A. Kompetensi Inti :
KI-1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa
agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap
demokratis, serta mampu mengaplikasikan dalam keseharian sesuai dengan
pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
Menjelaskan cara membaca , Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-
pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3:
159 sesuai dengan kaidah tajwid;
Mengidentifikasi makna, Menjelaskan pesan-pesan yang terkandung pada
Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3:
159 dengan fasih dan lancar.
Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam Q.S.
Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang
berakal (ulil albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta
hadits terkait.
Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan
Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
D. Materi Pembelajaran
1. Makna dalam Surat Ali Imran Ayat 190-191
Surat Ali Imran Ayat 190-191 menceritakan tentang adanya tanda-tanda kebesaran
Allah yang terdapat dalam setiap ciptaan-Nya yang hanya bisa diungkap oleh siapa
saya yang mau menggunakan akal-pikiran. Beberapa makna yang bisa diambil dari
surat Ali Imran ayat 190-191, yaitu:
1) Bukti Kebesaran Allah
Surat Ali Imran ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit
dan bumi, lalu bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah.
Hal tersebut dipahami oleh ulul albab, yakni orang-orang yang berakal,
mau berpikir, dan mau memperhatikan alam.
Ulul albab juga merupakan orang-orang yang kritis.
2) Ulul Albab
Menurut Ibnu Katsir, ulul albab adalah orang yang memiliki akal sempurna
dan memiliki kecerdasan.
Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah orang-orang yang
memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar.
Orang yang paham bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian
siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, mereka
adalah ulul albab.
Meskipun ia melihat langit dan bumi serta melihat pergantian siang dan
malam setiap hari dan tidak sampai pada kebenaran itu, mereka ialah
orang-orang bodoh. Bahkan, walau secara akademis dikenal pandai.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda
kekuasaan Allah. Dan Tanda kekuasaan Allah tersebut hanya bisa ditangkap oleh
ulul albab.
Ulul albab adalah orang yang berdzikir, berpikir, dan selalu ingat kepada Allah di
segala kondisi. Ulul albab menggunakan akalnya untuk memikirkan penciptaan
alam semesta. Tafakkur atau berpikir yang benar mengantarkan pada kesimpulan
bahwa Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar dan
bermanfaat. Tafakkur atau berpikir benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah
SWT dan memperbanyak doa kepada-Nya.
Allah menciptakan alam ini tanpa ada satu pun yang sia-sia atau tidak berguna,
seperti dalam surat Ali Imran 190-191.
Sementara itu, Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa surat Ali
Imran ayat 190 berisi tentang arahan Allah kepada hamba-Nya untuk merenungkan
alam, langit, dan bumi.
Allah SWT mengarahkan agar hamba-Nya menggunakan pikirannya dan
memperhatikan pergantian antara siang dan malam. Semua itu penuh dengan tanda
kebesaran Allah. Dan siapa saja yang mampu memahami bahwa penciptaan langit
dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan
Allah, disebut ulul albab.
2) Pemimpin yang Kasar dan Keras Hati akan Dibenci dan Dijauhi
Poin selanjutnya dari Surat Ali Imran ayat 159 adalah menjelaskan akibat
bersikap keras dan kasar.
Dalam ayat tersebut, kata fadhdhan ( )فظاberasal dari kata al fadhdh ()الفظ
yang artinya keras.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maknanya adalah keras dan kasar dalam
berbicara. Ini adalah sikap yang secara fitrah dibenci oleh manusia.
Jika pemimpin memiliki kata-kata kasar dan keras hati, manusia akan
menjauhinya. Kalaupun ada yang mendekat, biasanya hanya karena takut
dan terpaksa.
3) Seni Memaafkan dan Sikap Demokratis
Kandungan lain dari Surat Ali Imran adalah perintah untuk memaafkan dan
memohon ampun, serta bermusyawarah.
Meski sebagian kaum muslimin berbuat salah, Allah SWT memerintah
Rasulullah SAW untuk memaafkan mereka dan memohonkan ampunan
kepada-Nya.
Allah juga memerintahkan untuk mengajak mereka bermusyawarah.”Islam
menerapkan prinsip musyawarah dalam sistem pemerintahan. Sehingga
Rasulullah sendiri melakukannya,” tegas Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi
Zilalil Quran.
Begitu banyak contoh musyawarah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan para sahabat dalam sejarah. Sehingga dalam istilah modern, Rasulullah
sangat demokratis dan tidak otoriter.
Beliau mengajak para sahabat untuk bermusyawarah, kecuali dalam hal
yang telah ditetapkan sebagai wahyu dari Allah SWT.
Melihat pentingnya musyawarah atau syuro, Buya Hamka ketika
menafsirkan Surat Ali Imran ayat 159 ini, membuat sub judul ‘syuro
sebagai sendi masyarakat Islam.’
4) Tawakal Menyikapi Hasil Musyawarah
Surat Ali Imran ayat 159 juga memerintahkan umat Islam untuk
bertawakal, terutama setelah melaksanakan musyawarah.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Yakni apabila
engkau bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu dan kamu telah
membulatkan tekadmu, hendaklah kamu bertawakkal kepada Allah.”
Jika musyawarah telah menghasilkan keputusan, pegang keputusan itu dan
bertawakkallah kepada Allah SWT.
Jangan risau dengan hasilnya, jangan menyalahkan musyawarah jika ada
hal yang tidak sesuai dengan harapan, sepanjang sudah menjalankan hasil
musyawarah itu.
Tawakkal membuat seorang mukmin tidak menyalahkan hasil
musyawarah, dan tidak mengungkit pendapatnya yang ditolak saat
musyawarah. Orang yang tawakal ini dicintai oleh Allah SWT.
E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific-TPACK
Model Pembelajaran : Cooperative Learning
Metode Pembelajaran : Tanya jawab, Diskusi, Game dan penugasan
PENUTUP
TAHAP 5: KUIS ATAU PEMBERIAN
EVALUASI
Peserta didik :
15 menit
20. Mengagendakan pekerjaan rumah untuk
materi pelajaran bersikap kritis dan
demokratis.
21. Mengagendakan materi atau tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajarai pada pertemuan
berikutnya di luar jam sekolah atau
dirumah.
Guru :
22. Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai
langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Berfikir Kritis Dan Demokratis
23. Peserta didik yang selesai mengerjakan
tugas projek/produk/portofolio/unjuk
kerja dengan benar diberi paraf serta
diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada
materi pelajaran Berfikir Kritis Dan
Demokratis.
24. Memberikan penghargaan untuk materi
pelajaran Berfikir Kritis Dan Demokratis
kepada kelompok yang memiliki kinerja
dan kerjasama yang baik.
B. Bentuk Instrumen:
Penilaian Sikap : Jurnal Observasi
Penilaian Pengetahuan : Penilaian “Membaca dengan Tartil” Rubrik,
Penilaian Diskusi.
Penilaian Keterampilan : Tugas keterampilan