Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049
Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049
1. Pembimbing Utama
2. Pembimbing Pendamping
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram
ii
TUGAS AKHIR
Oleh :
Lalu Moh. Junaidi Idris
F1B 017 049
1. Penguji I
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang lazim.
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat,
karunia, dan ijin-Nya penulis bias menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Pemetaan Potensi Energi Surya Fotovoltaik Berbasis Geographic
Information System di Provinsi Nusa Tenggara Barat”.
Tugas Akhir ini membahas tentang bagaimana menyajikan sebaran potensi
pengembangan PLTS Rooftop dan Ground menggunakan Sistem Informasi
Geografis untuk mempermudah dalam melihat sebaran luasan area, potensi
Irradiance dan PV Out yang bisa dikembangkan di setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB.
Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat penulis dalam
mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S.T) pada program studi S1 Teknik Elektro di
Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan ilmiah
maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Allah S.W.T.
2. Kedua orang tua ( Almarhum H. L. Moh. Junaidi dan Hj. Nurhasanah) penulis
atas segala nasehat, doa, motivasi, perhatian, arahan, kesabaran dan kasing
sayang yang sangat besar.
3. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc (Eng)., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
4. Bapak Muhammad Syamsu Iqbal., ST., MT., Ph.D. Selaku Ketua Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram.
5. Bapak Sabar Nababan, ST., MT., Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalani masa
perkuliahan.
6. Ibu Rosmaliati, ST., MT., Selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan semangat positif dalam pengerjaan Tugas Akhir
ini.
7. Ibu Ida Ayu Sri Adnyani, ST., M.Erg., Selaku dosen pembimbing pendamping
yang selalu memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Bapak Ida Bagus Fery Citarsa, ST., MT., Bapak Sultan, ST., MT., dan Ibu Ni
Made Seniari, ST., MT., Selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan-masukan dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Adik penulis ( Lalu Moh. Jannatul Firdaus Sinuzula) yang selalu memberikan
do’a dan semangat kepada penulis.
10. Kakak penulis (Yuliantini, Amd.Bid) yang selalu mendo’akan terbaik kepada
penulis.
11. BPH GALAXI UKM PRIMA Universitas Mataram yang selalu memberikan
kehangatan dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. UKM PRIMA Universitas Mataram yang selalu menyediakan tempat menginap
pada saat penulis harus diam di Mataram untuk konsultasi Tugas Akhir ini.
vi
13. Teman-teman seperjuangan teknik elektro 2017 yang sudah mendukung penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
14. Sahabat penulis (Arni Emiza Febrianti, Ayuni Sofiya, Dody Karismayadi,
Hendri, Alpian, Sujud, Vergiawan Saputra, Irma Rizky Lestari, Julia Sri Rizqi,
Indah Iswaroh, Maliha Tsabita Rizqilana, Mukminah, Tri Utami Insan
Wahyuni, Heni Indrawati dan Mima) yang selalu mendukung dan memberikan
semangat dalam pengerjaan Tugas Akhir ini
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
semangat dan do’a yang diberikan kepada penulis.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2.6 Global Solar Atlas ............................................................................23
2.2.7 Tera Incognita ..................................................................................28
2.2.8 Global Mapper .................................................................................28
BAB III…………………………………………………………………………..30
METODE PENELITIAN………………………………………………………..30
3.1 Rancangan Penelitian………………………………………………….30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................31
3.3 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………..30
3.3.1 Alat Penelitian……………………………………………………30
3.3.2 Bahan Penelitian………………………………………………….31
3.4 Prosedur Penelitian…………………………………………………….31
3.5 Diagram Alir Penelitian……………………………………………….32
3.6 Diagral Alir Digitasi ArcMap…………………………………………34
BAB IV………………………………………………………………………….35
PEMBAHASAN………………………………………………………………...35
4. 1 Analisis Potensi Rooftop………………………………………………...35
4.2 Analisis Potensi Ground…………………………………………………45
4.3 Asumsi losses yang Digunakan Pada Global Solar Atlas……………….54
4.4 Validasi Perhitungan PV Out berdasarkan data asumsi GSA....................55
BAB V…………………………………………………………………………...58
PENUTUP……………………………………………………………………….58
5. 1 Kesimpulan………………………………………………………………58
5.2 Saran……………………………………………………………………..58
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...60
DAFTAR LAMPIRAN.…………………………………………………………61
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4. 4 Identifikasi per area Rooftop……………..…………………….…..44
Gambar 4. 5 Digitasi area Ground…………………………………………….…45
Gambar 4. 6 Perhitungan luasan area Ground……………………………….…..46
Gambar 4. 7 Tampilan akhir pemetaan Ground………….………..…………..…52
Gambra 4. 8 Identifikasi per area Ground……………………………………….53
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.2 Hasil Akhir Pemetaan Rooftop Area Pada Gedung-gedung Sekitar
Pusat Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB…….…..67
Lampiran 2.1. Kabupaten Lombok Timur………………………………..…..67
Lampiran 2.2. Kabupaten Lombok Tengah……………………………….....67
Lampiran 2.3. Kabupaten Lombok Barat……………………………….…...68
Lampiran 2.4. Kabupaten Lombok Utara……………………………………68
Lampiran 2.5. Kabupaten Bima………………………………………….….69
Lampiran 2.6. Kabupaten Dompu…………………………………………...69
Lampiran 2.7. Kabupaten Sumbawa…………………………………….…..70
Lampiran 2.8. Kabupaten Sumbawa Barat………………………………….70
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
16. IPP (Independent Power Producer) : Perusahaan bertujuan khusus yang
dibentuk oleh sponsor untuk melaksanakan perjanjian jual beli listrik dengan
PLN dan untuk mengembangkan, membangun, memiliki, dan mengoperasikan
listrik
17. MPPT (Maximum Power Point Tracker): Sebuah sistem elektronik yang
terdapat pada sebuah sistem PV untuk mengoptimalkan penangkapan energi.
18. OPTA (Optimum Tilt of PV Modules) : Sudut penentuan kemiringan
optimal PV (panel surya)
19. PLTS Ground : Panel surya yang di desain untuk digunakan pada lahan terbuka
atau tanah
20. PLTS Komunal : PLTS yang beroperasi secara independen pada lokasi
tertentu
21. PLTS Rooftop: Panel surya yang didesain untuk digunakan pada atap bangunan
rumah atau gedung bangunan.
22. PV Out : Daya keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu panel surya.
23. Remote Senseing : Penginderaan jauh untuk mendapatkan informasi suatu
obyek melalui analisa.
24. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) : Dokumen perencanaan daerah
untuk satu periode.
25. RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) : Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Dewan Jendral Energi Nasional berdasarkan Perpres No. 22 Tahun 2017
26. RUED (Rencana Umum Energi Daerah) : Kebijakan Pemerintah Daerah
mengenai rencana pengelolaan energi tingkat Provinsi berupa penjabaran dari
RUEN.
27. RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) : Pedoman
pelaksanaan penyediaan tenaga listrik
28. SHP (Shapefile) : Sebuah format data untuk menyimpan data spasial atau peta
digital.
29. SCC (Solar Charge Control): Peralatan elektronik yang digunakan mengatur
arus DC dari baterai ke beban.
30. SoC (State of Change) : Tingkat muatan baterai bergantung pada kapasitasnya.
31. TEMP (Air Temperature): Suhu udara pada sekitar area ( ̊ C )
xv
ABSTRAK
xvi
ABSTRACT
West Nusa Tenggara Province based on the Regional Energy General Plan
theoretically has a solar energy potential in the amount of 41,269 MW. However,
the information description of how much the potential, area, and the coordinate
points are not specified yet due to a lack of concrete or limited mapping of solar
energy potential so that research is carried out to facilitate in viewing the potential
distribution of both Rooftop and Ground with information regarding the specific
extent and area location in each district/city in this province based on longitude
and latitude coordinates. This research was conducted by setting the problem
boundary for the potential Rooftop area on the buildings around the government
center, divided into Small Residential and Medium Size Commercial. The potential
of the Ground area is limited to the outer and the closest areas to the Energy
Infrastructure System Plan for each district. Based on the research, the potential of
the entire Rooftop area has been obtained by 2.4 km2 with an average Irradiance
potential for the Small Residential category of 5.496 kWh/m2 per day, an average
PV Out of 0.004 MWh/day. For the Medium Size Commercial category has an
average Irradiance of 5.494 kWh/m2 per day, an average PV Out of 0.415
MWh/day. The potential of the Ground area in the outer and closest areas to the
Energy Infrastructure System Plan for each district is obtained by 949,937 km2
with an average Irradiance of 5,611 kWh/m2 per day, an average PV Out of 0.0045
GWh/day.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alam, salah
satunya potensi di bidang tenaga surya. Indonesia memiliki potensi energi
terbarukan paling besar yang didominasi oleh energi surya yaitu sebesar 207,8
GW. Berdasarkan potensi energi surya yang ada, tingkat implementasi yang sudah
terpasang hanya 9,32 GW atau 2% dari potensi yang ada (Kementrian ESDM,
2019).
Selain itu, dalam proses pencapaian target Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) tersebut terdapat beberapa
peraturan yang mewajibkan pemanfaatan sel surya minimal sebesar 30% dari
luasan atap untuk seluruh bangunan pemerintah dan memberikan kewajiban untuk
bangunan rumah mewah, kompleks perumahan, dan apartemen untuk
memanfaatkan sel surya atap minimal sebesar 25% melalui Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) serta harus memfasilitasi pendirian industri PLTS dari hulu
hingga hilir(RUEN, 2017).
1
tingkat daerah maupun nasional. Sehingga berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, peneliti bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya untuk sistem Rooftop dan Ground di Provinsi Nusa Tenggara Barat
berbasis Geographic Information System untuk memberikan informasi lokasi dan
potensi energi surya yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian yang terbagi menjadi dua
bagian area potensi yaitu Rooftop dan Ground, untuk area Rooftop dilakukan
digitasi pada setiap gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada setiap
kabupaten/kota dengan total 10 kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB.
Sedangkan untuk area Ground dilakukan digitasi pada setiap daerah terluar dan
terdekat dengan Rencana Sistem Infrastuktur Energi Provinsi NTB pada 8
kabupaten yang ada di Provinsi NTB.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ditarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat
pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB ?
2. Berapa luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB ?
3. Berapa besar Irradiance dan PV Out pada setiap pemetaan potensi energi surya
fotovoltaik berbasis Geographic Information System ?
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas terdapat batasan masalah yang
menjadi acuan dalam melakukan penelitian yaitu antara lain :
2
3. Informasi Irradiance dan PV Out diambil berdasarkan data dan asumsi yang
terdapat pada Global Solar Atlas.
1.4.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tiga
tujuan utama yaitu :
1. Mengetahui luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat
pemerintahan setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB
2. Menegtahui luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat
dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap kabupaten di Provinsi
NTB.
3. Mendapatkan informasi besar Irradiance dan PV Out pada setiap luasan
potensi area Rooftop dan Ground di Provinsi NTB
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan diperoleh oleh peneliti dan
Pemerintah Daerah Provinsi NTB antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang Geographic Information System sebagai skill
tambahan dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
2. Memberikan informasi luasan potensi area Rooftop dan Ground bagi
Pemerintah Daerah dalam melakukan realisasi peningkatan bauran EBT di
Provinsi NTB.
3. Memberikan informasi PV Out dan Irradiance pada setiap luasan potensi area
Rooftop dan Ground.
4. Dapat menjadi data acuan Pemerintah Daerah untuk menarik minat investor
untuk memberikan kontribusi dalam bidang bisnis energi.
5. Dapat menjadi data acuan untuk penelitian berikutnya mengenai Energi Baru
Terbarukan terutama di bidang Energi Surya.
1.6.Sistematika Penulisan
Agar pembahasan Tugas Akhir sesuai dengan sasaran yang diharapkan,
maka sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
3
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan.
Bab ini berisi beberapa rujukan penelitian yang berkaitan dengan topik yang
dibahas, dan teori-teori dasar yang mendukung topik ini meliputi sistem
pembangkit listrik tenaga surya, sistem perencanaan energi, pendukung proses
pemetaan dan metode perhitungan luasan serta penambahan informasi pada suatu
daerah berbasis Geographic Information System .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1.Tinjauan Pustaka
5
memerlukan perangkat pendukung keputusan, seperti pemetaan potensi energi
untuk pengembangan PLANHEAT.
Li, (2013) melakukan penelitian yang berjudul Using GIS and Remote
Sensing Techniques for Solar Panel Instalation Site Selection bertujuan untuk
melakukan analisis pemilihan lokasi untuk pemasangan panel surya dengan sistem
informasi geografis (GIS). Li melakukan penelitian di kampus utama Universitas
Waterloo Ontario Canada sebagai wilayah studi untuk skala mikro yang terfokus
pada instalasi atap gedung dan skala makro yang mempertimbangkan instalasi
yang dipasang di permukaan tanah di tingkat kota. Penelitian ini menggunakan
perangkat lunak ArcGIS sebagai pendekatan multikriteria dan membuktikan
secara langsung kebenaran di lapangan untuk memverifikasi daerah yang dipilih,
kemudian dihasilkan lokasi yang terbukti realistis dan diverifikasi dengan
observasi groundtruth. Sehingga studi ini menunjukkan bukti konsep dan alur
kerja yang dapat diterapkan secara efektif untuk memilih lokasi panel surya pada
analisis skala makro dan mikro.
6
dan sudah diverifikasi oleh Li pada penelitian sebelumnya dan menggunakan
informasi Irradiance dan PV Out yang tersedia pada Global Solar Atlas untuk
memudahkan proses penentuan informasi potensi setiap daerah tanpa harus
melakukan pengukuran langsung seperti yang dilakukan oleh Mohamad dalam
memetakan potensi energi surya pada lokasi lahan agropolitan. Proses pemetaan
dimulai dengan memilih area sesuai dengan batasan masalah yang sudah di
paparkan sebelumnya dan melakukan digitasi per kabupaten/kota serta
disesuaikan berdasarkan informasi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN),
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dan mengacu pada Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB.
2.2.Dasar Teori
d.Tidak perlu pemeliharaan yang sering dan dapat dilakukan oleh operator
setempat yang terlatih
e. Ramah lingkungan, tidak ada emisi gas dan limbah cair atau padat berbahaya.
Sistem pembangkit listrik tenaga surya terbagi menjadi off-grid dan on-grid:
Suatu PLTS off-grid yang dikelola secara komunal atau yang dikenal sering
disebut dengan sistem PLTS berdiri sendiri (stand-alone), beroperasi secara
7
independen tanpa terhubung dengan jaringan PLN. Sistem ini membutuhkan
baterai untuk penyimpanan enrgi listrik yang dihasilkan di siang hari untuk
memenuhi kebutuhan listrik di malam hari. Ada dua konfigurasi sistem PLTS
off-grid yang umum digunakan yaitu sistem penyambungan AC atau AC
Coupling dan DC atau DC Coupling.
8
Gambar 2. 2 Konfigurasi sistem DC Coupling (Ramdhani, 2018)
9
penjualanya langsung ke PLN berdasarkan feed-in tarif. Daya akan masuk ke
jaringan PLN selama jaringan memadai seperti pada Gambar 2.4.
Sistem pembangkit listrik tenaga surya atap yang selanjutnya disebut sistem
PLTS Atap adalah proses pembangkitan listrik menggunakan modul fotovoltaik
yang dipasang dan diletakkan pada atap, dinding, atau bagian lain dari bangunan
milik konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) serta menyalurkan
energi listrik melalui sistem sambungan listrik konsumen PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero). Adapun tujuan penggunaan sistem PLTS Atap bertujuan untuk
menghemat tagihan listrik pelanggan.
1.Masyarakat
10
a. Meningkatkan peranan EBT dalam bauran energi nasional
Sistem PLTS Atap meliputi modul surya, inverter, sambungan listrik, sistem
pengaman, dan meter kWh ekspor-impor. kWh ekspor adalah jumlah energi
listrik yang disalurkan dari sistem instalasi pelanggan PLTS atap ke sistem
jaringan PT PLN (Persero) yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor,
sedangkan kWh impor adalah jumlah energi listrik yang diterima oleh sistem
instalasi pelanggan PLTS atap dari sistem jaringan PLN yang kemudian tercatat
pada meter kWh ekspor-impor. Diagram instalasi skema sistem layanan
konsumen PLTS atap diperlihatkan sesuai pada Gambar 2.5.
Gambar 2. 5 Diagram instalasi skema sistem layanan kosumen PLTS Atap (ESDM,
2019)
11
2.2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ground
Pembangkit listirk tenaga surya dengan sistem ground seperti yang terlihat
pada Gambar 2.6 adalah proses pembangkitan listrik menggunakan modul
fotovoltaik yang dipasang langsung di tanah atau ground. Adapun yang menjadi
pertimbangan pengembangan PLTS dengan sistem ground adalah area yang akan
ditemapti, karena luasan permukaan yang instalasi akan mempengaruhi hasil yang
diperoleh, dimana instalasi dengan skala utilitas yang besar juga membutuhkan
lahan yang luasan. PLTS dengan sistem ground membutuhkan lahan yang lebih
luasan dibandingkan dengan pembangkit listrik bayu/angina, dimana sebuah
lahan angin dengan kapasitas 25 MW dapat menyebabkan pembebasan lahan
sekitar 12 Ha. Sedangkan PLTS dengan kapasitas 25 MW akan membutuhkan
pembebasan lahan hingga sekitar 50 Ha. Sehingga hal tersebut menjadi
pertimbangan dalam menentukan apakah pembebasan lahan dapat memperoleh
persetujuan.
Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi energi terbarukan antara
12
lain energi surya, air, bayu biomassa, laut dan panas bumi yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Menurut ESDM, dengan teknologi yang ada saat
ini, potensi listrik dari energi terbarukan mencapai 432 GW, atau 7-8 kali dari
total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Dari potensi tersebut, sekitar 7 GW
yang telah dimanfaatkan secara komersial, dan hingga tahun 2028 akan ada
penambahan sekitar 29 GW oleh PLN berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Smentara itu, Rencana Umum Daerah
(RUED) yang disusun oleh 34 pemerintah Provinsi mengindikasikan total
kapasitas terpasang energi terbarukan pada tahun 2025 mencapai 48 GW.
Potensi energi surya sesuai Gambar 2.8 tentang potensi energi terbarukan
nasional memiliki potensi lebih dari 200 GW dengan efisiensi tekonologi
13
fotovoltaik yang tersedia saat ini. Namun, pemanfaatan energi surya dalam
pembangkitan listrik masih kurang dari 100 MW. Potensi energi surya ini tersebar
di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan laporan status energi bersih Indonesia pada bulan Maret tahun
2019 merilis bahwa terdapat 10 daerah dengan rencana pembangunan pembangkit
energi terbarukan terbesar menurut RUPTL 2019-2028 yang dijelaskan pada Tabel
2.1 antara lain :
Tabel 2. 1 Rencana pembangunan pembangkit energi terbarukan (Praditya
dan Christian, 2019)
14
1. Konfigurasi Rooptop
a. Informasi PV Out
1) Peta PV Out
Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa tingkat PV Out untuk konfigurasi Rooftop
berada pada kisaran 1400 kWh/kWp hingga 1600 kWh/kWp.
b. Informasi Radiasi
15
Informasi potensi tingkat radiasi yang ada di Provinsi NTB ditampilkan pada
Tabel 2.2
c. Ketinggian Matahari
Informasi sudut elevasi Rooftop di Provinsi NTB dapat dilihat pada Gambar
2.11
2. Konfigurasi Ground
a. Informasi PV Out
1) Peta PV Out
Pada Gambar 2.12 terlihat bahwa tingkat PV Out untuk konfigurasi Gorund
berada pada kisaran 1400 kWh/kWp hingga 1600 kWh/kWp.
16
Gambar 2. 12 Peta gorund pv out (Solargis, 2020)
b. Informasi Radiasi
Informasi potensi tingkat radiasi yang ada di Provinsi NTB ditamapilkan pada
Tabel 2.3
17
Global Tilted Irradiation at Optimum Angel (GTI 1903 kWh/m2
opta)
Optimum Tilt of PV Modules (OPTA) 12/0 ̊
Air Temperature (TEMP) 27.6 ̊C
Terrain Elevation (ELE) 27 m
c. Ketinggian Matahari
Informasi sudut elevasi Rooftop di Provinsi NTB dapat dilihat pada Gambar
2.11
Berdasarkan data potensi radiasi dan asumsi kapasitas terpasang yang telah
diperoleh, selanjutnya dapat dihitung besar daya output yang bisa dihasilkan
oleh PV sesuai dengan besarnya Global Horizontal Irradiance (kWh/m2) dan
suhu PV saat itu. Besarnya daya otuput PV (PPV) yang didapatkan dapat
dihitung dengan persamaan 2.1 berikut.
𝐺𝐻𝐼
𝑃PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp ( ) (2.1)
𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶
Dimana 𝑃 PV, STC adalah daya nominal PV sesuai dengan rating daya yang
digunakan (Watt), 𝑓 PV merupakan penurunan daya PV yang bernilai antara 0,85
hingga 1,1, dan 𝑓 temp merupakan faktor penurunan daya disebabkan karena
panas dinginnya suhu pada PV yang bisa dihitung menggunakan persamaan
(2.2). Global Horizontal Irradiation atau GHI diperoleh dari informasi yang
18
terdapat pada Global Solar Atlas (kWh/m2), sedangkan 𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶 merupakan besar
radiasi matahari pada saat pengetesan pabrik (umumnya 1000 W/m2).
Dimana αp adalah koefisien suhu PV (%/ ̊ C), Tc adalah suhu cell PV ( ̊C)
̊ (Prasetyono et al., 2015).
dan Tc,STC merupakan suhu standar PV yaitu 25 C
2.2.5 ArcGIS
19
ArcGIS desktop terdiri dari beberapa software tersendiri yaitu :
1. ArcMap
ArcMap merupakan software yang berfungsi untuk membantu dalam
membuat peta, mendgedit data, dan menampilkan hasil analisis. ArcMap
adalah software paling utama di dalam ArcGIS Desktop karena hampir semua
tahapan GIS seperrti input, analisis dan output data spasial dapat dilakukan di
ArcMap.
Pada ArcMap terdapat beberapa tools dasar yang perlu diketahui seperti
yang tertera pada Gambar 2.16 :
Berikut adalah keterangan fungsi dan kegunaan dari user interface yang ada
pada ArcMap :
20
diaktifkan
2. ArcCatalog
ArcCatalog merupakan aplikasi yang berfungsi untuk mengatur berbagai
macam data spasial dalam ArcMap meliputi fungsi browsing (mencari data),
organizing (mengorganisir), distributing (mendistribusikan), dan
documenting (mendokumentasikan).
3. ArcScene
ArcScene merupakan aplikasi mengolah dan menampilkan peta-peta ke
dalam bentuk 3D.
4. ArcGlobe
ArcGlobe merupakan aplikasi yang berfungsi untuk menampilkan peta-
peta 3D ke dalam bola dunia dan dapat dikoneksikan langsung ke internet.
5. ArcToolbox
ArcToolbox merupakan aplikasi perangkat/tools dalam melakukan
analisis-analisis geospasial.
a. Kegunaan ArcGIS
21
awal 1990 an, ESRI terus memperbaiki produknya untuk mengakomodasi
berbagai kebutuhan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Produk
yang paling terkenal dan hingga saat ini masih banyak digunakan oleh pengguna
GIS adalah ArcInfo 3.51 dan ArcView 3.3. Kedua produk ini masih digunakan
karena sifatnya yang ringan, tidak haus memory dan kelengkapan fasilitasnya
cukup memadai. Saat ini, produk terakhir ESRI adalah ArcGIS versi 10 yang
dirilis pada 28 Juni 2010 yang lalu. Dengan bervariasinya kalangan pengguna
GIS, software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS
pada berbagai skala (UGM, 2016):
1) ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional (perorangan
maupun institusi).
2) ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat inovasi
dan pengembangan.
3) Server GIS (ArcIMS, ArcSDE, lokal), dibuat bagi pengguna awam yang
mengumpulkan data spasial melalui aplikasi di internet.
4) Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini
mengumpulkan data lapangan.
b. Kelemahan ArcGIS
1) ArcGIS perlu spek hardware yang lebih tinggi. Dalam bahasa yang simple,
ArcGIS lebih berat.
2) ArcGIS secara default tidak support multi view dan multi layout. Ini sangat
menyulitkan pembuatan peta masal seperti Peta kegiatan GNRHL.
3) Penggunaan ArcGIS tidak akan efisien jika tidak menggunakan beberapa
software yang lain selain ArcMap yang dibuka bersama, misalnya
ArcCatalog, Windows Explorer, dan Notepad.
4) ArcGIS tidak 100% persen kompatible dengan ArcView 3x. Proses migrasi
akan sangat revolusioner, seperti migrasi dari MS Word 2003 ke MS Word
2007.
5) Di ArcGIS terdapat Xtool dan ET tetapi berbayar.
c. Keunggulan ArcGIS
ArcGIS itu sangat berguna dalam berbagai bidang kehidupan dan lebih unggul
daripada sistem informasi biasa, misalnya :
22
1) Pelayanan kesehatan contohnya dapat mengembangkan sebentuk peta
ilustrasi sehingga dapat memudahkan user untuk membuat peta dalam suatu
wilayah yang mengilustrasikan distribusi atau penyebaran terhadap suatu
penyakit, kematian dsb.
2) Dalam bidang agriculture : user dapat mengetahui bagaimana cara untuk
meningkatakan suatu produksi berdasarkan data yang ada.
3) Dalam bidang marketing sehingga kita dapat cara meningkatakan/
mengoptimalisasikan pemasaran.
4) Dalam bidang Geografi : Misalnya kita dapat mengetahui lokasi rawan yang
terjadi dari bencana alam.
Global Solar Atlas adalah aplikasi berbasis peta online gratis yang
menyediakan berbagai informasi tentang sumber daya matahari dan beberapa data
Geographic Information System (GIS) global, regional, dan negara untuk
mendukung peningkatan tenaga surya di negara klien. Pekerjaan ini didanai oleh
Energi Sector Management Assistance Program (ESMAP), dan perwakilan multi
yang dikeola oleh Bank Dunia dan didukung oleh 13 pendonor bilateral resmi.
Tujuan dari Global Solar Atlas adalah untuk menyediakan data tingkat
pengantar yang dapat diandalkan untuk membantu pembuat kebijakan, peneliti,
dan perusahaan tenaga surya komersial mengambil keputusan yang lebih baik.
Untuk analisis khusus proyek pembangkit listrik besar, data yang tersedia melalui
Global Solar Atlas hanya cocok untuk analisis awal. Perkiraan hasil PV tidak
memperhitungkan banyak faktor penting yang dapat mempengaruhi potensi hasil
dari pembangkit listrik tenaga fotovoltaik.
23
1. Peta interaktif (Interactive Maps)
24
Gambar 2. 18 Kalkulator PV Out (GSA, 2020)
25
Commerci Alrge
al Scale
Installed [kWp 1 Defined Defined by Defined Defined
Power ] by user user by user by user
PV Module - N/A Portrait Landscape Landscap Landscap
Orientation e e
PV field - 2,0% No Yes Yes Yes
self-
shading*
Realtive - N/A N/A 2,5 2,5 1,4
row spacing
Nominal [°C] 46,2 51,2 49,2 46,2 46,2
Operating
Cell
Temp**
Inverter [%] 98 95,9 96,4 97,8 96,4
EURO
Efficiency**
*
DC losses : [%] 3,5 4,5 4 3,5 6
Soiling
DC losses : [%] 2 1 1 2 2,5
Cables
DC losses : [%] 0,3 0,8 0,5 0,3 6,5
Mismatch
AC losses : [%] 0,9 0 1 0,9 1
Transformer
AC losses : [%] 0,5 0,2 0,4 0,5 2
Cables
Availability [%] 100 97 98 99,5 98
Keterangan :
* Dalam simulasi sistem PV Teoritis, efek kerugian bayangan sendiri
diperkirakan 2,0%.
26
3.Peta dan data GIS yang dapat diunduh
Bagian unduhan dapat memungkinkan unduhan peta poster untuk tujuan
presentasi seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.19. Selain itu, lapisan data
GIS dapat diunduh untuk analisis geospasial lanjutan menggunakan perangkat
lunak seperti QGIS dan ArcGIS.
27
Gambar 2. 20 Statistik potensi energi surya (GSA, 2020)
1. Program biasa digunakan untuk mengunduh peta dari berbagai sumber web
3. Menghasilkan data peta dari OziExplorer, Kmz, JNX, GPSdash atau TrekBuddy
yang sudah terkalibrasi
4. Mengelola data titik atau jalur yang disimpan dalam format gpx dan format
lainnya
6. Pemisahan otomatis area yang sangat besar ke banyak file peta yang lebih kecil
Global Mapper adalah software GIS buatan Blue Marble yang digunakan
untuk mengolah citra satelit maupun data peta seperti peta scan, tampilan 3D
View atau analisa data topografi yang bersifat digital elevation model. Kelebihan
dari software ini adalah mendukung lebih dari 300 jenis file, termasuk semua
format spasial umum, seperti file bentuk ESRI, file KML, citra MrSID, dan
LiDAR. Selain itu, jika terdapat jenis file yang tida didukung oleh Global
Mapper, Blue Marble bersama tim pengembang perangkat lunaknya akan
memeriksa langsug dan menilai apakah format tersebut layak atau tidak untuk
ditambahkan sebagai salah satu dari jenis file yang didukung. Logo Global
Mapper ditampilkan pada Gambar 2.21.
28
Gambar 2. 21 Logo Global Mapper (Marbel, 2019)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Luasan
Global Mapper Ground Area
Ground
Koordinat Jenis Lahan
30
penelitian ini adalah Microsoft Office 2016, software ArcGIS 10.7, Global Mapper
21.0, dan Tera Incognita.
1. Data citra satelit Provinsi NTB dengan zoom mencapai jarak 5 m untuk area
rooftop dan 50 m untuk area ground .
2. Irradiance dan PV Out information.
31
d. Menghitung luasan area Rooftop dan Ground serta menentukan koordinat
secara otomatis pada setiap area hasil digitasi menggunakan software
ArcGIS.
e. Menambahkan informasi PV Out dan Irradiance berdasarkan titik koordinat
setiap area melalui Global Solar Atlas.
f. Validasi perhitungan PV Out yang diperoleh dari Global Solar Atlas
menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2 dengan data dasar yaitu Global
Horizontal Irradiation (GHI), Suhu PV, dan Kapasitas terpasang.
32
Mulai
1. Studi literatur
2. Pengumpulan data
Ya
Digitasi hasil penyatuan area Rooftop dan Ground
menggunakan software ArcGIS dengan ketentuan warna
merah
Analisis
Kesimpulan
Selesai
33
3.6 Diagram Alir Digitasi ArcMap
Mulai
Pengaturan awal :
1. Menambahkan folder baru pada catalog
2. Menambahkan shapefile baru pada folder tersebut
dengan ketentuan :
Memberikan nama sesuai area
Menggunakan fitur polygon
Memilih koordinat UTM 50S
Proses digitasi :
1. Melakukan start editing pada shpaefile
2. Menandai bagian Rooftop dan Ground
3. Membuka atribut file dan perhitungan luas otomatis
dengan mengatur satuan luas area menggunakan m²
untuk Rooftop dan Hektare untuk Ground
4. Menentukan koordinat setiap area secara otomatis
untuk Rooftop dan Ground
Ya
Perhitungan luasan setiap area hasil
digitasi secara otomatis
Selesai
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis tugas akhir ini adalah untuk mengetahui berapa besar luasan
potensi area, besar Irradiance dan PV Out pada setiap pemetaan potensi PLTS
Rooftop dan Ground di Provinsi NTB berbasis Geographic Information System.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pemilihan area Rooftop yang dibatasi pada
daerah perkotaan dan gedung-gedung terdekat dengan pusat pemerintahan di setiap
kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB, sedangkan untuk area Ground
diutamakan pada daerah terluar dari setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi
NTB serta mengacu pada Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB
menggunakan software ArcGIS. Untuk memudahkan penentuan informasi dan
asumsi kapasitas pembangkit yang sesuai pada area Rooftop dikategorikan menjadi
dua yaitu Medium Size Commercial dengan minimal luasan Rooftop 500 m2 dengan
kapasitas pembangkit terpasang 100 kWp dan Small Residential dengan minimal
luasan 8 m2 dengan kapasitas pembangkit terpasang 1 kWp. Sedangkan pada area
Ground hanya digunakan satu asumsi kapasitas pembangkit yang digunakan yaitu
1.000 kWp atau 1 MWp dengan asumsi luasan minimal area yang dibutuhkan
adalah 2 hektar atau 20.000 m2.
Asumsi luasan area yang dibutuhkan didasarkan pada besar modul panel surya
yang digunakan yaitu dengan jenis Crystalline sesuai jenis panel surya yang
digunakan pada Global Solar Atlas, dimana ukuran standar rata-rata 250 W
Polycrystalline adalah 1,6 m2 dengan panjang 1,65 meter dan lebar 0,99 meter serta
berat rata-rata 5 kg. Penambahan Informasi Irradiance dan PV Out diambil
berdasarkan data dan asumsi yang terdapat pada Global Solar Atlas sesuai dengan
pengelompokan yang sudah ditentukan.
4.1 Analisis Potensi Rooftop pada Gedung-gedung Sekitar Pusat
Pemerintahan di Provinsi NTB
a. Digitasi Rooftop gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
Digitasi Rooftop dibatasi pada gedung-gedung di sekitar pusat pemerintahan
setiap kabupaten/kota dengan total 10 ibukota kabupaten antara lain Kota Selong
Kabupaten Lombok Timur, Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah, Kota Gerung
35
Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram, Kota Tanjung Kabupaten Lombok
Utara, Kota Woha Kabupaten Bima, Kota Dompu Kabupaten Dompu, Kota
Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa, Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat, dan Kota Bima.
Proses digitasi dilakukan dengan memilih area atap gedung-gedung terdekat
dengan pusat pemerintahan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB seperti
Gambar 4.1
Gambar 4.1 Digitasi area Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten kota di
Provinsi NTB
36
Gambar 4.2 Contoh Perhitungan luasan area Rooftop sekitar pusat pemerintahan Kota
Mataram Provinsi NTB
37
8 Sumbawa Sumbawa 712 240.540,6 4.429,02 20,4 337,8
Besar
9 Taliwang Sumbawa 575 124.639,5 2.762,9 27,9 216,7
Barat
10 Bima Bima 526 165.017,9 4.865,8 50,2 313,7
38
diperoleh tersebut sesuai dengan Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengelompokan area Rooftop sekitar pusat pemerintahan setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB
No Kota Kabupaten Medium Small Jumlah
Size Residential Area
Commercial (Area) (Area)
(Area)
1 Selong Lombok 136 419 555
Timur
2 Praya Lombok 219 357 576
Tengah
3 Gerung Lombok 114 388 502
Barat
4 Mataram Mataram 569 1294 1863
5 Tanjung Lombok 49 454 503
Utara
6 Woha Bima 28 281 309
7 Dompu Dompu 102 412 514
8 Sumbawa Sumbawa 159 553 712
Besar
9 Taliwang Sumbawa 50 525 575
Barat
10 Bima Bima 99 427 526
Total 1.525 5.110 6.635
39
masing-masing area berdasarkan luasan yang sudah ditentukan. Proses
penentuan informasi dilakukan dengan memanfaatkan koordinat longitude dan
latitude pada masing-masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi
yang spesifik sesuai titik area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas,
setelah area ditemukan maka akan dipilih kategori Small Residential atau
Medium Size Commercial sesuai luasan dari masing-masing area sehingga
diperoleh rangkuman informasi rata-rata Irradiance pada setiap area di setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB sesuai Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Potensi Rooftop Irradiance sekitar pusat pemerintahan
kabupaten/kota di Provinsi NTB
Rata-rata Irradiance per day
(kWh/m2)
No. Kota Kabupaten Jumlah Area Medium Size Small
(Area) Commercial Residential
1 Selong Lombok 555 5,776 5,778
Timur
2 Praya Lombok 576 5,331 5,330
Tengah
3 Gerung Lombok 502 5,326 5,329
Barat
4 Mataram Mataram 1863 5,234 5,234
5 Tanjung Lombok 503 5,338 5,335
Utara
6 Woha Bima 309 5,679 5,684
7 Dompu Dompu 514 5,398 5,402
8 Sumbawa Sumbawa 712 5,851 5,852
Besar
9 Taliwang Sumbawa 575 5,575 5,577
Barat
10 Bima Bima 526 5,440 5,440
40
potensi yang diperoleh tersebut dianggap mewakili proyeksi potensi rata-rata
setiap bulannya dalam satu tahun.
2.Potensi Rooftop PV Out sekitar pusat pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi
NTB
Penentuan informasi PV Out dibagi menjadi dua kategori yaitu Small
Residential dan Medium Size Commercial sesuai luasan dari masing-masing area
hasil digitasi. Setelah semua area sudah dikelompokkan, proses penambahan
informasi PV Out dilakukan dengan menggunakan koordinat pada masing-
masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi yang spesifik sesuai titik
area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas, setelah area ditemukan
maka akan dipilih kategori Small Residential atau Medium Size Commercial
sesuai luasan dari masing-masing area. Untuk kategori Small Residential pada
Global Solar Atlas memiliki asumsi kapasitas terpasang sebesar 1 kWp dan 100
kWp untuk kategori Medium Size Commercial.
Setelah informasi PV Out pada semua area hasil digitasi pada setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB didapatkan, maka dapat diperoleh rangkuman
informasi rata-rata potensi PV Out per hari dan per tahun sesuai Tabel 4.4
berdasarkan kategori Small Residential dan Medium Size Commercial.
Tabel 4.4 Potensi Rooftop PV Out sekitar pusat pemerintahan kabupaten/kota
di Provinsi NTB
Rata-rata PV Out per day Rata-rata PV Out per
(MWh) year (MWh)
No. Kota Kabupaten Medium Small Medium Small
Size Residential Size Residential
Commercial Commercial
1 Selong Lombok 0,441 0,004 160,795 1,595
Timur
2 Praya Lombok 0,400 0,004 145,925 1,476
Tengah
3 Gerung Lombok 0,408 0,004 150,176 1,478
Barat
4 Mataram Mataram 0,402 0,004 146,719 1,451
5 Tanjung Lombok 0,403 0,004 150,111 1,478
Utara
6 Woha Bima 0,421 0,004 159,056 1,565
7 Dompu Dompu 0,404 0,004 147,456 1,493
8 Sumbawa Sumbawa 0,441 0,004 162,906 1,614
Besar
9 Taliwang Sumbawa 0,422 0,004 154,091 1,546
Barat
41
10 Bima Bima 0,411 0,004 149,759 1,511
42
Gambar 4.3 Tampilan akhir pemetaan Rooftop sekitar pusat pemerintahan kota Sumbawa
Besar Kabupaten Sumbawa
Gambar 4.3 merupakan salah satu contoh hasil akhir pemetaan Rooftop
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB pada kota Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa. Titik-titik
berwarnah merah di dalam garis hijau tersebut merupakan area atap gedung
sekitar pusat pemerintahan Kota Sumbawa Besar yang sudah di digitasi dan
dilengkapi dengan informasi urutan area, luasan, jenis konfigurasi (Small
Residential/Medium Size Commercial), irradiance, PV Out per hari, PV Out per
tahun serta koordinat longitude dan latitude (X dan Y) dari masing-masing area.
Sedangkan garis hijau tersebut merupakan batasan area yang membatasi asumsi
gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan pada Kota Sumbawa Besar.
Tampilan akhir dan informasi yang sama seperti Gambar 4.3 diperoleh pada
semua hasil pemetaan pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB yang dapat
43
dilihat pada lampiran 1.1-1.10 halaman 62.
2.Identifikasi per area Rooftop gedung sekitar pusat pemerintahan setiap
kabuupaten/kota di Provinsi NTB
Pada setiap area yang sudah selesai didigitasi dan ditambahkan informasi
yang lengkap, maka akan ditampilkan informasi identifikasi per area seperti
Gambar 4.4 pada saat melakukan klick pada setiap area hasil digitasi.
Gambar 4.4 Identifikasi per area Rooftop gedung sekitar pusat pemerintahan Kota
Mataram
Gambar 4.4 merupakan salah satu contoh identifikasi area pada Kota Mataram
yaitu gedung Rektorat Universitas Mataram, dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa informasi seperti Area yang menunjukkan urutan area ke-4 pada contoh
salah satu area pemetaan tersebut, Irradiance menunjukkan besar Irradiance
yaitu sebesar 5,255 kWh/m2, Jenis Konfigurasi menunjukkan kategori Rooftop
berdasarkan luasan area yang menentukan asumsi kapasitas terpasang yang
digunakan pada Global Solar Atlas yaitu Small Residential atau Medium Size
Commercial, Luasan menunjukkan besar area tersebut yaitu 2.408,13 m2, PV Out
per day menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu hari (12 jam)
dengan kapasitas terpasang sesuai kategori yang digunakan sebesar 0,406 MWh
per day, PV Out per year menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu
tahun yaitu sebesar 148,045 MWh per year, dan koordinat X dan Y
44
menunjukkan lokasi dari masing-masing area yang di digitasi untuk
memudahkan dalam mencari lokasi area tersebut melalui Google Maps.
Identifikasi dengan informasi yang sama juga diperoleh pada setiap area hasil
digitasi pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB pada lampiran 1.1-1.10
halaman 62.
4.2 Analisis Potensi Area Ground pada Daerah Terluar dan Terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
NTB
a. Digitasi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Digitasi Ground diutamakan pada daerah terluar dari setiap kabupaten yang
ada di Provinsi NTB dengan total 8 kabupaten dan mengacu pada Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB. Proses digitasi dilakukan dengan
mangabaikan jarak minimal antara pemukiman dan area potensial digitasi tetapi
tetap memperhatikan area-area yang kosong atau area yang tidak terdapat
pemukiman di atasnya.
Proses digitasi tersebut dilakukan seperti Gambar 4.5 yang memperhatikan
area terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada
contoh tersebut dekat dengan Gardu Induk Pringgabaya Kabupaten Lombok
Timur.
45
Gambar 4.5 Digitasi area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
b. Data luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Setelah semua area sesuai batasan masalah selesai di digitsai, pada attribute
table akan ditampilkan jumlah area beserta urutannya dimulai dari area ke-0
sebagai area digitasi pertama pada pemetaan tersebut dan seterusnya. Perhitungan
luasan area Rooftop dilakukan dengan menambahkan tabel Luasan pada attribute
table dan mengatur properti perhitungan menggunakan kategori Area dan satuan
luasan Hectares atau Hektare seperti Gambar 4.6
Gambar 4.6 Contoh Perhitungan luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat
46
Tabel 4.5 Luasan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
No Kabupaten Jumlah Total Area Area Luasan
Area Luasan Area Terluas Terkecil Rata-rata
(Area) (Hektare) (Hektare) (Hektare) (Hektare)
1 Lombok Timur 168 8.872,4 606,3 0,9 52,8
2 Lombok Tengah 127 5.883,8 643,5 2,2 46,3
3 Lombok Barat 102 2.574,4 167.4 2,04 25,2
4 Lombok Utara 154 3.170,2 164,8 2,03 20,6
5 Bima 169 16.819,5 1.054,6 2,3 99,5
6 Dompu 134 26.628,7 3.041,9 2,2 198,7
7 Sumbawa 170 24.350,9 1.073,6 2,8 143,2
8 Sumbawa Barat 141 6.693,8 696,9 1,84 47,5
47
hektare wilayah dengan ketinggian 0-100 mdpl, sekitar 37,39% atau 753,612
hektare dengan ketinggian 500-1000 mdpl, dan sekitar 23,6% atau 475,533 hektare
dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Berdasarkan klasifikasi kemiringan tanah atau lereng, Provinsi NTB memiliki
wilayah daratan yang paling luasan sebesar 704.619 hektare atau 34,96% termasuk
klasifikasi kemiringan tanah 15-40% sedangkan paling sempit sebesar 338.552
hektare atau 16,8% termasuk dalam klasifikasi kemiringan tanah 0-2%. Pulau
Lombok memiliki klasifikasi seluasan 198.616 hektare atau sebesar 9,85% dari
luasan wilayah daratan dengan kemiringan paling luasan berkisar antara 2-15%,
sedangkan paling sempit dengan klasifikasi sebesar 1,01% dari luasan wilayah
Provinsi NTB dengan kemiringan tanah lebih dari 40% atau seluasan 20.175
hektare. Pulau Sumbawa mempunyai klasifikasi seluasan 573.903 hektare atau
sebesar 28,48% dari luasan Provinsi NTB dengan kemiringan tanah yang paling
luasan antara 15-40%, sedangkan paling sempit seluasan 214.194 hektare atau
sebesar 10,63% termasuk dalam klasifikasi kemiringan tanah 0-2%.
Adapun hasil penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis lahan yang diambil
sebagai daerah potensial Ground sesuai dengan batasan masalah yang sudah
ditentukan dan dapat menjadi pertimbangan pada saat akan melakukan
pengembangan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ground di Provinsi NTB
sesuai Tabel 4.6
Tabel 4.6 Jenis Lahan area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastrukur Energi Provinsi NTB
Jenis Lahan
No Kabupaten Bush Dry Free Grassland Irrigated Nonirrigated Open
(Area) Secondary Field (Area) Rice Rice Field Field
Forest (Area) Field (Area) (Area)
(Area) (Area)
1 Lombok - 10 - 102 - 56 -
Timur
2 Lombok 1 - - 87 - 39 -
Tengah
3 Lombok 7 8 - 37 13 37 -
Barat
4 Lombok - - - 109 45 - -
Utara
5 Bima 2 2 - 147 14 - 4
6 Dompu - - - 84 47 - 3
7 Sumbawa - 2 2 111 32 20 3
48
8 Sumbawa 7 1 3 102 27 - 1
Barat
Total (Area) 17 23 5 779 178 152 11
Penentuan jenis lahan pada setiap area hasil digitasi didasari pada data shp file
atau pemetaan jenis lahan pada seluruh kabupaten/kota dari BAPPEDA Provinsi
NTB yang ditambahkan pada table of contents setiap pemetaan pada software
ArcGIS, sehingga dapat diketahui jenis lahan yang berada diatas area hasil digitasi
pada setiap pemetaan masuk ke dalam jenis lahan apa saja dan dimasukkan ke
dalam attribute table setiap area pemetaan.
Berdasarkan tabel klasifikasi jenis lahan hasil digitasi area Ground tersebut
dapat dianalisa bahwa jenis lahan yang paling banyak adalah Grassland atau
Padang Rumput yaitu sejumlah 779 area, kemudian Irrigated Rice Field atau
Sawah Irigasi 178 area, Nonirrigated Rice Field atau Sawan Non Irigasi 152 area,
Dry Secondary Forest atau Hutan Sekunder Kering 23 area, Bush atau Semak 17
area, Open Field atau Lahan Terbuka 11 area, dan jenis lahan yang paling sedikit
adalah Free Field atau Lahan Bebas hanya 5 area.
d. Potensi Irradiance dan PV Out area Ground terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi setiap Kabupaten di Provinsi NTB.
1. Potensi Irradiance Area Ground Terluar dan Terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
Penentuan informasi Irradiance pada setiap area Ground didasari pada satu
kategori yaitu Ground Mounted Large Scale dengan asumsi kapasitas terpasang
pada Global Solar Atlas yaitu sebesar 1000 kWp atau 1 MWp sehingga
membutuhkan luasan area minimal 2 Hektare. Proses penentuan informasi
dilakukan dengan memanfaatkan koordinat longitude dan latitude pada masing-
masing area hasil digitasi untuk mendapatkan informasi yang spesifik sesuai titik
area tersebut pada fitur search di Global Solar Atlas, setelah area ditemukan maka
akan dipilih kategori Ground Mounted Large Scale sesuai luasan dari masing-
masing area, sehingga diperoleh rangkuman informasi rata-rata Irradiance pada
setiap area terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi
Provinsi pada setiap kabupaten di Provinsi NTB sesuai Tabel 4.7
Tabel 4.7 Potensi Irradiance area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB
49
No Kabupaten Jumlah Rata-rata
Area Irradiance
(Area) per day
(kWh/m2)
1 Lombok 168 5,871
Timur
2 Lombok 127 5,631
Tengah
3 Lombok 102 5,290
Barat
4 Lombok 154 5,578
Utara
5 Bima 169 5,626
6 Dompu 134 5,568
7 Sumbawa 170 5,776
8 Sumbawa 141 5,551
Barat
50
potensi PV Out per hari dan per tahun sesuai Tabel 4.8 berdasarkan kategori
Ground Mounted Large Scale.
Tabel 4.8 Potensi PV Out Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB
No Kabupaten Jumlah Rata-rata Rata-rata
Area PV Out PV Out
(Area) per day per year
(GWh) (GWh)
1 Lombok 168 0,0050 1,699
Timur
2 Lombok 127 0,0046 1,639
Tengah
3 Lombok 102 0,0041 1,544
Barat
4 Lombok 154 0,0045 1,619
Utara
5 Bima 169 0,0044 1,639
6 Dompu 134 0,0043 1,621
7 Sumbawa 170 0,0048 1,676
8 Sumbawa 141 0,0044 1,619
Barat
51
Gambar 4.7 Tampilan akhir pemetaan Ground terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistsem Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 4.7 merupakan salah satu contoh hasil akhir pemetaan Ground terluar
dan terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi pada setiap kabupaten
di Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat. Titik-titik berwarnah merah
di dalam garis hijau tersebut merupakan area Ground terluar dan terdekat dengan
Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB yang sudah di digitasi dan
dilengkapi dengan informasi urutan area, luasan, jenis lahan, irradiance, PV Out
per hari, PV Out per tahun serta koordinat longitude dan latitude (X dan Y) dari
masing-masing area. Sedangkan garis hijau tersebut merupakan batasan area
yang membatasi daerah terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa Barat.
Tampilan akhir dan informasi yang sama diperoleh pada semua hasil
pemetaan pada setiap kabupaten di Provinsi NTB dan dapat dilihat pada lampiran
52
2.1-2.8 halaman 67.
2. Identifikasi per area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastrutkur Energi setiap kabupaten di Provinsi NTB
Pada setiap area yang sudah selesai didigitasi dan ditambahkan informasi yang
lengkap, maka akan ditampilkan informasi identifikasi per area seperti Gambar 4.8
pada saat melakukan klick pada setiap area hasil digitasi.
Barat
135
Gambar 4.8 Identifikasi per area Ground terluar dan terdekat dengan Rencana Sistem
Infrastruktur Energi Provinsi NTB pada Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 4.8 merupakan salah satu contoh area Ground di Kabupaten Sumbawa
Barat dengan beberapa informasi seperti Area yang menunjukkan urutan area
tersebut ke-135 pada contoh pemetaan Kabupaten Sumbawa Barat, Irradiance
menunjukkan besar Irradiance yang diperoleh yaitu 5,650 kWh/m2 per day,
Kategori menunjukkan jenis lahan yang terdapat pada area tersebut yaitu
Grassland atau Padang Rumput, Luasan menunjukkan besar area yaitu 108,244
Hektare, PV Out per day menunjukkan besar PV Out yang diperoleh dalam satu
hari (12 jam) yaitu sebesar 0,005 GWh per day dengan asumsi kapasitas terpasang
yang digunakan pada Global Solar Atlas, PV Out per year menunjukkan besar PV
Out yang diperoleh dalam satu tahun yaitu sebesar 1,646 GWh per year, dan
koordinat X dan Y menunjukkan lokasi dari masing-masing area yang di digitasi
53
untuk memudahkan dalam mencari lokasi area tersebut menggunakan Google
Maps. Identifikasi dengan rangkaian informasi yang sama juga diperoleh pada
setiap area hasil digitasi pada setiap kabupaten di Provinsi NTB yang terdapat pada
Lampiran 2.1-2.8 halaman 67.
4.3 Asumsi Losses yang Digunakan pada Global Solar Atlas
Pada Global Solar Atlas terdapat beberapa asumsi losses yang mempengaruhi
perhitungan PV Out dari setiap kategori dan area yang dipilih berdasarkan Tabel
4.9
Tabel 4.9 Asumsi losses Global Solar Atlas (GSA, 2020)
Theoritica Small Medium Ground Floating
l (Site Residentia Size Mounted Large
Data) l Commerci Large Scale
al Scale
Installed [kWp 1 Defined Defined by Defined Defined
Power ] by user user by user by user
PV Module - N/A Portrait Landscape Landscap Landscap
Orientation e e
PV field - 2,0% No Yes Yes Yes
self-
shading*
Realtive row - N/A N/A 2,5 2,5 1,4
spacing
Nominal [°C] 46,2 51,2 49,2 46,2 46,2
Operating
Cell Temp**
Inverter [%] 98 95,9 96,4 97,8 96,4
EURO
Efficiency**
*
DC losses : [%] 3,5 4,5 4 3,5 6
Soiling
DC losses : [%] 2 1 1 2 2,5
Cables
DC losses : [%] 0,3 0,8 0,5 0,3 6,5
Mismatch
AC losses : [%] 0,9 0 1 0,9 1
Transformer
AC losses : [%] 0,5 0,2 0,4 0,5 2
Cables
Availability [%] 100 97 98 99,5 98
Berdasarkan Tabel asumsi losses pada Global Solar Atlas tersebut diperoleh
total efisiensi untuk kategori Small Residential adalah sebesar 97 %, Medium Size
Commercial 98 %, dan Ground Mounted Large Scale sebesar 99,5 %. Asumsi
54
losses tersebut akan mempengaruhi hasil dari PV Out yang diperoleh pada setiap
area hasil pemetaan dengan masing-masing kategori yang sudah ditentukan.
4.4 Validasi Perhitungan PV Out Berdasarkan Data Asumsi Global Solar Atlas
a. Konfigurasi Rooftop
1. Kategori Medium Size Commercial
Sampel Rumah Sakit Universitas Mataram (116° 5' 35.996" E, 8° 35'
25.259" S)
Diketahui,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃 PV STC = 100 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,179 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,5 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,5 - 25)]
= 0,075
𝐺𝐻𝐼
𝑃 PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp (𝐼 )
𝑇,𝑆𝑇𝐶
5,172
= 100 x 0,85 𝑥 0,075 ( )
1
= 32,9715 kW
= 0,0329715 MW x (12 hours)
= 0,396 MWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran dari Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV =
0,406 MWh per day, sehingga diperoleh presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV = | | 𝑥 100%
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟
0,406−0,396
=| | 𝑥 100%
0,406
= 2,4 %
Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel
55
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Medium Size Commercial
adalah 98%.
2. Ketegori Small Residential
Sampel gedung samping Rumah Sakit Universitas Mataram (116° 5'
34.606" E, 8° 35' 25.060" S )
Dikethaui,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃PV STC = 1 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,179 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,5 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,5 - 25)]
= 0,075
𝐺𝐻𝐼
𝑃 PV = 𝑃 PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp (𝐼 )
𝑇,𝑆𝑇𝐶
5,172
= 1 x 0,85 𝑥 0,075 ( )
1
= 0,329715 kW
= 0,000329715 MW x (12 hours)
= 0,0039 MWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV = 0,004
MWh per day, sehingga didapatkan presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV =| 𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟
| 𝑥 100%
0,004−0,0039
=| | 𝑥 100%
0,0039
= 2,5 %
Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Medium Size Commercial
adalah 97%.
56
b. Konfigurasi Ground
Sampel salah satu daerah di kecamatan Jerowaru Lombok Timur (116° 27'
6.664" E, 8° 55' 7.975" S).
Diketahui ,
αp (Monocrystallin) = -0,43 %/ ̊ C
𝑃PV STC = 1000 kWp
𝑓 PV = 0,85
GHI = 5,838 kWh/m2 per day
IT, STC = 1 kW/ m2
TC = 27,1 ̊ C
TC, STC = 25 ̊ C
Penyelesaian,
𝑓 temp = [1+αp (Tc – Tc,STC)]
= [1+ (-0,43) (27,1 - 25)]
= 0,097
𝐺𝐻𝐼
𝑃PV = 𝑃PV, STC 𝑓 PV 𝑓 temp ( )
𝐼𝑇,𝑆𝑇𝐶
5,838
= 1000 x 0,85 𝑥 0,097 ( )
1
= 481,3431 kW
= 0,0004813431 GW x (12 hours)
= 0,0057 GWh per day
Berdasarkan hasil pengukuran dari Global Solar Atlas diperoleh 𝑃 PV =
0,005 GWh per day, sehingga diperoleh presentase error hasil perhitungan dan
pengukuran dari Global Solar Atlas berdasarkan perhitungan dibawah ini :
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑃𝑝𝑣 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
PPV =| | 𝑥 100%
𝑃𝑝𝑣 𝑢𝑘𝑢𝑟
0,005−0,0057
=| | 𝑥 100%
0,005
= 14 %
Presentase error yang diperoeh dipengaruhi oleh asumsi losses yang sudah
ditetapkan oleh Global Solar Atlas seperti pada tabel 4.9, dimana pada tabel
tersebut diperoleh total efisiensi untuk kategori Ground Mounted Large Scale
adalah 99,7%.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Luasan area Rooftop dan Ground serta potensi
Irradiance dan PV Out pada setiap area digitasi yang diperoleh dapat disimpulkan
:
1. Luasan potensi area Rooftop pada gedung-gedung sekitar pusat pemerintahan
setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB diperoleh sebesar 2.379.060 m2 atau 2,4
km2 dengan sebaran luasan terbesar berada pada Kota Mataram yaitu sebesar
36,19% dan terkecil pada Kota Woha Kabupaten Bima sebesar 2,42 % dari total
luasan yang diperoleh. Total luasan yang diperoleh tersebut jika dibandingkan
dengan total bangunan pemukiman yang ada di Provinsi NTB berdasarkan data
dari BAPPEDA NTB hanya 0,42% dari total luasan 581,5 km2 karena penelitian
yang dibatasi pada gedung sekitar pusat pemerintahan setiap kabupaten/kota di
Provinsi NTB.
2. Luasan potensi area Ground pada daerah terluar dan terdekat dengan Rencana
Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB diperoleh sebesar 94.993,7 Hektare
atau 949,937 km2 dengan sebaran luasan terbesar berada pada Kabupaten
Dompu yaitu sebesar 28,03% dan terkecil pada Kabupaten Lombok Barat
sebesar 2,71% dari total luasan yang diperoleh. Total luasan yang diperoleh
tersebut jika dibandingkan dengan total keseluruhan kabupaten/kota yang ada
di Provinsi NTB berdasarkan data dari dokumen RKPD setelah dikurangi
dengan luasan seluruh gedung di Provinsi NTB sekitar 4,85% dari total luasan
19.571,3 km2 karena penelitian yang dibatasi pada daerah terluar dan terdekat
dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi Provinsi NTB.
3. Besar rata-rata Irradiance dan PV Out pada area Rooftop dan Ground pada
setiap pemetaan kabupaten/kota di Provinsi NTB terbagi menjadi
a. Area Rooftop diperoleh rata-rata Irradiance dan PV Out untuk kategori
Small Residential di Provinsi NTB berturut-turut sebesar 5,496 kWh/m2 per
day dan 0,004 MWh per day. Sedangkan untuk kategori Medium Size
Commercial rata-rata Irradiance dan PV Out yang diperoleh berturut-turut
sebesar 5,494 kWh/m2 per day dan 0,415 MWh per day.
58
b. Area Ground diperoleh rata-rata Irradiance dan PV Out di Provinsi NTB
berturut-turut sebesar 5,611 kWh/m2 per day dan 4,5 MWh per day.
Berdasarkan rata-rata Irradiance yang diperoleh pada area Rooftop dan
Ground disimpulkan bahwa Provinsi NTB memliki potensi yang cukup besar
dibandingkan dengan potensi rata-rata Irradiance seluruh Indonesia
berdasarkan data dari Kementrian ESDM yaitu sebesar 4,8 kWh/m 2.
5.2 Saran
1. Informasi luasan area Rooftop dan Ground yang diperoleh dapat menjadi acuan
dalam melihat posisi dan luasan area yang dapat dikembangkan pada setiap
kabupaten/kota untuk membangun Sistem Pembangkit Listrik Tenagara Surya
Rooftop maupun Ground
2. Informasi Irradiance dan PV Out yang diperoleh dapat menjadi pertimbangan
bagi Pemerintah Daerah Provinsi NTB dalam melakukan rencana
pengembangan pada setiap area hasil digitasi Rooftop dan Ground di setiap
kabupaten/kota di Provinsi NTB.
3. Untuk penelitian selanjutnya, batasan masalah diharapkan lebih diperluas
sehingga bisa mencakup keseluruhan potensi gedung yang ada di Provinsi
NTB.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan data rincian informasi nama
setiap gedung berdasarkan data dari kementrian terkait.
59
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. 2020. Outlook Energi Indonesia 2020 Special Edition. Jakarta: Pusat
Pengkajian Industri Proses dan Energi (PPIPE) dan BPPT.
Blue Marble Geographics. 2019. Global Mapper Getting Started Guide.
blumarblegeo.com.
Dower, B. (2018). Solar Panels in the Landscape. A Comprehensive Guide to
Solar Energy Systems, 373–389. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-
811479-7.00019-1
ESDM. (2018). Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Thn 2018 Tentang
Penggunaan Sistem Pembangkit LIstrik Tenaga Surya Atap oleh
Konsumen PT. PLN (Persero). 18.
Fremouw, M., Bagaini, A., & De Pascali, P. (2020). Energy potential mapping:
Open data in support of urban transition planning. Energies, 13(5), 1–15.
https://doi.org/10.3390/en13051264
Global Solar Atlas. (2020). Global Solar Atlas.
https://globalsolaratlas.info/map?s=-
8.58333,116.11667&m=site&c=8.58333,116.11667,11 diakses pada
tanggal 24 Oktober 2020
Kementrian ESDM, P. E. G. to C. (2019). Pengembangan Energi Terbarukan
di Indonesia. 1–3.
Li, D. (2013). 16. Using GIS and Remote Sensing Techniques for Solar Panel
Installation Site Selection by. Master of Science Dissertation, Department
of Geography, University of Waterloo, 1(1), 1–140.
Mohamad, Yasin. 2013. "Pemetaan Potensi Energi Surya pada Lahan
Potensial Agropolitan di Provinsi Gorontalo." Teknik Elektro
Universitas Gorontalo (1-8).
Nasional, Dewan Jendral Energi. 2017. Pearturan Presiden No 22 Tahun 2017
Tentang Rencana Umum Energi Nasional. Jakarta: 2017.
Noorollahi, Y., Mohammadi, M., Yousefi, H., & Anvari-Moghaddam, A.
(2020). A Spatial-Based Integration Model for Regional Scale Solar
Energy Technical Potential. Sustainability, 12(5), 1890.
https://doi.org/10.3390/su12051890
NTB. 2019. Peraturan Daerah Nomor 3 tentang Rencana Umum Energi
Daerah. Mataram: 2019.
ESDM, D. J. K. (2019). Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( Plts
) Atap Disampaikan pada “ Rapat Koordinasi Program Bantuan Pasang
Baru Listrik. September.
Kementrian ESDM, P. E. G. to C. (2019). Pengembangan Energi Terbarukan
60
di Indonesia. 1–3.
Peraturan Gubernur, N. (2019). | Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Provinsi NTB Tahun 2020. In Lesiba Sekele (Vol. 1, Issue MAY).
Prasetyono, E., Wicaksana, R. W., & Windarko, N. A. (2015). Pemodelan Dan
Prediksi Daya Ouput Photovoltaic Secara Real Time Berbasis
Mikrokontroler. 2, 190–199.
Ramdhani, Bagus. 2018. Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dos adn
Don'ts. Jakarta: GIZ Energising Development (EnDev) Indonesia.
UGM. 2016. ArcGIS. October 10. Accessed Oktober 28, 2020.
https://bentangalam-hutantropis.fkt.ugm.ac.id/.
61
DAFTAR LAMPIRAN
62
Lampiran 1.3. Kota Gerung Kabupaten Lombok Barat
63
Lampiran 1.5. Kota Tanjung Kabupaten Lombok Utara
64
Lampiran 1.7. Kota Dompu Kabupaten Dompu
65
Lampiran 1.9. Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat
66
Lampiran 2. Hasil Akhir Pemetaan Ground Area pada Daerah Terluar dan
Terdekat dengan Rencana Sistem Infrastruktur Energi pada Setiap
Kabupaten di Provinsi NTB
Lampiran 2.1. Kabupaten Lombok Timur
67
Lampiran 2.3. Kabupaten Lombok Barat
68
Lampiran 2.5. Kabupaten Bima
69
Lampiran 2.7. Kabupaten Sumbawa
70