Anda di halaman 1dari 4

Nama : Febrianti Ningsih

Nim : 20186123019

SOP BHD
 BHD adalah usaha yang
dilakukan untuk
memperhatikan
kehidupan pada saat
penderita mengalami
keadaan yang
mengancam nyawa.
PENGERTIAN  BHD adalah serangkain
tindakan yang diawali dari
cek respon kesadaran,
cek jalan nafas dan
memberi bantuan nafas
sampai dengan
memberikan kompresi
dada.
1. Mencegah terjadinya
kematian biologis
2. Mencegah terjadinya
kerusakan dan kematian
sel otak
3. Mencegah terjadinya
henti jantung
TUJUAN 4. Untuk menjaga potensi
jalan nafas secara non
invasif
5. Dapat membantu ventilasi
6. Dapat membantu sirkulasi
7. Memberikan
kelangsungan harapan
hidup pada penderita
dalam kondisi gawat
darurat
Persiapan lingkungan
atau pasien
PERSIAPAN 1. Inform Consent
2. Posisi pasien terlentang
datar ekstensi leher
Pada pasien dengan kondisi
penyebab utama bukan karena
gangguan kardiovaskuler
PROSEDUR
1. Periksa kondisi respon
pasien melalui pangging ,
tepuk , goyang dan
stimulasi nyeri (tekan
sternum dengan jari
telunjuk yang ditekuk)
2. Jika pasien tidak sadar,
aktifkan EMS dengan
memberitahu orang lain
untuk menghubungi
petugas kesehatan atau
kepolisian
3. Atur posisi penolong
(posisi selangkangan)
berada di area bahu
korban
4. Buka jalan nafas dengan
metode “Head tilt chin lift”
, jika dicurigai ada
kemungkinan fraktur
cervikal maka jalan nafas
dibuka dngan metode
“jaw thrust”
5. Periksa kondisi airway
pasien dengan :
a. Look , ada gerakan
nafas atau respon
bernapas
b. Listen , dengarkan
suara napas dengan
menempelkan pipi
penolong ke hidung
pasien
c. Feel , rasakan
hembusan napas
6. Jika ditemukan adanya
benda asing di mulut
maka lakukan “finger
swab”
7. Bila tida respon napas
maka lakukan pemberian
napas buatan melalui 2x
tiupan dari mulut ke mulut
, 1 tiupan napas tiap 6-8
detik , dengan posisi
menutup hidung korban
dan posisi kepala tetap
hiperekstensi (untuk yang
tidak mengalami fraktur
cervikal). Sebelum
memberikan napas
buatan ingat gunakan
pelindung pada mulut
korban (untuk
menghindari resiko
tertular penyakit)
8. Lakukan kembali “look ,
listen dan feel”
9. Jika ada respon napas
dan kondisi stabil maka
atur posisi “mantap”
10. Jika belum ada respon
napas, maka perbaiki
posisi, buka lagi jalan
nafas dan ulangi
pemberian nafas buatan.
11. Lakukan cek sirkulasi
dengan meraba arteri
karotis yang dekat
dengan posisi penolong
selama 10 detik.
12. Jika teraba denyut nadi
maka lanjutkan nafas
buatan.
13. Jika tidak teraba denyut
nadi, maka lakukan
kompresi jantung dan
nafas buatan dengan
ketentuan perbandingan
kompresi dan ventilasi:
a. Dewasa, satu
penolong atau dua
penolong 30 : 2.
b. Anak-anak: satu
penolong 30 : 2, dua
penolong 15: 2
c. Bayi: satu penolong
30 : 2, dua penolong
15: 2
14. Kompresi dilakukan
dengan kecepatan 100
x/mnt :
a. Dewasa: Penekanan
pakai dua telapak
tangan, pada
pertengahan sternum
(antara dua papila
mamae), kedalaman
2 inchi (5 cm)
b. Anak-anak dan Bayi:
Penekanan pakai
satu telapak tangan,
pada 1/3 AP sternum,
kedalaman 1,5 inchi
(5 cm). Untuk bayi
penekanan dengan
menggunakan 2 jari
(jari telunjuk dan
tengah).
15. Setelah dilakukan
kompresi 30 kali maka
dilakukan nafas buatan
(ventilasi) 2 x tiupan ini
merupakan siklus 1.
16. Lanjutkan kompresi dan
ventilasi sampai 5 siklus
(dalam waktu 2 menit)
17. Cek arteri karotis, bila
nadi tidak teraba maka
lanjutkan kompresi dan
ventilasi 5 siklus dst
sampai penolong
kelelahan atau bantuan
datang.
18. Bila arteri karotis teraba
maka cek pernapasan
dengan “look, listen dan
feel”.
19. Bila pernafasan sudah
kembali normal (dewasa:
12-20 x/mnt, anak-anak:
20-30 x/mnt,bayi: 30-40
x/mnt) dan nadi tetap
teraba maka atur posisi
pasien dalam posisi
“mantap” dan
pertahankan airway.

 Instalasi Rawat Jalan


 Instalasi Gawat Darurat
UNIT KERJA  Instalasi Rawat Inap ICU
& Burn Unit.
 Instalasi Kamar Operasi.

Anda mungkin juga menyukai