Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG HUKUM

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XI, No.10/II/Puslit/Mei/2019

OVERCROWDED PADA RUMAH TAHANAN DAN


LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI INDONESIA:
1 DAMPAK DAN SOLUSINYA
Marfuatul Latifah

Abstrak
Overcrowded pada mayoritas Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia membutuhkan perhatian yang serius dan
harus segera diatasi karena seringkali menimbulkan kerusuhan di rutan dan lapas.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji mengenai dampak dari overcrowded dan solusi
untuk mengatasinya. Overcrowded dapat menyebabkan rendahnya pemenuhan
hak tahanan dan juga napi, sipir bertindak tidak profesional, besarnya beban
biaya negara dalam pengelolaan Rutan dan Lapas, serta tidak tercapainya tujuan
pemasyarakatan. Penanganan overcrowded harus ditujukan pada semua subsistem
yang ada dalam Sistem Peradilan Pidana terpadu. Diperlukan perbaikan ketentuan
ancaman pidana, khususnya bagi tindak pidana ringan agar tidak lagi diancam
oleh pidana penjara dan diproses menggunakan hukum acara biasa. Hal ini dapat
dilakukan melalui pembahasan RUU KUHP yang saat ini sedang dibahas antara
DPR dan Pemerintah Indonesia. DPR, khususnya Komisi III dapat memaksimalkan
fungsi pengawasan bagi penanganan overcrowded dengan memastikan grand
desain yang disusun oleh pemerintah dilaksanakan dengan semestinya sehingga
masalah overcrowded dapat diatasi.

Pendahuluan warga binaan yang ditemukan


Rumah Tahanan (Rutan) Kelas memiliki narkotika jenis shabu dalam
II B Siak Sri Indrapura di Kabupaten razia narkotika yang dilaksanakan
Siak, Provinsi Riau mengalami oleh petugas di dalam Rutan (Kompas,
kerusuhan yang mengakibatkan 12 Mei 2019).
terbakarnya bangunan Rutan tersebut Menteri Hukum dan HAM,
pada Sabtu 11 Mei 2019 (Media Yasonna Laoly melakukan kunjungan
Indonesia, 13 Mei 2019). Peristiwa ke Rutan Kelas IIB Siak guna melihat
PUSLIT BKD
tersebut menghanguskan bangunan langsung kondisi Rutan tersebut
Rutan dan ratusan tahanan dan pasca kerusuhan terjadi. Yasonna
narapidana (napi) melarikan diri. menyatakan bahwa penyebab
Kerusuhan ini diduga akibat tindak utama terjadinya kerusuhan adalah
kekerasan penjaga terhadap sejumlah overcrowded (kelebihan penghuni)
di Rutan Kelas IIB Siak mencapai berbeda. Rutan diperuntukkan
500% yang harusnya dihuni 128 bagi tahanan (tersangka/terdakwa)
orang namun digunakan untuk yang harus ditahan selama proses
menampung 624 orang (Media penyidikan, penuntutan dan
Indonesia, 14 Mei 2019). Hal senada pemeriksaan di sidang pengadilan di
juga dinyatakan oleh Ali Aranoval Indonesia (Pasal 1 PP No. 27 Tahun
Direktur Center for Detention Studies 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP).
(CDS). Kebakaran dan kerusuhan di Sedangkan Lapas diperuntukkan
Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan bagi napi yang menjalani pidana
(Lapas) di Indonesia seringkali penjara untuk melaksanakan
terjadi karena Rutan dan Lapas pembinaan napi atau warga binaan
mengalami overcrowded. Selain itu pemasyarakatan di Indonesia.
terdapat juga kelemahan dalam Saat ini kedua fasilitas tersebut
strategi komunikasi dan kewibawaan di seluruh wilayah Indonesia
pimpinan Lapas dan Rutan (Kompas,
12 Mei 2019).
seringkali mengalami overcrowded.
Sri Puguh Utami, Direktur Jenderal
2
Kerusuhan kembali terjadi Pemasyarakatan mengungkapkan
pada, 16 Mei 2019 di Lapas Kelas bahwa persoalan overcrowded Rutan
III Langkat Sumatera Utara. dan Lapas menjadi fenomena umum
Kerusuhan tersebut juga dipicu di Indonesia (Kompas, 12 Mei 2019).
oleh perkara yang sama dengan Kapasitas penjara diseluruh Indonesia
Rutan Kelas IIB Siak, yaitu tindak hanya ditujukan bagi 126.000 orang,
kekerasan oleh aparat setelah namun saat ini Rutan dan Lapas di
adanya razia narkotika. Fakta Indonesia dihuni oleh 266.000 orang
yang sama ditemukan bahwa napi (Sistem Database Pemasyarakatan
Lapas Kelas III Langkat juga Ditjenpas).
mengalami overcrowded yaitu hanya Pada dasarnya telah terdapat
berkapasitas 915 orang dan dihuni instrumen internasional yang
oleh 1.635 orang (tempo.co, 18 Mei mengatur Aturan Minimum Standar
2019). Sesaknya Rutan dan Lapas untuk Perawatan Tahanan, yaitu
tentu akan menimbulkan dampak Nelson Mandela Rules. Nelson
negatif yang mengakibatkan Mandela Rules melarang perlakuan
tidak terpenuhinya standar yang dan hukuman yang kejam, tidak
harus didapatkan oleh napi dan manusiawi dan merendahkan
tahanan di dalam Rutan dan martabat manusia bagi para tahanan
Lapas. Berdasarkan uraian tersebut dan napi yang berada dalam Rutan
maka tulisan ini akan mengkaji dan Lapas, karena tahanan dan
mengenai dampak dari overcrowded napi bermartabat dan tetap sebagai
di Rutan dan Lapas serta solusi atas manusia (Rule No. 1, Nelson Mandela
permasalahan tersebut. Rules). Oleh sebab itu, tahanan dan
napi sedang dirampas kebebasannya
Kondisi Rutan dan Lapas di di dalam Rutan dan Lapas, hak-hak
Indonesia mereka yang lain tetap harus dipenuhi
Rutan dan Lapas merupakan dan negara bertanggung jawab atas
fasilitas yang digunakan oleh negara hal tersebut. Overcrowded di Rutan
untuk melakukan penahanan bagi dan Lapas tentu saja menyebabkan
tersangka/terdakwa dan napi dalam para tahanan dan napi tidak bisa
tahapan penegakan hukum yang mendapatkan hak-haknya yang tetap
harus didapatkan selama mereka emosi yang kemudian berpotensi
berada dalam Rutan dan Lapas. Hal menciptakan kerusuhan di dalam
ini berpotensi terhadap pelanggaran Rutan dan Lapas. Hal tersebut
HAM para tahanan dan napi terbukti dengan banyaknya aksi
selama mereka kehilangan hak atas kerusuhan di dalam Rutan dan
kebebasannya. Lapas yang dipicu oleh tahanan
maupun napi.
Dampak Overcrowded Khusus bagi Lapas, segala
Kondisi Rutan dan Lapas keterbatasan yang ditimbulkan oleh
yang mengalami overcrowded overcrowded menyebabkan tujuan
akan berdampak pada rendahnya pemasyarakatan bisa tidak tercapai.
pemenuhan hak-hak tahanan Sehingga napi tidak cukup siap
dan napi. Hal tersebut juga akan untuk kembali pada masyarakat
menimbulkan dampak yang lain ketika selesai menjalani pidana
3 dalam pengaturan pengelolaan penjara. Sebagai contoh terbatasnya
program rehabilitasi bagi napi
Rutan dan Lapas seperti sipir
kewalahan melaksanakan tugasnya sehingga tidak semua napi yang
karena beban kerja yang tidak menjalani pidana mengikuti
sesuai dengan kapasitas dan program peningkatan keterampilan.
cenderung melakukan kekerasan
untuk memudahkan pengaturan Solusi Mengatasi Overcrowded
tahanan dan napi. Selain itu Sistem Peradilan Pidana
overcrowded akan menyebabkan (SPP) identik dengan sistem
anggaran negara untuk pembiayaan penegakan hukum pidana.
pengelolaan Rutan dan Lapas SPP terdiri atas 4 subsistem
membengkak. Pada tahun 2019 yang memiliki peran masing-
pemerintah menyiapkan anggaran masing sejak hukum ditegakkan
biaya makan tahanan dan napi sampai dengan eksekusi putusan
sebesar Rp. 1,79 triliun dengan pengadilan, yaitu: kekuasaan
rata-rata biaya makan Rp. 20 ribu penyidikan oleh lembaga penyidik
per napi/tahanan tiap harinya (Kepolisian), kekuasaan penuntutan
(jawapos.com, 27 Desember 2018). oleh lembaga penuntut umum
Biaya tersebut belum (Kejaksaan), kekuasaan mengadili/
termasuk biaya pemeliharan sarana menjatuhkan putusan oleh badan
dan prasarana Lapas atau Rutan. peradilan (Mahkamah Agung),
Anggaran yang tersedia tidak dan kekuasaan pelaksanan hukum
sesuai jumlah tahanan dan napi pidana oleh aparat pelaksana
yang ada, sehingga tahanan dan eksekusi (Lapas). Keempat
napi tidak mendapatkan fasilitas subsistem itu merupakan satu
mendasar yang memadai. Fasilitas kesatuan sistem penegakan hukum
yang dimaksud adalah tempat pidana yang integral atau sering
tinggal yang layak (luas sel) yang disebut dengan istilah SPP atau SPP
memadai, sanitasi yang bersih, dan terpadu atau Integrated Criminal
perawatan medis. Justice System (Arief, 2011: 19-26).
Tahanan dan napi yang ada Overcrowded seringkali terjadi
dalam Rutan dan Lapas yang karena masing-masing subsistem
mengalami ketidakpuasan akan yang ada dalam SPP secara
kondisi tersebut mudah tersulut independen dan saling memberi
dampak satu sama lain. Terlebih yang akan dijadikan landasan
bagi Rutan dan Lapas sebagai pembahasan.
subsistem yang berada di hilir alur Faktor hukum menjadi
penegakan hukum, khususnya permasalahan yang banyak
hukum pidana. Upaya mengatasi mempengaruhi overcrowding di
overcrowded tidak bisa dilakukan mayoritas Rutan dan Lapas di
hanya dengan mengkaji salah satu Indonesia. Saat ini banyak ketentuan
subsistem dalam sistem peradilan hukum yang mencantumkan ancaman
pidana. Kajian mendalam harus pidana penjara, sedangkan pidana
dilakukan pada seluruh subsistem lain seperti denda dan kurungan,
yang ada dalam SPP. tidak cukup populer dikalangan
Saat ini Pemerintah sudah pembentuk undang-undang. Selain
mengeluarkan grand design itu, banyak pelaku tindak pidana
penanggulangan overcrowded ringan (tipiring) yang seharusnya
ke Rutan dan Lapas melalui
Permen Hukum dan HAM No.
diproses menggunakan hukum
acara pemeriksaan cepat (Pasal
4
11 Tahun 2017 tentang Grand 205-211 KUHAP) tetap diproses
Design Penanganan Overcrowded menggunakan hukum acara biasa.
Pada Rumah Tahanan Negara dan Sehingga tersangka/terdakwa yang
Lembaga Pemasyarakatan. Grand seharusnya berdasarkan hukum acara
design tersebut diharapkan mampu pemeriksaan cepat tidak ditahan,
mengatasi kelebihan kapasitas harus dimasukkan ke Rutan karena
di dalam penjara. Grand design diproses menggunakan hukum acara
berupaya mengoordinir penegakan biasa.
hukum karena overcrowded bukan Faktor kedua adalah faktor
hanya tanggung jawab Direktorat aparat penegak hukum. Saat ini aparat
Jenderal Pemasyarakatan penegak hukum lebih cenderung
Kementerian Hukum dan HAM melakukan upaya penangkapan dan
saja. Lembaga negara lainnya penahanan walaupun pidana yang
yang termasuk di dalam SPP juga terjadi adalah tipiring. Hal tersebut
harus terlibat dan bertanggung karena pihak kepolisian belum
jawab. Apabila supply napi bisa dibekali dengan perlengkapan untuk
ditekan dan napi yang keluar tidak mengawasi tahanan di luar rutan.
terhambat, kelebihan kapasitas Begitupun sarana bagi pengawasan
dapat diminimalisir (Kompas.com, tahanan yang mendapatkan bebas
29 November 2018). bersyarat.
Penegakan hukum dipengaruhi Dalam penegakan hukum
5 faktor, yaitu faktor hukumnya faktor sarana atau fasilitas yang
sendiri, penegak hukum (pihak yang mendukung penegakan hukum
membentuk maupun menerapkan merupakan salah satu komponen
hukum), sarana/fasilitas yang penting. Saat ini Indonesia masih
mendukung penegakan hukum, kekurangan jumlah Rutan dan
masyarakat (lingkungan tempat Lapas. dengan penambahan jumlah
berlakunya hukum), dan kebudayaan penghuni, keterbatasan ruang di
(Soerjono Soekanto, 2007:42). Dalam Rutan dan Lapas menyebabkan
upaya menemukan solusi bagi kondisi overcrowded tidak terkendali.
overcrowded Rutan dan Lapas, hanya Berdasarkan pembahasan,
faktor hukum, aparat, dan sarana diketahui bahwa terdapat praktik
pembentukan hukum dan rendahnya pemenuhan hak-hak
penerapan hukum yang mendorong tahanan dan juga napi yang di
banyaknya pelaku tindak pidana dalam Rutan maupun Lapas akibat
menjalani pidana penjara. Oleh tidak profesionalnya tindakan sipir.
sebab itu, perlu dilakukan Kondisi ini juga membebani negara,
perbaikan atas ketentuan pidana, serta tidak tercapainya tujuan
khususnya bagi tipiring. Tipiring pemasyarakatan. Pemerintah
seharusnya tidak lagi diancam Indonesia harus segera melakukan
dengan tindak pidana penjara. langkah-langkah strategis dalam
Selain itu, dalam upaya menekan upaya mengurangi kondisi
angka overcrowded aparat penegak tersebut, terlebih pemerintah sudah
hukum juga harus mengoptimalkan menuangkannya dalam grand design
upaya mediasi penal dalam perkara penanganan overcrowded di seluruh
tipiring agar dapat diselesaikan Rutan dan Lapas di Indonesia.
5 diluar persidangan.
Pemerintah Indonesia juga
Penanganan overcrowded tidak bisa
dilakukan hanya dengan memperluas
perlu melakukan perbaikan bangunan Rutan dan Lapas, karena
terhadap sanksi pidana yang ada, Rutan dan Lapas adalah hilir dari
agar penegakan hukum pidana proses penegakan hukum. Penanganan
tidak cenderung melalui pidana justru harus dimulai sejak hulu,
penjara. Hal tersebut dapat minimal sejak sebuah tindak pidana
dilakukan dengan memperkenalkan dalam proses penyidikan, karena
pidana kerja sosial, pidana sebagai sebuah sistem, tindakan
pengawasan, dan mengefektifkan yang dilakukan oleh salah satu
pidana denda. Ketiga jenis pidana subsistem akan berpengaruh
tersebut dituangkan dalam RUU terhadap subsistem yang lain.
KUHP yang saat ini sedang dibahas Diperlukan perbaikan ketentuan
antara Komisi III DPR RI dengan hukum, khususnya bagi tipiring
Pemerintah. agar tidak lagi diancam oleh pidana
Sarana yang digunakan penjara dan diproses menggunakan
dalam penegakan hukum, harus hukum acara biasa. Hal ini dapat
memungkinkan pelaku tipiring dilakukan melalui pembahasan
tidak ditahan. Saat ini sarana RUU KUHP yang saat ini sedang
pendukung bagi pengawasan dibahas antara Komisi III DPR RI
tersangka/terdakwa yang tidak dan Pemerintah Indonesia. Komisi
ditahan dalam proses penegakan III DPR dapat melakukan fungsi
hukum belum tersedia hanya pengawasan pelaksanaan grand
dilakukan pengecekan rutin oleh design penanganan overcorwded
aparat kepolisian. Oleh karena karena pihak-pihak yang menjadi
itu pemerintah harus mulai subjek dalam grand design
memikirkan pengadaan sarana tersebut, seperti Kepolisian,
alternatif bagi tersangka/terdakwa Kejaksaan, Mahkamah Agung, dan
yang tidak ditahan, misalnya Kemenkumham merupakan mitra
dengan menggunakan gelang kerja Komisi III.
detektor.
Referensi
Penutup Arief, Barda Nawawi. (2011). Kapita
Overcrowded dapat menyebabkan Selekta Hukum Pidana tentang
Sistem Peradilan Pidana Terpadu, pemerintah-buat-grand-design-
Semarang: BP Universitas penanggulangan-kelebihan-
Diponegoro. kapasitas-lapas, diakses 13 Mei
“Makin Banyak Orang Dipenjara, 2019.
Biaya Makan Napi Tembus “Rusuh Lapas Narkoba Langkat,
Rp 1,79 Triliun”, https:// Kalapas Dinonaktifkan
www.jawapos.com/ Sementara”,https://nasional.
nasional/27/12/2018/makin- tempo.co/read/1206610/rusuh-
banyak-orang-dipenjara-biaya- lapas-narkoba-langkat-kalapas-
makan-napi-tembus-rp-179- dinonaktifkan-sementara, diakses
triliun/, diakses 13 Mei 2019. 20 Mei 2019.
“Menkum dan HAM Diminta Evaluasi “Semua Penghuni Rutan Siak
Dirjen PAS”, Media Indonesia, 14 Dipindah”, Kompas, 12 Mei 2019,
Mei 2019, hal. 7. hal. 1.
“Napi Mengamuk, Rutan Terbakar”,
Republika, 12 Mei 2019, hal. 3.
Soekanto, Soerjono. (2007). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penegakan
6
“Pemerintah Buat "Grand Design" Hukum, Cetakan Ketujuh. Jakarta:
Penanggulangan Kelebihan Raja Grafindo Persada.
Kapasitas Lapas”,https://
nasional.kompas.com/
read/2018/11/29/19011611/

Marfuatul Latifah
marfuatul.latifa@dpr.go.id

Marfuatul Latifah, S.H.I., L.LM., menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Hukum Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2007 dan pendidikan S2
Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2009. Saat ini menjabat
sebagai Peneliti Muda pada Pusat Penelitian - Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya
tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku, antara lain: “Pengaturan
Jalur Khusus dalam Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana” (2014);
“Urgensi Pembentukan RUU Perampasan Aset Tindak Pidana” (2015); “Penerapan
Keadilan Restoratif pada Tahap Penyidikan Pidana Anak” (2015).

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai