Anda di halaman 1dari 9

PENETAPAN BILA TERJADI LEDAKAN PASIEN

(OUTBREAK)
PENYAKIT INFEKSI AIRBORNE
No. Dokumen: No. Revisi Halaman
00 1/2
/SPOPPI/DIRRSMH/VI/2022

Ditetapkan,
Direktur RS MITRA
STANDAR Tanggal Terbit HUSADA
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 September 2022
(SPO)

dr. BINA LAURINGGA ANDORA


KLB adalah suatu peristiwa yang tejadi secara mendadak atau
PENGERTIAN secara berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolon
dan menyelamatkan manusia beserta lingkungannya.
1. Memberikan pertolongan medis pada korban bencana baik
TUJUAN ditempat kejadian maupun di rumah sakit dengan prinsip
instalasi pelayanan medik gawat-darurat sehari-hari.
SK.DIR.RSMH NO. /SK-RSMH/VII/22 Tentang Kebijakan
KEBIJAKAN Pelayanan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RS Sinar
KasihToraja.
Peralatan dan fasilitas:
1. Semua fasilitas tersedia di Instalasi Gawat Darurat
2. Aula RS sebagai Tempat Penampungan Darurat
3. Post Satpam di dckat gerbang RS sebagai Pos Penerangan
4. Ambulans dcngan perangkat basic life support yang terdiri
dari :
 Cervical Collar : 1 buah
PERSIAPAN  Spinal Board : 1 buah
 Oropharyngeal Airways beberapa buab & berbagai
ukuran
 Spctcl lidah : 1 huah
 Suction : 1 buah
 Ambu Bag + Face mask 2 set (dewasa & anak)
 Tabung oksigen
 Face mask 1 set
 IV Catheter beberapa buah & berbagai ukuran
 Infusion set : 2 buah
 Blood set : 2 buah
 Larutan RL : 5 botol
5. Mobil angkutan RS
6. Alat komunikasi (telepon, megaphone)
7. Brankar, ranjang pasen, kasur, tiang infus dan oksigen
cadangan
8. Pralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan.
9. Kartu Rekam Medis Korban (merah, kuning, dan hijau).
10. Kartu pengenal petugas
11. Kartu izin masuk
12. Formulir permintaan peralatan dan obat-abatanSS.

Penanggulangan Bencana Mencakup:


1. Persiapan dan mobilisasi petugas
2. Pengiriman pebtugas ke lokasi bencana
3. Identifikasi korban
4. Triase
5. Tindakan mesdis
6. Tindakan bedah darurat
7. Rujukan dan pindah rawat
8. Penampungan korban
9. Korban meninggal
10. Korban pulang
11. Komunikasi
12. Registrasi
PROSEDUR
13. Logistik
14. Komsumsi
15. Penerangan
16. Rapat tim penanggulangan bencana
17. Dokumentasi
18. Persetujuan tindakan
19. Penyusunan laporan kerja tim penanggulangan
bencana.

Persiapan dan Mobilisasi Petugas:


1. Laporan terjadi bencana diterima oleh operator telepon
atau cara lain.
2. Operator mengonfkonfirmasi informasi kepada pihak
kepolisian atau pihak lain, setelah menerima informasi
lebih rinci mengenai wujud bencana (kebakaran, kereta api
terguling, huruhara dsb), waktu terjadinya,pikiraan jumlah
korban, kondisi korbab dan lain- lain yang di aanggap
perlu.
3. Operator segera melapor ke dokter jaga IGD
4. Dokter jaga IGD segera menghubungi Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
5. Sebelum Ketua Tim datang dokter jaga IGD bertindak
sebagai ketua Tim.
6. Ketua Tim mempersiapkan peralatan dan obat-obatan di
IGD sesuai kapasitas dan perkiraan jumlah korban.
7. Bila diperkirakan jumlah korban lebih dari kapasitas lGD,
Ketua Tim menetapkan Aula RS Sinar Kasih Toraja untuk
tempat penampungan Darurat dan membentuk Tim Medis
Tempat Penampungan Darurat di bantu petugas lain yang
dirujuk.
8. Tim Medis Tempat Penampungan Darurat dibantu petugas
lain mempersiapkan aula untuk menampung dan menolong
korban sesuai kapasitasnya.
9. Petugas kamar bedah, laboratorium dan rontgen
mempersiapkan bagian masing-masing untuk melayani
korban bencana. Jika dipandang perlu, ketua tim
membatalkan semua bedah elektif agar Bagian Bedah
dapat memberi pertolongan bedah darurat korban bencana.
10. Satpam segera mengamankan IGD dan lokasi
penanggulangan darurat sehingga tidak seorangpun yang
bukan petugas tim penanggulangan bencana dikenakan
masuk tanpa izin masuk yang sudah dipersiapkan.
11. Mobilisasi Petugas
a. Yang dimobilisasi :
 Dokter jaga IGD
 Dokter Bangsal
 Dokter Konsulen on call
 Perawat dari IGD, Bedah,
 Sopir, satpam, petugas registrasi, dapur dan logistik
 Dokter dan perawat RS Sinar Kasih Toraja yang
datang secara suka rela.
b. Operator berusaha sedapat mungkin menghubungi para
dokter dan perawat tidak dalam tugas melalui telepon
namun tidak menghambat komunikasi tim bencana.
c. Bagi yang tidak dapat dihubungi melalul telepon,
mobilisasi berlaku spontan (melalui pemberian mass
media masyarakat) dan berantai (orang ke orang).
d. Semua petugas yang datang melapor ke Ketua Tim
Medisi Dokter Jaga IGD.
Ketua Tim Medis mencatat dan mengatur pembagian
mereka dan selanjutnya segera siap ke pos dan tugas
masing-masing.

Peneriman Petugas Ke Lokasi Bencana.


1. Ketua Tim Penanggulangan Bencana menetapkan
pengiriman petugas ke lokasi bencana berdasarkan
pertimbangan :
 Lokasi Bencana-dapat/tidak dapat dicapai
ambulans.
 Keamana Petugas
 Informasi mengenai kondisi para korban.
2. Bila telah ditetapkan, ketua tim segera membentuk tim
lapangan yang terdiri dari : 1 orang dokter IGD sebagai
kepala regu, 2 orang perawat IGD dan 1 orang supir
Ambulans.
3. Tim Lapangan ini segera menpersiapkan peralatan yang
diperlukan :
 Perangkat basic life support
 Peralatan lain dan obat-obatan yang diperlukan
berdasarkan informasi nlengenai kondisi dan
jumlah korban.
 Kartu Rekam Medik Korban Bencana
 Alat Kornunikasi (telepon genggam)
4. Di lokasi bencana, dokter tim lapangan segera melapor
ke Ketua Satgas Penanggulangan Bencana di lanpangan.
Semun aktivitas selanjutnya dikoordinasikan dengan
Satgas di lokasi dan dengan Ketua Tim Bericana RS.
5. Tugas pokok tim lapangan adalah:
 Melakukan triase prehospital.
 Melakukan basic life support bagi korban yang
dalam keadaan gawat darurat.
 Mengirim korban ke rumah sakit sesuai prioritas.
 Memberi pertolongan medis kepada korban
luka ringan yang tidak memerlukan
pertolongan lanjutan di rumah sakit.
 penampungan korban.
 Data ini secara terus menerus dikirim ke pos
penerangan dan bagian dapur
Registrasi:
1. Petugas regitrasi mendata semua korban yang diterima
oleh rumah sakit, terdiri dan Idenfifikasi korban,
kondisinya (herdasarkan keterangan dari tim medis)
dan tempat penampungan korban.
2. Data ini secara terus menerus dikirim ke pos
penerangan dan bagian dapur.

Logistik:
1. Petugas tim bencana membuat daftar nama dan banyak
peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan.
2. Catatan diteruskan ke ketua tim melalui petugas
administrasi.
3. Setelah disetujui dan ditanda tangani oleh ketua tim,
daftar diteruskan ke petugas logistik.
4. Petugas logistik menyiapkan peralatan dan obat-ohatan
berdasarkan daftar yang telah ditandatangani ketua tim.
Semua pengeluaran harus dicatat dan lampirannya
diserakan ke petugas administrasi untuk dicocokkan dan
untuk penyusunan laporan pertanggung jawaban.

Konsumsi:
1. Petugas konsumsi mempersiapkan konsumsi bagi petugas
dan korban berdasarkan data dari petugas registrasi.
2. Semua pengeluaran dicatal dan lampirannya diserahkan
kepada ketua tim

Penerangan:
1. Petugas penerangan menyiapkan pos penerangan di pos
satpam dekat gerbang rumah sakit serta perlengkapan
yang terdiri dari papan pengumuman, megaphone, kartu
pengenal untuk keluarga korban dan pengunjung lain.
2. Petugas penerangan menerima informasi dan data korban
yang ditolong di rumah sakit melalui petugas registrasi.
3. Petugas penerangan menginformasikan kepada masyarakat
yang mencari anggota keluarganya yang ditimpa bencana,
dengan cara :
 Mencatat data-data korban di papan pengumuman
sehingga bisa terbaca oleh masyarakat yang datang
mencari keluarganya yang ditimpa bencana.
 Petugas penerangan memberikan informasi kepada
anggota masyarakat yang mencari informasi anggota
keluarganva yang menjadi korban berdasarkan data
yang diterima ini.
4. Keluarga korban yang akan menemui korban dibuatkan
kartu pengenal. Setiap korban hanya boleh ditemui satu
orang.
5. Masyarakat yang mencari anggota keluarga yang hilang
dapat diberi kartu masuk guna mengidentifikasi korban
anonim, dan hanya diperkenankan masuk ke lokasi
penampungan dengan waktu dibatasi 30 menit. Setelah
waktunya, pengunjung ini harus kembali ke pos
penerangan dan melaporkan hasilnya.
6. Pada bencana massal disebabkan huru-hara, penerangan
kepada masyarakat dikoordinasi bersama pihak
kepolisian/pihak lain yang berwenang.
Keamanan
1. Pengamanan lokasi :
 Satpam segera mengamankan lokasi penampungan
dan lGD.
 IGD di lokasi penampungan korban dinyatakan
sehagai daerah tertutup. Semua orang yang tidak
berkepentingan diminta keluar/tidak masuk ke
lokasi kecuali mempunyai kartu masuk yang dibuat
oleh petugas penerangan.
2. Pengaman benda milik korban :
 Semua milik korban yang telah diinventaris oleh
petugas administrasi, ditempatkan pada tempat
penampungan dan djaga agar tidak hilang.
 Benda milik korban hanya boleh diambil oleh
pemiliknva/keluarganya setelah dikonfirmasikan oleh
petugas administrasi.
 Milik korban yang akan diambil oleh petugas
kepolisian/ pihà k lain untuk barang bukti/keperluan
lain, harus membawa surat perintah.
 Keluarga/petugas yang mengambil milik korban
diminta menandatangani surat penyerahan barang.
3. Satpam juga memperhatikan keamanan rumah sakit,
fasilitas rumah sakit,para petugas dan lain-lain yang
sianggap perlu
4. Bila dianggap perlu, ketua tim dapat meminta bantuan
pihak kepolisian.

Rapat Tim Penanggulangan Bencana:


1. ketua tim dapat menyelenggarakan apabila diperlukan
untuk koordinasi kerja menentukan upaya-upaya
selanjutnya, penyususnan statement untuk media,
kepolisian/masyarakat, dan lain-lain yang di pandang
perlu.
2. Rapat pimpinanan oleh ketua tim dan dihadiri oleh
anggota tim,staf rumah sakit,orang lain yang diundang.
3. Rapat boleh diadakan setiap saat, dengan pertimbangan
tidak menghambat kelancaran aktifitas.

Dokumentasi:
1. Petugas dokumentasi mengumpulkan semua catatan,
data korban, rekam medik korban, pengeluaran dari
bagian logistik dan dapur, daftar petugas dan lain-lain
yang dianggap penting.
2. Semua catatan ini, berupa fotocopy atau aslinya, di
simpan sebagai arsip di sekretariat RS Sinar kasih
Toraja. Seorang petugas dokumentasi merekam aktifitas
–aktifitas yang penting untuk melengkapi arsip, barang
bukti dan identifikasi korban yang tidak dikenal.
Persetujuan tindakan medik:
1. Secara umum berlaku:
 Per.Men.Kes.RI No.585/Men.Kes/Per/IX/1989
tentang persetujuan tindakan medik.
 Protap persetujuan medis RS Sinar kasih Toraja
2. Petugas media yang menolong korban dalam keadaan
gawat darurat (true emergency) dan tidak dapat diminta
persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan, maka
petugas medis dapat melakukan tindakan penyelamatan
jiwa/kecacatan dengan pertimbangan:
 Jika tindakan medis ditunda akan
membahayakan jiwanya.
 Dalam keadaan sadar/dapat memberikan
persetujuan, korban akan menyetujui tindakan
medis telah diterimanya.

Penyusunan Laporan Kerja:


1. Ketua Tim ntenyusun laporan kerja dibantu oleh petugas
dokumentasi dan orang lain yang ditunjuk oleh Sekretaris
Rumah Sakit.
2. Dalam penyusunan laporan ini, ketua tim dapat meminta
keterangan dan semua anggota tim yang dianggap penting.
3. Sebelum laporan diserahkan kepada Direktur, ketua tim
membahas laporan ini dalam rapat tim agar dapat
dikoreksi, disempurnakan dan disepakati bersama.
4. Laporan kerja tim penanggulangan Bencana diserahkan
kepada Direktur.
5. Laporan kerja ini merupakan pertanggungjawaban Ketua
Tim Penanggulangan Bencana beserta seluruh anggota
kepada Direktur.
1. Instalasi Kamar Bedah
2. Laboratorium
3. Radiologi
UNIT TERKAIT 4. Satpam
5. Ambulans
6. Bagian Logistik
7. Bagian Dapur

Anda mungkin juga menyukai