1. RAMA NOOR
2. RAMA ADITYA PRATAMA
3. ZAHRUL FAIZAL FAQIH
4. ZILDAN RABBANI
5.FAIZ KHASBI AZAMI
TUGAS :
MENCARI 10 LAGU DAERAH
1.Cing Cangkeling
Lagu Cing Cangkeling adalah lagu tradisional anak-anak yang berasal dari daerah Jawa
Barat. Dengan demikian, lagu ini pun menggunakan bahasa Sunda dalam liriknya. Seperti
layaknya lagu anak lainnya, lagu Cing Cangkeling biasanya dinyanyikan dengan nada yang
gembira dan penuh semangat. Begitulah umumnya lagu anak diciptakan karena
menyesuaikan dengan sifat asli anak-anak yang selalu ceria, bergembira, dan bersemangat.
Lagu ini biasanya sering dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain ucing-ucingan (petak
umpet). Anak-anak dan orang dewasa banyak yang hafal namun hanya sedikit yang tahu
mengenai artinya.
Ada banyak kontroversi yang beredar tentang siapa sebenarnya pengarang lagu Cing
Cangkeling ini. Banyak sumber yang mengatakan bahwa pencipta aslinya belum diketahui
sampai saat ini. Tapi, ada juga yang menjelaskan bahwa orang yang pertama kali
menciptakan lagu ini adalah Benny Corda, seorang gitaris, penyanyi dan pencipta lagu yang
cukup terkenal pada tahun 50-an.
Tangga nada yang dimainkan atau digunakan pada lagu Cing Cangkeling adalah
Moderato. Tangga nada Moderato memiliki karakterisitik musik yang gembira, lincah,
bersemangat, dan menyenangkan. Slendro memiliki lima tangga nada primer, yaitu do, re,
mi, sol, la. Birama pada lagu ini yaitu 2/4, tanda birama 2/4 mengandung arti bahwa setiap
birama ada dua ketukan. Setiap ketukanya bernilai not seperempat atau ada dua not
seperempat dalam setiap biramanya.
Berikut lirik lagu Cing Cangkeling yang ditulis dalam bahasa Sunda beserta artinya, agar
bisa ditirukan untuk bernyanyi.
Sepintas dilihat dari lirik lagunya, syair yang terdapat dalam lagu ini seperti tanpa makna,
namun ternyata tersirat makna yang dalam.Makna dan artinya yaitu menggambarkan isi hati
atau perasaan manusia yang diibaratkan dengan seekor burung. Hati manusia tidak selalu
tetap, ada kalanya ia goyah dan pindah.Hati yang baik adalah hati yang penuh ketenangan,
ketetapan dan tidak mudah goyah.Dengan hati yang tenang tentunya menumbuhkan rasa
kedamaian serta menuntun manusia ke jalan kebaikan. Dengan segala kebaikan dalam
hidup kita, akan menghantarkan kita ke jalan yang direstui-Nya.
2.Bubuy Bulan
Bubuy Bulan adalah lagu daerah Jawa Barat yang diciptakan oleh Benny Corda, seorang
musisi dan pencipta lagu era tahun 1950-an.Selain lagu Bubuy Bulan, Benny Corda juga
menciptakan lagu berjudul Seruling Senja dan Padamu Srikandi. Lagu Bubuy Bulan
diciptakan oleh Benny Corda karena terinspirasi dari seorang gadis yang sedang
mengagumi pujaan hati.Ia jatuh hati kepada lelaki yang sering ia jumpai setiap pagi. Ia
terpesona dengan sorot matanya yang menyentuh hati.Ia berharap dapat bertemu
seseorang itu pada setiap bulannya, dan berharap dapat berjodoh agar selalu bertemu tiap
hari.
Lagu Bubuy Bulan memiliki birama 4/4, dinyanyikan dengan tempo Andante yang artinya
sedang dengan kecepatan 100 Bpm, dalam nada dasar DO=G#/A. Lagu tersebut memiliki
nada paling tinggi pada nada 6(La Sedang) dan terendah pada nada 6* (La rendah).
Lagu Bubuy Bulan biasanya jadi pengganti lagu nina bobo, untuk menidurkan anak-anak
Sunda. Berikut ini lirik lagu Bubuy Bulan beserta artinya:
Bubuy Bulan
(Memepes bulan)
Bubuy Bulan sanggray bentang
(Memepes bulan menyangrai bintang)
Panon poe
(Matahari)
Panon poe disasate
(Matahari disate)
Unggal bulan
(Setiap bulan)
Unggal bulan abdi teang
(Setiap bulan saya cari)
Unggal poe
(Setiap hari)
Unggal poe oge hade
(Setiap hari juga baik)
Situ ciburuy
(Danau ciburuy)
Laukna hese dipancing
(Ikannya susah dipancing)
Nyeredet hate
(Hati bergetar)
Ningali ngeplak caina
(Melihat air yang jernih)
Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing
(Tuh, itu siapa yang melintas setiap hari)
Nyeredet hate
(Hati bergetar)
Ningali sorot socana
(Melihat sorot matanya)
Jadi makna terdalam dari sebuah lagu berjudul Bubuy Bulan yang berasal dari daerah
Jawa Barat ini adalah menceritakan mengenai suara hati seseorang yang sedang
memikirkan dan merindukan akan sosok seseorang yang ia cintai yang sedang jauh darinya
dan sulit untuk ia temui, sehingga membuatnya mencari-cari setiap bulan bahkan setiap hari
dengan harapan bisa bertemu dengan orang yang ia cintai itu. Dalam teriknya siang hingga
dinginnya malam berbintang ia tetap mencarinya, namun orang yang ia cintai itu sangat sulit
dicari layaknya Situ Ciburuy yang ikannya sulit dipancing, sehingga ia merasakan hatinya
begitu sakit. Lalu setiap pagi ia selalu bertatapan dengan seseorang yang lewat
dihadapannya dan ia merasa lebih sakit hati lagi karena sorot matanya saat bertatapan itu
sangat mengingatkannya dengan orang yang selama ini ia cari-cari. Secara tidak langsung
lagu ini juga menyelipkan suatu makna yaitu memperkenalkan suatu tempat yang khas
dengan Jawa Barat yaitu Situ Ciburuy yang merupakan salah satu kekayaan alam yang ada
di daerah Jawa Barat sehingga membuat lagu ini begitu berbeda dan terkesan begitu khas
dengan kebudayaan Jawa Barat dan ditambah lagi dengan liriknya yang digarap dengan
menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda sehingga memperkental kebudayaan
Jawa Barat.
3. Bungong Jeumpa
Lagu daerah Bungong Jeumpa (aksara Jawoë: )بوڠوڠ جمڤاberasal dari salah satu daerah
di Sumatera, yaitu Provinsi Aceh. Bungong Jeumpa dalam bahasa Aceh artinya adalah
bunga cempaka. Bunga cempaka sendiri berasal dari India. Namun nama bunga ini sendiri
berasal dari Bahasa Sansekerta. Bunga cempaka yang memiliki wangi khas ini terkenal
dengan warna putih atau kuningnya yang indah. Bunga cempaka mudah ditemui di tanah
Aceh, karena biasa ditanam di pekarangan rumah warga. Lagu Bungong Jeumpa ini pun
dapat dinyanyikan sebagai pengiring perhelatan yang penting seperti pernikahan dan
upacara adat. Pada saat sekarang lagu Bungong Jeumpa biasa digunakan untuk mengiringi
tari seperti tari Saman dari Aceh.
Lagu ini dinyanyikan dengan tempo Adante (sedang) dengan birama yaitu 4/4 dan
bertangga nada Diatonis Mayor.
Bungong Jeumpa dalam lagu daerah ini memiliki makna bunga yang harum. Lagu daerah
yang terkenal ini memiliki arti penting dalam kebudayaan Aceh. Lagu daerah Bungong
Jeumpa menggambarkan semangat dan semangat dan keindahan tanah Aceh dan menjadi
simbol bunga khas di Kesultanan Aceh Bungong Jeumpa atau bunga cempaka adalah
bunga kebanggaan rakyat Aceh.
4. Sinanggar Tulo
Sinanggar Tulo merupakan lagu daerah berbahasa Batak dan Melayu yang berasal dari
Provinsi Sumatera Utara. Lagu ini biasanya digunakan untuk memeriahkan Tari Tortor yang
dinyanyikan dengan riang. Lagu Sinanggar Tulo diciptakan oleh S.Dis dan kemudian
dipopulerkan oleh Viky Sianipar pada 2018 silam. Lirik lagu Sinanggar Tulo ini ternyata
memiliki arti yang cukup mendalam. Makna yang terkandung yakni tentang perasaan cinta
seorang pemuda yang tidak direstui orang tua, namun tetap berusaha untuk mendapatkan
kekasihnya.
Lagu Sinanggar Tulo memiliki birama 4/4, dinyanyikan dengan tempo Allegro (120-156)
bpm, dalam nada dasar DO=G. Lagu tersebut memiliki nada paling tinggi pada nada Sol
Sedang (5) dan terendah pada nada Re Sedang (2)
Tu di ama luluan
(Kepada bapak mencari)
Da goreng goreng bahen soban
(Yang goreng goreng buat kayu bakar)
Sai tu di ama luluan
(Selalu kepada bapak mencari)
Da boru to bing bahen dongan
(Bukankah saudara buat teman)
Lagu Butet yang berasal dari Sumatera Utara merupakan salah satu lagu yang terkenal.
Sama seperti lagu daerah lainnya di Indonesia, lagu daerah Butet juga memiliki lirik
menggunakan bahasa daerah. Butet adalah panggilan terhadap anak perempuannya oleh
masyarakat suku Batak dalam bahasa daerah.
Tempo yang digunakan dalam lagu Butet yaitu tempo sedang berupa 4/4 Adante
Cantabile. Artinya bahwa Arti tanda tempo ini sedang namun agak lambat. Adapun nada
dasar pada lagu Butet adalah F=DO, dan kadangkala ada beberapa partitur yang
menggunakan nada dasar C-DO.
Butet adalah lagu daerah dari Provinsi Sumatera Utara. Dari penelusuran berbagai referensi
sejarah, belum dipastikan siapa pencipta lagu ini.Dari liriknya tersirat latar lagu ini dicipta,
yakni saat berkecamuk perang melawan penjajah di ranah Sumatera Utara. Isinya pesan
kepada anak perempuan sembari menunggu ayahnya yang tengah berperang. Lagu ini
memberikan pesan agar sang anak perempuan juga memiliki semangat patriotik agar sang
anak bisa meneruskan perjuangan ayahnya. Butet adalah sebutan anak perempuan dalam
bahasa Batak.Saat dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi Batak yang memiliki suara kuat
melengking dengan warna khas, lagu Butet terdengar menyayat dan pesannya kian
menghunjam. Melansir Buletin Haba (2018) dalam artikel berjudul "Kandungan Nilai
Perjuangan Pada Nyanyian Rakyat “Butet” Sumatera Utara", bahwa menurut Brunvand
maka lagu ini juga tergolong dalam nyanyian rakyat yang berfungsi yaitu sebagai nyanyian
kelonan dan nyanyian kerja.
6. Manuk Dadali
Dari banyaknya lagu daerah asal Jawa Barat, lagu Manuk Dadali ini pasti ada di jajaran
teratas yang terpopuler. Lagu Manuk Dadali diciptakan oleh Sambas Mangundikarta pada
tahun 1960an dan menjadi populer sejak saat itu. Rasanya orang Sunda akan hapal dengan
lagu Manuk Dadali ini. Di balik lirik lagunya, ada semangat nasionalisme dan kebanggaan
atas lambang negara.
Lagu ini berbirama 2/4 dengan tempo Moderatto (sedang agak cepat) artinya lagu ini
dinyanyikan dengan gembira, hidup, lancar, dan dengan gerakan dan nada dasar yang
sering dipasang yaitu DO =C.
Manuk Dadali dalam bahasa Indonesia merupakan Burung Garuda, lambang Negara
Republik Indonesia. Karena itu, lagu ciptaan Sambas ini digolongkan sebagai lagu daerah
atau lagu wajib daerah. Dari lagu ini, Sambas sang pencipta menujukan kehebatan Burung
Garuda yang merupakan lambang Negara Indonesia. Disebutkan dalam lirik tersebut bahwa
Burung Garuda memiliki karakter yang tegas, pemberani, dan kuat. Selain itu, pada lirik lagu
Manuk Dadali, disebutkan juga bahwa Indonesia adalah negara yang selalu damai dan akan
terus bersatu.Seiring dengan perkembangan zaman, kini lagu Manuk Dadali sudah
dikombinasikan degan tarian. Tarian yang diberi nama sama dengan lagunya, Manuk Dadali
merupakan karya warga Jawa Barat. Bahkan lagu dan tarian Manuk Dadali sudah dikenal
sampai mancanegara.Nah, itu tadi beberapa informasi tentang lagu Manuk Dadali.
7. Gending Sriwijaya
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang,
Sumatra Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari
Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya,
kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan
wilayah Barat Nusantara.
Lagu ini dibawakan dengan tempo Andante artinya perlahan lahan dan memiliki birama
yaitu 4/4
Dalam nyanyian tersebut ia menguraikan kondisi pada masa Kerajaan Sriwijaya. Seperti
yang disebutkan dalam lirik, di Kerajaan Sriwijaya pernah memiliki mahaguru Buddhis yaitu
Dharmapala, Sakyakirti dan Dharmakirti. Ketiganya mengajarkan dan menyebarkan Agama
Buddha, serta dihormati hingga di Nalanda, universitas Buddhis terkemuka yang ada di
India. Berbagai penemuan arkeolog seperti stupa-stupa, inskripsi batu dan peninggalan lain,
mengindikasikan bahwa ibu kota Kerajaan Sriwijaya berada di sekiat Bukit Seguntang
(Siguntang) seperti yang disebutkan dalam lirik bait ke-2. Pada bait ke-3, menyiratkan
kondisi Candi Borobudur pada masa Kerajaan Sriwijaya yang kokoh dan terkenal se-Asia.
Sedangkan pada bait terakhir, menyiratkan keberadaan taman bernama Sri Ksetra yang
dikuatkan dengan penemuan Prasasti Talang Tuo (684). Taman Sri Ksetra adalah taman
yang dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Maharaja pertama Sriwijaya. Lagu Gending
Sriwijaya bisa dikatakan sebagai satu-satunya lagu daerah atau lagu tradisional klasik di
Indosesia yang bernuansa Buddhis. Sangat disayangkan jika lagu daerah ini tidak
dilestarikan bahkan tidak diketahui oleh umat Buddhis Indonesia sendiri.
8. Kicir-Kicir
Budaya Betawi yang terkenal adalah lagu daerahnya dan salah satunya adalah lagu
Kicir-Kicir. Kicir-Kicir merupakan lagu daerah populer yang berasal dari DKI Jakarta.
Lagu ini mudah diingat karena bentuknya yang seperti pantun a-a-a-a dan a-b-a-b.
Kicir-Kicir menggambarkan budaya suku Betawi di Jakarta yang gemar berpantun.
Tradisi berbalas pantun disebut diadaptasi dari budaya Melayu dan China.lagu ini juga bisa
digunakan untuk mengiringi tari
Tempo lagu Kicir-Kicir yaitu Moderatto artinya sedang agak cepat dan berbirama 4/4
Apa makna yang terkandung dalam lagu kicir kicir yakni menceritakan seseorang yang
sedang menghibur dirinya dan orang lain pada kesempatan waktu yang sama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa lagu kicir-kicir ini memiliki isi makna hidup untuk selalu bersuka
cita didalam menjalani kehidupan didunia ini apapun yang terjadi dan juga terdapat filosofi
hidup didalamnya.
9. Yamko Rambe Yamko
Lagu daerah ini dikenal berasal dari kepulauan paling timur Indonesia yaitu Papua.Lagu
Yamko Rambe Yamko disebut menceritakan tentang daerah yang sedang mengalami
peperangan antar suku.Melodinya yang penuh semangat membuat lagu ini sering dijadikan
yel-yel atau lagu penyemangat dalam kegiatan pramuka di sekolah. Meski sudah dikenal
dan identik dengan budaya atau imej Papua, ternyata ada anggapan dari penduduk dan
seniman setempat bahwa lagu Yamko Rambe Yamko bukanlah lagu yang berasal dari
Papua sendiri. Bahasa yang digunakan disebut enggak dikenali sebagai bahasa asli Papua,
namun hingga saat ini hal tersebut belum bisa dipastikan mengingat di Papua terdapat
kurang lebih 250 jenis bahasa lokal yang dikenal di masyarakat.
Lagu Yamko Rambe Yamko bernada dasar Do = C, berirama 4/4 dan bertempo sedang
(Moderato). Nada rendah berada di middle C (C4) dan tertinggi satu oktaf (C5).
Lirik:
Hee yamko rambe yamko, aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko, aronawa kombe
Teemi nokibe kubano ko bombe ko yuma no bungo awe ade
Teemi nokibe kubano ko bombe ko yuma no bungo awe ade
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Arti:
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Sungguh pembunuhan di dalam negeri
sebagai bunga bangsa
Sungguh pembunuhan di dalam negeri
sebagai bunga bangsa
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertaburan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh di taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertaburan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh di taman pahlawan.
Jika dilihat dari arti lagu di atas, maka lagu Yamko Rambe Yamko sebenarnya
mengandung cerita sedih yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Papua yang
dahulunya sering terlibat perselisihan antar suku ataupun peperangan melawan penjajah
Belanda. Lagu yang mengisahkan peperangan ini banyak menympan nilai-nilai
kepahlawanan di dalamnya. Lagu ini menggambarkan sang pelantun yang ingin menjadi
pahlawan atau bunga bangsa untuk ikut berperang, berjuang, dan berkorban demi bangsa
Indonesia. Bahkan ia juga rela mati untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia
dari tangan penjajah. Ketika peperangan tersebut usai, lagu Yamko Rambe Yamko masih
terus dinyanyikan. Bahkan sampai sekarang, lagu tersebut masih menjadi lagu favorit yang
kerap kali disenandungkan oleh anak pramuka Indonesia sebagai yel-yel mereka. Selain itu,
lagu Yamke Rambe Yamko sampai kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Papua sendiri
guna memberikan semangat dan motivasi kepada mereka dalam bekerja dan membangun
daerahnya agar semakin maju.
10. Gambang Suling
Lagu Gambang Suling merupakan lagu yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Gambang suling merupakan lagu ciptaan seorang maestro kesenian asal Jawa Tengah, Ki
Narto Sabdo. Beliau adalah seorang musikus dan dalang wayang kulit legendaris yang
menciptakan ratusan lagu atau gending jawa yang populer dan digemari masyarakat.
Judul-judul lagunya antara lain Prau Layar, Ngundhuh Layang, Klinci Ucul, Caping Gunung,
dan tentunya Gambang Suling. Lagu ini diciptakan karena terinspirasi dari kekaguman Ki
Narto Sabdo pada alat musik suling yang punya bunyi dan nada-nada yang indah.Lirik
lagunya singkat dengan lima baris lirik yang diulang sebanyak dua kali. Lagu ini sederhana
dan mudah dipelajari oleh anak-anak, enggak heran banyak anak-anak khususnya yang
besar di Jawa Tengah familiar dengan lagu ini. Yuk, simak lirik dan juga arti dari lagu
gambang suling ciptaan Ki Narto Sabdo di bawah ini.Lagu ini sering digambarkan sebagai
ekspresi kesedihan, meski sebenarnya liriknya menceritakan tentang keindahan
suling/seruling yang punya melodi indah dan enak didengar.
Lagu Gambang Suling merupakan lagu daerah dari Jawa Tengah yang dinyanyikan
dengan tempo andante. Andante merupakan tempo lagu yang memliki kecepatan seperti
berjalan kaki (76-108 bpm). Tanda tempo yang digunakan adalah 4/4 Andante Cantable.
Artinya, lagu dinyanyikan dengan kecepatan sedang, akan tapi lebih lambat sedikit,
sigrak kendangane
(Mantap bunyi kendangnya)
Lagu ini memiliki makna sebagai ungkapan kekaguman terhadap instrumen dari alat
musik suling yang memiliki suara yang sangat merdu. Suling tersebut dapat membentuk
harmonisasi yang enak didengar saat dimainkan bersama dengan kentrung dan ketipung. Si
Pencipta, Ki Narto Sabdo nampaknya sangat menyukai bunyi dari alat musik seruling ini.
Terlihat dari baris ke 2, tulat-tulit kepenak unine. Baris tersebut memiliki arti bahwa suara
suling yang seperti tulat tulit sangatenak untuk didengarkan. Suara seruling juga dapat
mengharukan jika didengar dengan teliti. Seruling akan lebih matap lagi apabila dimainkan
bersama kencrung dan ketipung.