KABUPATEN BIMA
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah Nya kepada kami yang dapat menyelesaikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
RA As-Sholeh. Kurikulum ini disusun dengan berpedoman pada Permendikbud RI No
146Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 yang pada prinsipnya pendidikan difokuskan pada
pengembangan karakter, pengetahuan dan keterampilan
Selesainya penyusuan kurkulum ini adalah berkat bimbingan, bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga RA As-
Sholeh yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu baik waktu maupun
tenaganya. Semoga Allah SWT. Senantiasa memberikan petunjukm terhadap segala upaya
yang kita lakukan demi peningkatan mutu pendidikan.
Akhir kata kami mengharapkan saran-saran dari Tim Pengembangan Kurikulum serta
seluruh pembaca. Kami berharap kurikulum ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
RA As-Sholeh dalam menjalankan programnya.
i
HALAMAN PENGESAHAN
Maryani, S.Pd
ii
BERITA ACARA
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Nomor : 422/053/RA-ASHOLEH/2022
Di sekolah RA As-Sholeh , Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Bima, telah dilaksanakan rapat
pembahasan kurikulum RA As-Sholeh Antara lain:
2. Pengawas
3. Kepala sekolah
Kepala Sekolah
Maryani, S.Pd
iii
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ........................................................................................................ 4
1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
2. Dasar Operasional Penyusunan Kurikulum .................................................. 4
3. Tujuan Penyusunan Kurikulum ................................................................... 5
4. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum........................................................ 5
B. Visi Misi dan Tujuan RA As-Sholeh .................................................................. 6
1. Visi RA As-Sholeh ....................................................................................... 6
2. Misi RA As-Sholeh ....................................................................................... 6
3. Tujuan Pendidikan RA As-Sholeh ................................................................ 6
C. Karakteristik Kurikulum RA As-Sholeh ............................................................. 7
D. Program Pengembangan dan Muatan Pembelajaran........................................... 7
E. Metode dan Media Pembelajaran........................................................................ 12
F. Pengaturan Beban Belajar ................................................................................... 14
G. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembelajaran ........................................... 14
Bagian III Dokumen II .................................................................................................... 16
iv
BAGIAN I
PROFIL LEMBAGA
Kepala sekolah
Maryani S.Pd Pembinaan
Sekretaris Bendahara
SISWA
1
b.Tugas pokok dan fungsi dalam struktur kepengurusan RA As-Sholeh
2
BAGIAN II DOKUMEN I
A. Pendahuluan
1. Dasar Pemikiran
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan tanggung jawab orang tua.
Hanya saja karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan
dari orang yang mampu dan mau membantu dalam pendidikan anak-anaknya.
Pendikan Luqman terhadap anaknya, sebagaimana terdapat dalam Q.S. Luqman ayat
12-19, mencerminkan pendidikan yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya,
yang mencakup antara lain: (1) pembinaan jiwa orang tua (ayat 12); (2) pembinaan
iman dan tauhid (ayat 13-16); (3) pembinaan akhlak (ayat 14, 15, 18 dan 19); (4)
pembinaan ibadah (ayat 17); (5) pembinaan kepribadian dan sosial anak (ayat 16-17).
Di dalam Q.S An-Nahl ayat 78 juga dinyatakan bawa setiap anak yang baru lahir telah
membawa/memiliki potensi-potensi yang harus dikembangkan secara optimal sebagai
manifestasi dari rasa syukur kepada Allah SWT.
Anak Usia Dini, termasuk Raudlatul Athfal As-Sholeh memiliki karkateristik
perkembangan fisik dan psikologis yang khas, sehingga orang tua kadang-kadang
belum tahu akan hal tersebut, atau tahu tetapi kurang memiliki kesempatan yang
sepenuhnya untuk mendidik dan membimbing anaknya, sehingga mereka
menyerahkan anaknya ke Raudlatul Athfal As-Sholeh .
Masa usia dini merupakan usia emas pertumbuhan dan perkembangan (golden
age) sebab perkembangan berbagai aspek psiko-fisik yang terjadi pada masa ini akan
menjadi peletak dasar sangat fundamental. Artinya, perkembangan aspek psiko-fisik
pada masa usia dini akan menjadi dasar peletak bagi perkembangan selanjutnya. Pada
masa ini perkembangan otak anak mengalami peningkatan yang sangat pesat, oleh
sebab itu pendidikan anak usia dini merupakan dasar bagi perkembangan masa
berikutnya, serta merupakan tahap pembinaan awal menuju terbinanya kualitas
sumber daya manusia Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di era globalisasi ini.
Proses perkembangan otak manusia sepanjang rentang kehidupan yaitu usia 0-4
tahun perkembangan otak anak mencapai 50%. Usia 5-8 tahun proses perkembangan
otak manusia mencapai 80%. Usia 8-12 tahun proses perkembangan otak manusia
mencapai 90%. Usia 12-18 tahun peoses perkembangan otak manusia mencapai
100%. berdasarkan fakta tersebut maka diperlukan layanan pendidikan yang sesuai
agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, atau dilakukan upaya
pendidikan yang meliputi program stimulasi, bimbingan, pengasuhan dan kegiatan
pembelajaran untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak yang
diimplementasikan melalui perngembangan kurikulum.
Di sisi lain, pendidikan anak usia dini memandang anak sebagai individu yang
utuh sehingga membutuhkan pelayanan menyeluruh yang meliputi berbagai aspek
perkembangan fisik dan psikis. Secara kodrati bahwa anak sejak lahir memiliki lebih
3
dari satu bakat, tetapi bakat tersebut bersifat potensial. Untuk itu, anak perlu diberikan
pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan
anak akan tercapai secara optimal, apabila diciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga
layanan pendidikan yang diberikan harus memperhatikan keberagaman budaya,
agama, kondisi alam dan pola kehidupan sehari-hari anak. Selain itu, sangat perlu
diperhatikan kodrat anak sebagai makhluk individu, sosial, susila dan religius. Oleh
karena itu pengembangan anak usia dini berorientasi pada pendekatan berpusat pada
anak (student centered).
Pendidikan di Raudlatul Athfal AS Sholeh bertujuan untuk mengembangkan
sikap, pengetahuan, ketrampilan, daya cipta dan hati nurani anak didik dalam
merespon dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya berdasarkan ajaran dan nilai-
nilai Islam. Untuk itu pelayanan pendidikan di Raudlatul Athfal AS SHOLEH harus
sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak pra sekolah dengan
berlandaskan ajaran nilai-nilai Islam.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
merupakan alat untuk membantu dan memberikan acuan bagi pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan alat untuk membantu dan memberikan acuan bagi pendidik
dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini karena kurikulum secara umum didefinisikan
Raudlatul Athfal AS SHOLEH mengacu pada ajaran dan nilai-nilai Islam serta filosofi
pendidikan anak sebagai landasan berpikir dalam penetapan tujuan, pemilihan materi
untuk anak, program dan suasana berlajar di dalam dan di luar kelas, strategi
pembelajaran, pengelolaan kelas, media, sarana da prasarana, evaluasi dan assesmen
serta kerjasama antara pengelolaan kelas, media, sarana prasarana, evaluasi dan
assesmen serta kerjasama antara para guru, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keagamaan
multipotensi, minat, multi kecerdasan (kecerdasan majemuk), emosional, spiritual dan
kinestetik atau fisik-motorik anak didik secara optimal sesuai dengan keunikan dan
tahap perkembangan setiap anak. Pengembangan kurikulum merupakan salah satu
bagian penting dalam proses pendidikan. Pengambanagn kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan yaitu untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Sejalan dengan Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 14 bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan mulai rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan undang-undang
4
tersebut, maka pendidikan anak usia dini merupakan masa penting, karena awal
kehidupan anak merupakan masa yang paling tepat dalam memberikan dorongan atau
upaya pengembangan agar anak dapat berkembang secara optimal. Apa yang dialami
anak pada masa awal pertumbuhan dan perkembangnnya akan berdampak pada
kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu pada masa-masa usia dini
perlu dilakukan upaya pendidikan yang meliputi upaya stimulasi, bimbingan,
pengasuhan, pendampingan dan pemberian kegiatan pembelajaran untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dilakukan anak melalui pengembangan
kurikulum.
Kurikulum Raudlatul Athfal AS SHOLEH ini merupakan penjabaran dari
idelalisme, cita-cita, tuntutan stakeholders, atau kebutuhan-kebutuhan tertentu.
Melalui kurikulum ini akan diketahui arah pendidikan, alternatif pendidikan, fungsi
pendidikan serta hasil pendiidkan yang hendak dicapai oleh Raudlatul Athfal As-
Sholeh . Kurikulum ini harus dijadikan pedoman bagi pengelola dan guru RA untuk
selanjutnya disempurnakan secara terus-menerus melalui tahapan pengkajian,
sosialisasi, advokasi, perintisan oleh tim pengembang kurikulum yang terdiri dari
unsur kepala Raudlatul Athfal As-Sholeh , guru/ praktisi, komite Raudlatul Athfal As-
Sholeh , penyelenggara pendidikan, Mapenda Departemen Agama kota/kabupaten
dan narasumber. Dengan demikian, kurikulum ini mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan ipteks dan budaya, serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan tanpa melepaskan diri
dari ajaran dan nilai-nilai Islam.
Menghadapi kondisi tersebut Raudlatul Athfal AS SHOLEH perlu
mempersiapkan diri secara mantap dengan membuat Rencana Kerja Raudhatul Athfal
(RKRA) untuk memenuhi tuntutan perkembangan kurikulum Raudlotul Athfal yang
sesuai dengan kondisi, potensi dan karakteristik Raudlatul Athfal AS SHOLEH
dengan model KTSP yang mengacu pada standar pencapaian perkembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004. Kurikulum Raudlatul Athfal AS
SHOLEH dikembangkan dengan menyesuaikan kondisi, potensi dan karakteristik
masyarakat religius dengan mayoritas agraris (petani), wiraswasta serta kondisi
masyarakat desa Sondosia dan aspirasinya terhadap dunia pendidikan anak usia dini
(PAUD) cukup bagus. Pola pendidikan yang dikembangkan di Raudlatul Athfal As-
Sholeh . Keberhasilan pendidikan di Raudlatul Athfal AS SHOLEH kepercayaan
masyarakat terhadap Raudlatul Athfal As-Sholeh .
Raudlatul Athfal AS SHOLEH telah melaksanakan “kurikulum 2004” namun
tahun 2006 diharapkan melaksanakan KTSP. Oleh karena itu pada tahun 2015 Tim
Pengembang Kurikulum IGRA bersama kepala RA, Guru, yayasan/komite
Kementrian Agama Kabupaten Bima telah menyusun dan mengembangkan
kurikulumnya sendiri dengan mengacu pada UU No.23 tahun 2002 tentang
5
perlindungan anak, Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pemendiknas
no 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anaka Usia Dini serta berpedoman
pada Panduan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan yang dikeluarkan oleh
BSSP serta pedoman penyusunan dan implementasi KTSP RA yang dikeluarkan oleh
Kanwil Departemen Nusa Tenggara Barat. Kurikulum Raudlatul Athfal AS SHOLEH
ini akan diimplemtasikan pada tahun 2021.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Raudlatul Athfal AS SHOLEH
dinyatakan tercapai apabila kegiatan belajar mampu mencapai perkembangan peserta
didik secara optimal proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui
persiapan yang cukup dan terencana dengan baik agar dapat diterima untuk; (1)
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global; (2)
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global; dan (3)
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan/atau mengembangkan ketrampilan untuk
hidup mandiri.
Untuk menjamin keberhasilan implemntasi kurikulum RA tersebut, dibutuhkan
berbagai persyaratan, antara lain:
a. Dukungan semua pemangku kepentingan pendidikan (Stakeholders);
b. Sosialisasi, pelatihan, diskusi dan lokakarya KTSP;
c. Pemenuhan dokumen yang diperlukan untuk penyusunan KTSP;
d. Pengembangan sumberdaya manusia secara berkelanjutan;
e. Koordinasi dan pengelolaan yang profesional;
f. Perluasan kerjsama yang baik dengan berbagai pihak;
g. Semua pihak perlu: (a) memahami KTSP; (b) memiliki dokumen pendukung;(c)
memiliki komitmen untuk berkembang dan maju secara bersama-sama; serta (d)
mampu dan mau melaksanakannya secara baik.
Kurikulum ini harus dijadikan pedoman bagi pengelola dan guru Raudlatul
Athfal AS SHOLEH untuk selanjutnya disempurnakan secara terus-menerus. Dengan
demikian, Kurikulum Raudlatul Athfal AS SHOLEH akan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ipteks dan berbudaya, serta perubahan yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan tanpa
melepaskan diri dari ajaran dan nilai-nilai Islam.
B. Landasan Pendidikan RA
1. Landasan Religius
a. Pendidikan Luqman terhadap anaknya, sebagaimana terdapat dalam Q.S Luqman
ayat 12-19, yang meliputi antara lain: (1) pembinaan jiwa orang tua (ayat 12); (2)
pembinaan iman dan tauhid (ayat 13-16); (3) pembinaan akhlak (ayat 14, 15, 18
dan 19); (4) pembinaan ibadah (ayat 17); dan (5) pembinaan kepribadian dan sosial
anak (ayat 16-17).
Firman Allah dalam Q.S. An-Nahl: 78: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari
6
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun, dan dia memberi kami
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kami bersyukur.”
Firman Allah dalam Q.S Al-Furqon: 74: “Orang-orang yang menyatakan: Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan dan anak-anak
keturunan kami sebagai penyayang hati kami, dan jadikanlah kami iman bagi orang-
orang yang bertaqwa”. (Menurut ayat ini bahwa untuk menyiapkan anak-anak yang
qurrata a’yun (menyenangkan hati) diperlukan azwaj (pasangan-paangan atau
komponen-komponen pendidikan) yang kompak dan harmonis.
Pernyataan Shahabat Ali Karramullah Wajhah bahwa: “Didiklah anak-anakmu,
karena mereka diciptakan) untuk zamannya bukan zamanmu sekarang.”
2. Landasan Filosofis
Berdasarkan landasan filosofis, secara antologis anak sebagai makhluk individu
yang memiliki aspek biologis, psikologis, sosiologis dan antropologis. Dengan
demikian pembelajaran di RA/BA/TA menggunakan konsep belajar sambil bermain
(learning by playing), belajar dengan berbuat (learbing by doing), belajar melalui
stimulus (learning by stimulating).
Isi kurikulum disusun dan dikembangkan untuk seluruh potensi anak yang
berhubungan dengan spiritual, moral, nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif,
bahasa, etetika, fisik-motorik, seni, keindahan dan keselarasan yang mengarah pada
kebahagiaan dalam kehidupan anak sesuai dengan akar budaya setempat.
3. Landasan Yuridis
a). UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
1). Pasal 4 berbunyi: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2). Pasal 8 berbunyi: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial sesuai dnegan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
3). Pasal 9 menyatakan bahwa: Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
b.). UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
1) Pasal 1 ayat 14 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2) Pasal 28 ayat 1 berisi pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar.
7
3) Pasal 28 ayat 2 menguraikan bahwa pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan atau informal.
4) Pasal 28 ayat 3 yaitu pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanan, Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat.
5) Pasal 28 ayat 3 yaitu pendidikan anak usia dini pada jalur non formal berbentuk
kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat.
6) Pasal 28 ayat 5 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
c). Permendiknas no 52 tahun 2009 tentang instrumen Akreditasi TK/RA
d). Permendiknas no 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
e). Pedoman dan Implementasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan RA/BA/TA Diterbitkan oleh Bidang Mapenda Kantor Wilayah
Departemen Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2009.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 17 tahun 2010 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan
C. Tujuan Penyusunan Kurikulum
Kurikulum RA As-Sholeh disusun sebagai:
a. Acuan bagi Pengelola dan Pendidik dalam menyusun program layanan,
kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain yang mendukung pencapaian
keberhasilan belajar anak.
b. Informasi tentang program layanan pendidikan yang diberikan oleh satuan
pendidikan kepada peserta didik.
c. Dokumen program yang diperlukan untuk pemberian pembinaan.
D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum
1) Berbuat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan pesertadidik
danlingkungannya
8
3) Beragam dan terpadu.
4) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan pendidikan, serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku budaya, adat istiadat dan
status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan local, dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antar substansi.
5) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
11
c. Kognitif
1) Belajar dan Pemecahan Masalah: mampu memecahkan masalah
sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan
12
menyenangi serta menghargai bacaan.
2) Mengekspresikan bahasa: mampu bertanya, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali apa yang diketahui
13
2.12 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggung- jawab 3.13
Mengenal emosi diri dan orang lain secara wajar
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
f. Seni
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimaginasi dengan gerakan, musik,
drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta
mampu mengapresiasi karya seni.
Terjabarkan dalam Kompetensi Dasar
2.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis
3.15. Mengenal dan menghasilkan berbagai karya dan aktivitas seni
4.15. Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai
media.
Indikator pencapaian perkembangan dikembangkan berdasarkan
kelompok usia:
1) Lahir sampai usia 3 (tiga) bulan;
2) Usia 3 (tiga) bulan sampai usia 6 (enam) bulan;
3) Usia 6 (enam) bulan sampai usia 9 (sembilan) bulan
4) Usia 6 (enam) bulan sampai usia 9 (sembilan) bulan;
5) Usia 12 (dua belas) bulan sampai usia 18 (delapan belas) bulan;
6) Usia 18 (delapan belas) bulan sampai usia 2 (dua) tahun;
7) Usia 2 (dua) tahun sampai usia 3 (tiga) tahun;
8) Usia 3 (tiga) tahun sampai usia 4 (empat) tahun;
9) Usia 4 (empat) tahun sampai usia 5 (lima) tahun; dan
10) Usia 5 (lima) tahun sampai usia 6 (enam) tahun.
15
yang dimiliki anak. Media permainan dapat berupa puzzle, ayunan, dakon, dan
lain sebagainya.
K. Pengaturan Beban Belajar
Program Kompetensi Usia 4-6 tahun
Pengembangan
1. Nilai Agama A. Sikap Spiritual 0 menit 0 menitperminggu
Moral
B. Sikap Sosial perminggu terdiri 150 menit untuk 6
2. Fisik-Motorik
C.Pengetahuan atas 540 menit pertemuan per
3. Kognitif Spiritual
4. Bahasa D.Ketrampilan tatap muka dan minggu atau 180
5. Sosial Emosional
360 menit menit untuk 5
6. Seni
pengasuhan pertemuan per
terprogram minggu
Alokasi Waktu
1. Alokasi waktu dimaksudkan adalah jumlah jam kegiatan yang dilaksanakan
setiap hari dan setiap minggu di satuan PAUD.
2. Alokasi waktu kegiatan hanya dihitung dari jumlah jam tatap muka saja.
3. Alokasi waktu kegiatan minimal untuk setiap kelompok usia anak berbeda
jumlahnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Alokasi jumlah jam untuk layanan anak usia lahir – 2tahun jumlah jam
belajar paling sedikit 120 menit (2 jam) dalam seminggu.
- Alokasi jumlah jam untuk layanan anak usia 2 – 4 tahun jumlah jam
belajar paling sedikit 360 menit (6 jam) dalam seminggu
- Alokasi jumlah jam untuk layanan anak usia 4 – 6 tahun jumlah jam
belajar paling sedikit 900 menit (15 jam) dalam seminggu.
17
BAGIAN III
18
(pertemuan orang tua, hari konsultasi, dll).
(Prota ada pada lampiran)
19
harian yang akan dilaksanakan oleh pendidik/pengasuh pada setiap hari atau sesuai
dengan program lembaga. Komponen RPPH, antara lain:tema/sub tema/sub-sub tema,
alokasi waktu, hari/tanggal, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
20
hasil penanaman sikap yang secara bertahap menggambarkan perubahan
sikap dan perilaku anak.
2. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh
terhadap hasil penanaman sikap kebangsaan.
3. Obyektif, penilaian dilakukan seobyektif mungkin sesuai dengan apayang
dialami atau terjadi pada diri anak dengan memperhatikan perbedaan
keunikan masing-masing individu.
4. Mendidik, artinya hasil penilaian digunakan untuk membina dan
mendorong anak-anak dalam meningkatkan kemampuan atau
mengembangkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter
kebangsaan.
5. Kebermaknaan, artinya hasil penilaian harus bermakna baik bagipendidik,
orangtu, anak didik dan pihak lain yang memerlukan.
21
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Sejalan dengan otonomi sekolah dan manajemen berbasis sekolah, maka Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hendaklah menjadi pedoman
dan arahdalam pengelolaan sekolah terutama pengelolaan proses belajar dan
mengajar guna tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Untuk mewujudkan keberhasilan pelaksanaan KTSP perlu dukungan dari semua komponen
dan stakeholder sekolah dalam bentuk partisipasi aktif, kreatif dan inovatif
22