Anda di halaman 1dari 87

PEMETAAN POTENSI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK

BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI


PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
HALAMAN JUDUL
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Mencapai derajat S-1 Jurusan Teknik Elektro

Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
Februari 2021
TUGAS AKHIR
HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING
PEMETAAN POTENSI ENRGI SURYA FOTOVOLTAIK
BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing:

1. Pembimbing Utama

Tanggal: 28 Februari 2021


Rosmaliati, ST.,MT.
NIP: 19680717 199803 2 002

2. Pembimbing Pendamping

Tanggal: 28 Februari 2021


Dr. Ida Ayu Sri Adnyani, ST., M.Erg.
NIP. 19700823 199802 2 001

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram

Muhamad Syamsu Iqbal, ST., MT., Ph.D


NIP: 19720222 199903 1 002

ii
TUGAS AKHIR

PEMETAAN POTENSI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK


BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049

Telah diujikan di depan tim Penguji


Pada tanggal 23 Februari 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1
Jurusan Teknik Elektro

1. Penguji I

Ida Bagus Fery Citarsa, ST.,MT. Tanggal: 25 Februari 2021


NIP: 19740226 199803 1 004
2. Penguji II

Sultan, ST., MT.


NIP. 19671231 199702 1 001 Tanggal: 25 Februari 2021
3. Penguji III

Ni Made Seniari, ST., MT. Tanggal: 28 Februari 2021


NIP. 19700320 199702 2 001

Mataram, 3 Maret 2021


Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Akmaluddin, ST., M.Sc(Eng)., Ph.D


NIP: 19681231 199412 1 001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lalu Moh. Junaidi Idris
NIM : F1B 017 049
Jurusan : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Judul : Pemetaan Potensi Energi Surya Fotovoltaik Berbasis Geographic
Information System di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang lazim.

Mataram, 15 Februari 2021


Yang menyatakan,

Lalu Moh. Junaidi Idris


F1B 017 049

iv
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat,
karunia, dan ijin-Nya penulis bias menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Pemetaan Potensi Energi Surya Fotovoltaik Berbasis Geographic
Information System di Provinsi Nusa Tenggara Barat”.
Tugas Akhir ini membahas tentang bagaimana menyajikan sebaran potensi
pengembangan PLTS Rooftop dan Ground menggunakan Sistem Informasi
Geografis untuk mempermudah dalam melihat sebaran luasan area, potensi
Irradiance dan PV Out yang bisa dikembangkan di setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB.
Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat penulis dalam
mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S.T) pada program studi S1 Teknik Elektro di
Fakultas Teknik, Universitas Mataram.

Mataram, 15 Februari 2021


Penyusun,

Lalu Moh. Junaidi Idris


NIM : F1B017049

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan ilmiah
maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Allah S.W.T.
2. Kedua orang tua ( Almarhum H. L. Moh. Junaidi dan Hj. Nurhasanah) penulis
atas segala nasehat, doa, motivasi, perhatian, arahan, kesabaran dan kasing
sayang yang sangat besar.
3. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc (Eng)., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
4. Bapak Muhammad Syamsu Iqbal., ST., MT., Ph.D. Selaku Ketua Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram.
5. Bapak Sabar Nababan, ST., MT., Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalani masa
perkuliahan.
6. Ibu Rosmaliati, ST., MT., Selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan semangat positif dalam pengerjaan Tugas Akhir
ini.
7. Ibu Ida Ayu Sri Adnyani, ST., M.Erg., Selaku dosen pembimbing pendamping
yang selalu memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Bapak Ida Bagus Fery Citarsa, ST., MT., Bapak Sultan, ST., MT., dan Ibu Ni
Made Seniari, ST., MT., Selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan-masukan dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Adik penulis ( Lalu Moh. Jannatul Firdaus Sinuzula) yang selalu memberikan
do’a dan semangat kepada penulis.
10. Kakak penulis (Yuliantini, Amd.Bid) yang selalu mendo’akan terbaik kepada
penulis.
11. BPH GALAXI UKM PRIMA Universitas Mataram yang selalu memberikan
kehangatan dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. UKM PRIMA Universitas Mataram yang selalu menyediakan tempat menginap
pada saat penulis harus diam di Mataram untuk konsultasi Tugas Akhir ini.

vi
13. Teman-teman seperjuangan teknik elektro 2017 yang sudah mendukung penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
14. Sahabat penulis (Arni Emiza Febrianti, Ayuni Sofiya, Dody Karismayadi,
Hendri, Alpian, Sujud, Vergiawan Saputra, Irma Rizky Lestari, Julia Sri Rizqi,
Indah Iswaroh, Maliha Tsabita Rizqilana, Mukminah, Tri Utami Insan
Wahyuni, Heni Indrawati dan Mima) yang selalu mendukung dan memberikan
semangat dalam pengerjaan Tugas Akhir ini
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
semangat dan do’a yang diberikan kepada penulis.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI…………………………….……..iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR……………….…..iv
PARAKATA……………………………………………………………………...v
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………………..vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….…….x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xiii
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………….xiv
ABSTRAK……………………………………………………………………...xvi
ABSTRACT…………………………………………………………………..…xvii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3. Batasan Masalah ........................................................................................2
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian .....................................................................................3
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................................3
BAB II ......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI......................................................5
2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................................5
2.2. Dasar Teori ................................................................................................7
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya ......................................................7
2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Rooftop ......................................10
2.2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ground .......................................12
2.2.4 Potensi Energi Surya di NTB ...........................................................12
2.2.5 ArcGIS .............................................................................................18

viii
2.2.6 Global Solar Atlas ............................................................................23
2.2.7 Tera Incognita ..................................................................................28
2.2.8 Global Mapper .................................................................................28
BAB III…………………………………………………………………………..30
METODE PENELITIAN………………………………………………………..30
3.1 Rancangan Penelitian………………………………………………….30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................31
3.3 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………..30
3.3.1 Alat Penelitian……………………………………………………30
3.3.2 Bahan Penelitian………………………………………………….31
3.4 Prosedur Penelitian…………………………………………………….31
3.5 Diagram Alir Penelitian……………………………………………….32
3.6 Diagral Alir Digitasi ArcMap…………………………………………34
BAB IV………………………………………………………………………….35
PEMBAHASAN………………………………………………………………...35
4. 1 Analisis Potensi Rooftop………………………………………………...35
4.2 Analisis Potensi Ground…………………………………………………45
4.3 Asumsi losses yang Digunakan Pada Global Solar Atlas……………….54
4.4 Validasi Perhitungan PV Out berdasarkan data asumsi GSA....................55
BAB V…………………………………………………………………………...58
PENUTUP……………………………………………………………………….58
5. 1 Kesimpulan………………………………………………………………58
5.2 Saran……………………………………………………………………..58
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...60
DAFTAR LAMPIRAN.…………………………………………………………61

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sistem PLTS dalam konfigurasi DC Coupling (Ramadhani, 2018) ...8


Gambar 2. 2 Konfigurasi sistem DC Coupling ........................................................9
Gambar 2. 3 Konfigurasi sistem AC-Coupling ........................................................9
Gambar 2. 4 Skema PLTS on-grid (GIZ, 2017) ....................................................10
Gambar 2. 5 Diagram instalasi skema sistem layanan kosumen PLTS Atap
(ESDM, 2019) ........................................................................................................11
Gambar 2. 6 PLTS ground (Dower, 2018) ............................................................12
Gambar 2. 7 Rencana pembangunan pembangkit energi terbarukan dalam
RUPTL ...................................................................................................................13
Gambar 2. 8 Potensi energi terbarukan nasional ....................................................14
Gambar 2. 9 Peta rooftop PV Out ..........................................................................15
Gambar 2. 10 Rata-rata rooftop pv out setiap bulan ..............................................15
Gambar 2. 11 Informasi sudut elevasi rooftop .......................................................16
Gambar 2. 12 Peta gorund pv out...........................................................................17
Gambar 2. 13 Rata-rata gorund pv out setiap bulan...............................................17
Gambar 2. 14 Informasi sudut elevasi ground .......................................................18
Gambar 2. 15 Logo ArcGIS ...................................................................................19
Gambar 2. 16 User interface ArcMap ....................................................................20
Gambar 2. 17 Peta interaktif ..................................................................................24
Gambar 2. 18 Kalkulator PV Out ...........................................................................25
Gambar 2. 19 Mengunduh data GIS ......................................................................27
Gambar 2. 20 Statistik potensi energi surya ..........................................................28
Gambar 2. 21 Logo Global Mapper (Marbel, 2019) .............................................29

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian……………………………………………...32


Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian……………………………………………35
Gambar 3. 2 Diagram alir setting ArcMap .............................................................34
Gambar 4. 1 Digitasi area Rooftop………………………………………………38
Gambar 4. 2 Perhitungan luasan area Rooftop……………………………….…..38
Gambar 4. 3 Tampilan akhir pemetaan Rooftop………………………..…..……43

x
Gambar 4. 4 Identifikasi per area Rooftop……………..…………………….…..44
Gambar 4. 5 Digitasi area Ground…………………………………………….…45
Gambar 4. 6 Perhitungan luasan area Ground……………………………….…..46
Gambar 4. 7 Tampilan akhir pemetaan Ground………….………..…………..…52
Gambra 4. 8 Identifikasi per area Ground……………………………………….53

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rencana pembangunan pembangkit energi terbarukan (Praditya and


Christian, 2019) ......................................................................................................14
Tabel 2. 2 Informasi tingkat radiasi rooftop...........................................................16
Tabel 2. 3 Informasi tingkat radiasi ground ...........................................................17
Tabel 2. 4 Model Data Global Solar Atlas.............................................................25
Tabel 2. 5 Asumsi losses Global Solar Atlas .........................................................25
Tabel 4. 1 Luasan area Rooftop…………………………………….…………………..37
Tabel 4. 2 Pengelompokan area Rooftop…………….………..………………....38
Tabel 4. 3 Potensi Irradiance Rooftop………………………...………………...40
Tabel 4. 4 Potensi PV Out Rooftop…………...…………………………………41
Tabel 4. 5 Luasan area Ground………………………………………………….46
Tabel 4. 6 Jenis lahan area Ground……………………………………………….…..48
Tabel 4. 7 Potensi Irradiance Ground…………………………………………..49
Tabel 4. 8 Potensi PV Out Ground………………………………………………50
Tabel 4. 9 Asumsi losses Global Solar Atlas……………………………………54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Akhir Pemetaan Rooftop Area Pada Gedung-gedung Sekitar


Pusat Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB……..…....62
Lampiran 1.1. Kota Selong Kabupaten Lombok Timur…………………….....62
Lampiran 1.2. Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah……………………….62
Lampiran 1.3. Kota Gerung Kabupaten Lombok Barat……………………… 63
Lampiran 1.4. Kota Mataram……………….…………………………….…...63
Lampiran 1.5. Kota Tanjung Kabupaten Lombok Utara…………………..….64
Lampiran 1.6. Kota Woha Kabupaten Bima………………………….……....64
Lampiran 1.7. Kota Dompu Kabupaten Dompu………………………………65
Lampiran 1.8. Kota Sumbawa Kabupaten Sumbawa……………….................65
Lampiran 1.9. Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat……………………66
Lampiran 1.10.Kota Bima…………………………………...………..………..66

Lampiran 2.2 Hasil Akhir Pemetaan Rooftop Area Pada Gedung-gedung Sekitar
Pusat Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB…….…..67
Lampiran 2.1. Kabupaten Lombok Timur………………………………..…..67
Lampiran 2.2. Kabupaten Lombok Tengah……………………………….....67
Lampiran 2.3. Kabupaten Lombok Barat……………………………….…...68
Lampiran 2.4. Kabupaten Lombok Utara……………………………………68
Lampiran 2.5. Kabupaten Bima………………………………………….….69
Lampiran 2.6. Kabupaten Dompu…………………………………………...69
Lampiran 2.7. Kabupaten Sumbawa…………………………………….…..70
Lampiran 2.8. Kabupaten Sumbawa Barat………………………………….70

xiii
DAFTAR ISTILAH

1. Actinograph : Suatu alat meteorologi digunakan untuk mengukur intensitas


radiasi matahari
2. ArcGIS : Software yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai
macam software GIS yang beragam.
3. Citra Satelit : Gambaran permukaan bumi hasil perekaman satelit yang berada
di luar angkasa.
4. DIF/DHI (Diffuse Horizontal Irradiation) : Jumlah radiasi yang diterima per
satuan luasan permukaan (tidak terkena bayangan).
5. DNI (Direct Normal Irradiation): Jumlah radiasi matahari yang diterima per
satuan luasan oleh permukaan yang selalu tegak lurus (normal) terhadap sinar
datang.
6. ELE (Elevation) : Sudut elevasi atau sudut kemiringan.
7. ESRI (Environmental Systems Research Institute): Perusahaan yang bergerak
pada bidang perangkat lunak sistem informasi geografis.
8. Fotovoltaik : Teknologi dan penelitian yang berhubungan dengan aplikasi
panel surya
9. GHI (Global Horizontal Irradiation) : Jumlah total radiasi gelombang pendek
yang diterima dari atas oleh permukaan horizontal ke tanah atau penjumlahan
dari DNI dan DHI.
10. Global Mapper : Software yang digunakan untuk mengolah citra satelit
maupun data peta.
11. GIS (Geographic Information System) : Berupa sistem informasi khusus yang
mengelola data dengan informasi spasial (ruang/tempat).
12. GSA (Global Solar Atlas): Aplikasi peta gratis berbasis online yang
menyediakan informasi tentang sumber daya matahari dan sejenisnya.
13. GTI (Global Tilted Irradiation) : Radiasi global yang diterima pada suatu
permukaan dengan kemiringan dan azimuth yang ditentutkan.
14. IMB (Izin Mendirikan Bangunan) : dalam menjamin keabsahan suatu
bangunan terhadap lingkungan sekitar
15. Irradiance : Daya radiasi per unit area untuk melihat tingkat
pencahayaan/radiasi energi matahari yang ditangkap sel surya (W/m 2)

xiv
16. IPP (Independent Power Producer) : Perusahaan bertujuan khusus yang
dibentuk oleh sponsor untuk melaksanakan perjanjian jual beli listrik dengan
PLN dan untuk mengembangkan, membangun, memiliki, dan mengoperasikan
listrik
17. MPPT (Maximum Power Point Tracker): Sebuah sistem elektronik yang
terdapat pada sebuah sistem PV untuk mengoptimalkan penangkapan energi.
18. OPTA (Optimum Tilt of PV Modules) : Sudut penentuan kemiringan
optimal PV (panel surya)
19. PLTS Ground : Panel surya yang di desain untuk digunakan pada lahan terbuka
atau tanah
20. PLTS Komunal : PLTS yang beroperasi secara independen pada lokasi
tertentu
21. PLTS Rooftop: Panel surya yang didesain untuk digunakan pada atap bangunan
rumah atau gedung bangunan.
22. PV Out : Daya keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu panel surya.
23. Remote Senseing : Penginderaan jauh untuk mendapatkan informasi suatu
obyek melalui analisa.
24. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) : Dokumen perencanaan daerah
untuk satu periode.
25. RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) : Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Dewan Jendral Energi Nasional berdasarkan Perpres No. 22 Tahun 2017
26. RUED (Rencana Umum Energi Daerah) : Kebijakan Pemerintah Daerah
mengenai rencana pengelolaan energi tingkat Provinsi berupa penjabaran dari
RUEN.
27. RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) : Pedoman
pelaksanaan penyediaan tenaga listrik
28. SHP (Shapefile) : Sebuah format data untuk menyimpan data spasial atau peta
digital.
29. SCC (Solar Charge Control): Peralatan elektronik yang digunakan mengatur
arus DC dari baterai ke beban.
30. SoC (State of Change) : Tingkat muatan baterai bergantung pada kapasitasnya.
31. TEMP (Air Temperature): Suhu udara pada sekitar area ( ̊ C )

xv
ABSTRAK

Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan Rencana Umum Energi Daerah


secara teoritis memiliki potensi energi surya sebesar 41.269 MW, namun gambaran
informasi berupa berapa besar potensi dan luasan serta titik koordinatnya belum
spesifik karena kurangnya pemetaan potensi energi surya yang konkret atau masih
terbatas, sehingga dilakukan penelitian untuk memudahkan dalam melihat sebaran
potensi baik Rooftop maupun Ground dengan informasi luasan dan letak area secara
spesifik di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB berdasarkan koordinat longitude
dan latitude dengan batasan masalah untuk potensi area Rooftop dibatasi pada
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
yang terbagi menjadi Small Residential dan Medium Size Commercial, dan potensi
area Ground dibatasi pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB. Berdasarkan penelitian
yang sudah dilakukan, diperoleh potensi luasan keseluruhan area Rooftop pada
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
sebesar 2,4 km2 dengan potensi rata-rata Irradiance untuk kategori Small
Residential 5,496 kWh/m2 per hari dan rata-rata PV Out 0,004 MWh per hari, dan
untuk kategori Medium Size Commercial diperoleh rata-rata Irradiance 5,494
kWh/m2 per hari dan rata-rata PV Out 0,415 MWh per hari. Untuk potensi area
Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur
Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB diperoleh sebesar 949,937 km2 dengan
rata-rata Irradiance 5,611 kWh/m2 per hari dan rata-rata PV Out 0,0045 GWh per
hari.

Kata kunci : Pemetaan, Rooftop, Ground, Irradiance, PV Out

xvi
ABSTRACT

West Nusa Tenggara Province based on the Regional Energy General Plan
theoretically has a solar energy potential in the amount of 41,269 MW. However,
the information description of how much the potential, area, and the coordinate
points are not specified yet due to a lack of concrete or limited mapping of solar
energy potential so that research is carried out to facilitate in viewing the potential
distribution of both Rooftop and Ground with information regarding the specific
extent and area location in each district/city in this province based on longitude
and latitude coordinates. This research was conducted by setting the problem
boundary for the potential Rooftop area on the buildings around the government
center, divided into Small Residential and Medium Size Commercial. The potential
of the Ground area is limited to the outer and the closest areas to the Energy
Infrastructure System Plan for each district. Based on the research, the potential of
the entire Rooftop area has been obtained by 2.4 km2 with an average Irradiance
potential for the Small Residential category of 5.496 kWh/m2 per day, an average
PV Out of 0.004 MWh/day. For the Medium Size Commercial category has an
average Irradiance of 5.494 kWh/m2 per day, an average PV Out of 0.415
MWh/day. The potential of the Ground area in the outer and closest areas to the
Energy Infrastructure System Plan for each district is obtained by 949,937 km2
with an average Irradiance of 5,611 kWh/m2 per day, an average PV Out of 0.0045
GWh/day.

Keywords : Mapping, Rooftop, Ground, Irradiance, PV Out

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alam, salah
satunya potensi di bidang tenaga surya. Indonesia memiliki potensi energi
terbarukan paling besar yang didominasi oleh energi surya yaitu sebesar 207,8
GW. Berdasarkan potensi energi surya yang ada, tingkat implementasi yang sudah
terpasang hanya 9,32 GW atau 2% dari potensi yang ada (Kementrian ESDM,
2019).

Sejalan dengan tingginya potensi energi surya tersebut, Presiden Republik


Indonesia melalui Perpres No. 22 Tahun 2017 mengeluarkan peraturan tentang
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang berisi acuan dalam melakukan
rencana pengembangan energi surya per Provinsi atau Rencana Umum Energi
Daerah (RUED). Provinsi NTB berdasarkan Rencana Umum Energi Daerah
memiliki potensi teoritis sebesar 41.269 MW, dimana hingga tahun 2016 yang telah
disetujui pembangunannya yaitu sebesar 20 MW PLTS Komunal On Grid yang
terhubung langsung dengan Gardu Induk milik PT. PLN Persero (RUED NTB,
2020).

Selain itu, dalam proses pencapaian target Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) tersebut terdapat beberapa
peraturan yang mewajibkan pemanfaatan sel surya minimal sebesar 30% dari
luasan atap untuk seluruh bangunan pemerintah dan memberikan kewajiban untuk
bangunan rumah mewah, kompleks perumahan, dan apartemen untuk
memanfaatkan sel surya atap minimal sebesar 25% melalui Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) serta harus memfasilitasi pendirian industri PLTS dari hulu
hingga hilir(RUEN, 2017).

Berdasarkan gambaran informasi yang disampaikan pada RUEN dan RUED


Provinsi NTB berupa dimana dan berapa besar yang bisa dikembangkan dari
potensi tersebut masih belum spesifik. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
pemetaan potensi energi surya yang konkret atau masih sangat terbatas baik di

1
tingkat daerah maupun nasional. Sehingga berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, peneliti bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya untuk sistem Rooftop dan Ground di Provinsi Nusa Tenggara Barat
berbasis Geographic Information System untuk memberikan informasi lokasi dan
potensi energi surya yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian yang terbagi menjadi dua
bagian area potensi yaitu Rooftop dan Ground, untuk area Rooftop dilakukan
digitasi pada setiap gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada setiap
kabupaten/kota dengan total 10 kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB.
Sedangkan untuk area Ground dilakukan digitasi pada setiap daerah terluar dan
terdekat dengan Rencana Sistem Infrastuktur Energi Provinsi NTB pada 8
kabupaten yang ada di Provinsi NTB.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ditarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat
pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB ?
2. Berapa luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB ?
3. Berapa besar Irradiance dan PV Out pada setiap pemetaan potensi energi surya
fotovoltaik berbasis Geographic Information System ?

1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas terdapat batasan masalah yang
menjadi acuan dalam melakukan penelitian yaitu antara lain :

1. Perhitungan luasan area Rooftop dibatasi pada gedung-gedung terdekat sekitar


pusat pemerintahan di setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB.
2. Perhitungan luasan area Ground diutamakan pada daerah terluar dan terdekat
dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB dari setiap
kabupaten yang ada di Provinsi NTB dengan mengabaikan jarak area terdekat
dengan pemukiman.

2
3. Informasi Irradiance dan PV Out diambil berdasarkan data dan asumsi yang
terdapat pada Global Solar Atlas.

1.4.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tiga
tujuan utama yaitu :
1. Mengetahui luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat
pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
2. Menegtahui luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat
dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap kabupaten di Provinsi
NTB.
3. Mendapatkan informasi besar Irradiance dan PV Out pada setiap luasan
potensi area Rooftop dan Ground di Provinsi NTB

1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan diperoleh oleh peneliti dan
Pemerintah Daerah Provinsi NTB antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang Geographic Information System sebagai skill
tambahan dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
2. Memberikan informasi luasan potensi area Rooftop dan Ground bagi
Pemerintah Daerah dalam melakukan realisasi peningkatan bauran EBT di
Provinsi NTB.
3. Memberikan informasi PV Out dan Irradiance pada setiap luasan potensi area
Rooftop dan Ground.
4. Dapat menjadi data acuan Pemerintah Daerah untuk menarik minat investor
untuk memberikan kontribusi dalam bidang bisnis energi.
5. Dapat menjadi data acuan untuk penelitian berikutnya mengenai Energi Baru
Terbarukan terutama di bidang Energi Surya.

1.6.Sistematika Penulisan
Agar pembahasan Tugas Akhir sesuai dengan sasaran yang diharapkan,
maka sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

3
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Bab ini berisi beberapa rujukan penelitian yang berkaitan dengan topik yang
dibahas, dan teori-teori dasar yang mendukung topik ini meliputi sistem
pembangkit listrik tenaga surya, sistem perencanaan energi, pendukung proses
pemetaan dan metode perhitungan luasan serta penambahan informasi pada suatu
daerah berbasis Geographic Information System .

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, waktu dan tempat


penelitian, alat dan bahan penelitian, serta seluruh tahapan penelitian yang akan
ditempuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari rumusan


permasalahan dalam penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian


yang sudah dilakukan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Noorollahi et al., (2020) telah melakukan penelitian yang berjudul A Spatial-


Based Integaration Model for Regional Scale Solar Energy Technical Potential
untuk mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk energi matahari di Provinsi
Kurdistan, Iran. Proses penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
terkait matahari, kriteria serta metode penilaian yang sesuai dengan data yang
tersedia. Selain itu, potensi teoritis dan teknis berbagai teknologi surya serta peta
radiasi matahari dinilai dan dievaluasani, termasuk metode pemusatan tenaga
surya (CSP) dan fotovoltaik (PV) dalam aplikasi pembangkit listrik, panel PV atap
serta pemanas air matahari dalam aplikasi umum. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa Provinsi Kurdistan memiliki potensi kapasitas untuk
pembangkit listrik tenaga surya sebesar 691 MW, 645 MW pembangkit listrik
tenaga surya model pemusatan (CSP). Untuk penggunan pemanas air surya
didapatkan 283 juta meter kubik gas alam dan menghemat hingga 1,2 juta liter
bensin.

Fremouw et al., (2020) melakukan penelitian yang berjudul Energy


Potential Mapping: Open Data in Support of Urban Transition Planning yang
kemudian menyatakan bahwa daerah perkotaan memainkan peran kunci dalam
mendorong transisi menuju energi berkelanjutan. Wilayah perkotaan mewakili
antara 60% dan 80% dari konsumsi energi global dan merupakan sumber emisi
CO2 yang signifikan, sehingga menjadikan skala perkotaan sebagai bidang
penelitian yang sangat penting. Peneltian ini diamati berdasarkan proyek-proyek
Eropa dengan fokus pada alat-alat pemetaan energi. Sistem energi perkotaan
memiliki pengaruh yang kuat terhadap lingkungan, ekonomi, dimensi sosial, dan
perencanaan tata ruang kota sehingga konsumsi energi mempengaruhi iklim mikro
perkotaan, kenyamanan perkotaan, kesehatan manusia, dan sebaliknya. Dalam
proses peningkatan kualitas strategi kebijakan dan rencana energi, otoritas lokal

5
memerlukan perangkat pendukung keputusan, seperti pemetaan potensi energi
untuk pengembangan PLANHEAT.

Li, (2013) melakukan penelitian yang berjudul Using GIS and Remote
Sensing Techniques for Solar Panel Instalation Site Selection bertujuan untuk
melakukan analisis pemilihan lokasi untuk pemasangan panel surya dengan sistem
informasi geografis (GIS). Li melakukan penelitian di kampus utama Universitas
Waterloo Ontario Canada sebagai wilayah studi untuk skala mikro yang terfokus
pada instalasi atap gedung dan skala makro yang mempertimbangkan instalasi
yang dipasang di permukaan tanah di tingkat kota. Penelitian ini menggunakan
perangkat lunak ArcGIS sebagai pendekatan multikriteria dan membuktikan
secara langsung kebenaran di lapangan untuk memverifikasi daerah yang dipilih,
kemudian dihasilkan lokasi yang terbukti realistis dan diverifikasi dengan
observasi groundtruth. Sehingga studi ini menunjukkan bukti konsep dan alur
kerja yang dapat diterapkan secara efektif untuk memilih lokasi panel surya pada
analisis skala makro dan mikro.

Mohamad, (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pemetaan Potensi


Energi Surya Pada Lahan Potensial Agropolitan di Provinsi Gorontalo untuk
perencanaan pemenuhan kebutuhan energi listrik yang dikarenakan oleh jauhnya
letak antara lahan pertanian dari jangkauan energi listrik PLN sehingga memaksa
petani untuk melakukan kegiatan pasca panen di lokasi yang berbeda. Penelitian
ini dilakukan dengan memetakan potensi energi surya pada lokasi-lokasi lahan
potensial agropolitan di wilayah Provinsi Gorontalo dengan menggunakan data
hasil pengukuran lapangan menggunakan actinograph untuk pengukuran
intensitas radiasi matahari. Pengukuran dilakukan di 5 kabupaten yang ada di
Provinsi Gorontalo dan dihasilkan potensi energi surya sebesar 440,72 W/m 2 di
desa Pontolo Atas, 425,96 W/m2 desa Tutuwoto, 342,416 W/m2 desa Tupa,
364,544 W/m2 desa Meranti, 415,32 W/m2 desa Bongohulawa, 353,384 W/m2
desa Polohungo, 377,896 W/m2 desa Maleo, dan 363,792 W/m2 di desa
Molomahu.

Berdasarkan penelitian sebelumnya akan dijadikan acuan dalam penelitian


seperti penggunaan ArcGIS untuk menghitung luasan area yang terbukti realistis

6
dan sudah diverifikasi oleh Li pada penelitian sebelumnya dan menggunakan
informasi Irradiance dan PV Out yang tersedia pada Global Solar Atlas untuk
memudahkan proses penentuan informasi potensi setiap daerah tanpa harus
melakukan pengukuran langsung seperti yang dilakukan oleh Mohamad dalam
memetakan potensi energi surya pada lokasi lahan agropolitan. Proses pemetaan
dimulai dengan memilih area sesuai dengan batasan masalah yang sudah di
paparkan sebelumnya dan melakukan digitasi per kabupaten/kota serta
disesuaikan berdasarkan informasi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN),
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dan mengacu pada Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB.

2.2.Dasar Teori

2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan pembangkit listrik berbasis energi


terbarukan merupakan sistem fotovoltaik yang mengubah energi elektromagnetik
dari sinar matahari menjadi energi listrik. Pembangkit listrik jenis ini sangat
direkomendasikan untuk listrik di daerah pedesaan terpencil dimana sinar
mataharinya melimpah dan bahan bakar sulit didapat dan relatif mahal. Alasan
utama menggunakan teknologi fotovoltaik ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber energi yang melimpah

b.Sumber energi tersedia di tempat dan tidak perlu diangkut

c. Biaya pengoperasian dan pemeliharaan sistem PLTS yang relatif kecil

d.Tidak perlu pemeliharaan yang sering dan dapat dilakukan oleh operator
setempat yang terlatih

e. Ramah lingkungan, tidak ada emisi gas dan limbah cair atau padat berbahaya.

Sistem pembangkit listrik tenaga surya terbagi menjadi off-grid dan on-grid:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Off-Grid

Suatu PLTS off-grid yang dikelola secara komunal atau yang dikenal sering
disebut dengan sistem PLTS berdiri sendiri (stand-alone), beroperasi secara

7
independen tanpa terhubung dengan jaringan PLN. Sistem ini membutuhkan
baterai untuk penyimpanan enrgi listrik yang dihasilkan di siang hari untuk
memenuhi kebutuhan listrik di malam hari. Ada dua konfigurasi sistem PLTS
off-grid yang umum digunakan yaitu sistem penyambungan AC atau AC
Coupling dan DC atau DC Coupling.

Gambar 2. 1 Sistem PLTS dalam konfigurasi DC Coupling (Ramadhani, 2018)

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa sistem DC Coupling memiliki


konfigurasi penyambungan sistem DC jika komponen utamanya terhubung di
bus DC. Daya listrik yang dibangkitkan oleh modul fotovoltaik digunakan untk
mengisi baterai melalu solar charge control (SCC) seperti yang teretra pada
gambar 2.2. SCC adalah pengonversi DC-DC untuk menurunkan tegangan
modul fotovoltaik ke level tegangan baterai yang juga dilengapi dengan
maximum power point tracker (MPPT) untuk mengoptimalkan penangkapan
energi. Di siang hari, dengan radiasi matahari yang cukup, baterai diisi untuk
mencapai kondisi pengisian State of Change (SoC) yang maksimal. Seiring
dengan meningkatnya permintaan listrik hingga beban melebihi daya larik
fotovoltaik yang terhubung, inverter baterai akan menyalurkan energi dari
baterai ke beban dan akan berhenti beroperasi ketika SoC baterai mencapai batas
minimum.

8
Gambar 2. 2 Konfigurasi sistem DC Coupling (Ramdhani, 2018)

Sedangkan pada Gambar 2.3 sistem AC-Coupling didefinisikan sebagai


inverter jaringan yang dimana modul fotovoltaik dan baterai dihubungkan di
bus AC melalui inverter jaringan dan inverter baterai. Modul fotovoltaik
terhubung ke inverter jaringan dimana tegangan diubah dari DC ke AC. Inverter
jaringan dilengkapi dengan perangkat MPPT untuk mengoptimalkan
penangkapan energi. Daya dari rangkain modul fotovoltaik dapat langsung
digunakan oleh beban pada siang hari dan kelebihannya digunakan untuk
mengisi baterai melalui inverter baterai pada saat yang sama.

Gambar 2. 3 Konfigurasi sistem AC-Coupling (Ramdhani, 2018)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid

Sistem On-grid adalah sistem yang terhubung langsung dengan jaringan


PLN melalui solar inverter yang berskala besar. PLTS akan terhubung dengan
jaringan tergantung dari kondisi dari sinar metahari yang mengenai PV modul.
Sistem PLTS On-Grid atau biasa disebut PLTS terpusat skala utilitas artinya
sistem PLTS yang produksinya diatas 100 kWp. Untuk sistem On-grid ini
biasanya bersifat Independent Power Producer (IPP) dimana sistem

9
penjualanya langsung ke PLN berdasarkan feed-in tarif. Daya akan masuk ke
jaringan PLN selama jaringan memadai seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Skema PLTS on-grid (Ramdhani, 2018)

2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Rooftop

Sistem pembangkit listrik tenaga surya atap yang selanjutnya disebut sistem
PLTS Atap adalah proses pembangkitan listrik menggunakan modul fotovoltaik
yang dipasang dan diletakkan pada atap, dinding, atau bagian lain dari bangunan
milik konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) serta menyalurkan
energi listrik melalui sistem sambungan listrik konsumen PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero). Adapun tujuan penggunaan sistem PLTS Atap bertujuan untuk
menghemat tagihan listrik pelanggan.

Sesuai dengan Peraturan Mentri ESDM Nomor 49/2018, pengembangan


PLTS Atap akan memiliki dampak terhadap:

1.Masyarakat

a. Penghematan/mengurangi tagihan listrik bulanan

b. Membuka peran serta masyarakat dalam pemanfaatan pengelolaan energi


terbarukan

2.Pemerintah dan PLN

10
a. Meningkatkan peranan EBT dalam bauran energi nasional

b. Percepatan peningkatan pemanfaatan energi surya

c. Mendorong berlangsungnya industri energi surya dalam negri

d. Mengingkatkan investasi EBT

e. Meningktakan kemandirian dana ketahanan energi

f. Mengurangi emisi GRK

g. Meningkatkan lapangan kerja

Sistem PLTS Atap meliputi modul surya, inverter, sambungan listrik, sistem
pengaman, dan meter kWh ekspor-impor. kWh ekspor adalah jumlah energi
listrik yang disalurkan dari sistem instalasi pelanggan PLTS atap ke sistem
jaringan PT PLN (Persero) yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor,
sedangkan kWh impor adalah jumlah energi listrik yang diterima oleh sistem
instalasi pelanggan PLTS atap dari sistem jaringan PLN yang kemudian tercatat
pada meter kWh ekspor-impor. Diagram instalasi skema sistem layanan
konsumen PLTS atap diperlihatkan sesuai pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Diagram instalasi skema sistem layanan kosumen PLTS Atap (ESDM,
2019)

11
2.2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ground

Pembangkit listirk tenaga surya dengan sistem ground seperti yang terlihat
pada Gambar 2.6 adalah proses pembangkitan listrik menggunakan modul
fotovoltaik yang dipasang langsung di tanah atau ground. Adapun yang menjadi
pertimbangan pengembangan PLTS dengan sistem ground adalah area yang akan
ditemapti, karena luasan permukaan yang instalasi akan mempengaruhi hasil yang
diperoleh, dimana instalasi dengan skala utilitas yang besar juga membutuhkan
lahan yang luasan. PLTS dengan sistem ground membutuhkan lahan yang lebih
luasan dibandingkan dengan pembangkit listrik bayu/angina, dimana sebuah
lahan angin dengan kapasitas 25 MW dapat menyebabkan pembebasan lahan
sekitar 12 Ha. Sedangkan PLTS dengan kapasitas 25 MW akan membutuhkan
pembebasan lahan hingga sekitar 50 Ha. Sehingga hal tersebut menjadi
pertimbangan dalam menentukan apakah pembebasan lahan dapat memperoleh
persetujuan.

Gambar 2. 6 PLTS ground (Dower, 2018)

2.2.4 Potensi Energi Surya Nasional dan NTB

Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi energi terbarukan antara

12
lain energi surya, air, bayu biomassa, laut dan panas bumi yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Menurut ESDM, dengan teknologi yang ada saat
ini, potensi listrik dari energi terbarukan mencapai 432 GW, atau 7-8 kali dari
total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Dari potensi tersebut, sekitar 7 GW
yang telah dimanfaatkan secara komersial, dan hingga tahun 2028 akan ada
penambahan sekitar 29 GW oleh PLN berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Smentara itu, Rencana Umum Daerah
(RUED) yang disusun oleh 34 pemerintah Provinsi mengindikasikan total
kapasitas terpasang energi terbarukan pada tahun 2025 mencapai 48 GW.

Mayoritas pembangkit listrik energi terbarukan yang ada maupun yang


direncanakan mengandalkan tenaga air atau panas bumi. Dari 7 GW kapasitas
terpasang yang ada, 66% adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 27%
Pemabngkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Demikian pula dari 29 GW
rencana penambahan dalam RUPTL seperti Gambar 2.7 terbagi menjadi, 50%
berupa PLTA dan 26% berupa PLTP. Di sisi lain, rencana pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hanya sebesar 7% walaupun potensinya
hampir mencapai 50% potensi energi terbarukan di Indonesia. Namun dalam
RUED, rencana pembangunan PLTS memiliki proporsi yang lebih besar yaitu
mencapai 16%.

Gambar 2. 7 Rencana pembangunan pembangkit energi terbarukan dalam


RUPTL(Kementrian ESDM, 2019)

Potensi energi surya sesuai Gambar 2.8 tentang potensi energi terbarukan
nasional memiliki potensi lebih dari 200 GW dengan efisiensi tekonologi

13
fotovoltaik yang tersedia saat ini. Namun, pemanfaatan energi surya dalam
pembangkitan listrik masih kurang dari 100 MW. Potensi energi surya ini tersebar
di seluruh wilayah Indonesia.

Gambar 2. 8 Potensi energi terbarukan nasional (ESDM, 2019)

Berdasarkan laporan status energi bersih Indonesia pada bulan Maret tahun
2019 merilis bahwa terdapat 10 daerah dengan rencana pembangunan pembangkit
energi terbarukan terbesar menurut RUPTL 2019-2028 yang dijelaskan pada Tabel
2.1 antara lain :
Tabel 2. 1 Rencana pembangunan pembangkit energi terbarukan (Praditya
dan Christian, 2019)

Provinsi Potensi Kapasitas Target 2025


(MW) Terpasang 2018 (MW)
(MW)
Kalimantan Barat 26.841 247 1.045
Papua 26.529 20 269
Jawa Barat 26.190 3.184 8.767
Jawa Timur 24.240 275 4.230
Kalimantan Timur 23.841 - 1.270
Sumatera Utara 22.478 839 1.686
Nusa Tenggara Barat 21.991 17 360
Sumatera Selatan 21.866 18 1.686
Kalimantan Tengah 19.568 - 705
Jawa Tengah 19.450 366 2.722

PV Out dan Irradiance di Provinsi NTB pada sistem Rooftop dan


Ground

14
1. Konfigurasi Rooptop

a. Informasi PV Out

1) Peta PV Out
Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa tingkat PV Out untuk konfigurasi Rooftop
berada pada kisaran 1400 kWh/kWp hingga 1600 kWh/kWp.

Gambar 2. 9 Peta rooftop PV Out (Solargis, 2020)

2) Rata-rata PV Out Per Bulan


Untuk rata-rata PV Out per bulan dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2. 10 Rata-rata rooftop pv out setiap bulan pada tahun 2020


(Solargis, 2020)

b. Informasi Radiasi

15
Informasi potensi tingkat radiasi yang ada di Provinsi NTB ditampilkan pada
Tabel 2.2

Tabel 2. 2 Informasi tingkat radiasi rooftop (Solargis, 2020)

Informasi Potensi Per Tahun


Direct Normal Irradiation (DNI) 1468 kWh/m2
Global Horizontal Irradiation (GHI) 1868 kWh/m2
Diffuse Hordizontal Irradiation (DIF) 811 kWh/m2
Global Tilted Irradiation at Optimum Angel (GTI 1903 kWh/m2
opta)
Optimum Tilt of PV Modules (OPTA) 12/0 ̊
Air Temperature (TEMP) 27.6 ̊C
Terrain Elevation (ELE) 27 m

c. Ketinggian Matahari

Informasi sudut elevasi Rooftop di Provinsi NTB dapat dilihat pada Gambar
2.11

Gambar 2. 11 Informasi sudut elevasi rooftop (Solargis, 2020)

2. Konfigurasi Ground

a. Informasi PV Out

1) Peta PV Out
Pada Gambar 2.12 terlihat bahwa tingkat PV Out untuk konfigurasi Gorund
berada pada kisaran 1400 kWh/kWp hingga 1600 kWh/kWp.

16
Gambar 2. 12 Peta gorund pv out (Solargis, 2020)

2) Rata-rata PV Out Per Bulan


Untuk rata-rata PV Out per bulan dapat dilihat pada Gambar 2.13

Gambar 2. 13 Rata-rata gorund pv out setiap bulan pada tahun


2020 (Solargis, 2020)

b. Informasi Radiasi
Informasi potensi tingkat radiasi yang ada di Provinsi NTB ditamapilkan pada
Tabel 2.3

Tabel 2. 3 Informasi tingkat radiasi ground (Solargis, 2020)

Informasi Potensi Per Tahun


Direct Normal Irradiation (DNI) 1484 kWh/m2
Global Horizontal Irradiation (GHI) 1868 kWh/m2
Diffuse Hordizontal Irradiation (DIF) 811 kWh/m2

17
Global Tilted Irradiation at Optimum Angel (GTI 1903 kWh/m2
opta)
Optimum Tilt of PV Modules (OPTA) 12/0 ̊
Air Temperature (TEMP) 27.6 ̊C
Terrain Elevation (ELE) 27 m
c. Ketinggian Matahari

Informasi sudut elevasi Rooftop di Provinsi NTB dapat dilihat pada Gambar
2.11

Gambar 2. 14 Informasi sudut elevasi ground (Solargis, 2020)

Berdasarkan data potensi radiasi dan asumsi kapasitas terpasang yang telah
diperoleh, selanjutnya dapat dihitung besar daya output yang bisa dihasilkan
oleh PV sesuai dengan besarnya Global Horizontal Irradiance (kWh/m2) dan
suhu PV saat itu. Besarnya daya otuput PV (PPV) yang didapatkan dapat
dihitung dengan persamaan 2.1 berikut.
𝐺𝐻𝐼
𝑃PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp ( ) (2.1)
𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶

Dimana 𝑃 PV, STC adalah daya nominal PV sesuai dengan rating daya yang
digunakan (Watt), 𝑓 PV merupakan penurunan daya PV yang bernilai antara 0,85
hingga 1,1, dan 𝑓 temp merupakan faktor penurunan daya disebabkan karena
panas dinginnya suhu pada PV yang bisa dihitung menggunakan persamaan
(2.2). Global Horizontal Irradiation atau GHI diperoleh dari informasi yang

18
terdapat pada Global Solar Atlas (kWh/m2), sedangkan 𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶 merupakan besar
radiasi matahari pada saat pengetesan pabrik (umumnya 1000 W/m2).

𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)] (2.2)

Dimana αp adalah koefisien suhu PV (%/ ̊ C), Tc adalah suhu cell PV ( ̊C)
̊ (Prasetyono et al., 2015).
dan Tc,STC merupakan suhu standar PV yaitu 25 C

2.2.5 ArcGIS

ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI


(Environment Science & Research Institue) yang merupakan kompilasi fungsi-
fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop,
server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI Pada tahun
2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana ArcGIS desktop
merupakan software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas
tiga komponen yaitu : ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang
komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data
spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk
untuk keperluan analisis geoprosesing) software ArcGIS pertama kali
diperkenalkan kepada publik oleh ESRI pada tahun 1999, yaitu dengan kode versi
8.0 (ArcGIS 8.0). ArcGIS merupakan penggabungan, modifikasi dan peningkatan
dari 2 software ESRI yang sudah terkenal sebelumnya yaitu ArcView GIS 3.3
(ArcView 3.3) dan ArcInfo Workstation 7.2 (terutama untuk tampilannya). Setelah
itu berkembang dan ditingkatkan terus kemampuan si ArcGIS ini oleh ESRI yaitu
berturut turut ArcGIS 8.1, 8.2, 9.0, 9.1, 9.2, dan terakhir saat ini ArcGIS 9.3 (9.3.1)
dan sekarang sudah ada ArcGIS 10. ArcGIS meliputi perangkat lunak berbasis
Windows sebagai berikut (UGM, 2016). Logo ArcGIS ditunjukkan sesuai pada
Gambar 2.15.

Gambar 2. 15 Logo ArcGIS (UGM, 2016)

19
ArcGIS desktop terdiri dari beberapa software tersendiri yaitu :

1. ArcMap
ArcMap merupakan software yang berfungsi untuk membantu dalam
membuat peta, mendgedit data, dan menampilkan hasil analisis. ArcMap
adalah software paling utama di dalam ArcGIS Desktop karena hampir semua
tahapan GIS seperrti input, analisis dan output data spasial dapat dilakukan di
ArcMap.

Pada ArcMap terdapat beberapa tools dasar yang perlu diketahui seperti
yang tertera pada Gambar 2.16 :

Gambar 2. 16 User interface ArcMap (UGM, 2016)

Berikut adalah keterangan fungsi dan kegunaan dari user interface yang ada
pada ArcMap :

Nomor User Interface Keterangan

1 Menu Merupakan sekumpulan perintah berbasis teks/kata


untuk melakukan tugas-tugas tertentu pad ArcMap

2 Toolbar Sekumpulan perintah berbasis ikon/tombol untuk


melakukan tugas-tugas tertentu. Untuk
mengaktifkan/menonaktifkan tools toolbal klik
kanan pada toolbal lalu pilih tools yang ingin

20
diaktifkan

3 Table of Content Menampilkan daftar semua layer yang digunakan


pada project ArcMap yang sedang dikerjakan

4 Map Canvas Menampilkan layer atau peta pada project yang


sedang dikerjakan pada ArcMap

5 Catalog Memikiki fungsi mirip ArcCatalog, namun dengan


kapabilitas lebih terbatas

6 Toggle Mengganti dari data view ke layout view

7 Coordinate Bar Menampilkan koordinat kursor yang ditunjuk pada


Map Canvas

2. ArcCatalog
ArcCatalog merupakan aplikasi yang berfungsi untuk mengatur berbagai
macam data spasial dalam ArcMap meliputi fungsi browsing (mencari data),
organizing (mengorganisir), distributing (mendistribusikan), dan
documenting (mendokumentasikan).

3. ArcScene
ArcScene merupakan aplikasi mengolah dan menampilkan peta-peta ke
dalam bentuk 3D.

4. ArcGlobe
ArcGlobe merupakan aplikasi yang berfungsi untuk menampilkan peta-
peta 3D ke dalam bola dunia dan dapat dikoneksikan langsung ke internet.

5. ArcToolbox
ArcToolbox merupakan aplikasi perangkat/tools dalam melakukan
analisis-analisis geospasial.

a. Kegunaan ArcGIS

ESRI (Environmental System Research Institute) yang berpusat di Redlands,


California, adalah salah satu perusahaan yang mapan dalam pengembangan
perangkat lunak untuk GIS. Memulai debutnya dengan produk ArcInfo 2.0 pada

21
awal 1990 an, ESRI terus memperbaiki produknya untuk mengakomodasi
berbagai kebutuhan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Produk
yang paling terkenal dan hingga saat ini masih banyak digunakan oleh pengguna
GIS adalah ArcInfo 3.51 dan ArcView 3.3. Kedua produk ini masih digunakan
karena sifatnya yang ringan, tidak haus memory dan kelengkapan fasilitasnya
cukup memadai. Saat ini, produk terakhir ESRI adalah ArcGIS versi 10 yang
dirilis pada 28 Juni 2010 yang lalu. Dengan bervariasinya kalangan pengguna
GIS, software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS
pada berbagai skala (UGM, 2016):
1) ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional (perorangan
maupun institusi).
2) ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat inovasi
dan pengembangan.
3) Server GIS (ArcIMS, ArcSDE, lokal), dibuat bagi pengguna awam yang
mengumpulkan data spasial melalui aplikasi di internet.
4) Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini
mengumpulkan data lapangan.
b. Kelemahan ArcGIS
1) ArcGIS perlu spek hardware yang lebih tinggi. Dalam bahasa yang simple,
ArcGIS lebih berat.
2) ArcGIS secara default tidak support multi view dan multi layout. Ini sangat
menyulitkan pembuatan peta masal seperti Peta kegiatan GNRHL.
3) Penggunaan ArcGIS tidak akan efisien jika tidak menggunakan beberapa
software yang lain selain ArcMap yang dibuka bersama, misalnya
ArcCatalog, Windows Explorer, dan Notepad.
4) ArcGIS tidak 100% persen kompatible dengan ArcView 3x. Proses migrasi
akan sangat revolusioner, seperti migrasi dari MS Word 2003 ke MS Word
2007.
5) Di ArcGIS terdapat Xtool dan ET tetapi berbayar.
c. Keunggulan ArcGIS
ArcGIS itu sangat berguna dalam berbagai bidang kehidupan dan lebih unggul
daripada sistem informasi biasa, misalnya :

22
1) Pelayanan kesehatan contohnya dapat mengembangkan sebentuk peta
ilustrasi sehingga dapat memudahkan user untuk membuat peta dalam suatu
wilayah yang mengilustrasikan distribusi atau penyebaran terhadap suatu
penyakit, kematian dsb.
2) Dalam bidang agriculture : user dapat mengetahui bagaimana cara untuk
meningkatakan suatu produksi berdasarkan data yang ada.
3) Dalam bidang marketing sehingga kita dapat cara meningkatakan/
mengoptimalisasikan pemasaran.
4) Dalam bidang Geografi : Misalnya kita dapat mengetahui lokasi rawan yang
terjadi dari bencana alam.

Dengan adanya GIS maka akan mempermudah user untuk menganalisis,


mencari suatu informasi sehingga dapat membantu user untuk mengambil suatu
keputusan berdasarkan data/ fakta yang terjadi. GIS juga dapat mengahsilkan data
spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat
dan dalam (UGM, 2016).

2.2.6 Global Solar Atlas

Global Solar Atlas adalah aplikasi berbasis peta online gratis yang
menyediakan berbagai informasi tentang sumber daya matahari dan beberapa data
Geographic Information System (GIS) global, regional, dan negara untuk
mendukung peningkatan tenaga surya di negara klien. Pekerjaan ini didanai oleh
Energi Sector Management Assistance Program (ESMAP), dan perwakilan multi
yang dikeola oleh Bank Dunia dan didukung oleh 13 pendonor bilateral resmi.

Tujuan dari Global Solar Atlas adalah untuk menyediakan data tingkat
pengantar yang dapat diandalkan untuk membantu pembuat kebijakan, peneliti,
dan perusahaan tenaga surya komersial mengambil keputusan yang lebih baik.
Untuk analisis khusus proyek pembangkit listrik besar, data yang tersedia melalui
Global Solar Atlas hanya cocok untuk analisis awal. Perkiraan hasil PV tidak
memperhitungkan banyak faktor penting yang dapat mempengaruhi potensi hasil
dari pembangkit listrik tenaga fotovoltaik.

Global solar atlas menawarkan 4 fitur kunci antara lain :

23
1. Peta interaktif (Interactive Maps)

Peta interaktif memungkinkan visualisasi potensi sumber daya energi


matahari untuk suatu wilayah dan memberikan nilai rata-rata tahunan untuk
setiap melakukan klik pada peta sesuai pada Gambar 2.17.

Gambar 2. 17 Peta interaktif (GSA, 2020)

2. Kalkulator PV Out (PV yield calculator)

Kalkulator PV Out memungkinkan perhitungan hasil energi jangka panjang


untuk sistem PV yang ditentukan khusus seperti pada Gambar 2.18. Perkiraan
hasil energi disediakan sebagai profil 12 bulan dikali 24 jam yang
memungkinkan untuk memahami produksi PV musiman dan harian.

24
Gambar 2. 18 Kalkulator PV Out (GSA, 2020)

Adapun formulasi kalkulasi yang digunakan pada model data yang


disediakan Global Solar Atlas dapat dilihat pada Tabel 2.4 :

Tabel 2. 4 Model Data Global Solar Atlas (GSA, 2020)


Jenis Data Akronim Satuan Temporal Resolusi Sumber
Aggregation Spasial
PV Electricity PVOUT kWh/kWp 12 x 24 30 arcsec Solargis
Ouptut or kWh (month x hour) (~1km)
Profiles
Global GHI kWh/m2 Annual 9 arcsec Solargis
Horizontal Average (~250 m)
Irradiation
Diffuse DIF kWh/m2 Annual 9 arcsec Solargis
Horizontal Average (~250 m)
Irradiation
Direct Normal DNI kWh/m2 12 x 24 9 arcsec Solargis
Irradiation (month x hour) (~250 m)
Profiles
Optimum OPTA º Annual 2 arcmin Solargis
inclination [º] Average (~4 km)
for inclined
and fixed
equator facing
PV modules
Air TEMP °C Annual 30 arcsec ERA5,
Temperature Average (~1km) post-
at height of 2 processed
m by
Solargis
Elevation ELE m - 3 arcsec SRTM-3
(~90 m) and other
multiple
sources,
post-
processed
by
Solargis

Berdasarkan pemodelan data yang disediakan Global Solar Atlas terdapat


beberapa asumsi losses yang digunakan sesuai Tabel 2.5 antara lain :
Tabel 2. 5 Asumsi losses Global Solar Atlas (GSA, 2020)

Theoritic Small Medium Ground Floating


al (Site Residenti Size Mounted Large
Data) al Scale

25
Commerci Alrge
al Scale
Installed [kWp 1 Defined Defined by Defined Defined
Power ] by user user by user by user
PV Module - N/A Portrait Landscape Landscap Landscap
Orientation e e
PV field - 2,0% No Yes Yes Yes
self-
shading*
Realtive - N/A N/A 2,5 2,5 1,4
row spacing
Nominal [°C] 46,2 51,2 49,2 46,2 46,2
Operating
Cell
Temp**
Inverter [%] 98 95,9 96,4 97,8 96,4
EURO
Efficiency**
*
DC losses : [%] 3,5 4,5 4 3,5 6
Soiling
DC losses : [%] 2 1 1 2 2,5
Cables
DC losses : [%] 0,3 0,8 0,5 0,3 6,5
Mismatch
AC losses : [%] 0,9 0 1 0,9 1
Transformer
AC losses : [%] 0,5 0,2 0,4 0,5 2
Cables
Availability [%] 100 97 98 99,5 98
Keterangan :
* Dalam simulasi sistem PV Teoritis, efek kerugian bayangan sendiri
diperkirakan 2,0%.

**Suhu operasional modul PV dikoreksi sesuai dengan ventilasi sebagai hasil


dari jenis pemasangan PV, dimana pada kasus solar floating suhu dipengaruhi
oleh penguapan air.

***Dalam simulasi sistem PV Teoritis, parameter efisiensi eur inverter


digunakan untuk simulasi kerugian konversi DC ke AC, begitu juga dengan
parameter model inverter sandia dari inverter generic digunakan untuk
simulasi kerugian konversi DC ke AC. Inverter tertimbang efisiensi Eropa
hanya digunakan untuk indikasi kuantitatif kerugian yang diperkirakan dari
parameter model.

26
3.Peta dan data GIS yang dapat diunduh
Bagian unduhan dapat memungkinkan unduhan peta poster untuk tujuan
presentasi seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.19. Selain itu, lapisan data
GIS dapat diunduh untuk analisis geospasial lanjutan menggunakan perangkat
lunak seperti QGIS dan ArcGIS.

Gambar 2. 19 Mengunduh data GIS (GSA, 2020)

4. Statistik potensi surya Negara dan Regional


Potret potensi energi surya tingkat negara dan regional disiapkan untuk
membantu pembuat kebijakan dan peneliti memahami potensi teoritis dan
praktis energi surya untuk negara dan wilayah yang diinginkan seperti pada
Gambar 2.20.

27
Gambar 2. 20 Statistik potensi energi surya (GSA, 2020)

2.2.7 Tera Incognita

Terrra Incognita merupakan software gratis yang digunakan untuk


mengunduh data citra satelit dari berbagai sumber penyedia citra satelit, seperti
maps google, bing maps, open street map, esri ArcGIS, dan beberapa sumber citra
satelit lainnya. Software ini dibuat oleh Marian Zubak dengan berbagai kelebihan
menurut citrasatelit.com :

1. Program biasa digunakan untuk mengunduh peta dari berbagai sumber web

2. Navigasi peta dengan langkah yang mudah dipahami

3. Menghasilkan data peta dari OziExplorer, Kmz, JNX, GPSdash atau TrekBuddy
yang sudah terkalibrasi

4. Mengelola data titik atau jalur yang disimpan dalam format gpx dan format
lainnya

5. Dapat menyimpan suatu lokasi yang sudah ditentukan

6. Pemisahan otomatis area yang sangat besar ke banyak file peta yang lebih kecil

2.2.8 Global Mapper

Global Mapper adalah software GIS buatan Blue Marble yang digunakan
untuk mengolah citra satelit maupun data peta seperti peta scan, tampilan 3D
View atau analisa data topografi yang bersifat digital elevation model. Kelebihan
dari software ini adalah mendukung lebih dari 300 jenis file, termasuk semua
format spasial umum, seperti file bentuk ESRI, file KML, citra MrSID, dan
LiDAR. Selain itu, jika terdapat jenis file yang tida didukung oleh Global
Mapper, Blue Marble bersama tim pengembang perangkat lunaknya akan
memeriksa langsug dan menilai apakah format tersebut layak atau tidak untuk
ditambahkan sebagai salah satu dari jenis file yang didukung. Logo Global
Mapper ditampilkan pada Gambar 2.21.

28
Gambar 2. 21 Logo Global Mapper (Marbel, 2019)

29
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk menaganalisis potensi pengembangan


Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Provinsi NTB. Untuk mencapai tujuan
penelitian yang direncanakan, maka dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari
beberapa bagian, yaitu :

3.1 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat rancangan yang menjadi acuan sekaligus
gambaran dari penelitian sesuai Gambar 3.1

Global Solar Atlas


 Informasi Irradiance
Rooftop
 Informasi PV Out
Terra Incognita
Digitasi  Small Residential
Rooftop Area  Medium Size
Commercial

Luasan
Global Mapper Ground Area
Ground
Koordinat  Jenis Lahan

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan awal bulan September 2020, dimulai dengan studi
literatur hingga proses final sesuai dengan rancangan penelitian pada Gambar 3.1
pada bulan Januari 2021 di Provinsi Nusa Tenggara Barat sekaligus selaku objek
penelitian ini.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian


Perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat
Laptop dengan Sistem Operasi Windows 10 Ultimate 64-bit dengan spesifikasi
Intel Core i5-4200 1.6 GHz, lengkap dengan perangkat lain mouse, charger,
printer dan komponen pendukung lainnya. Perangkat lunak yang digunakan dalam

30
penelitian ini adalah Microsoft Office 2016, software ArcGIS 10.7, Global Mapper
21.0, dan Tera Incognita.

3.1.2 Bahan Penelitian


Bahan penelitian ini menggunakan data-data dari google satelit dan beberapa
website penyedia informasi pendukung penelitian. Data yang digunakan adalah :

1. Data citra satelit Provinsi NTB dengan zoom mencapai jarak 5 m untuk area
rooftop dan 50 m untuk area ground .
2. Irradiance dan PV Out information.

3.4 Prosedur Penelitian


1. Studi Literatur
Untuk memperoleh data dan infromasi tentang pemetaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya baik berupa handbook, e-book, jurnal dan sebagainya untuk
membantu penyelesaian tugas akhir.
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data pendukung penelitian seperti citra satelit dan shp file.
Data-data diperoleh dari Google Satelit untuk citra, Jenis Lahan dan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi dalam bentuk shp file dari BAPPEDA Provinsi
NTB serta website penyedia informasi pendukung penelitian.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang direncanakan
dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Mengunduh citra satelit daerah yang telah direncanakan dari Google Satelit
melalui software Tera Incognita yang terbagi menjadi dua bahan unduhan
yaitu Rooftop dengan spesifikasi diperjelas 5 m dan Ground dengan
spesifikasi diperjelas 50 m .
b. Menggabungkan hasil unduhan citra satelit untuk masing-masing
konfigurasi Rooftop dan Ground menggunakan Global Mapper sehingga
mendapatkan format file ECW.
c. Melakukan digitasi area Rooftop dan Ground menggunakan software
ArcGIS

31
d. Menghitung luasan area Rooftop dan Ground serta menentukan koordinat
secara otomatis pada setiap area hasil digitasi menggunakan software
ArcGIS.
e. Menambahkan informasi PV Out dan Irradiance berdasarkan titik koordinat
setiap area melalui Global Solar Atlas.
f. Validasi perhitungan PV Out yang diperoleh dari Global Solar Atlas
menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2 dengan data dasar yaitu Global
Horizontal Irradiation (GHI), Suhu PV, dan Kapasitas terpasang.

3.5 Diagram Alir Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang digambarkan dalam
diagram alir seperti pada Gambar 3.2

32
Mulai

1. Studi literatur
2. Pengumpulan data

Pengunduhan citra satelit NTB melalui Google Satelit


menggunakan software Tera Incognita

Penyatuan dan penyesuaian hasil unduhan dari Google


Satelit menggunakan Global Mapper

Apakah hasil penyatuan sudah Tidak


sesuai dengan peta aslinya ?

Ya
Digitasi hasil penyatuan area Rooftop dan Ground
menggunakan software ArcGIS dengan ketentuan warna
merah

Menghitung luas dan menentukan koordinat secara


otomatis pada setiap area Rooftop dan Ground

Menentukan kategori Rooftop sebagai berikut :


1. Small Residential dengan luas minimal 8 m²
2. Medium Size Commercial dengan luas minimal 500

Menentukan kategori Ground sebagai berikut :
1. Menentukan jenis lahan di atas area tersebut
berdasarkan data shp file BAPPEDA
2. Luas area Ground minimal 2 Hektare

Penambahan informasi Irradiance dan PV Out melalui


Global Solar Atlas ke dalam atribute table pada
ArcGIS berdasarkan koordinat longitude dan latitude

Validasi perhitungan PV Out dari Global Solar Atlas


berdasarkan persamaan 2.1 dan 2.2 menggunakan data
dasar GHI, Suhu PV,dan Kapasitas terpasang

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian

33
3.6 Diagram Alir Digitasi ArcMap

Mulai

Spesifikasi data pengolahan :


1. Citra satelit rooftop area diperjelas 5 m
2. Citra stelit ground area diperjelas 50 m

Pengaturan awal :
1. Menambahkan folder baru pada catalog
2. Menambahkan shapefile baru pada folder tersebut
dengan ketentuan :
 Memberikan nama sesuai area
 Menggunakan fitur polygon
 Memilih koordinat UTM 50S

Proses digitasi :
1. Melakukan start editing pada shpaefile
2. Menandai bagian Rooftop dan Ground
3. Membuka atribut file dan perhitungan luas otomatis
dengan mengatur satuan luas area menggunakan m²
untuk Rooftop dan Hektare untuk Ground
4. Menentukan koordinat setiap area secara otomatis
untuk Rooftop dan Ground

Apakah hasil digitasi Tidak


sudah diperoleh ?

Ya
Perhitungan luasan setiap area hasil
digitasi secara otomatis

Pengelompokkan sistem PV menjadi Small Residential/


Medium Size Commercial untuk Rooftop dan
berdasarkan jenis lahan untuk Ground

Penambahan informasi Irradiance dan PV Out


berdasarkan koordinat longitude dan latitude sesuai
kategori yang sudah ditentukan

Selesai

Gambar 3. 3 Diagram alir setting ArcMap

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis tugas akhir ini adalah untuk mengetahui berapa besar luasan
potensi area, besar Irradiance dan PV Out pada setiap pemetaan potensi PLTS
Rooftop dan Ground di Provinsi NTB berbasis Geographic Information System.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pemilihan area Rooftop yang dibatasi pada
daerah perkotaan dan gedung-gedung terdekat dengan pusat pemerintahan di setiap
kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB, sedangkan untuk area Ground
diutamakan pada daerah terluar dari setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi
NTB serta mengacu pada Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB
menggunakan software ArcGIS. Untuk memudahkan penentuan informasi dan
asumsi kapasitas pembangkit yang sesuai pada area Rooftop dikategorikan menjadi
dua yaitu Medium Size Commercial dengan minimal luasan Rooftop 500 m2 dengan
kapasitas pembangkit terpasang 100 kWp dan Small Residential dengan minimal
luasan 8 m2 dengan kapasitas pembangkit terpasang 1 kWp. Sedangkan pada area
Ground hanya digunakan satu asumsi kapasitas pembangkit yang digunakan yaitu
1.000 kWp atau 1 MWp dengan asumsi luasan minimal area yang dibutuhkan
adalah 2 hektar atau 20.000 m2.
Asumsi luasan area yang dibutuhkan didasarkan pada besar modul panel surya
yang digunakan yaitu dengan jenis Crystalline sesuai jenis panel surya yang
digunakan pada Global Solar Atlas, dimana ukuran standar rata-rata 250 W
Polycrystalline adalah 1,6 m2 dengan panjang 1,65 meter dan lebar 0,99 meter serta
berat rata-rata 5 kg. Penambahan Informasi Irradiance dan PV Out diambil
berdasarkan data dan asumsi yang terdapat pada Global Solar Atlas sesuai dengan
pengelompokan yang sudah ditentukan.
4.1 Analisis Potensi Rooftop pada Gedung-gedung Sekitar Pusat
Pemerintahan di Provinsi NTB
a. Digitasi Rooftop gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
Digitasi Rooftop dibatasi pada gedung-gedung di sekitar pusat pemerintahan
setiap kabupaten/kota dengan total 10 ibukota kabupaten antara lain Kota Selong
Kabupaten Lombok Timur, Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah, Kota Gerung

35
Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram, Kota Tanjung Kabupaten Lombok
Utara, Kota Woha Kabupaten Bima, Kota Dompu Kabupaten Dompu, Kota
Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa, Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat, dan Kota Bima.
Proses digitasi dilakukan dengan memilih area atap gedung-gedung terdekat
dengan pusat pemerintahan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB seperti
Gambar 4.1

Gambar 4.1 Digitasi area Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten kota di
Provinsi NTB

b. Data luasan area Rooftop gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan


setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
Setelah semua area sesuai batasan masalah selesai di digitsai, pada attribute
table akan ditampilkan jumlah area beserta urutannya dimulai dari area ke-0
sebagai area digitasi pertama pada pemetaan tersebut dan seterusnya. Perhitungan
luasan area Rooftop dilakukan dengan menambahkan tabel Luasan pada attribute
table dan mengatur properti perhitungan menggunakan kategori Area dan satuan
luasan square meters atau meter persegi seperti Gambar 4.2

36
Gambar 4.2 Contoh Perhitungan luasan area Rooftop sekitar pusat pemerintahan Kota
Mataram Provinsi NTB

Berdasarkan pengaturan yang sudah dilakukan seperti Gambar 4.2


diperoleh data berupa FID yang menunjukkan urutan dan total area dengan luasan
di setiap area hasil digitasi pada pemetaan tersebut dengan satuan square meters
atau meter persegi, sehingga diperoleh data luasan area Rooftop pada setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB setelah dirangkum menggunakan fitur report
yang berisi informasi jumlah area di Kota Mataram yaitu 1863 area, total luasan
area 861.039,6 m2, area terluas 19.390,3 m2, area terkecil 22,3 m2, dan rata-rata
luasan area 462,3 m2 pada ArcGIS dan disajikan dengan bantuan Microsoft Word.
Perhitungan yang sama dilakukan pada setiap kabupaten/kota yang lainnya dan
diperoleh hasil sesuai dengan Tabel 4.1
Tabel 4.1 Luasan area Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
No Kota Kabupaten Jumlah Total Area Area Luasan
Area Luasan Terluas Terkecil Rata-
(Area) Area (m2) (m2) (m2) rata (m2)
1 Selong Lombok 555 214.244,4 8.408,7 30,3 386,02
Timur
2 Praya Lombok 576 280.263,9 4.728,9 46,8 486,5
Tengah
3 Gerung Lombok 502 168.130,9 3.087,3 31,1 334,9
Barat
4 Mataram Mataram 1863 861.039,6 19.390,3 22,3 462,3
5 Tanjung Lombok 503 103.361,01 1.835,6 24,7 205,5
Utara
6 Woha Bima 309 57.710,2 1.327,4 32,9 186,7
7 Dompu Dompu 514 164.112,02 1.861,5 32,8 319,3

37
8 Sumbawa Sumbawa 712 240.540,6 4.429,02 20,4 337,8
Besar
9 Taliwang Sumbawa 575 124.639,5 2.762,9 27,9 216,7
Barat
10 Bima Bima 526 165.017,9 4.865,8 50,2 313,7

Berdasarkan Table 4.1 dapat dilihat bahwa potensi Rooftop terbesar


didominasi oleh Kota Mataram dengan total area hasil digitasi hingga 1.863 area
dan total luasan keseluruhan 861.039,6 m2, area terkecil 22,3 m2, terluasan
19.390,3 m2, dan rata-rata luasan per area 462,3 m2, hal ini disebabkan oleh posisi
Kota Mataram sebagai ibukota sekaligus pusat pemerintahan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Potensi Rooftop terkecil berada di Kota Woha Kabupaten Bima
dengan total area hasil digitasi 309 area dan total luasan keseluruhan 57.710,2 m2,
area terkecil 32,9 m2, terluasan 1.327,4 m2 dan rata-rata luasan per area 186,7 m2,
hal ini disebabkan oleh gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan Kota Woha
berdasarkan pengamatan citra tidak terlalu padat.
Dari data hasil digitasi potensi Rooftop di setiap kabupaten/kota di Provinsi
NTB di atas diperoleh total area keseluruhan berjumlah 6.635 area dengan total
luasan keseluruhan kabuptaen/kota 2.379.060 m2 atau sekitar 2,4 km2. Total
luasan tersebut jika dibandingkan dengan total bangunan pemukiman yang ada di
Provinsi NTB berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi NTB hanya sekitar 0,42 % dari total luasan 581,5 km2. Perbandingan
tersebut disebabkan oleh batasan masalah dari penelitian ini yang hanya
mengambil gedung-gedung terdekat dengan pusat pemerintahan di setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB dan mengacu pada amanat Peraturan Presiden
No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.
c. Pengelompokan area berdasarkan asumsi kapasitas pembangkit
terpasang Rooftop pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
Pada penelitian ini, potensi Rooftop diklasifikasikan menjadi dua kategori
yaitu Medium Size Commercial dan Small Residential sesuai dengan luasan area
masing-masing Rooftop yaitu untuk area dengan luasan minimal 500 m2 dengan
asumsi kapasitas pembangkit terpasang sebesar 100 kWp termasuk dalam
kategori Medium Size Commercial dan Small Residential dengan luasan area
minimal 8 m2 dan asumsi kapasitas terpasang 1 kWp. Data pengelompokan yang

38
diperoleh tersebut sesuai dengan Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengelompokan area Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
No Kota Kabupaten Medium Small Jumlah
Size Residential Area
Commercial (Area) (Area)
(Area)
1 Selong Lombok 136 419 555
Timur
2 Praya Lombok 219 357 576
Tengah
3 Gerung Lombok 114 388 502
Barat
4 Mataram Mataram 569 1294 1863
5 Tanjung Lombok 49 454 503
Utara
6 Woha Bima 28 281 309
7 Dompu Dompu 102 412 514
8 Sumbawa Sumbawa 159 553 712
Besar
9 Taliwang Sumbawa 50 525 575
Barat
10 Bima Bima 99 427 526
Total 1.525 5.110 6.635

Pengelompokan area dengan kriteria luasan minimal tersebut didasari oleh


jenis panel surya yang digunakan yaitu Crystalline, dimana 1 buah panel surya
jenis Pollycrystalline 250 W memiliki ukuran standar 1,6 m2 dengan panjang 1,65
meter dan lebar 0,99 meter serta berat rata-rata 5 kg pada Global Solar Atlas
sebagai sumber informasi Irradiance dan PV Out.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa total area dengan kategori Medium
Size Commercial berjumlah 1.525 area dan Small Residential sejumlah 5.110
area. Hal tersebut menyatakan bahwa potensi Rooftop didominasi oleh kategori
Small Residential karena besar area Rooftop berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dan asumsi luasan area yang dibutuhkan untuk masing-masing kategori
lebih banyak yang berada dibawah 500 m2.
d. Potensi Irradiance dan PV Out gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan
pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
1.Potensi Rooftop Irradiance sekitar pusat pemerintahan kabupaten/kota di
Provinsi NTB
Penentuan informasi Irradiance pada setiap area didasari pada kategori

39
masing-masing area berdasarkan luasan yang sudah ditentukan. Proses
penentuan informasi dilakukan dengan memanfaatkan koordinat longitude dan
latitude pada masing-masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi
yang spesifik sesuai titik area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas,
setelah area ditemukan maka akan dipilih kategori Small Residential atau
Medium Size Commercial sesuai luasan dari masing-masing area sehingga
diperoleh rangkuman informasi rata-rata Irradiance pada setiap area di setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB sesuai Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Potensi Rooftop Irradiance sekitar pusat pemerintahan
kabupaten/kota di Provinsi NTB
Rata-rata Irradiance per day
(kWh/m2)
No. Kota Kabupaten Jumlah Area Medium Size Small
(Area) Commercial Residential
1 Selong Lombok 555 5,776 5,778
Timur
2 Praya Lombok 576 5,331 5,330
Tengah
3 Gerung Lombok 502 5,326 5,329
Barat
4 Mataram Mataram 1863 5,234 5,234
5 Tanjung Lombok 503 5,338 5,335
Utara
6 Woha Bima 309 5,679 5,684
7 Dompu Dompu 514 5,398 5,402
8 Sumbawa Sumbawa 712 5,851 5,852
Besar
9 Taliwang Sumbawa 575 5,575 5,577
Barat
10 Bima Bima 526 5,440 5,440

Berdasarkan tabel rangkuman potensi Irradiance yang diperoleh sesuai


Tabel 4.3 dapat dianalisis bahwa untuk kategori Small Residential dan Medium
Size Commercial potensi radiasi terbesar diperoleh pada Kota Sumbawa Besar
Kabupaten Sumbawa berturut-turut yaitu sebesar 5,852 kWh/m2 per day dan
5,851 kWh/m2 per day. Sedangkan untuk potensi radiasi terkecil untuk kategori
Medium Size Commercial dan Small Residential diperoleh pada Kota Mataram
berturut-turut yaitu sebesar 5,234 kWh/m2 per day. Potensi Irradiance yang
diperoleh merupakan proyeksi potensi rata-rata pencahayaan energi matahari per
hari (12 jam sesuai informasi Global Solar Atlas) dan dalam satu tahun, sehingga

40
potensi yang diperoleh tersebut dianggap mewakili proyeksi potensi rata-rata
setiap bulannya dalam satu tahun.
2.Potensi Rooftop PV Out sekitar pusat pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi
NTB
Penentuan informasi PV Out dibagi menjadi dua kategori yaitu Small
Residential dan Medium Size Commercial sesuai luasan dari masing-masing area
hasil digitasi. Setelah semua area sudah dikelompokkan, proses penambahan
informasi PV Out dilakukan dengan menggunakan koordinat pada masing-
masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi yang spesifik sesuai titik
area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas, setelah area ditemukan
maka akan dipilih kategori Small Residential atau Medium Size Commercial
sesuai luasan dari masing-masing area. Untuk kategori Small Residential pada
Global Solar Atlas memiliki asumsi kapasitas terpasang sebesar 1 kWp dan 100
kWp untuk kategori Medium Size Commercial.
Setelah informasi PV Out pada semua area hasil digitasi pada setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB didapatkan, maka dapat diperoleh rangkuman
informasi rata-rata potensi PV Out per hari dan per tahun sesuai Tabel 4.4
berdasarkan kategori Small Residential dan Medium Size Commercial.
Tabel 4.4 Potensi Rooftop PV Out sekitar pusat pemerintahan kabupaten/kota
di Provinsi NTB
Rata-rata PV Out per day Rata-rata PV Out per
(MWh) year (MWh)
No. Kota Kabupaten Medium Small Medium Small
Size Residential Size Residential
Commercial Commercial
1 Selong Lombok 0,441 0,004 160,795 1,595
Timur
2 Praya Lombok 0,400 0,004 145,925 1,476
Tengah
3 Gerung Lombok 0,408 0,004 150,176 1,478
Barat
4 Mataram Mataram 0,402 0,004 146,719 1,451
5 Tanjung Lombok 0,403 0,004 150,111 1,478
Utara
6 Woha Bima 0,421 0,004 159,056 1,565
7 Dompu Dompu 0,404 0,004 147,456 1,493
8 Sumbawa Sumbawa 0,441 0,004 162,906 1,614
Besar
9 Taliwang Sumbawa 0,422 0,004 154,091 1,546
Barat

41
10 Bima Bima 0,411 0,004 149,759 1,511

Berdasarkan tabel rangkuman potensi PV Out yang diperoleh sesuai Tabel


4.4 dapat dianalisis bahwa untuk kategori Small Residential dan Medium Size
Commercial potensi PV Out per day terbesar diperoleh pada Kota Selong
Kabupaten Lombok Timur dan Kota Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
yaitu berturut-turut sebesar 0,004 MWh per day dan 0,441 MWh per year.
Untuk kategori Small Residential dan Medium Size Commercial potensi PV Out
per year terbesar diperoleh pada Kota Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
yaitu berturut-turut sebesar 1,614 MWh per year dan 162,906 MWh per year.
Sedangkan potensi PV Out per day terkecil untuk kategori Small Residential
dan Medium Size Commercial diperoleh pada Kota Praya Kabupaten Lombok
Tengah yaitu berturut-turut sebesar 0,004 MWh per day dan 0,400 MWh per
day. Begitu juga dengan potensi PV Out per year terkecil untuk kategori Small
Residential dan Medium Size Commercial diperoleh pada Kota Praya
Kabupaten Lombok Tengah yaitu berturut-turut sebesar 1,476 MWh per year
dan 145,925 MWh per year. Potensi PV Out yang diperoleh merupakan
proyeksi potensi rata-rata per hari dalam satu tahun, sehingga potensi yang
diperoleh tersebut dianggap mewakili proyeksi potensi rata-rata setiap bulannya
dalam satu tahun.
e. Tampilan akhir pemetaan Rooftop gedung-gedung sekitar pusat
pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
1.Tampilan akhir pemetaan Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
Setelah semua informasi berupa luasan, koordinat setiap area hasil digitasi,
pengelompokan area, informasi Irradiance dan PV Out sudah diperoleh dan
dimasukkan ke dalam setiap attribute table hasil digitasi Rooftop, maka
diperoleh tampilan akhir dari pemetaan seperti Gambar 4.3

42
Gambar 4.3 Tampilan akhir pemetaan Rooftop sekitar pusat pemerintahan kota Sumbawa
Besar Kabupaten Sumbawa

Gambar 4.3 merupakan salah satu contoh hasil akhir pemetaan Rooftop
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB pada kota Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa. Titik-titik
berwarnah merah di dalam garis hijau tersebut merupakan area atap gedung
sekitar pusat pemerintahan Kota Sumbawa Besar yang sudah di digitasi dan
dilengkapi dengan informasi urutan area, luasan, jenis konfigurasi (Small
Residential/Medium Size Commercial), irradiance, PV Out per hari, PV Out per
tahun serta koordinat longitude dan latitude (X dan Y) dari masing-masing area.
Sedangkan garis hijau tersebut merupakan batasan area yang membatasi asumsi
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada Kota Sumbawa Besar.
Tampilan akhir dan informasi yang sama seperti Gambar 4.3 diperoleh pada
semua hasil pemetaan pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB yang dapat

43
dilihat pada lampiran 1.1-1.10 halaman 62.
2.Identifikasi per area Rooftop gedung sekitar pusat pemerintahan setiap
kabuupaten/kota di Provinsi NTB
Pada setiap area yang sudah selesai didigitasi dan ditambahkan informasi
yang lengkap, maka akan ditampilkan informasi identifikasi per area seperti
Gambar 4.4 pada saat melakukan klick pada setiap area hasil digitasi.

Gambar 4.4 Identifikasi per area Rooftop gedung sekitar pusat pemerintahan Kota
Mataram

Gambar 4.4 merupakan salah satu contoh identifikasi area pada Kota Mataram
yaitu gedung Rektorat Universitas Mataram, dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa informasi seperti Area yang menunjukkan urutan area ke-4 pada contoh
salah satu area pemetaan tersebut, Irradiance menunjukkan besar Irradiance
yaitu sebesar 5,255 kWh/m2, Jenis Konfigurasi menunjukkan kategori Rooftop
berdasarkan luasan area yang menentukan asumsi kapasitas terpasang yang
digunakan pada Global Solar Atlas yaitu Small Residential atau Medium Size
Commercial, Luasan menunjukkan besar area tersebut yaitu 2.408,13 m2, PV Out
per day menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu hari (12 jam)
dengan kapasitas terpasang sesuai kategori yang digunakan sebesar 0,406 MWh
per day, PV Out per year menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu
tahun yaitu sebesar 148,045 MWh per year, dan koordinat X dan Y

44
menunjukkan lokasi dari masing-masing area yang di digitasi untuk
memudahkan dalam mencari lokasi area tersebut melalui Google Maps.
Identifikasi dengan informasi yang sama juga diperoleh pada setiap area hasil
digitasi pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB pada lampiran 1.1-1.10
halaman 62.
4.2 Analisis Potensi Area Ground pada Daerah Terluar dan Terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
NTB
a. Digitasi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Digitasi Ground diutamakan pada daerah terluar dari setiap kabupaten yang
ada di Provinsi NTB dengan total 8 kabupaten dan mengacu pada Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB. Proses digitasi dilakukan dengan
mangabaikan jarak minimal antara pemukiman dan area potensial digitasi tetapi
tetap memperhatikan area-area yang kosong atau area yang tidak terdapat
pemukiman di atasnya.
Proses digitasi tersebut dilakukan seperti Gambar 4.5 yang memperhatikan
area terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada
contoh tersebut dekat dengan Gardu Induk Pringgabaya Kabupaten Lombok
Timur.

45
Gambar 4.5 Digitasi area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB

b. Data luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Setelah semua area sesuai batasan masalah selesai di digitsai, pada attribute
table akan ditampilkan jumlah area beserta urutannya dimulai dari area ke-0
sebagai area digitasi pertama pada pemetaan tersebut dan seterusnya. Perhitungan
luasan area Rooftop dilakukan dengan menambahkan tabel Luasan pada attribute
table dan mengatur properti perhitungan menggunakan kategori Area dan satuan
luasan Hectares atau Hektare seperti Gambar 4.6

Gambar 4.6 Contoh Perhitungan luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat

Berdasarkan pengaturan yang sudah dilakukan seperti Gambar 4.6


diperoleh data berupa Area yang menunjukkan urutan dan total area dengan
luasan di setiap area hasil digitasi pada pemetaan tersebut dengan satuan Hectares
atau Hektare, sehingga diperoleh data luasan area Ground pada setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB setelah dirangkum menggunakan fitur report
yang berisi informasi jumlah area di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu 141 area,
total luasan area 6.693,8 Hektare, area terluas 696,9 Hektare, area terkecil 1,84
Hektare, dan rata-rata luasan 47,5 Hektare pada ArcGIS dan disajikan dengan
bantuan Microsoft Word. Perhitungan yang sama dilakukan pada setiap kabupaten
yang lainnya dan diperoleh hasil sesuai dengan Tabel 4.5

46
Tabel 4.5 Luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
No Kabupaten Jumlah Total Area Area Luasan
Area Luasan Area Terluas Terkecil Rata-rata
(Area) (Hektare) (Hektare) (Hektare) (Hektare)
1 Lombok Timur 168 8.872,4 606,3 0,9 52,8
2 Lombok Tengah 127 5.883,8 643,5 2,2 46,3
3 Lombok Barat 102 2.574,4 167.4 2,04 25,2
4 Lombok Utara 154 3.170,2 164,8 2,03 20,6
5 Bima 169 16.819,5 1.054,6 2,3 99,5
6 Dompu 134 26.628,7 3.041,9 2,2 198,7
7 Sumbawa 170 24.350,9 1.073,6 2,8 143,2
8 Sumbawa Barat 141 6.693,8 696,9 1,84 47,5

Berdasarkan tabel data luasan tersebut dapat dianalisis bahwa dareah


dengan total luasan area Ground terbesar adalah Kabupaten Dompu yaitu
seluasan 26.628,7 Hektare dengan total 134 area atau setara dengan 266,287 km2
dari total luasan keseluruan daerah Kabupaten Dompu berdasarkan data dari
Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah atau RKPD yaitu 2.324,6 km 2.
Daerah dengan luasan potensi terkecil adalah Kabupaten Lombok Barat yaitu
seluasan 2.574,4 hektare dengan total 102 area atau setara dengan 25,744 km 2 dari
total luasan keseluruhan Kabupaten Lombok Barat yaitu 1.053,92 km 2
berdasarkan data RKPD Provinsi NTB (Peraturan Gubernur, 2019).
Dari data hasil digitasi potensi Ground di setiap kabupaten di Provinsi NTB
pada Tabel 4.5 diperoleh total area keseluruhan berjumlah 1.165 area dengan total
luasan 94.993,7 hektare atau sekitar 949,937 km2. Total luasan tersebut jika
dibandingkan dengan total keseluruhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB
berdasarkan data dari dokumen RKPD setelah dikurangi dengan luasan seluruh
gedung di Provinsi NTB hanya sekitar 4,85 % dari total luasan 19.571,3 km2.
Perbandingan tersebut disebabkan oleh batasan masalah dari penelitian ini yang
mengutamakan daerah terluar dari setiap kabupaten di Provinsi NTB dan
mengacu pada Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB.
c. Topografi NTB dan pengelompokan berdasarkan jenis lahan
Provinsi NTB terbagi menjadi dua pulau besar yang secara topografi
mempunyai wilayah yang bervariasi mulai dari 0 - 3.726 mdpl untuk Pulau
Lombok, dan 0 - 2.755 mdpl untuk Pulau Sumbawa. Berdasarkan klasifikasi
ketinggian kedua wilayah tersebut, diketahui bahwa sekitar 23,76% atau 478,911

47
hektare wilayah dengan ketinggian 0-100 mdpl, sekitar 37,39% atau 753,612
hektare dengan ketinggian 500-1000 mdpl, dan sekitar 23,6% atau 475,533 hektare
dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Berdasarkan klasifikasi kemiringan tanah atau lereng, Provinsi NTB memiliki
wilayah daratan yang paling luasan sebesar 704.619 hektare atau 34,96% termasuk
klasifikasi kemiringan tanah 15-40% sedangkan paling sempit sebesar 338.552
hektare atau 16,8% termasuk dalam klasifikasi kemiringan tanah 0-2%. Pulau
Lombok memiliki klasifikasi seluasan 198.616 hektare atau sebesar 9,85% dari
luasan wilayah daratan dengan kemiringan paling luasan berkisar antara 2-15%,
sedangkan paling sempit dengan klasifikasi sebesar 1,01% dari luasan wilayah
Provinsi NTB dengan kemiringan tanah lebih dari 40% atau seluasan 20.175
hektare. Pulau Sumbawa mempunyai klasifikasi seluasan 573.903 hektare atau
sebesar 28,48% dari luasan Provinsi NTB dengan kemiringan tanah yang paling
luasan antara 15-40%, sedangkan paling sempit seluasan 214.194 hektare atau
sebesar 10,63% termasuk dalam klasifikasi kemiringan tanah 0-2%.
Adapun hasil penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis lahan yang diambil
sebagai daerah potensial Ground sesuai dengan batasan masalah yang sudah
ditentukan dan dapat menjadi pertimbangan pada saat akan melakukan
pengembangan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ground di Provinsi NTB
sesuai Tabel 4.6
Tabel 4.6 Jenis Lahan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastrukur Energi Provinsi NTB
Jenis Lahan
No Kabupaten Bush Dry Free Grassland Irrigated Nonirrigated Open
(Area) Secondary Field (Area) Rice Rice Field Field
Forest (Area) Field (Area) (Area)
(Area) (Area)
1 Lombok - 10 - 102 - 56 -
Timur
2 Lombok 1 - - 87 - 39 -
Tengah
3 Lombok 7 8 - 37 13 37 -
Barat
4 Lombok - - - 109 45 - -
Utara
5 Bima 2 2 - 147 14 - 4
6 Dompu - - - 84 47 - 3
7 Sumbawa - 2 2 111 32 20 3

48
8 Sumbawa 7 1 3 102 27 - 1
Barat
Total (Area) 17 23 5 779 178 152 11

Penentuan jenis lahan pada setiap area hasil digitasi didasari pada data shp file
atau pemetaan jenis lahan pada seluruh kabupaten/kota dari BAPPEDA Provinsi
NTB yang ditambahkan pada table of contents setiap pemetaan pada software
ArcGIS, sehingga dapat diketahui jenis lahan yang berada diatas area hasil digitasi
pada setiap pemetaan masuk ke dalam jenis lahan apa saja dan dimasukkan ke
dalam attribute table setiap area pemetaan.
Berdasarkan tabel klasifikasi jenis lahan hasil digitasi area Ground tersebut
dapat dianalisa bahwa jenis lahan yang paling banyak adalah Grassland atau
Padang Rumput yaitu sejumlah 779 area, kemudian Irrigated Rice Field atau
Sawah Irigasi 178 area, Nonirrigated Rice Field atau Sawan Non Irigasi 152 area,
Dry Secondary Forest atau Hutan Sekunder Kering 23 area, Bush atau Semak 17
area, Open Field atau Lahan Terbuka 11 area, dan jenis lahan yang paling sedikit
adalah Free Field atau Lahan Bebas hanya 5 area.
d. Potensi Irradiance dan PV Out area Ground terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap Kabupaten di Provinsi NTB.
1. Potensi Irradiance Area Ground Terluar dan Terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Penentuan informasi Irradiance pada setiap area Ground didasari pada satu
kategori yaitu Ground Mounted Large Scale dengan asumsi kapasitas terpasang
pada Global Solar Atlas yaitu sebesar 1000 kWp atau 1 MWp sehingga
membutuhkan luasan area minimal 2 Hektare. Proses penentuan informasi
dilakukan dengan memanfaatkan koordinat longitude dan latitude pada masing-
masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi yang spesifik sesuai titik
area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas, setelah area ditemukan maka
akan dipilih kategori Ground Mounted Large Scale sesuai luasan dari masing-
masing area, sehingga diperoleh rangkuman informasi rata-rata Irradiance pada
setiap area terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi
Provinsi pada setiap kabupaten di Provinsi NTB sesuai Tabel 4.7
Tabel 4.7 Potensi Irradiance area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB

49
No Kabupaten Jumlah Rata-rata
Area Irradiance
(Area) per day
(kWh/m2)
1 Lombok 168 5,871
Timur
2 Lombok 127 5,631
Tengah
3 Lombok 102 5,290
Barat
4 Lombok 154 5,578
Utara
5 Bima 169 5,626
6 Dompu 134 5,568
7 Sumbawa 170 5,776
8 Sumbawa 141 5,551
Barat

Berdasarkan tabel rangkuman rata-rata potensi Irradiance tersebut dapat


dianalisis bahwa rata-rata Irradiance terbesar diperoleh pada Kabupaten Lombok
Timur yaitu sebesar 5,871 kWh/m2 dengan total area 168 area. Sedangkan potensi
rata-rata Irradiance terkecil diperoleh pada Kabupaten Lombok Barat yaitu
sebesar 5,290 kWh/m2. Potensi Irradiance yang diperoleh merupakan proyeksi
potensi rata-rata per hari dalam satu tahun, sehingga potensi yang diperoleh
tersebut dianggap mewakili proyeksi potensi rata-rata setiap bulannya dalam satu
tahun.
2. Potensi PV Out Area Ground Terluar dan Terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastrukutr Energi Provinsi NTB
Penentuan informasi PV Out berdasarkan satu kategori yaitu Ground Mounted
Large Scale dengan luasan minimal dari masing-masing area hasil digitasi yaitu
sebesar 2 Hektare. Setelah semua area sudah dikelompokkan, proses penambahan
informasi PV Out dilakukan dengan menggunakan koordinat pada masing-
masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi yang spesifik sesuai titik
area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas, setelah area ditemukan maka
akan dipilih kategori Ground Mounted Large Scale sesuai luasan dari masing-
masing area dengan asumsi kapasitas terpasang sebesar 1000 kWp dan 1 MWp.
Setelah informasi PV Out pada semua area hasil digitasi pada setiap kabupaten
di Provinsi NTB didapatkan, maka dapat diperoleh rangkuman informasi rata-rata

50
potensi PV Out per hari dan per tahun sesuai Tabel 4.8 berdasarkan kategori
Ground Mounted Large Scale.
Tabel 4.8 Potensi PV Out Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
No Kabupaten Jumlah Rata-rata Rata-rata
Area PV Out PV Out
(Area) per day per year
(GWh) (GWh)
1 Lombok 168 0,0050 1,699
Timur
2 Lombok 127 0,0046 1,639
Tengah
3 Lombok 102 0,0041 1,544
Barat
4 Lombok 154 0,0045 1,619
Utara
5 Bima 169 0,0044 1,639
6 Dompu 134 0,0043 1,621
7 Sumbawa 170 0,0048 1,676
8 Sumbawa 141 0,0044 1,619
Barat

Berdasarkan tabel rangkuman rata-rata potensi PV Out tersebut dapat dianalisis


bahwa rata-rata PV Out per day dan PV Out per year terbesar diperoleh pada
Kabupaten Lombok Timur yaitu berturut-turut sebesar 0,0050 GWh per day dan
1,699 GWh per year. Sedangkan potensi rata-rata PV Out per day dan PV Out
per year terkecil diperoleh pada Kabupaten Lombok Barat yaitu berturut-turut
sebesar 0,0041 GWh per day dan 1,544 GWh per year. Potensi PV Out yang
diperoleh merupakan proyeksi potensi rata-rata per hari dalam satu tahun,
sehingga potensi yang diperoleh tersebut dianggap mewakili proyeksi potensi
rata-rata setiap bulannya dalam satu tahun.
e. Tampilan akhir pemetaan area Ground terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi Setiap Kabupaten di Provinsi NTB
1. Tampilan Akhir Pemetaan Ground Teluar dan Terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Setelah semua informasi berupa luasan, koordinat setiap area hasil digitasi,
pengelompokan area berdasarkan jenis lahan, informasi Irradiance dan PV Out
sudah diperoleh dan dimasukkan ke dalam setiap attribute table hasil digitasi
Ground, maka diperoleh tampilan akhir dari pemetaan seperti Gambar 4.7

51
Gambar 4.7 Tampilan akhir pemetaan Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistsem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 4.7 merupakan salah satu contoh hasil akhir pemetaan Ground terluar
dan terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi pada setiap kabupaten
di Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat. Titik-titik berwarnah merah
di dalam garis hijau tersebut merupakan area Ground terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB yang sudah di digitasi dan
dilengkapi dengan informasi urutan area, luasan, jenis lahan, irradiance, PV Out
per hari, PV Out per tahun serta koordinat longitude dan latitude (X dan Y) dari
masing-masing area. Sedangkan garis hijau tersebut merupakan batasan area
yang membatasi daerah terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa Barat.
Tampilan akhir dan informasi yang sama diperoleh pada semua hasil
pemetaan pada setiap kabupaten di Provinsi NTB dan dapat dilihat pada lampiran

52
2.1-2.8 halaman 67.
2. Identifikasi per area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastrutkur Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB
Pada setiap area yang sudah selesai didigitasi dan ditambahkan informasi yang
lengkap, maka akan ditampilkan informasi identifikasi per area seperti Gambar 4.8
pada saat melakukan klick pada setiap area hasil digitasi.

Barat
135

Gambar 4.8 Identifikasi per area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 4.8 merupakan salah satu contoh area Ground di Kabupaten Sumbawa
Barat dengan beberapa informasi seperti Area yang menunjukkan urutan area
tersebut ke-135 pada contoh pemetaan Kabupaten Sumbawa Barat, Irradiance
menunjukkan besar Irradiance yang diperoleh yaitu 5,650 kWh/m2 per day,
Kategori menunjukkan jenis lahan yang terdapat pada area tersebut yaitu
Grassland atau Padang Rumput, Luasan menunjukkan besar area yaitu 108,244
Hektare, PV Out per day menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu
hari (12 jam) yaitu sebesar 0,005 GWh per day dengan asumsi kapasitas terpasang
yang digunakan pada Global Solar Atlas, PV Out per year menunjukkan besar PV
Out yang diperoleh dalam satu tahun yaitu sebesar 1,646 GWh per year, dan
koordinat X dan Y menunjukkan lokasi dari masing-masing area yang di digitasi

53
untuk memudahkan dalam mencari lokasi area tersebut menggunakan Google
Maps. Identifikasi dengan rangkaian informasi yang sama juga diperoleh pada
setiap area hasil digitasi pada setiap kabupaten di Provinsi NTB yang terdapat pada
Lampiran 2.1-2.8 halaman 67.
4.3 Asumsi Losses yang Digunakan pada Global Solar Atlas
Pada Global Solar Atlas terdapat beberapa asumsi losses yang mempengaruhi
perhitungan PV Out dari setiap kategori dan area yang dipilih berdasarkan Tabel
4.9
Tabel 4.9 Asumsi losses Global Solar Atlas (GSA, 2020)
Theoritica Small Medium Ground Floating
l (Site Residentia Size Mounted Large
Data) l Commerci Large Scale
al Scale
Installed [kWp 1 Defined Defined by Defined Defined
Power ] by user user by user by user
PV Module - N/A Portrait Landscape Landscap Landscap
Orientation e e
PV field - 2,0% No Yes Yes Yes
self-
shading*
Realtive row - N/A N/A 2,5 2,5 1,4
spacing
Nominal [°C] 46,2 51,2 49,2 46,2 46,2
Operating
Cell Temp**
Inverter [%] 98 95,9 96,4 97,8 96,4
EURO
Efficiency**
*
DC losses : [%] 3,5 4,5 4 3,5 6
Soiling
DC losses : [%] 2 1 1 2 2,5
Cables
DC losses : [%] 0,3 0,8 0,5 0,3 6,5
Mismatch
AC losses : [%] 0,9 0 1 0,9 1
Transformer
AC losses : [%] 0,5 0,2 0,4 0,5 2
Cables
Availability [%] 100 97 98 99,5 98

Berdasarkan Tabel asumsi losses pada Global Solar Atlas tersebut diperoleh
total efisiensi untuk kategori Small Residential adalah sebesar 97 %, Medium Size
Commercial 98 %, dan Ground Mounted Large Scale sebesar 99,5 %. Asumsi

54
losses tersebut akan mempengaruhi hasil dari PV Out yang diperoleh pada setiap
area hasil pemetaan dengan masing-masing kategori yang sudah ditentukan.
4.4 Validasi Perhitungan PV Out Berdasarkan Data Asumsi Global Solar Atlas
a. Konfigurasi Rooftop
1. Kategori Medium Size Commercial
Sampel Rumah Sakit Universitas Mataram (116° 5' 35.996" E, 8° 35'
25.259" S)
Diketahui,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃 PV STC = 100 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,179 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,5 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,5 - 25)]
= 0,075
𝐺𝐻𝐼
𝑃 PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp (𝐼 )
𝑇,𝑆𝑇𝐶

5,172
= 100 x 0,85 𝑥 0,075 ( )
1

= 32,9715 kW
= 0,0329715 MW x (12 hours)
= 0,396 MWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran dari Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV =
0,406 MWh per day, sehingga diperoleh presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV = | | 𝑥 100%
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟

0,406−0,396
=| | 𝑥 100%
0,406

= 2,4 %

Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel

55
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Medium Size Commercial
adalah 98%.
2. Ketegori Small Residential
Sampel gedung samping Rumah Sakit Universitas Mataram (116° 5'
34.606" E, 8° 35' 25.060" S )
Dikethaui,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃PV STC = 1 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,179 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,5 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,5 - 25)]
= 0,075
𝐺𝐻𝐼
𝑃 PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp (𝐼 )
𝑇,𝑆𝑇𝐶

5,172
= 1 x 0,85 𝑥 0,075 ( )
1

= 0,329715 kW
= 0,000329715 MW x (12 hours)
= 0,0039 MWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV = 0,004
MWh per day, sehingga didapatkan presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV =| 𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟
| 𝑥 100%

0,004−0,0039
=| | 𝑥 100%
0,0039

= 2,5 %

Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Medium Size Commercial
adalah 97%.

56
b. Konfigurasi Ground
Sampel salah satu daerah di kecamatan Jerowaru Lombok Timur (116° 27'
6.664" E, 8° 55' 7.975" S).
Diketahui ,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃PV STC = 1000 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,838 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,1 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,1 - 25)]
= 0,097
𝐺𝐻𝐼
𝑃PV = 𝑃PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp ( )
𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶

5,838
= 1000 x 0,85 𝑥 0,097 ( )
1

= 481,3431 kW
= 0,0004813431 GW x (12 hours)
= 0,0057 GWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran dari Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV =
0,005 GWh per day, sehingga diperoleh presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV =| | 𝑥 100%
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟

0,005−0,0057
=| | 𝑥 100%
0,005

= 14 %
Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Ground Mounted Large Scale
adalah 99,7%.

57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis Luasan area Rooftop dan Ground serta potensi
Irradiance dan PV Out pada setiap area digitasi yang diperoleh dapat disimpulkan
:
1. Luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan
setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB diperoleh sebesar 2.379.060 m2 atau 2,4
km2 dengan sebaran luasan terbesar berada pada Kota Mataram yaitu sebesar
36,19% dan terkecil pada Kota Woha Kabupaten Bima sebesar 2,42 % dari total
luasan yang diperoleh. Total luasan yang diperoleh tersebut jika dibandingkan
dengan total bangunan pemukiman yang ada di Provinsi NTB berdasarkan data
dari BAPPEDA NTB hanya 0,42% dari total luasan 581,5 km2 karena penelitian
yang dibatasi pada gedung sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB.
2. Luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB diperoleh sebesar 94.993,7 Hektare
atau 949,937 km2 dengan sebaran luasan terbesar berada pada Kabupaten
Dompu yaitu sebesar 28,03% dan terkecil pada Kabupaten Lombok Barat
sebesar 2,71% dari total luasan yang diperoleh. Total luasan yang diperoleh
tersebut jika dibandingkan dengan total keseluruhan kabupaten/kota yang ada
di Provinsi NTB berdasarkan data dari dokumen RKPD setelah dikurangi
dengan luasan seluruh gedung di Provinsi NTB sekitar 4,85% dari total luasan
19.571,3 km2 karena penelitian yang dibatasi pada daerah terluar dan terdekat
dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB.
3. Besar rata-rata Irradiance dan PV Out pada area Rooftop dan Ground pada
setiap pemetaan kabupaten/kota di Provinsi NTB terbagi menjadi
a. Area Rooftop diperoleh rata-rata Irradiance dan PV Out untuk kategori
Small Residential di Provinsi NTB berturut-turut sebesar 5,496 kWh/m2 per
day dan 0,004 MWh per day. Sedangkan untuk kategori Medium Size
Commercial rata-rata Irradiance dan PV Out yang diperoleh berturut-turut
sebesar 5,494 kWh/m2 per day dan 0,415 MWh per day.

58
b. Area Ground diperoleh rata-rata Irradiance dan PV Out di Provinsi NTB
berturut-turut sebesar 5,611 kWh/m2 per day dan 4,5 MWh per day.
Berdasarkan rata-rata Irradiance yang diperoleh pada area Rooftop dan
Ground disimpulkan bahwa Provinsi NTB memliki potensi yang cukup besar
dibandingkan dengan potensi rata-rata Irradiance seluruh Indonesia
berdasarkan data dari Kementrian ESDM yaitu sebesar 4,8 kWh/m 2.
5.2 Saran

1. Informasi luasan area Rooftop dan Ground yang diperoleh dapat menjadi acuan
dalam melihat posisi dan luasan area yang dapat dikembangkan pada setiap
kabupaten/kota untuk membangun Sistem Pembangkit Listrik Tenagara Surya
Rooftop maupun Ground
2. Informasi Irradiance dan PV Out yang diperoleh dapat menjadi pertimbangan
bagi Pemerintah Daerah Provinsi NTB dalam melakukan rencana
pengembangan pada setiap area hasil digitasi Rooftop dan Ground di setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB.
3. Untuk penelitian selanjutnya, batasan masalah diharapkan lebih diperluas
sehingga bisa mencakup keseluruhan potensi gedung yang ada di Provinsi
NTB.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan data rincian informasi nama
setiap gedung berdasarkan data dari kementrian terkait.

59
DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 2020. Outlook Energi Indonesia 2020 Special Edition. Jakarta: Pusat
Pengkajian Industri Proses dan Energi (PPIPE) dan BPPT.
Blue Marble Geographics. 2019. Global Mapper Getting Started Guide.
blumarblegeo.com.
Dower, B. (2018). Solar Panels in the Landscape. A Comprehensive Guide to
Solar Energy Systems, 373–389. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-
811479-7.00019-1
ESDM. (2018). Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Thn 2018 Tentang
Penggunaan Sistem Pembangkit LIstrik Tenaga Surya Atap oleh
Konsumen PT. PLN (Persero). 18.
Fremouw, M., Bagaini, A., & De Pascali, P. (2020). Energy potential mapping:
Open data in support of urban transition planning. Energies, 13(5), 1–15.
https://doi.org/10.3390/en13051264
Global Solar Atlas. (2020). Global Solar Atlas.
https://globalsolaratlas.info/map?s=-
8.58333,116.11667&m=site&c=8.58333,116.11667,11 diakses pada
tanggal 24 Oktober 2020
Kementrian ESDM, P. E. G. to C. (2019). Pengembangan Energi Terbarukan
di Indonesia. 1–3.
Li, D. (2013). 16. Using GIS and Remote Sensing Techniques for Solar Panel
Installation Site Selection by. Master of Science Dissertation, Department
of Geography, University of Waterloo, 1(1), 1–140.
Mohamad, Yasin. 2013. "Pemetaan Potensi Energi Surya pada Lahan
Potensial Agropolitan di Provinsi Gorontalo." Teknik Elektro
Universitas Gorontalo (1-8).
Nasional, Dewan Jendral Energi. 2017. Pearturan Presiden No 22 Tahun 2017
Tentang Rencana Umum Energi Nasional. Jakarta: 2017.
Noorollahi, Y., Mohammadi, M., Yousefi, H., & Anvari-Moghaddam, A.
(2020). A Spatial-Based Integration Model for Regional Scale Solar
Energy Technical Potential. Sustainability, 12(5), 1890.
https://doi.org/10.3390/su12051890
NTB. 2019. Peraturan Daerah Nomor 3 tentang Rencana Umum Energi
Daerah. Mataram: 2019.
ESDM, D. J. K. (2019). Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( Plts
) Atap Disampaikan pada “ Rapat Koordinasi Program Bantuan Pasang
Baru Listrik. September.
Kementrian ESDM, P. E. G. to C. (2019). Pengembangan Energi Terbarukan

60
di Indonesia. 1–3.
Peraturan Gubernur, N. (2019). | Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Provinsi NTB Tahun 2020. In Lesiba Sekele (Vol. 1, Issue MAY).
Prasetyono, E., Wicaksana, R. W., & Windarko, N. A. (2015). Pemodelan Dan
Prediksi Daya Ouput Photovoltaic Secara Real Time Berbasis
Mikrokontroler. 2, 190–199.
Ramdhani, Bagus. 2018. Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dos adn
Don'ts. Jakarta: GIZ Energising Development (EnDev) Indonesia.
UGM. 2016. ArcGIS. October 10. Accessed Oktober 28, 2020.
https://bentangalam-hutantropis.fkt.ugm.ac.id/.

61
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Akhir Pemetaan Rooftop Area Pada Gedung-gedung Sekitar


Pusat Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Lampiran 1.1. Kota Selong Kabupaten Lombok Timur

Lampiran 1.2. Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah

62
Lampiran 1.3. Kota Gerung Kabupaten Lombok Barat

Lampiran 1.4. Kota Mataram

63
Lampiran 1.5. Kota Tanjung Kabupaten Lombok Utara

Lampiran 1.6. Kota Woha Kabupaten Bima

64
Lampiran 1.7. Kota Dompu Kabupaten Dompu

Lampiran 1.8. Kota Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa

65
Lampiran 1.9. Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

Lampiran 1.10. Kota Bima

66
Lampiran 2. Hasil Akhir Pemetaan Ground Area pada Daerah Terluar dan
Terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi pada Setiap
Kabupaten di Provinsi NTB
Lampiran 2.1. Kabupaten Lombok Timur

Lampiran 2.2. Kabupaten Lombok Tengah

67
Lampiran 2.3. Kabupaten Lombok Barat

Lampiran 2.4. Kabupaten Lombok Utara

68
Lampiran 2.5. Kabupaten Bima

Lampiran 2.6. Kabupaten Dompu

69
Lampiran 2.7. Kabupaten Sumbawa

Lampiran 2.8. Kabupaten Sumbawa Barat

70

Anda mungkin juga menyukai