Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PEMILIHAN MATERIAL FIRE PROOFING/


BATU TAHAN API

OLEH:

1. Andi Dwi Prasetyo (2001002)


2. Achmad Bambang Widoyono (2001016)
3. Bagus Yusuf Prabu Sinambela (2001030)
4. Feri Irawan (2001032)
5. Cloudio Yezriel Wongkar (2001036)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat Anda bekerja di lingkungan di mana terdapat potensi bahaya
api (flash fire), paparan panas, arc flash, atau debu yang mudah terbakar yang
menimbulkan risiko keselamatan, Anda perlu memastikan
apakah FR coverall yang Anda gunakan sudah tepat atau belum.
Setiap tahun tidak sedikit pekerja yang mengalami cedera bahkan
kematian akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu diperlukannya pemilihan
terhadap material tahan api untuk industri migas seperti fire proofing.
Fireproofing adalah bagian dari fire protection dan merupakan tindakan
pemadaman kebakaran pasif.  Fireproofing yang dimaksud disini adalah lapisan
dominan material sementasi (cementitious) yang menutupi skirt/saddle
(dudukan)/struktur baja penyangga vessel atau jaringan pipa pembawa dan
penyimpan material mudah terbakar (flammable). 
Fireproofing sendiri adalah bahan yang memberikan ketahanan pada
struktur bangunan baik yang terbuat dari baja, beton, maupun besi terhadap
kekuatan api selama beberapa waktu. Batu tahan api atau biasa disebut fire
brick adalah salah satu dari jenis material refractory dengan kategori Shaped
Refractory. Jenis dari Shaped Refractory adalah material tahan api yang sudah
terbentuk dan siap digunakan tanpa proses pencampuran bahan lain. Material
ini sudah melalui proses pencampuran bahan, pengeringan dan pembakaran
dengan suhu yang tinggi.
Sehingga tingkat kekerasan dan kekuatan sebelum digunakan sudah
maksimal. Batu tahan api mudah digunakan. Kelebihan Batu tahan api/fire
brick yaitu tahan terhadap suhu yang tinggi dan mampu mempertahankan
bentuk fisik dan kekuatannya. Produk ini sangat tahan dalam menahan
pembakaran di dapur pembakaran boiler, atau furnace.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan dan Penyebab Masalah


Lingkungan kerja yang tidak aman terjadi ketika seorang karyawan
tidak dapat melakukan tugasnya yang disyaratkan sehari-hari karena kondisi
fisik tempat kerja terlalu berbahaya. Kondisi berbahaya bagi pekerja minyak
dan gas meningkatkan risiko kematian akibat bahaya keselamatan dan
kesehatan
Berikut ini merupakan beberapa contoh beberapa permasalahan yang
terdapat pada material fireproofing pada industri migas.
1. Api dan Ledakan
Ini adalah kecelakaan utama dalam industri pengeboran minyak. Dalam
proses pengeboran, semburan, tersandung keluar dan swabbing, gas yang
mudah terbakar dapat keluar dan bereaksi dengan udara, potensi penyebab
ledakan.
2. Korosi
Permasalahan yang di hadapi adalah terjadinya korosi dibawah pasangan
fireproofing. Korosi adalah bentuk degradasi material permukaan metal
akibat metal berada pada kondisi lembab, terekspos bebas dan terkontaminasi
dengan lingkungan udara bebas.
3. Penyebab lainnya di mana ledakan dapat terjadi meliputi
Pekerjaan memotong atau mengelas di dekat bahan yang mudah terbakar
serta membuat lubang dengan ledakan di atas tanah. Ketika berada dilokasi
harus memiliki kesadaran situasional yang diperlukan, pelatihan keselamatan
untuk pencegah kebakaran serta pemilihan material yang tepat pun perlu di
perhatikan.
B. Dampak Permasalahan
Struktur penopang peralatan di industri migas yang diproteksi dengan fire
proofing tidak diproteksi dengan primer coating. Pada awalnya hal tersebut
bukanlah merupakan permasalahan, namun setelah digunakan 10 tahun
mulailah ada indikasi dan tanda-tanda terjadi retak-retak, laminasi dan
spalling pasangan fire proofing.
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi
korosi. Hal ini terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari
partikel-partikel yang bereaksi akan meningkat sehingga melampaui
besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju kecepatan reaksi (korosi)
juga akan makin cepat,
Dari hasil uji hole test pada lokasi retak, laminasi dan spalling diketahui
bahwa logam dibawah fire proofing tidak diproteksi dengan pimer coating
dan kondisi permukaannya lembab.
Dengan demikian diyakini bahwa penyebab korosi dibawah fire proofing
adalah logam struktur pipe rack dan penopang peralaan kilang tidak
diproteksi dengan primer coating.

C. Solusi Atas Permasalahan


Berdasarkan jurnal, asumsi yang akan dikembangkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Salah satu upaya menekan terjadinya korosi dibawah fireproofing adalah
dengan memasang lapisan penghambat (barier effect) berupa lapisan primer
coating. Jika lapisan penghambat (barier effect) promer coating berfungsi
dengan baik maka oksidasi permukaan logam dan korosi dibawah
fireproofing tidak akan terjadi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fireproofing sendiri adalah bahan yang memberikan ketahanan
pada struktur bangunan baik yang terbuat dari baja, beton, maupun besi
terhadap kekuatan api selama beberapa waktu.
Permasalahan yang sering di hadapi adalah terjadinya korosi
dibawah pasangan fireproofing. Korosi adalah bentuk degradasi
material permukaan metal akibat metal berada pada kondisi lembab,
terekspos bebas dan terkontaminasi dengan lingkungan udara bebas.
Metode aplikasi pengendalian korosi dibawah fire proofing
dengan metode primer coating.

B. Saran
Saran yang bisa kelompok lima berikan yakni menyadari bahwa
penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di
pertanggung jawabkan. Demikian makalah ini di susun untuk
menambah referensi untuk teman teman semua.

Anda mungkin juga menyukai