Anda di halaman 1dari 79

Teknik Pengukuran dan

Penetapan Daya Angkut


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT BALI
Biodata

u Nama : Putu Eka Suartawan, ST, MT


u Jabatan : Dosen
u Instansi : Poltrada Bali
u HP. 081236431941
Standar Kompetensi

u Siswa/i diklat mampu menjelaskan dasar hukum pelaksanaan pengujian kendaraan


bermotor;
u Siswa/i diklat mampu menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan penetapan
daya angkut oleh penguji kendaraan bermotor;
u Siswa/i diklat mampu menentukan batasan-batasan dimensi kendaran bermotor;
u Siswa/i diklat mampu menghitung Muatan sumbu terberat (MST) dalam penentuan
daya angkut oleh penguji kendaraan bermotor;
u Siswa/i diklat mampu menentukan membaca kode ban dan menghitung kemampuan
ban sesuai kapasitas jalan
DASAR HUKUM

u Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
u Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 33 Tahun 2018 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;
u Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 133 Tahun 2015 tentang
Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;
u Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan;
u Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 156 Tahun 2016 tentang Kompetensi Penguji
Berkala Kendaraan Bermotor;
TUPOKSI LEGALITAS PM
156
3
Tah
(Diklat PKB Lanjutan I) u n 20
16

u Penguji Kendaraan Bermotor adalah orang yang


telah memiliki kompetensi diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas
pengujian kendaraan bermotor. (Pasal 1 ayat 1)
u Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor
adalah jenjang keterampilan dan/atau keahlian
yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
penguji kendaraan bermotor yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan
pelatihan yang ditunjuk oleh Menteri, dan
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan
tanda kualifikasi teknis penguji kendaraan
bermotor. (Pasal 1 ayat 8)

ARIS BUDI , MT
Tingkatan Kompetensi PKB 4
(BAB III Pasal 7)
a. Pembantu Penguji;
b. Penguji Pemula;
c. Penguji Tingkat Satu;
d. Penguji Tingkat Dua;
e. Penguji Tingkat Tiga;
f. Penguji Tingkat Empat;
g. Penguji Tingkat Lima; dan
h. Master Penguji.
WEWENANG PKB TINGKAT 1

PM
156
Ta h
un
201
6
WEWENANG PKB TINGKAT 1

PM
156
Ta h
un
201
6
WEWENANG PKB TINGKAT 1

PM
156
Ta h
un
201
6
WEWENANG PKB TINGKAT 1

PM
156
Ta h
un
201
6
WEWENANG PKB TINGKAT 1

PM
156
Ta h
un
201
6
(Pasal 10 b)

u Wewenang penguji tingkat satu


adalah melakukan pengesahan hasil
uji berkala mobil penumpang umum.

>>>
mobil penumpang umum ????
Pengertian Mobil Penumpang >>
(PP 55 th, 2012 pasal 1)

u Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat


duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk
pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga
ribu lima ratus) kilogram

(PP 55 th 2012 pasal 5)


Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang sebagaimana meliputi:
a. Mobil Penumpang sedan yang memiliki 3 (tiga) ruang terdiri atas:
1. ruang mesin;
2. ruang pengemudi dan penumpang; dan
3. ruang bagasi.
b. Mobil Penumpang bukan sedan yang memiliki 2 (dua) ruang
terdiri atas:
1. ruang mesin; dan
2. ruang pengemudi, ruang penumpang dan/atau bagasi.
c. Mobil Penumpang lainnya dirancang untuk keperluan
khusus.
10

Penjelasan
Pasal >>
Penjelasan pasal 3 ayat 2 PP 11
55 th. 2012
u Yang dimaksud dengan “Kendaraan Bermotor
umum” adalah setiap Kendaraan Bermotor yang
digunakan untuk angkutan barang dan/atau
orang dengan dipungut bayaran.

Sasaran objek
sesuai
kewenangan
pengesahan .... !!!
Contohnya ????
Contoh mobil penumpang umum 12
yg sesuai di Indonesia
TEKNIK PENGUKURAN KENDARAAN
BERMOTOR

u pengukuran pada kendaraan bermotor untuk


mengetahui pengukuran pada arah Horisontal, arah
Vertikal dan arah Menyudut
SYARAT PENGUKURAN

u Tekanan angin dan ukuran ban kendaraan uji disesuaikan dengan


spesifikasi pabrik pembuat kendaraan. (Bilamana didalam spesifikasi
terdapat beberapa pilihan tekanan angin ban, maka ban-ban tersebut
diberi tekanan angin sesuai dengan pilihan tengah).

u Pengukuran kendaraan uji dilakukan dalam keadaan kosong,


tempatkan kendaraan uji dengan posisi roda-roda kemudi lurus ke depan
ke arah lantai uji.
u Satuan Dimensi adalah Milimeter
u Untuk mengukur dimensi pergunakanlah alat-alat ukur yang sudah ditera
sebagi berikut :
u Mistar Logam
u Pita Ukur dari logam (ROOL METER)
u Water Pase
u Alat Ukur Tinggi/Tongkat Ukur (HEIGHT GAUGE)
u Kertas Pita Tempel
u Pensil dan Alat-Alat pencatat lainnya / kapur tulis
u Benang dan Lot Bandul
u Tangga (STEIGER)
PROSEDUR PENGUKURAN

0,475 x WB 0,625 x WB
Panjang Total (OVER ALL LENGHT)

u Proyeksikan bagian paling panjang depan dan paling


belakang dari kendaraan uji di atas permukaan lantai
uji.

WB
80
FOH ROH

Max 12 m
Lebar Total (OVER ALL WIDE)

u Proyeksikan bagian paling kanan 2,5 m


dan paling kiri dari kendaraan uji
diatas permukaan lantai uji (tidak
termasuk spion, kaca, antene jenis
lentur dan sebagainya).
u Ukur jarak antara proyeksi titik-titik
persilangan tegak lurus dengan 1,7 x LB / 4,2 m

garis tengah memanjang dari


kendaraan uji.
Tinggi Total (OVER ALL HEIGHT)

u Ukur dari bagian tertinggi dari kendaraan uji ke


2,5 m
atas lantai uji (tidak termasuk antene jenis lentur
dan sebagainya).

1,7 x LB / 4,2 m
Jarak Sumbu Roda (WHEEL BASE)

u Ukur dan catat jarak sumbu roda kendaraan


uji. Dalam hal kendaraan yang mempunyai 3
(tiga) sumbu atau lebih pengukuran dilakukan
dari sumbu yang berdekatan satu persatu,
ukur dan catat nilai-nilai yang telah didapat
mulai dari sumbu paling depan sampai ke
belakang. Dalam hal ini jarak sumbu roda sisi
kiri dan sisi kanan berlainan, pengukuran
dilakukan pada masing-masing sisi.
Jalur Depan (FRONT OVER HANG)

u Ukur jarak mendatar antara


pertengahan dari gandar paling depan
dan terhadap bagian paling depan
kendaraan termasuk pelindung (grill
radiator, hiasan, tetapi tidak termasuk FOH max = 0.475 x WB
assesoris seperti bemper, jangkar
penarik, pengikat plat nomor dan
sebagainya). Pengukuran dilakukan
sejajar dengan sumbu memanjang
kendaraan tersebut.
Jalur Belakang (REAR OVER HANG)

u Ukur jarak mendatar antara pertengahan gandar paling


belakang terhadap panel luar pada bagian belakang dari
kendaraan, kecuali assesoris seperti bemper, jangkar
penarik, pengikat plat nomor. Pengukuran dilakukan sejajar
dengan sumbu garis memanjang kendaraan.
u Dalam kendaraan penumpang, truk, truk jenis box dan bis.
ROH max = 0.625 x WB
Pengukurannya dilakukan sampai ke ujung belakang panel
luar dari badan kendaraan.
u Selanjutnya dalam hal truk-truk ukuran biasa, pengukuran
jarak tersebut dilakukan sampai ujung belakang dari engsel
tetap bak muatan (kecuali kerangka penguat dan
penguncinya)
Jarak Bebas Minimum (MINIMUM
GROUND CLEREANCE)

u Tetapkan titik terendah kendaraan di tempat yang


paling lebar dari garis tengah memanjang kendaraan
tersebut, baik kearah kiri maupun kearah kanan.
Secara simetrik kecuali untuk bagian-bagian yang
bergerak keatas dan bawah bersama-sama dengan
roda depan dan roda belakang kendaraan selanjutnya
ukur tinggi dari titik tersebut ke atas permukaan lantai
uji.
Jarak Bebas Lantai Bak Muatan

u Ukurlah tinggi dari titik tengah dari ujung belakang


dari bak muat diatas permukaan lantai uji. Sewaktu
melakukan pengukuran, kecuali bagian- bagian
kaca yang menonjol dan bagian-bagian cekung
setempat.
CARA MENGUKUR BERAT

u Ukur massa berat masing-masing roda dan jumlah sejumlah massa roda
adalah berat kendaraan. Selanjutnya dalam hal ini kendaraan
bermotor yang dilengkapi dengan sumbu depan atau dua sumbu
belakang, setidaknya berat dari empat roda dari kedua sumbu depan
atau belakang di ukur secara serentak. Dan roda-roda ganda
dianggap sebagai roda tunggal.
u Ukur masing-masing berat sumbu depan dan sumbu belakang secara
tersendiri. Jumlah seluruh berat sumbu adalah berat kendaraan kosong.
Dalam hal kendaraan bermotor dilengkapi dengan dua sumbu depan
atau dua sumbu belakang setidak-tidaknya berat sumbu dari dua
sumbu depan atau dua sumbu belakang diatur secara serentak.
KELAS JALAN

u Dasar Hukum :
• UU No. 22 tahun 2009
Pasal 19 ayat 2
UU No. 22 tahun 2009
Pasal 19 ayat 2

u Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
u a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
UU No. 22 tahun 2009
Pasal 19 ayat 2

u b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan


lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu
lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
UU No. 22 tahun 2009
Pasal 19 ayat 2

u c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan


lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
UU No. 22 tahun 2009
Pasal 19 ayat 2

u d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang


dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan
belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
TABEL KELAS JALAN

Kelas Jalan Panjang Lebar Tinggi MST

I <= 18 m <= 2,5 m <= 4,2 m <= 10 T


(18.000 mm) (2.500 mm) (4.200 mm) (10.000 kg)

II <= 12 m <= 2,5 m <= 4,2 m <= 8 T


(12.000 mm) (2.500 mm) (4.200 mm) (8.000 kg)

III <= 9 m <= 2,1 m <= 3,5 m <= 8 T


(9.000 mm) (2.100 mm) (3.500 mm) (8.000 kg)

Khusus > 18 m > 2,5 m <= 4,2 m > 10 T


(18.000 mm) (2.500 mm) (4.200 mm) (10.000 kg)
BATASAN DALAM PENETAPAN DAYA
ANGKUT

u MST tidak boleh melebihi Kelas Jalan, maximal sama


u JKI tidak boleh melebihi JBB, maximal sama
u MST tidak boleh melebihi kemampuan ban, maximal
sama
u Jumlah Bebn Reaksi Sumbu tidak boleh melebihi ban,
maximal sama
u MST tidak boleh melebihi kemampuan rancangan
sumbu, maximal sama
ISTILAH – ISTILAH DALAM DIMENSI DAN BERAT KENDARAAN

u BERAT KENDARAAN (BK)


adalah berat kosong kendaraan termasuk isi tangki minimum 90%, ban cadangan dan tool kit, tidak
termasuk muatan dan atau pengemudi.
u JBB (Jumlah Berat yang di Bolehkan)
adalah berat total kendaraan berikut muatannya maksimum yang dibolehkan, berdasarkan perhitungan
kekuatan konstruksi dan daya motor kendaraan.
u JBI (Jumlah Berat yang di Ijinkan)
adalah berat total kendaraan maksimum berikut muatannya yang di Ijinkan, berdasarkan perhitungan
daya angkut kendaraan dan tidak diperbolehkan melebihi Jumlah Berat yang di Bolehkan (JBB).
u JBKB (Jumlah Berat Kombinasi yang di Bolehkan)
adalah berat total kendaraan penarik dan kereta gandengan dan atau kereta tempelan berikut
muatannya maksimum yang dibolehkan, berdasarkan perhitungan kekuatan konstruksi dan daya motor
kendaraan.
u JBKI (Jumlah Berat Kombinasi yang di Ijinkan)
adalah berat total kendaraan penarik dan kereta gandengan dan atau kereta tempelan berikut
muatannya maksimum yang di Ijinkan, berdasarkan perhitungan daya angkut kendaraan dan tidak
diperbolehkan melebihi Jumlah Berat yang di Bolehkan (JBKB).
ISTILAH – ISTILAH DALAM DIMENSI DAN BERAT KENDARAAN
(Lanjutan)

u S1 adalah berat kendaraan pada sumbu satu.


u S2 adalah berat kendaraan pada sumbu dua.
u S3 adalah berat kendaraan pada sumbu tiga.
u L adalah berat muatan.
u G adalah berat orang.
u DAYA ANGKUT (DA) adalah jumlah berat orang dan muatan.
u p adalah jarak atara titik berat kabin sampai tengah – tengah as roda depan kendaraan.
u q adalah jarak atara titik berat muatan sampai tengah – tengah as roda depan kendaraan.
u a (Jarak Sumbu) adalah jarak atara tengah – tengah as roda bagian depan sampai tengah – tengah as
roda bagian belakang kendaraan (untuk kendaraan 2 sumbu dan atau MID POINT untuk kendaraan
sumbu ganda / tandem dan atau triple).

u MST adalah Muatan Sumbu yang Terberat pada kendaraan.


Jumlah Berat yang diperbolehkan
(JBB)

u JBB = BK + DA u KETERANGAN :
u JBB : Jumlah Berat Yang Diperbolehkan (kg)
u BK = S1 + S2
u DA : Daya Angkut (kg)
u DA = L + G u BK : Berat Kosong Kendaraan (kg)

u JBB = (S1 + S2 ) + ( L + G ) u G : Berat Orang (@60 kg)


u L : Berat Muatan (kg)
u L = JBB – ( S1 + S2 + G ) u S1 : Berat Sumbu 1 (kg)
u S2 : Berat Sumbu 2 (kg)
JBI (Jumlah Berat yang di-Ijinkan)

𝐵𝐾 = 𝑆1 + 𝑆2
u KETERANGAN : 𝐷𝐴 = 𝐿 + 𝐺
u JBI : Jumlah Berat Yang Di-ijinkan (kg)
u DA : Daya Angkut (kg)
u BK : Berat Kosong Kendaraan (kg)
u G : Berat Orang (Yang Diizinkan) (@60 kg)
u L : Berat Muatan (Yang Diizinkan) (kg)
PENURUNAN RUMUS GAYA REAKSI MOBIL
ANGKUTAN BARANG 2 SUMBU
MOBIL PICK UP

L
S1 G S2

R1 a R2
PENURUNAN RUMUS GAYA REAKSI UNTUK MOBIL ANGKUTAN
BARANG BAK TERBUKA 2 SUMBU DENGAN POSISI G BERADA
TEPAT DI SUMBU I
PENURUNAN RUMUS GAYA REAKSI UNTUK MOBIL ANGKUTAN
BARANG BAK TERTUTUP 2 SUMBU DENGAN POSISI G TEPAT DI
SUMBU I
MOMEN GAYA

Torsi adalah gaya pada


sumbu putar yang dapat
menyebabkan benda
bergerak melingkar atau
berputar

Pada penurunan daya angkut :

Arah gaya
searah jarum
jam ( + )

Arah gaya
tidak searah
jarum jam ( - )
Arah gaya
searah jarum
S1 G L S2 jam ( + )

Arah gaya
tidak searah
q jarum jam ( - )
R1 R2
a

∑M thd R2 = 0
-S1 .a - G .a - L .(a-q) + S2 .0 + R1.a + R2 .0 = 0

-S1 .a - G .a - L .(a-q) + R1 .a = 0

R1 .a = S1 .a + G .a + L .(a-q)

R1 = S1 .a + G .a + L .(a-q)
a a a

R1 = S1 + G + L .(a-q)
a
Latihan

u Turunkan rumus untuk memperoleh R2 !!


u Kisi-kisi:
u Semua momen gaya terhadap R1 = 0
u Semua momen gaya yang berhimpit dengan R1 = 0
u Ingat aturan arah jarum jam
u Ingat!!! Momen gaya = vektor gaya x jarak
S1 G L S2

q
R1 R2
a

∑M thd R1 = 0
S1 .0 + G .0 + L .q + S2 .a + R1 .0 - R2 .a = 0

R2 .a = S2 .a + L .q

R2 = S2 .a + L .q
a a

R2 = S2 + L .q
a
CONTOH SOAL :

SEBUAH MOBIL ANGKUTAN BARANG BAK TERBUKA 2 SUMBU (1.2)


MEMPUNYAI DATA – DATA TEKNIS SEBAGAI BERIKUT :
JBB = 7.000 KG
S1 = 1.200 KG
S2 = 1.250 KG
A = 350 CM
Q = 260 CM
P = 0 CM
G = 3 0RANG
UKURAN BAN : 7.50–16–12PR DENGAN KEMAMPUAN 1.355 KG/BAN
DITANYAKAN :
a. DAYA ANGKUT
b. MST
c. ISI BUKU UJI
JBB = 7.000 KG
S1 = 1.200 KG
S2 = 1.250 KG
A = 350 CM 4.370 (350 - 250)
R1 =1.200 + 180 +
Q = 260 CM 350
P = 0 CM R1 = 2.629 Kg
G = 3 0RANG

PENYELESAIAN :
L = JBB - ( BK + G ) 4.370 (250)
R2 =1.250 +
L = JBB - ( S1 + S 2 + G ) 350
L = 7.000 - (1.200 + 1.250 + 180) R2 = 4.371 Kg ( MST )
L = 4.370 Kg Cek Kemampuan Ban :
Daya Angkut : 7.50 – 16 – 12PR = 1.355 Kg/ban
DA= 𝐿 + 𝐺 S1 = 2 x 1.355 Kg = 2.710 Kg (OK)
DA = 4370 kg + 180 kg S2 = 4 x 1.355 Kg = 5.420 Kg (OK)
= 4.550 kg
PEMBUKTIAN HUKUM NEWTON 3
AKSI = REAKSI
S1 G L S2

q
R1 R2
a

S1 + G + L + S2 = R1 + R2

1200 + 180 + 4370 + 1250 = 2629 + 4371

7000 = 7000

Terbukti
C. BUKU UJI :

JBB 7.000 Kg

S1 1.200 Kg
S2 1.250 Kg
+
BK 2.450 Kg

G 180 Kg
L 4.370 Kg
+
JBI 7.000 Kg
BAN S1 7.50–16–12PR
S2 7.50–16–12PR
MST 4.370 Kg
TURUNKAN RUMUS R1 DAN R2
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN DAYA ANGKUT
MOBIL BARANG
• TURUNKAN RUMUS R1 DAN R2
• TENTUKAN BERAT KENDARAAN
• TENTUKAN L (MUATAN)

• TENTUKAN DAYA ANGKUT


• CARI MST MENGGUNAKAN RUMUS R1 DAN R2 YANG DIPEROLEH

• CEK KEMAMPUAN BAN


• BUKTIKAN AKSI = REAKSI
• ISI BUKU UJI
SOAL LATIHAN
TURUNKAN RUMUS R1 DAN R2
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN DAYA ANGKUT
MOBIL PENUMPANG UMUM
Keterangan:
• TURUNKAN RUMUS R1 DAN R2
70 adalah 60 kg berat
• TENTUKAN BERAT KENDARAAN orang rata-rata + 10 kg
barang bawaan
• TENTUKAN L (MUATAN)
penumpang
• TENTUKAN DAYA ANGKUT X adalah jumlah tempat
• CARI MST MENGGUNAKAN RUMUS R1 DAN R2 YANG DIPEROLEH duduk penumpang +
pengemudi
• CEK KEMAMPUAN BAN
• BUKTIKAN AKSI = REAKSI
• ISI BUKU UJI
SOAL LATIHAN
TENTUKAN R1 DAN R2
CONTOH SOAL PENYESUAIAN L
SOAL
SOAL
DOUBLE CABIN
R1
R2
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN DAYA ANGKUT
MOBIL DOUBLE CABIN
• TURUNKAN RUMUS R1 DAN R2
• TENTUKAN BERAT KENDARAAN
• TENTUKAN L (MUATAN)

• TENTUKAN DAYA ANGKUT


• CARI MST MENGGUNAKAN RUMUS R1 DAN R2 YANG DIPEROLEH

• CEK KEMAMPUAN BAN


• BUKTIKAN AKSI = REAKSI
• ISI BUKU UJI
SOAL
PEMBACAAN BAN
TIRE / BAN

1. Tread

2. Belt ( rigid breaker )

3. Carcas ( Cross Plies )

4. Inner Liner

5. Bead Wire

Ada 2 Macam

A. Radial
B. Bias
KODE SPESIFIKASI BAN

H : Tinggi Ban

W : Lebar Ban

D1 : Diameter Lingkar Roda ( Velg )

D2 : Diameter Total Ban


CARA MEMBACA KODE BAN
TIPE RADIAL
CARA MEMBACA KODE BAN
TIPE BIAS
Tetapi 4 DIGIT dari belakang adalah standard international yang
menunjukkan MINGGU ( WEEK ) dan TAHUN ( YEAR ) ban tersebut
dibuat, Contoh seperti pada gambar diatas :

X2001 artinya ban tersebut dibuat pada MINGGU ke-20, TAHUN 2001

CJJ5101 artinya ban tersebut dibuat pada MINGGU ke-51, TAHUN 2001
Dimensi ban biasanya dinyatakan dalam bentuk : " 205 / 55 / ZR16 ".
Keterangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
205 : Lebar telapak ban ( mm )
55 : Aspek ratio untuk ketebalan ban ( % ) dari lebar telapak ban
Z : Kode limit kecepatan
R16 : Diameter velg ( inch )

Untuk ban Jeep biasanya dipakai kode Amerika, seperti : " 33 x 12.5 R15 ".
Keterangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
33 : Tinggi keseluruhan / diameter ban ( inch )
12.5 : Lebar telapak ban ( inch )
R15 : Diameter velg ( inch )
Load Index dan Speed Symbol pada
Ban

Anda mungkin juga menyukai