Istilah analgesia mempunyai arti hilangnya sensasi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Analgesia regional atau analgesia local berarti hilangnya sensasi rasa nyeri pada
suatu bagian tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran. Sedangkan istilah
anestesi local adalah hilangnya semua sensasi sensoris, yaitu sensasi rasa nyeri, raba, tekan
dan suhu pada suatu daerah setempat dari tubuh. Meskipun di dalam perawatan gigi yang
perlu dikendalikan adalah rasa nyeri pada gigi dan jaringan sekitarnya, tetapi pada
kenyataanya yang terjadi adalah hilangnya semua sensasi sensorik. Oleh karena itu, lebih
tepat kiranya apabila dalah hal ini menggunakan istilah anastesi local dari pada analgesia
local.
Untuk mengetahui mekanisme kerja obat anestesi local diperlukan suatu pemahaman
tentang proses timbulnya rasa nyeri dalam hubungan dengannya dengan sifat-sifat fisiologis
serabut saraf perifer.
Dalam keadaan istirahat, pada permukaan sel saraf terdapat perbedaan potensial yang
disebabkan karena adanya keseimbangan antara ion natrium (sodium) di luar dan di dalam sel
yang dipertahankan oleh mekanisme yang disebut dengan “pompa sodium” atau sodium
pump. Pompa sodium ini memompa ion-ion sodium dari dalam sel menuju ke cairan
ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya akumulasi ion sodium diluar sel. Keadaan stabil
semacam ini menimbulkan suatu resting membrane potensial yang bersar sekitar -70mv.
Cairan anestesi local dapat memblokir sensasi rasa nyeri dengan jalan menghambat
penghantaran implus pada serat saraf perifer. Hal ini dapat berlangsung karena cairan anastesi
local menyebabkan penurunan permiabilitas sel saraf terhadap ion sodium sehingga terjadi
penurunan kecepatan maupun tigkat depolarisasi membrane sel saraf. Dengan keadaan seperti
itu maka tingkat depolarisasi membrane sel saraf. Dengan keadaan seperti itu maka nilai
ambang (threshold) untuk timbulnya transmisi tidak tercapai. Pada saat serat saraf menerima
suaru rangsangan maka tidak terjadi influx ion sodium ke dalam sel saraf sehingga dengan
denikian baik depolarisasi maupun konduksi (penghantaran) implus ke susunan saraf pusat
tidak terjadi.
Di dalam prosedur pembedahan, Tindakan anestesi merupakan suatu hal yang mutlak
dilakukan. Kita mengenal adanya dua macam bentuk anestesi, yaitu anestesi local dan
anestesi umum . di dalam menetukan jenis anastesi yang akan dilakukan, anastesi local
sebaikanya menjadi pilihan pertama karena anestesi local menyebabkan gangguan fisiologis
yang relative ringan, karena itu sangat dianjurkan pada penderita dengan resiko sistemik
tinggi. Disamping itu, anestesi lokal mempunyai angka morbiditas relatif rendah,
penggunaannya relative praktis, serta biaya yang relatif murah.
Obat anestesi lokal digolongan berdasarkan struktur kimiawinya, yakni golongan ester
dam amida. Termasuk di dalam golongan ester adalah procaine dan benzocaine, procaine
sudah jarang digunakan lagi karena bersifat alergenik, mekipun benzocaine masih digunakan
sebagai ibat anastesi topical. Termasuk dalam golongan amida adalah lidocaine, mepivacaine,
prilocaine,bupivacaine, etidocaine dan articaine. Obat anastesi lokal golongan amida lebih
baik dari pada golongan ester karena lebih kuat, efek toksisitas relative kecil, dan tidak
menyebabkan reaksi alergi. Hal ini disebabkan karena enzim esterase mereduksi ester
diplasma dan jaringan, sedang ezim esterase mereduksi amida di lever dan dieksresikan di
ginjal. Obat -obat anestesi lokal golongan amida yang sering dipakai saaat ini adalah
lidocaine, mepivacaine, prilocaine, dan articaine.
2. Cartridge
Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk mengindari pecah
dan kontaminasi dari larutan. Sebagaian besar cartridge mengandung 2,2 ml atau 1,8
ml larutan anestesi lokal. Cartridge dengan kedua ukuran tersebut dapat dipasang pada
syringe standart namun umumnya larutan anestesi sebesar 1,8 ml sudah cukup untuk
prosedur perawatan gigi rutin.
3. Jarum
Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan
dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar
American Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan
superpendek (10 mm).
Jarum suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi biasanya
mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan
penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukan ke
dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan membuat jarum tidak masuk ke
jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik keluar
dengan tang atau sonde.
Petunjuk:
1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan
syringe sesuai standar ADA.
2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang
tipis, jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya
jarum.
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif pendek,
dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk
menjamin ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai
transfer penyakit.
4. Lidocain
Sejak diperkenalkan pada tahun 1949 derivat amida dari xylidide ini sudah
menjadi agen anestesi lokal yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi
bahkan menggantikan prokain sebagai prototipe anestesi lokal yang umumnya
digunakan sebagai pedoman bagi semua agen anestesi lainnya. Lidokain dapat
menimbulkan anestesi lebih cepat dari pada procain dan dapat tersebar dengan cepat
diseluruh jaringan, menghasilkan anestesi yang lebih dalam dengan durasi yang cukup
lama. Obat ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan adrenalin (1:80.000 atau
1: 100.000). Pengunaan lidocain kontraindikasi pada penderita penyakit hati yang
parah.
5. Mepivacain
Derivat amida dari xilidide ini cukup populer yang diperkenalkan untuk tujuan
klinis pada akhir tahun 1990an. Kecepatan timbulnya efek,durasi aksi, potensi dan
toksisitasnya mirip dengan lidocain. Mepivacain tidak mempunyai sifat alergenik
terhadap anestesi lokal tipe ester. Agen ini dipasarkan sebagai garam hidroklorida dan
dapat digunakan anestesi infiltrasi / regional. Bila mepivacain dalam darah sudah
mencapai tingkatan tertentu , akan terjadi eksitasi sistem saraf sentral bukan depresi,
dan eksitasi ini dapat berakhir berupa konvulsi dan depresi respirasi.
6. Prilocain
Merupakan derivat toluidin dengan tipe amida pada dasarnya mempunyai
formula kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan lidocain dan mepivacaine.
Prolocain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidocain namun
anestesi yang ditimbulkan tidak terlalu dalam. Prolocain juga kurang mempunyai
efek vasodilator bila dibandingkan dengan lidocain dan bisanya termetabolisme
lebih cepat. Obat ini kurang toksis dibanding dengan lidocaine tapi dosis total yang
dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 400mg.
7. Vasokonstriktor
Penambahan sejumlah kecil agen vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal
dapat memberi keuntungan berikut ini:
1. mengurangi efek toksik melalui efek menghambat absorpsi konstituen.
2. Membatasi agen anestesi hanya pada daerah yang terlokalisir sehingga dapat
meningkatkan kedalaman dan durasi anastesi.
3. Menimbulkan daerah kerja yang kering (bebas bercak darah) untuk prosedur
operasi.
Vasokonstriktor yang biasa digunakan adalah:
1. Adrenalin (epinephrine), suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan
sekresi medula adrenalin alami.
2. Felypressin (octapressin), suatu polipeptida sintetik yang mirip dengan
sekresi glandula pituutari posterior manusia. Mempunyai sifat
vasokonstriktor yang dapat diperkuat dengan penambahan prilokain.
10. Supraperiostel
Teknik anastesi supraperiosteal secara umum:
a. Jarum diinsersikan di lipatan mukobukal fold, 1-1,5 cm dari servik gigi dengan
sudut 45° terhadap korteks
b. Insersikan jarum menembus jaringan hingga menyentuh tulang daerah periapical
gigi
c. Keluarkan anastetikum secara perlahan 0,5-1 cc
Terdapat beberapa jenis teknik supraperiosteal yang disesuaikan dengan kebutuhan
yaitu:
a. Teknik supraperiosteal Insisivus sentral RA titik suntikan pada mukobukal fold
dan sedikit di atas apeks gigi
13. Intraseptal
Indikasi:
a. Adanya penyakit periodontal
b. Anastesi infiltrasi lain tidak berhasil
c. Perawatan pulpotomi, pulpektomi
d. Bila injeksi supraperiosteal atau perisemental tidak berhasil
e. Untuk menguatkan anastesi lainnya
Teknik anastesi intraseptal:
Struktur intraseptal adalah porus, alveolus akan teranastesi terus ke
periodontium lalu ke pulpa.
Bila menggunakan jarum:
a. Anastesi dimasukkan ke dalam septum prosesus alveolaris interdental yaitu
sebelah mesial dan distal gigi bersangkutan
b. Pakai jarum pendek dengan tekanan besar dan tegak lurus papilla interdental
(kortkila agak tipis, terdapat prorositas lapisan kortikal)
c. Anastesi 1 cc
Bila menggunakan bor
a. Lakukan pemboran tepat dibawah papilla interdental hingga menembus ke
lapisan tulang konselus
b. Lalu insersikan anastesi ¼ cc
14. Intradental
Sama dengan kontak pulpa anastesi. Diperlukan tekanan pada anastesi
intradental, Indikasi dilakukannya teknik ini:
a. Ekstirpasi vital pulpa
b. Pulpa terbuka dan tertutup
Teknik anastesi intradental:
a. Pada pulpa tertutup lakukan dahulu infiltrasi anastesi. Kemudian buka pulpa
menggunakan bor. Selanjutkan aplikasikan kapas berisi prokain epineprin atau
larutan larutan anastesi diletakkan di atas kavitas dengan tekanan beberapa
menit.
b. Pada pulpa terbuka melalui karies yang sudah dibersihkan, aplikasikan kapas
berisi prokain epineprin atau larutan anastesi diletakkan di atas kavitas dengan
tekanan beberapa menit.
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah
yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau
pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Anestesi blok pada daerah mandibula
teranestesi setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah,
mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut
dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula.
Karena N. Bukalis tidak teranestesi maka apabila diperlukan, harus dilakukan
penyuntikan tambahan sehingga pasien menerima beban rasa sakit.
Nerve block anestesi rahang bawah dengan teknik Fischer dengan prosedur :
Pasien di dudukkan dengan kepala setinggi pundak operator. Pasien disuruh membuka
mulut selebar-lebarnya supaya nervus alveolaris inferior berada di daerah yang sama
dengan sulkus mandibula. Sandaran kepala distel sedemikian rupa hingga dataran oklusal
dari rahang bawah dalam keadaan membuka mulut sejajar dengan lantai. Dibuthkan spuit
dengan 2cc anestetikum dan jarum panjangnya paling sedikit 42mm. Ini perlu karena
pada bagian jarum yang masuk ke jaringan lebih kurang 20mm gunanya apabila jarum
patah tidak segera menghilang dimukosa jadi mudah di ambil. Untuk melakukan anestesi
dari nervus alveolaris kanan, kita berdiri didepan sebelah kanan dari pasien. Palpasi
dengan telunjuk kiri pada mukosa bukal dari molar terakhir sampai menyentuh margo
anterior dari ramus asendens. Kemudian raba lagi lebih ke posterior yaitu krista
buksinatoria. Telunjuk kiri kita tempatkan pada dataran oklusal dari molar dan ujung jari
telunjuk kebelakang dari krista tadi adalah tempat masuknya jarum (tempat masuknya
jarum 1cm diatas bidang oklusal dari molar sedikit kebelakang dari krista buksinatoria).
Spuit dipegang dengan cara pensgrap datang dari arah premolar kiri dan jarum dengan
bevel kearah ke tulang ditusukkan (jarum tegak lurus pada tulang). Sesudah jarum masuk
ke dalam mukosa dan menyentuh tulang,spet dialihkan kemesial,ke regio gigi depan
kemudian jarum diteruskan kebelakang 1- 1 ½ cm. Aspirasi sedikit untuk melihat apakah
jarum menembus pembuluh darah atau tidak. Jika tidak ada darah yang masuk kita
deponer anestesi sebanyak 1 - 1 ½ cc. Lalu jarum ditarik kembali 1 ½ cc deponer 0,4 cc
untuk memblokir nervus ligualis, sesudah 5 sampai 10 menit terjadilah pati rasa.