Anda di halaman 1dari 37

PENGUJIAN

BERKALA
KENDARAAN
BERMOTOR

Disusun Oleh:
Devi Anggun Permatasari
UJI EMISI GAS BUANG
1. Gas Analyzer
• Fungsi:
Untuk mengukur kadar polutan dari kendaraan bermotor berbahan
bakar bensin.
• Dasar Hukum:
• PP 55 Tahun 2012 Pasal 65 Tentang Emisi Gas Buang
(1) Emisi gas buang sebagaimana dimaksud dalam pasal 64
ayat (2) huruf a diukur berdasarkan kandungan pulutan
yang dikeluarkan kendaraan bermotor.
(2) Kandungan polutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak melebihi ambang batas
(3) Ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup.
(4) Dalam menentapkan ambang batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) harus berkoordinasi dengan Menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan.
• PERMEN Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang
“Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama”
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP alat uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji kurang atau melibihi ambang batas yang sudah ditentukan

1
• Ambang Batas:
Kendaraan bermotor kategori L
Kategori Tahun Parameter Metode
Pembuatan CO (%) HC (ppm) Uji
Sepeda Motor 2 <2010 4,5 12.000 Idle
Langkah
Sepeda Motor 4 <2010 5,5 2.400 Idle
langkah
Sepeda Motor (2 >2010 4,5 2.000 Idle
langkah & 4
langkah)

Kendaraan bermotor kategori M, N dan O


Kategori Tahun Parameter Metode
Pembuatan CO (%) HC (ppm) Uji
Berpenggerak <2007 4,5 1.200 Idle
nmoor bakar >2007 1,5 200 Idle
ceus api
(bensin)

• Catatan:
Yang disebut dengan kondisi idle yaitu:
a. Sistem konrol bahan bakar (misal; choke, akselerator) tidak
berjalan.
b. Posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi
otomatis.
c. Posisi transmisi netral atau parkir unuk kendaraan otomatis.

2
d. Perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat
mempengaruhi putaran tidak dioperasikan atau dapat
dijalankan atas rekomendasi manufaktur.
2. Smoke Tester
• Fungsi:
Untuk mengukur kadar polutan dari kendaraan bermotor berbahan
bakar diesel.
• Dasar Hukum:
PERMEN Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang “Ambang
Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama”
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP alat uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji kurang atau melibihi ambang batas yang sudah ditentukan.
• Ambang Batas:
Kendaraan bermotor kategori M, N dan O
Kategori Tahun Parameter Metode Uji
Pembuatan Opasitas (% HSU)
-GVW <3,5 ton <2010 70 Peercepatan
>2010 40 bebas
-GVW >3,5 ton <2010 70
>2010 50

3
UJI HEADLIGHT TESTER
• Fungsi:
Untuk mengukur intensitas cahaya dan sebagai alat untuk
mengetahui penyimpangan lampu utama kendaraan bermotor, baik
penyimpangan ke atas, bawah dan penyimpangan lampu ke kanan
dan ke kiri.
• Dasar Hukum:
• PP 55 Tahun 2012 Pasal 70
Daya pancar dan arah sinar lampu utama sebagaimana
dimaksud dalam pasal 64 ayat (2) huruf g meliputi:
a. Daya pancar lampu utama lebih dari atau sama dengan
12.000 (dua belas ribu) candela;
b. Arah sinar lampu utama tidak lebih dari 0°34’ (nol derajat
tiga puluh empat menit) ke kanan dan 1°09’ (satu derajat
nol Sembilan menit) ke kiri dengan pemasangan lampu
dalam posisi yang tidak melebihi 1,3% (persen) dari selisih
antara ketinggian arah sinar lampu pada saat tanpa muatan
dan pada saat bermuatan.
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP Alat uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak memenuhi ambang batas yang di tentukan.
• Catatan:
• Menghitung Penyimpangan Lampu Utama
a. Sealed Beam (0°34’)
𝑦
• Tan 0°34’ = 10 𝑚

y = tan 0°34’ x 1000 cm


y = 0,00989 x 1000 cm
y = 9,89 cm (10 cm)

4
b. Sealed Beam (1°09’)
𝑦
• Tan 1°09’ = 10 𝑚

y = tan 1°09’ x 1000 cm


y = 0,02 x 1000 cm
y = 20 cm
c. Non Sealed Beam
• Penyimpangan ke atas 0 (nol)
• Penyimpangan ke bawah
Untuk mobil penumpang = 10 cm
Untuk mobil truck dan bus = 20 cm
Untuk mobil kendaraan khusus = 30 cm

5
UJI SIDE SLIP
• Fungsi:
Untuk mengukur jumlah penyimpangan roda depan kendaraan
pada saat kendaraan bergerak.
• Dasar Hukum:
• PP 55 Tahun 2021 Pasal 68
Kincup roda depan sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat
(2) huruf e dengan batas toleransi lebih kurang 5 (lima)
milimeter per meter (mm/m)
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP alat uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak memenuhi ambang batas yang ditentukan
• Catatan:
• Pada saat kendaraan maju (+) = a
• Pada saat kendaraan mundur (-) = b
• Rumus Toe dan Camber
Diketahui:
Pada saat maju kendaraan 7 mm/menit dan pada saat
kendaraan mundur kendaraan 5 mm/menit
Sehingga,
𝑎−𝑏
a. Toe (x) = 2
7−(−5)
=
2
7+5
= 2
12
= 2

=6
𝑎+𝑏
b. Chamber (y) = 2
7+(−5)
= 2

6
2
= 2

=1
Jadi, yang harus di stel adalah toe

7
UJI AXLE LOAD
• Fungsi:
Untuk mengetahui berat sumbu yang ada di kendaraan bermotor.
• Dasar Hukum:
• Cara Menguji:
Sesuaikan dengan masing-masing SOP alat uji
• Alasan Penolakan:

8
UJI BRAKE TESTER
• Fungsi:
Untuk mengetahui seberapa besar gaya rem yang dihasilkan oleh
kendaraan sehingga dapat dihitung penentuan besarnya effisiensi
rem parkir dan rem utama.
• Dasar Hukum:
• PP 55 Tahun 2012 Pasal 67 tentang Efisiensi Rem Utama
• KM 63 Tahun 1993 Pasal 5
Efifisiensi rem utama untuk kendaraan bermotor sebagai
berikut:
a. Sistem rem utama mobil penumpang, serendah rendahnya
sebesar 60% pada gaya kendali rem sebesar lebih besar
sama dengan 500 N (50 kg) dengan Langkah Gerakan pedal
max 100 mm dan pengereman sebanyak 12 kali
b. Sistem rem utama mobil barang, serendah rendahnya
sebesar 60% pada gaya kendali rem sebesar lebih besar
sama dengan 700 N (70 kg) dengan Langkah Gerakan pedal
max 150 mm dan pengereman sebanyak 12 kali
• KM 63 Tahun 1993 Pasal 6
Effisiensi rem parkir untuk kendaraan bermotor ditentukan:
a. Sistem rem parkir untuk kendaraan dengan kendali rem
tangan
1. Mobil penumpang, effisiensinya ditentukan serendah
rendahnya 16% pada gaya kendali rem tangan sebesar
400 N (40kg)
2. Mobil barang dan bus, effisiensinya ditentukan serendah
rendahnya 12% pada gaya kendali rem tangan sebesar
lebih besar sama dengan 500 N (50kg)
b. Sistem rem parkir kendaraan dengan kendali rem kaki

9
1. Mobil penumpang, serendah-rendahnya 16% pada gaya
kendali rem kaki sebesar lebih dari sama dengan 600 N
(60 kg)
2. Mobil barang dan bus, serendah-rendahnya 12% pada
gaya kendali rem kaki sebesar lebih dari sama dengan
700 N (70 kg)
Ket: effisiensi dalam pasal 5 dan 6 diukur pada kondisi
mendapat beban sesuai dengan JBB.
• KM 189/L/PHB/1975
Rem harus dapat menghasilkan perlambatan ( a = 5 m/det²)
pada kendaraan yang berjalan pada jalan rata dan kering.
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP alat uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak memenuhi ambang batas effisiensi rem yang sudah
ditentukan.
• Catatan:
• Perhitungan Effisiensi Rem Utama pada kendaraan bermotor
dengan Rem Angin
Sumbu Pengukuran Gaya Rem Tek.Ban Tek.Angin
Kiri Kanan Jumlah Sesuai yang
Design didapat
S1 800 750 B𝐹1 =1550 𝑃𝑛1 =4,5 𝑃1=3,2
S2 500 500 B𝐹2 =1000 𝑃𝑛2 =4,5 𝑃2 =2,5
S3 450 470 B𝐹3 =920 𝑃𝑛3 =4,5 𝑃3 =2,5
Dengan JBB = 12.000 kg
Rumus!!
𝑃𝑛 −0,4
i= 𝑃−0,4
𝑃𝑛 −0,4 4,5−0,4
a. 𝑖1 = = = 1,46 bar
𝑃−0,4 3,2−0,4

10
𝑃𝑛 −0,4 4,5−0,4
b. 𝑖2 = = = 1,95 bar
𝑃−0,4 2,5−0,4
𝑃𝑛 −0,4 4,5−0,4
c. 𝑖3 = = = 1,95 bar
𝑃−0,4 2,5−0,4

Sehingga, Effisiensi Rem Utama:


B𝐹1 .𝑖1 + B𝐹2.𝑖2 + B𝐹3 .𝑖3
a= x 100%
𝐽𝐵𝐵
1550.1,46+1000.1,95+920.1,95
a= 12.000
6007
a= x 100%
12.000

a = 50,1%
• Perhitungan Effisiensi Rem Utama pada kendaraan bermotor
dengan Rem Hidrolis
Sumbu Hasil Pengukuran Jumlah
Kiri Kanan
S1 750 1000 1750
S2 850 1500 2350
Rem Parkir 900 700 1600
Diketahui:
JBB = 10.000 kg
S1 = 3.500 kg
S2 = 4.000 kg
BK = 7.500 kg
Sehingga,
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚
Effisiensi Rem Utama (Hidrolis) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 x 100%
750+1000+850+1500
= x 100%
7500
4100
= x 100%
7500

= 54,6%
• Rumus Perbedaan Gaya Rem Kiri dan Kanan
a. Dengan Standar JIS (max 8%)
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟−𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
JIS = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢

11
1000−750
JIS = x 100%
3500
250
JIS = x 100%
3500

JIS = 7,1%
b. Dengan Standar MEE (max 30%)
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟−𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
MEE = x 100%
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟
1000−750
MEE = x 100%
1000
250
MEE = x 100%
1000

MEE = 25%
• Perhitungan Effisiensi Rem Parkir
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑚 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟
Rem Parkir = 𝐽𝐵𝐵
x 100%
900+700
= x 100%
10.000
1600
= x 100%
10.000

= 16%

12
UJI SPEEDOMETER
• Fungsi:
Merupakan alat pengukur laju kendaraan yang bertujuan supaya
pengemudi mengetahui penyimpangan yang ada pada alat
pengukur kecepatan pada kendaraan yang dijalankan.
• Dasar Hukum:
• PP 55 Tahun 2012 Pasal 72 tentang Akurasi Alat Penunjuk
Kecepatan
• KM 63 Tahun 1993 Pasal 11
(1) Penyimpangan alat penunjuk kecepatan pada kendaraan
bermotor ditentukan sebesar -10% sampai dengan +15%
pada kondisi pengukurannya
(2) Penyimpangan diukur pada kecepatan 40 km/jam
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP alat uji.
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak memenuhi ambang batas effisiensi rem yang sudah
ditentukan.
• Catatan:
- Penyimpangan -10% didapatkan dari:
-10% = 100% - 10%
= 90 % x 40 km/jam
= 36 km/jam
- Penyimpangan +15% didapatkan dari:
+15% = 100% + 15%
= 115% x 40 km/jam
= 46 km/jam
- Rumus Penyimpangan
𝑉𝑘𝑏 − 𝑉𝑎𝑙𝑎𝑡
Penyimpangan = 𝑉𝑎𝑙𝑎𝑡
x 100%

13
- Rumus Pengukuran Jarak Pengereman
𝑉²
S= 2.𝑎

Ket:
S = Jarak pengereman /jarak hrnti
V = kecepatan kendaraan (km/jam)
a = perlambatan (5 m/s²)

14
UJI SOUND LEVEL
• Fungsi:
Untuk mengukur intensistas bunyi yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor.
• Dasar Hukum:
PP 55 Tahun 2012 Pasal 69 tentang Suara Klakson
“Suara klakson sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 64 ayat
(2) huruf f paling rendah 83 (delapan puluh tiga) decibel atau dB
(A) dan paling tinggi 118 (serratus delapan belas) decibel atau dB
(A)”
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP Alat Uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak sesuai dengan ambang batas yang sudah ditentukan.

15
UJI TINT METER
• Fungsi:
Untuk mengukur tingkat kegelapan kaca film yang biasanya
digunakan untuk melapisi kaca pada mobil.
• Dasar Hukum:
SK Menhub No.439/U/Phb-76 tentang Penggunaan Kaca Pada
Kendaraan Bermotor dinyatakan antara lain bahwa:
1. Kendaraan-kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan
kaca depan, dan atau kaca samping, kaca-kaca tersebut harus
dibuat dari bahan yang tidak mudah pecah, tembus pandangan
dari dua arah (sangat bening) dan tidak boleh mengubah serta
mengganggu bentuk-bentuk orang atau benda-benda yang
terlihat melalui kaca tersebut;
2. Tanpa mengurangi ketentuan poin 1, boleh dipergunakan kaca
berwarna atau kaca yang berlapis bahan berwarna (film
coating), asal dapat tembus Cahaya dengan prosentase
penembusan Cahaya tidak kurang dari 70%;
3. Tanpa mengurangi maksud ketentuan poin 1 dan 2, kaca depan
dan atau kaca belakang boleh dipergunakan kaca berwarna atau
kaca yang berlapis bahan pewarna (film coating) dengan
prosentase penembusan Cahaya tidak kurang dari 40%
sepanjang sisi astas (bagian kaca) yang lebarnya tidak melebihi
dari sepertiga tinggi kaca yang bersangkutan;
4. Penggunaan bahan-bahan untuk lapisan berwarna pada kaca-
kaca sebagaimana dimaksud dalam poin 2 dan 3 tidak
menimbulkan pemantulan-pemantulan Cahaya-cahaya baru,
selain pantulan-pantulan Cahaya yang biasa terdapat pada
kaca-kaca bening;

16
5. Dilarang menempelkan atau menempatkan sesuatu pada kaca-
kaca kendaraan bermotor, kecuali jika hal itu dimaksud untuk
kepentingan pemerintah, yang penempatannya tidak boleh
menggangu kebebasan pandangan pengemudi;
“Yang dimaksud dengan prosentase penembusan Cahaya
adalah: angka yang menunjukkan perbandingan atara jumlah
Cahaya setelah menembus kaca tembus pandang dan jumlah
Cahaya sebelum menembus kaca yang bersangkutan”
• Cara Menguji:
Sesuaikan masing-masing SOP Alat Uji
• Alasan Penolakan:
Hasil uji tidak sesuai dengan ambang batas yang sudah ditentukan.

17
JENJANG, WEWENANG dan TANGGUNG JAWAB PENGUJI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


PM 133 TAHUN 2015
TENTANG
PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR
Dasar Hukum Keterangan
PM 133 Tahun 2015 Pasal 33 ayat Tenaga penguji berkala kendaraan
(1) bermotor berdasarkan kompetensi tingkat
paling rendah sampai tingkat paling
tinggi, dikelompokkan menjadi:
a. Pembantu penguji;
b. Penguji Pemula;
c. Penguji tingkat satu;
d. Penguji tingkat dua;
e. Penguji tingkat tiga;
f. Penguji tingkat empat;
g. Penguji tingkat lima;
h. Master penguji.
PM 133 Tahun 2015 Pasal 33 ayat Penguji tingkat tiga sebagaimana
(6) dimaksud pada ayat (1) huruf e memiliki
keahlian, wewenang dan tanggung jawab
dalam bidang uji mobil bus tunggal lantai
tunggal.

18
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPBULIK INDONESIA NOMOR
PM 156 TAHUN 2016
TENTANG
KOMPETENSI PENGUJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR
Dasar Hukum Tugas Wewenang
PM 156 Tahun Kompetensi penguji berkala kendaraan bermotor sebagaimana
2016 Pasal 7 dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) terdiri dari 8 (delapan) tingkat
paling rendah sampai tingkat paling tinggi, dikelompokkan
menjadi:
a. Pembantu penguji;
b. Penguji Pemula;
c. Penguji tingkat satu;
d. Penguji tingkat dua;
e. Penguji tingkat tiga;
f. Penguji tingkat empat;
g. Penguji tingkat lima;
h. Master penguji.
PM 156 Tahun Tugas penguji tingkat tiga: Wewenang penguji tingkat
2016 Pasal 12 1) Memeriksa visual nomor dan tiga:
kondisi rangka mobil bus 1) Melakukan analisis
tunggal lantai tunggal; hasil pemeriksaan
2) Memeriksa visual kesesuaian dan pengujian
nomor uji dan kondisi tipe mobil bus tunggal
motor penggerak mobil bus lantai tunggal;
tunggal lantai tunggal; 2) Melakukan analisis
3) Memeriksa visual kondisi dan evaluasi secara
tangka bahan bakar, corong komprehensif hasil
pengisi bahan bakar, pipa pemeriksaan dan
saluran bahan bakar mobil pengujian mobil
bus tunggal lantai tunggal; bus tunggal lantai
4) Memeriksa visual kondisi tunggal terhadap
sistem converter kit bagi ambang batas

19
mobil bus tunggal lantai persyaratan
tunggal yang menggunakan teknisdan laik
bahan bakar tekanan tinggi; jalan; dan/atau
5) Memeriksa visual kondisi dan 3) Melakukan
mengukur posisi pipa pengesahan hasil
pembuangan mobil bus uji berkala mobil
tunggal lantai tunggal; penumpang umum,
6) Memeriksa visual ukuran roda mobil bus tunggal
dan ban serta kondisi ban lantai tunggal dan
mobil bus tunggal lantai mobil barang lantai
tunggal; tunggal selain
7) Memeriksa visual kondisi mobil tangki
sistem rem utama mobil bus
tunggal lantai tunggal;
8) Memeriksa visual kondisi
sistem rem utama mobul bus
tunggal lantai tunggal;
9) Memeriksa visual kondisi
penutup lampu dan alat
pemantul Cahaya mobil bus
tunggal lantai tunggal;
10) Memeriksa visual kondisi
panel instrument pada
dashboard mobil bus tunggal
lantai tunggal;
11) Memeriksa visual kondisi kaca
spion mobil bus tunggal lantai
tunggal;
12) Memeriksa visual kondisi
spakbor mobil bus tunggal
lantai tunggal;

20
13) Memeriksa visual bentuk
bumper mobil bus tunggal
lantai tunggal;
14) Memeriksa visual keberadaan
dan kondisi perlengkapan
mobil bus tunggal lantai
tunggal;
15) Memeriksa visual rancangan
teknis mobil bus tunggal
lantai tunggal;
16) Memeriksa visual keberadaan
dan kondisi fasilitas tanggap
darurat mobil bus tunggal
lantai tunggal;
17) Memeriksa visual kondisi
badan mobil bus tunggal
lantai tunggal, kaca, engsel
dan tempat duduk;
18) Memeriksa manual konsisi
penerus daya mobil bus
tunggal lantai tunggal;
19) Memeriksa manual sudut
bebas kemudi mobil bus
tunggal lantau tunggal;
20) Memeriksa manual rem parkir
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
21) Memeriksa manual fungsi
lampu dan alat pemantul
Cahaya mobil bus tunggal
lantau tunggal;

21
22) Memeriksa manual fungsi
penghapus kaca mobil bus
tunggal lantau tunggal;
23) Memeriksa manual tingkat
kegelapan kaca mobil bus
tunggal lantau tunggal;
24) Memeriksa manual fungsi
klakson mobil bus tunggal
lantau tunggal;
25) Memeriksa manual kondisi
dan fungsi sabuk keselamatan
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
26) Memeriksa manual ukuran
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
27) Memeriksa manual ukuran
tempat duduk bagian dalam,
dan akses keluar darurat
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
28) Memeriksa manual teknologi
jenis kendaraan bermotor
(hybrid, bbg, listrik dan panas
menjadi tenaga penggerak);
29) Menguji kepekatan asap gas
buang (smoke) mobil bus
tunggal lantau tunggal;
30) Menguji emisi gas buang (CO-
HC) mobil bus tunggal lantau
tunggal;

22
31) Menguji alat penunjuk
kecepatan (speedometer)
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
32) Menguji kebisingan suara
klakson dan/atau knalpot
(noise) mobil bus tunggal
lantau tunggal;
33) Menguji kincup roda depan
(side slip) mobil bus tunggal
lantau tunggal;
34) Menguji rem utama mobil bus
tunggal lantau tunggal;
35) Menguji rem parkir mobil bus
tunggal lantau tunggal;
36) Menguji lampu utama
(headlight) jauh mobil bus
tunggal lantau tunggal;
37) Menguji lampu utama
(headlight) dekat mobil bus
tunggal lantau tunggal;
38) Mengukur kedalaman alur
ban mobil bus tunggal lantau
tunggal;
39) Mengukur berat mobil bus
tunggal lantau tunggal;
40) Mengukur dimensi utama
mobil bus tunggal lantau
tunggal;
41) Mengukur tembus Cahaya
pada kaca mobil bus tunggal
lantau tunggal;

23
TABEL JENIS DAN UKURAN BUS

PP 55 TAHUN 2012 PASAL 5 AYAT (3)


Jenis Bus JBB (kg) Panjang Total Lebar Tinggi (mm)
(mm) (mm)
Bus Kecil >3.500-5.000 Max 6.000 Max Tidak melebihi
Bus Sedang >5.000-8.000 Max 9.000 2.100 1,7 x lebar
kendaraan
Bus Besar >8.000-16.000 >9.000-12.000 Max Max 4.200 atau
Bus Maxi >16.000-21.000 >12.000-13.500 2.500 Tidak melebihi
Bus Min 22.000-26.000 >13.500-18.000 1,7 x lebar
Gandeng kendaraan
Bus Tempel Min 22.000-26.000 >13.500-18.000
Bus Tingkat Min 21.000-24.000 Min 9.000-13.500

PERSYARATAN TEKNIS TAMBAHAN MOBIL BUS


Dasar Ukuran (mm)
Hukum
Keterangan
Keterangan (PP 55
Jumlah Panjang Lebar Tinggi
Tahun
2012)
Pintu
650
keluar/masu Min 1 (pada
(meliputi
k mobil bus dinding kiri Pasal 81
- seluruh -
untuk bagian Ayat (1)
tinggi
penumpang depan/belakang)
dinding)
<15 orang
Pintu Min 1 - 1.200
keluar/masu
-
k mobil bus Atau Pasal 81
untuk Ayat (2)

24
penumpang Berjumlah 2 550
15 (pintu
orang/lebih depan)
650
(pintu
belakang
)
Max 350
Pasal 81 (dari
Anak Tangga - - Min 400
Ayat (4) permukaan
jalan)
1.700
(dilengkapi
tempat
Ruang berdiri
- Pasal 82 - -
Penumpang 1.500
(tanpa
tempat
berdiri)
1 (tempat duduk
<26)
2 (tempat duduk
27-50) Pasal 83
Pintu Darurat - Min 430 -
3 (tempat duduk Ayat (3)
51-80)
4 (tempat duduk
>80)
Pintu Pasal 83 -
- - Min 430
Belakang Ayat (5)
Jendela Pasal 83
- Min 600 x 430
Darurat Ayat (6)
Lorong - Pasal 85 - Min 350 -

25
200 (antar
anak
tangga)
300
Jarak Antar Pasal 87 (permukaan
- - -
Anak Tangga Ayat (2) tanah
dengan
anak
tanggaterba
wah)

26
PEMERIKSAAN PERSYARATAN TEKNIS
(PP 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN)

Pasal 6 Ayat (2)


Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Susunan
b. Perlengkapan
c. Ukuran
d. Karoseri
e. Rancang teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya
f. Pemuatan
g. Penggunaan
h. Penggandengan kendaraan bermotor; dan/atau
i. Penempelan kendaraan bermotor
Dasar
Keterangan Ketentuan Lain-lain
Hukum
Terdiri atas:
a. Rangka landasan
b. Motor penggerak
c. Sistem pembuangan
d. Sistem penerus daya
e. Sistem roda-roda
Susunan Pasal 7
f. Sistem suspense
g. Sistem alat kemudi
h. Sistem rem
i. Sistem lampu dan alat
pemantul Cahaya
j. Komponen pendukung
- Konstruksi menyatu, terpisah atau
Rangka
Pasal 8 Sebagian menyatu Sebagian
Landasan
terpisah dengan badan kendaraan

27
- Dapat menahan seluruh beban
getaran
- Tahan terhadap korosi
- Dilengkapi dengan alat pengait
dibagian depan
Nomor - Ditempatkan secara permanen
Rangka - Ditulis dalam bentuk embos ke
Pasal 9
dalam atau ke luar
- Mudah dilihat dan dibaca
- Mempunyai daya untuk mendaki dg
sudut kemiringan minimum 8° dg
kec. Minimum 20 km/jam
- Kendaraan tanpa kereta gandengan
atau tempelan memiliki perbedaan
Motor
Pasal 12 antara daya dan berat total kend
Penggerak
min. 4,50 kilo Watt setiap 1.000 kg
- Dengan kereta gandengan atau
tempelan memiliki perbedaan
antara daya dan berat total kend
min. 5,50 kilo Watt setiap 1.000 kg
- Ditempatkan secara permanen
dibagian tertentu motor penggerak
Nomor Mesin Pasal 13 - Ditulis dalam bentuk embos
kedalam atau keluar
- Mudah dilihat dan dibaca
Arah pipa
- Dibuat dengan bahan yang cukup
pembuangan
kuat
ke atas,
Sistem - Arah pipa dibuat supaya tidak
Pasal 14 belakang,
Pembuangan menggangu pengguna jalan lain
atau sisi
- Asap tidak mengarah ke tangka
kanan
bahan bakar
belakang

28
- Tidak melebihi sisi samping atau
belakang
- Dapat dikendalikan dari tempat
duduk pengemudi
Sistem
Pasal 15 - Dapat digerakan maju dg 1 atau
Penerus Daya
lebih tingkat kecepatan
- Dapat bergerak mundur
Sistem Roda-
Pasal 16
roda
Sistem Harus mampu menahan beban,
Pasal 17
Suspensi getaran dan kejutan
- Harus dapat digerakan
Sistem Alat
Pasal 18 - Dipasang tidak membahayakan
Kemudi
pengemudi
- Ditempatkan dekat dg pengemudi
Pasal 20 - Bekerja pada semua roda
(Rem kendaraan
Utama) - Dapat dikendalikan diruang
Sistem Rem
Pasal 21 pengemudi
(Rem - Mampu menahan posisi kendaraan
Parkir) dalam keadaan berhenti
- Dilengkapi dengan pengunci
- Lampu utama jauh dan dekat
(putih atau kuning muda)
- Lampu penunjuk arah (kuning tua
dg sinar kelap-kelip)
Sistem
- Lampu rem (merah)
Penerangan Pasal 23
- Lampu posisi depan (putih atau
(Lampu)
kuning muda)
- Lampu posisi belakang (merah)
- Lampu mundur (putih atau kuning
muda)

29
- Lampu penerangan tanda nomor
kend (putih)
- Lampu isyarat peringatan bahaya
(kuning tua dg sinar kelap-kelip)
- Lampu tanda batas dimensi (putih
atau kuning muda) untuk kend
memiliki lebar lebih dari 2.100mm
- Alat pemantul Cahaya (merah)
Dipasang dg
tinggi
- Berjumlah 2 atau kelipatannya
maks.1500
- Dipasang bagian depan
mm dari
Lampu Utama - Dapat memancarkan Cahaya
Pasal 24 permukaan
Dekat min.40 m (lampu dekat) dan
jalan dan
min.100 m (lampu jauh) kea rah
maks.400
depan
mm dari sisi
bagian luar
Dipasang dg
tinggi
Lampu
maks.1500
Penunjuk Pasal 25 - Berjumlah genap
mm dari
Arah
permukaan
tanah
Dipasang dg
tinggi
maks.1500
Lampu Rem Pasal 26 - Berjumlah min.2
mm dari
permukaan
tanah
- Burjumlah 2 Dipasang dg
Lampu Posisi
Pasal 27 - Dipasang bagian depan dan dapat tinggi
Depan
Bersatu dengan lampu dekat maks.1500

30
- Tidak menyilaukan pengguna jalan mm dari
lain permukaan
jalan dan
maks.400
mm dari sisi
bagian luar
Lampu Posisi - Berjumlah genap
Belakang - Tinggi maks. 2100 mm disamping
Pasal 28 kiri dan kanan bagian belakang
- Tepi terluarpermukaan penyinaran
maks. 400 mm
- Berjumlah paling banyak 2
- Hanya menyala ketika kendaraan
posisi mundur
Lampu Tinggi maks.
Pasal 29 - Tidak menyilaukan pengguna jalan
Mundur 1200 mm
lain
Dilengkap bunyi mundur jika kend
dg JBB >3.500 kg
Lampu Tanda
- Nomor kend dapat dibaca min.50
Nomor Pasal 30
m dari belakang
Kendaraan
Lampu
Isyarat - Menggunakan lampu penunjuk
Pasal 31
Peringatan arah
Bahaya
Lampu Tanda - Untuk kendaraan yg memiliki lebar
Pasal 32
Batas >2.100 kg
- Dipasang berpasangan
- Dapat dilihat oleh pengemudi lain
Alat Pemantul
Pasal 33 dengan jarak min 100 m
Cahaya
- Dipasang dibagian belakang pada
ketinggian maks. 1500 mm

31
- Tepi terluar maks. 400 mm dari
sisi terluar kendaraan
Lampu Kabut - Warna putih atau kuning
- Dipasang diketinggian maks. 800
Pasal 34 mm
- Tepi terluar maks. 400 mm dari
sisi terluar kendaraan
- Pengukur kecepatan
- Kaca spion
- Penghapus kaca, kecuali sepeda
Komponen
Pasal 35 motor
Pendukung
- Klakson
- Soakbor
- Bumper, kecuali sepeda motor
Pengukur - Dipasang pada tempat yang
Pasal 36
Kecepatan mudah dilihat oleh pengemudi
Kaca Spion Pasal 37 - Berjumlah 2 atau lebih
- Paling sedikit berjumlah 1
Penghapus
Pasal 38 - Dilengkapi alat penyemprot air
Kaca
- Digerakan secara mekanis
Harus mengeluarkan bunyi tanpa
Klakson Pasal 39
mengganggu konsentrasi pengemudi
Mampu mengurangi percikan air atau
Spakbor Pasal 40
lumpur ke belakang kendaraan
Tidak menonjol kedepan maks. 500
Bumper Pasal 41 mm melewati bagian badan
kendaraan
- Sabuk keselamatan
- Ban cadangan
Perlengkapan Pasal 43 - Segitiga pengaman
- Dongkrak
- Pembuka roda

32
- Helm dan rompi pementul Cahaya
- Peralatan pertolongan pertama
pada kecelakaan
- Min.3 jangkar untuk t.duduk
pengemudi
- Min.2 jangkar untuk t.duduk
Sabuk
Pasal 46 penumpang
Keselamatan
- Tidak mempunyai tepi yang tajam
- Kepala pengunci harus dapat
dioperasikan dg mudah
- Memiliki tapak ban yang berbeda
Ban
Pasal 47 dengan ban yang terpasang namun
Cadangan
memiliki diameter yang sama
Segitiga - Berwarna merah dan bersifat
Pasal 48
Pengaman memantulkan cahaya
- Min mampu mengangkat muatan
Dongkrak Pasal 49 sumbu sesuai dengan muatan
sumbu terberat
- Mampu membuka roda
Pembuka
Pasal 50 - Tidak merusak komponen yang ada
Roda
pada roda
Helm dan
Rompi
Pasal 51 -
Pemntul
Cahaya
- Minimal terdiri dari obat antiseptic,
P3K Pasal 52
kain kassa, kapas, dan plester
- Panjang - Maks.
12.000
Ukuran
Pasal 54 mm
Kendaraan
(selain
bus)

33
- Maks.
13.500
mm
(mobil
bus
tunggal)
- Maks.
18.000
mm
(gandeng
&
tempelan)
- Lebar - Maks.
2.500 mm
- Tinggi - Maks.
4.200 mm
- Sudut pergi
- Min. 8°
diukur
pada jalan
yang
datar
- 62,50%
- ROH
dari jarak
sumbunya
- 47,50%
- FOH
dari jarak
sumbunya
- Dihitung berdasarkan:
Kekuatan konstruksi
JBB/JBKB Pasal 56 Daya motor
Kapasitas pengereman
Kemampuan ban

34
Kekuatan sumbu
Ketinggian tanjakan jalan
- Dihitung berdasarkan:
BK kendaraan
JBB/JBKB
Dimensi kendaraan dan bak
JBI/JBKI Pasal 57
muatan
Titik berat muatan dan pengemudi
Kelas jalan
Jumlah t.duduk bagi mobil bus
- Paling sedikit meliputi:
Kaca
Pintu
Karoseri Pasal 58
Engsel
Tempat duduk
Tempat pemasangan TNKB

35
KELAS JALAN

UU RI NOMOR 22 TAHUN 2009


Kelas Jalan MST Panjang Lebar Tinggi
I
10 ton ≤ 18.000 𝑚𝑚 ≤ 2.500 𝑚𝑚 ≤ 4.200 𝑚𝑚
(arteri, kolektor)
II
(arteri, kolektor, 8 ton ≤ 12.000 𝑚𝑚 ≤ 2.500 𝑚𝑚 ≤ 4.200 𝑚𝑚
local & lingkungan)
III
(arteri, kolektor, 8 ton ≤ 9.000 𝑚𝑚 ≤ 2.100 𝑚𝑚 ≤ 3.500 𝑚𝑚
local & lingkungan)
Khusus
> 10 𝑡𝑜𝑛 > 18.000 𝑚𝑚 > 2.500 𝑚𝑚 ≤ 4.200 𝑚𝑚
(arteri)

36

Anda mungkin juga menyukai