Anda di halaman 1dari 3

PERLAWANAN RAKYAT BANTEN TERHADAP BELANDA VOC Pesatnya perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan terbesar Nusantara menarik

keinginan VOC untuk menguasainya. Mereka melakukan cara kotor dengan memblokade
Lokasi Banten bisa dibilang sangat strategis, yakni sebagai bandar perdagangan dan kapal – kapal Cina dan juga kapal yang datang dari Maluku yang akan masuk ke Banten.
perniagaan internasional di asia. Adanya pelabuhan dan tata administrasi pemerintahan yang Karena sering mendapat pertentangan dari rakyat Banten, Belanda kemudian membangun
modern membuat perkembangan ekonomi rakyat Banten sangat cepat. Sebelum datangnya kota pelabuhan di Sunda Kelapa atau Jayakarta. Pelabuhan itu kemudian dinamakan Batavia
Belanda, orang-orang Portugis dan Inggris telah masuk ke daerah ini terlebih dahulu. oleh Belanda pada tahun 1619 M, sejak itu terjadi perebutan posisi sebagai bandar
perdagangan internasional antara Banten dan VOC.Ketika Pangeran Surya atau Sultan Ageng
Persaingan antara pedagang Eropa akhirnya dimenangkan oleh Belanda, orang portugis Tirtayasa naik tahta pada 1651 M, beliau berusaha memulihkan Banten sebagai pusat
melarikan diri setelah kalah perang dengan Belanda pada tahun 1601. Sementara itu, Inggris perdagangan internasional dengan melakukan beberapa langkah berikut:
keluar dari wilayah Banten pada tahun 1684. Kemudian Belanda melalui kongsi dagangnya
bernama VOC berusaha menguasai daerah Banten, sehingga memicu terjadinya konflik • Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis untuk ikut
bersejarah yang sekarang kita kenal dengan "Sejarah Perlawanan Rakyat Banten terhadap melakukan perdagangan di Banten.
VOC Belanda).
• Memperluas hubungan perdagangan dengan Cina, India dan Persia.
A. Latar Belakang Perlawanan Banten Terhadap VOC
• Mengirimkan kapal – kapal untuk mengganggu armada VOC
Banten sebagai kesultanan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa (1650-1682). Latar belakang terjadinya perlawanan rakyat Banten terhadap • Membangun saluran irigasi dari Sungai Ujung Jawa hingga ke Pontang sebagai persiapan
Belanda disebabkan karena VOC berusaha memonopoli perdagangan dan menghalang- untuk lalu lintas suplai ketika terjadi perang dan juga untuk mengaliri padi.
halangi perdagangan di Banten. Saat Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa perlawanan Banten
terhadap VOC dimulai, ditandai dengan ditolaknya segala aturan dan kebijakan yang Usaha VOC menguasai wilayah Banten ternyata tidak pernah berhasil dilakukan, sehingga
dikeluarkan oleh VOC, ia pun berusaha mengusir VOC dari Batavia. Belanda terpaksa membuat Bandar di Batavia pada tahun 1619. Pembangunan pelabuhan
dagang ini mengakibatkan persaingan antara Banten dan Batavia (Belanda) sebagai bandar
Perlawanan Rakyat Banten Terhadap VOC dilakukan sejak tahun 1619 saat VOC berusaha utama perdagangan internasional di Asia semakin memanas.
hendak merebut bandar pelabuhan Merak, yang membuat orang Banten sangat marah dan
menaruh dendam pada VOC.Apalagi VOC sudah dengan sewenang-wenang merebut Pada masa kejayaan, perkembangan Banten dengan segala usaha yang dilakukan oleh Sultan
Jayakarta yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Banten dan berusaha memblokade Ageng Tirtayasa untuk memulihkan perdagangan ternyata tidak disenangi oleh VOC. Usaha
pelabuhan dengan Kerajaan Banten.Untuk menghadapi bahaya dan ancaman Kerajaan VOC untuk melemahkan peran Banten sebagai bandar perdagangan dilakukan dengan licik,
Mataram, VOC berusaha mendekati Kerajaan Banten.Tetapi Banten sudah terlanjur menaruh yaitu melakukan blokade kapal-kapal dagang dari Maluku yang akan menuju Banten.
dendam pada Belanda. Pada Desember 1627 orang-orang Banten merencanakan
pembunuhan pada J.P. Coen.Tetapi rencana itu bocor dan sudah diketahui musuh. Kemudian Tumbuhnya Banten sebagai kota perdagangan internasional sangat dibenci oleh VOC,
mereka mengamuk dan membunuh beberapa orang Belanda. sehingga VOC sering menghadang kapal-kapal china yang akan menuju Banten, melihat
perbuatan licik VOC, Sultan Ageng melakukan tindakan balsan dengan mengganggu kapal-
Pada tahun 1633, saat VOC bertindak sewenang-wenang pada orang-orang Banten yang kapal dagang VOC rakyat Banten juga melakukan perusakan terhadap beberapa kebun
berlayar dan berdagang di Kepulauan Maluku, maka pecah lagi peperangan antara Banten tanaman tebu milik VOC. Akibatnya hubungan antara Banten dan Batavia semakin memburuk.
dan VOC.Orang-orang Banten adalah penganut Islam fanatik, sedang orang-orang Belanda Menghadapi serangan Banten VOC memperkuat diri dengan mendirikan benteng-benteng
adalah penganut Kristen. Orang-orang Banten yang fanatik menganggap orang-orang Belanda pertahanan di Batavia.
adalah kelompok kafir yang akan merusak kehidupan agama mereka.
B. Jalannya Perlawanan Banten Terhadap VOC dan Strateginya
Dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita, latar belakang
perlawanan Banten didasarkan pada dua hal, yaitu:Adanya keinginan VOC untuk memonopoli Jalannya Perlawanan Banten terhadap VOC dimulai ketika melakukan perusakan terhadap
perdagangan di kawasan pesisir Jawa.Adanya Blokade dan gangguan yang dilakukan VOC kebun-kepun milik VOC, salah satu sasarannya yakni tanaman tebu. Akibat serangan yang
terhadap kapal dagang dari China dan Maluku yang akan menuju Banten. dilakukan tersebut, VOC kemudian memperkuat pertahanan kota Batavia dengan mendirikan
benteng, salah satunya bernama Noordjwijk. Sultan Ageng Tirtayasa juga memperkuat
pertahanan Banten dengan membuat saluran irigasi yang membentang dari Sungai Pontang
sampai Sungai Untung Jawa.
Pembuatan saluran irigasi ini bertujuan untuk memudahkan transportasi perang dan sehingga VOC kemudian mendekati dan menghasut Sultan Haji agar urusan pemerintahan di
kepentingan irigasi pertanian. Gangguan dan serangan terhadap VOC terus dilakukan, salah Banten tidak dipisah-pisah dan jangan sampai kekuasaan jatuh ke tangan Arya Purbaya.
satu caranya dengan mengobarkan semangat anti VOC. Karena hasutan VOC ini Sultan Haji mencurigai ayah dan saudaranya.

Menghadapi serangan pasukan Banten, VOC terus memperkuat kota Batavia dengan Sultan Haji juga sangat khawatir, apabila dirinya tidak segera dinobatkan sebagai sultan,
mendirikan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Noordwijk. Dengan tersedianya sangat mungkin jabatan sultan itu akan diberikan kepada Pangeran Arya Purbaya. Tanpa
beberapa benteng di Batavia diharapkan VOC mampu bertahan dari berbagai serangan dari berpikir panjang Sultan Haji segera membuat persekongkolan dengan VOC untuk merebut
luar dan mengusir para penyerang tersebut. Sementara itu untuk kepentingan pertahanan, tahta kesultanan Banten. Timbullah pertentangan yang begitu tajam antara Sultan Haji
Sultan Ageng memerintahkan untuk membangun saluran irigasi yang membentang dari dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam persekongkolan tersebut VOC sanggup membantu
Sungai Untung Jawa sampai Pontang. Sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten tetapi dengan empat syarat.

Semakin kuatnya pasukan Banten, ditambah dengan kurangnya persiapan VOC dalam  Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC.
menghadap Banten karena sedang berperang dengan Makasar membuat VOC pada sekitar  Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan para
bulan November dan Desember 1657 mengajukan penawaran gencatan senjata. Pertempuran pedagang Persia, India, dan Cina.
antara Banten dan VOC ini sangat merugikan kedua belah pihak. Gencatan senjatapun baru  Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji.
dapat dilakukan setelah utusan VOC dari Batavia mendatangi Sultan Ageng Tirtayasa pada  Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera
tanggal 29 April 1658 dengan membawa rancangan perjanjian yang berisi sepuluh pasal. ditarik kembali.
Diantara pasal tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa mengajukan dua pasal perubahan.
Isi perjanjian ini disetujui oleh Sultan Haji. Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji
Namun, hal tersebut ditolak oleh VOC sehingga perlawanan dan peperangan kembali terjadi berhasil merebut Kesultanan Banten. Istana Surosowan berhasil dikuasai. Sultan Haji menjadi
penolakan dari VOC tersebut semakin menguatkan keyakinan Sultan Ageng Tirtayasa bahwa Sultan Banten yang berkedudukan di istana Surosowan. Sultan Ageng kemudian membangun
tidak akan ada kesesuaian pendapat antara kesultanan Banten dengan VOC sehingga jalan istana yang baru berpusat di Tirtayasa.
satu-satunya adalah dengan kekerasan, yaitu berperang. Oleh sebab itu, Sultan Ageng
Tirtayasa mengumumkan perang sabil dengan terlebih dahulu mengirimkan surat ke VOC Tindakan Sultan Haji menimbulkan reaksi dari rakyat Banten dan tidak mengakuinya sebagai
pada tanggal 11 Mei 1658. Pertempuran antara VOC dengan pasukan Banten berlangsung Sultan. Rakyat Banten memilh berperang melawan VOC serta Sultan Haji demi kesetiaan
secara terus menerus mulai dari bulan Mei 1658 sampai dengan tanggal 10 Juli 1659. mereka pada Sultan Ageng Tirtayasa.Bersama pasukan dan rakyat yang masih setia Sultan
Ageng Tirtayasa. merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji yang didukung VOC.
Gencatan senjata ini dimanfaatkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk melakukan konsolidasi
kekuatan, diantaranya menjalin hubungan dengan Inggris, Perancis, Turki, dan Denmark,
dengan tujuan memperoleh bantuan senjata. Gencatan senjata ini membuat blokade yang
dilakukan oleh VOC terhadap pelabuhan Banten kembali dibuka. Berbagai cara yang dilakukan C. Akhir Perlawanan Banten Terhadap VOC
oleh Sultan Ageng Tirtayasa membuat Banten berkembang dengan pesat. Hal tersebut
Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji yang
memicu Gubernur Jendral Ryklop van Goens sebagai pengganti Gubernur Jendral Joan
didukung VOC. Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana
Maetsuyker menulis surat yang ditujukan kepada kerajaan Belanda tertanggal 31 Januari
Surosowan. Sultan Haji terdesak dan segera meminta bantuan tentara VOC. Datanglah
1679 tentang usaha untuk menghancurkan dan melenyapkan Banten.
bantuan tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar dapat dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa
sebagai raja pembantu yang lebih dikenal dengan nama Sultan Haji. Sebagai raja pembantu akhirnya meloloskan diri bersama puteranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Mereka
Sultan Haji bertanggung jawab urusan dalam negeri, dan Sultan Ageng Tirtayasa bertanggung masih melancarkan serangan sekalipun dengan bergerilya. Tentara VOC terus memburu.
jawab urusan luar negeri dibantu puteranya yang lain, yakni Pangeran Arya Purbaya. Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke arah Bogor.
Pemisahan urusan pemerintahan di Banten ini tercium oleh perwakilan VOC di Banten W.
Sejak itu ia diburu VOC agar mau menyatakan diri takluk pada kuasa VOC dalam sejarah
Caeff.
perang Banten. Sultan Ageng beserta Pangeran Purbaya dan Syeikh Yusuf, menantunya
VOC melakukan Devide et Impera atau politik adu domba untuk mengambil alih daerah mengamankan diri dan mendirikan markas di Lebak atau yang sekarang dikenal sebagai
Banten. VOC memanfaatkan putra mahkota bernama Sultan Haji untuk mendapatkan Rangkasbitung. Sultan Ageng melancarkan pertempuran dengan Belanda selama setahun,
kelemahan Sultan Ageng Tirtayasa. VOC melihat ambisi Sultan Haji untuk memimpin Banten, namun sering menderita kerugian hingga Syeikh Yusuf tertangkap. Akhirnya pada bulan Maret
1683, Sultan Ageng Tirtayasa dengan tipu muslihat VOC dapat ditangkap dan ditawan di Karena perjanjian ini harus tetap terpelihara dan berlaku terus hingga masa yang akan
Batavia. menyerah kepada Belanda dan ditawan di Batavia hingga akhir hayatnya pada 1692. datang, maka Paduka Sri Sultan Abdul Kahar Abu Nasr beserta seluruh keturunannya
Syeikh Yusuf dibuang ke Ceylon. haruslah menerima seluruh pasal perjanjian ini, dimaklumi serta dianggap suci, dipercayai
dan benar-benar akan dilaksanakan oleh segenap pembesar kerajaan tanpa penolakan,
Setelah itu, pemberontakan terus terjadi meskipun VOC telah beberapa kali meminta Sultan demikian pula dari pihak kompeni. Perjanjian inilah yang menandai berakhirnya kekuasaan
Ageng Tirtayasa untuk menyerah. Untuk menyelesaikan perlawanan tersebut, Sultan Haji kesultanan Banten, dan dimulainya monopoli VOC atas Banten. Dengan demikian berakhirlah
mengutus 52 orang keluarganya untuk membujuk Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah berhasil perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa setelah dikhianati oleh anaknya sendiri.
dibujuk, Sultan Haji dan VOC menerapkan tipu muslihat dengan mengepung iring-iringan
Sultan Ageng Tirtayasa menuju ke istana Surosowan pada tanggal 14 Maret 1683. Sultan Namun harus diingat bahwa semangat juang Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya
Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap, namun Pangeran Arya Purbaya berhasil lolos. tidak pernah padam. Ia telah mengajarkan untuk selalu menjaga kedaulatan negara dan
mempertahankan tanah air dari dominasi asing. Hal ini terbukti setelah Sultan Ageng
Baru setelah melalui tipu muslihat pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil Tirtayasa meninggal, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC terus berlangsung. Misalnya
ditangkap dan ditawan di Batavia sampai meninggalnya pada tahun 1692. Sultan Haji sendiri pada tahun 1750 timbul perlawanan yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan
akhirnya naik tahta dengan restu VOC, memerintah dari tahun 1682 sampai dengan 1687. ini ternyata sangat kuat sehingga VOC kewalahan menghadapi serangan itu. Dengan susah
Pada tanggal 17 April 1684, ditandatanganilah perjanjian dalam bahasa Belanda, Jawa, dan payah akhirnya perlawanan yang dipimpin Ki Tapa dan Ratu Bagus ini dapat dipadamkan.
Melayu yang berisi 10 pasal yang isinya sebagai berikut:
D. Tokoh Tokoh Perlawanan Banten
 Perjanjian 10 Juli 1659 tetap masih berlaku dengan utuh kecuali beberapa hal yang
diubah dalam perjanjian ini. Di samping itu untuk kedamaian antara Banten dan Tokoh-tokoh yang terkenal dalam perlawanan Banten meliputi : Sultan Ageng Tirtayasa, Ki
kompeni Belanda, maka Banten dilarang memberikan bantuan dalam bentuk apapun Tapa, Sultah Haji, dan Arya Purbaya.
kepada musuh-musuh kompeni. Demikian juga Banten tidak boleh turut campur
dalam politik di Cirebon. E. Tujuan Perlawanan Banten
 Penduduk Banten tidak boleh datang ke Batavia, demikian juga sebaliknya, kecuali
ada keperluan khusus dengan mendapat surat izin dari yang berwenang. Apabila Tujuan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC adalah untuk membalas hal-hal licik yang
memasuki daerah-daerah tersebut tanpa surat izin, maka orang itu dianggap sebagai dilakukan Belanda, seperti memblokade kapal-kapal dari Maluku yang akan menuju bandar
musuh dan boleh ditangkap atau dibunuh. perdagangan internasional di Banten. Tujuan lain yaitu memulihkan perdagangan dan
 Sungai Untung Jawa (Cisadane) dan garis sambungnya ke selatan dan utara sampai mengusir VOC dari Batavia.
laut Kidul, menjadi batas daerah Banten dan kompeni.
F. Dampak Perlawanan Banten Terhadap VOC (Belanda)
 Apabila ada kapal milik kompeni atau milik Banten atau warganya terdampar atau
mendapat kecelakaan di laut Jawa dan Sumatra, maka haruslah mendapat Dampak positif perlawanan rakyat Banten terhadap VOC (Belanda) yaitu membuat semangat
pertolongan baik penumpangnya atau pun barang- barangnya. juang untuk mengusir bangsa asing yang menduduki wilayah Nusantara menjadi meningkat.
 Untuk kerugian-kerugian perang dan perampokan oleh penduduk Banten atas Selain itu, perlawanan juga mempengaruhi bandar perdagangan internasional di Banten
kompeni, maka Sultan harus menggantikan kerugian sejumlah 12.000 ringgit kepada sehingga bisa menjadi ramai kembali walau hanya sebentar.
kompeni.
 Tentara ataupun penduduk sipil atau siapa saja yang berani melanggar hukum yang Dampak Negatif perlawanan rakyat Banten yaitu wilayah Banten dapat dikuasai sepenuhnya
telah disepakati ini akan ditangkap dan diserahkan kepada kompeni. oleh VOC (kongsi dagang Belanda), sehingga monopoli dan kebijakan yang ditentukan harus
 Sultan Banten harus melepas tuntutannya atas Cirebon dan harus menganggap dipatuhi. Dampak negatif lain, kedudukan VOC di Nusantara menjadi lebih luas.
sebagai negara sahabat yang bersekutu di bawah lindungan kompeni.
 Sesuai dengan isi perjanjian tahun 1659 pasal 4 yang menyatakan bahwa kompeni
tidak memberikan sewa tanah atau rumah yang digunakan untuk loji, maka
menyimpang dari hal itu kompeni akan menentukan pembayaran kembali dengan
cara debet.
 Sultan berkewajiban untuk waktu yang akan datang tidak mengadakan perjanjian
atau persekutuan, perserikatan dengan kekuatan atau bangsa lain. Kerena hal itu
bertentangan dengan isi perjanjian ini.

Anda mungkin juga menyukai