
namun pasti, dia memakan menu makan siangnya
sebuah roti lapis di padang rumput. Dan di
saat matahari mulai senja, dia makan malam di
meja bersama dengan pamannya, dia tidak bisa
merasakan makanannya.
Setelah makan malam, dia pergi keluar. Angin
malam yang sejuk berhembus di pipinya. Ketika dia
melihat ke atas, dia dapat melihat langit yang luas
dan penuh bintang lengkap dengan dua bulannya.
Dia tidak tahu banyak mengenai petualang
ataupun goblin, dia tidak ada di desanya di saat
desa itu di serang oleh goblin sepuluh tahun yang
lalu.

110
Dia sedang berada di kebun pamannya, untuk
membantu persalinan seekor anak sapi. Pada
umurnya yang masih muda, dia tidak menyadari
bahwa itu hanyalah alasannya untuk pergi bermain.
Merupakan murni keberuntungan dia
menghindari bencana itu, hanya keberuntungan.
Dia tidak tahu apa yang terjadi pada orang
tuanya. dia mengingat mengubur dua buah peti mati
kosong, dan dia mengingat pendeta mengatakan
tentang sesuatu. Tapi yang dia sudah ketahui saat
itu adalah, orang tuanya sudah tiada.
Dia mengingat rasa sepi yang melandanya waktu
itu, namun dia sudah tidak merasakannya lagi.
Dan selalu ada jika. Jika saja dia tidak berkelahi
dengannya waktu itu, jika saja dia mengajaknya
pergi waktu itu...
Mungkin keadaan akan berbeda. Mungkin.
“Kalau kamu tidur terlalu malam, kamu akan
kesulitan bangun besok pagi.” Suara kasar yang
terdengar dengan suara langkah kaki di rerumputan.
Dia menoleh, dan melihat pamannya dengan
ekspresi yang sama pagi ini. “Aku tau, aku akan
tidur sebentar lagi.” Dia berjanji. Namun pamannya
mengkerutkan wajahnya dan menggelengkan
kepala.

111
“Dia harus menjaga dirinya sendiri, begitu juga
denganmu. Aku membiarkannya tinggal disini
karena dia membayar. Tapi lebih baik kalau kamu
menjaga jarak denganya.”
Dia tidak menjawab.
“Aku tau dia teman lamamu, tapi terkadang
masa lalu biarkanlah berlalu.” Dia berkata. “ Dia
sudah nggak seperti dulu lagi. Dia sudah gila,”
Kamu harusnya tau itu.
Gadis Sapi hanya tersenyum mendengar
perkataannya. “Mungkin, tapi....” Dia melihat
bintang dan dua bulan, dan jalan yang memajang
di depannya.
“Aku akan menunggu sebentar lagi.”
Dia tidak kembali malam itu.
Tengah siang hari barulah dia kembali, dan dia
tidur hingga subuh.
Hari berikutnya, tanpa menunjukkan rasa lelah,
dia bergabung dengan Priestess berpetualang
menuju hutan selatan. Gadis Sapi mendengar
bahwa para pemula itu tidak pernah kembali dari
hutan.
Malam itu, dia bermimpi hal yang sama lagi.
Dia belum pernah meminta maaf.

112
“Tolong! Kalian harus menolong kami! Para
goblin datang ke desa kami!”
“Memasang quest? Silahkan mengisi formulir ini
pak.”
Sang petani menggengam kertas itu dengan
sangat erat sehingga kertas itu menjadi lecek, dan
Gadis Guild mengeluarkan kertas formulir baru.
Ini adalah hal yang biasa di guild petualang, Gadis
Guild berhadapan dengan setengah lusin orang-
orang seperti ini bahkan sebelum sarapan pagi.
Para petualang biasanya sibuk di siang hari, oleh
karena itu mereka biasa mendatangi aula guild pada
pagi atau sore hari. Sedangkan untuk permohonan
quest tidak bisa di prediksi.
Pertarungan antar Dewa sudah sangat lama
berlangsung, membuat monster menjadi bagian
normal pada dunia. Ketika sebuah desa di
serang, sebuah sarang monster yang mengerikan
akan di temukan pada sebuah reruntuhan atau
semacamnya. Petani yang ada di hadapannya
hanyalah salah satu dari puluhan orang yang sudah

113
berada di ujung tanduk.
“Kalau ini terus terjadi, hanya Dewa yang tau apa
yang akan terjadi pada sapi kami! Dan lahan kami?
Tolong bakar habis goblin ini....”
Tangan petani bergetar di saat dia menulis,
setiap kali dia membuat kesalahan, Gadis Guild
sudah menyiapkan formulir baru.
Ya setiap kali— setiap kali monster muncul,
setiap kali mereka menyerang, petualang akan
datang. Mau itu naga, demon dengan mata yang
besar atau para bandit yang tidak punya rasa
prikemanusiaan.
Mereka semua yang berhadapan dengan musuh
bebuyutan sejak dahulu kala, mereka yang dapat
8
berbahasa : The Unpraying .
Memang benar ini adalah istilah yang meragukan,
karena juga termasuk pendeta yang menyembah
The Dark God. Dan xthe unpraying yang paling
banyak adalah— kamu sudah tahu itu— goblin.
“Kami bahkan nggak punya wanita lagi untuk
mereka culik!”
Gadis Guild menyimpitkan matanya mencoba
membaca tulisan yang seperti cacing merayap di
keseluruhan formulir. Tulisan itu hampir tidak bisa
di baca, apa benar dia penulis terbaik yang ada di
desanya?

8. The Unpraying : yang Tidak Berdoa

114
Entah mengapa, desa para petani lah yang selalu
di serang oleh goblin. Apa para goblin memang
sengaja mengincar desa petani? Atau karena jumlah
desa yang banyak— atau, jumlah goblin yang
banyak? Namun pemikiran seperti itu bukanlah
bagian dari tugas Gadis Guild.
“Sepertinya untuk dokumennya sudah selesai,
apa anda membawa hadiahnya?”
“Tentu saja. Tapi, apa benar gadis yang di culik
para goblin, diperkosa dan dimakan mereka?”
“Ada beberapa kasus seperti itu yang sudah
terjadi pak”
Sang petani terlihat semakin pucat seraya
dia mengeluarkan sebuah kantong. Gadis Guild
menerimanya dengan terus tersenyum. Kantong itu
sangat berat...
Kantong tersebut berisi kebanyakan dengan
koin tembaga, dan beberapa koin silver yang
bersinar di antaranya. Tidak ada satu koin emaspun
di dalamnya.
Gadis Guild mengambil sebuah timbangan dari
bawah meja counter, dan menimbang berat nilai
dari kantong tersebut.
“Baiklah, saya sudah memastikan jumlah
hadiahnya.” Kata dia beberapa saat “Quest anda
sudah siap.”

115
Gadis Guild sesungguhnya ragu akan jumlah koin
tersebut yang tidak mencapai 10 koin emas, jumlah
yang hampir tidak cukup bahkan untuk menyewa
petualang porcelain pada standar guild, dan juga
biaya tambahan administrasi pemasangan quest
guild. Sang petani benar-benar dalam keadaan
genting.
Akan tetapi tumpukan koin itu— beberapa kotor
oleh tanah, beberapa sudah berkarat, dan beberapa
yang sudah usang—mempunyai arti.
Seseorang yang tidak mengerti akan arti itu,
tidak akan pernah bisa menjadi resepsionis pada
guild.
“Jangan khawatir pak, dalam beberapa hari akan
ada petualang yang datang untuk membasmi para
goblin itu.” Tidak peduli apapun yang dia rasakan,
senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Sang
petani mengangguk lega.
Petani mungkin sedang membayangkan
seseorang ksatria dengan armor yang keren dan
membasmi goblin dengan gagah berani. Tapi Gadis
Guild lebih tahu. Gadis Guild tagu bahwa bukanlah
petualang seperti itu yang akan datang. Petualang
yang akan datang ke desa itu adalah petualang
porcelain. Seorang pemula.
Kebanyakan dari mereka akan terluka dalam
pertarungan, jika rencana mereka berakhir buruk,

116
mereka akan mati. Bahkan ada kemungkinan-–
skenario paling buruk---desa mereka akan hancur.
Jadi, walaupun hanya untuk membuat semua
orang merasa lebih baik. Semua hadiah akan di
bayarkan pada akhir quest.
Goblin tidak pernah berakhir. Ada pepatah
yang mengatakan. “ Setiap kali seseorang gagal,
seekor goblin akan lahir.” Mereka hanya memiliki
keuntungan dalam jumlah, mereka adalah monster
paling lemah yang akan menyerang sebuah desa.
Goblin hanya memiliki akal, kekuatan, dan
ukuran tubuh seperti anak kecil. Namun itu juga
dapat di artikan sebagai goblin sama pintarnya,
kuatnya, dan lincahnya anak kecil.
Hadiah dari pembasmian goblin sangatlah
kecil, petualang yang sudah berpengalaman
menghindarinya layaknya sebuah wabah.
Petualang pemula lah yang hanya dapat mereka
kirimkan.
Mereka mungkin akan terluka, atau bahkan
mati, tapi mereka tetap akan membunuh para
goblin. Walaupun party pertama terbantai, party
kedua atau ketiga akan berhasil membasmi mereka.
Ya, jika goblin telah di basmi, maka negara tidak
perlu turun tangan. Negara memiliki masalah yang
lebih besar untuk di khawatirkan tentang demon,
dan kekacauan lainnya.

117
“Baiklah bu, aku berharap, sangat berharap
kamu bisa membantu kami.”
Prosedur pemasangan quest telah selesai, petani
pergi meninggalkan bangunan guild, menundukkan
kepala berterima kasih berkali-kali. Gadis Guild
melihatnya pergi dengan senyuman, menahan rasa
ingin menghela nafas.
“Ini sudah yang ketiga hari ini....”
Mengirim tiga petualang yang masih hijau ke
lubang kubur mereka, atau membiarkan sebuah
desa hancur? Memikirkan hal itu membuat
perutnya sakit.
Tentu saja, Gadis Guild sudah berusaha untuk
mengingatkan petualang pemula akan bahayanya.
Bahkan menyarankan quest lain untuk mereka
ambil.
Tapi tidak orang yang ingin “petualangannya”
membunuh tikus di saluran air.
Bagi para petualang profesional, mereka cukup
senang untuk berburu makhluk yang hidup di
gunung, jauh dari habitat manusia.
Hanya sedikit sekali petualang yang mengambil
quest goblin dapat kembali tanpa terluka.
Kebanyakkan dari mereka yang mengambil
quest goblin adalah mereka yang baru saja menjadi
petualang dengan mata mereka yang bersinar,
yang hanya mempunyai sedikit pengalaman. Guild

118
kesulitan untuk menciptakan petualang utama
mereka untuk membasmi goblin. Dan tidak ada
petualang profesional yang ingin mengambil quest
goblin.
“Yah.” Dia berkata sendiri sambil merebahkan
tubuhnya di meja counter. “ Itu nggak benar
juga sih.” Meja counter yang bersih dan halus,
terasa nyaman ketika bersentuhan dengan dahi
dan pipinya. Dia menyadari bahwa ini bukanlah
tindakkan yang pantas di lakukan oleh anak
perempuan dari keluarga yang cukup terhormat,
ataupun sebagai resepsionis guild. Tapi bahkan dia
pun perlu untuk rileks, dan tidak ada pengunjung
yang datang untuk melihatnya juga.
Aku harap dia cepat datang...
Dan tepat pada saat itu, lonceng pada pintu guild
berbunyi, menandakan pintu terbuka. Gadis Guild
dengan cepat membenarkan posisinya.
“Gadis guild sayang, aku sudah mengalahkan
para penjahat!”
Spearman telah datang dan berjalan menuju
meja resepsionis, ekspresi wajahnya terlihat cukup
senang, di belakangnya seorang Witch mengikuti
dengan langkahnya yang seksi dan pinggulnya yang
bergoyang seirama langkahnya. Witch melihat mata
gadis guild.

119
Witch mengkedipkan matanya memohon maaf,
Gadis Guild kembali mengenakan senyum abadinya
di wajahnya.
“Oh, sepertinya itu sangat melelahkan, bisakah
anda membuat laporannya?”
“Yah, biar ku ceritakan, ini nggak mudah, mereka
berkemah tepat di jalan utama!”
“Oh, sepertinya itu sangat melelahkan, tolong
ceritakan kisah anda pada laporan tertulis.”
“Setidaknya ada dua puluh, dua puluh satu
bandit yang berkemah di sana, dan aku membasmi
mereka semua!”
“Oh, sepertinya itu sangat melelahkan, mungkin
anda perlu mencoba stamina potion.”
“........Ya, baiklah.”
“Ini dia, terima kasih sudah berbelanja bersama
kami!”
Barang yang di jual Gadis Guild adalah barang-
barang para pedagang yang sering berkunjung ke
guild yang mempunyai kualitas menengah dengan
harga yang sesuai. Sebagai contohnya stamina
potion bukanlah Barang sihir, melainkan campuran
dari beberapa rempah-rempah,
Dan itu bekerja, tidak ada salahnya menyimpan
satu ataupun meminumnya. Dan profit dari
penjualan guild dapat di salurkan untuk hal-hal yang
berguna lainnya.

120
Aku nggak akan menyentuhkan wajahku di
tempat itu lagi. Sumpah Gadis Guild, dengan
tersenyum ketika dia melihat Spearman bersandar
di tempat gadis guild sebelumnya berbaring.
Dan lonceng kedua berbunyi.
“Oh!”
“Ugh....”
Sosok yang muncul di pintu, membuat wajah
Gadis Guild menjadi ceria. tanpa di sadari Spearman
menjentikkan lidahnya.
Langkahnya berani, dan tidak peduli, entah
mengapa terlihat berbahaya.
Dia menggunakan pelindung kulit dan helm
kotor. Perlengkapannya murah— menyedihkan
bahkan.
Tidak satupun orang di aula guild yang perlu
melihat plat silvernya untuk mengetahui siapa dia.
Goblin Slayer.
“Selamat datang! Kamu nggak apa-apa? Ada
luka?”
“Nggak ada.”
Senyum yang dibuat-buatnya sebelumnya
berubah menjadi tawa layaknya bunga yang mekar.
Spearman yang berdiri disana memiliki ekspresi
jengkel. Goblon Slayer mengangguk dan berkata.
“Itu sebuah sarang kecil, ada hob disana.
Menyusahkan.”

121
“Oh, aku ingin mendengarnya, silahkan duduk,
beristirahat.... Ohh aku akan bikin teh juga!” Gadis
Guild berlari layaknya seekor anak anjing yang
kegirangan, kepangnya bergoyang-goyang.
Goblin Slayer duduk pada kursi terdekat, dan
dia melihat Spearman, dan menyadari bahwa
spearman menatapnya dengan tatapan dingin. Dan
dengan “hmph” pelan, Goblin Slayer berkata “Aku
mohon maaf jika menganggu sesuatu.”
Ada jeda waktu yang cukup lama sebelum
Spearman membalas. “ Nggak, kamu nggak
menganggu apa-apa. Aku sudah selesai membuat
laporanku.”
“Aku mengerti.”
Dengan dengusan jengkel Spearman menendang
sebuah kursi. Pada sebuah bangku yang berhadapan
dengannya, Witch yang melihat semua kejadiannya,
duduk dengan senyum menyeringai di wajahnya.
“Bandit katamu.... jika kita tidak mangambil
quest itu, kita tidak akan menghasilkan uang hari
ini.”
“Oh, maaf saja ya, memangnya kenapa kalau aku
mau pamer sedikit? ”
“Walaupun anda berkata demikian...” kata gadis
guild...
“Jadi begitu saja? Aku rasa mantraku cukup
berguna deh...?”

122
“....Ya kamu benar.”
“Aww, pasukan perbatasan terkuat ternyata
bisa cemberut juga...”
Spearman melipat tangannya dengan cemberut,
Witch memperhatikannya dengan menggoda,
tertawa merdu.
Gadis guild mendengus ketika dia mendengar
percakapn mereka.
Tentu saja, dia tahu persis bahwa membbasmi
para bandit adalah pekerjaan yang mulia, dan dia
juga tahu bahwa petualang tingkat silver spearman
di juluki “pasukan perbatasan terkuat”
Oleh karena itu, Gadis Guild tidak menganggap
remeh dia. Dan tentunya Gadis Guild tidak
bermaksud untuk mengusirnya. Dia benar-benar
tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja— Yah,
ada petualang yang ingin meraih ketenaran hanya
bermodalkan dengan kekuatan, dan kemudian
ada mereka yang mempertaruhkan nyawa mereka
dengan mengambil pekerjaan yang tidak di inginkan
orang lain.
Apakah salah memperlakukan mereka secara
berbeda?
Ini bukanlah masalah preferensi pribadi.
Mungkin.
*****

123
Gadis Guild meletakkan sebuah cangkir cantik,
uap panas mengepul dari dalam teh coklat itu.
Ketika dia meminumnya, Goblin Slayer terlihat
seperti menumpahkan minuman itu ke dalam
helmnya. dia tidak mempedulikan rasa dan aroma
teh itu, atau kenyataan bahwa daun teh tersebut
berasal dari milik pribadi Gadis Guild, yang dia
dapatkan dari ibu kota dan di campur dengan
sedikit stamina potion untuk menciptakan racikan
yang khas.
“Um, selamat datang kembali!” gadis guild
berkata semanis yang dia bisa. Seperti itulah sikap
Goblin Slayer setiap harinya, jadi Gadis Guild
mencoba untuk tidak mempermasalahkannya. “Aku
tau kamu sudah memiliki party dengan seseorang
akhir-akhir ini, petualangan solo kamu di jaman
dulu pasti sangatlah sulit.”
“Aku selalu bekerja sendirian sebelumnya,
aku sanggup.” Dia meletakkan cangkirnya di iringi
dengan anggukkan. Gadis Guild senang melihat
bahwa cangkir tersebut kosong tak tersisa.
Walaupun dia begitu, dia nggak pernah menolak
teh ku.
“Aku mengerti.” Jawabnya dengan penuh
semangat.
Yah... Itu bukan berarti tidak ada keluhan sama
sekali.

124
Gadis Guild benar-benar senang bahwa Goblin
Slayer mendidik priestess itu, yang telah di cap
Gadis Guild sebagai tidak punya harapan, dan Gadis
Guild merasa lebih baik mengetahui bahwa Goblin
Slayer memiliki rekan seperjuangan.
Tapi, hanya dia dan seorang gadis sendirian di
dalam dungeon...? Aku tidak tau...
Satu hal yang memberikannya harapan adalah,
Goblin Slayer selalu lebih mementingkan perkerjaan
dari pada wanita, dan gadis itu adalah pendeta yang
taat.
Itu kalau asumsiku tentang mereka nggak salah.
Yah, sudah sedikit terlambat untuk
mengkhawatirkan itu. Ngomong-ngomong, sudah
berapa lama dia tinggal di kebun itu?
Dan, Priestess sudah pergi ke kuil selama tiga
hari, dia mengatakan ada kewajiban agama yang
perlu di lakukan, seharusnya dia sudah kembali hari
ini, atau besok...
Gadis Guild tersenyum sendiri, ini memang
sifatnya dia, selalu menjalani quest sendiri walaupun
rekannya sedang tidak ada.
“Ada yang salah?”
“Oh, nggak. Cuma....jangan sampai terlibat
masalah ya, oke?”
“kalau dengan terlibat masalah, aku
bisa membunuh goblin, maka aku aku akan

125
melakukkannya dengan senang hati.”
Jawabannya selalu tenang seperti biasanya,
selalu fokus untuk membasmi para goblin.

Selagi Gadis Guild mengisi sebuah catatan, dia


mencuri pandang helm kotor goblin slayer dengan
berpura-pura sedang melihat dokumennya. Tentu
saja, dia tidak bisa melihat ekspresi Goblin Slayer,
tapi...
Sudah berapa lama Gadis Guild bertemu
dengannya? Lima tahun mungkin? Dia baru saja
menyelesaikan latihannya di ibukota, dan secara
resmi di tempatkan disini.
Goblin Slayer yang muncul tiba-tiba di guild,
masih seorang pemula saat itu. Gadis Suild yakin
pada waktu itu, dia tidak memiliki pemikiran yang
istimewa tentang dia.
Dan di saat Gadis Guild kebingungan tentang
banyaknya quest goblin, di situlah dia muncul.
Dia selalu kembali dari quest yang di ambilnya,
dan selalu menyelesaikannya. Setiap saat.
Dia tidak pernah menunjukkan kekuatannya
ataupun pamer akan pencapaiannya, dia hanya
melakukan apa yang harus di lakukan, lagi dan lagi,
hingga akhirnya dia mencapai tingkat silver.
Dia tidak pernah mengambil sebuah resiko
yang tidak di perlukan, dia sangatlah baik hati,

126
walaupun pendiam. Penantian yang panjang penuh
kekhawatiran menunggu dia kembali sangatlah
sepadan.
Dia tidak pernah mengganti perlengkapannya
sejak kami bertemu, tapi itu sama saja dengan
mengatakan bahwa dia sangat familiar disini.
Gadis Guild menyadari bahwa semua kenangan
itu membuat sebuah senyum di bibirnya, tapi dia
tidak berusaha untuk menyembunyikannya.
“Oh, keberadaanmu benar-benar sangat
membantu.”
“Benarkah?”
“Ya!”
Ada jeda sebelum dia menjawab. “Aku mengerti.”
Gadis Guild menjilat jempolnya, dan
membalikkan halaman demi halaman dokumennya,
mencari suatu quest yang melibatkan goblin.
Kemarin dia membunuh goblin, hari ini dia
membunuh goblin, dan ada beberapa party
pemula yang bekerja dengan baik juga, tapi quest
pembasmian goblin tidak pernah habis. Setiap hari
setidaknya mereka mendapatkan satu permohonan
quest goblin. Mungkin dengan bertambahnya para
petualang, begitu juga dengan sarang goblin. Atau
sebaliknya.
“Kenapa goblin selalu menyerang desa-desa
kita?” Gadis Guild bertanya. Akan lebih mudah

127
jika itu lizardmen tau? Paling tidak satu-satunya
perbedaan adalah budaya. “Mungkin goblin
memang senang menyerang orang.” Gadis guild
mengira bahwa Gadis Guild sedang membuat
percakapan. Dan sebenarnya dia mengatakan itu
setengah bercanda.
“Alasannya?” Dia berkata sederhana. Setelah
jeda, dia melanjutkan. “Bayangkan suatu hari,
rumahmu di serang gerombolan monster.”
Gadis Guild membenarkan posisinya, dan
meletakkan tangannya pada lututnya, dia
memfokuskan telinganya untuk mendengar. Itu
karena keinginan dia untuk berbicara adalah
sesuatu yang jarang.
“Bayangkan suatu hari, rumahmu di serang
gerombolan monster
“Mereka merampok isi desamu layaknya itu
hak milik mereka, mereka membunuh temanmu,
mereka membunuh keluargamu, mereka menjarah
rumahmu.
“Bayangkan, mereka menyerang kakak
perempuanmu, mereka menyiksanya, mereka
memperkosanya, mereka membunuhnya. Mereka
memutilasi tubuh keluargamu, mereka melakukan
apapun yang mereka mau, dan sambil tertawa
kegirangan.

128
“Dan kamu menyaksikkan semua itu dari tempat
kamu bersembunyi, mencoba untuk tidak bernafas.
“Bagaimana kamu bisa melupakan itu?
“Karena itu kamu mengambil senjata, kamu
melatih dirimu sendiri, kamu belajar, kamu tumbuh.
Segalanya yang kamu lakukan untuk membalas
dendam.
“Kamu mencari mereka, kamu memburu
mereka, kamu bertarung, kamu menyerang, dan
kamu bunuh mereka, bunuh mereka, bunuh mereka,
bunuh mereka.
“Terkadang semua berjalan dengan baik, tapi
terkadang juga tidak. Tapi setiap kali kamu akan
bertanya— bagaimana cara aku membunuh mereka
berikutnya? Apa cara terbaik untuk membunuh
mereka? Hari demi hari, bulan demi bulan, hanya
itu yang kamu pikirkan.
“Di kala kamu punya kesempatan, Tentu saja
kamu mencoba setiap ide yang kamu punya.
“Dan ketika kamu sudah melakukan semua itu
dengan cukup lama....
“....kamu mulai menikmatinya.”
Gadis Guild menelan liurnya
“Um, apa itu...? Apa kamu...?”
Apa dia masih bicara tentang goblin? Gadis
Guild tidak yakin.

129
Mungkin—sebuah pemikiran terlintas—dia
sedang membicarakan tentang dirinya sendiri.
Namun sebelum Gadis Guild dapat menyuarakan
pendapatnya, Goblin Slayer menambahkan.
Beberapa orang bodoh yang merasa dirinya baik
hati mengatakan kita harus mengampuni anak kecil
mereka.” Apa mereka tidak sadar, bahwa goblin
mencuri persediaan makan mereka untuk memberi
makan anaknya?
Sedikit merinding, Gadis Guild mengangguk, dia
paham sekali maksud dari goblin slayer.
Tingkat porcelain dan orang-orang muda yang
ingin menjadi petualang selalu datang dengan
penuh percaya diri. “Aku pernah bertarung melawan
goblin waktu mereka menyerang desaku, mereka
nggak ada apa-apanya. Aku akan baik-baik saja.”
Kata “bertarung” yang di ucapkan orang-orang
desa sok kuat ini, hanyalah beberapa ekor goblin
yang mudah di gertak dan melarikan diri. Lakukan
itu sekali atau dua kali, membuat orang-orang
berpikir bahwa mereka pantas menjadi petualang.
Di sisi lain, goblin yang berhasil selamat dari
pertarungan itu akan dapat belajar dan tumbuh.
Mereka akan di dikenal sebagai wanderers9.
Banyak dari mereka pada akhirnya akan menetap
pada sebuah sarang baru sebagai pemimpin atau
penjaga.
9. Wanderers : Pengelana

130
Setelah itu, pertarungan dengan mereka
kembali, akan di tentukan oleh kekuatan di banding
keberuntungan.
“Seperti itulah yang biasanya selalu terjadi.”
Kata Goblin Slayer. “Dengan kata lain, aku adalah
goblin bagi mereka, layaknya mereka adalah goblin
bagi kita.”
Gadis Guild menahan napasnya, tidak dapat
berkata-kata. Apa yang bisa dia lakukan dengan
semua lautan emosi ini? Tidak, pertama....pertama,
dia.
Ya ampun. Dia menghela napas. “Ya, maaf saja
ya, tapi....”
“Ya?”
Sebelum kasihan, sebelum kesedihan, sebelum
simpati : “ Kami adalah orang yang memberikanmu
quest-quest itu, jadi dengan logika seperti itu,
menurutmu kami ini apa?”
“Erm.”
Kenapa aku merasa marah?

131
132
Dia mengenakan wajah tersenyumnya lagi, dan
mengetukkan jarinya di meja counter.
“Apa kamu membandingkan kami dengan Dark
Gods? Tega sekali. Apa aku keliahatannya punya
tanduk?”
“....Bukan itu maksudku.”
“Seperti itulah kedengarannya!”
Kata gadis guild sambil menghajar meja counter
lagi, dan mengeluarkan dengusan intimidasi.
“Bagaimana guild bisa menjaga reputasinya jika
pembicaraan seperti itu tersebar?”
Dengusan lagi.
“Aku nggak mau itu terjadi. Mungkin lebih baik
aku nggak akan kasih kamu quest lagi kedepannya.”
Jeda panjang. “Itu akan jadi masalah buatku.”
“Iya kan?”
Entah mengapa pengucapan kata masalah
terdengar kekanak-kanakkan.
Senyum gadis guild serasa akan luntur.
“Seseorang harus mengerjakan quest ini, dan
kamu melakukannya. Kamu harusnya bangga.”
Dia memainkan jarinya seakan-akan ingin
mengatakan. kalau tidak, ini akan berdampak pada
guild.... dan aku.
Dan itu memang benar, karena dia bertanggung
jawab atas Goblin Slayer sebagai petualang dan
yang lain-lain...

133
“Kamu petualang tingkat silver.”
Kali ini, giliran Goblin Slayer yang terdiam.
Benar, dia tidak bisa melihat ekspresi di balik
helm itu. Tapi dalam lima tahun ini, bukan berarti
dia tidak bisa menebak apa yang di rasakan Goblin
Slayer.
Akhirnya dia berkata. “Jadi.... Ada di mana goblin
hari ini? Seberapa besar sarangnya?”
“Baik, baik.”
Aku rasa, aku akan membiarkannya... kali ini .
Sambil tertawa kecil, jari Gadis Guild menyusuri
tumpukan dokumen. dan menarik tiga lembar
kertas, dan memilih salah satunya. Kertas itu sudah
duduk manis dalam beberapa hari disana—quest
membasmi goblin, pastinya.
“Yang satu ini ada di daerah pegunungan utara,
dekat dengan desa disana ada—yah, Sebuah kastil,
semacam benteng gunung.”
“Mereka membuat sarang disana?”
“Ya, dan kita sudah kejatuhan korban juga, kakak
perempuan dari pemohon quest di culik, dan...”
Gadis Guild menghela napas seraya membalik
kertas quest.
“Beberapa petualang yang berniat baik, pergi
menolong dia, tapi mereka belum kembali.”

134
“....Sudah terlambat” Kata Goblin Slayer dingin.
“Mengingat berapa lama perjalanan kesana akan
memakan waktu, mereka akan kalah sebelum aku
sampai kesana.”
Tidak ada keraguan dalam dirinya.
“Kita nggak bisa membiarkannya. Kalau kita
hancurkan sarang itu sekarang, mungkin nggak
akan ada korban jatuh lagi.”
“....Benar.”
Benar, inilah dia, inilah dia alasan mengapa
Goblin Slayer adalah orang paling berharga di
perbatasan.
Ada mereka yang sanggup melawan monster
ganas yang kuat.
Tapi, berapa banyak yang ingin kembali
bertarung melawan monster itu berulang-ulang?
Banyak yang sudah terselamatkan olehnya. Dia
sudah banyak membantu dunia.
Dan juga, dia sudah menyelamatkanku.
Karena itu, Gadis Guild akan melakukan apa
yang harus dia lakukan, apa yang dapat dia lakukan.
“Baiklah, selamat berjuang Goblin Slayer ku!”
Dia akan membantunya berjalan dengan kepala
menghadap kedepan.

135
Setelah sebuah pesta yang berlansung selama
tiga hari dan tiga malam, para goblin akhirnya
terpuaskan.
Sisa-sisa dari mangsa mereka kini tercecer di
lantai yang sebelumnya merupakan aula yang
mewah, kini penuh dengan kotoran, aroma busuk,
dan mayat.
Sebelumnya, mereka hanya mendapatkan
satu tangkapan kecil. Namun sekarang mereka
mempunyai empat mangsa baru yang masih segar,
empat orang wanita. Terdiri dari manusia tentunya,
dan elf dan rhea. Para goblin tentunya senang akan
hal ini, dan merayakan semuanya tanpa batasan—
goblin tidak kenal apa itu batasan.
Para wanita itu dengan jelas kalah jumlah
dengan goblin, mereka di kerumuni, dan mereka di
kepung.... apa yang terjadi selanjutnya tidak pantas
untuk di katakan.
Tapi para wanita ini bukanlah seorang wanita
desa.

136
Tubuh mereka yang terpapar, baju mereka yang
di robek kasar, menunjukkan hasil latihan panjang
mereka. Kulit mereka yang terbakar matahari, dan
bekas luka yang menceritakan kisah pertarungan
mereka, dan setiap kali mereka di jadikan
permainan10 otot-otot mereka akan terlihat dari
balik lapisan kulit.
Dan di sebuah sudut ruangan, di tumpuk layaknya
sebuah sampah, terdapat timbunan armor, helm,
pedang dan perisai curian.
Wanita ini adalah para petualang tingkat
delapan, Steel–-atau setidaknya, mantan steel11.
Sekarang, tidak satupun dari mereka yang
bernapas.
Bagaimana semua ini bisa terjadi?
Itulah pikiran terakhir yang terlintas di kepala
seorang anak gadis keluarga bangsawan yang
menjadi pemimpin party.
Apakah salah bagi mereka mengambil quest ini,
dengan niat baik setelah mendengar seorang gadis
desa di culik, dan ingin menolongnya?
Bukanlah harga diri yang menjerumuskan
mereka dalam kehancuran, mereka menyelinap
di saat tengah hari, dengan harapan membunuh
goblin selama mereka tidur.

10. If you know what i mean


11. Steel : Baja

137
Benteng gunung ini di bangun di antara
pepohonan kuno oleh para elf, dan merupakan
tempat yang asing bagi para petualang, sebuah
labirin tanpa petunjuk. Oleh karena itu mereka
tidak pernah lengah.
Mereka melakukan persiapan sebaik mereka
bisa di sebuah desa kecil, mengetahui pasti akan
ada banyak goblin yang menunggu mereka disana.
Mereka harus menyelamatkan gadis itu sekarang
juga.
Mereka bukanlah pemula yang baru keluar
dari oven, mereka sudah melalui beberapa
petualangan, dan memiliki latihan dan skill yang
memadai. Di posisi depan, pemimpin mereka
memegang senjatanya bersiap, dan seorang rhea
ranger memantau area layaknya seekor elang. Pada
posisi belakang, seorang elf wizard sudah bersiap
dengan mantranya, dan seorang monk dengan doa
keajaibannya.
Mereka mempertahankan formasi, bersiap
siaga, memeriksa setiap sudut lantai, mereka tidak
membuat kesalahan.
Kenyataan pahitnya adalah, mereka hanyalah
sial.
Pertama, benteng—yang merupakan hal normal
pada bangunan seperti ini—penuh akan jebakan.
Ironisnya, jebakan yang dulunya di maksudkan untuk

138
mengusir goblin, sekarang menjadi perlindungan
bagi goblin.
Rasa lelah yang di rasakan ranger mereka
dalam mencari jebakan sensitif dan mematikan
memainkan peran penting dalam apa yang akan
terjadi. Mereka telah mencapai sanctum12 bagian
dalam, dan tepat pada saat itu, Ranger melewatkan
sebuah alat peringatan.
“Semuanya, bentuk formasi!”
Di saat alarm yang menggema dengan keras,
party mereka dengan segera membentuk formasi
sesuai dengan perintah pemimpinnya. Wizard
berdiri di tengah, dengan pemimpin mereka, Knight,
Ranger, dan Monk berdiri mengelilingi wizard.
Ini bukanlah formasi yang sangat efektif, namun
formasi ini cukuplah kuat.
Tapi goblin mengelilingi mereka dengan jumlah
mereka yang banyak.
Sebut saja jika kamu mau, tirani mayoritas.
Skill memanah Ranger merupakan anugrah
ilahi, tapi, bahkan dia pun tidak bisa menghabiskan
musuh yang berjumlah lebih banyak dari panahnya.
Wizard menggunakan empat dari mantranya,
lima—sebuah jumlah yang mengagumkan—namun
pada akhirnya kehabisan tenaga.

12. Sanctum : Tempat Suci

139
Monk terus berdoa memohon keajaiban dan
perlindungan, hingga dia tidak sanggup lagi berdoa.
Pemimpin mereka terus bertarung, pedangnya
terus di lumuri oleh darah, tapi di saat dia telah lelah,
para goblin mengalahkannya dan perburuanpun
telah usai.
Semua tubuh itu—bahkan pertarungan itu tidak
lebih dari satu jam.
Dan di antara tumpukan, tubuh tertembus
panah, pedang yang patah, tubuh yang terbakar,
mereka merayakannya.
“Hrr..hrrr...” Suara elf di liputi rasa takut.
“Ja-jangan mendekat....jangan mendekat....!”
wajah rhea sudah putus asa, Monk berdoa tanpa
suara, dan pemimpin mereka mengigit bibirnya
hingga berdarah.
Para goblin menjilat bibir mereka, di kala mereka
melihat para petualang itu saling berpelukan
ketakutan.
Dan kesialan ketiga party mereka adalah, musuh
mereka adalah goblin.
Normalnya, tahanan para goblin biasanya di
makan, atau di paksa mengandung anak goblin, dan
ada beberapa yang di biarkan tak di sentuh, untuk
di pakai saat hari hujan.
Tapi, kali ini berbeda.

140
Para petualang ini sudah banyak membunuh
saudara mereka, dan tidak ada satupun dari mereka
yang sedang dalam mood untuk mengampuni para
petualang ini.
Goblin hidup dengan hukum rimba, mereka
bersedia mengorbankan sebanyak apapun untuk
dapat meraih kemenangan. Oleh karena itu mereka
tidak bersedih atas kematian rekan mereka, namun
rasa marah dan kebencian yang mereka rasakan.
“GARUUURU.”
“GAUA.”
Sebuah anggur yang di temukan dalam
persediaan para petualang wanita itu membuat
goblin kegirangan. Pikiran mereka yang mabuk,
dan jorok membuat mereka menciptakan suatu
permainan yang akan mereka mainkan kepada
tahanan mereka. Dan sebuah desa yang berada
di kaki gunung—sebuah tempat untuk mereka
mendapatkan mainan baru lagi jika mainan mereka
disini sudah rusak.
Gadis desa yang malang hanya mampu melayani
sepuluh goblin sebelum pada akhirnya dia sudah
tidak mampu lagi. Mereka memakai gadis itu
berkali-kali.
Sudah tidak ada harapan.
Baju Knight robek, seekor goblin menahan
tubuhnya, dia berteriak.

141
“Bajingan! Kamu mau mempermalukan
seseorang? Mulai dari aku!”
Dia adalah seorang anak perempuan dari
keluarga bangsawan, dia menjadi seorang knight-
errant untuk melayani Supreme God13, yang
bertanggung jawab atas hukum dan keadilan. Dia
sudah bersiap menerima konsekuensi yang akan di
terimanya jika dia gagal membasmi goblin.
Tapi dia tidak bersiap untuk mengorbankan
temannya.
Pertama, Ranger di gunakan oleh mereka sebagai
sasaran latihan tembak tepat di depan matanya,
sang pemimpin berusaha memohon kepada goblin
untuk mengampuni nyawa temannya. Karena Monk
berusaha menggigit putus lidahnya sendiri, goblin
membunuhnya dan memasukkan lidahnya yang
terputus ke dalam mulut Knight. Dan ketika tubuh
Wizard di bakar hidup-hidup, hati Knight hancur
berkeping-keping.
Dan setelah tiga hari dan tiga malam barulah
goblin mengabulkan permohonan Knight.
Apa yang terjadi padanya selama tiga hari
itu hingga tubuhnya rusak nyaris bukan seperti
manusia, di lempar begitu saja ke sungai tidak
pantas untuk di tulis.
Mayat yang terbawa arus, suara tawa yang
menggema di seluruh lembah, membuat penduduk
13. Ainz-sama?

142
desa pada kaki gunung di penuhi rasa takut.
Namun, selalu ada pengecualian dalam setiap
peraturan.
Sebagai contoh, seekor goblin yang sedang
dalam tugas berjaga memegang tombak tumpul
dan berpatroli mengelilingi dinding di temani udara
malam.
Hanyalah dia seekor diri yang tidak tertawa.
Tentu saja, itu bukanlah karena dia merasa
simpati pada wanita yang telah mati, dia merasa
kecewa karena tidak di perbolehkan ikut dalam
pesta perayaan mereka.
Dia sedang bertugas jaga, mengawasi desa,
ketika para petualang menyerang, karena itu dia
tidak berpartisipasi dalam perburuan. Dan (dia di
beritahu) siapa yang tidak berburu, tidak berhak
mendapatkan hasil buruan.
Dia tidak bisa menjawab argumen itu, jadi dia
dengan kembali berjaga di dinding.
Sang penjaga menggigil pada pos jaganya, angin
dingin bertiup menghembus pegunungan.
Mereka menyisakan satu jari bakar untuknya,
setidaknya dia ingin merasakan rhea. Dia
mengunyah jari itu dengan perlahan, berharap
sesuatu yang lebih.
Tidak pernah terlintas di benaknya jika dia akan
mati pada saat bertarung dengan para petualang,

143
setiap goblin percaya bahwa goblin lainnya yang
akan berada di garis depan sedangkan dia sendiri
bertarung pada posisi yang aman.
Akan tetapi, kematian dari saudaranya tetaplah
membuatnya marah, dan itulah yang membuat
mereka sulit di tangani.
Jangankan mengawasi desa, apakah berjaga
akan kedatangan musuh memang di perlukan?
Benteng ini sudah di dirikan oleh para elf sejak
jaman dahulu (walaupun goblin tidak peduli). Ketika
di tinggalkan, benteng ini menjadi terlupakan dan
terbengkalai hingga goblin menempatinya. Para
goblin menginginkan sarang yang aman, kokoh,
dan menawarkan tempat berburu yang bagus, oleh
karena itu mereka menempati benteng ini, dengan
semua perangkap, trik dan dinding yang telah di
tinggalkan.
Dengan semua ini, benteng ini tidak memerlukan
penjagaan. Goblin yang dalam tugas jaga,sangatlah
tidak senang.
Karena itu, ketika dia menyadari keberadaan
mereka, dia sangatlah senang.
“GRRRRRR?”
Petualang, berdua.
Satu adalah warrior dengan armor kulit yang
kotor dan helm baja, tidak berusaha menyembuyikan
dirinya sendiri dan berjalan dengan tenang di antara

144
pepohonan. Sebuah perisai kecil terikat di lenganya,
di pundaknya terdapat sebuah tempat panah, di
tangannya sebuah busur, dan di pinggulnya sebuah
pedang.
Dia terilhat sangat lemah, dia tidak perlu di
khawatirkan, yang di perhatikan goblin penjaga
adalah seseorang yang berjalan di sampingnya. Dia
adalah seorang gadis cantik dengan jubah priestess,
yang berdiri dengan canggung, memegang erat
tongkatnya.
Goblin penjaga menjilat bibirnya, mereka berdua
tidaklah gemuk, tapi setidaknya mereka adalah
mangsa yang akan dia dapatkan.
Dia mempunyai ekspresi yang jijik, air liur
bergantung di tepi bibirnya. Dia kembali ke dalam
untuk mengingatkan yang lainnya. Ini sudah sesuai
dengan perintahnya—tapi, tidak seharusnya dia
memalingkan matanya dari para petualang.
Sang Warrior menyiapkan sebuah panah pada
busurnya dan menarik talinya sejauh yang dia bisa.
Sebuah kain yang di lumuri minyak medea di lilitkan
pada ujung mata panah. Priestess membakarnya.
“GAUUU!”
“GOUORR!”
Para goblin yang di panggil oleh sang penjaga
berbondong-bondong berlari menuju dinding,
mereka berteriak dan menunjuk para petualang.

145
Tapi semua sudah terlambat.
“Ribut sekali.” Goblin Slayer bergumam di dalam
helmnya ketika dia melepaskan panahnya.
Panah itu menembus dinding kayu, dan
membakar mengarah goblin yang mulai berteriak.
Tembakan kedua di lepaskan, dan dalam sekejap
api sudah tersebar di mana-mana.
“GAUAUAAAA?!”
Salah satu mahkluk itu panik dan mencoba
melarikan diri, namun hilang keseimbangan dan
terpeleset membawa dua rekannya bersamanya
jatuh ke bawah dinding. Sang penjaga ada di antara
mereka, tapi Goblin Slayer tidak tahu dan tidak
peduli.
“Tiga.”
Dia menghitung dengan tenang, dan
menembakkan panah lainnya.
Api, merupakan musuh utama para elf. Jika
mereka masih menempati benteng itu, tentu saja
tidak akan semudah ini menyerang hanya dengan
bermodalkan kain yang di bakar.
Tapi para elf yang dapat melakukan permohon
pada para roh untuk memadamkan api, sudah tidak
disini. Setiap penangkal yang mereka dirikan untuk
memadamkan api , sudah tidak ada lagi di makan
oleh waktu.

146
Benteng di depan para petualang merupakan
benteng yang kuat dan kokoh, tapi tetap saja itu
kayu.
“Cukup panahnya, bersiaplah.”
“Oh,ba-baik.”
Di saat Goblin Slayer menembakkan satu panah
lagi, Priestess berdiri dengan tongkatnya bersiap,
bersiap melakukan doa penggabungan jiwa dengan
dewa.
Melindunginya, Goblin Slayer menembakkan
panah di antara mata goblin yang sedang berusaha
melarikan diri. Makhluk itu terjatuh kebelakang, ke
dalam benteng terbakar yang berusaha dia hindari.
“Dasar bodoh, empat.”
Tepat pada saat itu, terdengar suara hantaman
klang pada helmnya ketika sebuah batu terpantul
dari helmnya.
“Oh, tidak! Kamu nggak apa-apa?!” Priestess
berteriak.
“Jangan panik.” Dia menjawab dengan sebuah
gelengan kepala, sedikit kesal karena dia sudah
membuyarkkan konsentrasinya dengan berteriak.
Dia menjentikkan lidahnya, dan menemukan
goblin di tepi jurang memegang sebuah tali.
Sebuah ketapel dapat menjadi senjata yang
mematikan. Walaupun hanya seutas tali yang
melemparkan sebuah batu, tapi proyektil tersebut

147
dapat berjalan dengan kecepatan tinggi dan
mematikan. Dan hampir mustahil kehabisan
amunisi—fitur yang sangat di sukai Goblin Slayer.
Akan tetapi, walaupun para goblin mendapatkan
ketapel.....
“Akan sangat berpengaruh di dalam gua, tapi
nggak dengan jarak segini.”
Pertarungan jarak pendek di luar tempat yang
sempit, tenaga goblin yang lemah menjadi tidak
berguna. Mereka tidak memiliki koordinasi dalam
serangan jarak jauh, batu yang baru saja memantul
di helmnya hanyalah serangan keberuntungan.
Tapi, keadaan mungkin akan berbeda jika mereka
berdua adalah petualang yang terlalu percaya diri.
Tapi Goblin Slayer adalah orang yang teliti.
Dia menembakkan panah lainnya pada
arah pemegang ketapel, menembus pada
tenggorokannya. Dengan api yang membara, tidak
adanya pengelihatan malam membuat tidak ada
perbedaan.
“Lima.... mereka akan datang sebentar lagi.”
Sesuai prediksinya, gerombolan goblin berlari
dari arah masuk benteng, mencoba melarikan diri
dari benteng yang terbakar. Mereka membawa
anggur, mangsa mereka, dan barang jarahan
mereka, dan mereka saling mendorong satu sama
lain dengan usaha untuk keluar dari sana.

148
Dikala mereka berlari menyelamatkan diri dari
benteng ini, yang mereka cukup gemari, sepertinya
rasa takut mereka berubah menjadi rasa murka.
Wajah buruk mereka menunjukkan ekspresi yang
penuh dengan keinginan membunuh Goblin Slayer
dan Priestess, banyak niat-niat jahat yang terlintas
di pikiran mereka. Jika mereka berhasil keluar
dari bangunan ini, haruskah mereka membunuh
petualang itu? Memperkosanya?
Setiap goblin memiliki senjata di tangannya, dan
mereka semua melihat Priestess yang berdiri di
depan jalan masuk.
“O Ibunda Bumi yang penuh ampunan, dengan
kekuatanmu, berikanlah perlindungan pada kami
yang lemah”
Dan tiba-tiba, para goblin mendapati dirinya
menabrakkan kepalanya pada sebuah dinding yang
tidak terlihat. Sebuah dinding berkekuatan suci
telah memblokir jalan masuk dan menghalau goblin
yang ingin melarikan diri. Ibunda Bumi yang penuh
ampunan, telah melindungi pengikutnya yang taat
dengan keajaiban protection14.
“GORRRR?!”
“GAOORR?!”
Para goblin dengan cepat menjadi panik
ketika mereka menyadari bahwa mereka sudah
terperangkap. Mereka mencakar dan berteriak
14. Protection : Perlindungan

149
seraya menghajarkan pentungan dan tinju mereka
menuju dinding yang tidak terlihat dan tidak
dapat menghancurkannya. Asap dan api perlahan
melahap para goblin, hingga pada akhirnya mereka
lenyap dari pandangan.
“Aku dengar kamu sudah mendapatkan keajaiban
baru.” Kata Goblin Slayer sambil Menembakkan
panahnya kepada goblin yang berusaha melarikan
diri. “Enam, ini membuat pekerjaan kita jadi lebih
mudah.”
“Tapi... untuk menggunakan perlindungan
seperti ini....” Suara Priestess terdengar serak, tapi
itu bukanlah di karenakan menghirup asap yang
membakar para goblin. Dia telah mengunjungi
kuil selama beberapa hari untuk mempelajari
keajaiban baru. Protection adalah salah satu dari
dua keajaiban yang di berikan.
Tergantung dari kekuatan dan status, cleric
yang berkelana dunia mempunyai kemungkinan
mendapatkan keajaiban. Sepertinya keimanannya
lebih kuat dari yang dia kira. Priestess merasakan
pedih di hatinya setiap kali ibu kuil memuji hasil
kerja keras petualangannya.
....Tapi demi mendapatkan keajaiban baru, dia
akan menanggung beban latihan dengan keyakinan
bahwa itu akan membantu Goblin Slayer.
Dan inilah hasilnya sekarang.

150
Mengapa Ibunda Bumi memberiku keajaiban
ini...?
Dia menghela napas panjang penuh pilu.
“Kemungkinan ada pintu belakang atau sebuah
terowongan untuk melarikan diri, tetap siaga.”
“Gimana kamu bisa tau hal seperti itu?”
“Imajinasi adalah senjata.” Dengan perkataan
itu, Goblin Slayer menyiapkan panahnya lagi.
“Mereka yang tidak memilikinya adalah yang akan
pertama mati.”
“....Maksudmu, orang yang datang kesini
sebelumnya?”
“Itu benar.”
Benteng gunung terbakar.
Dengan itu, desa yang berada di kaki gunung
telah terselamatkan oleh ancaman goblin. Arwah-
arwah para petualang yang sudah tiada, dapat
kembali ke pelukan Dewa-dewa yang mereka
percayai.
Tubuh goblin terbakar, tubuh para petualang
terbakar, tubuh gadis desa yang di culik terbakar,
di iringi dengan asap yang melambung tinggi ke
angkasa.
“Kita harus mengontrol apinya. ketika apinya
mati, kita harus mencari goblin yang selamat dan
membunuhnya,” Goblin Slayer berkata sambil
menatap asap, tanpa emosi pada suaranya. ada

151
jeda.”...Bertingkah laku layaknya tingkatanku
terkadang....sangatlah sulit.”
Priestess melihatnya seakan-akan melihat
sesuatu yang menghancurkan hati, tidak mungkin
baginya untuk mengetahui ekspresi di balik helm
itu.
Hampir tidak di sadarinya, dia menggabungkan
kedua tangannya, berlutut, dan berdoa.
Udara panas dan asap menutupi udara dengan
langit hitam, sebuah hujan hitam telah turun. Dia
berdoa di tengah rintikan air hujan membasahi
jubahnya dengan abu.
Satu-satunya yang di inginkannya adalah
keselamatan.
Keselamatan dari apa dan siapa, dia tidak
mengetahuinya.
*****
“Raja goblin telah kehilangan kepalanya dengan
serangan kritikal di momen genting!”
Sang penyair memetik senar kecapinya.
“Api membara, baju besi Goblin Slayer berkilau
dalam kobaran api.”
Nada yang mengalun di jalanan pada sore hari,
orang-orang berhenti dan mendengarkan, tertarik
akan nada yang kuat namun melankolis.

152
“Dengan demikian, rencana jahat raja goblin telah
sirna, dan permaisuri cantik telah terselamatkan
oleh temannya.”
Tua dan muda, pria dan wanita, kaya dan
miskin, setiap orang yang berjalan berhenti untuk
mendengar kisah dari sang penyair. Kesuksesan
sang penyair tegantung oleh kemampuannya untuk
menceritakan kisah yang epik.
“Tapi dialah Goblin Slayer! Tidak memiliki
tempat, bersumpah untuk berkelana tanpa
seseorang disisinya.”
Seorang gadis muda yang duduk di depan
menghembuskan nafas hangat dan penuh harapan.
Sang penyair berusaha menahan senyum di bibirnya
dan melanjutkan.
“Ini hanyalah harapan kosong yang di temui
oleh permaisuri yang berterima kasih—kala dia
menyadari bahwa Goblin Slayer telah pergi, tanpa
menoleh kebelakang.”
Jreng jreng jreng.
“Terima kasih! Sekian cerita tentang benteng
gunung yang terbakar dari kisah Goblin Slayer
pahlawan perbatasan untuk malam ini.”
Para penonton yang berkumpul di jalan ibukota
membubarkan diri mereka dengan gumaman. Sang
penyair memberikan sebuah salam yang elegan
ketika sebuah koin memasuki topinya.

153
Seorang petualang tingkat silver yang tidak
pernah mengalami kekalahan dalam mengusir
para goblin. Bagi para desa yang tertimpa masalah
monster ini, bagi mereka dia adalah tingkat
platinum, yang datang dan pergi layaknya angin.
Kisah epik yang di ceritakan oleh penyair, yang di
dengar olehnya secara tak sengaja dari orang lain
sepertinya sangat di sukai orang-orang. Dan itu lah
yang terpenting.
“Pak...?”
Terkejut akan suara bening yang tiba-tiba, sang
penyair yang sedang mengambil koin di tanah
melihat ke atas. Para penonton sudah pergi, namun
ada satu yang masih tinggal dengan wajah yang
tertutup jubah.
“Petualang yang kamu ceritakan....apa dia
benar-benar ada?”
“Tentu saja dia ada.” Sang penyair
membusungkan dadanya.
Orang-orang mempercayai kisah yang di
sampaikan oleh para penyair dan penyanyi. Dia
tidak berani mengakui bahwa dia membuat-buat
lagu dari cerita yang secara tak sengaja dia dengar.
Dan lagi, pembunuh goblin misterius ini sudah
menghasilkan banyak uang untuknya. Jadi dia harus
berusaha mempertahankan reputasinya.

154
“Dia berada di kota yang berjarak dua sampai
tiga hari mengarah ke perbatasan barat.”
“Apa itu benar?” Dengan sebuah anggukkan
jubah yang menutupi kepalanya terlepas.
Tubuhnya yang luwes di selimuti oleh pakaian
pemburu. Sebuah busur besar mengangtung di
punggungnya. Dia langsing dan sangat cantik.
Sang penyair terpana—dan bukan hanya karena
kecantikkannya.
Dia terkejut oleh telingnya yang panjang.
“Orcbolg....” Dia berkata dengan nada yang
merdu namun juga aneh. Seorang elf petualang.

155
Ya, halo. Selamat datang di guild petualang!
Permohonan quest? Kalau begitu, silahkan...
Ap-apa? Sebuah wawancara? Um... Apa ini
resmi? Apa kamu yakin tidak apa-apa? Phew.
Ahem.
Guild petualang. Hee-hee, aku tahu apa yang
kamu pikirkan. Memang aneh untuk memiliki
sebuah agen tenaga kerja yang mempekerjakan
para kumpulan preman.
Pada kenyataannya, di saat awal sekali. Guild ini
bukanlah sebuah guild—melainkan hanya sebuah
bar tempat di mana petualang berkumpul. Raja di
saat itu memutuskan untuk memberi dukungan
kepada para pahlawan itu—yang nantinya akan
menjadi petualang platinum. Tapi di saat ini sudah
menjadi kantor yang resmi! Kamu tahu? Aku sudah
lulus segala macam tes uji coba untuk menjadi
resepsionis.
Wanita profesional... Hee-hee, rekan-
rekanku semuanya bertalenta, jadi aku tidak mau
menyombongkan diri. Tapi aku merasa beruntung

156
bisa mendapatkan pekerjaan ini.
Para petualang berusaha dengan keras
untuk bisa mendapatkan kepercayaan publik,
Karena kepercayaan itu akan membuat mereka
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pemberi
quest kami yang terhormat menilai kemampuanmu
berdasakan tingkatanmu, dan kamu tidak akan
pernah kekurangan uang.
Dan kemudian, kamu tahu, ada—kamu sudah
dengar ini kan?
Para tipe preman yang seperti “Aku sudah di
anugrahi senjata legendaris!” Atau “Dewa sendirilah
yang akan melindungiku!”. Mereka adalah orang
yang sulit di atur, mereka tidak mempunyai catatan
riwayat, dan kami tidak bisa merekomendasikan
orang seperti itu yang ingin melakukan apanpun
yang mereka mau kepada pelanggan kami. Ini adalah
hal yang tidak sama dengan melihat secarik kertas
yang berisikan angka-angka yang menunjukkan
seberapa kuatnya para preman ini.
Oleh karena itu, guild menetapkan tiga aturan
dasar untuk mengevaluasi membernya. Yaitu,
seberapa banyak mereka berbuat kebaikan
pada dunia, jumlah hadiah yang sudah mereka
kumpulkan, dan tes personalitas yang di lakukan
dengan wawancara secara langsung. Beberapa
menyebut jumlah keseluruhan itu sebagai

157
“experience points”.
Berikut adalah tampilan tingkatan kami, dimana
satu merupakan yang tertinggi dan sepuluh yang
terendah.
Platinum. Tingakatan ini sangatlah langka, hanya
beberapa orang dalam sejarah yang pernah meraih
tingkatan ini. Lebih baik tidak usah di pikirkan.
Gold
Silver
Copper. Tingkatan ini terdiri dari member-
member kami yang sangat berbakat, yang di nilai
dari kemampuan dan kepercayaan yang telah
mereka dapatkan. Mereka benar-benar hebat!
Ruby
Emerald
Sapphire ini merupakan tingakatan menegah,
tidak banyak yang dapat mencapai tingkat ini akhir-
akhir ini.
Steel
Obsidian
Porcelain. ini adalah tingakatan para pemula
kami, tingkatan dimana mereka merasa terlalu
percaya diri yang akan berakibat pada keselamatan
mereka.
Kamu dapat melihat dengan jelas perbedaan
antara tingkat bawah, menegah dan tingkat atas.
Sebut saja stik ukuran.

158
Apa? Ada kasus dimana quest tidak pernah
di ambil? Yah, hal seperti itu memang tidak
sepenuhnya salah.
Hal itu sering terjadi pada quest membasmi
goblin. Terdapat banyak sekali quest goblin, dan
biasanya pemohon quest tersebut berasal dari desa
petani, jadi..... Yah, quest ini tidak begitu populer.
Quest ini bisa menjadi sangat sulit, dan hadiahnya
pun rendah. Goblin benar-benar tidak ada habisnya
tahu?
Aku rasa kamu bisa bilang bahwa itu adalah
quest untuk pemula yang bagus, Tapi... Yah...
Oh, permisi ada seseorang yang datang, bisa kita
lanjutkan lagi ini nanti?
Ahem!
Ya, halo! Ada yang bisa saya bantu?
“Berikan aku goblin.”

159
“Orcbolg.” Seorang elf berkata. Suaranya yang
jernih seakan-akan melantunkan sebuah mantra.
Adalah sebelum tengah hari, para petualang
yang terlambat bangun pergi untuk melihat quest
yang masih tersedia. Keadaannya terlihat lebih
tenang di bandingkan dengan pagi hari, namun
aula guild tetaplah ramai, dan setiap pasang mata
memandang seorang elf.
“Oh, cuy... coba cek dia!” seorang warrior laki-
laki yang masih hijau bersiul menggoda.
“hey!” anggota partynya, seorang gadis cleric
marah.
“Maaf.” Kata Laki-laki itu dengan tersenyum,
akan tetapi matanya masih melirik mengarah elf.
Sulit untuk menyalahkannya, elf memiliki
kecantikan natural lain dari yang lain, tapi bahkan
di antara wanita elf, elf yang satu ini benar-benar
berbeda.
Umur tidaklah ada artinya bagi elf. Tapi jika di
lihat dari penampilan, dia bisa di anggap sebagai
tujuh belah atau delapan belas tahun. Dia langsing

160
dan tinggi, di selimuti oleh pakaian pemburu, dan
bergerak seindah rusa.
Sebuah busur besar yang menggantung di
punggungnya menunjukkan bahwa dia adalah
seorang ranger atau mungkin archer. Kalung yang
bergantung di sekitar lehernya berwarna silver.
“Dia seorang high elf... mereka adalah darah
keturunan para peri...”
“Telinga mereka lebih panjang di banding elf
lainnya...”
Seorang druid dan seorang gadis rhea
berbisik dengan seorang half-elf light warrior,
sedangkan party mereka lainnya, Heavy Warrior
memandangnya. Seorang scout muda yang
mendengar pembicaraan mereka berkata seolah-
olah tau “Tentu saja.”
Gadis Guild pernah berhadapan dengan high elf
sebelumnya dan Gadis Guild tidak gugup bertemu
dengannya. Tapi dia kebingungan oleh ucapan yang
di katakan high elf.
“Maaf bu, apa yang ibu maksud Oak, Seperti
pohon?”
Dia sudah terbiasa dengan orang-orang
yang mendatangi counternya hanya dengan
menyebutkan nama monster. Tapi ini adalah kata
yang belum pernah di dengarnya, akan tetapi,
ada lebih dari lima puluh ribu jenis monster (tidak

161
berlebihan!), jadi ada kemungkinan bahwa ini
adalah nama yang belum di ketahuinya.
Atau mungkin itu adalah nama elf ini? Bahasa elf
mempunyai ritme dari sebuah mantra atau lagu.
“Nggak, orc. Orcbolg.” Disaat high elf mengulang
perkataannya, dia memiringkan kepalanya seakan-
akan mengatakan mengerti? Dan dia menambahkan.
“Aneh....”
“Aku dengar dia ada disini.”
“Um, jadi, anda sedang mencari seorang
petualang?” Gadis Guild mempunyai banyak
bakat, tapi bahkan dia tidak bisa mengingat semua
nama lengkap para petualang. Dia berbalik untuk
mengambil sebuah kamus tebal yang ada di rak
belakangnya, kemudian dia mendengar.
“Idiot, inilah kenapa kalian telinga-panjang perlu
turun dari benteng tinggi yang kalian dirikan itu.”
Suara tersebut berasal dari seorang dwarf yang
pendek dan lebar berdiri di samping elf. Satu-
satunya yang terlihat dari balik meja counter Gadis
Guild adalah dahinya yang bersinar tanpa rambut.
Dia membelai jenggot putih panjangnya penuh
pikiran.
Pakaiannya terlihat bergaya ala timur yang
terlihat tidak biasa, pada pinggulnya, dia membawa
bermacam-macam barang. Gadis Guild dapat
memastikan bahwa dia adalah seorang pembaca

162
mantra—seorang Dwarf Shaman. Dia juga,
menggunakan kalung silver di lehernya.
“Tempat ini adalah milik orang-orang tinggi,” dia
berkata. “Akan terlihat bodoh jika kamu percaya
bahwa kata-kata dari telinga-panjangmu akan
berguna disini.”
“Oh, bodohnya aku. kalau begitu dengan
kecerdasaanmu aku perlu memanggilnya apa?”
High Elf mendengus dan mempunyai ekspresi yang
tidak terlihat seperti elf sama sekali.
Menjawab pertanyaannya, Dwarf Shaman
memutar jenggotnya dan berkata dengan bangga.
“Tentu saja Beardcutter!”
“Um, maaf pak, tidak ada nama seperti itu juga
disini.” Gadis Guild berkata mohon maaf.
“Apa, nggak ada sama sekali?!” dwarf berkata.
“Mohon maaf pak, tidak ada.”
High Elf menggelengkan kepalanya dengan lebay
diikuti dengan mengangkat bahu dan menghela.
“Kecerdasaan dwarf yang nggak bisa di harap,
keras kepala kayak batu, dan selalu percaya mereka
benar.”
“Sini kamu dan katakan lagi!” Dwarf berteriak.
Dia mungkin akan mulai perkelahian, jika saja tubuh
High Elf tidak dua kali lipat tingginya dari dia. Dia
bahkan tidak bisa mencapainya walaupun dia
melompat. Sang elf pun tersenyum sombong.

163
Dwarf mengeratkan giginya. Dan tiba-tiba, dia
teringat akan sesuatu dan senyum tak di duga
muncul di wajahnya.
“...Heh. dasar elf... hati sekeras papan, dan sama
ratanya. Pantas saja”
“Apa?!” kali ini giliran wajah elf yang terlihat
merah. Dia melotot ke arah dwarf dan tanpa di
sadarinya berusaha menutupi dadanya.
“It-itu g ada hubungannya sama sekali! Lu-lucu
mendengar itu semua dari dwarf yang dimana
semua anak perempuanya kayak gentung!”
“Itu namanya montok telinga-panjang, dan itu
lebih baik dari papan!”
Suara mereka semakin menyaring.
Permusuhan di antara bangsa dwarf dan bangsa
elf sudah terjadi sejak dahulu kala. Tidak ada yang
tahu secara pasti apa yang memulainya—bahkan
para elf yang tidak mempunyai umurpun tidak
yakin. Mungkin di karenakan oleh perdebatan kuno
: para elf menghormati pepohonan dan membenci
api, sedangkan dwarf menebang pepohonnan
untuk membuat api.
Apapun sumber dari kebencian ini, bukanlah
mereka berdua yang akan menyelesaikannya. Di
saat mereka berdua berdiri berdebat di depan Gadis
Guild, yang terlihat tersenyum pasrah di wajahnya.
“Um, ayo—ayo semuanya berbaikan, oke...?”

164
“Permisi, kalian berdua, jika kalian ingin
bertengkar, tolong lakukan di tempat lain dan jangan
libatkan kami.” Sebuah bayangan tinggi terlihat
di belakang mereka, menghentikan perdebatan
mereka.
Seorang Lizardman berdiri di antara mereka,
tubuh tertutupi oleh sisik, mendesis napas yang
sedikit bau. Bahkan Gadis Guild hampir berteriak
“yikes...” ketika melihatnya.
Gadis Guild tidak pernah melihat baju tradisonal
yang dia kenakan. Di sekitar lehernya terdapat
kalung tingkat silver dan beberapa jimat.
Lizard Priest menggabungkan kedua tangannya
dengan gerakan yang tidak biasa dan menundukkan
kepalanya kepada Gadis Guild. “Mohon maaf.
sepertinya rekan saya sudah merepotkan anda.”
“Oh, ti-tidak sama sekali! Semua petualang kami
memang penuh dengan semangat seperti ini, sa-
saya sudah terbiasa!”
Walaupun begitu, grup yang ada di depannya
bukanlah pemandangan yang biasa. Dan bukan
hanya karena mereka berbeda bangsa.
High elf sangat langka, namun bukan berarti
cerita orang-orang muda penghuni hutan ini
berpetualang untuk memuaskan rasa keingintahuan
mereka pada dunia tidak pernah terdengar. Dwarf
lebih mirip manusia akan kecintaannya pada harta

165
karun dan hal lainnya. Dan terkadang mereka sering
menjadi petualang. Dan walaupun lizardman sering
di anggap saudara para monster, namun beberapa
dari suku mereka sangatlah bersahabat. Dan jarang
sekali mereka menjadi petualang.
Tapi mereka bertiga sekaligus—dan mereka
semua tingkat silver. Dari tiga petualang dengan
latar belakang yang berbeda untuk membentuk
party bersama, adalah sesuatu yang Gadis Guild
tidak pernah lihat sebelumnya.
“Um...” Gadis Guild melihat elf dan dwarf, yang
perdebatannya belum terselesaikan. Dan melihat
lizardman yang jika dilihat dari luar, seolah-olah
akan menunjukkan taringnya dan menerjang kearah
Gadis Guild.
“Jadi... Siapa yang sedang anda cari pak?”
walaupun begitu, dia terlihat seperti yang paling
mudah di ajak bicara di banding dua rekannya.
“Hmmm. Sayangnya, saya kurang paham akan
lidah para manusia...”
Gadis Guild mengangguk.
“Orcbolg dan Beardcutter adalah yang kalian
sebut dengan nama panggilan. Dalam lidah
kalian, mungkin anda akan menyebutnya...” Dia
mengangguk yakin, dan seperti yang Gadis Guild
duga, lizardman berkata. “....Goblin Slayer.”

166
“Oh!” Wajahnya ceria, dia menepuk tangannya
sebelum dia sadar apa yang di lakukannya. dia
menahan rasa ingin berteriak senang.
Petualang lain datang kemari hanya untuk
mencarinya, reputasinya sudah menyebar.
Aku tidak bisa membiarkan kesempatan ini
begitu saja, demi dia!
“Saya mengenalnya dengan baik pak!”
“Ah, anda mengenalnya?” mata Lizardman
melebar dan lidahnya menjulur keluar mulut, yang
sepertinya itu adalah senyum bagi lizardman. Gadis
Guild tidak tersentak pada ekspresi lizardman yang
terlihat mengerikan baginya.
“Oh, apa anda ingin minum teh?”
“Saya tidak ingin merepotkan anda.” Dia
memanggil rekannya. “Kalian berdua, sepertinya
orang yang kita cari memang ada disini.”
“Lihat, sudah kubilang kan?”
“Ah, tapi kamu tidak bisa menanyakannya kan
bocah?”
“Kamu juga sama aja kan?.”
“Apa?!”
Lizardman mengeluarkan desisan, elf dan dwarf
saling melotot tanpa berkata.
“Baiklah kalau begitu. nyonyaku gadis guild, di
mana tuanku Goblin Slayer berada?”
“Um... dia sedang pergi berburu goblin sekitar

167
tiga hari yang lalu.”
“Oh, jadi begitu, tentu saja.”
“Saya rasa dia akan kembali sebentar lagi, pak.”
Gadis Guild melihat penuh harap ke arah pintu aula
guild. Gadis Guild khawatir akan keselamatannya,
tentu saja, tapi percaya bahwa dia akan kembali.
Itu karena, dia tidak akan pernah di kalahkan
oleh para goblin.
“Itu dia!” Gadis Guild berteriak, seketika lonceng
di atas pintu berbunyi, dan dua petualang masuk.
Lizardman, dwarf dan elf, semua menoleh ke
arah pintu.... Dan tak bisa berkata-kata.
Seorang gadis cantik dengan jubah sucinya
berdiri disana, sebuah tongkat di genggam di
tangannya. Sempurna.
Permasalahannya adalah pria yang berjalan
di depannya. Dia menggunakan armor kulit yang
kotor dan sebuah helm baja dan membawa sebuah
pedang yang terlihat terlalu panjang untuk di
gunakan, dengan sebuah perisai bundar kecil. Dia
terlihat menyedihkan. Bahkan para pemula lainnya
di quest pertamanya memiliki perlengkapan yang
lebih bagus.
Dia berjalan tanpa henti mengarah meja counter,
Priestess dengan buru-buru mengikutinya. Namun
ketika dia melambatkan langkahnya, barulah
Priestess dapat berdiri di sampingnya.

168
“Selamat datang kembali, Goblin Slayerku.
Kalian berdua terlihat baik-baik saja.” Gadis Guild
memberikan lambaian, kepangnya ikut berayun.
“Kami menyelesaikan pekerjaannya dengan
aman.”
“Ya, kurang lebih.”
Di banding Goblin Slayer ketika melaporkan
questnya dengan tenang, Priestess terlihat lelah.
Dia tersenyum dengan tegar, tapi.... Gadis Guild
mengangguk. Gadis Guild mengetahui, Goblin
Slayer mengambil quest setiap siang dan setiap
malam, mengikutinya pastilah melelahkan.
“Baiklah, pemberian detailnya bisa nanti saja.
Tidak harus sekarang.”
“Oh?”
“Ya, ada beberapa tamu yang ingin bertemu
dengamu, pak Goblin Slayer.”
Dia menoleh mengarah ke sebuah party yang
ada di sampingnya seolah-olah baru menyadarinya
: seorang High Elf Archer, Dwarf spell caster, Lizard
priest.
Priestess berteriak kecil terkejut, dan dengan
cepat menutup mulutnya.
“Apa kamu goblin?”
“Menurutmu?!” High Elf Archer memberikannya
tatapan mencurigakan, seolah-olah tidak percaya
apa yang di dengarnya. Namun Goblin Slayer hanya

169
menjawab. “Begitu.”
“Jadi, kamu Orcbolg? Kamu nggak kelihatan
seperti itu....”
“Karena itu bukan aku, aku nggak pernah di
panggil dengan nama itu.”
Terlihat ekspresi kaget pada wajah elf, sementara
dwarf membelai jenggotnya dan tertawa terbahak-
bahak. Sedangkan Lizard Priest yang terlihat sedikit
terganggu, sepertinya sudah terbiasa dengan
mereka berdua. Dia mengabungkan tangannya
dengan gerakan aneh, dan menundukkan kepalanya
perlahan kepada Goblin Slayer.
“Kami pengunjung yang rendah hati, mempunyai
sebuah urusan dengan tuanku Goblin Slayer. bisakah
kami meminta anda untuk sedikit meluangkan
waktu anda bersama kami?”
“Baiklah.”
“Jika kalian ingin melakukan sebuah meeting,
kami memiliki ruangan di atas....” Lizardman
membuat gerakan berterima kasih pada saran yang
di berikan Gadis Guild.
“Kalau begitu, ayo kita pergi.”
Priestess yang hanya berdiri dia mendengarkan
percakapan mereka sekarang berkata dengan
sedikit gugup kepada Goblin Slayer yang akan pergi.
“U-umm, a-apa aku....? Apa aku perlu ikut?”

170
Goblin Slayer memperhatikan tubuhnya
Priestess dari atas sampai bawah, kemudian dia
menggelengkan kepala.
“Kamu istirahat.”
Priestess memberikan anggukkan.
Dan tanpa melihat untuk kedua kalinya, Goblin
Slayer melangkah dengan tenang menaiki tangga.
“Jangan khawatir, dia akan kembali padamu
secara utuh.” High Elf Archer sedikit menunduk
memberi salam seraya melewati Priestess. Dwarf
dan Lizadrman mengikutinya.
Priestess berdiri disana, sendirian.
*****
“Haaaaah...”
Sendirian, Priestess duduk di sebuah kursi di
sudut ruang yang sepertinya selalu di siapkan untuk
Goblin Slayer. Tangannya mengelilingi secangkir teh
yang di bawakan oleh Gadis Guild.
Goblin Slayer mungkin hanyalah ingin yang
terbaik untuknya. Dia menaikkan cangkir itu ke
bibirnya.
“Ahhh....” dia mendesah seketika cairan hangat
itu menyebar keseluruh tubuhnya. Priestess
menyadari bahwa ini adalah efek dari stamina
potion.
Sangat baik sekali bagi Gadis Guild untuk
menambahkan ini pada tehnya. Efeknya terasa
171
sangat bermanfaat pada tubuhnya yang lelah.
Apakah aku menghambatnya?
Dia adalah tingkat silver, sedangkan Priestess
hanyalah porcelain. Walaupun dengan perbedaan
ini, Priestess tidaklah menganggap dirinya sebagai
beban baginya, tapi tetap saja....
Priestess mengusap matanya, kelopak matanya
terasa berat.
Dia dapat mendengar keriuhan orang berbicara
di sekeliling aula guild. Aula guild selalu ramai
seperti biasanya. Ada sesuatu yang dia dengar dari
balik keriuhan itu, namun dia tidak mendengarnya
dengan jelas. Dia menguap.
“Hey! Hey kamu.”
“A-ap—?” ketika dia mendengar untuk kedua
kalinya, Priestess terbangun, dan dengan cepat
meluruskan badannya.
Berdiri di depannya adalah seorang laki-laki
muda yang terlihat gugup—dan juga tingkat
porcelain.
Dia adalah Warrior pemula yang pernah di lihat
Priestess sebelumnya, berdiri disampingnya adalah
seorang Gadis Cleric, mengantung di lehernya
sebuah timbangan dan pedang, simbol dari
Supreme God yang bertanggung jawab atas hukum
dan keadilan.

172
“Kamu... Maksudku kamu gadis yang bekerja
sama dengannya kan?”
“Dengan... siapa?”
“Itu loh, pria yang selalu memakai helm
kotornya?” Gadis Cleric berkata dengan nada tinggi.
“Oh.” Priestess berkata di saat kebingungannya
sirna. “ Maksudmu pak Goblin Slayer?”
“Yeah, itu dia! Hey...” Warrior tiba-tiba
memelankan suaranya dan melihat sekeliling
dengan hati-hati. “Kamu tingkat porcelain juga.
Gimana kalau ikut dengan kami saja?”
Priestess menahan napasnya, terdiam. Sebuah
gelombang emosi murka bergerumuh di hatinya
seakan-akan membelah hatinya menjadi dua.
Dia mengepalkan tangannya dan menahan rasa
ingin marah. Dan menggelengkan kepalanya.
“Nggak. Terima kasih, tapi nggak.”
“Tapi dia itu orang aneh! Tingkat silver macam
mana yang cuma berburu goblin?” Warrior bertanya
dengan mengkerutkan dahinya. Setiap tingkat silver
harusnya beburu sesuatu yang lebih besar.
“Yeah.” Kata Cleric sambil memerhatikan
sekeliling ruangan khawatir. “Dan melibatkan
seorang pemula juga. kamu tau nggak, orang lain
mengira kamu itu tawanan dia?” kamu baik-baik
saja?

173
“Aku bahkan dengar bahwa alasan dia berburu
goblin itu adalah sesuatu yang....aneh. tau apa
maksudku kan?”
“Sebentar dulu, itu bukan—!” Secara refleks
priestess naik pitam.
“Sudah, sudah. Jangan, mengganggu.” Kumpulan
emosi mereka di redamkan oleh suara yang lembut
dan manis, yang tiba-tiba terdengar. Sejak kapan dia
ada disana? Sudah berapa lama dia disana? Witch
dengan tubuhnya yang sensual, sebuah kalung silver
bergantung di lehernya, berdiri di samping mereka.
“Ta-tapi, kami nggak—”
“itu, sudah, cukup. Pergi, kesana, oke?”
Warrior terlihat seperti akan berdebat dengan
Witch, namun Cleric menarik lengan bajunya dan
pergi.
Witch memberikan Priestess sebuah tampak
bersahabat, dan berkata dengan senyum. “Biar,
aku, yang, tangani, mereka, oke?”
Hanya itu yang dilakukannya. Warrior dan Cleric
berkata. “Ayo pergi dari sini!” Secara bersamaan.
Dan dengan wajah cemas Priestess, mereka pergi.
Priestess duduk di kursi, secangkir teh
ditangannya. Witch menyelinap duduk di
sampingnya, memenuhin kursi.
“Jadi, kamu, gadis, yang, ikut, dengannya, ya?”

174
“Oh, ya bu. Aku di berikan kehormatan untuk
menemaninya.” Priestess mengangguk yakin,
berusaha membenarkan posisi tangan dan
cangkirnya di lututnya.
“Menemani, eh?” Witch berkata penuh
arti. Priestess terlihat kebingungan, Witch
menghiraukannya. “itu, pasti, cukup, sulit, dia,
tidak, banyak, memperhatikan, iya, kan....?”
Priestess terlihat kebingungan lagi. “Um, aku...
dia...”
“Dan, lagi, kamu, juga, terlihat, tidak, baik.”
Priestess melakukan gerakan memohon maaf
dengan malu. Witch memerhatikannya dengan
lembut. Dia mengeluarkan sebuah pipa besi panjang
dan meletakkan sebuah daun ke dalamnya dengan
tanganya yang elegan.
“Bolehkah? ...Inflammarae.” Tanpa menunggu
jawaban, Witch membakar pipa itu dengan jarinya.
Sebuah asap merah muda yang wangi keluar dari
pipa itu.
“Aku, tahu, buang-buang, tenaga, saja, kan?
Witch tertawa spontan pada Priestess yang
terbengong. “Dan, kamu.... Berapa, banyak,
keajaiban, yang, dapat, kamu, gunakan...?
“Um, aku punya dua akhir-akhir ini, sekarang
empat. Tapi aku hanya bisa berdoa sebanyak tiga
kali saja...”

175
“Tingkat, porcelain, dengan, empat, keajaiban.
Wah, kamu, cukup, berbakat.”
“Oh, te-terima kasih.” Priestess menundukkan
kepalanya, membuat tubuhnya yang kecil terlihat
menjadi lebih kecil. Senyum Witch tidak bergeming.
“Kamu, tau, dia, pernah, meminta, sebuah,
permintaan, yang, aneh, kepadaku, juga.”
“Apa...?” Priestess menaikkan kepalanya melihat
wajah Witch.
Witch mengangkat kepalanya dengan memikat.
“Aku, tau, apa, yang, kamu, pikirkan.” Kata Witch
menggoda.
“Ng-nggak, aku nggak...!”
“Dia, ingin, meminta, pertolongan, kecil,
dengan, sebuah, scroll. Jadi, aku, tau, seberapa,
sulit, untuk.... menemaninya”
“Nggak,aku...dia... Yah, sedikit. Dia tingkat silver
sih.” Dia terlihat lelah. ketika kepalanya menunduk,
dia menyadari bahwa cangkir itu masih ada di
tangannya. Melihat dasar cangkir dari balik air
berwarna coklat yang tembus pandang itu. Sebuah
kalimat sepertinya akan mengalir layaknya sebuah
air dari mulutnya :
“A-aku bahkan hampir nggak bisa mengikutinya...
dan a-aku hanyalah beban baginya...”
“Dan, dia, juga, jago, dengan, apa, yang, di,
kerjakannya, kan?” Witch bernapas dalam, dan

176
menghembuskan sebuah asap bulat. Asap itu
mengapung perlahan mengarah Priestess dan
terpencar ketika bersentuhan dengan pipi Priestess.
Priestess terbatuk-batuk. Witch memohon maaf
dengan tertawa.
“Itulah, yang, di, dapatnya, dari, tahun, demi,
tahun, berburu, goblin, tanpa, istirahat.” Dia
berada pada liga yang berbeda dengan seorang
gadis tingkat porcelain. Witch memutar pipanya
penuh pikiran. “Membasmi, goblin, memang,
membawa, dampak, baik, di, dunia, disbanding,
dengan, seseorang, yang, hanya, berburu, mangsa,
besar... tapi, tidaklah, ahli, dalam, hal, itu.” Pipanya
menunjukkan beberapa petualang yang berkumpul
di sekitar aula guild.
Di suatu tempat pada aula guild, telinga
spearman memanas, Witch menyipitkan matanya
dan melihat ke arah keramaian.
“Tapi, itu, bukan, berarti, terlalu, terpaku,
kepada, goblin, bisa, di, bilang....sehat.”
Priestess diam.
“Sebagai, contoh, di, ibukota, para, demon,
tidak, ada, habisnya. Monster, ada, di, segala,
penjuru, di, dunia.”
Yang tentu saja, jika bukan karena keberadaan
petualang yang ada di mana-mana, tidak peduli
seberapa banyaknya reruntuhan yang di tinggalkan.

177
Tapi dengan ancaman yang terus bermunculan
dari segala penjuru, pasukan militer saja tidak akan
sanggup menanganinya. Peran mereka adalah untuk
menangani negara tetangga, atau Dark God atau
necromancer. Goblin tentu saja sebuah ancaman,
tapi mereka bukanlah yang satu-satunya.
“Jika, kamu, mau, untuk... Menolong, seseorang,
kamu, bisa, melakukannya. Bahkan, dengan, dua,
anak, kecil, yang, sebelumnya, sebagai, contohnya.”
“Itu—a-aku bisa...tapi.” Priestess menjadi
gelisah kembali. Dia mencondongkan tubuhnya
kedepan di kursinya, namun tidak ada suara yang
dapat keluar dari bibirnya. Yang akhirnya membuat
dia bergumam yang tidak jelas.
“Hee-hee.. ada, begitu, banyak, jalan, benar?
Dan, tidak, ada, kepastian, memang, sangat,
sulit...” Dia menepuk kepala Priestess yang sedang
menggerutu. “Maafkan, aku.” Priestess menyadari
bahwa aroma wangi asap tersebut sangat
menenangkan jiwa.
“Paling, tidak... Jika, kamu, ingin, menemaninya,
biarkanlah, itu, menjadi, keputusanmu, sendiri. ”
Jika kamu memaafkan perkataanku.
Dengan itu, Witch berdiri dengan gerakannya
yang anggun seperti saat dia duduk
“Oh..”

178
“Sampai, jumpa, lagi. Aku, percaya, bahwa,
kamu, punya, sebuah, kencan—maafkan aku,
petualangan—dengannya.” Dan dengan lambaian
tangan kecil, dia berjalan. Pinggul bergoyang, dan
hilang di keramaian.
“Keputusanku sendiri...”
Sendiri lagi, priestess menggenggam lembut
cangkir yang ada di tangannya.
Kehangatan yang dia rasakan sebelumnya sudah
hilang.
*****
Seketika mereka memasuki ruangan, sang
Elf dengan segera melepaskan busurnya dari
pundaknya, dan bertanya. “Jadi, apa kamu benar
tingkat silver?”
Kursi di ruangan ini di selimuti oleh kain
berwarna perunggu, yang mengelilingi sebuah meja
yang telah di gosok mengkilat. Rak-raknya terdiri
dari tengkorak monster, taring, dan penghargaan
para petualang.
“Itu menurut guild.” Amor dan helm kotor
Goblin Slayer sama sekali tidak mencerminkan
tingkatannya. Dia duduk di kursi dengan keras.
“Jujur saja, aku nggak percaya.” Elf berkata.
Dia duduk di seberang Goblin Slayer dengan jarak
yang cukup dekat dan menggelengkan kepalanya.
“Maksudku, coba lihat dirimu sendiri. Aku pernah
179
melihat serangga yang lebih mengintimidasi di
banding kamu.”
“Jangan bodoh telinga panjang!” sang Dwarf,
dengan senang hati duduk bersila di lantai, dan
tertawa mengejek. Walaupun manusia sudah
berusaha untuk bersikap sopan kepada bangsa lain,
namun kursi mereka terlalu besar untuk dwarf dan
rhea. “ Sebelum mereka di asah, permata dan metal
yang berharga semua terlihat seperti batu. Nggak
ada dwarf yang akan menilai sesuatu hanya dari
tampilannya saja.”
“Oh, yang benar?”
“Ya, benar! Armor kulit untuk memudahkan
pergerakan. Baju besi untuk menghentikan pisau
dalam kegelapan,” Dwarf Shaman mencoba
menilai Goblin Slayer dengan tatapannya, seakan-
akan itu adalah kewajibannya. Jika berhubungan
dengan senjata atau perlengkapan, bahkan anak
kecil dwarf pun lebih banyak tahu di bandingkan
dengan penjaga toko yang sudah bepengalaman.
“...Helmnya, juga sama. Sebuah pedang dan perisai
kecil, mudah di gunakan di tempat yang sempit.”
Goblin Slayer tidak berkata apapun.
Elf memperhatikan Goblin Slayer penuh curiga.
“Paling tidak dia bisa mencari equipment lain
yang lebih keren.”

180
“Item yang bersih berbau metal.” Goblin Slayer
berkata. Sebuah nada tidak senang terdengar di
suaranya. Goblin memiliki penciuman yang baik.
“Ya tuhan. Kalian penghuni hutan begitu
mencintai busur kalian, kalian nggak akan pernah
menyadari jika sebuah pedang menusuk leher
kalian.”
“Ergh...” elf mengeratkan giginya mendengar
celotehan dwarf. Perkataan dwarf memang keras,
tapi dia tidak salah. Berburu adalah hal yang natural
bagi elf layaknya bernapas. Archer ini, sebenarnya
mengetahui sedikit banyak tentang menyamarkan
bau. Tapi dia termasuk sangat muda di antara elf
lainnya, dan baru saja meninggalkan rumahnya
akhir-akhir ini. Beberapa tahun yang telah dia jalani
di dunia yang luas ini hanyalah sekejap saja bagi elf.
Dia masih kurang pengalaman.
Sang dwarf membelai jenggotnya dengan wajah
penuh percaya diri. “Hidupku ini sudah lebih panjang
darimu telinga panjang. Kenapa kamu nggak coba
belajar sedikit dari orang yang lebih tua?”
“Hmph.” Elf menyipitkan matanya, layaknya
seekor kucing yang mengincar tikus.
“Umurku dua ribu tahun,” katanya. “berapa
umurmu kamu bilang?”

181
Dwarf tidak mengatakan apapun dalam jeda
yang cukup panjang, dan akhirnya. “Seratus tujuh
tahun.”
“Ohohoho.... Ya ampun.” Elf tersenyum
mengejek, Dwarf membelai jenggotnya merasa
malu.
Perdebatan ini terlihat akan berlangsung cukup
lama, dan ketika Goblin Slayer berpikir untuk
meninggalkan mereka, Lizard Priest memberikan
sebuah lambaian menyudahi.
“Kalian berdua, hentikan pembicaraan mengenai
keunikkan kalian. Kalian mempermalukan mereka
yang tidak dapat mengukur hidupnya dalam abad.”
Dia bersandar pada sebuah dinding. Lizardman tidak
duduk di kursi manusia, itu karena, ekor mereka
akan menghalangi.
“Sekarang, kalian mau apa dariku? Sebuah
quest?” Goblin Slayer selalu blak-blakan seperti
biasanya.
“Ya, begini.” Elf berkata. Wajahnya menjadi
muram. “Aku yakin kamu tau bahwa jumlah demon
yang ada di sekitar ibu kota semakin bertambah....”
“Nggak, aku nggak tau.”
“Ini merupakan sebuah tanda kebangkitan
roh jahat semakin mendekat. Mereka ingin
menggunakan sebuah pasukan demon untuk
menghancurkan dunia!”

182
“Begitu.”
“....Dan kami berharap, dengan bantuanmu....”
“Cari orang lain.” Dia berkata terus terang.
“Kalau bukan goblin, aku nggak peduli.”
Wajah elf menegang. “Apa kamu ngerti apa
yang aku ucapkan?” dia bertanya dengan emosi
kemarahan yang terdengar di suaranya. Telinga
panjangnya yang berbentuk seperti daun bergetar.
“Sebuah pasukan demon sedang datang, dan kita
sedang membicarakan nasib dunia!”
“Ya, aku mendengarmu.”
“kalau begitu, kenapa—?”
“Sebelum dunia berakhir, para goblin akan
mengakhiri lebih banyak desa.” Goblin Slayer
berkata dengan suaranya yang terdengar mekanikal.
Seakan-akan ingin berkata. Inilah segalaku, inilah
tujuanku. “Kita tidak bisa menghiraukan goblin
hanya karena dunia sedang dalam bahaya.”
“Gimana kamu—?!” Elf menendang sebuah
kursi, Wajahnya yang putih menjadi merah marah.
Dia menyondongkan tubuhnya di atas meja untuk
mencengkram armor goblin slayer. Dwarf lah yang
menghentikkan Elf.
“Tunggu dulu telinga panjang, pikirkan dampak
dari apa yang akan kamu lakukan.”
“Apa maksudmu, dwarf?”

183
“Kita nggak bisa datang kesini dan seenaknya
memintanya untuk melakukan sesuatu. Seorang
platinum mungkin saja bisa, tapi kita nggak.”
“Y—yah, ya, tapi...”
“Nggak ada tapi-tapian, tenangkan dirimu. Mari
kita berbicara dengan santun.” Dia menegur Elf
dengan sebuah lambaian tangan kecilnya.
“.....Baiklah.” kata Elf jengkel. Dan kembali
duduk di kursinya. Melihat ini dan melihat itu,
Goblin Slayer sepertinya tidak merasa terganggu
oleh kejadian ini. Dwarf tertawa lega.
“Dia memang muda, tapi dia memanglah
Beardcutter! Pendiriannya sekeras batu.”
“Kalau begitu,” Lizard Priest berkata. “Kalian
tidak keberatan jika saya menawarkan quest ini
kepadanya?”
“Nggak ada masalah buatku.” Dwarf berkata
sambil membelai jenggotnya. “Lebih baik dia
daripada seorang pengecut.”
“Tuanku Goblin Slayer, mohon jangan
berprasangka buruk terhadap kami. Kami datang
kemari, memang bermaksud meminta bantuan
anda untuk membasmi para iblis kecil itu.”
“Jadi begitu, jadi kalian sedang membicarakan
goblin.” Goblin Slayer berkata. “Kalau begitu, aku
menerimanya.”
Hening.

184
“Dimana mereka? Ada berapa jumlah mereka?”
High Elf Archer terlihat sedikit tercengang, mata
Lizard Priest melebar, Dwarf tertawa terbahak-
bahak.
“Hahaha.. kenapa terburu-buru seperti itu
bocah? Apa kamu nggak ingin dengar kelanjutan
cerita Scaly15?”
“Tentu saja.” Goblin Slayer mengangguk tegas.
“Informasi sangatlah penting. Aku perlu tau ukuran
sarang mereka, apakah ada shaman? Bagaimana
dengan hob?”
“Saya mengira anda akan bertanya mengenai
hadiah terlebih dahulu.” Lizard Priest berkata.
Lidahnya menjulur keluar dan menyentuh hidungnya.
Itu terlihat seperti berusaha menyembunyikan
wajahnya malu. “.....Untuk memulainya, seperti
yang telah di terangkan sebelumnya oleh rekan
saya yang rendah hati, ada sebuah pasukan demon
yang siap menyerang.”
Hening.
“Salah satu dari Demon Lord yang tersegel, kini
telah bangkit dan berusaha untuk menghancurkan
kita semua....”
“Nggak tertarik.” Goblin Slayer berkata. “Hal
yang sama terjadi sepuluh tahun yang lalu.”

15. Scaly yang dimaksud disini adalah lizardman

185
“Hmm, saya juga awalnya berpikir bahwa ini
tidak ada sangkut pautnya dengan saya.” Lizardman
memutar matanya muram.
Bermacam variasi ekspresi dapat terlihat di
wajah Elf di saat mereka berdua sedang berbicara.
Ini orang sulit di percaya. Elf memandang dengan
marah kepada Goblin Slayer, namun wajah dan
ekspresinya tersembunyi di balik helmnya.
“Oleh karena itu, pemimpin kepala suku kami,
semua raja para manusia, dan pemimpin para elf
dan dwarf mengadakan konfrensi.”
“Rhea kurang cocok untuk sebuah pertarungan,
karena itu tidak ada rhea di antara kami—akan
tetapi, kamilah perwakilan yang mereka kirimkan.”
Dwarf berkata dengan bangga sambil menepuk
perutnya. “Karena kami petualang, kami melakukan
ini semua demi dunia dan tingkatan kami sebagai
hadiahnya!”
“Sepertinya kita akan menuju ke sebuah
pertempuran besar.” Walaupun kamu tidak peduli.
Elf sepertinya sudah menyerah.
Dwarf melanjutkan, membelai jenggotnya.
“Masalahnya adalah, makhluk-makhluk kecil busuk
itu mulai semakin aktif di lahan para elf akhir-akhir
ini.”
“Apa ada champion atau lord yang muncul?”
Goblin Slayer bertanya.

186
Dwarf menjawab. “Mungkin.”
Telinga elf bergerak ketika mendengar sebuah
kata yang asing baginya. “Champion? Lord? Apa
itu?”
“Pahlawan para goblin. Raja para goblin. Anggap
saja mereka adalah tingkat platinum para goblin.”
Goblin Slayer melipat tangannya, di ikuti dengan
“Hmmm.” Panjang. Dia terlihat sangat serius. Elf
mengira bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.
Setelah jeda panjang, dia berkata.
“ Informasinya belum cukup, Lanjutkan.”
“Berdasakan investigasi kami, kami menemukan
sebuah sarang yang sangat besar.... tapi, anda pasti
tahu, politik....”
“Pasukan militer nggak mau bergerak hanya
karena goblin. Sudah biasa.” Menebak pikiran
lizardman, Goblin Slayer seperti bertanya dan ingin
memastikan pada saat yang bersamaan.
“Raja para manusia melihat kami sebagai sekutu,
tapi tidak sederajat dengan mereka.” Elf berkata,
pundaknya tegang. “Kalau kami membawa pasukan
kami kemari, mereka akan berpikir bahwa kami
sedang merencanakan sesuatu.”
“Karena itulah party petualang ini di bentuk...
Tapi hanya kami saja tidak akan sanggup untuk
menangani semuanya.”

187
“Jadi, Orcbolg.... Di antara semua yang ada, kami
memilihmu.”
“Pemilihan kata-kata telinga panjang ini
memang sesuatu sekali.” Dwarf berkata dengan
tawa kecil. Elf melotot kepadanya, namun dengan
cepat melihat ke arah lain.
“Kalian punya peta?” Goblin Slayer berkata
dengan tenang.
“Ini.” Lizardman mengambil sebuah gulungan
peta dari lengan bajunya, dan memberikkannya
kepada Goblin Slayer. Goblin Slayer membuka
gulungan itu dengan tangannya yang kasar. Peta itu
di gambar dengan menggunakan sebuah pewarna
di atas kulit pohon. Tampilan yang abstrak namun
terperinci ini adalah pemetaan bangsa elf yang khas.
Peta itu menggambarkan sebuah lahan yang
tandus dengan bangunan yang terlihat kuno. Goblin
Slayer menujuk pada struktur itu.
“Reruntuhan?”
“Mungkin.”
“Jumlah?”
“Yang kami ketahui hanyalah sarangnya yang
sangat besar.”
“Aku akan langsung berangkat. Bayar aku sesuka
kalian.” Goblin Slayer mengangguk, menggulung
peta itu dengan santai, dan berdiri. Memasukkan
petanya, kemudian melakukkan pengecekan cepat

188
terhadap perlengkapannya dan kemudian berjalan
menuju pintu.
Elf menjadi gelisah. “Tu-tunggu dulu!” Telinganya
berkedut, dan menyondongkan tubuhnya di atas
meja sepeti sebelumnya. “Kamu terdengar seperti
bakal pergi kesana sendirian.”
“Memang.”
Elf mengkerutkan dahinya dan berpikir. Kamu ini
bercanda ya?
Lizardman mengeluarkan suara yang menarik.
“Ini hanyalah berdasarkan pengamatan saya yang
rendah hati, tapi apakah pendeta Ibunda Bumi itu
adalah anggota party anda tuanku Goblin Slayer?”
“Apa kamu mau melawan mereka sendirian?”
Elf berkata. “Apa kamu gila?”
Goblin Slayer berhenti melangkah dan
menghembuskan nafas pelan. “Ya.”
Dan tanpa mengucapkan kata lain, dia berjalan
keluar ruangan meeting.
Pertanyaan mana yang dia jawab, mereka tidak
mengetahuinya.
Tidak mungkin mereka mengetahuinya.
*****
Tarik napas, buang napas. Dia berhenti beberapa
saat, dan kemudian berjalan dengan sigap menuruni
tangga dan berjalan menuju meja resepsionis.
Perkataan yang di ucapkannya selalu sama dengan
189
yang sebelumnya keluar dari bibirnya:
“Goblin.”
“Jadi mereka datang untuk menawarimu
quest!” Gadis Guild terlihat ceria di tengah-tengah
pekerjaannya.
Berada di dekatnya Spearman menjentikkan
lidahnya. Dia baru saja ingin berbicara dengan Gadis
Guild.
“Quest macam apa? Aku akan membuat
catatannya.”
“Lizardman itu akan memberitahumu rinciannya.
aku akan pergi keluar, tapi aku butuh uang. Berikan
hadiahku dari quest yang sebelumnya.”
“Hmmm...tapi kamu belum membuat
laporannya... Tapi aku rasa kami bisa membuat
pengecualian untukmu pak Goblin Slayer.” Gadis
Guild menambahkan “Cuma antara kamu dan aku
saja ya.” Dia menandatangani selembar kertas
dan mengambil sebuah kantong kulit dari dalam
brangkas. Hadiah yang hampir tidak cukup untuk
membiayai satu party porcelain, akan terasa cukup
banyak jika kamu melakukan petualangannya
seorang diri. Goblin Slayer dapat mencukupi
kebutuhannya untuk melakukan quest membasmi
goblin di karenakan dia bekerja sendiri.

190
Dia mengambil tumpukan koin kotor itu—yang
di kumpulkan oleh hasil jerih payah penduduk desa
yang miskin—kedalam dompetnya.
“Berikan sisanya kepadanya.”
“Baik. Tu-tunggu dulu, kamu pergi sendiri?
Bukannya dia—?”
“Aku ingin membiarkannya istirahat.”
Hanya itulah yang dikatakannya kepada Gadis
Guild yang tercengang sebelum dia berjalan pergi.
Spearman menatap dia dengan tatapan yang
tajam ketika goblin slayer berjalan melewatinya.
“Dia pikir dia itu siapa sih?”
Tapi Goblin Slayer tidak mendengar bisikan ejek
itu. Dia tidak memperdulikannya. Dia mempunyai
hal yang lebih besar untuk di pikirkan.
Sambil berjalan, dia menghitung dalam
kepalanya, jumlah persediaannya yang masih
tersedia. Dia akan membeli tali, anti racun, potion,
minyak, dan beberapa barang sekali pakai lainnya.
Setelah dia keluar dari aula guild, dia juga perlu pergi
ke suatu tempat untuk mempersiapkan persediaan
pangannya. Dia perlu menghemat tenaganya.
Perlengkapan kemah bukanlah suatu masalah,
selama dia berpergian sendiri, dia bisa beristirahat
di mana saja. Jika apa yang tertera di gulungan peta
benar—
“Pak Goblin Slayer!”

191
Di saat dia akan keluar pintu aula guild, dia
mendengar sebuah langkah kaki yang ringan
berusaha mengejarnya. Dia mendengus.
“Um—it-itu tadi quest kan?”
Dia adalah Priestess.
Jarak dia dari kursinya dengan pintu keluar aula
guild tidaklah jauh, akan tetapi dia terlihat begitu
lelah setelah berlari. Dia terengah-engah dan
wajahnya memerah.
“Ya.” Dia berkata. “Membasmi goblin.”
“Sudah...ku duga.” Priestess tersenyum lega.
Dia hampir tidak bisa mengikuti Goblin Slayer yang
selalu datang dan pergi secara tiba-tiba. Meskipun
begitu, dia memegang tongkatnya dengan
semangat. “kalau begitu, biar aku—”
“Nggak.” Goblin Slayer memotong
pembicaraannya dengan dingin. “Aku akan pergi
sendiri.”
“Apa!?” suara priestess meninggi mendengar
suara goblin slayer yang tenang.
Setiap mata di aula guild memandang mereka di
kala mereka mendengar teriakan kecil itu. Beberapa
bergumam “Oh, cuma Goblin Slayer.” Kemudian
mengalihkan pandangannya.
Tetapi Priestess menatapnya tanpa bergeming.
Melemparkan perkataannya. Dia tidak akan pergi
sendiri. Dia tidak peduli jika Goblin Slayer selalu

192
kembali pulang. Dia tidak akan pergi sendiri.
“Paling tidak—paling tidak kamu bisa
membicarakannya dengan ku sebelum kamu
memutuskan—”
Goblin Slayer memiringkan kepalanya
kebingungan.
“Bukankah sekarang kita berbicara?”
Priestess berkedip.
“I-iya..aku rasa kita sedang bicara....”
“Aku rasa begitu.”
“Ahh...” Siapa yang bisa menyalahkan desahan
yang keluar dari mulutnya pada saat itu?
“Tapi, itu tidaklah ada artinya jika aku nggak
memiliki sebuah pilihan dalam pembicaraan itu.”
“Benarkah?”
Dia benar-benar sulit di percaya
“Aku ikut denganmu.” Dia berkata penuh
keberanian dan tanpa rasa ragu.
Dari balik helmnya, goblin slayer melihat
mengarahnya. Helmnya yang kotor terpantul di
bola mata priestess.
“aku nggak bisa meninggalkanmu sendiri.”
Katanya.
Mata mereka berdua bertemu, mereka berdua
diam dalam waktu yang cukup lama.
“.....Lakukan sesukamu.” Akhirnya Goblin Slayer
menyerah, dia terdengar sedikit jengkel.

193
Tapi Priestess yang memegang tongkatnya
dengan kedua tangan, tersenyum layaknya bunga
yang mekar.
“Terima kasih.”
“Kalau begitu ambil hadiahmu.”
“Oke! Tunggu disini sebentar... Hey, gimana
dengan laporan kita?”
“Kita bisa lakukan nanti.”
“Baiklah!”
Goblin Slayer berdiri di pintu dan menunggu
Priestess yang berlari. Dari lantai dua, wajah yang
tak asing memerhatikan Priestess. High Elf Archer,
Dwarf Shaman, dan Lizard Priest saling melihat satu
sama lain. Seseorang menghela nafas kecil
“Bahkan kita pun tau apa yang sedang terjadi
disini. Gadis itu menjanjikan.” Dwarf adalah yang
pertama menuruni tangga, membelai jenggotnya.
“Sungguh memalukan bagi diri saya sebagai
yang menawarkan quest, jika saya sendiri tidak
membantunya untuk menyelesaikannya.”
Lizardman yang berikutnya turun di ikuti dengan
anggukkan, menggabungkan tangannya mengarah
kepada Elf. Dia menuruni tangga secara perlahan,
ekornya berayun ke kiri dan kanan.
Sang archer terdiam, dia tidak bisa berkata apa-
apa.

194
Orcbolg, petualang pembasmi goblin, ada tepat
di depan matanya, tetapi dia tidaklah seperti yang
elf bayangkan. Dia tidak bisa memahami jalan hidup
Goblin Slayer. Goblin Slayer sangatlah asing bagi elf.
Apa kamu akan berhenti begitu saja hanya
karena sebuah kejutan yang kecil?
Sang elf tertawa. Bukankah dia pergi dari hutan
untuk mencari hal-hal seperti ini?
Dia memeriksa busurnya, dan mengamankannya
di pundaknya.
“Ya ampun, bukannya kalian harus menghormati
orang yang lebih tua?”
Dengan itu, dia menuruni tangga dengan
langkahnya yang ringan.
Kalian tahu, party sering sekali terbentuk dengan
cara yang tidak terduga.

195
Hmm? Wawancara...? Membasmi goblin?
Pertanyaan yang aneh sekali.
Beberapa goblin menyerang sebuah desa.
Penduduk desa tersebut mendatangi kami. Kami
mohon musnahkan sarang mereka. Tolong kami!
Kami memohon kepadamu, O para pahlawan! Jadi
kami mengambil senjata kami, Pergi kesana, bunuh
beberapa goblin dan mengambil hadiah kami. Apa
yang harus di bicarakan? Cerita tebas dan libas yang
sederhana.
Ini pekerjaan mudah dan cepat, aku tidak akan
menyangkalnya, kami juga beruntung, tapi... yah,
kamu akan mendapat pengalaman dalam melacak
dan bertarung, dan guild juga memberi kredit
yang cukup mengejutkan karena sudah menolong.
Maksudku, aku mengerti. Para goblin pernah
menyerang desa ku belum lama ini. dan itu benar
ada petualang yang datang membantu.
Hanya saja.... bagaimana aku harus
mengatakannya ya? Ada tiga tipe orang yang
berburu goblin : orang yang mengalahkan mereka

196
dengan mudah. Orang yang membedah tubuh
mereka dan mempelajari mereka. Dan orang yang
meremehkan mereka sehingga terbantai.
Kami yang mana? Tentu saja orang yang
mengalahkan mereka dengan mudah! Yah... lalu,
kami pergi kesana, kami sudah melakukan semua
persiapan. Kami membawa lentera, namun scout
kami terjatuh dan memecahkannya. Kemudian
semua menjadi gelap gulita. Kami menyadari bahwa
para goblin sudah memasang jebakan tali, goblin
memasang jebakan!
Cahaya dan suara telah memberitaukan posisi
kami, dan ketika semua menjadi gelap, goblin
terdapat di segala penjuru.
Bocah itu—pengguna magic kami—menjadi
sedikit khawatir dan berusaha membaca mantra.
“Jangan lakukan!” kata ku. “Simpan buat yang lebih
besar. Kamu Cuma punya satu, jangan di habiskan
pada monter kecil ini.” Setelah itu, semua menjadi
kacau balau.
Goblin mengelilingi kami, kami bertarung sekuat
kami bisa. Tebas, tebas, tebas. Kematian. Teriakan.
Kamu tidak bisa mengetahui apa kamu mengenai
batu atau memotong daging. Kami juga sudah
tersayat. Kamu menggunakan armor murahan.
Ketika aku berusaha mengayunkan pedang besarku
di terowongan sempit ini, di situlah aku berpikir

197
akan mati.
Hey, kenapa kamu tersenyum? kampret. Warrior
terhebat mulai mempertaruhkan nyawanya
melawan goblin. Kamu mau jadi paladin, Jangan
ketawa kamu.
Maaf soal itu. Wanita itu—knight itu—ada dalam
partyku. Tapi, aku pemimpinnya, oke?
Sampai mana tadi? Ada satu yang besar
memimpin mereka. Pedangku tersangkut akan
sesuatu. Dan dia mempunyai kapak, dan dia
mengayunkannya ke segala arah. Aku yakin sekali
bahwa aku akan mati. Kemudian, wham, sebuah
firebolt membakarnya.
Knight kami mempunyai beberapa keajaiban.
Kami punya uang, punya perlengkapan, anti racun
dan yang lainnya. Biaya persiapan yang kami
lakukan berjumlah lebih mahal daripada jumlah
hadiah yang kami terima dari quest ini.... tapi itu
sudah menyelamatkanku, menyelamatkan kami
semua.
Itulah mengapa aku selalu mengatakan, selama
kamu melakukan persiapanmu dengan benar,
goblin bukanlah apa-apa.
Tapi, anggap saja kamu yakin bisa menang
sembilan puluh sembilan kali dari seratus, siapa
yang bisa menjamin yang berikutnya adalah yang ke
seratus? Tidak ada yang menjamin. Kamu hanyalah

198
bermain dengan kemungkinan.
Jika kamu akan mati hanya karena kemungkinan
yang buruk, kamu lebih baik bertarung melawan
naga.
Dan sekarang kami tingkat silver, pekerjaan
kasar seperti membasmi goblin tidak akan cukup
membiayai perlengkapan kami lagi.
Lagipula, goblin adalah monster yang paling
lemah kan? Jadi, kenapa tidak membiarkan para
pemula mengurus mereka? Yah, memang tidak
semua dari mereka akan selamat, tapi... mereka
mempunyai kemungkinan yang lebih bagus
daripada melawan naga kan?
Tapi ingat... hanya kemungkinan.

199
Tiga hari telah berlalu dengan sekejap mata.
Di bawah naungan bintang-bintang dan dua
bulan, di sebuah lahan yang seperti tidak berujung,
lima petualang duduk melingkar. Sebuah asap
yang tipis dan panjang mengambang ke udara
dari sebuah api unggun mereka. Jauh di belakang
mereka, di selimuti oleh kegelapan terdapat sebuah
hutan dimana para elf tinggal..
“Ngomong-ngomong, kenapa kalian semua
menjadi petualang?”
“Untuk mencari makanan yang enak tentunya!
Kalau kamu gimana telinga panjang?”
“Sudah pasti kamu pikirannya makanan melulu.
Aku... aku ingin menjelajah dunia luar.”
“Sedangkan saya, saya berusaha meningkatkan
derajat saya dengan membasmi para pembangkang
agama, agar saya dapat menjadi naga.”
“Apa?”
“Saya berusaha meningkatkan derajat saya
dengan membasmi para pembangkang agama, agar
saya dapat menjadi naga.”

200
“Uh...oke, aku bisa mengerti itu. Aku rasa aku
juga beragama.”
“Aku ingin membasmi......”
“Yeah, aku rasa aku tau apa yang kamu mau
bilang. Terima kasih.”
“Jangan potong pembicaraannya telinga
panjang!” Dwarf menegurnya seraya dia menjahit
rumput kering menjadi satu.
Apinya tidak begitu besar. elf membenci api dan
dia memasang penangkal di sekeliling api, untuk
menjaga api agar tidak tersebar. Walaupun mereka
berada jauh dengan hutan di belakang mereka, bara
api mereka masih cukup terlihat.
Priestess dan Lizardman sedang menyiapkan ini,
makan malam terakhir mereka sebelum mencapai
sarang goblin.
“Mmm... ini enak banget! apa ini?” Daging
yang terpanggang secara merata, di taburi dengan
berbagai macam rempah di sate di atas api. Dwarf
merasa kegirangan, aroma daging yang harum dan
renyah, dan dia mengambil dua sampai tiga tusuk
sate.
“Saya senang jika anda menyukainya.”
Lizardman menjawab pujian dari dwarf dengan
senyum di wajah lizardman, yang menunjukkan
taringnya yang panjang. “Ini adalah daging makhluk
rawa yang telah di keringkan, rempah-rempah

201
yang di gunakan adalah rempah yang tidak dapat di
temukan di daerah sekitar sini, oleh karena itu akan
terasa lezat di lidah anda.”
“Inilah kenapa nggak ada yang suka dengan
dwarf, mereka rakus dan karnivora pula.” Elf
mengejek.
“Bah! Gadis kecil kayak kamu mana tau kelezatan
daging seperti ini, aku minta satu lagi!”
“Ick...”
Dwarf menjilat bersih sisa-sisa daging yang ada
di jarinya, dan mengigit penuh sate daging yang ada
di tangannya. Elf mendengus melihat dwarf makan
dengan rakus sesuatu yang tidak bisa dia makan.
“Um, apa kamu mau sup? Supnya nggak
seberapa sih, karena hanya di masak memakai api
unggun ini, tapi....”
“Yes, pliss!”
Priestess membuat sup dengan kacang kering
dengan gerakan lengan yang terlatih. Elf tidak
makan daging, jadi mendengar tawaran bahwa dia
bisa memakan sesuatu, membuat telinganya naik
turun kegirangan.
Satu mangkuk penuh sup yang di terima elf dari
Priestess, memiliki rasa yang ringan yang sangat
lezat.
“Hmm, aku punya sesuatu untukmu...” Elf
mengeluarkan sebuah wafer roti yang kecil dan

202
tipis di bungkus oleh daun dari tasnya dan dia
memotongnya menjadi bagian -bagian kecil. Aroma
manis yang sedikit tercium. Tapi wafer ini tidak
mengandung buah maupun gula.
“Ini... Ini bukan roti kering kan? Dan ini juga
bukan biskuit....”
“Ini adalah makanan siap saji yang di buat elf,
sebenarnya kami tidak boleh membagi ini dengan
orang lain, tapi hari ini pengecualian.”
“Ini enak banget!” Priestess berkata di saat
dia mengigit wafer tersebut, yang kelezatannya
membuat dia memujinya.
Sebuah kejutan kecil tersembunyi di dalam
makanan itu. Bagian luarnya yang renyah
menyembunyikan sebuah krim yang lembut di
dalamnya.
“Oh? Syukurlah.” Elf berkata seperti tidak
tertarik. Tapi dari caranya yang menutup sedikit
matanya, membuat dia terlihat senang.
“Hrm! Berhubung si elf sedang pamer, aku nggak
bisa membiarkan seorang dwarf diam begitu saja
tanpa sesuatu yang bisa di berikan kan?” Dengan
itu, Dwarf mengeluarkan sebuah botol besar yang
tertutup rapat. Terdengar suara cairan dari dalam
botol itu. Di saat dia membuka tutupnya dan
menuangkannya di dalam gelas, aroma alkohol
dapat tercium di sekitar kemah mereka.

203
“Heh-heh, ucapkan halo pada produk khas kami,
yang di buat di dalam gudang bawah tanah kami—
fire wine!”
“Fire...wine?” Elf melirik dengan penasaran ke
arah gelas yang di sodorkan dwarf.
“Satu-satunya! Pastinya ini bukan pertama
kalinya kamu minum kan telinga panjang?”
“Te-tentu saja nggak penghuni gua!” Elf berkata
sambil menarik gelas yang di tawarkan kepadanya.
Terlihat wajahnya yang ragu ketika dia melihat
gelas yang tampak biasa itu. “Ini jernih, bukannya
wine itu di buat dari anggur? Aku pernah minum
sebelumnya tau, aku nggak semuda gitu juga.” Dia
mendorong kepalanya kebelakang meminum fire
wine itu dengan sekali teguk.
Yang di ikuti dengan batuk yang tidak terkendali,
yang di sebabkan oleh sensasi kering yang tajam
dari minuman itu.
“Ka-kamu nggak apa-apa? I-ini minum a-air!”
Priestess dengan cepat menawarkan segelas air
kepada elf yang terbatuk-batuk.
“Ha-ha-ha-ha-ha! Mungkin sedikit berlebihan
untuk bocah kecil kayak kamu!”
“Tolong jangan terlalu banyak. Ranger yang
mabuk akan kurang bermanfaat bagi kita.”
“Aku tau itu Scaly! Aku nggak akan kasih dia
banyak-banyak.”

204
Dwarf tertawa terbahak-bahak melihat para
wanita, sedangkan lizardman mendesis menyesal.
“Beardcutter! Mau minum?”
Goblin Slayer tidak menjawab, dan langsung
mengambil gelas yang di tawarkan dan meminumnya
dengan sigap.
Dia tidak mengucapkan sepatah katapun selama
makan malam, hanya memasukkan makanannya
ke dalam helmnya. Kemudian setelah itu, dia di
sibukkan dengan pekerjaannya. Dia mengelap
pedangnya, perisai, dan pisaunya. Memeriksa
ketajaman pedangnya, dan memasukkannya
kembali ke sarungnya. Dia meminyaki armor kulit
dan baju besinya.
“Hrmm....” Elf mengeluarkan suara lemas ketika
melihat pekerjaan Goblin Slayer. Wajahnya merah
semerah tomat.
“....Apa?”
“Kamu bahkan nggak melepas helmmu di saat
makan. Kamu ini kenapa sih?”
“Kalau aku terpukul di kepala dengan serangan
tiba-tiba, aku akan kehilangan kesadaran.”
“...Dan loe cume mangan, mangan, makan.
Nape loe nggak macak cecuatu buat kite?” Elf
mengucapkan kalimat yang sulit di cerna, kata-
katanya menjadi tidak jelas. Dia menunjuk sebuah
batu besar yang berada di samping Goblin Slayer.

205
Goblin Slayer tidak menjawab pertanyaan elf
yang mabuk itu, bahkan setelah elf melototinya dan
mengeluarkan suara “Hrrmmm..” lagi.
“Ohh.” Dwarf berbisik. “Matanya elf mabuk....”
Melihat kejadian ini, Priestess memerhatikan
Goblin Slayer.
Dia berpikir. Priestess masihlah tidak dapat
melihat wajahnya, tapi setidaknya dia tahu itu.
Setelah beberapa saat, Goblin Slayer
mengeluarkan sesuatu dari tasnya dengan sedikit
merasa jengkel.
Dia mengeluarkan sebuah keju bulat kering.
“Apa ini cukup?”
Oh-ho. Lizardman menjilat ujung hidungnya
dengan lidahnya. Dia menjulurkan lehernya
memerhatikan keju tersebut seakan-akan dia tidak
pernah melihat keju sebelumnya.
“Makanan jenis apa ini?”
“Ini keju, di buat dengan adukan susu sapi atau
domba.”
“Kamu bercanda Scaly?” Dwarf berkata. “Belum
pernah liat keju sebelumnya?”
“Saya tidak berbohong, ini benar-benar baru
untuk saya.”
“Apa lizardman nggak memelihara ternak?”
Priestess bertanya. Dan Lizardman mengangguk.
“Masyarakat kami, memburu para hewan, kami

206
tidak memelihara mereka.”
“Kacih kecini, biar gue potong.” Elf mengambil
keju itu dari Goblin Slayer, dan memotongnya
menjadi lima bagian dengan sekejap mata,
menggunakan pisau yang di asahnya dengan sebuah
batu.
“Aku yakin jika di panggang akan terasa enak
sekali, hmm.. mana stik kayu yang bagus ya?”
Mendengar saran dari Dwarf, Priestess berkata.
“ Aku ada tusuk sate kalau kamu mau.” Dia
mengeluarkan beberapa tongkat besi dari tasnya.
“Ah, bocah, kamu tau betul persiapan yang
di butuhkan untuk perjalanan! Nggak seperti
seseorang yang aku kenal.”
“Kalau kamu mau mengejek seseorang,
langsung saja bilang.” Kemarahan sepertinya sudah
menyadarkan Elf dari rasa mabuk.
“Kenapa kamu nggak tanya sama hatimu?”
Dwarf tertawa kecil, membelai jenggotnya. “Dasar
hati sedatar papan.” Kemudian dia berkata. “Kalau
begitu biar aku saja yang tangani, api adalah
keahlian bangsaku!” Dan dia menusukkan keju itu
dengan tusuk sate dan meletakknya di atas api, dia
memanggangnya dengan gerakan yang cepat dan
tepat, layaknya seorang wizard membaca mantra.
Aroma yang manis bercampur dengan asap yang
mengambang.

207
Dan akhirnya, keju mulai meleleh. Dwarf
membagi sate keju itu ke masing-masing rekan
petualangnya. Dan masing-masing dari mereka
memakannya.
“Ini manis, seperti madu!”
Lizard Priest berteriak girang, dan membenturkan
ekornya ke tanah. “Benar-benar semanis madu!”
“Senang mendengar keju pertamamu nggak
mengecewakan.” Dwarf berkata sambil memakan
bagian kejunya dan di basuh dengan tegukkan fire
wine “Ahhh, fire wine dan keju, kombinasi yang luar
biasa!”
Dia mengelap wine yang mengalir di jenggotnya,
dan menunjukkan ekspresi yang puas. Elf
mengkerutkan dahinya. Sepertinya sudah kembali
ke dirinya yang biasa yang tidak mabuk lagi. Dia
mengigit sedikit bagian kejunya.
“Hmm. sedikit asam, tapi...manis.” Katanya
“ Seperti pisang.” Telinganya bergerak naik dan
turun.
“Apa ini dari kebun itu?” Priestess bertanya
dengan senyumnya yang cerah, menghabiskan
setengah bagian kejunya.
“Ya.”
“Ini enak banget!”
“Benarkah?”
Goblin Slayer mengangguk dan dengan tenang

208
memasukkan kejunya ke dalam mulutnya. Dia
mengunyah, menelan, dan meminum segelas fire
wine, kemudian menarik tasnya lebih dekat. Besok
mereka akan menyerang sarang goblin, dia harus
memeriksa ulang perlengkapannya.
Tasnya penuh akan bermacam botol, tali, rantai
dan berbagai macam yang tidak di ketahui. Elf yang
rasa mabuknya telah di hilangkan oleh rasa manis
dari keju itu, melihat isi tas Goblin Slayer dengan
rasa penasaran.

209
210
Goblin Slayer sedang memeriksa sebuah
gulungan yang di ikat erat dengan cara khusus. Elf
mengintip Goblin Slayer yang memeriksa ikatan
talinya, dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
“Jangan sentuh itu.” Kata Goblin Slayer datar.
Elf dengan cepat menarik tangannya kembali. “Itu
berbahaya.”
“A-aku nggak akan menyentuhnya, aku cuma
mau lihat kok.”
“Jangan di lihat, itu juga berbahaya.”
Elf memberikan menjulurkan lidah mengejek
Goblin Slayer, namun Goblin Slayer tidak merasa
terganggu oleh itu.
Tidak menerima jawaban tidak, Elf kembali
mengintip gulungan itu dari ujung matanya. “Apa
itu magic scroll?” Dia bertanya. “Aku belum pernah
liat sebelumnya.”
Mendengar perkataannya, tidak hanya Priestess,
Dwarf dan Lizardman pun melirik isi tas itu.
Magic scroll. adalah sebuah benda yang dapat
di temukan di dalam reruntuhan kuno, walaupun
sangatlah langka. Lepas gulungan itu, maka seorang
bayi pun dapat menggunakan sihir yang tertulis
di dalam gulungan itu. Pengetahuan tentang cara
membuat scroll tersebut sudah hilang di telan
waktu, bahkan High Elf yang paling tua pun tidak
mengetahuinya. Magic item sangatlah langka, tapi

211
scroll adalah yang paling langka.
Tapi walaupun dengan semua itu, benda ini
kurang cocok untuk para petualang. Terdapat banyak
variasi mantra yang dapat tertulis di gulungan itu,
dari yang paling berguna hingga yang tidak berguna.
Dan mereka hanya dapat menggunakannya satu
kali saja. oleh karena itu banyak petualang yang
menjualnya –untuk harga yang cukup mahal—
kepada peneliti atau para kolektor. Seorang wizard
sudah sangat cukup untuk mereka. Mereka lebih
membutuhkan uang dari pada scroll.
Goblin Slayer adalah salah satu dari beberapa
petualang yang menyimpan scrollnya. Bahkan
Priestess tidak mengetahui bahwa dia memilikinya.
“Oke, oke. Aku nggak akan sentuh, aku juga
nggak akan liat, tapi paling nggak kamu bisa kasih
tau mantra apa yang tertulis disitu.”
“Nggak.” Dia bahkan tidak melihat elf saat
menjawabnya. “Kalau kamu tertangkap dan
memberi tau para goblin, terus bagaimana? Kamu
akan tau saat aku akan menggunakannya.”
“....kamu ini nggak suka aku ya?”
“Nggak juga.”
“Apa itu bisa diartikan sebagai kamu nggak
peduli?”
“Aku nggak punya maksud yang lebih dari apa
yang aku ucapkan.”

212
Elf mengeratkan giginya, dan telinganya berkibas
marah.
“Nyerah aja telinga panjang, dia lebih keras
kepala dari aku.” Dwarf tertawa dengan senang.
“Dia memang Beardcutter!”
“Maksudmu orcbolg.”
“Aku Goblin Slayer” Dia bergumam.
Elf mengkerutkan dahinya mendengar ini,
sedangkan Dwarf membelai jenggotnya terhibur.
“Um, maaf.” Priestess menyela. “Apa sih arti dari
Orcbolg itu?”
“Itu adalah nama pedang yang ada dalam
legenda kami.” Elf menjawab, dia mengacungkan
jarinya dengan bangga, layaknya seorang guru yang
mengajari muridnya. “Itu adalah pedang pembasmi
goblin yang akan bercahaya biru jika orc—goblin—
ada di dekatnya.”
“Walaupun di bilang begitu, bangsa dwarf
lah yang menempa pedang itu.” Dwarf shaman
memotong kalimat Elf.
Elf mendengus, “Dan menamaimya ‘Beardcutter’
nama yang jelek banget. Dwarf memang ahli dalam
menciptakan sesuatu, tapi payah dalam hal lainnya.”
“Jadi dengan kata lain, kamu telinga panjang
mengakui bahwa para elf tidaklah seahli kami para
dwarf dalam menciptakan sesuatu!” Dwarf tertawa
terbahak-bahak. Elf mengembungkan pipinya

213
cemberut.
Lizardman memutar matanya kebelakang,
seolah-olah tidak mempercayai apa yang sudah
dia saksikan, dan bertukar pandangan dengan
Priestess. Priestess akhirnya mulai menyadari
bahwa ini adalah cara mereka bercanda.
Dia menjadi menghargai perdebatan sehat antar
teman, layaknya Elf dan Dwarf ini yang bertemu
dengan Priestess untuk pertama kalinya. Priestess
sadar bahwa dia tidak bisa mempercayai rekan
partynya jika dia tidak mengenal mereka dengan
baik. Oleh karena itu, dia berusaha untuk berbicara
dengan mereka, dan tanpa di sadari mereka
deengan cepat menjadi teman baik.
Kepercayaan leluhur para Lizardman tidak
berbenturan dengan ajaran Ibunda Bumi yang
penuh kasih sayang. Dan ada gadis lain dalam party
Priestess yang seumuran dengannya—atau paling
tidak terlihat seperti itu. Dan membuatnya sedikit
lebih nyaman.
Untuk Goblin Slayer sendiri, sepertinya tidak
membenci atau menyukai mereka. Tapi sepertinya
Dwarf menyukai sikapnya yang seperti itu. Apapun
yang di lakukan Goblin Slayer yang membuat jengkel
Elf, dia berusaha menirunya.
Party kecil aneh ini bertemu dengan cara yang
tidak terduga. Akan tetapi, entah bagaimana

214
mereka sangat akrab satu dengan yang lain.
Priestess merasakan kehangatan yang tidak
biasa menyebar di dalam hatinya...
“Hey, mau berpetualang bersama kami?”
Yang bukan berarti tidak ada sesuatu yang
menusuk hatinya...
“Oh ya, ada satu hal yang saya pikirkan.”
Lizardman berkata, ekornya bergoyang, mulutnya
terbuka. Api unggun berdansa. Sebelumnya dia
melanjutkan pertanyaannya, dia membuat sebuah
gerakan aneh pada telapak tangannya. Yang kata
dia adalah ucapan terima kasih atas makanan yang
di terimanya.
“Dari mana menurut anda goblin muncul?
Leluhur saya mengatakan bahwa mereka datang
dari kerajaan di bawah tanah....”
“Aku—dwarf sendawa—dengar mereka adalah
rhea atau elf yang telah gugur.”
“Prasangka macam apa itu!” High Elf melotot
kepada dwarf. “Aku di ajari bahwa goblin berasal
dari dwarf yang terlalu terobsesi dengan emas.”
“Prasangka memang!” Dwarf melihat elf dengan
penuh kemenangan, dan Elf menggeleng kepalanya
kecil.
“Sudah, sudah. Bukankah priest kita mengatakan
bahwa mereka datang dari bawah tanah? Dan
bukankah itu tempat dimana dwarf tinggal?”

215
“Grrr...!” dwarf hanya bisa mengeratkan giginya,
Elf tersenyum puas. Sedangkan Lizardman menjilat
ujung hidungnya dengan lidahnya.
“Seperti yang saya bilang berasal dari bawah
bumi, tapi bukanlah dwarf maupun elf. Dongeng
seperti apa yang manusia ceritakan, Priestess?”
“Oh, umm...” Priestess sedang mengumpulkan
masing-masing piring dan mengelapnya bersih. Dia
mengesampingkan pekerjaannya dan duduk lurus
dengan tangan di lutut dan punggung yang lurus.
“Kami punya cerita bahwa jika seseorang gagal,
goblin akan muncul.”
“Apa?!” Elf tertawa kecil.
Priestess mengangguk dengan senyum. “ Itu
hanyalah ajaran untuk anak kecil, jika kamu nggak
melakukan hal ini atau itu, nanti goblin akan
mendatangimu!”
“Itu terdengar seperti berita buruk!” Dwarf
berkata. “kalau memang seperti itu, telinga panjang
bisa membentuk pasukan goblinnya sendiri!”
“Hey!” telinga Elf menegang lurus kebelakang.
“Jahat banget sih, liat aja besok. Panahku nggak
akan meleset dari target.”
“Oh aku yakin panah itu akan mengenai sesuatu
oke—aku takut panah itu mengenaiku tepat dari
belakangku!”
“Baiklah, dwarf kecil di persilahkan sembunyi di

216
belakangku.”
“Pastinya dong! Kamu ranger kan? Sedikit
pengintaian akan sangat membantu kita semua.”
Dwarf berkata, dengan membelai jenggotnya dan
tersenyum menyeringai.
Elf mengangkat tangannya dan seperti akan
menjawab, namun satu suara menghentikan
perdebatan mereka. “Aku....”
Tentu saja perhatian grup itu mengarah pada
asal suara itu.
“Aku dengar mereka datang dari bulan.” Goblin
Slayer berkata.
“Dari bulan? Apa anda bermaksud salah satu dari
dua bulan yang ada di langit?” Lizardman bertanya.
“Ya.” Goblin slayer mengangguk. “Bulan yang
hijau, batu hijau, monster hijau.”
“Hmm, nggak pernah terpikir olehku mereka
berasal dari atas kepalaku.” Dwarf berkata dengan
penuh pikiran.
Dengan penuh penasaran, Elf bertanya. “Jadi,
bintang jatuh itu goblin yang turun ke sini?”
“Nggak tau, tapi nggak ada rumput, atau pohon,
atau air, di bulan. Hanya batu. Itu adalah tempat
yang sangat sepi,” Dia berkata. “Mereka nggak
suka disana, mereka ingin tempat yang lebih baik.
mereka iri dengan kita, karena itu mereka turun
kemari.”

217
“Kemari?”
“Ya.” Dia mengangguk. “Jadi ketika kamu penuh
rasa iri, kamu menjadi goblin.”
“Aku mengerti.” Elf berkata dengan penuh
kekecawaan. “Itu hanyalah cerita untuk
mengajarkan anak kecil sopan santun seperti yang
lainnya.”
“Um, siapa yang menceritakan itu padamu?”
Priestess bertanya dengan sedikit mencondongkan
tubuhnya. Goblin Slayer selalu realistis dan rasional.
Ini bukanlah seperti dia.
“Kakak perempuanku.”
“Oh, jadi kamu punya kakak perempuan?”
Dia mengangguk. “Dulu.”
Priestess tertawa kecil, jika membayangkan
petualang yang pengalaman ini di marahi oleh
kakak perempuannya, terlihat begitu lucu.
“Jadi,” Elf meneruskan. “ Kamu percaya goblin
datang dari bulan?”
Goblin Slayer mengangguk.
“Yang aku tau,” Dia menatap dua bulan yang ada
di langit. “Kakak ku nggak pernah salah dalam hal
apapun.”
Dengan itu, dia terdiam. Dengan telinga
panjangnya, Elf mendengar desahan kecil.
Secara perlahan dia mendekatkan wajahnya ke
helm Goblin Slayer. Dia masih tidak bisa melihat

218
ekspresi wajahnya. Sebuah senyum nakal menyebar
di wajah Elf.
“Pfft, dia tertidur!”
“Oh-ho, fire wine mulai bereaksi padanya ya.”
Dwarf baru saja menghabiskan tetesan terakhir dari
gelasnya.
“Kalau di pikir, dia sudah banyak melalui hal-hal
seperti itu.”
Priestess mengeluarkan sebuah selimut dari
tasnya dan dengan hati-hati menyelimuti Goblin
Slayer. Secara perlahan dia menyentuh armor kulit
pada dadanya. Priestess sangatlah lelah, tapi Goblin
Slayerpun juga butuh istirahat.
“Mari kita beristirahat juga.” Lizardman berkata
dengan sungguh-sungguh. “Dan mari kita tentukan
urutan berjaga, sebuah tidur yang nyenyak adalah
senjata untuk kita.”
Priestess, Elf dan Dwarf secara sukarela
menawarkan diri untuk berjaga bergantian.
Ketika dia masuk ke dalam selimutnya, dia
mencuri pandang mengarah Goblin Slayer.
“Hmmm,” dia bergumam pada dirinya sendiri.
“Mereka bilang binatang liar nggak pernah tidur
di dekat teman binatangnya yang nggak dia
percaya....”

219
Dia merasakan sedikit rasa kesenangan
mengetahui hal ini, yang sudah menghapuskan rasa
jengkelnya.

220
Sarang itu berada tepat di tengah lahan yang
luas.
Mungkin sarang bukanlah kata yang tepat untuk
menggambarkannya. Terdapat tiang batu putih
berbentuk kotak yang menjulang dari tanah sebagai
pintu masuknya. Ini bukanlah gua. Terlihat jelas
bahwa ini adalah buatan seseorang : reruntuhan
kuno.
Warna batu yang pucat itu, memantulkan cahaya
matahari yang terbenam, berkilau semerah darah.
Dua goblin berjaga. Mereka berdiri bersampingan
di depan pintu masuk. Tombak di tangan mereka,
armor kulit yang jelek menutupi tubuh mereka.
Dan bersama mereka adalah seekor anjing—tidak
seekor serigala.
“GURUUU...”
“GAU!”
Salah satu goblin yang ingin bermalas-malasan,
berusaha untuk duduk. Yang di mengakibatkan dia
di marahi oleh goblin satunya. Goblin itu di paksa
berdiri, menguap selebar-lebarnya, dan melihat

221
matahari penuh rasa benci. Sang serigala berbaring
di samping mereka. Telinganya bergerak berusaha
mendeteksi adanya suara. Binatang liar tidak pernah
lengah walaupun mereka sedang beristirahat.
Sang elf melihat ini dari semak-semak yang tidak
jauh.
“Goblin dengan anjing penjaga? Kamu pasti
bercanda.”
“Ini membuktikan kalau gerombolan itu memiliki
waktu dan persedian yang cukup.” Disamping elf,
Goblin Slayer berbaring di tanah. Dia mengikat
sebuah batu kecil pada seutas tali, pandangannya
tidak pernah lepas dari goblin. “Tetap siaga, pasti
ada lebih banyak lagi di dalam.”
“Aku penasaran, apa yang terjadi kalau para
goblin itu nggak punya cukup persediaan?”
“Mereka nggak akan menyimpan anjing itu,
mereka akan memakannya.”
Elf menggelengkan kepalanya, seharusnya dia
tidak bertanya. Lizard Priest tertawa tanpa suara.
“Apa ini aman?” Elf bertanya. “ Sebentar lagi
malam, apa kita nggak menunggu dulu, dan mulai
bergerak pada siang besok?”
“Ini adalah pagi hari bagi mereka, waktunya
tepat.”
“....Baiklah, kalau begitu. Ayo mulai.”

222
Elf menarik sebuah panah layaknya dia menarik
napas.
Para elf tidak menggunakan besi. Batang panah
mereka terbuat dari cabang pohon yang memiliki
ukuran dan bentuk yang terbentuk secara natural.
Mata panahnya dari gigi binatang, dan untuk
bulunya, mereka menggunakan daun.
Busur high elf archer terbuat dari cabang sejenis
pohon betula agung. Dan tali busurnya terbuat
dari benang laba-laba. Busur itu lebih besar dari
tubuhnya, namun dia menggunakannya dengan
mudah. Berjongkok di bawa semak-semak, dia
memuat panah pada tali busurnya.
Benang laba-laba itu memberikan suara yang
unik saat di tarik.
“Aku harap benda itu bekerja lebih baik dari
yang kelihatannya.” Dwarf berkata penuh rasa ragu.
Dia kurang bisa mempercayai kayu dan daun itu.
“Tolong jangan meleset.”
“Hush.” Elf berkata. Dwarf menutup mulutnya
mematuhi. setelah itu, tidak ada seorangpun yang
bersuara.
Busur itu bengkok dengan suara kayu yang khas,
angin bertiup, Elf menggerakkan sedikit telinganya.
Goblin di sebelah kanan menguap. Sang Elf
melepaskan panahnya.

223
Panah itu melesat tanpa suara, namun terlihat
melenceng jauh ke sebelah kanan kedua goblin
tersebut.
Dwarf Shaman memprotes tembakan sang
Elf yang melenceng itu, namun sang Elf hanyalah
tersenyum dan menyiapkan panah kedua di
tangannya.
Dan secara tiba-tiba, panah yang melenceng
tersebut berbelok melengkung di udara, menembus
rusuk goblin yang ada di sebelah kanan dan berlanjut
menembus pipi goblin yang ada di sebelah kiri dan
terus melesat menjauh.
Serigala terbangun, tidak yakin apa yang sudah
terjadi dan berusaha membuka mulutnya untuk
memberi peringatan—
“Terlambat!”
Sang Elf melepaskan panah keduanya dengan
sangat cepat. Serigala itu terlempar kebelakang.
Dan pada saat bersamaan, dua goblin itu terjatuh
ke tanah layaknya sebuah karung bata. Mati.
Merupakan sebuah skill yang sangat spektakuler,
jauh dari apa yang manusia sanggup lakukan.
“Itu tadi luar biasa!” Priestess menatap Elf penuh
rasa kagum.
“Luar biasa sekali.” Lizard Priest berkata.
Matanya yang besar terbuka semakin lebar. “Tapi,
bagaimana anda melakukannya? Apakah semacam

224
sihir?”
Sang Elf tersenyum bangga dan menggelengkan
kepalanya. “Teknologi yang maju nggak dapat di
bedakan dengan sihir.” Telinga elf naik turun sok
pintar.
“Itu pernyataan yang berani sekali mengingat
aku ada disini.” Kata Dwarf, yang sangat akrab
dengan teknologi dan magic.
“Dua..... Aneh” Goblin Slayer berdiri dari semak-
semak. Jika panah dari Elf meleset, dia sudah bersiap
akan melempar batu yang di siapkannya.
“Apa? Ada masalah?” Elf berkata, berpikir bahwa
Goblin Slayer menyinggung soal kemampuan
memanahnya.
Dia menggelengkan kepalanya dengan sedikit
jengkel. “Mereka takut akan sesuatu. Apa kamu
pernah liat goblin yang rajin?”
“Apa mungkin mereka khawatir karena mereka
bersebelahan dengan para elf di hutan?”
“Mungkin saja.” Dia menjawab dengan setengah
hati. Kemudian dia berjalan menuju mayat goblin
itu, dan berlutut untuk memeriksa mayat mereka.
“Oh, um....” Priestess sepertinya mengetahui
apa yang akan Goblin Slayer lakukan. “Per-perlu
a-aku bantu...?” Dia bertanya dengan suara yang
halus, senyum yang kaku menghias wajahnya.

225
“Nggak perlu.” Kata Goblin Slayer terus terang.
Priestess menghela nafas lega.
“Kamu lagi ngapain?” Elf yang penasaran
mendengar percakapan mereka, berjalan mendekati
mereka dan melihatnya.
Sebuah pisau di genggam Goblin Slayer, dan
menusukkan pisau tersebut ke perut goblin dan
mengeluarkan semua isi perutnya.
Elf merinding, dan memeluk kedua tangannya.
“Te-tega banget kamu lakukan itu pada mereka?
Aku tau kamu benci mereka, tapi kamu nggak harus
gitu—”
“Indra penciuman mereka sangat tajam.”
“....Huh?”
Goblin Slayer dengan tenang menjawab Elf. Dia
mencelupkan sarung tangannya ke genangan darah
itu, dan menarik hati dari salah satu mayat goblin
tersebut.
“Terutama bau wanita, anak-anak, dan elf.”
“Tu....tunggu dulu Orcbolg! Kamu nggak
bermaksud...”
Menjawab pertanyaan Elf, Goblin Slayer
melilitkan hati itu pada sebuah kain dan
memerasnya.
High Elf Archer akhirnya mengerti dari mana
Goblin Slayer mendapatkan bekas-bekas noda pada
armornya. Wajahnya memucat lebih putih dari

226
tiang batu yang ada di atas mereka.
*****
Kemudian, mayat para penjaga yang mati telah
di sembunyikan dengan aman di balik semak-
semak, party mereka berjalan menuju reruntuhan
kuno itu. Dinding kapur mengelilingi jalan sempit
yang sepertinya menurun dikit demi sedikit.
Goblin Slayer berada di posisi depan, dia
mengetuk dinding dan lantai dengan pedangnya.
Dia melemparkan batu yang di ikatkannya pada tali
ke depan, melihat tidak terjadi apa-apa, dia menarik
kembali batunya.
“Nggak ada jebakan.”
“Hmm.. Ini hanya spekulasi saya saja, tapi
sepertinya tempat ini terlihat seperti sebuah kuil.”
“Sepertinya lahan ini pernah menjadi tempat
pertarungan di jaman para dewa.” Priestess
berkata. Dia menelusuri ukiran-ukiran di dinding itu
dengan jarinya. “Mungkin ini adalah benteng atau
sesuatu dari jaman itu.... Walaupun konstruksinya
telihat seperti buatan manusia.....”
“Pertama rumah untuk para prajurit, sekarang
menjadi rumah para goblin, realita yang sangat
kejam.” Lizard Priest menggabungkan tanganya,
merenung dengan muram.
“Ngomong-ngomong soal kejam,” Dwarf
memotong. “Kamu nggak apa-apa telinga panjang?”
227
“Errgh.... kayaknya aku bakal sakit.” High Elf
Archer merengek. Baju berburu tradisionalnya
penuh akan darah kental. Darah itu berasal dari hati
yang di perasnnya dari atas kepala hingga mengenai
seluruh tubuhnya. Bahkan Dwarf pun tidak tega
untuk mengejeknya di saat seperti ini.
“Biasakan dirimu.” Goblin Slayer berkata dari
samping Elf. Pada lengan kirinya terikat sebuah
perisai dan pada tangan kirinya memegang sebuah
obor. Pedang di tangan kanannya berkilau oleh
cahaya api. Elf memberikan tatapan yang tajam
kepadanya di saat dia mengganti busur besarnya
dengan yang lebih kecil. Namun, sebutir air mata
yang terlihat di ujung matanya, dan telinganya
yang turun kebawah, membuatnya terlihat tidak
mengintimidasi sama sekali.
“Saat kita kembali, aku harap kamu mengingat
ini!”
“Akan ku ingat.” Dia menjawab singkat.
Obor bekelip, efek penangkal yang di pasang
para elf sepertinya sampai hingga ke tempat ini.
Atau mungkin, ini adalah tempat di mana para elf
pernah tinggal bertahun-tahun yang lalu.
Bagi Goblin Slayer, ini adalah sebuah masalah
untuknya. Di mana dia tidak bisa menggunakan api
sebagai salah satu metode untuk menyerang.

228
“Kalian manusia memang menyusahkan.” Dwarf
berkata sambil membelai jenggotnya. Di antara
anggota party mereka, hanya Goblin Slayer yang
memegang obor. Dwarf, Elf, dan Lizardman semua
memiliki pengelihatan malam.
“Aku tau, karena itu kami memiliki trik sendiri.”
“Aku berharap kamu memiliki trik yang lebih
baik,” High Elf Archer berkata dengan sedih.
Priestess merasa kasihan melihat kondisi Elf, dan
berusaha menenangkannya. “Um, nodanya akan
hilang kalau kamu cuci...sebagian.”
“Kamu mengerti penderitaanku.”
“Aku sudah terbiasa.” Dia berkata dengan
senyum tipis, jubah pendetanya sekali lagi terlumasi
oleh darah goblin. Priestess berdiri di tengah-tengah
formasi, memegang tongkatnya. Jalanya cukup
lebar untuk berjalan berdampingan. Jadi, High Elf
Archer dan Goblin Slayer berjalan berdampingan
di depan Priestess, sedangkan Dwarf Shaman dan
Lizard Priest di belakangnya. Itu karena Priestess
adalah tingkat porcelain, dia adalah yang paling
lemah dalam party ini, oleh karena mereka perlu
melindunginya.
Walaupun begitu, walaupun rasa inferoritas
yang di rasakan Priestess, tak satupun dari mereka
yang menganggap Priestess sebagai beban. Setiap
pembaca mantra hanya dapat menggunakannya

229
magic dalam beberapa kali sehari. Tidak satupun
dari mereka yang merupakan tingkat platinum, yang
dapat menggunakan magicnya beberapa puluh kali
dalam sehari. Mempunyai seorang healer16 dalam
grup ini, berarti seseorang akan mempunyai mantra
yang tersisa di saat yang di butuhkan.
Atau lebih tepatnya, siapa yang dapat
menghemat mantranya, dialah yang akan selamat....
Priestess memperhatikan rekannya tanpa suara.
Dia memegang tongkatnya dengan longgar.
Ini seperti petualangan yang lainnya...
Seperti waktu pertama dulu...
Dengan bibir yang gemetar, Priestess menyebut
nama Ibunda Bumi berkali-kali. Dia berharap tidak
ada yang terjadi pada quest kali ini, namun dia tahu
bahwa itu hanyalah keinginan yang sia-sia.
Langkah kaki para petualang bergema dengan
aneh dari batu aspal di jalan tersebut, belum ada
tanda kemunculan dari goblin, untuk sementara ini.
“Ruang bawah tanah dan dwarf adalah sahabat
dekat, tapi aku nggak suka disini.” Dwarf berkata
sambil mengelap keringat pada dahinya. Mereka
telah berjalan menurun secara diagonal selama
mereka memasuki reruntuhan. Jika di lihat
sekilas, jalannya terlihat lurus begitu saja. Namun
sebenarnya jalannya turun memutar secara
perlahan, layaknya sebuah tangga berputar. Jalan
16. Healer : Penyembuh

230
berputar menurun ini membuat keseimbangan
para petualang menjadi kacau.
“Ini seperti kita berada di sebuah menara.” Kata
Priestess sambil menghembuskan nafas lelah.
“Beberapa benteng tua, memang ada yang di
bangun seperti itu.” Kata Lizardman yang berada
di belakang party, ekornya bergoyang ke kiri dan
kanan.
“Aku ingin sekali datang kesini sebelum tempat
ini di penuhi para goblin.” Elf berbisik. “Aku ingin
melihat-lihat sedikit,”
Beberapa saat kemudian, jalan menurunnya di
akhiri oleh sebuah percabangan jalan. Jalan kiri dan
jalan kanan terlihat tidak berbeda sama sekali.
“Tunggu,” Elf berkata sigap.
“Ada apa?”
“Jangan bergerak.” Dia berkata pada Goblin
Slayer.
Dia merangkak di tanah, jarinya berusaha
menggapai celah di antara batu aspal di depan
mereka, mencari akan sesuatu.
“Perangkap?” Dia bertanya.
“Kemungkinan, aku menyadarinya karena
perangkap ini masih baru, semuanya hati-hati.”
Tempat di mana Elf menunjuk sedikit timbul dari
yang lainnya. Injak tempat itu, maka sebuah alarm
akan berbunyi dari suatu tempat, memperingatkan

231
para goblin tentang adanya penyusup.
Priestess menelan liurnya, jalan yang menurun
berputar panjang sudah mengacaukan konsentrasi
dan indranya. Dia bisa melihat perangkapnya
sekarang karena sudah di tunjuk oleh Elf, jika saja
tidak, maka Priestess tidak akan melihatnya.
“Goblin, dasar makhluk kurang ajar.” Dwarf
meludah dan membelai jenggotnya.
Tanpa berkata, Goblin Slayer mengarahkan
cahaya obornya ke lantai, kemudian mengarah ke
kiri dan kanan jalan, memeriksa dinding dengan
seksama. Tidak ada apa-apa disana terkecuali
lampu-lampu benteng yang dulunya di gunakan
oleh para elf yang tinggal disini.
“Ada apa?” Priestess bertanya.
“Nggak ada totem.”
“Oh, kamu benar....” Hanya Priestess yang
mengerti maksud dari perkataan Goblin Slayer.
Anggota party yang lainnya hanya mendengar
dengan kebingungan. Tapi Goblin Slayer tidak
mengatakan apapun lagi.
Dia berpikir. Priestess melihat anggota
partynya, dan menyadari bahwa dialah yang harus
menjelaskannya.
“Um, dengan kata lain. Nggak ada, um, goblin
shaman disini.”
“Nggak ada pembaca mantra?” Elf berkata

232
sambil bertepuk tangan senang. “Kita beruntung.”
“Nggak.”
Lizardman mengeluarkan desisan. “Apa anda....
merasa ada sesuatu yang aneh dengan tidak adanya
goblin shaman, tuanku Goblin Slayer?”
“Ya.” Dia mengangguk. Dan kemudian
menunjukkan perangkap tadi dengan ujung
pedangnya. “Goblin biasa nggak akan pernah punya
ide seperti ini.”
“Telinga panjang bilang perangkap itu masih
baru, itu berarti perangkap itu bukan bagian dari
perangkap asli benteng ini.”
“Aku berpikir untuk menginjaknya untuk
memancing mereka keluar,” Goblin Slayer berkata.
“Tapi sebaiknya jangan.”
“tuanku Goblin Slayer, anda berbicara tentunya
dari pengalaman anda berkelana di sarang mereka,”
Lizardman berkata sambil menjaga ekornya agar
tidak menyentuh perangkap itu. “Bagaimana anda
mengatasinya?”
“Aku memancing mereka satu persatu dan
menghabisinya. Terkadang aku menggunakan api.
Terkadang aku membanjiri sarang mereka dengan
air sungai. Ada banyak cara.” Berdiri di sampingnya,
Elf terlihat tercengang. “Tapi kita nggak bisa
memakai itu disini.” Dia berputar mengarah High Elf
Archer. “Apa kamu menemukan jejak kaki?”

233
“Maaf, kalau di gua mungkin saja. Tapi di batu
seperti ini...”
“Sini biar dwarf yang melihatnya.” Dwarf berkata
dan mendatangi mereka.
“Oke, tapi hati-hati perangkapnya.”
“Aku memang gemuk, tapi aku nggak bodoh.
Aku akan hati-hati.”
Elf memberikan jalan dengan sopan kepadanya,
Dwarf berdiri di depan party, dia mondar-mandir
ke kanan dan ke kiri persimpangan berbentuk T ini.
Dia menendang lantai batu itu, dan memerhatikan
dengan seksama. Kemudian, dia membelai
jenggotnya dengan percaya diri. “Aku bisa lihat
jejak mereka, makhluk kecil tengik ini berada di
sebelah kiri.”
Priestess bingung. “Bagaimana kamu bisa tau?”
“Dari keusangan lantainya. Lantai sebelah kiri
lebih usang dari sebelah kanan karena lebih sering
di lewati. Berarti mereka datang dari sebelah kiri,
kemudian balik dari sebelah kanan, atau datang
dari kiri dan berbelok mengarah keluar.”
“Kamu yakin?” Goblin Slayer bertanya.
“Tentu saja aku yakin, Aku ini dwarf.” Dwarf
menjawab sambil menepuk perutnya.
“Aku mengerti.” Goblin Slayer bergumam,
kemudian terdiam.

234
“Ada yang salah tuanku Goblin Slayer?”
Lizardman bertanya.
“Kita pergi ke arah sini.” Goblin Slayer berkata,
ujung pedangnya mengarah.... ke kanan.
“Bukannya si cebol bilang goblin ada di sebelah
kiri?” Elf berkata.
“Ya, tapi jika kita pergi kesana, kita akan
terlambat.”
“Terlambat kenapa?”
“liat saja nanti.” Dia berkata dengan mengangguk
tenang.
Tidak lama setelah mereka berjalan ke kanan,
mereka di sambut oleh bau yang sangat mencekik.
Aroma udaranya sangat tebal dan busuk. Sensasi
yang tajam dapat terasa di mulut mereka dalam
tiap tarikan napas.
“Urk...” Dwarf menutup hidungnya.
“Urghh...” Lizardman berusaha menahan
napasnya.
Elf pun secara tidak sadar menggunakan sebelah
tanganya yang memegang busur untuk menutup
mulutnya.
“Ap.... Apa ini? Apa ini aman untuk di hirup?” Elf
mengeluh.
Gigi Priestess bergetar, dia mengetahui betul
bau ini.

235
“Jangan di lawan, bernapas lah lewat hidungmu.
Kamu akan terbiasa sebentar lagi.” Goblin Slayer
tidak melihat ke belakang, dan terus berjalan
menyusuri jalan ini.
Anggota partynya berusaha mengikuti. Bahkan
Priestess pun sanggup mengikutinya.
Sumber bau sudah semakin dekat, mereka
berhadapan dengan sebuah pintu kayu jabuk yang
sepertinya sengaja di pasang agar tidak ada yang
masuk.
“Hmph.” Goblin Slayer menendangnya. Dan
pintu jabuk itu pun terlepas dari engselnya. Cairan
busuk yang menggenang di lantai, terciprat di saat
pintu itu jatuh.
Ini adalah tempat di mana para goblin
menyimpan sisa-sisa makanan mereka, Termasuk
tulang belulang yang masih terdapat sedikit
dagingnya. Tai. Mayat. Semuanya. Dinding yang
sebelumnya putih bersih, sekarang penuh akan
noda-noda jorok tumpukan sampah.
Diantara semua itu, mereka dapat melihat
rambut yang menggantung dan kaki yang di ikatkan
pada sebuah rantai, dua tangan dan kakinya hancur
penuh akan luka, urat tangan dan kakinya sudah di
sayat.
Itu adalah seorang elf.

236
Kurus, terselimuti oleh kotoran. Sisi sebelah kiri
tubuhnya masih cukup menunjukkan kecantikkan
bangsanya.
Sisi sebelah kanannya merupakan sebuah cerita
yang berbeda.
Tubuhnya yang anggun sudah tidak terlihat lagi
karena di tutupi oleh memar-memar. Mata dan
buah dadanya sudah hancur.
Tujuan utama mereka tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk menyiksa.
Oh, jangan lagi... pikiran tersebut terlintas di
benak Priestess.
“Hueergh...eurghhh...”
Tepat di sebelah Priestess—namun terlihat
jauh—High Elf Archer mengeluarkan isi perutnya
yang membuat kotoran di lantai semakin
bertambah.
“Apa ini?” Dwarf membelai jenggotnya, namun
dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi horror
pada wajahnya.
“tuanku Goblin Slayer?” bahkan Lizard Priest
yang biasanya tenang pun, terlihat jijik akan
pemandangan ini.
“Kalian belum pernah liat ini sebelumnya?”
Mendengar pertanyaannya, High Elf Archer
mengangguk. Tidak berusaha mengelap mulutnya.
Air matanya menetes di pipi dan telinganya

237
menggantung rendah hingga hampir menyentuh
pipi.
“Aku mengerti.” Goblin Slayer mengangguk.
“.....nuh....bu....bunuh....” Priestess
mendengakkan kepalanya di kala dia mendengar
desahan suara itu. Elf yang tertangkap itu masih
hidup! Priestess dengan cepat mendatanginya dan
memapang tubuhnya, tidak mempedulikan kotoran
yang mengotori tangannya.
“Berikan aku potion!”
“Tidak, dia sudah terlalu lemah. Potion itu hanya
akan tersangkut di tenggorokkannya.” Lizardman
mengikuti Priestess dan memeriksa tubuh elf yang
tertangkap itu dengan tangannya yang bersisik.
”Lukanya tidak fatal, tapi dia hampir mati karena
kelelahan, dia membutuhkan keajaiban.”
“Baik!” Priestess mendekatkan tongkatnya ke
dadanya dengan satu tangan, dan meletakkan satu
tangannya lagi ke dada elf yang terluka. “O Ibunda
Bumi yang penuh ampunan, ulurkanlah tanganmu
kepada luka anakmu ini.”
Memerhatikan healer mereka mengeluarkan
keajaiban Dewi di depan matanya, Goblin Slayer
berjalan mendekati High Elf Archer.
“Kamu mengenalnya?”
Masih berlutut, tubuhnya bergetar tidak
karuan. Elf menggelengkan kepalanya. “Kemung....

238
kemungkinan dia seperti aku.... elf yang tidak
‘berakar’ yang......menjadi petualang.”
“Aku mengerti.” Goblin Slayer mengangguk,
dan dengan sigap berjalan mendekati tawanan itu.
Pedang di tangannya. Lizardman tampak cemas
melihatnya.
“Ohh....!”
Kita sudah kehabisan waktu.
Priestess memucat dan berdiri. “Ber-berhenti
disitu!” dia berdiri dan melebarkan lengannya di
depan tawanan elf yang tergeletak. Goblin slayer
tidak berhenti.
“Minggir.”
“Nggak, aku... aku nggak mau!”
“Aku nggak tau kamu ini sedang ngigau seperti
apa,” Goblin Slayer berkata dengan sedikit jengkel.
Nada suaranya tidak berubah, tenang dan tanpa
ampun. “Tapi, aku datang kemari dengan satu
tujuan : untuk membasmi goblin.”
Pedangnya menebas.
Terdapat semprotan darah dan sebuah teriakan.
“Tiga.”
Sebuah tubuh terjatuh. Itu adalah goblin. Pedang
itu menembus otaknya, dan goblin itu menjatuhkan
pisau beracun yang di pegangnya seketika dia mati.
Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari
keberadaan goblin itu yang bersembunyi di dalam

239
tumpukkan sampah di belakang tawanan elf itu.
Tidak. Pikir Priestess, menggelengkan kepalanya.
Dia sudah menyadarinya. Dan tawanannya juga.
“Bu...bunuh mereka....semua...” petualang elf
itu muntah darah ketika dia mengucapkan kalimat
itu.
Goblin Slayer menginjakkan kakinya pada mayat
goblin, dan menarik pedang yang tertancap. Dia
menggunakan kain yang di pakai goblin untuk
membersihkan lemak daging yang tertempel.
“Itu memang tujuanku.” Dia menjawab tenang.
Tidak ada lagi seorang pun yang berkata apapun.
Apa yang sudah terjadi pada pria ini di masa
hidupnya? Dia ini apa? Orang-orang yang berdiri di
dalam ruangan penuh kotoran itu, akhirnya sedikit
mengerti.
Priestess mengingat percakapannya dengan
Witch tentang Goblin Slayer, dan perkatannya
adalah : “Biarkanlah, itu, menjadi, keputusanmu,
sendiri. ”
Sekarang dia sudah mengerti arti dari kalimat itu.
Setiap petualang, termasuk mereka yang mati pada
quest pertamanya, mereka akan mengalami yang
namanya membunuh dan kematian. Mereka akan
menemui hal-hal yang buruk. Desa atau kota yang
di serang para monster bukanlah pemandangan
aneh bagi mereka.

240
Tapi, selalu ada logika di balik semua itu. Dari
bandit dan penjahat, hingga dark elf dan naga,
bahkan slime—mereka semua memiliki alasan
memgapa mereka melakukan sesuatu.
Hanya goblin yang berbeda. Mereka tidak
mempunyai alasan. Hanya kejahatan. Kejahatan
terhadap manusia, terhadap semua makhluk
hidup. Untuk berhadapan dengan goblin, sama saja
dengan berhadapan dengan kejahatan itu berulang-
ulang kali.
Itu bukanlah sebuah petualangan. Dan seseorang
yang menjalani pilihan itu—mereka bukanlah
petualang. Mereka adalah dia.
Seorang pria dengan armor penuh noda dan
helm yang kotor, membawa pedang yang sepertinya
terlalu panjang untuk di gunakan.

“Goblin Slayer....”

Di balik kegelapan dan aroma busuk, seseorang


membisikkan namanya.

241
Tanggung jawab untuk mengantar tawanan elf
kembali ke hutan tempat tinggal para elf, jatuh
kepada Lizard Priest.
Dia mengeluarkan beberapa taring kecil dari
kantongnya, dan menyebarkannya ke lantai.
“O tanduk dan cakar leluhur kami, Iguanodon,”
dia membaca mantra. “jadikanlah empat anggota
tubuh menjadi dua kaki untuk berjalan di bumi ini.”
Seusai selesai membaca mantranya, taring yang
berada di lantai bergetar dan mulai membesar. Tidak
lama kemudian, terbentuklah tengkorak lizardman,
yang berlutut dan menundukkan kepalanya kepada
Lizard Priest.
“Ini adalah dragontooth warrior, sebuah
keajaiban yang di turunkan oleh ayahanda saya.”
Dia menjelaskan.
“Seberapa kuat dia dalam bertarung?” Goblin
Slayer bertanya.
“Berhubung saya cukup kompeten, dia dapat
menghadapi satu atau dua goblin bila keadaan
memerlukan.”

242
Lizardman menulis sebuah surat yang berisikan
keadaan yang terjadi, dan memberikannya kepada
dragontooth warrior. Yang kemudian dragontooth
warrior menggendong elf itu dan beranjak pergi.
Antara ini dan minor heal, party ini sudah
menggunakan dua dari keajaibannya. Tidak ada
yang memprotes.
“Apa-apaan ini....? Apa yang terjadi disini...?”
High Elf Archer merengek. Berjongkok di kotoran,
Priestess menepuk punggungnya.
Anehnya, walaupun mereka masih berada di
ruangan penuh kotoran ini, tidak ada satupun
dari mereka yang merasa terganggu oleh aroma
busuknya lagi.
Aku rasa kami sudah terbiasa.
Priestess tersenyum sedih. Tangan dan kakinya
sedikit bergetar sedikit.
Dwarf Shaman memegang jenggotnya dan
menggerutu, berkata bahwa dia merasa tidak
enak badan. Dia berdiri di pintu masuk ruangan
itu, dan dragontooth warrior beserta muatannya
melewatinya.
Goblin Slayer membelakangi semua anggota
partynya. Dia mengobrak-abrik tumpukan sampah
yang ada, mendorong ini itu, melempar ini itu,
Sampai akhirnya dia menarik sesuatu dari tumpukan
sampah itu.

243
Itu adalah sebuah ransel kulit yang di
peruntukkan bagi para petualang. Goblin sudah
merogoh isi dalamnya, tapi seperti mereka merasa
tidak ada yang menarik dan membuang kantongnya.
Goblin Slayer pun mengambil barang yang ada di
dalamnya.
“Ah, aku yakin barang itu pasti ada diisini.” Dia
mengeluarkan secarik kertas yang sudah menguning
karena di makan umur.
“Apa itu?” Priestess bertanya pelan, seraya
menepuk punggung elf.
“Ini pasti milik tawanan itu.” Goblin Slayer
berkata. Dengan perlahan membuka kertas itu—
tidak, itu adalah daun kering. Dengan jarinya, dia
menyusuri sebuah garis yang tergambar di kertas
itu. Kemudian dia mengangguk, seperti sudah
menemukan apa yang dia cari.
“Ini adalah peta reruntuhan ini.”
“Elf itu pasti menggunakan ini untuk menelusuri
tempat ini.....” Ada kemungkinan yang cukup besar
bahwa, elf itu tidak mengetahui jika reruntuhan ini
sudah menjadi sarang goblin. Sejauh dia memasuki
reruntuhan untuk bertualang, nasib yang di
alaminya adalah salah satu dari kemungkinan yang
akan terjadi.
Kenyataan bahwa mereka dapat
menyelamatkanya tepat pada waktunya hanyalah

244
sebuah keberuntungan belaka. Walaupun Priestess
tidak ingin mengakuinya.
“Jalan ke kiri mengarah ke sebuah galeri.”
Goblin Slayer berkata, mempelajari peta dengan
seksama. “Yang berhubungan langsung dengan
atrium. Aku bisa menjamin bahwa gerombolan
mereka ada disana, tempat yang cukup besar untuk
mereka semua tidur.” Dia melipat kertasnya dan
memasukkannya ke tasnya. “Sepertinya jalan ke kiri
memang jalan yang benar.”
“Hmph.” Dwarf mendengus tersinggung.
Goblin Slayer juga mengambil beberapa botol
salep dan item kecil lainnya dari ransel tersebut.
Dan kemudian, tanpa mengucapkan apa-apa. Da
melempar tas tersebut mengarah High Elf Archer.
Elf terkejut.
“Ambil itu.”
Ketika High Elf Archer menggunakan ransel itu,
dia melihat ke atas. Ujung matanya merah dan
gembung karena dia menggosoknya. Dia terlihat
tidak nyaman.
“Ayo pergi.”
“Tunggu dulu, kamu nggak bisa ngomong kayak
gitu ke—”
“Nggak apa-apa.” Elf memotong omelan marah
Priestess.
“Kita...kita harus cepat.”

245
“Benar.” Goblin Slayer berkata dengan tenang.
“Kita harus membunuh semua goblin.” Dia berjalan
dengan sigap seperti biasanya, entah kenapa
terlihat sedikit kasar. Melewati pintu, meninggalkan
ruangan penuh sampah ini.
Dia tidak melihat ke belakang.
“H-hei, tunggu—!”
Elf memanggil dan buru-buru mengikuti.
Priestesspun mengikuti tanpa suara.
Dua petualang yang tersisa melihat satu sama
lain..
“....Ya tuhan.” Dwarf menghela nafasnya,
memutar jenggotnya. “Dia benar-benar sesuatu,
aku meragukan kalau dia itu manusia.”
“Saya mendengar Eotyrannus sang tirani juga
seperti demikian. Sepertinya legenda itu tidak
sepenuhnya salah.” Lizardman memutar matanya.
“Mungkin kamu harus sedikit gila untuk bisa ahli
dalam pekerjaan ini.”
“Walaupun demikian, saya merasa kita harus
pergi. Saya tidak bisa memaafkan mahkluk kecil
itu.”
“Aku juga begitu scaly, goblin adalah musuh
lama para dwarf.”
Dwarf Shaman dan Lizard Priest melihat satu
sama lain, dan pergi menyusul Goblin Slayer.
Jalan di sebelah kiri, berliku-liku layaknya sebuah

246
labirin. Ini adalah hal biasa bagi sebuah benteng.
Jika kamu tidak memahami struktur reruntahan ini,
maka kamu akan mudah tersesat.
Tapi mereka memiliki peta peninggalan tawanan
elf, dan dua orang yang melacak keberadaan
perangkap. Mereka memang bertemu dengan
beberapa goblin yang sedang patroli, namun itu
bukanlah hal yang di luar dugaan. High Elf Archer
menembakkan panahnya dari panah kecilnya,
dan jika dia gagal, Goblin Slayer akan maju untuk
menghabisinya.
Pada akhirnya, tidak ada satupun goblin yang
selamat setelah bertemu dengan party mereka.
Priestess memerhatikan wajah Elf dengan
seksama, tegang layaknya tali busur yang di tarik.
Dia sudah menyaksikan tembakan menakjubkan
Elf di pintu masuk tadi, dan kemungkinan bahwa
panahnya dapat gagal dalam menghentikan
musuhnya tampak sangat mustahil....
Namun Goblin Slayer, merasa tidak terusik
dengan semua itu. Dia berjalan ke depan dengan
langkah tenangnya yang seperti biasa.
Akhirnya mereka mencapai tempat terakhir
untuk beristirahat sebelum mereka mencapai galeri.
“Berapa magic lagi yang kita punya?” Goblin
Slayer berkata dengan pelan, mendekatkan dirinya
pada dinding dan mengganti senjatanya.

247
High Elf Archer berjongkok di sudut, Priestess
berjalan mendekatinya. “Um... Aku sudah
menggunakan minor heal satu kali, jadi aku punya
dua keajaiban lagi.” Dia berkata.
“Saya telah memanggil dragontooth warrior satu
kali,” Lizardman berkata. “Saya dapat menggunakan
keajaiban sebanyak tiga kali lagi, tapi....” Ekornya
bergoyang ke kiri dan ke kanan, dia meraih
tasnya dan mengeluarkan beberapa buah taring.
“Keajaiban dragontooth warrior membutuhkan
sebuah komponen material, jadi kemungkinan saya
hanya dapat menggunakannya sekali lagi.”
“Aku mengerti.” Dia mengangguk, kemudian
tatapannya mengarah kepada Dwarf Shaman
“Bagaimana dengan kamu?”
“Hmm, coba ku liat....” Sang Dwarf mulai
menghitung dengan jari kecilnya, dan bergumam.
“Satu, dua....” Gumamnya. “Tergantung
mantranya.” Dia menyatakan. “ Mungkin empat
atau lima, yah empat untuk yakinnya.”
“Aku mengerti.”
Jumlah dari magic yang dapat di gunakan
para pembaca mantra bertambah seiring dengan
tingkatan mereka—tapi tidak drastis. Kekuatan
sesungguhnya para pembaca mantra terletak pada
tingkat kesulitan mantra yang mereka gunakan. Jika
mereka bukan petualang tingkat platinum—dan

248
walaupun terdapat mereka yang mempunyai bakat
luar biasa—jumlah mantra yang dapat mereka
gunakan per harinya sangatlah terbatas.
Yang artinya, setiap mantra sangatlah berharga.
Menggunakannya secara percuma, maka kamu
akan mati.
“Um, kamu mau minum? Kamu bisa minum?”
“Terima kasih.” Elf mengambil gelas yang di
tawarkan Priestess, dan meminumnya.
Elf hanya diam saja selama ini, sang Elf selalu
menerima rasa iba dari Priestess dengan senyum
tipisnya.
Siapa yang bisa menyalahkannya? Pikir
Priestess. Setelah melihat apa yang sudah terjadi
pada elf tawanan itu....
Priestess sendiri terkadang bermimpi, apa yang
terjadi pada mantan partynya.
Pada saat itu, Priestess dan Goblin Slayer selalu
mengambil quest setiap harinya hampir tanpa
henti. Jika di pikir lagi, dia merasa senang bahwa dia
tidak memiliki waktu untuk berhenti dan berpikir.
“Jangan minum terlalu banyak, itu akan
memperlambat aliran darahmu.” Goblin Slayer
berkata dengan tenang. “Kamu nggak akan bisa
bereaksi dengan cepat.”
Dia tidak mengatakan itu untuk benefit Elf, tapi
hanyalah karena logika. Dia hanya ingin memastikan

249
bahwa mereka semua mengetahuinya.
“Priestess berdiri, seperti akan membela Elf. “pak
Goblin Slayer....!” Dia berkata. “Nggak bisakah....
kamu sedikit....?”
“Aku nggak mau salah mengarahkan seseorang.”
Dia berkata dengan gelengan pelan. “Jika kamu
sanggup untuk bergabung dengan ku maka
bergabunglah, jika nggak silahkan pergi. Mudah
saja.”
“....Jangan sinting.” Elf berkata sambil mengelap
air di mulutnya.
“Aku seorang ranger. Orcbolg... kamu, bahkan
kamu nggak akan sanggup mengintai dan mencari
perangkap dan bertarung seorang diri.”
“Siapa yang mampu, harus melakukan apa yang
mereka bisa.”
“Maksudku, kita kurang tenaga. Kita hanya
berlima.”
“Jumlah bukanlah masalah. Akan lebih buruk
jika kita meninggalkan tempat ini begitu saja.”
“Oh, demi Tuhan!” Elf menjambak rambutnya,
telinganya menegang kebelakang. “Aku sudah
nggak tau lagi apa yang sudah terjadi disini....”
“....Apa kamu mau kembali?”
“Gimana mungkin?! Setelah melihat apa yang
sudah di lakukan pada tawanan itu?! Rumahku....
rumahku nggak jauh dari sini....”

250
“Aku mengerti.” Jawab singkat Goblin Slayer
pada High Elf Archer yang gelisah.“Kalau begitu,
ayo pergi.” Dengan itu dia berdiri. Mengakhiri
perdebatan singkat mereka.
Goblin Slayer berjalan mendahului mereka tanpa
berkata apa-apa lagi. High Elf Archer menatap tajam
punggung Goblin Slayer dan mengeratkan giginya.
“Tenanglah telinga panjang. Wilayah musuh
bukanlah tempat yang tepat untuk berkelahi.”
Ada jeda “Kamu benar.” Elf berkata.
Dwarf menepuk pelan punggung Elf, telinga Elf
mengantung rendah.
“Maafkan aku, aku benci harus menyetujui
Dwarf, walaupun dia benar.”
“Ah, itu baru telinga panjang yang aku kenal!”
Busur pendek di tangannya, Elf berjalan. Priestess
sedikit menundukkan badan memberi hormat pada
Dwarf pada saat dia melewatinya. Dwarf mengikuti,
mengepak barang-barangnya. Dan Lizard Priest
berdiri membuntuti mereka.
“Nggak ada salahnya berhati-hati.” Dwarf
berkata.
“Benar, saya harus membuat persiapan untuk
berdoa.” Lizardman berkata sambil membuat
gerakan tangan yang aneh.
*****

251
Mengikuti peta, akhirnya party mereka
menemukan galerinya.
Elf berada di posisi depan, berjalan jinjit layaknya
seekor kucing yang mengincar mangsanya. Dia
menunjukkan cara untuk bergerak kepada rekannya.
Oleh karena itu dialah yang pertama sampai
untuk melihat aula yang besar ini.
Seperti yang tergambar di peta, galeri ini
melingkar mengelilingi atrium yang besar. Langit-
langitnya menjulang tinggi hingga ke permukaan
tanah. Para elf hidup hingga ribuan tahun, dan
hampir tidak ada elf yang lebih tua dari bangunan
ini.
Walaupun sudah di makan waktu. Dinding
batu putih masih menunjukkan sebuah ilustrasi
pertarungan pada jaman para Dewa yang
mengesankan. Para Dewa yang cantik bertarung
dengan Dewa yang buruk rupa. Pedang beradu, petir
menyambar, sampai akhirnya mereka berusaha
menyelesaikannya dengan dadu.
Itu merupakan sebuah gambaran apa yang
sudah terjadi sebelum terciptanya dunia. Jika
sebelumnya tempat ini adalah sebuah benteng, apa
yang di rasakan para prajuritnya yang melihat ini?
Jika keadaanya berbeda, High Elf Archer tentunya
akan terpesona.
Tapi keadaannya tidak berbeda, oleh karena itu

252
dia tetap tutup mulut.
Elf bersandar pada pagar galeri dan mengintip
dari balik pagar mengarah atrium. Dari dinding yang
menjulang setinggi tebing, dia dapat melihat goblin.
Dan bukan satu atau dua, bahkan bukan sepuluh
atau dua puluh.
Sebuah gerombolan yang banyak. Melebihi total
jumlah jari kelima petualang itu.
Elf menelan liurnya, rasa amarah yang membara
di hatinya tiba-tiba mulai meredam.
Tawanan elf itu mungkin menjadi bulan-bulanan
semua goblin yang berada disini. High Elf Archer
tiba-tiba membayangkan apa yang akan terjadi
pada dirinya sendiri disini jika dia tidak berhati-hati.
Dia tidak memiliki keberanian untuk menghadapi
mereka semua sendirian, dia mengigit bibirnya
untuk menghentikkan giginya yang gemetar.
“Bagaimana?”
Elf hampir melompat terkejut, telinganya
menegang.
Bagaimana bisa Goblin Slayer menyelinap
kebelakangnya tanpa di sadari olehnya?
Sebagian alasannya adalah karena Elf sedang
terfokus pada apa yang di depannya, dan sebagian
karena Goblin Slayer bergerak dengan sangat halus,
berbeda dari langkahnya yang selalu sigap seperti
sebelumnya.

253
Goblin Slayer tidak memegang obor, mungkin
karena takut akan terlihat.
“Ja-jangan bikin kaget kayak gitu...”
“Aku nggak bermaksud seperti itu.”
Elf melotot kepada helm kotornya. Mengelap
keringat yang muncul di dahinya.
“Liat saja sendiri, mereka ada banyak sekali.”
“Nggak masalah.” Katanya dengan tenang.
Dia membuat gerakan tangan mengisyaratkan
agar rekan partynya mendatangi mereka, dan
dengan cepat memberitahukan rencananya.
Tidak ada yang protes.
*****
Yang pertama kali menyadari bahwa ada sesuatu
yang tidak biasa adalah goblin yang baru bangun
dari tidurnya. Ini sudah saatnya untuk berganti jaga,
namun patroli terakhir belum kembali juga.
Yah mungkin lebih baik dia menyiksa elf itu
saja lagi. Benar, mungkin sudah tidak mengasikkan
seperti sebelumnya, teriakannya sudah semakin
lemah. Dia berharap, semoga mereka mendapatkan
mangsa lagi.
Tanpa di sadari olehnya, kesempatan itu telah
mendatanginya.
Goblin itu mengejangkan tubuhnya dan
mengendorkan tubuhnya lagi, membiarkan perut
buncitnya menggantung. Di saat dia akan menguap,
254
dia melihat sesuatu yang aneh berdiri di atas pagar
galeri.
Seorang Dwarf.
Seorang Dwarf yang meminum sesuatu dari
botol merahnya.
“GUI...?”
Dan tepat saat itu, Dwarf melihat goblin yang
kebingungan yang ada di bawahnya dan meludah
kepadanya, yang kemudian ludahnya menjadi
kabut.
Goblin itu bersin. Ini alkohol! Dwarf itu
menyemprotkan alkohol kepadanya!
“Minum tanpa henti, bernyanyi dengan lantang,
biarkan para roh menuntunmu! Bernyanyi dengan
lantang, melangkah dengan cepat, dan pada saat
kamu tertidur mereka akan melihatmu. Semoga
sebotol fire wine menyambutmu dalam mimpi!”
Dan kemudian, sekali lagi dia menyemprotkan fire
wine kepada monster itu
Goblin itu merasa bingung dengan apa
yang terjadi, namun dia sadar bahwa dia harus
memperingatkan teman-temannya. Dia membuka
mulutnya dan.....
.....tidak dapat mengeluarkan suara.
Lidahnya bergerak dan dia juga masih bernapas.
Namun suaranya tidak bisa keluar.
Sekarang, menurut kalian apa yang yang terjadi?

255
Jika di lihat dengan seksama, goblin menyadari
ada seorang Priestess yang berdiri di samping
Dwarf, mengayunkan tongkatnya.
“ O Ibunda Bumi yang penuh ampunan,
berikanlah kami kedamaian dalam menerima
semua cobaan...”
Goblin itu tidak bisa menangkap apa yang di
ucapkan gadis itu, otak berkaratnya berpikir sekeras
yang dia bisa. Namun entah mengapa tiba-tiba dia
merasa seperti melayang dan rasanya....cukup
menghanyutkan.
Patroli sebelumnya masih belum kembali, masih
sempat untuk tidur sampai mereka balik kan?
Dia menguap lebar, dan kembali tidur.
Dan kemudian dia mati.
Goblin itu tidak pernah menyadari bahwa dia
sudah menjadi korban silence dan stupor. Goblin
Slayer menusukkan leher goblin itu dengan pisau
sebelum goblin mengetahui apa yang terjadi.
Goblin itu membuka matanya, darah menciprat dari
lukanya, namun Goblin Slayer terus membenamkan
pisaunya lebih dalam dan membunuhnya.
High Elf Archer, Lizard Priest turun dari galeri
tanpa suara dan memakai senjatanya untuk
membunuh semua goblin yang tertidur di aula yang
luas ini. Mereka harus bergerak dengan cepat untuk
menyelasaikan pekerjaan mereka selama efek dari

256
skill Priestess dan Dwarf masih aktif.
Mereka harus tenang, kejam. Menusukkan pisau
mereka pada goblin yang tertidur dan menekannya
dalam sampai mereka tidak bergerak. kemudian
berlanjut ke berikutnya. Ini bukanlah pertarungan,
hanya pekerjaan.
Ini bukanlah pekerjaan mudah. Elf terlihat lelah
tanpa mengeluarkan suara. Di saat dia menusuk
tenggorokan goblin ketiga atau keempat, dia tidak
dapat lagi menyembunyikan rasa beban pada
dirinya.
Keringat mengucur di dahinya, mata pisau
batunya menjadi licin karena lemak daging, yang
tidak bisa hilang seberapa keras dia mengelapnya.
Dia melihat sekitar, mencoba memerhatikan apa
yang di lakukan rekannya. Lizardman membawa
sebuah pedang yang terbuat dari sebuah taring
suatu monster yang di asah. Pedang putih itu
sudah berubah menjadi merah, namun sepertinya
ketajamannya belum berkurang. Pedang itu pastilah
sudah di tempa dengan kekuatan yang ajaib.
Goblin Slayer, tentunya bergerak dengan mudah.
Berpindah dari leher satu ke leher lainnya.
Dan bahkan dia tidak memiliki senjata khusus.
High Elf Archer memperhatikan tangan Goblin Slayer
dengan pengelihatan tajamnya yang di miliki setiap
elf pemburu. Di saat Goblin Slayer membunuh satu

257
goblin lagi, dia memotong beberapa jari goblin itu
untuk melepas senjata yang di pegangnya. Dan
menukar senjatanya yang tumpul dengan senjata
baru yang di ambilnya.
Jadi begitu. High Elf Archer memasukkan
pisaunya kembali ke sarungnya, dan meniru cara
Goblin Slayer.
Dia menguatkan dirinya untuk membunuh
setiap goblin yang tertidur ini. Monster itu tidak
akan pernah tahu apakah dia korban yang pertama
atau yang terakhir.
Dan di tengah-tengah pembantaian ini, rasa
amarah yang ada di hati Elf mulai berkurang.
Ini bukanlah karena dia melupakan apa yang
sudah terjadi pada elf tawanan itu, itu adalah hal
yang mustahil. Akan tetapi.....
“.............”
Di dalam hatinya, dia merasakan rasa dingin,
aneh dan baru.
Dia menelan liur tanpa di sadarinya. Matanya
melirik....mengarah pada pria itu, dengan armor
kulit murahannya dan helm baja, yang masih tanpa
henti menusuk leher goblin. Selagi dia melakukan
pekerjaanya, dia menusukkan tubuh goblin itu dua
kali untuk memastikan bahwa makhluk itu benar-
benar mati.

258
Bagaimana mungkin dia berpikir untuk pergi
sendiri? .....yah, aku rasa dia selalu bekerja sendirian
sebelumnya.
Apa yang Elf sudah ketahui dari pria ini? Elf
tidak tau, tapi walaupun dia sedang menanyakan
pertanyaan ini, tanganya mengambil pisau dari jari
goblin.
Mereka telah selesai membunuh semua goblin
yang ada pada aula yang luas ini kurang dari tiga
puluh menit.
Dinding batu putih, lukisan-lukisan yang
mengesankan di dinding—semuanya ternodai oleh
darah dan daging goblin.
Ketika mereka mengatakan medan tempur
adalah lautan darah, mereka tidak bercanda. Pikir
Elf.
Tidak lama kemudian, Dwarf Shaman dan
Priestess turun dari galeri. Goblin Slayer melihat
para petualang yang berkumpul dan menunjuk
menuju ruangan yang lebih dalam dengan
pedangnya. Tubuhnya belepotan oleh darah dari
kepala hingga kaki... tapi bagi Elf, itu tidak membuat
sebuah perbedaan. Peta dengan jelas menunjukkan
bahwa terdapat ruangan di bagian yang lebih
dalam. Mereka akan mencari goblin yang selamat
dan membunuhnya.

259
Mata Elf bertemu dengan matanya—atau
paling tidak itu yang dia kira, walaupun dia tidak
bisa melihat di balik helm Goblin Slayer. Dengan
anggukkan, Goblin Slayer berjalan sigap. Tanpa
melihat ke belakang seperti biasanya.
Dunia tanpa suara. Apa yang akan dia lakukan
jika tidak ada yang menyadarinya pergi?
Ya ampun.
Party itu melihat satu sama lain dan tersenyum
tanpa suara.
Adalah Priestess yang mengikutinya terlebih
dahulu. di lanjut oleh Elf, berat busurnya seberat
dengan beban di tangannya. Dan akhirnya,
Lizardman dan Dwarf Shaman mengikuti mereka.
Seluruh anggota party siap untuk keluar dari aula
ini—dan kemudian itu terjadi.
Terdengar dentuman di udara. Di dalam
keheningan ini, cukup untuk membuat mereka
tersentak.
Semuanya berdiri tak bergerak, memandang
mengarah tempat yang akan mereka tuju.
Goblin Slayer dengan cepat mengangkat
perisainya, mengeluarkan pedangnya—yang dia
ambil dari goblin—perhatiannya tidak tergoyahkan.
Terdengar dentuman lagi, lebih dekat dengan
yang sebelumnya. Sesuatu sedang mendekati.

260
261
Kemudian, dari balik kegelapan. Dia muncul.
Dia memiliki tubuh biru kehitaman yang kekar.
Tanduk yang menonjol dari dahinya, dan aroma
busuk dari setiap hembusan nafasnya. Di tangannya
menggengam sebuah palu perang raksasa.
Mata elf terbelalak terkejut. Dan berteriak
“Ogre....!”
Suara pertama yang mereka dengar dalam
keheningan adalah gema dari teriakan itu.

262
“Aku berpikir para goblin terlalu sunyi.
Pertolongan yang bagus sangatlah sulit di cari akhir-
akhir ini...”
Mulut ogre layaknya sebuah robekan pada
wajahnya. Napasnya menyembul. Suaranya
bagaikan raungan. “Kalian nggak seperti penghuni
hutan yang sebelumnya. Kalian datang kemari untuk
mencari keributan dengan kami.” Aura membunuh
ogre sangatlah terlihat jelas, menghipnotis para
petualang. Mata emasnya membara di kepalanya.
Setiap anggota partynya menyiapkan senjatanya,
dengan kuda-kuda rendah dan siap untuk bertarung.
Dari grup mereka, Goblin Slayer bertanya dengan
tenang. “Apa? kamu bukan goblin?”
“Aku ogre! Jangan bilang kamu nggak
mengetahuinya?!” Dia meneriakkan. High Elf Archer
menggunakan kesempatan ini dari percakapan
mereka untuk menarik panahnya pada busur
pendeknya.
Seekor ogre. Pemakan manusia.

263
Jika goblin terdorong oleh rasa benci pada
mereka yang dapat berbahasa, maka ogre tergerak
oleh insting mereka yang hanya untuk berburu
mangsa. Makhluk tidak berkeyakinan yang jahanam
ini memberikan rasa takut kepada semua petualang
di manapun. Siapapun yang bertemu dengan ogre
dan berhasil selamat akan menceritakan betapa
menakutkannya dan perkasanya mahkluk ini.
Mereka mengatakan seorang knight dengan
perisainya yang kokoh mati karena berusaha
menahan serangan ogre, mendapati perisainya
sendiri terbenam di kepalanya.
Mereka mengatakan seorang warrior menantang
ogre bertarung selama seratus hari, namun monster
itu sama sekali tergores, dan setelah satu bulan
bertarung, warrior itu jatuh kelelahan.
Mereka mengatakan seorang wizard yang
memiliki banyak mantra dasyhat berusaha beradu
dengan seekor ogre namun mati terbakar yang di
sebabkan karena ogre memiliki mantra yang lebih
dashyat lagi.
Dapat di katakan bahwa ogre merupakan musuh
yang sulit bahkan untuk mereka dengan tingkatan
silver. Mereka dengan tingkat porcelain mungkin
akan di lumat layaknya serangga.
Rasa takut tertulis jelas pada semua anggota
party. Tangan Priestess yang bergetar membuat

264
cincin pada tongkatnya berderik bunyi.
Namun Goblin Slayer mengatakan dengan rasa
jengkel. “Nggak, aku nggak tau.”
Terdengar suara nyaring sesuatu yang
bergemuruh—ogre mengeratkan giginya. Dia
melihat warrior yang ada di depannya, Dengan
armor kulit murahannya dan helm bajanya, seolah
tidak percaya apa yang sudah di lihatnya.
“Kamu bajingan! Kamu berani menghinaku?! Aku
di berikan sebuah pasukan oleh demon general—”
“Hmmm.... Aku tau pasti ada seseorang yang
memimpin,” Goblin Slayer berkata, menggelengkan
kepalanya. “Tapi aku nggak tau tentang ogre, atau
demon general, atau apapun itu.”
Dengan meledaknya amarahnya, ogre
mengeluarkan raungan lantang yang tak
dapat di mengerti. Dengan setiap raungan, dia
menghantamkan palu perangnya ke dinding,
mengetarkan reruntuhan dan membuat dinding
batu putih itu retak.
“Kalau begitu biarkan aku mengajarimu
semua tentang kami, manusia bodoh!” Makhluk
itu mendorongkan tangannya kedepan, tangan
kirinya yang pucat dan mulai membaca mantra:
“Carbunculus.... Crescunt....” sebuah cahaya redup
muncul di telapak tanganya dan berputar hingga
akhirnya menjadi api. Api yang membara merah,

265
kemudian perlahan menjadi putih, kemudian
akhirnya biru.....
“Dia memanggil bola api!”
“....Iacta!”
Dwarf Shaman berteriak mengingatkan ketika
ogre telah selesai membaca mantranya. Sebuah
bola api yang sangat panas terbang meluncur di
udara, meninggalkan jejak layaknya sebuah komet.
“Berpencar!” High Elf Archer berteriak. Hal yang
sangat jelas untuk di lakukan untuk menghadapi
mantra dengan efek area ini adalah berpencar agar
satu party tidak terbantai dengan satu serangan.
Di saat semua anggota party berlari ke segala arah,
satu dari mereka melangkah maju menuju bola api.
“O Ibunda Bumi yang penuh ampunan, dengan
kekuatanmu, berikanlah perlindungan pada kami
yang lemah...”
Priestess berdiri disana. Tubuhnya yang kecil
berhadapan dengan bola api raksasa. Tongkatnya
terusung ke depan dan menyuarakan suaranya.
Dan Ibunda Bumi yang penuh ampunan
mendengar doanya, dan memberikan keajaiban
Protection17
Bola api raksasa itu berhadapan dengan sebuah
dinding yang tidak terlihat. Bergerumuh membakar.

17. Protection : Perlindungan

266
“Hrk...!!” Tekanan dan hawa panas menyerbu
tubuh Priestess, membakar kulit dan tangan dan
dagingnya. Tongkatnya bergetar berbunyi, keringat
bermunculan pada dahinya.
“O....O...Ibunda...O ibunda bumi yang penuh
ampunan, dengan kekuatanmu, berikanlah
perlindungan pada kami yang lemah!” Bibirnya
kering, paru-parunya terbakar, Priestess mengulangi
doanya. Akan tetapi hawa panas yang luar biasa
secara perlahan melelehkan perlindungan yang
tidak terlihat itu...
”Ahhh...!” Protection akhirnya berhasil di
tembus oleh bola api. Hawa panas itu sudah
sedikit terkurangi akibat benturan mantra dengan
keajaiban Priestess, akan tetapi, sebuah angin
panas yang kuat masih berhembus mengarah para
petualang. Kelembaban udara menghilang dengan
sekejap, darah pada mayat para goblin mendidih,
Tetapi tidak cukup untuk menyebabkan
kerusakan pada para petualang.
“Haaa....ahh...” Priestess berlutut, lidahnya
bergantung keluar berusaha mencari udara.
Dia dalam kondisi pengunaan mantra yang
berlebih—dia berdoa lebih dari apa yang dapat dia
lakukan. Ritual itu menghubungkannya langsung
dengan surga akan tetapi mengikis jiwanya, dan
sekarang wajahnya pucat dan tubuhnya dingin.

267
“Aku-Aku-Aku minta-minta-maaf...!”
“Nggak,” Goblin Slayer berkata, mengambil
langkah maju dan menyiapkan persainya. “Kamu
menyelamatkan kami.”
Priestess, semakin menunduk, mengangguk
dengan semangat dan memegang erat tongkatnya.
“Kerja bagus,” High Elf Archer berkata, membantu
Priestess berdiri. “Kamu akan baik-baik saja,
serahkan sisanya pada kami.”
“Gadis lacur!” Ogre berkata. “Jangan pikir aku
akan membiarkanmu berakhir semudah elf itu!”
“Kamu pikir bisa menghadapi kami? Kalau begitu
rebut dia dari kami!” High Elf Archer berdiri di
depan Priestess dan melepaskan panah yang masih
tertarik di busurnya.
Ogre mengayunkan palu perangnya dan
meneriakkan seruan perang.
“Panggil seekor dragontooth warrior,” Goblin
Slayer berkata dengan tenang, perhatiannya tidak
pernah goyah dengan mengangkat perisainya untuk
perlidungan. “Kita perlu tambahan tenaga.” Helm
bajanya tidak teralihkan dari ogre, dan pedangnya,
pedang dengan ukuran yang pendek yang dia ambil
dari goblin, menunjuk ke arah musuh.
“Benar sekali, tuanku Goblin Slayer.” Lizard
Priest membuat sebuah gerakan aneh pada kedua
tangannya, dan menyebar beberapa taring kecil di

268
lantai.
“O tanduk dan cakar leluhur kami, Iguanodon,
jadikanlah empat anggota tubuh menjadi dua
kaki untuk berjalan di bumi ini!” Dengan sekejap
taring itu berubah bentuk menjadi tengkorak lizard
warrior.
Dan kemudian Lizard Priest menambahkannya
dengan doa swordclaw: “O sayap maha tajam
Velociraptor, robek dan cabik, terbang dan
berburu!” Sebuah taring yang di genggamnya
tumbuh dan menjadi tajam, hingga sebesar sebuah
scimitar. Lizard Priest melempar senjata yang baru
di buatnya ke arah warrior yang di panggilnya, dan
menarik pedangnya sendiri dari sarungnya.
“Dragontooth warrior dan saya akan maju
bersama dengan tuanku Goblin Slayer! dukung
kami dari belakang!”
“Tentu saja!” Dwarf Shaman menjawab
dengan sigap, layaknya sebuah palu yang sedang
menempa. Dia mengambil segenggam debu pasir
dari kantongnya dan melemparnya ke udara.
“Keluarlah kalian gnome, ini waktunya bekerja,
jangan kau berani melalaikan kewajibanmu—
sedikit debu tidak akan memberimu arti, tapi beribu
debu akan membuatmu menjadi batu yang indah!”
“Kalian pikir aku akan membiarkan begitu saja?
Dasar mahkluk kecil pembuat masalah.” Ogre

269
berlari maju, mengayunkan palunya. Mungkin dia
bermaksud untuk menembus paksa garis depan
pertahanan mereka dan mencapai garis belakang
mereka. Dia memiliki kekuatan untuk itu.
Akan tetapi dia di halangi oleh High Elf Archer
yang menembakkan busurnya secara terus
menerus. “Dwarf bisa belajar mantra tapi nggak
bisa belajar menggerakkan kaki cebol mereka ya?”
“Uraaaaghh!” Setiap panah mengenai
sasarannya, dan salah satu sasaran itu adalah
mata kanan ogre. Dia berhenti kebingungan dan
termundur memegang wajahnya.
“Maafkan hambamu, yang mulia telinga panjang!
Kita semua harus bertarung dengan apa yang telah
di berikan kepada kita oleh para Dewa!”
Dan pada saat itu juga, debu pasir yang
berterbangan di udara berubah menjadi segerombol
batu-batu kecil yang terbang menerjang mengarah
tubuh ogre yang besar. Ini adalah mantra Stone
Blast.
“Hrrrghh! Kalian pikir trik murahan ini cukup
untuk menghentikanku?” Sang ogre sedikit
terhuyung oleh serangan bertubi-tubi itu. Namun
tidak lagi. Monster pemakan manusia itu menyapu
bersih batu-batu itu dengan ayunan tangannya, dan
melanjutkan berlari mengarah para petualang.
Goblin Slayer menerjangnya sendiri.

270
Di saat dia menerjang, perisai di lengannya, dia
membuat sebuah tebasan cepat pada kaki monster
itu.
Gerakannya kecil, cepat, tepat dan tidak kenal
ampun seperti biasanya—
“Hrk...!”
—Terdengar suara metalik di saat pedang itu
terpantul di kakinya. Kulit monster itu, bahkan di
kakinya, Sekeras batu.
“Kurang ajar!”
“Hah...?!”
Palu perang mengayun dan menghajar warrior
yang terguncang. Armornya remuk, dan Goblin
Slayer melambung di udara dan mendarat di sebuah
gundukkan di lantai.
“Orcbolg!”
“Pak Goblin Slayer!” Elf dan Priestess berdua
meneriakkan namanya. Wajah mereka berdua
sama pucatnya.
“Aku bukanlah goblin biasa!” Ogre berteriak,
mencabut panah yang menusuk matanya dan
membuangnya. Mata itu seharusnya sudah rusak,
akan tetapi menjadi bergelembung dan pulih
dengan sendirinya. Dan dengan cepat bercahaya
penuh akan kejahatan lagi.
Oleh karena itu ogre tidak hanya kuat tapi juga
mampu menyembuhkan dirinya sendiri.

271
Gigi elf mulai bergetar.
“Kalian menghentikan mantra ku. Kalian
menghancurkan mata ku. Kalian akan membayar
mahal atas penghinaan ini!” Dia mengangkat
palunya lagi, mengarah kepada Goblin Slayer.
“Pertama, aku akan hancurkan tubuhmu. Kemudian
akan ku perkosa Elf mu dan gadis kecil Priestess mu
di depan matamu!”
“Tidak akan semudah itu pemakan manusia!”
Dragontooth warrior menjadi penyelamat Goblin
Slayer. Pelayan tengkorak itu menyeret Goblin Slayer
tepat di saat sebelum hantaman itu mengenainya.
“Pak Goblin Slayer....!” Dengan langkah
terhuyung, Priestess berlari mengarah tempat
Goblin Slayer di evakuasi.
“Jaga dia, nyonya Priestess!” Lizardman dan
rekannya yang lain bergerak untuk menghalau ogre
yang terus bergerak maju.
“Menyingkir dari jalanku, dasar kau penghuni
rawa bajingan!” Monster itu mengayunkan
palunya turun, namun Lizardman menangkisnya
menggunakan ekornya dengan sangat baik.
“Master Dwarf, nyonya Elf—tolong bantuanmu!”
“Baca mantramu Dwarf!”
“Sedang aku lakukan!”
Berlari di antara lantai yang hancur, Elf
menembakkan panahnya secara bertubi-tubi.

272
Satu per satu terbang di tengah-tengah udara,
menembus paksa kulit pucat ogre.
“Kamu ini mengganggu sekali seperti lalat,
gadis!”
“Ap—? Huh?!”
Namun hanya itulah yang mampu mereka
lakukan. Sang ogre sama sekali tidak menunjukkan
bahwa dia terluka, menghantamkan palu perangnya
ke sebuah dinding. Elf telah kehilangan tempat
berpijaknya dan terlempar ke udara.
Seekor makhluk tanpa sayap tidak akan bisa
bergerak di udara, dan ogre ini tentunya tidak akan
melewatkan kesempatan seperti ini. Dia melangkah
mendekat dan mengayunkan senjatanya.
“Apaaaa?!”
Namun begitu juga dengan Elf yang tidak
melewatkan kesempatan ini. Dia melengkungkan
tubuhnya layaknya seorang akrobat dan
menghindari palu yang datang mengarahnya.
Akan tetapi, gerakan ogre tidak hanya untuk
menghabisi Elf, seakan-akan ingin memenuhi
sumpah serapah dendamnya, reruntuhan
menghujani dari atas langit-langit akibat ayunan
senjata itu.
“Hrgh!”
“Whoa!”

273
Lizardman dengan cepat merayap untuk
menghindar, Dwarf berguling untuk menghindar
reruntuhan yang terjatuh. Akan tetapi dragontooth
warrior tidak cukup cepat untuk menghindarinya.
Batu itu menghujaninya. Di ikuti dengan palu perang.
Dragontooth warrior hancur berkeping-keping
menjadi tumpukan tulang seperti sebelumnya.
Dia tentunya sudah memenuhi tujuannya
sebagai target tambahan, akan tetapi...
“Ini tidak bagus!” Lizardman berteriak.
“Kalian pikir bisa menghentikanku hanya dengan
tulang, cabang pohon, dan batu?!” Ogre meraung,
menepis semua panah yang mengarah tubuhnya
dengan ayunan palu perangnya. Sang Elf menjauh
dengan tergesa dari tumpukan reruntuhan yang di
hasilkan oleh hantaman yang sebelumnya, berusaha
untuk menghindari kejadian yang sama.
“Kalau seperti ini terus, kita bisa mati!” Elf
berteriak, bahkan ketika dia melompat di udara,
menyiapkan panahnya, dan menembakkannya di
udara. Dia tidak mempunyai pilihan lain, walaupun
panahnya seperti tidak menghasilkan kerusakan
sama sekali pada tubuh ogre—dan ketersediaan
panahnya yang terbatas.
“Ini juga mantra terakhirku!” Dwarf berteriak
seraya dia mengeluarkan Stone Blast terakhirnya.
Hujan batu itu membuat ogre tersentak namun

274
tidak terluka.
“Apa hanya ini yang bisa kalian lakukan?!”
“Hmph, aku tau lebih baik aku mempelajari
firebolt saja!” dwarf mengelap tangan kosongnya
dan bergumam. “Atau mungkin aku harus lebih
mendalami stupor.”
“Masa untuk memikirkan itu sudah berlalu,”
Lizardman berkata, matanya berputar. “Apa kita
perlu melarikan diri?”
“Nggak terlintas di benakku,” kata Dwarf ceria.
“Cucu ku bakal memotong jenggotku!”
“Setuju. Seorang naga tidak akan pernah lari,”
Ketika mereka sedang bercakap, Lizard Priest
yang tak kenal lelah mempersiapkan pedang
pendeknya dan Dwarf mengeluarkan sebuah
ketapel.
“Ha-ha-ha-ha-haaa! Sudah kehabisan trik?”
Ruangan ini bergetar kembali yang di hasilkan
oleh hantaman palu monster itu. Hantaman itu
menghancurkan beberapa mayat goblin, membuat
beberapa bagian tubuh mayat itu terlempar di
udara. Sebagian kecil potongan tubuh itu mendarat
di dekat Goblin Slayer, menciprat kepadanya. Dia
mengerang dan berusaha bergerak.
“Pak Goblin Slayer....!” Priestess memanggil
namanya dengan air mata pada matanya,
membantu kepala Goblin Slayer dengan tangannya.

275
Dengan bantuan Priestess, kepala Goblin Slayer
berada di pangkuan tangan Priestess.
“Penglihatanku....buram.... Apa yang terja...
di...?”
“Semua masih bertarung...!”
“Begitu... Berikan aku healing potion. Stamina
potion juga.” Goblin Slayer berkata dengan tenang,
dengan sekilas memeriksa persediaannya. Dia
duduk dengan gerakan kaku.
Sebagian dari perisainya dan armor kulitnya
telah remuk. Dan entah mengapa dia merasa ada
sesuatu yang aneh pada kepalanya, dan ketika
dia berusaha merabanya, dia menyadari terdapat
peyotan pada helmnya. Seluruh tubuh sakit; setiap
kali dia menarik napas, rasa sakit yang sangat
teramat menusuknya....
Tapi rasa sakit adalah bukti bahwa dia masih
hidup.
Dia tentunya sudah terluka parah. Akan
tetapi armor murahan ini sudah menyelamatkan
nyawanya.
“Baik!”
“Terima kasih.”
Priestess menemukan botol itu di tas mereka,
membuka tutupnya, dan memberikannya kepada
Goblin Slayer. Goblin Slayer mengambilnya dengan
perlahan dan meminumnya sekali teguk satu botol,

276
kemudian satu botolnya lagi. Dia melempar botol
itu ke samping, botol itu meninggalkan noda pada
lantai yang menghitam ketika botol itu pecah.
Tidak seperti keajaiban para Dewa, potion
seperti ini memiliki efek yang sangat minim sekali.
Rasa sakit pada tubuh Goblin Slayer sudah sedikit
memudar, akan tetapi tubuhnya seakan-akan
terbuat dari beton. Tapi dia masih dapat bergerak.
“Baiklah.” Goblin Slayer menyangga tubuhnya
dengan pedangnya yang patah untuk berdiri.
“Dimana....tas ku?”
“Um, ini dia....”
Tubuhnya yang kelelahan membuat tangannya
bergetar. Namun dia tidak ingin menunjukkannya
ataupun mengeluh. Dia hanya menarik tas itu
mendekatinya.
“...Baiklah.”
Goblin Slayer merogoh isi dalam tasnya, hingga
akhirnya dia mengeluarkan sebuah scroll.
Wajah Priestess memucat. Dia melihat Goblin
Slayer. Di matanya, Goblin Slayer tampak buram
karena air mata yang mengalir di matanya. “Kamu
nggak bisa....”
“Kalau ini akan memenangkan pertarungan ini,
tentu saja aku bisa.” Dia menggelengkan kepala
perlahan. “Dan jika ini berhasil...keadaannya
nggak akan terlalu buruk.” Dia mendorong tangan

277
Priestess dan berdiri, kemudian melangkah maju.
Dia mendengar beberapa tetesan darah
yang terjatuh dari lukanya yang menodai lantai
menjadi merah di bawah kakinya. Selama itu tidak
membuatnya terpeleset, dia tidak peduli.
“Orcbolg!” High Elf Archer berteriak ketika dia
melihatnya.
“Aku punya rencana, bersiaplah.”
“Baiklah! Lakukan!” High Elf Archer tidak
bertanya apa rencana itu, hanya terus melanjutkan
menembakkan panahnya.
“Beardcutter! Aku percayakan padamu!”
“Dengan sangat menyesal, kami benar-benar
kesulitan disini.”
Lizard Priest dan Dwarf Shaman saling
mengangguk, kemudian melompat menjauh dari
pertarungan di bawah perlindungan tembakkan
panah Elf.
Tapi...
“Oh...!” High Elf Archer mengigit bibirnya.
Goblin Slayer melangkah melewati mereka,
menaikkan perisai rusaknya, dan mengambil kuda-
kuda. Terlihat jelas lukanya sangat parah. Satu kali
pukulan lagi dapat menghancurkan tulang dan
tubuhnya yang dapat membunuhnya.
Tunggu dulu... High Elf Archer menggelengkan
kepalanya. Dia sedang mencari kesempatan.... Dia

278
akan melakukan sesuatu, jika ada sesuatu yang
harus di lakukan, maka dia akan melakukannya. Jadi
biarkan aku melakukan bagianku juga...
Dwarf mengambil bebatuan yang ada di
lantai dan menembakkannya dengan ketapelnya.
Lizardman menerjang maju menuju ogre dan
menebasnya dengan cakarnya. Dan tentu saja,
panah elf terus menghujani ogre.
“Dasar serangga! Kalian serangga menyebalkan!”
Sang ogre, dengan panah yang menancap
di semua bagian tubuhnya, merasa kesal. Palu
perangnya menghantam kesana kemari dengan
suara bagaikan sebuah badai. Setiap hantaman
menciptakan reruntuhan lagi dan membuat mayat
yang ada di lantai berdansa.
Dengan semua itu, Goblin Slayer menjaga
jaraknya, tidak tersentak.
Sang ogre memandang rendah warrior yang
hampir mati ini dengan rasa jijik, dan kemudian
wajahnya berubah menjadi lebih mengerikan dan
tertawa.
“Kalau di pikir lagi, kalau tidak salah semua
teman-teman kecilmu sudah kehabisan
keajaiban.... kehabisan tenaga...” Dia mendorong
telapak tangannya ke depan. “Carbunculus...
Crescunt...” sebuah bola api putih yang tidak asing
mulai tebentuk di telapak tangannya ketika dia

279
melantunkan mantra itu.
Seseorang menelan air liurnya.
“Ah... Oh!” Priestess berusaha untuk berdiri
namun terjatuh lagi ke tanah. Cincin pada tongkatnya
berbunyi seketika terlepas dari tangannya yang
gemetar.
“Jangan khawatir. Kalau kemungkinan dia
berhasil selamat dari ini, aku berjanji nggak akan
membunuhnya.....dengan segera.”
Api di telapak tangan Ogre membara putih,
kemudian biru, mengancam akan membakar para
petualang. Tidak ada cara untuk menghentikannya.
“Lagipula, aku punya persediaan makanan. Yang
aku butuhkan adalah seseorang untuk membangun
pasukan goblinku.”
Dan pada saat itu, Goblin Slayer menerjang
layaknya sebuah panah mengarah pada bola api
yang terus membesar itu.
Sang Ogre mendengus. Apa yang bisa di lakukan
warrior ini padanya? Petualang sekarat ini?
“Biarkan aku kabulkan keinginanmu bocah!
Aku akan membakarmu hingga nggak ada tersisa
abu sedikitpun darimu!” kalimat mantra terakhir,
sebuah kata yang dapat mengubah tatanan dunia,
keluar dari mulutnya dan menjadi api yang berputar.
“Iacta!”

280
Bola api itu terbang dari telapak tangan ogre.
Seperti membakar udara yang ada di sekitar.
Kematian terbang mengarah mereka.
Priestess—atau mungkin High Elf Archer?—
berteriak.
Lizard Priest dan Dwarf Shaman bergerak untuk
melindungi para wanita.
Dan kemudian:
“Bodoh.”
Sebuah suara yang tenang dan seorang diri
bertemu dengan musuhnya.
Sebuah raungan.
Sebuah kilauan.
Dan kemudian, hening.
“Hmm...hrr?” Sang Ogre tidak mengerti apa
yang sudah terjadi.
Dia merasakan dirinya terlontar. Dan tubuhnya
yang besar menghantam tumpukkan reruntuhan
Mungkin dia membuat bola api itu terlalu kuat
dan sedikit terdorong oleh hentakkannya. Atau ini
tipu muslihat dari musuh kecilnya?
Faktanya, bukanlah kedua-keduanya.
“Hrgh...?!” Sang ogre kesulitan bernapas akibat
benturan itu. Dia dapat melihat kakinya sendiri.
Hanya saja sudah tidak terpasang pada tubuhnya
lagi.
Goblin Slayer berjalan menujunya, asap

281
mengepul dari tubuhnya. Sang Ogre akhirnya
menyadari bahwa tubuhnya sudah terpotong
menjadi dua.
“Grr...hrrrrghh!” Ketika dia berusaha membuka
mulutnya untuk berbicara, darah langsung keluar.
Dan tepat pada saat itu, dia dapat mencium bau
besi pada hidungnya dan aroma aneh lainnya.
Garam.
Ruangan besar ini sudah di banjiri dengan air
laut.
Air itu merah karena darah sang Ogre.
Kenapa?! Apa yang terjadi?! Apa...apa yang
sudah kamu lakukan padaku?!
Ketika Ogre merintih kesakitan, isi tubuhnya
keluar ke udara terbuka, sebuah suara yang tenang
menjawabnya:
“Scroll ini mengandung mantra Gate.”
Goblin Slayer melepas ikatan scroll dan
memperlihatkan scroll itu terbakar oleh api
supranatural. Api itu terus melahap kertas itu
bahkan ketika kertas itu sudah basah oleh air hingga
akhirnya scroll itu hilang tanpa jejak.
“Scroll ini terhubung mengarah ke dasar laut.”
Ketika Goblin Slayer mengatakannya, elf—dan
pastinya semuanya—tidak dapat berkata apa-apa.
Harga jual scroll cukup mahal, namun
terkadang, ada beberapa petualang yang tidak ingin

282
menjualnya.
Sebuah artifak kuno. Scroll ini mengandung
sebuah mantra Gate yang telah lama hilang. Tulis
tujuannya pada kertas itu dengan kalimat mantra,
dan scroll itu akan membuka pintu menuju tempat
yang di tuju. Untuk para petualang, mantra
ini bisa menjadi senjata yang kuat atau untuk
melarikan diri. Tapi kemungkinan scroll ini di jual
di pasar hampir tidak ada sama sekali. Jika kamu
menginginkannya, kamu harus menelusuri dungeon
ataupun reruntuhan kuno....
...dan walaupun begitu, kamu memerlukan
tingkat platinum atau keberuntungan yang sangat
untuk dapat menemukannya. Goblin Slayer
menggunakan scroll ini tanpa ragu—dan bahkan
bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menyerang.
Setelah dia membayar mahal seorang Witch di guild
petualang untuk menghubungkan scroll itu ke dasar
laut.
Air laut yang tebenam di dasar laut terbang
menyembur dengan tekanan begitu dasyat yang
dengan sekejap memadamkan bola api dan
memotong Ogre menjadi dua.
“Hrg! Yaarr! Graaaaa!!”
Sang Ogre dengan tercengang melihat kakinya
yang tergeletak begitu saja di tanah. Dia menggeliat
di genangan air itu, mencipratkan air dan muntah

283
darah. Dia tidak terlihat akan menyembuhkan
dirinya. Ogre memiliki kekuatan penyembuhan
yang hebat, namun bahkan mereka pun tidak bisa
menarik diri mereka dari ujung kematian.
Aku akan....mati?! Aku?! Mati?!
“Grrrrawooooooohhhhh!!”
Mungkin karena kurangnya asupan darah pada
otaknya, sang Ogre di liputi rasa terror. Dia berteriak
dengan menyedihkan.
Dia tidak dapat memahaminya.
“Sekarang...kamu bilang kamu apa tadi?” Pria
itu berjalan melangkah menuju Ogre, dan berdiri di
atasnya.
Bukan goblin kan?
Kalimat itu bergema di pikiran Ogre.
Itu artinya....Itu artinya...
Dia menyiapkan mantra itu hanya untuk
membunuh goblin!
“Lupakan saja. Nggak penting.”
Sang Ogre ingin berbicara—antara itu memohon
ampunannya atau mengejek mereka untuk terakhir
kalinya, dia tidak bisa memilih. Namun kalimat
terakhirnya tidak dapat keluar dari mulutnya. Goblin
Slayer menghancurkan tenggorokannya dengan
sepatunya. Sang Ogre terkesiap tanpa suara, dan
menatap kosong pada helm baja itu.
“Kamu nggak semengerikan....”

284
Pria itu mengangkat pedangnya. Ini dia. Sebuah
akhir. Ogre dapat melihat mata yang dingin bersinar
dari balik kegelapan helm itu.
“.....seperti goblin yang aku hadapi.”
Kesadaran Ogre di lahap oleh rasa sakit,
memalukan, takut, dan keputusasaan; dan
kemudian tenggelam di kegelapan; dan akhirnya
padam.
*****
Ketika mereka kembali ke permukaan, mereka
menemukan sebuah kereta kuda milik bangsa
Elf yang sudah menunggu mereka. Dragontooth
warrior sudah berhasil mengantarkan tawanan itu
pulang kerumahnya, dan membuat para penduduk
desanya dengan cepat membuat party untuk
menyelidiki reruntuhan kuno ini. Warrior yang di
bawa oleh kereta kuda itu, memiliki perlengkapan
yang murni. semua terbuat dari bahan-bahan bumi:
kayu dan kulit dan batu.
“Selamat berjumpa! Apa yang terdapat di dalam
reruntuhan ini? Apa goblinnya—?”
Namun para petualang langsung menaiki kereta
kuda tanpa mempedulikannya. Bahkan sang
Dwarf,yang biasanya memiliki kata-kata untuk para
Elf, tidak mengatakan apapun.
Mereka semua benar-benar kelalahan.

285
“....Kalau begitu, kami akan memeriksa keadaan
di dalam.” Warrior berkata dengan tegas. “Semoga
perjalanan kalian menyenangkan sampai ke kota.”
Dan dengan itu, mereka menghilang masuk ke
dalam reruntuhan.
Kusir memberikan teriakan pada kudanya, dan
kereta kuda itu mulai berjalan dengan suara langkah
kaki kuda.
Matahari terbenam tanpa di sadari party
tersebut, dan bulan mulai berjalan di lintasnya.
Tidak lama kemudian matahari bersinar kembali.
Cahaya pagi yang bersinar di langit pucat dari balik
khatulistiwa. Perjalanan mereka kembali ke kota
membutuhkan waktu semalaman.
Rekan seperjalanannya masing-masing
membungkus senjata mereka dengan sebuah kain.
Dan masing-masing mencoba untuk beristirahat;
tidak ada yang bergerak. Yah, hampir tidak ada.
High Elf Archer merubah posisinya hingga
mulutnya berada dekat dengan telinga Priestess.
“Hey...” dia berkata.
“Ya...?” Priestess menaikkan kepalanya lemas.
Dia sudah sangat kelelahan, yang akibatkan oleh
doa penyatuan jiwa . Namun dia tetap tersenyum
berani.
“Apa dia selalu seperti itu? Maksudku, apa dia
selalu melakukan tindakan seperti itu?” Sang Elf

286
terlihat tidak lebih baik dari Priestess. Hitam dan
merah bercak darah dan daging, dan hampir tidak
sanggup untuk membuka matanya. Dia menunjuk
Goblin Slayer yang bersandar pada kotak kayu.
Dia masih menggunakan armornya yang penyok
dan masih memegang pedangnya yang retak...
namun pada akhirnya dia dapat tertidur. Setiap
jejak lukanya telah di hilangkan oleh mantra Refresh
Lizard Priest. Bukanlah hal yang mengejutkan
bahwa itu lebih kuat dari Priestess Minor Healing.
Itu adalah perbedaan antara tingkat porcelain dan
silver.
Masalahnya.... dia merenungkan, dia
mengayunkan ekornya, masalahnya adalah rasa
lelah yang terakumulasi.
Setelah membunuh ogre itu, Goblin Slayer ingin
memeriksa jika ada goblin yang berhasil selamat.
Walaupun terlihat dengan jelas bahwa dia adalah
yang paling lelah di antara rekannya. Dan dia
berusaha keras untuk tidak menunjukkannya...
“Ya....” Priestess berkata dengan ekspresi yang
tegang. “Dia selalu seperti ini.”
“Hmmm...”
“Tapi kamu bakal....kaget bahwa sebenarnya
dia sangat peduli pada orang-orang yang ada di
sekitarnya.” Priestess menyentuh armornya dengan
jarinya yang kurus. Dia tidak tergerak, Priestess

287
membelai armor kulit kotor itu dengan lembut. “Dia
nggak harus menolong kita. Nggak harus mengajari
kita. Tapi dia tetap melakukannya.”
“Hmmm..” Elf bergumam lagi.
Dia marah.
Dia tidak bisa menenangkan hatinya tentang
apa yang sudah terjadi. Itu bukanlah petualangan.
Bagaimana mungkin ada orang yang bisa menyebut
itu petualangan?
“Apa boleh buat, aku memang nggak tahan
dengannya.”
Dan itulah dia.
Aku pikir petualangan itu seharusnya
menyenangkan.
Ini bukanlah petualangan.
Ini tidak memiliki rasa kegembiraan dan
kepuasaan dalam menemukan hal yang baru,
kebahagian dalam menemukan sesuatu yang tidak
di ketahui.
Yang dia rasakan hanyalah rasa letih yang
kosong.
Jadi ada orang disana yang berburu hanya goblin,
tidak pernah sekalipun menemukan kesenangan
dalam “petualangan.” Mereka.
Bagi Elf ini adalah sesuatu yang tidak bisa di
maafkan.

288
Dia adalah petualang. Dia meninggalkan
rumahnya karena dia suka berpetualang.
Elf mengangguk penuh yakin. Ya. Suatu hari
dia akan menunjukkan kepadanya. Mungkin tidak
dalam waktu dekat ini, mungkin, tapi suatu hari.
“Aku akan menunjukkan kepadanya petualangan
yang sesungguhnya.”
Karena jika tidak, dia—dan mereka semua—
akan tersesat.

289
Heyo! Aku sudah membasmi beberapa goblin!
Aku datang untuk membuat laporan.
Huh? Kenapa kamu kaget? Aku tahu aku sendiri.
Apa satu orang biasanya nggak sanggup hadapi
goblin?
Hmmm...? Siapa itu? Mereka terdengar seperti
orang penting.
Seorang sorcerer dari ibu kota? Tapi mereka
pendek sekali!
Whoa, maaf, maaf! Jangan marah. Aku hanya
berpikir bahwa itu keren.
Laporanku? Oh yeah... coba ku lihat dulu. Aku
rasa harus ku mulai dari awal.
Aku di bawa ke sebuah kuil. Namun aku sudah
beranjak lima belas tahun, karena itu aku harus
pergi. Aku memutuskan untuk menjadi petualang....
Dan ada satu quest untuk membasmi beberapa
goblin di gua tua dekat sebuah desa. Maksudku,
semua orang harus mulai dari goblin kan?
Lagipula, itu lebih terlihat seperti gua di banding
reruntuhan. Mereka persis dengan semua dongeng

290
yang di ceritakan. Di dalamnnya, terlihat....terlihat
seperti sebuah kuil di kota.
Huh? Goblin? Oh yeah mereka ada beberapa,
banyak sebenarnya. Dan mereka terus
mendatangiku, jadi aku melibas mereka semua.
Badanku berlumuran darah, dan mereka bau.
Benar-benar menyebalkan.
Racun? Itulah gunanya anti racun kan? Sebuah
helm? Benda itu terlalu panas, dan lagi rambutku
terlalu panjang.
Dan kemudian, um... sampai mana tadi? Oh
benar. Aku bilang bagian dalamnya terlihat seperti
kuil. Semakin kamu masuk kedalam, kamu akan
menemukan sebuah anak tangga. Dan ketika aku
menaikinya, ada seekor boss tua yang besar. Dia
seperti “Aku salah satu dari enam belas jendral
neraka!” atau apapun itu. Dia benar-benar percaya
diri. Walaupun dia hanya seekor goblin. Dia goblin
kan?
Aku rasa ada beberapa goblin yang kuat. Dan
dia menggunakan mantra ke arahku! Tapi aku juga
memiliki beberapa mantra juga. Aku menggunakan
firebolt. Mungkin.... lima atau enam kali? Aku nggak
menghitungnya. Itu membuatku lelah. Jadi aku
kayak “Waktunya menyelesaikan ini!” tapi ketika
aku berusaha menusuknya, pedangku patah!

291
Kemudian dia mendatangiku. “Aku akan
memakan jantungmu!” dia berkata. Aku benci
mengakuinya, tapi.... Yah, anggap saja aku
menggunakan celana dalam yang bersih ketika aku
masuk kesana.
Ngo-ngomong-ngomong, aku cukup panik karena
aku nggak punya pedang, tapi aku pergi menuju
anak tangga. Kenapa? Karena terdapat sebuah
pedang yang terkubur di bawahnya. Seperti pedang
pada simbol Supreme God. Aku tidak peduli kalau
itu sudah tua, aku hanya butuh senjata. Pedang itu
tertarik keluar, dan kamu tau apa? Pedang itu masih
bersinar, layaknya baru!
Setelah itu mudah saja. Boss itu mengeluarkan
teriakan yang mengerikan ketika aku memotongnya
menjadi dua. “Kamu bisa saja membunuhku.”
Katanya. “Tapi lima belas yang lainnya akan
memburumu! Kamu nggak akan punya waktu untuk
beristirahat, mereka akan mengejarmu hingga
ujung bumi!” maksudku, terserah aja kan? Lima
belas goblin, lima puluh goblin, siapa yang peduli?
Apa maksudmu aku berencana melawan
mereka?
...Huh? Roh kuno jahat telah kembali? Monster
yang aku bunuh adalah salah satu jendral mereka?
Dan ini adalah pedang cahaya?

292
Pfft. Mana mungkin. Nggak mungkin aku
pahlawan legendaris kan?
Maksudku, aku ini cewek!

293
Bahkan hingga saat ini, dia masih dapat
mengingat ketika suatu hari dia di marahi oleh
kakak perempuannya.
Itu adalah di saat dia membuat gadis itu, teman
lamanya, menangis.
Kenapa? Benar.... Itu karena gadis itu akan
melakukan perjalanan ke kota. Dia akan menetap di
sebuah kebun.
Gadis itu terus menyombongkannya. Dia menjadi
iri. Dia tidak bisa menahan dirinya lagi.
Dia tidak mengetahui tentang kehidupan
apapun di luar desa mereka. Dia tidak mengetahui
nama pengunungan yang terlihat di kejauhan atau
apapun yang berada di balik gunung itu.
Dia mengetahui jika kamu mengikuti jalan
dengan cukup lama, maka kamu akan menemukan
sebuah kota, tapi apa maksud dari kota, kota macam
apa, dia tidak mengetahuinya.
Di saat umurnya lebih muda, dia berpikir akan
menjadi seorang petualang. Dia akan meninggalkan
desa, mungkin membasmi satu atau dua naga,

294
dan kembali pulang sebagai seorang pahlawan—
petualang tingkat platinum.
Tentu saja, setelah dia menjalani beberapa ulang
tahunnya yang datang dan pergi., dia menyadari
bahwa itu mustahil.
Tidak—tidak mustahil.
Dia harus meninggalkan kakak perempuannya.
Kakak perempuan yang telah merawatnya sejak
bapak dan ibunya mati.
Dia bisa saja menjadi petualang. Tapi dia memilih
untuk tidak melakukannya.
Itulah alasan mengapa dia marah pada
temannya.
Ketika kakaknya menggandeng tangannya
pulang, dia memarahinya.
“Ketika kamu marah, kamu akan berubah
jadi goblin!” Dan “ Kamu seharusnya melindungi
perempuan!”
Kakak perempuannya sangatlah bijak.
Namun itu bukanlah karena dia memiliki banyak
pengetahuan, melainkan karena pikirannya tajam.
Mungkin yang tertajam di desanya. Sebagi bukti, dia
bisa mendapatkan makannya dari mengajari anak-
anak desanya membaca dan menulis. Anak-anak
di butuhkan untuk membantu pekerjaan kebun
keluarga mereka, namun baca dan menulis juga
penting.

295
Dia mencoba untuk mengajari adik laki-lakinya
pentingnya menggunakan kepalanya. Jika kamu
terus berpikir, dia berkata padanya, cepat atau
lambat kamu akan mengetahui caranya.
Kakak perempuannya pastilah bermimpi untuk
pergi ke kota untuk belajar. Namun dia tetap tinggal
demi adiknya. Oleh karena itu, adiknya juga akan
tetap tinggal, demi kakaknya.
Baginya, ini adalah hal yang sangat jelas.
Ketika mereka pulang, kakak perempuannya
membuatkannya rebusan susu dan daging ayam.
Dia menyukai masakan kakaknya. Dia selalu
meminta satu mangkok lagi, dan satu mangkok lagi,
tapi sekarang dia sudah tidak dapat mengingat lagi
akan rasanya.
Tidak di ragukan lagi, itu adalah saat terakhir dia
memakannya sebelum mereka datang.
*****
Dia membuka matanya secara perlahan.
Dia bangun dari tikar bulu dan menatap langit-
langit yang tidak asing.
Tubuhnya masih terasa nyeri. Secara perlahan
dia meregangkan tubuhnya, dan dengan tenang
mengambil baju ke tangannya. Sebuah baju
berserat. Baju itu telah pudar oleh pencucian yang
berulang-ulang dan sedikit tercium bau sabun. Baju
itu melindunginya dari teriknya panas matahari. Dan
296
menutupi semua bekas luka yang ada di tubuhnya.
Dia mengenakan baju berserat dan kemudian
gambeson18 katun.
Dia mencoba untuk mengenakan helm baja dan
armor kulitnya, namun dia teringat bahwa dia harus
memberikannya ke toko untuk di perbaiki.
Dia tidak memiliki perisai juga. Perisai itu sudah
terkena serangan kritikal dari Ogre itu.
“....Hmph.”
Apa boleh buat. Dia menggantungkan pedangnya
pada pinggulnya untuk perlindungan minimum.
Pandangannya lebar dan terang, kepalanya terasa
ringan, dan itu membuatnya tidak nyaman.
“Selamat pagi! Tidurmu nyenyak sekali!” Suara
yang tiba-tiba itu terasa seperti sebuah serangan
kejutan baginya.
Suara itu berasal dari gadis itu, teman lamanya,
bersandar di ruangannya, buah dadanya bersandar
pada kerangka jendela yang terbuka.
Angin yang sejuk berhembus ke dalam
ruangannya. Dia tidak pernah merasakan angin
musim panas pada kulitnya yang terbuka seperti ini
dalam waktu yang cukup lama.
Temannya dengan pakaian kerjanya. Keringat
kecil keluar dari dahinya. Dari cahaya yang
18. Gambeson : https://www.google.co.id/search?q=gambeson&dcr
=0&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwiB_tmL7KDZ
AhWLj5QKHSLBDXUQsAQINA&biw=1829&bih=877

297
membanjiri ruangan, dia dapat menerka bahwa
matahari sudah berada tinggi di langit.
“Maaf.” Dia berkata, menawarkan perkataan
permohonan maaf singkat karena sudah ketiduran.
Sepertinya Gadis Sapi sudah memulai pekerjaannya
merawat para binatang. Dia sudah kehilangan
kesempatannya untuk membantu.
Gadis Sapi tidak mempermasalahkannya, tanpa
ada nada kesal pada suaranya. “Oh, nggak apa-apa
kok. Kamu membutuhkan istirahatmu lebih dari
apapun. Aku tau itu, karena kalau nggak, kamu
nggak akan melewatkan inspeksi pagimu. Tidurmu
nyenyak?”
“Ya.”
“Kelihatannya hari ini akan panas banget. Kamu
yakin nggak bakalan kepanasan dengan baju itu?”
“....Mungkin kamu benar.” Gadis Sapi
memang benar. Baju katun yang tebal hanya
akan menghalanginya di saat dia bekerja. Jadi dia
melepas dengan kasar armor dalaman yang dia
kenakan sebelumnya dan melemparnya ke kasur.
“Ya ampun, nggak perlu sekasar itu juga. Kamu
bisa merobeknya.”
“Aku nggak peduli.”
“Tentu saja kamu nggak peduli...” Dia
mengangkat bahunya dan menyipitkan matanya
seperti dia sedang mengasuh bocah laki-laki muda.

298
“Yah, aku nggak ada masalah sih. Aku lapar. Paman
harusnya sudah bangun sekarang. Ayo cepat dan
sarapan.”
“Baik.” Dia menjawab tenang dan keluar dari
ruangannya. Dia melangkah di lorong
Pemilik rumah ini sudah menduduki bangku
meja di ruang makan, matanya terbelalak melihat
sosok di pintu.
“Selamat pagi pak.”
“Ye... yeah pagi.”
Dia memberikan anggukkan sopan santun dan
duduk di seberangnya tanpa mempermasalahkan
reaksi pria itu. Paman merubah posisinya tidak
nyaman.
“Kamu, uhhh, kamu bangun agak telat hari
ini....”
“Ya.” Dia mengangguk sigap. “Aku ketiduran.
Aku akan melakukan inspeksiku nanti.”
“Aku mengerti...” kalimat itu terucap seperti
sebuah dengusan. Dia membuka mulutnya,
kemudian menutupnya lagi, kemudian mengerutkan
alisnya. “Kamu harus...istirahat sesekali. Nggak bisa
kerja kalau kamu nggak punya tenaga kan?”
Dia terdiam beberapa saat kemudian
mengangguk. “Benar.”
Seperti ini percakapan yang mereka lakukan.

299
Dia mengetahui bahwa pemilik kebun ini
adalah orang yang baik. Dia memperlakukan,
keponakannya layaknya anaknya sendiri. Namun
dia juga mengetahui bahwa pemilik kebun ini juga
tidak menyukainya, atau paling tidak, merasa tidak
nyaman berada di dekatnya.
Adalah pilihan masing-masing untuk menyukai
dan tidak menyukai seseorang. Dia tentu saja
tidak berusaha untuk meyakinkan paman untuk
menyukainya.
“Whew! Maaf kelamaan! Aku akan bawa
makananya sebentar lagi, jadi jangan sungkan-
sungkan!” Teman lamanya datang berlari tidak
lama setelah itu. Dan mulai meletakkan makanan
di meja. Keju dan roti dan sup krim. Semua terbuat
segar dari kebun. Dia makan dengan lahapnya
seperti biasa. Ketika dia selesai, dia menumpuk
piring kotor itu, mendorong kursinya ke belakang,
dan berdiri.
“Aku pergi.”
“Apa? Aw, sial, Apa sudah waktunya mengantarkan
pesanan?” mendengar perkataannya, Gadis Sapi
mulai makan dengan terburu-buru. Dia menyumpal
mulutnya dengan sepotong roti dengan cara yang
tidak elok dilihatnya. Memperhatikannya, pemilik
kebun membuka paksa mulutnya.
“Gerobak lagi?”

300
“Oh, Paman ini khawatiran banget. Aku sudah
kasi tau, aku ini lebih kuat dari yang kelihatannya...”
“Aku akan membawanya.” Dia berkata pendek.
Gadis itu dan pamannya bertukar pandang. Apa dia
tidak cukup jelas?
“Aku akan membawanya.” Dia mengulanginya.
Gadis itu terlihat bingung, mengalihkan
pandangannya, kemudian menggelengkan
kepalanya.
“Nggak, kamu.....kamu nggak perlu
melakukannya. Kamu perlu istirahat.”
“Tubuhku akan lemah.” Dia berkata tenang.
“Lagipula, aku punya urusan di guild.” Dia tahu
bahwa dia tidak banyak berkata. Dia tidak dapat
mengingatnya apakah dia memang selalu seperti
ini. Namun dia tahu seberapapun sedikitnya
ucapannya, gadis itu akan selalu mencari cara untuk
merawat dia.
Itulah alasan mengapa dia harus mengatakan
apa yang dia ingin katakan.
“Nggak apa-apa.” Dia berkata, dan pergi
meninggalkan ruang makan.
Dia dapat mendengar langkah kaki cepat Gadis
yang berusaha mengejarnya.
Gerobak itu sudah menunggunya di luar. Pesanan
untuk guild petualang sudah di muat di malam
sebelumnya. Dia menarik talinya untuk memastikan

301
semua sudah terikat, kemudian menggengam
pegangan gerobak dan mulai mendorongnya.
Suara decitan roda mulai terdengar seiring
dengan jalan yang berbatu. Dia dapat merasakan
beban pada lengannya.
“Kamu yakin nggak apa-apa?” Ketika dia
melewati gerbang pagar, Gadis datang berlari,
napasnya terengah-engah. Gadis memperhatikan
wajahnya.
“Ya.” Dia mengangguk singkat, dan mulai
mendorong lagi.
Jalan garis pohon yang menuju kota. Dia berjalan
dengan perlahan, langkah demi langkah, merasakan
bumi pada telapak kakinya.
Seperti yang sudah Gadis ucapkan, hari ini
tampak akan panas sekali. Hari belum mencapai
tengah hari, akan tetapi sinar matahari sudah
sangat menyengat. Pada saat ini dia berkeringat.
Seharusnya dia membawa handuk kecil.
Ketika dia berpikir selama keringat tidak masuk
ke matanya maka tidak ada masalah, dia merasakan
sesuatu yang lembut mengelap dahinya.
“Apa salahnya untuk istirahat?” Gadis
menggembungkan pipinya jengkel seraya dia
mengelap dahinya sendiri dengan sapu tangannya.
“Kamu langsung pingsan di saat kamu kembali
dan tidur selama beberapa hari. Kamu tau nggak

302
sih seberapa khawatirnya aku?” Dia berpura-pura
untuk berpikir sejenak, kemudian menggelengkan
kepalanya. Tentunya itu bukanlah hal yang terlalu
penting.
“Itu sudah tiga hari yang lalu.”
“Itu Baru tiga hari yang lalu! Itulah kenapa aku
selalu bilang jangan berlebihan.” Dia berkata seraya
mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap
wajahnya. “Kamu hampir nggak sanggup berdiri!
Kamu perlu istirahat.”
Masih mendorong gerobaknya, dia mendesah.
“Kamu...”
“Huh?”
“....mirip sekali dengan pamanmu.”
Gadis itu terlihat tidak bisa memilih antara
senang atau marah. Walaupun begitu, dia tetap
tidak akan mundur.
“Ini hanyalah kelebihan bekerja. Kamu nggak
perlu khawatir soal aku.” Dia menjelaskan dengan
sedikit jengkel.
Tidak, itu bukan rasa jengkel. Dia hanya tidak
menyukai jika harus terus di ingatkan bahwa dia
tidak sanggup menjaga kesehatannya sendiri.
Tapi aku memang perlu untuk di ingatkan. Agar
aku tidak mengulangi kesalahan yang sama dua
kali.

303
“Apa itu yang di katakan teman Priestess mu?”
Suara Gadis itu terdengar sedikit masam. Dia melirik
Gadis itu dari ujung matanya dan melihat pipinya
yang masih sedikit gembung karena mengambek.
“Nggak.”
Dia menatap kedepan lagi dan melanjutkan
mendorong gerobak.
“Anggota party yang lain yang mengatakannya.”
“Hmm,” Dia berkata, menenangkan. “Kamu
berpetualang dengan banyak orang akhir-akhir ini.”
“Kami baru menjalani satu quest.”
“Itu terdengar seperti kamu berencana untuk
pergi bersama lagi?”
Dia tidak menjawab, dia tidak tahu apa yang
harus di katakan.
Akan bohong jika dia berkata tidak memiliki niat
itu. Terdapat hal yang lebih buruk lagi. Namun apa
dia mencoba mengundang mereka untuk quest
berikutnya...?
Pada saat itu, angin berhembus. Dia menutup
matanya. Mendengarkan suara gemerisik cabang
pepohonan dan bermandikan cahaya matahari
yang tersaring dedaunan.
Mereka berhenti berbicara.
Hembusan angin. Langkah kaki mereka. Nafas
mereka. Gemuruh roda gerobak yang berputar.

304
Seekor burung bernyanyi dari suatu tempat.
Anak kecil berteriak bermain. Keriuhan kota masih
terlihat jauh.
“Ini menyenangkan.” Gumaman yang tiba-tiba
keluar dari mulutnya.
“Apa...?”
“Ini lebih menyenangkan dari berburu goblin.”
“kamu ini benar-benar tau cara merayu wanita.”
“begitu...”
Sepertinya, dia masih tidak dapat berkomunikasi
dengan jelas.
Jika kamu tidak tahu apa yang akan kamu katakan,
akan lebih baik jika tidak berkata sama sekali. Dari
ujung matanya. Dia memperhatikan wajah gadis
yang kebingungan. Dia terus mendorong gerobak
dalam keheningan.
“Heh-heh!” Gadis tertawa tiba-tiba. Seakan-
akan Gadis sendiri tidak menyangkanya.
“Apa?”
“Nggak apa-apa!”
“Yang benar?”
“Benar.”
Gadis berjalan mengikutinya. Bersenandung
sebuah nada yang tak di ketahui olehnya. Tapi,
dia tidak perlu mengetahuinya. Gadis itu sedang
bahagia. Itu saja sudah cukup.

305
Mereka memakirkan gerobak mereka pada
pintu belakang dan masuk menuju lobi guild.
Suasananya tenang. Sudah hampir tengah hari, jadi
tentu saja kebanyakan petualang sudah berpergian.
Atau mereka semua sedang berada di ibukota ,yang
sedang di landa banyak masalah akhir-akhir ini. Dia
tidak tahu. Di dalam aula guild, terdapat beberapa
pemohon quest yang sedang mengisi berkas
dokumen dan beberapa petualang yang di kenalnya
sedang beristirahat. Itu saja. Beberapa dari mereka
terlihat sedang menunggu seseorang, dan antrian
pada Gadis Guild terlihat pendek.
“Sempurna,” Teman lamanya berkata dengan
bertepuk bahagia. “Aku nggak harus menunggu
lama untuk mendapatkan tanda tanganya. Aku
akan mengurus ini dan segera kembali, tapi...kamu
tadi bilang ada yang harus kamu lakukan kan?”
“Ya.”
“Oke. Kalau begitu, kalau kamu sudah selesai,
kita bisa bertemu lagi disini dan pulang bareng!”
“Baiklah.”
Dia melihatnya berlari dengan gembira,
kemudian melihat sekeliling lobby.
Dia tidak dapat melihat orang yang di carinya.
Mungkin dia datang terlalu awal.
Jika seperti itu, dia akan duduk menunggu pada
kursi biasanya di dekat dinding. Dia berjalan menuju

306
kursi itu dengan langkah sigap khas nya....
“Hrm...?”
....dan hampir menabrak seseorang yang sedang
duduk di sebuah kursi. Orang itu melihatnya penuh
curiga. Dia adalah petualang pengguna tombak.
Spearman duduk bersandar di kursi, menatap
tajam padanya.
“Nggak pernah aku melihat orang yang begitu fit
tapi begitu pucat. Aku nggak kenal wajahmu. Kamu
orang baru disini?”
“Nggak.” Dia menggelengkan kepalanya sekali
seusai berkata. Tentu saja, pria itu mengenalinya.
Dan tentu saja, dia bukanlah orang baru.
Namun sepertinya Spearman menolak untuk
percaya bahwa itu adalah dia tanpa armornya
yang biasa. Spearman memperlakukannya dengan
bahasa yang biasanya di gunakan pada orang yang
tidak di kenal.
“Sepertinya kamu bukan orang baru. Petualang
yang ingin mencari uang pergi ke ibukota akhir-
akhir ini huh?” Dia berkata. “Kamu pasti lagi cuti
atau sesuatu lainnya.”
Pendatang baru itu mengangguk pada “Sesuatu
lainnya.” dan Spearman tertawa.
“Ibukota itu tempat yang keras. Aku bisa
mengerti kenapa kamu ingin mengambil waktu
libur.”

307
Dengan gerakan yang lincah. Dia berdiri dan
mengatur pegangannya pada tombaknya. “Aku
dengar disana orang-orang sedang khawatir soal
roh jahat atau sesuatu. Sebuah pertarungan untuk
menyelamatkan dunia? Terdengar seperti sebuah
cara yang baik untuk membuat nama mu terkenal.”
“Kamu nggak pergi kesana?”
“Aku? Jangan konyol. Satu-satunya alasanku
bertarung adalah demi diriku sendiri. Bukan uang
dan nasib dunia.”
“Yah.” Spearman menambahkan. ”Aku dan.....”
Dia memberikan Gadis Guild tatapan penuh arti.
Ketika sang pendatang baru itu mengalihkan
tatapannya menuju meja resepsionis juga, dia
melihat Gadis Guild berlari di belakang meja itu
layaknya anak anjing yang kegirangan. Sepertinya,
kerumunan petualang bukanlah satu-satunya hal
yang membuatnya sibuk.
“....alasan pribadi.” Spearman menyelesaikan
kalimatnya.”Aku nggak butuh motto, seruan
perang.”
“Kamu tau kan?”
“Nggak.” Dia berkata. Spearman kembali duduk
di kursinya.
Mereka berdua melihat Witch yang sensual
sedang berjalan mengarah mereka.
“Yah, sampai ketemu lagi.” Spearman berkata.

308
“Aku punya kencan dengan—atau mungkin lebih
tepatnya di dalam—suatu reruntuhan. Doa kan aku
beruntung!”
“Baik.”Dia mengangguk tenang.
“Kamu benar-benar orang yang akrab” Spearman
berkata sambil tertawa. Dan: “Itu bukan hal yang
jelek.”
Ketika mereka berdua meninggalkan ruangan,
Witch melihat ke belakang kepada “orang akrab”
ini dan memberikan kedipan mata yang penuh arti
dan tertawa.
“Hati-hati, ya.” Witch berkata.
“Baik.”
Dan kemudian dia menduduki kursi yang
sekarang telah kosong itu.
Dia menatap kosong pada langit-langit tinggi aula
guild. Baru tersadar olehnya bahwa Spearman dan
Witch adalah satu party. Dan dia mengira bahwa dia
sudah mengenal mereka dengan baik sebelumnya.
“Um, pak Goblin Slayer! Goblin Slayer, apa kamu
ada di sini pak?!”
Kali ini, suara yang penuh ragu terdengar.
Dia mengarahkan pandanganya kepada sumber
suara itu tanpa menggerakkan kepalanya, sebuah
kebiasaan di karenakan menggunakan helm terlalu
lama.
Dia melihat seorang anak laki-laki magang dari

309
workshop, berdiri disana dengan mencolok celemek
kulit penuh dengan noda grease.
“Itu aku.”
“Oh syukurlah. Aku nggak tau kamu yang mana.
Boss mencarimu. Katanya pekerjaannya sudah
selesai.”
“Baiklah. Aku akan kesana.
Guild petualang bukan hanya tempat untuk
menyerahkan quest saja. Tempat ini menyediakan
beberapa aktifitas kewirausahaan, Selain kantor,
terdapat penginapan, bar, toko barang, dan toko
perlengkapan. Tentu saja, bukanlah hal yang wajib
untuk mempunyai toko seperti ini dalam bangunan
guild. Namun sejauh negara memperhatikan, akan
lebih mudah untuk mengatur orang-orang liar di
satu tempat sebisa mungkin di bandingkan jika
mereka berkeliaran di mana-mana.
Ketika dia berdiri dan berjalan, dia berjalan
menuju salah satu workshop yang ada di guild.
Melalui ruangan-ruangan. Menuju sebuah ruang
yang lebih di dalam. Di depan sebuah tempat
penempaan yang bercahaya, berdiri seorang
pria tua yang mengayunkan palunya tanpa lelah.
Mengerjakan sebuah pedang yang baru saja keluar
dari sebuah cetakan menjadi sebuah pedang yang
sesungguhnya.
Memang benar, ini hanyalah pedang yang di

310
produksi massal yang tidak terlalu sulit untuk di
tempa; yang tidak bisa di bandingkan dengan
pedang-pedang legenda. Akan tetapi, kemampuan
untuk menempa pedang yang sama berulang-ulang
dengan hampir tidak ada perbedaan, adalah talenta
yang luar biasa.
“....Kamu datang.” Pria tua itu melihatnya.
Jenggot blacksmith tersebut sangatlah tebal yang
dapat membuatnya di sangka sebagai Dwarf.
Mungkin di karenakan lamanya dia bekerja
menempa membuatnya menyipitkan sebelah
matanya hampir tertutup dan membuka lebar
sebelah matanya. Ekspresi wajah itu sangatlah tidak
menarik.
“Kamu memesan dan terus memesan tapi hanya
barang-barang yang paling murah. Katakan padaku,
bagaimana caranya aku mengisi tabunganku jika
seperti ini terus?”
“Maaf.”
“Jangan meminta maaf. Hanya saja berhati-
hatilah dengan barang buatanku.”
“Aku akan coba.”
“Hmmph.” Pria tua itu mendengus. “Kamu
nggak tau lelucon bahkan jikamitu menggigitmu
di.....hmph. kemari.” Pria tua itu memanggil.
Ketika Goblin Slayer mendekatinya, pria tua itu
memberikan armor dan helm kepadanya.

311
“Seharusnya nggak ada masalah, tapi di coba
saja untuk memastikan. Aku akan mengubahnya
jika di perlukan. Gratis.”
“Terima kasih.”
Armornya yang hancur, peyot dan kotor telah
di buat sebagus—yah, tidak sebagus seperti baru,
tapi sebagus seperti sebelum pertarungannya
dengan ogre. Paling tidak, dia bisa mempercayakan
nyawanya lagi pada benda ini.
“Dan scroll? Kamu mendapatkannya?”
“Kamu memberiku uang, maka aku akan
memberikanmu barang. Tapi scroll sangat langka dan
mahal.” Pria tua itu mendengus marah dan melihat
kembali mengarah tempat tempanya. Dia menarik
sebuah pedang besi biasa, dia memeriksanya,
dan meletakkannya kembali ke perapian dengan
sebuah jentikkan lidah. “Ketika seorang petualang
menemukannya dan menjualnya, aku akan
membelinya untukmu, tapi cuma itu saja yang bisa
aku lakukan.”
“Aku tau, itu sudah cukup.” Dia menyerahkan
sebuah kantong emas pada muridnya, dan berjalan
ke ujung workshop agar dia tidak menghalangi.
Blacksmith itu bahkan memberikan sebuah
pelapis gambeson katun baru untuk di kenakannya
sebagai perlindungan di balik armornya. Betapa
baiknya dia.

312
Sarung tangan, baju besi, armor, pelindung dada,
dan helm. Dia mengenakkan perlengkapannya
dengan gerakan mekanikalnya, sesuai urutannya.
Dan ketika itu, dia mendengar suara murid
blacksmith yang kebingungan.
“Hei boss, orang itu petualang tingkat silver
kan?”
“Aku dengar begitu.”
“Kenapa dia menggunakan armor itu, kalau dia
ingin bergerak secara tersembunyi, kita punya baju
mithril, atau....”
“Kamu nggak tau bocah?”
“Nggak pak, kenapa nggak menggunakan pedang
sihir dari pada scroll atau...”
“Karena hanya orang tolol yang cukup bodoh
untuk menggunakan pedang sihir untuk melawan
goblin!” Blacksmith tersebut memukulkan sebuah
besi dengan sekuat tenaganya, sebuah suara keras
yang berdenging terdengar ketika palu itu bertemu
dengan pedang.
“Dia adalah pria yang tau apa yang dia lakukan.”
*****
Sepertinya aku populer sekali hari ini? Dia bepikir.
Ketika dia keluar dari workshop dan kembali menuju
lobby, dia melihat seseorang berlari mengarahnya.
Tap-tap-tap suara kaki yang terdengar di iringi
dengan ayunan buah dada yang indah dan sebuah
313
wajah yang penuh akan senyuman.
“Pak Goblin Slayer!” Priestess melambai seraya
berlari mendekatinya.
“Ya, apa?”
“Ini, liat ini!”
Dia mengeluarkan plat tingkatannya dari dalam
lengan bajunya. Plat tersebut tidak lagi putih
porcelain, melainkan obsidian yang gemerlap
Oh, jadi itu?
Dia mengangguk pada rekannya yang berseri-
seri. “Kamu naik tingkat dari tingkat sepuluh ke
sembilan.”
“Ya pak! Aku sudah di promosikan!” Sistem
tingkatan yang di jalani para petualang di tentukan
dengan seberapa banyak hal baik yang telah di
lakukannya pada dunia—beberapa menyebutnya
sebagai “experience point.” Atau semacam itu, tapi,
dengan kata lain, berdasarkan hadiah yang sudah
mereka kumpulkan dari quest. Mereka yang meraih
jumlah tertentu dapat di promosikan tingkatan,
yang melalui evaluasi personal singkat. Tidak ada
yang salah dengan sifat dan sikap Priestess, oleh
karena itu promosi ini merupakan penghargaan
atas kekuatannya yang berkembang. “Aku nggak
yakin mereka akan memberikannya padaku, tapi
pertarungan dengan ogre itu berpengaruh besar....”
Dia menggaruk sebelah pipinya yang tersipu dengan

314
jarinya.
“Jadi begitu.”
Apa itu ogre tadi?
Oh, benar—itu adalah makhluk yang mereka
temui di reruntuhan itu kan? Dia mengangguk.
Jadi pada akhirnya ekspedisi kecil mereka menjadi
cukup penting. Setelah beberapa saat dia bepikir,
dia menambahkan pendek :
“Bagus untukmu.”
“Semua ini berkat kamu pak!” Tatapannya,
matanya yang indah, menatap kepadanya. Dia
menahan nafasnya. Apa yang harus di katakannya?
Terdapat jeda panjang.
“Nggak sama sekali.” Akhirnya dia berbicara.
“Aku nggak melakukan apapun.”
“Banyak yang sudah kamu lakukan!” Dia
merespon dengan senyumnya. “Kamu sudah
menyelamatkanku waktu kita pertama kali
bertemu.”
“Tapi, aku nggak bisa menyelamatkan rekanmu.”
“Betul, tapi...” Wajahnya menegang sesaat. Dia
tidak bisa menyelesaikan kalimatnya—tentu saja.
Bahkan Goblin Slayerpun masih mengingat
kejadian mengenaskan itu dengan sangat jelas.
Warrior, Wizard, Fighter, mereka yang telah
kehilangan segalanya. Party mereka yang telah di
injak menjadi debu.

315
Priestess menelan liurnya. Namun melanjutkan
dengan tegas. “Tapi kamu menyelamatkanku.
Paling nggak aku ingin berterima kasih untuk itu.”
Kemudian dia tersenyum. Pada wajahnya, senyum
itu layaknya bunga yang sedang mekar. “Jadi,
terima kasih!” Dia berkata sambil menundukkan
kepalanya. Sesuai prediksi, Goblin Slayer kehabisan
kata-kata.
Priestess berkata bahwa dia akan pergi ke kuil
dan memberitahukan Ibunda kuil akan promosinya.
Dia berdiri, dan melihat Priestess yang pergi
langkahnya yang anggun dan tangannya yang
memeluk erat tongkatnya.
Dia diam.
Dia melihat menuju meja resepsionis, di mana
teman lamanya sepertinya masih sibuk dengan
berkas dokumen.
“Aku akan menurunkan isi gerobak.” Dia
berkata. Dan teman lamanya meresponnya dengan
melambai.
Dia pergi dari lobi, menuju pintu masuk aula
guild. Dia mengambil sayuran dan beberapa
barang produksi dari gerobak satu per satu dan
meletakkannya di dekat pintu masuk dapur.
Bekerja di bawah terik matahari, keringat mulai
bermunculan di dahinya di balik helmnya dengan
cepat.

316
Tapi sangatlah penting untuk melindungi kepala.
Dia tidak bisa menurunkan penjagaannya. Disitulah
dia berpikir ketika :
“Hei.... Kamu ada waktu?” Sebuah suara tenang
secara tiba-tiba memanggilnya dari belakang.
Dia meletakkan muatannya dan berputar
perlahan.
“Orcbolg? Kamu lagi ngapain...?” Dia adalah
High Elf Archer. Telinganya berdiri tegak ke atas.
“Apa, Beardcutter ada di sini? Oh memang
benar! Apa seharusnya kamu sudah boleh bangun?”
“Saya dengar anda tertidur selama tiga hari...
Namun sepertinya anda sudah sehat sekarang.”
“Terlihat dari langkah kakinya kan?” Elf
membalas kepada Dwarf dan Lizardman, yang
berdiri di sampingnya. Sepertinya mereka menetap
di kota setelah perjalanan mereka membasi goblin.
Biasanya, para petualang selalu berkelana,
berpindah markas operasi mereka di saat yang
menguntungkan bagi mereka atau di saat yang di
butuhkan.
“Tempat ini bagus.” Elf berkata. “Sangat nyaman.
Tapi, kamu lagi ngapain?” Dia mencondongkan
tubuhnya penasaran.
“Aku lagi menurunkan muatan gerobak ini.”

317
“Hmm...tunggu dulu, jangan bilang... kamu lagi
kesulitan uang, sampai kamu mengambil pekerjaan
sebagai tukang antar barang.”
“Nggak.” Dia berkata jengkel. “Kamu mau apa?”
“Oh yeah. Orang ini, uh...” Elf mengoceh penuh
arti. Menunjuk Lizard Priest dengan jempolnya.
Lidah Lizardman menjulur menyentuh hidungnya
dan kembali lagi. Tangannya gelisah terus menerus.
“Tuanku Goblin Slayer, saya...hrm...”
“Apa?”
“Dengan rendah hati, saya meminta beberapa...
haa...”
“Minta apa?” Goblin Slayer bertanya.
Dwarf memotongnya dengan senyum
menyeringai. “Si Scaly ini ingin minta keju.”
“Dia harusnya langsung ngomong saja.” High Elf
Archer menyarankan, menyipitkan matanya seperti
kucing. Lizardman mendesis kepada mereka berdua,
namun mereka sepertinya tidak mempedulikannya.
Mungkin mereka senang bisa melihat sisi lain dari
rekan mereka yang sulit di ajak bercanda. Karena
normalnya Lizardman lah yang selalu menjadi
penengah di antara mereka.
Goblin Slayer sadar bahwa dia tidak dapat keluar
dari situasi ini. Mereka baru menjalani satu quest
bersama. Banyak hal yang masih tidak di ketahuinya.
“Apa ini cukup?”

318
Dia membuka salah satu bungkusan di gerobak
itu, mengeluarkan sebuah keju bulat, dan
melemparnya kepada mereka.
“Oh-ho!” Lizardman menangkapnya. Matanya
berputar girang di kepalanya.
“Kamu bisa membayarnya di guild.”
“Ya, ya, saya mengerti tuanku Goblin Slayer! Oh
madu manis! Nilaimu lebih berharga dari emas!”
Bisa di bilang dia sedang berdansa. Dia membuka
mulutnya dan mengigit besar keju itu.
Sang Elf tersenyum tidak berdaya. “Aku rasa
bahkan orang yang paling seriuspun harus sesekali
membebaskan dirinya.” Dia berkata.
“Aku mengerti.” Goblin Slayer mengangguk.
Dia tidak merasa bahwa itu hal buruk. Dia meraih
barang selanjutnya di dalam gerobak.
Dia mengambil sebuah kotak kayu,
mengangkatnya, dan menurunkannya. Kemudian
yang berikutnya dan berikutnya lagi. Ini pekerjaan
yang sederhana, namun dia tidak membencinya.
Setelah beberapa kotak kayu berikutnya, Elf masih
berdiri di sana.
Tubuhnya bergerak gelisah ketika dia
memperhatikan pekerjaannya yang berulang-ulang.
“Ap-apa? Aku nggak boleh di sini?”
“Nggak.” Dia sedikit menggelengkan kepalanya.
“Tapi hari ini akan panas.”

319
“De....dengar!” Suaranya terdengar sedikit
nyaring. Telinganya berayun naik dan turun, naik
dan turun.
“Apa lagi?” Dia berkata sambil mendesah.
“Um, kami...kami sedang memeriksa sebuah
reruntuhan sekarang...”
“Reruntuhan.”
“Yeah, seperti perjalanan quest terakhir
kita. Mencoba mencari tau apa yang sedang di
rencanakan roh jahat atau yang lainnya....”
“Begitu.”
“Tapi party kami nggak memiliki pemain baris
depan kan?” Maksudku, aku ranger, dia seorang
priest, dan si cebol pembaca mantra. Dia memainkan
rambutnya seraya dia berkata dan tidak begitu
melihat Goblin Slayer.
“Benar.” Dia menyetujui. Apa yang di katakan
oleh Elf adalah benar.
“Jadi, maksudku....” Dia mengalihkan
perhatiannya dan melihat ke tanah. Goblin Slayer
menunggunya untuk menyelesaikan kalimatnya.
“Aku pikir mungkin.... mungkin kami harus berbicara
denganmu....”
Dia tidak menjawab. Itu saja? Dia mengangkat
kotak lainnya tanpa kata.
Telinga Elf jatuh lemas. Dan Goblin Slayer
meletakkan kotaknya.

320
“Akan ku pikirkan.”
Goblin Slayer dapat mendengar telinga Elf
yang kembali berdiri kegirangan. “Ya! Benar!
Kamu pikirkan dulu!” Dengan lambaian kecil, Elf
pergi menuju meja resepsionis aula guld. Dwarf
mengikutinya, membelai jenggotnya dengan
sebelah tangan dan sebelah tangannya lagi
menarik Lizardman—yang masih terpesona dengan
hadiahnya yang lezat—dengan yang lainnya.

321
322
“Bagaimana Beardcutter? Hidup Telinga
panjang begitu susahnya, sampai dia malu-malu
mengajakmu!”
“Diam Dwarf. Aku belum kehabisan panah ku.”
“Kaki ku gemetar di dalam sepatuku,
bocah.” Sepertinya Elf masih dapat mendengar
perkataannya. Goblin Slayer memperhatikan
mereka berdua berjalan dan beradu mulut dengan
nyaring.
Tanpa di sadarinya, dia hampir selesai
menurunkan semua muatan gerobak. Dia
menghembuskan nafas lega dan menggelengkan
kepala. Matahari sudah berada tinggi di langit.
Musim panas akan tiba.
Kemudian...
“Yaaahhhhh!”
“Heyaaaahhh!”
Tiba-tiba, teriakan terdengar, di ikuti dengan
benturan antara metal dengan metal.
Suara pertarungan pedang. Dan ini tidaklah
baru saja terjadi. Dia hanya tidak memperhatikan
sekelilinganya.
Dia memutar lehernya untuk mencari sumber
keributan itu. Suara itu berasal dari sebuah plaza di
belakang bangunan guild—tepat di depannya.

323
“Ha-ha-ha, kamu bilang itu sebuah serangan?
Kamu bahkan nggak bisa membunuh goblin dengan
itu!”
“Sial! Dia terlalu besar. Menyebalkan sekali!
Kelilingi dia dari sebelah kanan!”
“Baiklah, bersiaplah!”
Seorang warrior dengan armor beratnya
menggunakan sebuah pedang besar dengan
mudahnya layaknya sebuah tongkat kayu dan
menangkis serangan dari dua orang anak laki-laki
muda. Salah satu dari anak laki-laki itu adalah scout
dari party Heavy Warrior, dan yang satunya....
dia adalah seorang warrior pemula yang sedang
dalam perjalanan menuju saluran pembuangan
air. Gerakannya memiliki ciri khas seorang tingkat
porcelain yang tidak berpengalaman. Namun dia
mencoba mencari alur dari pertarungan ini dengan
sangat baik.
“Rencananya nggak jelek.” Warrior yang
berpakaian berlebihan itu merespon.” Tapi nggak
akan ada gunanya kalau kamu meneriakkannya
kepada musuhmu!”
“Yrrahh?!”
“Waaaargh!”
Perbedaan pengalaman dan kekuatan antara
mereka sangatlah jauh. Warrior menangani mereka
dengan sangat mudah.

324
Sepertinya Goblin Slayer terilhat terlalu
mencolok ketika dia memperhatikan mereka
sedang berlatih.
“Hm, Ternyata Goblin Slayer.” Berkata dengan
suara rendah penuh akan kecurigaan. Dia adalah
wanita yang mengenakan knight armor. Seingat dia,
wanita itu juga merupakan bagian dari party Heavy
Warrior.
“Aku nggak melihatmu beberapa hari ini.” Dia
berkata. “ Aku mulai berpikir bahwa ogre itu sudah
membunuhmu. Tapi disini lah kamu. Hidup dan
bergerak.”
“Ya.”
“....Seperti itukah kamu berbicara dengan semua
orang yang kamu kenal?”
“Ya.”
“....Begitu..” Knight mengerutkan alisnya seakan-
akan dia memiliki sakit kepala dan menggeleng
kepalanya.
“Goblin Slayer tidak menganggap ada hal yang
aneh. Namun dia tidak mengatakannya. Namun dia
mengatakan. “Aku nggak berpikir bahwa warrior itu
adalah anggota partymu.”
“Oh, bukan. Kami hanya melakukan latihan
dengan bocah-bocah disini....”

325
Sepertinya, mereka menyadari ada warrior
muda lainnya yang sedang berlatih pedang di dekat
mereka dan mengundangnya untuk bergabung.
Kebanyakan dari mereka yang bercita-cita
menjadi warrior datang dari sebuah desa dengan
pedang dan mimpi tentang cara penggunaannya.
Bahkan latihan dengan petualang yang sudah
berpengalaman ini mungkin dapat menyelamatkan
hidupnya suatu hari.
“Sekarang aku harus mengajarkan para gadis itu
cara untuk berprilaku seperti seorang wanita.”
Di seberang dari scout dan warrior muda
berhadapan dengan Heavy Warrior dengan gagah
berani, seorang Cleric dan Gadis Druid bersandar
pada sebuah tembok yang rendah, memperhatikan
pertarungan itu dengan semangat.
“Dan si kepala batu itu mungkin sudah
capek sekarang. Mungkin aku harus bergabung
dengannya.” Knight berkata dengan senyum
menyeringai. Dia menggerakkan perisai besarnya
dan pedangnya—kebanggannya. Dan melompati
dinding menuju kegiatan yang sedang berlangsung.
“Baiklah, bocah tengik sekarang kalian sedang
dalam masalah! Aku kira aku mendengar ada
warrior yang perkasa disini, tapi sejauh aku melihat
cuma ada gerombolan orang lemah!”

326
“Apaaa? Gimana mungkin seorang paladin
berbicara seperti itu?!”
“Ini jawabanku!”
“Berlatih!” Teriak warrior, yang selalu
menyerang dari depan—inilah mengapa orang-
orang menyukainya. Pedang besarnya berputar
seperti tornado, perisai besarnya menghentikkan
serangan demi serangan. Dia menghindar dari
setiap serangan balasan dan menemukan sebuah
celah. Cleric dan Gadis Druid baru saja akan pergi
membantu para laki-laki muda yang terdesak itu
ketika...
“Knight itu nggak bisa mengurus urusannya
sendiri y?” Tawa yang terdengar jelas seperti sebuah
bell. Sejak kapan ada seseorang di sampingnya?
“Maaf sudah mengganggu Goblin Slayer ku,
tapi gimana kalau kamu minum ini? Disini sangat
panas....” Dia baru saja keluar dari pintu dapur. Dan
sekarang menawarkannya secangkir minuman.
“Terima kasih.” Dia berkata, mengambilnya. Dia
meminumnya dengan sekali teguk masuk ke dalam
helm nya. Terasa dingin dan manis.
“Ada sedikit campuran lemon dan madu di
dalamnya.” Gadis Guild berkata. “ Seharusnya bagus
untuk menghilangkan rasa lelah.” Goblin Slayer
mengangguk setuju. Ini mungkin akan menjadi
tambahan yang bagus untuk persediaannya nanti.

327
Dia harus mengingatnya.
“Akhir-akhir ini ada pembicaraan mengenai
bangunan baru yang akan di dedikasikan untuk
latihan seperti itu.” Dia berkata dan mengangguk
kepada gerombolan yang sedang berlatih itu.
“Oh?” Dia mengelap tetesan cairan pada
bibirnya.
“Kami dapat mempekerjakan para petualang
yang sudah pensiun sebagai pengajar. Banyak
pemula yang nggak tau tentang apapun sama
sekali.” Jika kita bisa mengajari mereka walapun
Cuma sedikit, mungkin akan lebih banyak dari
mereka yang dapat kembali pulang. Gadis Guild
melihat menuju kejauhan dan tersenyum. Gadis
Guild telah banyak melihat para petualang yang
datang....dan pergi. Walaupun dia hanya mengurus
berkas dokumen namun tetap saja dia merasakan
dampaknya. Tidaklah sulit untuk memahami
mengapa dia ingin menolong pendatang baru.
“Dan....” Dia menambahkan. “ Walaupun kamu
pensiun, kamu tetap perlu menjalani hidup, semua
orang pasti membutuhkan sesuatu untuk mengisi
waktunya.”
“Benarkah?” Dia memberikan cangkir kosong itu
kepadanya.

328
“Ya, memang benar.” Dia memaksa dengan
anggukkan penuh semangat biasanya, kepangnya
berayun. “Jadi, kamu harus juga menjaga dirimu
sendiri, oke?”
Dia terdiam sesaat. “Sepertinya itu adalah
nasehat orang-orang kepadaku akhir-akhir ini.”
“Aku akan menunggu hingga kamu sembuh total
sebelum aku memberikanmu quest lagi. Mungkin
sekitar sebulan,”
“Erk....” Dia mengeluh.
“Dan kalau kamu bekerja lagi sampai kamu
pingsan, enam bulan.”
“Itu akan menjadi...masalah.”
“Iya kan? Jadi tolong belajarlah dari ini.”
Dia tertawa kecil. Kemudian Gadis Guild
memberitahukan padanya bahwa dia sudah
menyelesaikkan berkas dokumen untuk bahan
produksinya. Goblin Slayer kembali menuju aula
guild, suara pedang metal petualang muda yang
beradu dengan mentornya masih terdengar di
belakangnya.
Gadis itu, teman lamanya. Menunggu dengan
tidak sabar di dekat gerobak. Ketika dia melihat
Goblin Slayer, wajahnya menjadi ceria. Goblin
Slayer memanggilnya dengan pelan.
“Ayo kita pulang?”
“Ya, ayo!”

329
Gerobak itu menjadi lebih ringan di banding
dengan pagi hari tadi.
Ketika Goblin Slayer telah kembali ke kebun, dia
menemukan sebuah batu yang terjemur matahari
dan mulai membangun sebuah dinding batu.
Pondasi sebuah dinding sebenarnya sudah ada,
namun dengan goblin, tidak ada salahnya untuk
lebih berhati-hati. Bahkan paman pun dengan berat
hati mengakui nilai kegunaan dinding ini, dengan
logika bahwa dinding itu dapat menghalau hewan
liar.
Goblin Slayer bekerja tanpa sepatah katapun
hingga matahari melewati puncaknya, teman
lamanya datang dengan sebuah keranjang di
lengannya. Mereka duduk di rerumputan bersama,
memakan roti lapis dan anggur dingin untuk makan
siang. Waktu berlalu secara perlahan.
Dengan dinding yang hampir selesai dan
pesanan untuk hari berikutnya telah di muat
di gerobak, matahari mulai terbenam di ujung
khatulistiwa. Temannya berkata bahwa dia akan
menyiapkan makanan dan pergi meninggalkannya.
Meninggalkannya seorang diri berkeliling tanpa
arah di padang rumput. Rerumputan bergemulai
seiring angin musim panas berhembus.

330
Di atasnya bersinar dua bulan dan langit penuh
bintang. Bintang-bintang itu pastinya sudah
menempati tempat barunya untuk musim yang baru.
Namun dia tidak memastikannya. Baginya, bintang-
bintang adalah caranya untuk mengorientasi
dirinya. Ketika dirinya masih muda, hatinya masih
membara semangat mendengar kisah dongeng
para pahlawan. Dulunya dia ingin mempelajari
kisah tentang konstelasi. Tapi sekarang....
“Ada apa?” Dia mendengar sebuah langkah kaki
yang samar-samar di rerumputan belakangnya. Dia
tidak berputar untuk melihatnya.
“Hmmmm? Makan malam sudah siap. Tapi
nggak usah buru-buru. Kamu lagi pikirin apa?”
ketika dia melihat bintang di langit, teman lamanya
duduk di sampingnya. Goblin Slayer berpikir sejenak
kemudian duduk juga. Bajunya besinya berbunyi
sedikit.
“Tentang masa depan.”
“Masa depan?”
“Ya.”
“Huh...”
Percakapan mereka melenceng, dan mereka
terdiam, menatap langit. Ini bukanlah keheningan
yang tidak mengenakkan. Namun ini adalah
keheningan yang mereka nikmati. Keheningan yang
damai. Satu-satunya yang terdengar adalah bisikan

331
angin, keriuhan kota di kejauhan, serangga dengan
nafas mereka. Mereka sepertinya saling mengerti
apa yang akan masing-masing mereka katakan.
Lagipula, dia hanyalah manusia. Dia akan
tumbuh tua, terluka, dan ketika dia terlalu lelah,
dia akan pingsan. Suatu hari dia akan mencapai
batasannya. Jika dia tidak mati duluan, maka hari
di mana dia tidak bisa membunuh goblin lagi tidak
dapat di hindari.
Dan apa yang akan di lakukannya jika itu terjadi?
Dia tidak mengetahuinya.
Dia lebih lemah dari yang aku kira. Gadis pikir,
memerhatikannya dari ujung matanya.
“Aku minta maaf.”
Kata-kata itu tiba-tiba saja terlontar begitu saja
dari bibirnya.
“Untuk apa?” dia memiringkan kepalanya yang
tidak terlihat seperti dirinya. Mungkin karena
helmnya, gerakan itu terlihat sedikit aneh, seperti
anak kecil.
“Nggak...nggak apa-apa.”
“Kamu aneh.” Dia bergumam, sementara gadis
tertawa kecil.
Apa dia mengambek? Ini adalah hal yang kecil.
Namun hal ini tidak pernah berubah sejak dia masih
kecil. Dengan itu, gadis menarik lengan dia.

332
“Erk...” Goblin slayer mendapati pandangannya
yang tergerak, dan kemudian belakang kepalanya
bersandar pada sesuatu yang empuk. Ketika dia
melihat ke atas, dia melihat bintang, dua bulan—
dan matanya.
“Bajumu akan terkena minyak.”
“Aku nggak peduli. Baju ini bisa di cuci dan aku
bisa mandi.”
“Apa nggak apa-apa?”
“nggak apa-apa.” Kepala Goblin Slayer bersandar
pada lutut temannya. Temannya membelai helmnya
seraya mendekatkan kepalanya dan berbisik. “Coba
kita pikirkan ulang lagi. Waktu kita masih panjang.”
“Waktu kita, huh....?”
“Benar, kita punya semua waktu yang ada di
dunia.”
Goblin slayer merasakan sebuah rasa santai yang
aneh. Layaknya sebuah tali yang telah di longgarkan
dari ikatannya yang kuat. Ketika dia menutup
matanya, dia masih mengetahui bagaimana
temannya melihat dirinya, walaupun dia tidak
bisa melihat temannya. Layaknya temannya yang
mengetahui bagaimana dia melihatnya walaupun
wajahnya yang tersembunyi di balik helmnya.
Makan malam hari itu adalah sup.
*****
Hari-hari santai ini terus berlanjut hingga satu
333
bulan telah berlalu.
Di suatu tempat, pertarungan antar para
petualang dan roh jahat semakin memanas
hingga....
Kemudian, tiba-tiba berakhir.
Konon seorang petualang pemula yang
mengikuti bimbingan pedang legendaris, pada akhir
petualangan mereka berhasil mengalahkan Demon
king. Petualang yang masih hijau itu—seorang gadis
muda—menjadi petualang tingkat platinum yang ke
enam belas dalam sejarah.
Sebuah perayaan di rayakan di ibu kota,
bahkan Goblin slayer yang sedang beristirahatpun
mengamati perayaan itu.
Walaupun ini semua tidak ada hubungannya
dengan dia.
Dia hanya tertarik dengan cuaca, binatang,
tanaman, dan orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Waktu berlalu perlahan namun pasti. Hari-hari
berlalu dengan tidur siang yang berkualitas.
Namun semua hal akan berakhir—dan terkadang
terlalu cepat.
Akhir dari masa rehatnya muncul dari sebuah
bercak-bercak hitam di rerumputan yang basah
oleh embun pagi. Garis lumpur dan kotoran-kotoran
yang tersebar di padang rumput, tidak salah lagi itu
adalah jejak kaki kecil.

334
“Aku harus lari? Apa?” Gadis itu berdiri di dapur
membuat sarapan pagi—Gadis Sapi—terkejut akan
perkataannya. “Kenapa?”
“Aku menemukan jejak kaki.” Gadis Sapi
mengerti, walaupun tidak sepenuhnya, apa yang di
maksud itu. Seseorang yang tidak memahaminya
mungkin hanya beranggapan bahwa itu hanyalah
jejak kaki anak kecil atau ulah para peri.
Itu adalah sebuah jejak kecil, yang tercetak pada
lumpur dan kotoran oleh kaki telanjang. Sebuah
langkah kaki seseorang yang tidak peduli menginjak
rerumputan di padang rumput.
Gadis tahu. Dia mempercayainya untuk
mengetahui jejak apa itu. Mereka berdua sudah
tahu bahwa waktunya telah tiba—walaupun
mereka berharap waktu itu tidak pernah datang.
“Goblin” Dia—Goblin Slayer—yang selalu
berbicara tentang goblin. Dia berdiri di depan meja
makan dengan armor dan helmnya. Ya, memang
aneh. Tapi itulah yang di lakukannya setiap hari.

335
Yang dia tidak lakukan setiap hari adalah
mengabaikan inspeksi kebunnya dan
memberitahukannya untuk lari.
Gadis berhenti memasak dan dia melihat
tangannya. Apa yang harus dia katakan? Dia mencari
kata yang tepat.
“Tapi... kamu bisa menghentikan mereka kan?”
Gadis berharap bahwa dia akan menjawab dengan
jawaban biasanya “Ya,” atau “Aku bisa,” atau
“Memang itu niatku.” Gadis Sapi ingin mendengar
nada tenang itu.
“Nggak,” Dia berkata. “ Aku nggak bisa.” Suara
itu terdengar sangat kecil seolah-olah suara itu di
peras dari mulutmya.
Apa? Sebuah ucapan kebingungan dan terkejut
terucap dari mulutnya. Gadis berputar dan melihat
tubuh dia yang sedikit bergerak, dia seperti gemetar.
“Di dalam gua, aku bisa menghadapi seratus
goblin dan menang. Bagaimanapun caranya.”
Apa dia takut?
Dia?
Mata Gadis Sapi terbelalak terkejut.
Kebun mereka di kelilingi pagar, dinding batu,
yang telah di perkuat olehnya. Terdapat beberapa
perangkap juga yang di peruntukkan untuk
menangkap binatang liar.

336
Ini masih jauh dari sempurna. Namun Gadis Sapi
tahu bahwa dia sudah melakukan apa yang dia bisa
untuk melindungi mereka.
Ketika Gadis Sapi melihat dia, Goblin Slayer
menatap ke bawah sekali, seperti ragu, tapi
kemudian dia menatap matanya. Atau paling tidak
dia mencoba.
“Musuh kita adalah seorang lord.”
Terdapat sepuluh jenis langkah kaki yang
berbeda. Sebuah gerombolan yang dapat
memutuskan untuk menyerang tempat yang
terjaga dengan baik—dan kemudian mengirim
sepuluh goblin untuk mengintai tempat ini—pasti
memiliki seorang pemimpin. Seekor hob atau
shaman mungkin, tapi tidak. Dengan skala seperti
ini, ini pastilah...
Seekor Goblin lord.
Seseorang yang tidak paham akan hal ini tentunya
akan mecemoohkan ide ini. Tapi dia paham akan
hal ini. Dia tahu persis apa artinya ini. Kemungkinan,
gerombolan itu ada lebih dari seratus. Jika seekor
pengintai sudah mengintai suatu tempat, maka
serangan itu akan datang pada hari itu juga, paling
lambat keesokkan harinya. Sudah tidak ada waktu
untuk meminta pertolongan kepada para pemimpin
atau negara. Walaupun jika ada--para bangsawan
tidak akan pernah merepotkan diri mereka karena

337
hanya goblin.
Goblin Slayer mengetahui semua ini, Gadis Sapi
pun juga.
Karena hal ini sudah pernah terjadi sepuluh
tahun sebelumnya.
“Gerombolan goblin...?” Seratus atau lebih
makhluk jahat dan kejam mendatangi mereka?
“Aku bukan tingkatan platinum... Aku bukan
pahlawan.”
Mereka kalah jumlah.
Mereka kalah kekuatan.
Itu artinya...
“Aku nggak bisa.”
Oleh karena itu.
“Kamu harus lari.”
“Sekarang, selagi masih ada waktu.”
Gadis Sapi melangkah mendekat, berdiri tepat
di depannya. Dia menatap helmnya. Ketika Gadis
Sapi sudah yakin bahwa dia sudah tidak ingin
mengatakan sesuatu lagi. Dia bergumam. “Baiklah.”
“Kamu sudah putuskan?”
“Ya.” Dia menarik napas dan mengeluarkannya.
Ada tiga hal yang ada di dalam hatinya. Tiga hal
yang membutuhkan keberanian untuk dia ucapkan.
“...Maaf.”
Sekarang karena dia sudah mengatakan yang
pertama, sisanya akan mudah.

338
“Aku nggak akan pergi.” Dia memaksa rahangnya
yang kaku untuk tersenyum. Gadis Sapi tidak akan
membiarkannya bertanya kenapa. Dia tahu kenapa.
“Karena kamu bermaksud untuk tinggal kan?”
Dia diam.
“Tuh kan, sudah ku duga. Kamu selalu diam kalau
sudah ketahuan. Kamu selalu begitu.”
“Mereka nggak akan cuma membunuhmu.”
“Ya, aku tau.” Gadis Sapi berkata. Suaranya
menunjukkan ketenangan.
Suara Goblin Slayer terdengar dingin. Dia
berusaha lebih keras di banding teman lamanya
untuk tetap bersikap tenang. “Aku menyaksikannya.”
“...Aku tau.” Gadis Sapi mengetahui secara pasti
apa yang dia maksud. Mengapa dia bertarung,
mengapa dia terus berjuang. Gadis Sapi tahu akan
semua itu.
“Gerombolan itu mungkin suatu saat akan di
kalahkan.” Dia berkata, seolah-olah berbicara
dengan anak kecil. “Tapi jangan pikir kamu akan di
selamatkan. Walaupun kamu hidup sampai saat itu,
jiwa mu akan hancur.”
Niat dari perkataanya—usahanya untuk
menakuti teman lamanya dengan implifikasi aku
juga tidak akan bisa menyelamatkanmu.—sangat
mencolok sekali, Gadis sapi nyaris tertawa.

339
Tentu saja dia tidak salah. Dia tidaklah salah,
akan tetapi...
“Jadi larilah.”
“Aku bilang nggak.” Meskipun keadaanya seperti
ini, Gadis Sapi bahagia mengetahui bawa dia peduli
padanya. Dan Gadis Sapi juga peduli padanya.
Gadis Sapi harus dapat membuatnya mengerti.
“Aku nggak mau itu terjadi lagi.” Kalimat itu keluar
dengan sendirinya dari mulut Gadis Sapi. “Dan kamu
nggak akan punya tempat untuk pulang lagi...” Dan
dia menambahkan dalam hatinya, atau aku.

340
341
Sudah tidak ada lagi tempat yang dapat di
sebutnya sebagai rumah. Sepuluh tahun berlalu,
dan bahkan dia masih tidak yakin untuk menyebut
tempat ini rumah.
Goblin Slayer menatapnya, tanpa kata-kata.
Dari suatu tempat di kegelapan helmnya, dia
menatapnya. Di bawah tatapannya, rasa malu
secara tiba-tiba timbul di dalam dirinya. Gadis
Sapi mengalihkan pandangannya dan berubah
menjadi merah. Dia menatap ke lantai. Walaupun
dia memaki dirinya sendiri karena sudah bertingkah
bodoh, kalimat itu terus berlanjut, mencari
semacam alasan.
“Ma-maksudku, coba kamu pikirkan lagi.
Walaupun kita melarikan diri, binatang-
binatangnya.... Sapi, kambing, mereka semua akan
hilang.”
Dia tidak menjawab.
“Setelah itu, maksudku...”
Hening.
“Aku mengerti.” Dua kalimat bisikan. “Yeah.”
Gadis Sapi membalas.
“Aku...benar-benar minta maaf. Aku tau aku
keras kepala.”
“....Jangan membuat wajah seperti itu.
tenanglah.”
Gadis Sapi tersenyum. Senyuman yang samar-

342
samar. Butir air mata terlihat di ujung matanya.
Gadis Sapi pastilah terlihat begitu menyedihkan
hingga dia berucap seperti itu.
“Aku akan lakukan apa yang aku bisa.”
Dan kemudian dia—Goblin Slayer—berputar
meninggalkannya.
Dia menutup pintu, berjalan melewati lorong dan
keluar. Dia melihat sekeliling kebun, mengingatnya
dalam hati, dan kemudian menginjak jalan setapak
menuju kota.
Ini adalah hal bodoh.
Gadis Sapi bisa saja melarikan diri ke kota.
Atau dia dapat membuat pingsan Gadis Sapi,
mengikatnya, dan membawanya ketempat yang
aman.
Mengapa dia tidak melakukannya? Mengapa dia
tidak membuatnya untuk pergi?
Hanya satu alasan. Dia tidak menginginkannya.
Dia tidak ingin membuatnya menangis lagi.
“Aku seharusnya melindungi para gadis...”
“....Kamu.”
Goblin Slayer sedang berbicara dengan dirinya
sendiri, akan tetapi terdengar sebuah suara yang
menjawab. Berdiri di sampingnya, tangan melipat,
adalah pemilik kebun ini. Dia mendengarkan
percakapan mereka—atau lebih tepatnya tidak
sengaja mendengar.

343
“Setidaknya kamu perlu ucapkan selamat tinggal
sebelum kamu pergi.” Dia meludah, menatap tajam
Goblin Slayer, yang setuju akan perkataannya.
Paman memikul semuanya sendiri.
“Aku minta maaf, aku...”
Sang pemilik memotong tajam perkataan
Goblin Slayer ketika dia sedang meminta maaf. “Dia
gadis yang baik.” Dia memeras perkataan itu dari
mulutnya yang masam pada wajahnya yang terlihat
tegang “Dia tumbuh begitu baik.”
“...Ya.”
“Karena itu jangan buat dia menangis.”
Goblin Slayer tidak menjawab, tidak yakin
bagaimana akan meresponnya. Jika hanya untuk
mengatakan sesuatu atau apapun, dia bisa dengan
mudah menggerakan lidah dan bibirnya berbicara.
Namun setelah pertimbangan panjang. Dia
memutuskan untuk berkata yang sejujurnya.
“Aku akan....mencoba.”
Terkadang dia membenci dirinya yang tidak
bisa berbohong. Dengan kalimat yang terucap
membebaninya, dia mulai berjalan.
*****
Guild petualang penuh seperti biasanya. Penuh
akan suara keramaian, akan peralatan yang sedang
di siapkan, akan tawaan.

344
Mereka yang sedang berpergian, melawan
pasukan kegelapan, telah kembali. Tentu saja, tidak
semuanya dapat kembali. Tapi tidak ada satupun
dari mereka yang menyinggung soal itu.
Mereka yang tidak akan pernah terlihat lagi,
telah gugur oleh para monster di dalam gua
atau reruntuhan, atau di sebuah padang, atau di
pegunungan. Yang lain, telah berpindah ke lahan
baru atau menjadi kaya dan berhenti berpetualang,
atau pensiun. Tidak ada yang tahu takdir apa yang
menunggu mereka. Mereka yang tidak kembali
secara perlahan akan hilang dari ingatan hingga
benar-benar terlupakan. Itulah akhir dari para
petualang.
Jadi hampir tidak ada orang yang menoleh ketika
lonceng berbunyi dan dia berjalan masuk, dengan
armor kulit murahan dan helmnya, dengan perisai
yang terikat di lengan dan pedang aneh pada
pinggulnya.
“Oh Goblin Slayer.” Spearman berkata menyindir.
“Nggak nyangka kamu masih hidup.”
Beberapa yang lainnya juga bereaksi sama.
Mereka mengira bahwa dia sedang dalam quest
panjang atau mengambil waktu cuti tambahan.
Pria yang datang setiap hari meminta goblin telah
menjadi bagian dari keseharian di guild.
Goblin Slayer berjalan dengan langkah sigap

345
biasanya, namun dia tidak menuju kursinya di
samping dinding. Dia bahkan tidak menuju meja
resepsionis, melainkan berjalan menuju area tengah
lobby. Para petualang yang duduk di dekatnya
memberikan tatapan heran. Mereka tidak dapat
melihat ekspresi di balik helmnya.
“Permisi, tolong dengarkan aku.” Suaranya
pelan dan lembut, namun dapat terdengar dengan
jelas di balik keriuhan di aula guild. Untuk pertama
kalinya, sebagian besar orang yang ada di aula ini
melihatnya.
“Aku punya permintaan.”
Keributanpun pecah.
“Goblin Slayer punya permintaan?”
“Aku nggak pernah dengar dia berbicara
sebelumnya.”
“Bukannya dia selalu solo?”
“Nggak, dia berpergian dengan beberapa cewek
akhir-akhir ini.”
“Oh yeah, cewek langsing itu... bukannya dia
punya banyak anggota party sekarang ini?”
“Seorang Lizardman, Seorang Dwarf atau
sesuatu. Dan disini aku berpikir bahwa dia cuma
peduli dengan goblin.”
“Teman elf nya itu hampir sama manisnya
dengan Priestess itu!“
“Ahh, mungkin aku harus mulai berburu goblin!”

346
Goblin Slayer memperhatikan para petualang
yang saling berbicara satu persatu. Dia mengetahui
beberapa nama mereka, beberapa tidak. Namun
dia mengenali setiap wajah dari mereka yang ada
saat ini.
“Sebuah gerombolan goblin akan datang.
Mereka akan menyerang sebuah kebun di luar kota.
Aku tidak tau berapa jumlah mereka.” Dia berkata
dengan tenang kepada mereka, orang-orang yang
dia kenal. Kehebohan para petualangpun semakin
menjadi. “Tapi berdasarkan jumlah pengintai
mereka, aku percaya seekor lord ada di antara
mereka. Dengan kata lain, paling nggak ada seratus
goblin.”
Seratus goblin? Di pimpin oleh seekor lord?
Ini bukanlah lelucon. Kebanyakan dari petualang
mengambil quest membasmi goblin sebagai quest
pertama mereka. Sebagian gagal dan membayar
kegagalan itu dengan nyawa mereka. Sebagian,
walaupun—entah keberuntungan, kekuatan, atau
apapun itu—selamat. Kebanyakan dari mereka
sedang berdiri di tempat ini saat ini. Mereka
mengetahui pasti kengerian—atau lebih tepatnya,
kesulitan—goblin. Siapa yang mau sukarela
bertarung dengan gerombolan makhluk itu? Dan
dengan adanya lord—goblin yang tidak ahli dalam
kekuatan maupun sihir, melainkan kepemimpinan.

347
Ini bukanlah gerombolan biasa. Ini adalah
pasukan goblin.
Bahkan para pemula yang tidak tahu banyakpun
akan menolak membantu. Hanya Goblin Slayer
yang akan dengan senang hati menghadapi sesuatu
seperti itu. Dan bahkan Goblin Slayer, tahu dengan
jelas, bahwa dia tidak berniat untuk solo sekarang...
“Sudah nggak ada waktu. Lain cerita dengan
di dalam gua, tapi kalau di tempat terbuka,
aku nggak bisa melakukan ini sendiri.” Goblin
Slayer memperhatikan sekeliling ruangan. “Aku
membutuhkan pertolongan kalian, kumohon.”
Kemudian dia menundukkan kepalanya.
Dengan sekejap, bisikan-bisikan mengisi
ruangan.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Menurutmu gimana?”
“Goblin, huh....?”
“Dia harusnya menangani ini sendiri.”
“Aku nggak ikutan!”
“Aku juga, makhluk itu jorok.”
Tak ada satupun dari mereka yang mengatakan
itu secara langsung pada Goblin Slayer. Dia masih
berdiri dengan kepala menunduk, tidak bergerak.
“...Hey.” Ketika suara rendah lainnya terdengar
di balik keramaian, para petualang kembali
memperhatikan. “Bagaimana kita bisa tau kalau

348
kamu benar?” Dia adalah petualang pengguna
tombak. Dia menatap Goblin Slayer dengan penuh
maksud.
Goblin Slayer mengangkat kepalanya.
“Ini guild petualang,” Spearman berkata. “Dan
kita adalah para petualang.”
Goblin Slayer tidak menjawab.
“Kami nggak harus mendengarkanmu. Kamu
ingin pertolongan, bikin jadi quest, tawarkan
hadiah, ngerti maksudku kan?” Spearman melihat
kepada rekan-rekan petualangnya untuk meminta
dukungan.
“Dia benar!” Seseorang berteriak.
“Yeah, kami ini petualang!”
“Kamu ingin kami mempertaruhkan nyawa
secara gratis?” ejekan-ejekan mulai bermunculan.
Goblin Slayer yang berdiri di tempatnya melihat
sekeliling. Tidak untuk mencari dukungan.
Di sebuah meja di dalam ruangan ini, High
Elf Archer di buat berdiri, wajahnya merah
marah, namun Dwarf Shaman dan Lizard Priest
menghentikannya. Witch duduk di sebuah bangku,
sebuah senyum menghiasi wajahnya. Goblin
Slayer melirik menuju meja resepsionis hanya
untuk melihat Gadis Guild berlari menuju ruangan
belakang dengan panik. Baru tersadarkan olehnya
bahwa dia sedang mencari Priestess. Di dalam

349
helmnya, dia menutup matanya.
“Yeah, pria itu benar!”
“Coba kamu kasi tau apa yang akan kami
dapatkan setelah melawan seratus goblin?”
Tidak ada keraguan lagi sekarang. Dia sudah
melenyapkan keraguan itu sepuluh tahun yang lalu.
Goblin Slayer menjawab dengan tenang dan jelas.
“Segalanya.”
Aula guild menjadi hening.
Mereka semua sudah mengetahui apa maksud
kata itu.
“Segala yang aku miliki.” Dia berkata dengan
tenang.
Jika seseorang petualang bertarung bersamaku
melawan seratus goblin, pria atau wanita dapat
meminta apapun atau segalanya.
Spearman mengangkat bahunya. “Jadi gimana
kalau aku menyuruhmu untuk menjauhi Gadis Guild,
dan membiarkanku memilikinya?” Dia bertanya
dengan dengusan.
“Dia bukan milikku.” Goblin Slayer menjawab
dengan keseriusan mutlak. Dia menghiraukan
bisikan-bisikan yang berkicau di keramaian,
yang menyebutnya tidak bisa di ajak bercanda.
“Segalanya yang aku miliki,” dia berkata, “milikku
yang dapat di berikan. Perlengkapanku, kekayaanku,
pengetahuanku, waktuku, dan....”

350
“Nyawamu?”
Goblin Slayer mengangguk ya “Bahkan nyawaku.”
“Jadi kalau aku memintamu mati, apa yang akan
kamu lakukan?” Spearman bertanya. Dia terdengar
jengkel. Seperti tidak percaya apa yang sudah
terjadi.
Mereka berpikir tahu apa yang akan di jawabnya.
Namun setelah jeda panjang, dia berkata. “Nggak,
aku nggak bisa melakukan itu.”
Tentu saja tidak. Ketegangan yang terasa di
udara sedikit melonggar. Pria ini mungkin memiliki
sesuatu yang salah di kepalanya, namun bahkan dia
pun takut akan kematian.
“Kalau aku mati, akan ada orang yang sedih
dengan kepergianku. Dan aku sudah berjanji untuk
tidak membuatnya menangis.”
Para petualang yang mendengarkan dengan
nafas mereka yang tertahan, melihat satu sama lain.
“Karena itu, nyawaku juga bukan milikku untuk
di berikan.”
Spearman menelan liurnya. Dia melotot
mengarah Goblin Slayer pada sebuah helm metal
yang ada di antara dia dan ekspresi di balik helm
itu. Spearman bertemu dengan mata Goblin Slayer
walaupun terhalang helm itu.
“Aku sama sekali nggak mengerti apa yang kamu
pikirkan.”

351
Goblin Slayer tidak menjawab.
“Aku mengerti kamu sangat serius.”
“Ya.” dia mengangguk. “Memang.”
“Sial!” Spearman berkata, mengacak rambutnya.
Dia mulai berjalan mondar-mandir di depan Goblin
Slayer, mengetuk lantai dengan pantat tombaknya.
Momen menjengkelkan berlanjut terus dan terus.
Akhirnya, Spearman menghela nafas dan berkata
dengan suara menyerah. “Apa juga yang akan ku
lakukan dengan nyawamu? ...Tapi kamu berhutang
minuman denganku.”
Dia menepukkan tinjunya satu kali mengarah
armor kulit dada Goblin slayer.
Goblin Slayer terhuyung. Helm baja itu menatap
kosong Spearman.
Spearman membalas menatap. Ada masalah?
“Seorang petulang tingkat silver sudah menerima
quest pembasmian goblin dari mu. Nggak kurang
dari harga pasar. Kamu harusnya bersyukur.”
“...Ya.” Goblin Slayer mengangguk. “Maafkan
aku. Terima kasih.”
“Simpan nanti saja sampai selesai membasmi
goblin.” Mata Spearman melebar sedikit dan
menggaruk pipinya tidak nyaman. Dia tidak pernah
menyangka akan ada hari di mana dia mendengar
“terima kasih” dari pria ini.

352
“A-aku ikut denganmu juga!” Suara yang jernih
berbunyi mengisi aula guild. Mereka semua menoleh
kepada High Elf Archer, yang menjatuhkan kursinya
di saat dia berdiri. Dia merasa ketakutan di bawah
tatapan mereka, telinga panjangnya bergetar.
“A-aku akan membasmi goblin itu denganmu.”
Keberaniannya sepertinya sudah terkumpul,
dan dia berjalan lurus melintasi ruangan menuju
Goblin Slayer dan menempelkan jarinya pada
sada Goblin Slayer. “Jadi...jadi lain kali kamu harus
ikut berpetualang denganku! Aku menemukan
beberapa...beberapa reruntuhan.”
“Baiklah,” Goblin Slayer menjawab dengan
segera. Telinga Elf berdiri tegak. “Kalau aku selamat,
aku akan bergabung denganmu.”
“Ihh, nggak perlu ngomong begitu juga.” Dia
menggembungkan pipinya, menatap helm itu. Dia
berputar. “Kamu ikut juga kan?”
Dwarf menjawab duluan, dia mendesah sambil
membelai jenggotnya dengan sedikit terlihat
jengkel. “Sepertinya aku nggak punya pilihan. Tapi
aku nggak mau kalau cuma di beli dengan satu botol
minuman. Beardcutter kamu harus membelikanku
satu drum!”
“Kamu akan mendapatkannya.” Goblin Slayer
berkata.

353
“Oke kalau begitu!” Dwarf berseru gembira.
”Dan... kira-kira apa aku boleh bergabung dengan
petualanganmu telinga panjang?”
“Tentu saja, kita satu anggota party kan?” Elf
tertawa, dan Dwarf pun ikut tertawa.
“Semoga tidak pernah terucap bahwa saya
akan meninggalkan seorang rekan.” Lizardman
berdiri perlahan dan menyentuh ujung hidungnya
dengan lidahnya. “ Ataupun saya akan menolak
permohonan teman yang sedang membutuhkan.
Tapi mengenai hadiah....”
“Keju?”
“Tepat sekali. Ah saya sudah bisa merasakannya
sekarang!”
“Keju itu bukan milikku. Tapi itu di buat di kebun
yang akan mereka serang.”
“Benarkah? Ini akan semakin menguatkan alasan
saya untuk menghancurkan mahkluk biadab itu!”
Lizardman memutar matanya, dan menggabungkan
kedua telapak tangannya mengarah Goblin Slayer.
Mereka mengerti bahwa ini adalah jenis humor
para Lizardman.
Jadi empat petualang mengelilingi Goblin Slayer.
Dia tidak melihat Priestess di manapun.
“Jadi, kita sudah berlima...”
“Tidak. Enam.” Witch berdiri. Dia berjalan dan
berdiri di samping Spearman, pinggul bergoyang

354
selagi berjalan. “Mungkin, akan, menjadi, tujuh...
walaupun, saya, kurang, yakin.” Witch berkata
penuh arti. Kemudian dia mengeluarkan sebuah
pipa panjang dari bokongnya. “Inflammarae.” Dia
memutar pipanya, dan memasukkan tembakau
ke dalamnya, dan menyalakannya dengan ujung
jarinya dan menarik napas panjang. Asap wangi
mengepul di dalam aula guild.
Petualang yang tersisa berceloteh dengan
semangat. Itu bukanlah karena mereka
menginginkan kehancuran kebun itu. Kebanyakan
dari mereka belum siap untuk mempertaruhkan
nyawa mereka untuk harga yang murah. Dan siapa
yang bisa menyalahkan mereka? Semua orang lebih
mementingkan nyawa mereka sendiri.
Mereka hanya perlu satu dorongan lagi...
“Guild—guild juga menawarkan quest juga!”
Dorongan itu datang dari suara yang penuh
energi. Gadis Guild keluar dari ruang belakang,
memegang erat sebuah tumpukan kertas. Dia
terengah-engah, wajahnya merah, kepangnya
berayun liar ke atas ke bawah.
Dia memulai meletakkan tumpukan kertas
itu di meja resepsionis. “Terdapat hadiah satu
keping emas setiap satu goblin yang anda basmi.
Sekaranglah kesempatan anda, petualang!”

355
Para petualang mulai mempertimbangkannya.
Tentu saja, Guild-lah yang akan menyediakan uang
sebagai hadiahnya. Kemampuan untuk bekerja
dalam skala besar adalah salah satu keuntungan
organisasi seperti ini.
Entah seberapa keras Gadis Guild berjuang
untuk meyakinkan atasannya bahwa ini adalah ide
yang bagus.
“Feh. Kalau begitu aku ikut.” Seorang petualang—
warrior berarmor berat—sedikit menendang
kursinya di saat dia berdiri dan mengambil selembar
kertas itu. Knight, duduk di sampingnya, melihatnya
dengan terkejut.
“Kamu pergi?”
“Aku bukan penggemarnya Goblin Slayer, tapi
hei...uang tetaplah uang.”
“Knight tersenyum sinis pada wajahnya
yang cantik. “Aku nggak tahan dengan seorang
pembohong. Akui saja bahwa dia adalah yang
mengusir goblin dari kampungmu.”
“Hey, simpan sendiri saja, dasar wanita!
Pokoknya, aku akan tetap dapat satu emas per
goblin.”
Aku juga. Ikutkan aku. Aku berhutang padanya.
Satu persatu gumaman itu bermunculan. Orang-
orang berdiri.

356
“Gimana denganmu? Aku kira kamu nggak
menyukainya?”
“Aku berniat menjadi Paladin. Ketika seseorang
meminta bantuan, aku harus membantunya.”
Knight menjawab dengan senyum menyeringai,
yang membuat warrior meresponnya dengan
mengangkat bahu dan tertawa.
“Aw, yah, kalau kalian akan pergi, aku rasa kami
juga akan ikut.”
“Kita ikut?”
“Tentu saja, kita harus menolong!”
Walaupun sedikit berdebat, sisa party member
Heavy Warrior berdiri.
“Hey...”
“Apa?”
Memperhatikan mereka, Warrior yang masih
hijau yang ikut berlatih dengannya beberapa hari
yang lalu, memanggil Cleric muda.
“Sampai sekarang aku masih belum pernah
membasmi goblin.”
“...Sepertinya begitu. Mereka bilang goblin
sangat berbahaya.”
“Tapi... kita harus mencobanya sesekali kan?”
“...Kamu ini payah.” Gadis itu berkata. Tapi...
jika memang harus. Dan laki-laki itu mengulurkan
tangannya kepada gadis itu,
Seseorang yang memperhatikan mereka

357
menghela nafas pendek. “Aku menjadi petualang
di hari yang sama dengannya. Aku rasa ini yang di
sebut takdir.”
“Kalau aku nggak mendengar suara yang
meminta goblin setiap hari, rasanya ada yang
kurang.”
“Aku setuju. Dia sudah seperti .... Orang lama
disini—seseorang yang banyak di kenal kamu tau?”
“Aku nggak suka dia ada di sini, tapi aku lebih
nggak suka kalau dia nggak ada disini.”
“Aku lagi mencari cara untuk mendapatkan
uang, satu emas per goblin,huh? Nggak jelek.”
“Seumur hidupku, nggak pernah aku melihat
pemberi quest seaneh ini.” Seseorang berkata.
Seseorang lainnya mengangguk. Satu persatu para
petualang berdiri.
Ya, mereka adalah para petualang.
Mereka mempunyai mimpi dalam hati mereka.
Mereka memiliki prinsip. Mereka memiliki ambisi.
Mereka ingin bertarung demi masyarakat.
Mungkin mereka tidak memiliki keberanian
untuk melangkah ke depan, namun mereka telah di
berikan dorongan. Sudah tidak ada lagi yang perlu
di ragukan.
Membasmi goblin? Oke saja. Itu adalah
pekerjaan mereka. Dan jika ada quest, mereka akan
mengambilnya.

358
Seseorang mengangkat pedangnya di udara dan
berteriak. “Kita bukan party member dan kita bukan
teman—tapi kita adalah petualang!” yang lain ikut
berteriak. Mereka yang tidak memiliki pedang
mengangkat tongkat, tombak, kapak, panah,
tangan.
Ada pemula, Veteran, Wizard, Warrior, Cleric,
dan Rogue. Ada manusia, elf, dwarf, lizardman,
dan rhea. Para petualang yang berkumpul di
aula guild mengisi udara dengan suara mereka.
menghentakkan lantai dengan kaki mereka.
Goblin Slayer, di kelilingi oleh teriakan itu, men-
survei ruangan. Matanya bertemu dengan Gadis
Guild. Gadis Guild sedikit berkeringat, namun dia
memberikan Goblin Slayer sebuah kedipan. Goblin
Slayer menundukkan kepala kepadanya. Dia merasa
bahwa paling tidak ini lah yang dia dapat lakukan.
“Itu berjalan dengan baik.” Terdengar tawa kecil.
Goblin Slayer berputar dan melihat, berdiri dekat
sedekat bayangan, Priestess.
Tentu saja dia ada di sana, bagaimana mungkin
dia tidak ada?
“....Ya, benar.” Goblin Slayer mengangguk.
Hari itu, mungkin pertama kalinya tidak ada
kekurangan petualang untuk mengambil quest
goblin.

359
Ini adalah awal dari malam yang panjang.
“GRARARARARARA! GRARARARA!!”
Melihat bulan yang menjulang tinggi di langit—
”tengah siang hari” bagi gerombolannya—Goblin
lord memberikan perintahnya.
Perintahnya di sampaikan secara langsung di
tengah-tengah keributan suara yang menggerutu,
dan pasukan goblin mulai maju. Tersembunyi di
balik rerumputan yang setinggi mereka, mereka
mengangkat perisai mereka seraya mereka berdiri.
Goblin menyebut nya “perisai daging” : seorang
wanita tawanan dan anak-anak yang di ikatkan pada
sebuah papan. Dengan jumlah, sepuluh tawanan
telanjang di paparkan di depan pasukan mereka.
Tawanan itu terkadang mendesah atau kejang-
kejang tidak karuan.
Para goblin telah puas memainkan tawanan
ini. Apakah perisai daging mereka hidup atau mati
sudah tidak penting bagi mereka lagi. Yang penting
adalah perisai daging ini akan membuat musuh
mereka ragu untuk menembakkan panah atau

360
mantra. Kebalikkannya, jika seorang petualang
menangkap seekor goblin dan menggunakannya
dengan cara yang sama, tidak ada satu goblin-
pun yang akan ragu untuk menembaknya. Benar,
mungkin goblin itu akan merasa marah karena harus
membunuh rekan goblinnya, namun itu hanya akan
menambah motivasinya untuk menghancurkan
musuh berkeping-keping.
Sang goblin lord tertawa berpikir betapa
bodohnya para petualang.
Pada ujung penglihatannya, mereka dapat
melihat cahaya pada kebun itu. Sebuah kota terlihat
sedikit lebih jauh.
Ada para petualang di kota seorang petualang!
Kata hina untuk makhluk yang hina.
Goblin lord membuat keputusan cepat. Dia
akan mengambil setiap petualang dan menusuknya
dengan pasak kayu hingga mereka mati. Mungkin
pada akhirnya, mereka akan bertobat tentang apa
yang sudah mereka lakukan pada bangsanya.
Seperti para petualang yang sudah menyerang
sarangnya—rumahnya dan membuatnya terlantar
di alam liar hanya karena dia masih muda.
Mereka akan memulai dengan kebun itu.
Mencuri sapi dan kambing untuk mengisi perut
mereka. Menculik gadisnya untuk meningkatkan
populasi mereka.

361
Kebun itu akan menjadi markas pusat yang bagus
untuk menyerang kota, membantai para petualang,
dan meningkatkan pasukan mereka. Dan pada
akhirnya, mereka akan menyerang ibu kota para
manusia, menjarahnya dan mendirikan kerajaan
goblin pada tempatnya!
Hari itu masihlah sebuah mimpi, namun rencana
goblin lord terdengar cukup nyata.
Para bawahannya tidak dapat memahaminya.
Hanya terdapat kemarahan, kebencian, dan nafsu
yang bergejolak dalam diri mereka. Hasil dari
pengintaian mereka menunjukkan tidak hanya
daging segar, namun juga seorang gadis muda.
Mereka bergerak secara perlahan di balik
rerumputan, yang menimbulkan bunyi gesekan
dengan rumput seraya mereka bergerak. Dan
akhirnya, cahaya kebun itu semakin mendekat.
Sebentar lagi, penyerangan akan di mulai.
Dan kemudian, itu terjadi.
“GRUUU?”
Sebuah kabut beraroma manis menyebar di
padang rumput. Salah satu dari pemegang perisai
yang berdiri di depan masuk ke dalam kabut itu.
Dan tidak lama kemudian, keluar kembali dan
terjatuh di tanah. Dan pemegang perisai lain-pun
mulai jatuh satu persatu. Pada saat goblin lord
yang kebingungan berkedip, sebuah sosok hitam

362
melompat dari bayangan di balik dinding di sekitar
kebun.
Petualang! Ini sihir!
“GAAUUUU!!” Sang lord berteriak tinggi.
“GUUUGGAAR!!” Seekor goblin shaman
meneriakkan sesuatu dan mengayunkan
tongkatnya. Sebuah kilatan petir menyambar
salah satu petualang di dadanya. Namun ketika
satu petualang gugur, petualang lain dengan cepat
memperdekat jarak dengan goblin dan mengambil
perisai daging. Para petualang menghiraukan
musuh mereka sama sekali, dan mundur secepat
mereka bisa. Shaman membaca mantranya lagi dan
menganyunkan tongkatnya, berharap mengenai
salah satu petualang yang lari.
“GAAAA?!”
Sebuah panah yang terbuat dari cabang pohon
menembus dadanya. Mulutnya terbuka dan
tertutup sesaat, kemudian terjatuh terlentang di
rerumputan, mati.
Berkat penglihatan malam mereka, goblin dengan
cepat dapat menemukan sumber tambakkan itu.
Di atas sebuah pohon di kebun—seorang elf.
Seorang elf menembaki mereka!
Goblin archer dengan terburu-buru membalas
tembakkan dengan busur pendek mereka, namun
para elf hanya mendengus dan melompat ke semak-

363
semak.
Para petualang yang membawa perisai daging
berhasil kembali menuju dinding, dan sebagai
gantinya, sebuah grup rekan bersenjata mereka
muncul. Mereka mengambil postur rendah selagi
mereka berlari menuju goblin, yang di ikuti suara
gesekan armor mereka.
“GOOOOORRR!!”
Goblin lord dengan cepat memerintahkan
para pasukannya untuk membalas menyerang,
namun mereka tidak cukup sadar untuk menuruti
perintahnya. Mantra Stupor telah bekerja dengan
sangat baik pada mereka, dan satu persatu, mereka
terjatuh di hujani panah dengan pikiran mereka
yang masih terkantuk.
“Jadi itu ‘perisai’ mereka. Mahkluk hina.” Elf
berkata, rasa jijik terlihat di wajahnya. Dia berlari
di rerumputan, menembakkan panah layaknya
sebuah angin. Dia dapat menembak semudah dia
bernapas. Dia dapat mengenai sasarannya walau
dengan mata tertutup. Panahnya menembus goblin
layaknya sebuah pisau yang menusuk daging.
Sebenarnya dia tidak begitu banyak membunuh
musuh. Namun dia tidak bisa melanjutkannya terus
menerus.
“Aku membunuh pembaca mantra mereka!”

364
“Baiklah, kalian semua! Saatnya mendapatkan
gaji kita!”
“Haa-haaaa! Liat itu, emas kita berlari menuju
kita!”
Para petualang membuat kontak kepada
musuh sebelum goblin yang kebingungan dapat
menyadarkan dirinya
Sekarang kedua sisi sudah tidak bisa menggunakan
mantra yang dapat mengenai rekannya—terlebih
petualang, namun bahkan goblin pun mempunyai
penilaian resiko dan hasil. Mereka tidak mempunyai
rasa ragu untuk menggunakan rekannya sebagai
perisai, namun mereka juga harus berhati-hati agar
jumlah perisai yang dapat mereka gunakan tidak
menipis. Dan lagi, walaupun mereka menggunakan
mantra, goblin tetaplah goblin. Mereka pengecut
dan penakut.
Dengan ini, pertempuran di mulai.
Dentingan suara permainan pedang berbunyi.
Aroma darah menyebar di keseluruhan rerumputan
malam. Teriakan, erangan, seruan perang. Di
tengah-tengah kekacauan ini, terlihat bayang-
bayang—petualang, goblin—yang menghilang satu
persatu di kala mereka gugur.
“Tuhan, banyak sekali goblin disini yang akan
cukup membuatmu kaya seumur hidup!” Spearman
berteriak sambil tertawa seraya membunuh musuh

365
satu persatu.
Di setiap para monster terjatuh di tanah, Lizard
Priest melompat ke arah mereka untuk memberikan
serangan penghabisan. “Benar sekali, bahkan
tuanku Goblin Slayer sudah kehabisan akal di
buatnya...” Lizard Priest membuat gerakan telapak
tanganya dan mengeluarkan pedang taringnya.
Masih banyak goblin yang harus di basmi.
“Bukannya, aku, keberatan, tapi, demi,
keselamatanmu... tetaplah, pada, jangkauan,
mantra, Deflect Missle, bersedia, kan?” Witch
berdiri di sekitaran, tongkat di tangannya dan
melancarkan mantra demi mantra. Dadanya yang
besar kembang kempis ketika dia menarik nafasnya.
Di dekatnya, Dwarf Shaman telah menggunakan
Stupor sebanyak yang dia bisa, yang memaksanya
memakai ketapel. “Kampret, Beardcutter memang
benar nggak ada yang hisa menghadapi mereka
semua sendirian!” Dia menembakkan sebuah batu
secara lurus dengan sempurna mengenai kepala
goblin. “Ya ampun,” dia berkata, “kamu nggak perlu
repot-repot membidik disi—ap?!—”
Dwarf Shaman menyipitkan matanya. High Elf
Archer menyadarinya dengan segera dan
berteriak “Ada apa Dwarf?”
“Rider, telinga panjang! Pengendara goblin
datang!”

366
Lolongan bergema di rerumputan bermandikan
cahaya bulan. Goblin menunggangi seekor serigala
abu-abu besar dan mengayunkan pedangnya
menebas menembus kegelapan.
“Aku tembak mereka dari sini! Tahan mereka!”
“Siap! Dinding tombak, jangan biarkan mereka
lewat!” pada perintah Spearman, petualang di
dekatnya berdiri bersampingan dan mendorongkan
senjata mereka ke depan. Para serigala mendatangi
mereka hanya untuk di hujani oleh panah. Para
petualang dengan senang hati menusukkan senjata
mereka masuk ke dalam perut goblin
Terdengar teriakan dan erangan, suara yang
memekikkan telinga.
“Errraaagghhh!”
Salah satu petualang telah di buat sekarat oleh
rider yang menerjangnya dan menyadari serigala
mengigitnya di lehernya. Banyak dari serigala yang
mati di tangan petualang, melontarkan goblin di
punggungnya.
“Seraaaaaangggg!” Lizardman memimpin
dengan teriakan membara dan menerjang goblin
rider yang terjatuh. Dia adalah Warrior Priest, dari
waktu ke waktu, dia melengkingkan suara yang
sepertinya adalah doa bagi para Lizardman.
Secara keseluruhan, para petualang sepertinya
memenangkan pertarungan ini dengan cukup baik.

367
Pada umumnya, dalam kontes antara para
petualang dan seekor goblin, para petualang
biasanya akan selalu menang, selama kesialan tidak
menghalangi. Dan terlebih…
Goblin slayer berkata: “Siapkan penyergapan.
Mereka ahli dalam melakukan penyergapan tapi
tidak pernah berpikir bahwa mereka yang akan di
sergap.”
Dia berkata: “Ambil kuda-kuda rendah. Incar
kaki mereka. Mereka kecil, tapi mereka tidak bisa
terbang.”
Dia berkata; “Mereka pasti akan membawa
perisai daging. Gunakan mantra Sleep19, kemudian
gunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan
para tawanan.”
Dia berkata: “Walaupun kamu kamu berpikir
bahwa kamu bisa membunuh mereka selagi kalian
mengambil tawanan mereka, jangan. Kalau mereka
terbangun, itu hanya akan menjadi masalah.”
Dia berkata: “Jangan gunakan sihir serangan.
Simpan mantramu untuk hal lainnya.”
Dia berkata: “Pedang, tombak, busur, kapak,
segala macam senjata bisa di gunakan untuk
membunuh mereka. Apa yang nggak bisa di lakukan
dengan senjata, lakukan dengan sihir.”
Dia berkata: “Habisi pembaca mantra mereka
duluan.”
19. Sleep : Tidur

368
Dia berkata: “Jangan biarkan mereka ada di
belakangmu. Tetap selalu bergerak. Lakukan gerakan
kecil dengan senjatamu. Simpan tenagamu.”
Dia berkata…
Para petualang lain tertegun dengan banyaknya
pengetahuan yang di berikan Goblin Slayer kepada
mereka.
Para petualang bukanlah prajurit, namun mereka
tidaklah asing dengan strategi. Namun mereka tidak
terbiasa dengan mengatasi goblin dengan sangat
terperinci. Petualang pengalaman maupun pemula
mengangap goblin adalah musuh rendahan.
“Gila! Nggak cuma aku dapat duit banyak. Aku
bisa membuat gadisku terkesan!”
Dengan taktik seperti ini di tangan mereka, goblin
sangatlah mudah di hadapi selama mereka bisa
di paksa melakukan pertarungan satu lawan satu.
Spearman dan warrior yang lainnya menebaskan
senjata mereka ke kiri dan kanan, ke segala arah
mencari goblin untuk di bunuh.

369
370
Jauh di dalam kumpulan musuh, mereka dapat
melihat suatu sosok yang besar, sebuah bayang-
bayang yang tersinari cahaya bulan.
“Itu dia! Seekor hob—tunggu, apa benar?”
“GURAURAURAURAURAURAURAUUUU!!”
Raungan yang ganas mengisi medan perang
penuh darah.
Makhluk itu sangatlah besar sehingga bisa di
kira sebagai seekor ogre. Makhluk itu memegang
sebuah pentungan penuh dengan noda darah dan
otak. Seekor goblin champion.
Seekor goblin, ya, namun goblin yang sangat
kuat yang dapat memutar balikkan arus peperangan
seekor diri.
Jauh dari para petualang, seakan-akan menolak
tantangan hanya karena ukuran mereka yang dua
kali lipat dan membawa sebuah stik yang besar.
“Ahhh, akhirnya ada yang besar! Aku sudah lelah
dengan musuh-musuh kacangan ini!” Sang Heavy
Warrior adalah yang pertama berlari menerjang
goblin champion, dengan senjata pada pundaknya
dan tawaan liar pada bibirnya. Memutar matanya,
Knight mengikutinya, dengan perisai di depannya.
“Baru saja aku sibuk menghitung berapa banyak
kepala goblin yang sudah aku kumpulkan,” Knight
berkata.
“Hitung nanti saja! Hajar sekarang!”

371
“Kalian para warrior benar-benar punya pikiran
pendek.” Dengan perdebatan ringan ini, mereka
dengan senang hati terjun ke dalam pertempuran
melawan musuh baru.
Di segala medan, bunyi benturan antar senjata
dapat terdengar, dan darah yang menyembur ke
udara.
“Dan di mana pemimpin kita yang nggak kenal
takut?” Spearman bertanya, seraya dia berhenti dan
mengelap ujung tombaknya dengan kulit serigala.
Napasnya terengah-engah.
Di seberang medan, sebuah gerombolan hitam
baru telah muncul.
Bala bantuan goblin. Tidak ada waktu untuk
beristirahat. Dia mengenggam tombaknya dan
bersiap.
“Oh, aku, rasa , kamu, tau, jawaban, akan, itu,”
Witch berbisik dengan suaranya yang merdu, ketika
dia mengeluarkan pipa panjangnya dan secara
perlahan menghembuskan nafasnya. Asap merah
muda yang beraroma manis melayang di tiup angin,
dan setiap goblin yang menghirupnya merasakan
indra mereka menjadi tumpul. Di kejauhan, bala
bantuan goblin secara perlahan mulai mendekat.
“Sudah jelas,” High Elf Archer berkata dengan
tertawa, menembak pada musuh yang kebingungan.
“ Dia pergi untuk membasmi goblin.”

372
*****
Bagaimana ini bisa terjadi?!
Goblin lord berlari secepat dia bisa hingga
hampir tersandung. Di saat dia menyadari bahwa
dia tidak memiliki kesempatan untuk menang, dia
meninggalkan medan perang. Di belakangnya, dia
dapat mendengar suara senjata beradu, teriakan,
suara mantra yang bergemuruh.
Beberapa dari teriakan itu adalah para petualang.
Namun kebanyakan adalah suara goblin.
Seharusnya ini menjadi penyergapan untuk
menetapkan markas di area ini. Akan tetapi…
Adalah kami yang di sergap! Bagaimana ini bisa
terjadi?!
Pasukannya telah kalah. Dengan pasukannya
yang telah kalah, sudah tidak ada artinya untuk
berada di sana.
Selama dia selamat, itulah yang terpenting.
Dia akan kembali ke sarangnya, menggunakan
para wanita yang tertangkap untuk meningkatkan
pasukannya lagi.
Seperti sebelumnya.
Goblin lord adalah seorang wanderer, satu-
satunya yang selamat dari sebuah sarang yang di
hancurkan oleh para petualang. Sekarang, dia hidup
hanya untuk membasmi para petualang.
Tidaklah begitu sulit.

373
Korban pertamanya adalah seorang wanita yang
mengampuninya “hanya karena dia masil kecil.”
Wanita itu langsung menjadi makanannya tepat di
saat dia membalikkan punggungnya.
Dia telah belajar bahwa jika kamu memukul para
petualang cukup keras di kepalanya dengan batu,
mereka menjadi lemah. Ketika dia mengetahui bahwa
pentungan lebih efektif, dia menggunakannya.
Kemudan, dia belajar cara menggunakan senjata
dan memakai armor. Dari para petualang yang
membentuk partynya, dia mempelajari cara terbaik
untuk memimpin pasukannya.
Hari-hari panjangnya berkelana telah melatih
tubuh dan pikirannya hingga dia menjadi sebuah
tantangan bahkan untuk warrior manusia.
Ini akan menjadi hal yang sama.
Di bawah sinar dua bulan, sang lord berputar dari
peperangan dan berlari menyelamatkan dirinya.
Melewati rerumputan, berlari di tanah, menuju
hutan. Di dalam hutan. Terdapat sebuah sarang di
sana. Sarangnya.
Dia telah gagal. Tapi selama dia hidup, akan ada
selalu kesempatan lainnya.
Dia akan belajar, dan memperbaharui
pasukannya, dan yang berikutnya akan lebih baik.
Yang berikutnya—
“Aku tau kamu akan datang kesini.”

374
Sebuah suara tenang, dingin, hampir mekanikal
terdengar olehnya. Tanpa di pikirnya goblin lord
berhenti berlari. Dia menyiapkan kapak perangnya
yang di genggam di tanganya.
Matanya dapat menemukan sesosok orang
yang berdiri di hadapannya di dalam kegelapan.
Dia adalah seorang petualang dengan armor kulit
murahan dan helm baja. Sebuah perisai kecil terikat
di lengan kirinya, dan di tangan kanannya, sebuah
pedang dengan panjang yang aneh. Dia belepotan
oleh darah hasil membunuh, berdiri di genangan
darah yang memualkan.
“Bodoh. Jadi kita berdua menggunakan pasukan
kita sebagai umpan.”
Sang lord dapat berbicara bahasa umum,
walaupun dia membencinya. Dia tidak mengetahui
siapa petualang ini. Tapi sudah sangat jelas apa
yang sudah terjadi.
“Rumahmu sudah tidak ada lagi.”
“ORGRRRRRRR!!”
Lord mengerluarkan teriakan yang memekikkan
telinga dan melompat mengarah Goblin Slayer. Sang
lord mengayunkan kapaknya secara tegak lurus,
bermaksud untuk membelah kepala petualang
hingga terbuka, namun Goblin Slayer memblokirnya
dengan perisainya. Terdengar suara metal yang
terkoyak.

375
Goblin Slayer memberikan goyangan pada
perisainya dan mendorong kapak itu ke samping,
kemudian melancarkan tusukan tajam dengan
pedangnya.
“Hrm!” dia bergumam.
Ujung dari pedangnya mengenai lord tepat di
dadanya namun hanya menghasilkan sebuah suara
tumpul. Goblin itu menggunakan sebuah pelindung
dada.
Goblin Slayer tidak terkejut namun tidak
bergerak untuk beberapa saat, dan di saat itu,
kapak itu mendatanginya dari samping.
Sebuah keputusan sekejap, dia melemparkan
dirinya sendiri ke samping, berguling untuk
menghindari hantaman itu. Dia berlutut sebelah
kaki, terengah-engah.

376
377
“….”
Goblin Slayer berdiri dan memutar pedangnya
perlahan di tangannya, mengedepankan perisainya.
“GRRR…”
Sang lord membuat suara jijik dan menggengam
kapaknya dengan kedua tangannya.
Perbedaan kekuatan dan perlengkapan yang
mereka pakai sangatlah jauh.
Lukanya dari sebelumnya. Berbulan-bulan
memulihkan diri. Dia membutuhkan semua waktu
itu untuk sembuh, akan tetapi…
Goblin Slayer sangatlah sadar akan
kemampuannya yang telah menjadi tumpul. Ini
tidak akan menjadi masalah, akan tetapi. Dia tidak
akan membiarkan ini menjadi sebuah masalah.
Ada seekor goblin di depannya. Hanya itu yang dia
perlukan.
“…!”
Goblin Slayer menerjang musuhnya layaknya
sebuah panah yang di tembakkan ke musuh.
Dia bergerak dengan postur rendah; dengan
tangan kirinya, dia mencabut segenggam rumput,
dan melemparnya kepada goblin lord.
Dalam hitungan detik saat lord mengibas
rerumputan itu, Goblin slayer menusuk dengan
pedangnya.
Darah beterbangan, sebuah teriakan.

378
“GARUARARARARAA?!” Sang lord mengayunkan
kapaknya secara liar, pendarahan dari dahinya.
Sebelum seorang pengamat dapat mendecakkan
lidahnya, sebuah serangan mengenai Goblin Slayer.
Dia merasakan dirinya sendiri melambung di
udara—dan kemudian mendarat dengan keras di
tanah.
“Oof! Agh…” Sebuah tanah yang keras bertemu
dengan punggungnya, memaksa udara keluar
dari paru-parunya. Dia melihat perisainya hampir
terbelah dua.
Kemampuannya mungkin menjadi tumpul,
namun ototnya masih mengingat tugasnya.
Perisai yang secara refleks di angkatnya telah
menyelamatkan nyawanya lagi.
“Mereka lemah dengan serangan secara
langsung…” Dia bergumam, berdiri, menopang
dirinya dengan pedangnya.
“GAROOOOO!!”
Goblin lord bukanlah tipe yang akan melewatkan
kesempatannya. Dia menyerang melewati
rerumputan.
Goblin Slayer memberikan anggukkan kecil.
Dia mengangkat pedangnya tinggi, mengangkat
perisainya yang rusak, dan menghadapi sang lord
secara langsung.
Dengan sekejap, dia berlari menuju musuhnya.

379
Kapak goblin lord bersiul Di udara. Goblin Slayer
mengangkat perisainya untuk memblokirnya dan
mendorong pedangnya kedepan.
Benturan.
Kapak itu membelah perisainya menjadi dua
dan mengigit dalam lengan goblin slayer. Sang
petualang itu melambung sekali lagi.
Namun pada saat yang sama, pedangnya telah
menyayat masuk ke dalam perut goblin, yang
sekarang menyemburkan darah pada lahan yang
gelap ini.
“GAU…”
Tapi luka itu tidaklah fatal. Sang lord menggerutu
marah.
“Ugh,hrl…?!”Goblin Slayer berusaha untuk
bangun dari tanah. Namun dia tidak bisa berdiri.
Dia berusaha menggunakan pedangnya untuk
menopang dirinya, namun pedang itu telah rusak.
“GURRR…” Goblin itu terdengar seperti bosan.
Paling tidak dia dapat membalas dendamkan
pasukannya yang telah terbunuh. Dia akan
memotong tangan dan kaki pria itu, mengikatnya
pada sebuah tiang, dan menyiksanya hingga mati.
Ketika dia membayangkan sebuah masa depan yang
suram, goblin lord mulai tertawa kecil, kemudian
secara perlahan berjalan mendekati mangsanya.

380
Dia memberikan sebuah tendangan ganas pada
helm Goblin slayer yang tidak bergerak.
Hening.
Sang lord merasa tidak senang. Seorang mangsa
seharusnya merasa ketakutan pada saat akan mati.
Tapi biarkan saja.
Kematian akan mengakhiri ini. Mengakhiri
semua. Mungkin malam ini dia akan puas hanya
dengan itu.
Goblin lord mengangkat kapaknya perlahan.
Krak.
Detik berikutnya, kapaknya terlempar
kebelakang.
“GAU…?”
Apa dia mengenai akar pohon atau sesuatu? Lord
melihat kebelakang dengan frustrasi, namun tidak
terdapat apapun di belakangnya. Pohon terdekat
berdiri cukup jauh.
“GA, RRR…?!”
Kali ini dia mencoba menurunkan senjatanya,
sang lord menyadari bahwa senjatanya tidak dapat
begerak sama sekali. Tidak—tubuhnyalah yang tidak
dapat mengikuti perintahnya. Tulangnya berbunyi
seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya.
Seperti dia terperangkap di antara dua dinding yang
tidak terlihat.
“GA, GAO…?!”

381
Mata lord bergerak ke kanan dan kiri; dia bahkan
tidak bisa bergerak.
Apa yang…? Apa yang terjadi…?!
“O Ibunda Bumi yang penuh ampunan, dengan
kekuatanmu berikanlah perlindungan kepada kami
yang lemah…”
Jawaban dari pertanyaan datang dalam bentuk
suara yang secara ajaib terdengar dengan jelas
melantunkan sebuah doa.
Seorang wanita muda berjalan di dekat sebuah
mayat. Keringat mengucur dari dahinya, dan di
tangannya yang bergetar mengenggam sebuah
tongkat.
Seorang Priestess muda berdoa dengan khusyuk
kepada Ibunda Bumi.
Ini adalah perbuatannya!
“GAAAAUUAUAUAUAUAAAA!!”
Goblin lord meraungkan setiap ancaman yang
dia ketahui kepadanya. Dia akan merobek anggota
tubuhnya dan membuatnya dirinya memakan
anggota tubuhnya sendiri! Tidak, dia akan
menyodomi pantatnya dengan sangat keras hingga
tembus sampai ke mulutnya! Dia akan mematahkan
jarinya satu persatu, membakar wajahnya hingga
tidak ada seorangpun yang mengenalnya…
Gadis itu terlihat begitu rapuh. Tentunya sedikit
intimidasi akan cukup untuk menakutinya…

382
“…!”
Namun dia salah.
Wajah pucat, mengigit bibirnya, Priestess masih
mengenggam erat tongkatnya.
Lord mulai khawatir.
“GA…RO…?”
Mungkin gadis ini tidak seperti yang di
pikirkannya.
Jika begitu, ganti rencana. Sang lord mengenakan
sebuah ekspresi yang paling menyedihkan yang
dia bisa dan memohon ampunan. Dia tidak akan
melakukan ini lagi. Dia telah salah, sangat salah.
Dia akan pergi dan hidup dengan damai di dalam
hutan, tidak akan melihat desa manusia lagi. Tolong
ampuni dia. Tolong.
Dia mengoceh dengan bahasa manusia
menyedihkan versinya. Dan jika memungkinkan, dia
akan bersujud di depan kakinya.
Ini bukanlah pertama kalinya dia berusaha
meyakinkan petualang untuk mengampuninya
nyawanya dengan memohon.
Pertama kalinya adalah jauh sebelum dia menjadi
seekor lord—bahkan, dia masi seekor anak kecil.
Jika di pikir lagi, petualang waktu itu juga seorang
wanita juga. “Baiklah,” wanita itu berkata, “Tapi
kamu tidak boleh melakukan hal seperti ini lagi.”
Dia menyetujuinya dengan cepat. Dan kemudian,

383
tentu saja, dia membunuhnya tepat di saat wanita
itu membalikkan punggungnya.
Dia merasakan kebahagiaan ketika dia
mengingat wanita itu memohon pertolongan ketika
dia menusukknya hingga mati. Wanita itu mengira
bahwa dirinya kuat.
Jika dia dapat selamat sekarang, akan ada
waktunya untuk merencanakan balas dendamnya.
Tapi pertama-tama, aku akan mengambil gadis
ini!
“Kamu kira aku akan membiarkanmu?” Sebuah
suara yang dingin terdengar di telinganya.
“GA, RR…?!”
Suara itu membuat tubuhnya merinding layaknya
sebuah angin yang bertiup dari perut bumi.
Goblin Slayer berjalan perlahan dengan kakinya.
Lengan kirinya bermandikan darah. Pada lengan
kirinya, dia menggengam perisainya yang terbelah.
Di kanannya, pedangnya yang rusak.
Dia melangkah dengan berani mengarah goblin
lord. Dia mendorongkan pedangnya dari samping
masuk ke leher lord yang tidak dapat bergerak.
“GA…GO…?!”
Senjata yang rusak itu tidak dapat memotong
ataupun menusuk.
Namun dapat menghancurkan. Makhluk itu
meracau tidak karuan ketika pedang itu menekan

384
batang tenggorokkannya.
“Seekor lord? Konyol.” Sang lord berusaha
dengan sangat untuk melepaskan diri.
“Kamu seekor goblin.”
Goblin itu membuka mulutnya, berusaha
mencari udara.
“Hanya goblin…”
Namun dia tidak dapat melakukan apapun.
“…yang hina.”
Wajah lord mulai berubah, dan lidahnya
menjulur keluar. Busa keluar dari ujung mulutnya;
matanya berputar ke atas kepalanya.
“Dan aku…”
Ketika lord mulai kehilangan kesadarannya,
sebuah pertanyaan terlintas di pikirannya yang
sedang sekarat.
Apa? Kamu itu apa?
“…adalah Goblin Slayer!”
Mata makhluk itu masih terputar ke belakang
kepalanya. Seekor goblin yang seharusnya raja,
kejang sekali, dua kali, dan kemudian mati. Terdapat
keheningan panjang.
“Itu satu…kepala goblin…”
Pedang Goblin Slayer terlepas dari tangannya
ketika kalimat itu terucap dari bibirnya. Kemudian
dia terjatuh kedepan layaknya boneka yang
benangnya telah di potong.

385
Priestess melempar tongkatnya kesamping,
berlari kedepan , dan menangkapnya. “Pak Goblin
Slayer!” Goblin Slayer terasa sangat berat pada
lengan kurus Priestess, berlapisi kulit dan metal dan
lumpur dan darah.
Dan kemudian, keajaiban Protection memudar,
dan tubuh goblin lord terjatuh di samping Goblin
Slayer. Priestess tidak memperhatikannya akan
tetapi dia memperhatikan luka Goblin Slayer.
Terdapat luka yang parah pada lengan kirinya. Dan
kemungkinan paling buruk, mungkin akan terkena
hingga ke tulangnya.
“Kumohon…jangan lakukan hal nekat seperti
ini…”
“…Urgh…”
Dia menjauhkan erangannya dari pikirannya dan
menekankan telapak tangannya pada lukanya, tidak
mempedulikan darah yang menodai tanganya.
“O Ibunda Bumi yang penuh ampunan,
ulurkanlah tanganmu yang penuh kasih sayang
pada luka anakmu ini…”
Doa itu mengikis jiwanya, dengan sungguh-
sungguh, dan tulus.
Apa yang terjadi pada petualangan
pertamanya…? Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi…
Ibunda Bumi dengan anggun mendengarkan
doanya dan menyentuh lengan Goblin Slayer

386
dengan jarinya yang bercahaya. Ini adalah cara
Priesstess menggunakan keajaibannya yang tersisa.
Goblin Slayer memberi tahunya bahwa dia akan
mengalihkan perhatian goblin lord di saat Priestess
menggunakan Protection.
Priestess tidak lagi merasa terganggu dengan
rencana menggunakan dua Protection secara
bersamaan, bukan untuk menangkis musuh, tapi
untuk memperangkapnya. Tapi Priestess tidak
menggunakan Protection ketiga seperti yang telah
di instruksikan Goblin Slayer.
Mungkin adalah sebuah wahyu yang
membuatnya tidak menghabiskan keajaibannya.
Karena jika dia menghabiskannya, nyawa pria ini—
pria aneh, kerasa kepala, dan serius—akan berakhir
di sini.
“…Hhh. Aku sudah kasih tau kamu…”
“Pak Goblin Slayer!”
Pada suara kasar yang terdengar olehnya,
Priestess menjawab dengan air mata pada matanya.
“…Nekat bukanlah yang menentukan
kemenangan.”
Goblin Slayer duduk dengan rasa sakit. Priestess
membantunya sebaik dia bisa, menjepit dirinya dia
bawah lengan Goblin Slayer. Goblin Slayer hampir
terlalu berat untuk di tahan. Sekarang dia berusaha
membantunya berdiri dengan kakinya. Berusaha

387
memapangnya dengan lengan kurusnya yang indah,
Priestess memapangnya pada pundaknya dan
berdiri.
“Kamu mungkin…bilang begitu…”
“…”
“…Tapi aku pikir…kamu harus lebih hati-hati…!”
“Benarkah?”
Priestess diam.
“…Maafkan aku.”
Terisak, tersedu, Priestess menggelengkan
kepalanya dengan keras.
Langkah demi langkah yang di nodai air mata, dia
mulai berjalan perlahan, tentunya maju ke depan.
Berusaha sebisa mungkin menahan berat beban
tubuh Goblin Slayer padanya, Goblin Slayer berkata
dengan tenang, “Itu karena aku percaya padamu.”
Priestess tersenyum pada wajahnya yang
terbanjiri air mata yang mengalir di pipinya… “…
Kamu ini benar-benar sulit di percaya ya?”
Dia mengingat rekannya yang telah mati
pada petualangan pertama mereka bersama. Dia
mengingat para petualang yang berdarah dan
sekarat hingga saat ini. Dia mengingat goblin yang
telah di bunuh. Dia mengingat goblin lord yang mati
tepat di depan matanya.
Dengan semua ini yang terputar di pikirannya,
dia menjadi sadar akan beban pria yang bersandar

388
kepadanya. Hanyalah ini yang dapat di lakukannya
untuk memapang tubuhnya dengan tubuhnya
sendiri yang kelelahan.
Dia melangkahkan kakinya dengan lelah satu
persatu, hampir tidak bergerak. Suara peperangan
terdengar di kejauhan, dan cahaya kota yang lebih
jauh.
Namun dengan setiap langkah, hatinya bahagia.

389
“Untuk kemenangan kita, untuk kebun ini, untuk
kota kita, untuk petualangan kita—“
High Elf Archer melihat sekeliling rekan-
rekannya yang berkumpul pada aula guild, dengan
bermacam-macam luka yang mereka derita.
“—dan untuk orang aneh yang selalu berbicara
tentang goblin! Bersulang!”
Para petualang meneriakan teriakan mereka
dengan lantang, dan semuanya meminum gelas
mereka. Ini adalah yang kelima atau keenam
kali mereka bersulang, tapi tidak ada yang
mempedulikannya. Mereka mendatangi aula
guild tepat sebelum darah yang ada dalam tubuh
mereka mongering, dan mereka terhanyut dengan
kemenangan.
Dan itu adalah kemenangan yang luar biasa.
Seratus goblin telah di hancurkan. Goblin itu
memiliki shaman, champion, dan yang lainnya pada
sisi mereka, dan mereka masihlah bukan saiangan
untuk para petualang.
Tentu saja, para petualangan tidak melewati

390
itu semua tanpa luka. Ada yang mati ada yang
terluka. Akan selalu ada mereka yang tertangkap
oleh kesialan. Oleh karena itu keriuhan ini tidak
hanya untuk merayakan kemenangan tapi juga
untuk mengenang rekan mereka yang telah gugur.
Mereka semua yang menjadi petualangan tahu
bahwa bisa saja kesialan itu mendatangi mereka
keesokkan harinya.
Ketika peperangan telah berakhir, Gadis Sapi
dan pamannya terlibat dengan perayaannya juga,
dan dengan cepat menyebarkan rasa hormat dan
rasa terima kasihnya.
Dia—seperti biasanya—duduk di sebuah bangku
pada ujung pojok dekat dinding.
Lengan kirinya di perban hingga sampai ke
dadanya, namun rasa sakitnya sepertinya telah
hilang. Dia memperhatikan pesta dari balik kilauan
permukaan dari sebuah koin emas.
Dwarf Shaman mengeluarkan simpanan fire wine
pribadinya dan membagikannya kepada semua.
Lebih dari satu pemula yang mendapati dirinya
mabuk sebelum mereka dapat menghabiskan
segelas minumannya.
Di samping Dwarf, seekor Dragontooth warrior,
di bawah kontrol Lizard Priest, melakukan sebuah
ritual dansa bertepuk tangan sorak yang aneh.

391
Gadis Guild berlari kesana kemari layaknya
seekor anak anjing yang kegirangan. Ketika
Spearman mendekatinya, Witch mengetuk keras
kepalanya dengan pipanya.
“Penjaga Bar! Aku wanita kaya malam ini! Terus
keluarkan minumannya!”
“Daging! Bawa daging! Daging yang di masak
sempurna!”
“Bukannya kamu bilang mau membawaku
kencan? Huh? Gimana kalau bertemu dengan orang
tuaku di rumah…?!”
“Yow! Sudah minum berapa banyak kamu?”
“Baiklaaaahhh! Gabung minum denganku—Hari
ini juga!”
“Oh, gimana dengan sebuah penawar untuk
melindungi dari rasa mabuk?”
“….Satu dong.”
Dia menyipitkan matanya sedikit.
Dia telah membersihkan sarang goblin secara
keseluruhan, namun dari keseluruhan pasukan
goblin, dia hanya membunuh seekor lord.
Oleh karena itu hadiahnya: satu koin emas.
Dia meletakkan koin itu pada telapak tangan
Priestess, yang duduk di sampingnya. Sebelumnya,
Priestess tersenyum dengan cerah, namun
seketika pesta berjalan terus menerus, Priestess
menyandarkan kepalanya pada pundak Goblin

392
Slayer dan sekarang bernafas pendek dalam
tidurnya.
“Dia pasti sudah berjuang dengan keras.”
Dari sisi lain gadis muda itu, dia—Gadis Sapi—
membelai rambut Priestess. Dia membersihkan
sedikit debu yang menempel pada pipi Priestess
dengan gerakan yang mengingatkan Goblin Slayer
tentang kakak perempuan yang sedang merawat
adiknya. “Dia hanya seorang gadis. Jangan buat dia
terlalu memaksa dirinya, ok?”
“Ya.” Dia mengangguk tenang. Gadis Sapi
mengigit bibirnya.
“Kayaknya kamu lagi dalam mood yang bagus.”
Dia memberi jeda. “Ada sesuatu yang terjadi.?”
“Seperti biasanya.”
“….yang benar?”
Mereka berdua terdiam, memperhatikan para
petualang. Para pemenang yang berkumpul minum
dan makan dan tertawa dan membuat keributan.
Yang terluka dan yang tidak terluka. Mereka yang
memperlakukan diri mereka spesial dan mereka
yang tidak. Semua yang selamat menikmati hasil
yang mereka dapat dari petualangan mereka ini.
“…Terima kasih,” Dia membisikkan kepadanya.
“Untuk apa?”
“Menyelamatkan kami.”

393
“…Aku nggak melakukan apapun.” Dia berkata
dengan acuh.
Keheningan kembali di antara mereka. Ini bukan
karena mereka tidak nyaman. Masing-masing dari
mereka tahu apa yang sedang di pikirkan lawan
bicaranya.
“Ini masih…”
“Hmm?” dia mengangkat kepalanya mendengar
bisikannya yang lemah.
“Ini masih belum berakhir…”
“Mungkin. Tapi ini adalah sesuatu.”
Gadis Sapi menunggu jawabannya.
Goblin Slayer berpikir dan berpikir, dan kemudian
berkata perlahan, dengan keraguan, “Aku rasa…aku
ingin menjadi… seorang petualang.”
“Yeah?”
Bagi Gadis Sapi, dia terdengar seperti dia
menjadi berumur sepuluh tahun lagi. Namun tidak
seperti ketika Gadis Sapi berumur delapan, kali ini
dia dapat menjawabnya dengan sebuah senyuman
dan anggukkan menyemangati. “Aku yakin kamu
pasti bisa.”
“Benarkah?”
“Ya.”
Hari di mana goblin sudah tidak ada mungkin
sudah tidak begitu jauh, akan tetapi…

394
“Mm…ha…aah?” Pada saat itu, Priestess
bergerak. Kelopak matanya terbuka mengantuk.
“Huh, ap—?! A-apa aku ketiduran…?” dia bertanya,
wajahnya memerah. Melihatnya, dia—Gadis Sapi—
tertawa kecil.
“Ha-ha-ha. Semuanya sudah berjuang dengan
keras hari ini. Apa salahnya ingin tidur sebentar.”
“Oh,ahh,um…ma-maafkan aku…”
“Nggak masalah.”
“Baiklah. Aku harus mengucapkan terima kasih
kepada beberapa orang.” Dengan satu belaian
lembut pada rambut Priestess, Gadis Sapi berdiri.
Ungkapan “Santai saja hari ini” yang dia isyaratkan
seketika dia mendapatkan sebuah anggukkan dari
Goblin Slayer dan Priestess yang melihat lantai dan
tersipu.
“…Kamu nggak apa-apa, nggak bergabung
dengan yang lain?”
Priestess menggelengkan kepalanya. “Aku
nggak apa-apa.” Dia memberi jeda. “Aku… sedang
menikmatinya sendiri.”
Tidak,ini tidaklah baik-baik saja…aku tidak tahu
kenapa, tapi ini tidak bisa terus berlanjut….
Tiba-tiba Priestess menepuk tangannya. Ini
adalah sesuatu yang dia pelajari dari Goblin Slayer:
lebih baik bertindak pada saat yang tepat dengan
strategi yang sempurna setelah mengetahui fakta.

395
“Gi-gimana dengan kamu, pak Goblin Slayer?
Kamu nggak apa-apa?”
“Dengan apa?”
“Dengan…uang atau…apapun?”
“Nggak ada masalah.” Ini adalah sebuah
pergantian topic yang blak-blakan, dan apakah
Goblin Slayer menyadarinya atau tidak, dia
mengangguk. “Aku sudah memberikan kompensasi
kepada semua sesuai dengan perjanjian kami.”
Priestess memberikan sebuah tatapan penuh
Tanya.
“Aku membelikan satu ronde minuman.”
“Ah.” Priestess meletakkan tangannya pada
mulutnya tanpa di sadarinya. Tatapannya baru saja
mengarah kepada Spearman yang akan membuka
tutup sebuah botol anggur. Tepat di sampingnya,
Witch sedang menikmati cangkir anggur kelas-atas
pertamanya.
Dia pasti sudah mengetahuinya kan? Pastinya.
Mungkin.
“…Kamu teliti juga juga ya?”
“Pasar telah memutuskan bahwa membasmi
goblin tidak begitu menguntungkan.”
“Dan apa itu tidak masalah?”
“Menurutku begitu.”
“Lagipula,” dia bergumam, “Guild lah yang
membayarkan hadiahnya.” Dia sama sekali tidak

396
terbebani biaya sepeserpun.
Priestess melihatnya dengan setengah mata
tertutup. Goblin Slayer tidak terlihat merasa
terganggu. Tentu saja, Priestess tidak begitu serius
juga. Itu hanyalah percakapan basa-basi. Priestess
merasa terbawa suasana. Jantungnya berdebar.
Darah mengalir deras ke seluruh tubuhnya.
“Pak Goblin Slayer…”
“Ya?”
“Kenapa kamu nggak…? Maksudku, kenapa
nggak memasang quest biasa saja?”
Apa sandiwara pada aula guild waktu itu benar-
benar perlu? Bukankah akan lebih baik untuk
memasang quest secara biasa? Itu adalah sebuah
pertanyaan yang ada di pikirannya.
Goblin Slayer diam.
“Kalau kamu nggak mau jawab, itu…itu nggak
masalah…” Priestess menambahkan dengan cepat.
Keheningan antara mereka semakin memanjang.
“Nggak ada alasan penting,” dia berkata dengan
sebuah gelengan kepala. “ Hanya…ketika itu terjadi
padaku, nggak ada seorangpun yang datang.”
Dia melihat keramaian petualang yang mabuk
akan minuman. Mereka yang dengan cepat
bergabung dengannya, mempertaruhkan nyawa
mereka untuk membasmi goblin.

397
Dan mereka yang tidak kembali kemari, mereka
yang telah mati.
“Ada kemungkinan nggak ada seorangpun yang
akan datang kali ini juga. Nggak ada kepastian.
Hanya keberuntungan.”
Hanya itulah alasannya. Dia bergumam: “Dan
karena, aku mendengar, bahwa aku aku ini aneh.”
Kemudian helm baja itu kembali menjadi hening.
Priestess mendesahkan nafasnya.
Pria ini benar-benar sulit di percaya.
Oleh karena itu Priestess berkata padanya:
“Kamu salah. Jika kamu meminta bantuanku, aku
pasti akan membantumu.”
“Jangan bodoh.”
“Nggak Cuma aku saja. Semua petualangan yang
ada di kota ini—semuanya.”
Dalam hatinya, dia menghela nafasnya. Pria ini
benar-benar sulit di percaya sekali.
“Berikutnya juga, dan berikutnya lagi. Ketika
kamu membutuhkan pertolongan, aku akan disini.
Kami semua akan ada disini.”
Dari dalam hatinya adalah di mana dia
menemukan kalimat berikutnya.
“Jadi…jadi keberuntungan nggak ada sangkut
pautnya dengan ini.” Dia tersenyum kemudian,
tersenyum malu yang timbul layaknya Bunga yang
mekar.

398
“Benarkah?” Goblin Slayer bergumam, dan
priestess berkata, “Ya memang benar,” sedikit
mengembangkan dadanya.
Sekarang…sekarang Priestess dapat
mengatakannya kan?
Jantungnya berdebar di dadanya. Dia
mengepalkan telapak tangannya dan
menghembuskan nafasnya.
“Ngomong-ngomong, pak Goblin Slayer…”
Priestess pastilah sedang mabuk. Minuman
itulah yang membuatnya melakukan ini. Ya, itu akan
menjadi alasan yang bagus.
“Aku tau ini sedikit telat, tapi…bisa nggak aku
minta hadiah juga?”
“Hadiah apa?”
Kumohon, oh kumohon, Ibunda Bumi, berikanlah
aku keberanian…
Keberanian untuk mengatakan sebuah kalimat
yang akan memberitahukannya tentang apa yang
Priestess inginkan.
Priestess menghirup dan menghembuskan
nafasnya. Dia menatap langsung Goblin Slayer.
Goblin slayer tidak mengatakan apapun dalam
jangka waktu cukup panjang.
Tapi kemudian dia menghela nafasnya, seakan-
akan hampIr menyerah, dan meletakkan tangannya
pada helmnya.

399
Dia melepaskan ikatannya dan melepas helmnya,
dan setelah pertempuran panjang, di situlah dia, di
bawah cahaya ruangan ini.
Priestess tertawa tanpa suara dan mengangguk,
tidak berusaha menutupi pipinya yang memerah.
“Aku rasa kamu kelihatan…lebih gagah seperti
ini.”
“Benarkah?”
Pada saat itu, pada saat Priestess mengangguk,
sebuah teriakan menusuk udara.
“Ahhhhh!! Orcbolg, kamu lepas helmmu?!
Nggak adil! Aku nggak pernah dapat kesempatan
untuk melihat wajahmu!” Wajah High Elf Archer
merah terang. Dia menunjukkan jarinya pada Goblin
Slayer, dan telinganya bergerak tidak karuan.
“Apa?!”
“Apa katamu?!”
Tidak ada satupun petualang yang tidak
melewatkan kejadian yang terjadi juga. Itu karena,
kekuatan persepsi mereka adalah kunci untuk
keselamatan mereka.
Tentu saja, mereka berbondong untuk
melihatnya, masih memegang minuman mereka,
makanan mereka.
“Ap-ap-apaaaaaa—? Luar biasa! Benar-benar
kesempatan luar biasa!”

400
“Menurutmu? Aku rasa begitu. Kemungkinan
dia hanya melepas helmnya ketika dia tidur atau
sedang istirahat…”
“Oh-ho! Beginilah bagaimana warrior terlihat
seharusnya!”
“Kamu tidak mengecewakan ku, Beardcutter.
Wajah kamu bagus.”
“Huh…? Kayaknya aku pernah melihatnya di suat
tempat…Pffft! Ya ampun. Aku nggak suka wajah
itu.”
“Hee-hee. Aku yakin, kamu pasti…cukup tampan
, di balik armor itu.”
“Tunggu, itu wajah Goblin slayer?!”
“Hey, ambilkan aku buku yang kita simpan untuk
taruhan itu!”
“…Apa ini artinya roh-roh jahat itu akan kembali
besok?”
“Sial, dan disini aku sudah mempertaruhkan
segalanya bahwa dia adalah seorang wanita di balik
armornya!”
“Aku kira dia adalah goblin itu sendiri…”
“Heyyy, apa ada yang menebak dengan benar?
Kesinilah dan ambil taruhanmu!”

401
402
Dia di kerubungi oleh keluarga yang di adopsi,
teman, dan rekan seperjuangan—orang-orang yang
dia ketahui dan orang-orang yang dia tidak pernah
bertemu—semua mencoba untuk melihatnya
dengan lebih dekat. Di sampingnya, Priestess, yang
terlibat dengannya tergencet oleh tubuh-tubuh,
dan terlihat terganggu. Priestess melihat kepadanya
memohon bantuannya.
Keriuhan ini sangatlah nyaring, bersemangat,
bebas.
Besok, kemungkinan semuanya akan kembali
seperti biasanya.
Tidak ada yang berubah. Tidak ada sama sekali.
Kecuali…
“Berikutnya juga, dan berikutnya lagi. Ketika
kamu membutuhkan pertolongan, aku akan disini.
Kami semua akan ada disini.”
“Benarkah…?”
“Jadi…jadi keberuntungan nggak ada sangkut
pautnya dengan ini.”
“Aku harap…itu benar.”
Dan dengan kalimat itu, walaupun terlihat
samar, dia tersenyum.
*****
Pada suatu hari, hari di mana jumlah bintang
bersinar lebih sedikit di bandingkan dengan
sekarang...
403
Dewa cahaya dan ketertiban berseteru dengan
Dewa kegelapan dan kekacauan untuk melihat
siapa yang dapat mengontrol dunia. Perseteruan ini
berlangsung tidak dalam pertarungan, melainkan
dengan lemparan sebuah dadu.
Atau lebih tepatnya, banyak, banyak lemparan
dadu. Lagi dan lagi dan lagi mereka melempar dadu.
Dan ada pemenang dan ada yang kalah, namun
tetap tidak ada penyelesaiannya.
Pada akhirnya, para Dewa lelah akan dadu.
karena itu mereka menciptakan banyak makhluk
untuk di jadikan bidak permainan dan sebuah dunia
untuk tempat permainannya. Manusia, elf, dwarf,
lizardmen, goblin, ogre, troll, dan demon.
Sesekali mereka berpetualang, terkadang meraih
kemenangan, terkadang mengalami kekalahan.
Mereka mendapatkan harta karun, mereka menjadi
bahagia, dan pada akhirnya mereka mati.
Para Dewa, melihat mereka, menjadi senang
dan sedih; mereka tertawa dan mereka menangis.
Ada saatnya, para Dewa dengan tidak di duga
menikmati apa yang mereka lakukan pada bidak
permainan mereka, hingga rasa cintanya pada
dunia yang mereka ciptakan. Adalah kecintaan
mereka pada dunia ini yang untuk pertama kalinya
menunjukkan bahwa Dewa memilik hati.

404
Benar, terkadang dadu menunjukkan hasil yang
jelek, dan kegagalan pun datang, tapi seperti itulah
segalanya berjalan.
Di dalam dunia ini, terdapat satu petualang yang
berbeda
Dia adalah pria muda yang tidak biasa.
Kecerdasannya bukanlah yang membedakannya,
maupun talentanya, maupun kelahirannya, maupun
perlengakapannya, maupun apapun.
Dia hanyalah seorang warrior manusia, yang
akan kamu temukan di manapun,
Dia tidak akan menyelamatkan dunia.
Dia tidak akan merubah dunia.
Itu karena, dia hanyalah bidak lainnya, yang akan
kamu temukan dimanapun….
Tapi petualang ini terlihat berbeda dengan yang
lainnya.
Dia sangatlah berhati-hati, selalu memikirkan
sebuah rencana, bertindak, berlatih, dan tidak
melewatkan kesempatan yang datang padanya.
Dia tidak akan membiarkan para dewa melempar
dadu.
Dia tidak butuh kelahiran, atau talenta, atau
kecurangan.
Hal seperti itu adalah sampah baginya.
Bahkan Dewa sangatlah tidak penting di
matanya.

405
Namun suatu hari, para Dewa menyadari akan
sesuatu.
Dia tidak akan menyelamatkan dunia.
Dia tidak akan merubah dunia.
Itu karena, dia hanyalah bidak lainnya, yang akan
kamu temukan dimanapun.
Tapi dia tidak membiarkan para Dewa melempar
dadunya.
Oleh karena itu, bahkan para Dewa tidak
mengetahui bagaimana takdir petualang ini.
Pertarungannya berlanjut di suatu tempat
hingga saat ini.

406
407
408

Anda mungkin juga menyukai