Anda di halaman 1dari 5

- XI IPS 1 -

PERLAWANAN
BANTEN

ANGGOTA :
1. Claudia Febiana
2. Clessa Neta
3. Michelle Anastasia
4. Sasha Patrisia
A. Latar Belakang
Banten sebagai kesultanan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa (1650-1682). Latar belakang terjadinya perlawanan rakyat
Banten terhadap Belanda disebabkan karena VOC berusaha memonopoli
perdagangan dan menghalang-halangi perdagangan di Banten. Saat Sultan Ageng
Tirtayasa berkuasa perlawanan Banten terhadap VOC dimulai, ditandai dengan
ditolaknya segala aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh VOC, ia pun berusaha
mengusir VOC dari Batavia.

Usaha VOC menguasai wilayah Banten ternyata tidak pernah berhasil dilakukan,
sehingga Belanda terpaksa membuat Bandar di Batavia pada tahun 1619.
Pembangunan pelabuhan dagang ini mengakibatkan persaingan antara Banten dan
Batavia (Belanda) sebagai bandar utama perdagangan internasional di Asia semakin
memanas.

Pada masa kejayaan, perkembangan Banten dengan segala usaha yang


dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk memulihkan perdagangan ternyata
tidak disenangi oleh VOC. Usaha VOC untuk melemahkan peran Banten sebagai
bandar perdagangan dilakukan dengan licik, yaitu melakukan blokade kapal-kapal
dagang dari Maluku yang akan menuju Banten.

B. Kronologi
Pada masa kolonial, Banten merupakan salah satu kesultanan yang sangat maju
sehingga banyak menarik pedagang untuk singgah di sana, salah satunya Belanda. Di
bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1650-an, Banten mulai
mengalami perkembangan pesat dan menjadi daerah yang populer.

Kondisi ini kemudian membuat VOC tertarik untuk memonopoli perdagangan di


kawasan pesisir Jawa, termasuk Banten. Untuk bisa mengambil alih wilayah Banten,
VOC melakukan Devide et Impera atau Politik Adu Domba. VOC menghasut putra
mahkota Sultan Haji untuk merebut kekuasaan sang ayah, Sultan Ageng Tirtayasa.
Kala itu, Sultan Haji sedang tidak akur dengan sang ayah. Terjadilah perjanjian
antara VOC dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dari
Kesultanan Banten.

Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa sejak lama memang sudah menentang
politik pemerintah Hindia Belanda. Hal ini disebabkan tindakan monopoli
perdagangan yang dilakukan VOC. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa
memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.

Sebanyak dua kapal Belanda dirusak oleh Banten, kebun-kebun tebu di daerah
Angke-Tangerang milik Belanda juga dirusak, sehingga VOC terpaksa menutup
kantor dagangnya. Pada 1681, Istana Surosowan berhasil direbut oleh Sultan Haji
dan VOC, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa berpindah ke daerah Tirtayasa untuk
mendirikan keraton baru. Sultan Ageng Tirtayasa segera mengumpulkan bekal dan
kekuatan untuk kembali merebut Istana Surosowan. Satu tahun berselang, pasukan
Sultan Ageng berhasil mendesak pasukan Sultan Haji pada 1682. Sultan Haji yang
mulai kewalahan berusaha meminta bantuan kepada VOC. Bersama dengan VOC,
Sultan Haji mampu meredam perlawanan dan memukul mundur pasukan Sultan
Ageng sampai ke Bogor.

Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC pada 1683.
Ia pun langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan. Setelah Sultan
Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten. Dengan
tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC pun
usai. VOC dinyatakan berhasil menaklukkan Banten serta memonopoli perdagangan
di kawasan pesisir Jawa.

C. Tujuan
Tujuan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC adalah untuk membalas hal-hal
licik yang dilakukan Belanda, seperti memblokade kapal-kapal dari Maluku yang
akan menuju bandar perdagangan internasional di Banten. Tujuan lain yaitu
memulihkan perdagangan dan mengusir VOC dari Batavia.

D. Tokoh Penting
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam perlawanan Banten meliputi :
- Sultan Ageng Tirtayasa
- Ki Tapa
- Sultah Haji
- Arya Purbaya
E. Akhir Perlawanan Banten terhadap VOC
Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari
Sultan Haji yang didukung oleh VOC. Pada tahun 1682, pasukan Sultan Ageng
Tirtayasa mengepung istana Surosowan dan mendesak Sultan Haji. Sultan Haji pun
segera meminta bantuan tentara VOC yang datang dibawah pimpinan Francois
Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur hingga ke Benteng
Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa pun meloloskan diri bersama puteranya ke hutan
Lebak.

Setelah melalui tipu muslihat pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil
ditawan di Batavia hingga ia meninggal pada tahun 1692. Namun, semangat juang
Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya tidak pernah padam. Ia mengajarkan
untuk selalu menjaga kedaulatan dan mempertahankan tanah air dari dominasi
asing. Dibuktikan setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, perlawanan rakyat
Banten terhadap VOC terus berlangsung.

Pada tahun 1750, timbul perlawanan yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu
Bagus. Perlawanan ini ternyata sangat kuat sehingga VOC kewalahan menghadapi
serangan itu. Dengan susah payah akhirnya perlawanan ini dapat dipadamkan.

F. Dampak Dari Perlawanan


Dampak Positif :
perlawanan rakyat Banten terhadap VOC (Belanda) yaitu membuat semangat juang
untuk mengusir bangsa asing yang menduduki wilayah Nusantara menjadi
meningkat. Selain itu, perlawanan juga mempengaruhi bandar perdagangan
internasional di Banten sehingga bisa menjadi ramai kembali walau hanya sebentar.

Dampak Negatif :
perlawanan rakyat Banten yaitu wilayah Banten dapat dikuasai sepenuhnya oleh
VOC (kongsi dagang Belanda), sehingga monopoli dan kebijakan yang ditentukan
harus dipatuhi. Dampak negatif lain, kedudukan VOC di Nusantara menjadi lebih
luas.

Anda mungkin juga menyukai